DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……… i
ABSTRAK ……….. ii
LEMBAR PERNYATAAN ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……… xii
DAFTAR GAMBAR ……… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………... 6
1.3 Pembatasan Masalah ……….. 7
1.4 Rumusan Masalah ……….. 8
1.5 Kerangka Berfikir ……….. 9
1.6 Asumsi Penelitian ……….. 13
1.7 Definisi Operasional ……….. 14
1.8 Hipotesis Penelitian ……… 16
1.9 Pertanyaan Penelitian ………. 17
1.10 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum ………. 21
2.1.1 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ……….. 21
2.1.2 Implementasi Kurikulum SMK ………. 41
2.1.3 Struktur dan Muatan Kurikulum ……… 44
2.2 Penguasaan Kompetensi Keahlian ………. 54
2.2.1 Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ……….. 54
2.2.2 Keterkaitan prestasi belajar Matematika dengan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan ………... 59
2.2.3 Keterkaitan prestasi belajar Fisika dengan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan ………... 63
2.2.4 Keterkaitan prestasi belajar Kimia dengan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan ………... 67
2.3 Prestasi Belajar ………... 69
2.3.1 Pengertian prestasi belajar ……….. 69
2.3.2 Prestasi dan Hasil Belajar ………... 71
2.3.3 Penilaian hasil belajar ………. 72
2.3.4 Prinsip Penilaian ………. 75
2.3.5 Teknik Penilaian ………. 79
2.3.6 Aspek Penilaian ……….. 81
2.4 Penelitian yang Relevan ………. 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian ……… 88
3.1.1 Metode Penelitian ………... 88
3.1.2 Desain Penelitian ……… 91
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 92
3.2.1 Lokasi Penelitian ……… 92
3.2.2 Subjek Penelitian ……… 92
3.3 Instrumen Penelitian ………... 93
3.3.1 Instrumen Pengumpul Data ……… 93
3.3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 97
3.4 Uji Coba Instrumen ……… 101
3.4.1 Uji Validitas Instrmen ……… 101
3.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ……….. 104
3.5 Teknik Analisis Data ………. 105
3.5.1 Pengujian asumsi-asumsi statistic ……….. 105
3.5.2 Pengujian Hipotesis ……… 106
3.6 Hipotesis Statistik Penelitian ………. 111
3.7 Penafsiran Hasil Tes ……….. 113
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ……….. 115
4.2 Pengolahan Data ……… 127
4.3 Pembahasan ……… 147
BAB V KESIPULAN DAN IMPLIKASI
5.1 Kesimpulan ………. 164
5.2 Implikasi ………. 167
5.3 Saran ………... 170
DAFTAR PUSTAKA ………... 175
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu industri otomotif
di Indonesia dewasa ini maju begitu pesat. Hal itu ditandai dengan produk –
produk otomotif khususnya sepeda motor dan roda empat jenis kendaraan ringan,
tidak didominasi oleh pabrikan – pakrikan Jepang saja, tetapi juga pabrikan Eropa
yang diwakili Jerman dan Amerika bahkan pabrikan Asia yang diwakili Korea
pun turut serta meramaikan produk otomotif yang ada di dalam negeri.
Pada industri otomotif, perkembangannya di Indonesia dalam era
kemerdekaan terbagi dalam 4 perioda. Tahun 1945 – 1970 adalah saat peta bisnis
otomotif Indonesia diwarnai trend mobil Amerika dan Eropa. Tahun 1970 -1975
terjadi transisi menuju dominasi produk Jepang. Dominasi ini dipercepat oleh
pengaruh krisis energy dunia, dengan keunggulan produk Jepang yang hemat
bahan bakar. Tahun 1975 – 1995 trend mobil Jepang dan kebijakan penciutan
merek telah membangkitkan konglomerasi industri mobil Indonesia dengan
munculnya Astra Group, Kramayudha Tiga Berlian dan Indomobil Group.
Perioda tahun 1995 hingga kini, karena kegagalan membangun industri mobil
milik nasional, telah terjadi perubahan besar-besaran dibidang industri otomotif
Indonesia dengan munculnya deregulasi dan masuknya mobil Korea, Eropa dan
Malaysia ditengah kembalinya berbagai merek dari seluruh dunia. Sutrisno
2
Dengan semaraknya produk otomotif tersebut, tetapi diimbangi dengan
pabrikasi yang dilakukan di dalam negeri. Terbukti sekitar daerah segitiga emas
(Bandung – Jakarta – Merak) istilah dalam zona industri manufactur, banyak
berdiri perusahaan – perusahaan pabrikasi (Assembly) otomotif khususnya roda
empat jenis kendaraan ringan.
Dampak positif dari banyaknya perusahaan otomotif berdiri di kawasan
tersebut, salah satunya adalah akan banyak pula kesempatan kerja; artinya
perusahaan – perusahaan tersebut akan banyak membutuhkan tenaga kerja yang
handal pada bidang teknik otomotif.
Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak terbuka lebar; atas
dasar inilah Pemerintah Kabupaten Indramayu pada Tahun 2004 mendirikan SMK
Negeri berjumlah 9 unit, sesuai dengan program Departemen Pendidikan Nasional
yang mencanangkan perbandingan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) 70% : 30%. Dari 9 unit SMK di
Kabupaten Indramayu, 6 unit SMK diantaranya membuka program keahlian
otomotif.
Alasan pemilihan SMK berlandaskan dasar pemikiran bahwa SMK
mempersiapkan peserta didik untuk bisa langsung bekerja/wiraswasta untuk masa
depannya. Ciri pendidikan SMK, lulusannya berorientasi pada kerja. Dalam
struktur pembelajaran diberikan program- program keahlian seperti: otomotif,
permesinan, perhotelan, akuntansi dan sebagainya. Peserta didik yang akan
3
keahlian yang ada di SMK. Karena begitu mendaftar ke SMK mereka harus sudah
menentukan program keahlian mana yang akan diikuti.
Teknik Otomotif adalah salah satu cabang ilmu teknik mesin yang
mempelajari tentang bagaimana merancang, membuat dan mengembangkan
alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama sepeda motor, mobil,
bis dan truk. Teknik otomotif menggabungkan elemen-elemen pengetahuan
mekanika, listrik, elektronik, keselamatan dan lingkungan serta matematika,
fisika, kimia, biologi dan manajemen. Cabang-cabang dari teknik otomotif
meliputi : (a) perencanaan (product atau design), (b) pengembangan
(development), (c)produksi (manufacturing), dan (d) perawatan (maintenance).
http://Id.wikipedia.org/wiki/Teknik Otomotif (7 April 2011)
Dalam kurikulum 2004 bagian II dinyatakan tujuan Program Keahlian
Mekanik Otomotif secara umum mengacu pada isi Undang - Undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan
Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian
Mekanik Otomotif adalah membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam bidang: (a) Perawatan dan perbaikan
motor otomotif, (b) Perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif,
(c) Perawatan dan perbaikan chasis dan suspensi otomotif, serta (d) Perawatan dan
4
Kesimpulannya bahwa pembelajaran Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah penerapan pengetahuan
dari: mekanika, listrik, elektronik, keselamatan kerja dan lingkungan serta
matematika, fisika, kimia, biologi dan manajemen, khususnya dalam bidang
perawatan dan perbaikan dari bagian – bagian kendaraan.
Data hasil evaluasi belajar di SMK Negeri 1 Bongas Kabupaten Indramyu
tahun pelajaran 2010/2011 semester ganjil pada kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan, adalah sebagai berikut:
Tabel 1-01: Rekapitulasi hasil belajar kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan
MATA PELAJARAN
PERSENTASE
Belum Kompeten
˂ 70
Kompeten dengan bimbingan
(70 - 79)
Kompeten tanpa bimbingan
(80 - 89)
Kompeten istimewa (90 - 100)
MEMPERBAIKI SISTEM
SUSPENSI
21 59 20 0
PEMELIHARAAN / SERVIS SISTEM INJEKSI BAHAN BAKAR DIESEL
32 49 19 0
5
Tabel 1-02: Rata- rata nilai Praktek dan Teori per-kelas
MATA PELAJARAN
RATA - RATA NILAI XI TKR - 1 XI TKR - 2 Praktek Teori Praktek Teori MEMPERBAIKI
SISTEM SUSPENSI
76.84 70.16 77.14 69.94
PEMELIHARAAN / SERVIS SISTEM INJEKSI BAHAN BAKAR DIESEL
72.76 70.26 75.14 72.69
Lampiran data halaman 181-184
Salah satu fungsi hasil evaluasi belajar memberikan informasi pemahaman
atau penguasaan peserta didik akan mata pelajaran yang dipelajarinya. Dari tabel
1-01, diperoleh bahwa peserta didik yang belum kompeten atau harus mengulang
untuk mata pelajaran Memperbaiki Sistem Suspensi adalah 20 % (0.2 X 73 = 15
peserta didik), mata pelajaran Pemeliharaan/servis Sistem Injeksi Bahan Bakar
Diesel adalah 32 % (0.32 X 73 = 23 peserta didik). Kemudian dari tabel 1-02,
dimana nilai rata-rata kelas hasil ujian praktek lebih besar dari ujian teori, artinya
dalam hal ini akan lebih banyak peserta didik yang lulus/kompeten tetapi harus
dengan bimbingan (terbukti pada tabel 1-01). Schippers dan Patriana (1994:53)
menyatakan bahwa “Konsep pendidikan kejuruan harus disusun sedemikian rupa
sehingga aspek kognitif mampu mengendalikan aspek psikomotor dan afektif”.
Artinya, setiap tindakan psikomotor dan afektif terlebih dahulu telah dipahami
oleh kerja kognitifnya, begitu sebaliknya ada umpan balik berupa penalaran dari
psikomotor dan afektif terhadap struktur kognitif.
Melihat permasalahan di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih
6
Kendaraan Ringan. Mengingat peserta didik setelah lulus dari SMK diharapkan
bisa langsung bekerja atau berwiraswasta sesuai dengan kompetensi keahliannya,
serta bisa juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
1.2. Identifikasi Masalah
Teknik Kendaraan Ringan merupakan ilmu terapan dari berbagai elemen
pengetahuan yang mendasarinya. Sebagai ilmu terapan, maka untuk menguasai
dan memahami kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan perlu dipahami
juga pengetahuan-pengetahuan lainnya yang menjadi prasyarat penguasaan
kompetensi keahlian tersebut. Contoh pada pelajaran Matematika dipelajari cara
menghitung volume pada silinder, aplikasi pada Teknik Kendaraan Ringan
berdasarkan perhitungan volume tersebut untuk menentukan seberapa besar
kapasitas dari sebuah mesin, misalnya sebuah mesin dengan kapasitas 1500 cc
yang tersusun atas empat silinder sejajar, berdasarkan rumus perhitungan volume
peserta didik bisa mencari tahu berapa diameter masing-masing silinder. Begitu
juga pada pelajaran Fisika dipelajari listrik arus searah dan listrik arus bolak balik,
dimana sumber arus pada kendaraan menggunakan baterai (accu), baterai ini yang
menyuplai kebutuhan arus saat mesin dihidupkan, tetapi setelah mesin hidup dan
kendaraan berjalan makan mesin-lah yang menyuplai arus ke baterai. Sementara
pada pelajaran Kimia dipelajari tentang senyawa hidrokarbon, bahan bakar yang
banyak digunakan pada kendaraan adalah bensin (premium), bensin terbentuk dari
senyawa alkana dan alkena yang merupakan senyawa hidrokarbon.
Struktur Kurikulum SMK Negeri 1 Bongas Tahun Pelajaran 2010/2011,
7
dari Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan, serta Seni Budaya; Kelompok
adaptif terdiri dari Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika,
Kimia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi, dan Kewirausahaan; Kelompok Produktif terdiri dari Dasar
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan.
Baik kelompok normatif maupun adaptif satu sama lain berkaitan dalam
memahami mata pelajaran produktif. Artinya, keterampilan-keterampilan yang di
ajarkan pada pelajaran produktif di dukung oleh penanaman sikap yang diajarkan
pada pelajaran-pelajaran normatif, serta pengetahuan dasar yang diajarkan pada
pelajaran-pelajaran adaptif.
Berdasarkan latar belakang permasalah di atas, rendahnya penguasaan
kompetensi keahlian, dimana persentase peserta didik yang mengulang (remedial)
dari mata pelajaran Memperbaiki Sistem Suspensi dan Pemeliharaan/servis Sistem
Injeksi Bahan Bakar Diesel cukup banyak, serta peserta didik yang lulus atau
kompeten dengan kategori “kompeten dengan bimbingan” jumlahnya banyak.
Dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan penguasaan kompetensi keahlian;
pertama, lebih ditingkatkan memberikan motivasi kepada perserta didik untuk
belajar; kedua, memperbaharui proses pembelajaran terutama pelajaran-pelajaran
yang menjadi persyaratan penguasaan kompetensi keahlian.
1.3.Pembatasan Masalah
Penelitian ini merupakan pengkajian tentang hubungan antara mata
8
(Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan). Agar dalam penelitian ini
lebih terfokus pada masalah inti, maka permasalahan yang ada dibatasi pada:
“Kontribusi Prestasi Belajar Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Matematika,
Fisika dan Kimia dengan Penguasaan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan di SMK.”
Selain batasan umum di atas, maka perlu pula diberikan batasan – batasan
yang berkaitan dengan variabel – variabel penelitian, yaitu:
1. Prestasi belajar Matematika, Fisika dan Kimia (Mata Pelajaran Adaptif) yang
menggambarkan hasil usaha dan upaya dari peserta didik dalam proses
pembelajaran yang terwujud dalam perolehan nilai hasil evaluasi belajar pada
ujian kenaikan kelas pada tingkat XI (Sebelas).
2. Kompetensi keahlian merupakan penguasaan keterampilan atau kinerjanya
peserta didik terhadap kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang
diwujudkan dalam unjuk kerja uji kompetensi keahlian pada standar
kompetensi Sistem Bahan Bakar Bensin, serta uji kompetensi keahlian
(Teori). Dimana nilai akhir dari standar kompetensi keahlian tersebut adalah
70% nilai Praktek + 30% nilai Teori.
1.4. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui
kebenaran adanya kontribusi antara mata pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia
9
.
.
.
. . . .
. .
Permasalahan di rumuskan sebagai berikut: “Bagaimana kontribusi prestasi
belajar peserta didik dari ketiga pelajaran (Matematika, Fisika dan Kimia) dengan
penguasaan kompetensi kekeahlian Teknik Kendaraan Ringan”
Ditinjau dari rumusan pokok permasalahan, maka penelitian ini memiliki
empat variabel operasional, dengan variabel bebasnya (Independent) adalah
Prestasi Belajar Matematika sebagai (X1), Prestasi Belajar Fisika sebagai (X2),
Prestasi Belajar Kimia sebagai (X3), serta variabel terikat (Dependent) adalah
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan sebagai (Y).
Gambar 1-01: Hubungan antar Variabel dalam Penelitian
1.5. Kerangka Berfikir
Struktur kurikulum SMK terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: Program Normatif, Program
Adaptif, dan Program Produktif. Reksoatmodjo, T. N (2010:210-211)
menjelaskan:
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
(Y) Prestasi Belajar
Fisika (X2)
Prestasi Belajar Kimia
(X3)
Prestasi Belajar Matematika
10
Program normatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi
membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki norma-norma
kehidupan sebagai anggota masyarakat baik sebagai warga negara Indonesia
maupun sebagai warga dunia. Program nornatif diberikan agar peserta didik dapat
hidup dan berkembang selaras dengan kehidupan pribadi, social dan bernegara.
Program ini terdiri dari mata pelajaran yang menitikberatkan pada pembentukan
karakter yang selaras dengan norma, sikap dan perilaku yang terpuji dalam
kehidupan bermasyarakat.
Program adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi
membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki dasar pengetahuan yang
luas dan kuat untuk menyesuaikan diri beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
di lingkungan social, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Program adaptif
terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang mengandung konsep dan prinsip dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian program adaptif tersebut melandasi atau menjadi dasar
pencapaian kompetensi kerja yang dipersyaratkan baik dalam dunia industri
maupun dunia usaha.
Program produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi
membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada,
11
dunia usaha/industry dan asosiasi profesi; dalam hubungan ini dapat pula
mengacu pada standar kompetensi yang berlaku secara internasional.
1. Keterkaitan pelajaran Matematika dengan kompetensi keahlian
Perkembangan pesat di bidang teknologi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang
dan matematika diskrit. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kratif sangat
dibutuhkan dalam kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
Kemampuan-kemampuan tersebut sangat berguna dalam menganalisa kerusakan-kerusakan
pada komponen otomotif. Sehingga bisa menentukan metode perbaikannya dalam
tim kerja/regu (team work).
Proses pemeliharaan / perawatan dan perbaikan kendaraan, peserta didik
dituntut bisa bekerjasama dengan yang lainnya, karena dalam perawatan dan
perbaikan kendaraan tidak dilakukan secara individu melainkan dilakukan
kelompok kerja, artinya kemampuan beradaptasi mutlak diperlukan.
2. Keterkaitan pelajaran Fisika dengan Kompetensi Keahlian
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti
mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat
12
Berkaitan dengan mikroelektronika, pada kendaraan sekarang sudah
ditambahkan ECU (electrical control unit) yang berfungsi mengendalikan
campuran bahan bakar bensin dengan udara, mengendalikan pergerakan katup,
dan sebagai analisis kerusakan sistem pada kendaraan terutama sistem kelistrikan.
Konsep mikroeletronika di Fisika sangat dibutuhkan peserta didik untuk
memahami ECU (electrical control unit) di kendaraan, baik untuk menganalisi
sistem kelistrikan pada kendaraan maupun sub-sub sistemnya.
3. Keterkaitan pelajaran Kimia dengan Kompetensi Keahlian
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,
dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh karena itu, mata pelajaran
kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur
dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan
dan penalaran.
Keterampilan dan penalaran tersebut yang dipelajari pada pelajaran kimia
sangat mendukung kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan, mengingat pada
kendaraan ringan terjadi perubahan energi, yakni dari energi panas menjadi energi
kinetik. Energi panas terjadi dari campuran bahan bakar dengan udara menjadi
uap kemudian di bakar oleh pengapian busi sehingga menjadi energi panas.
Energi tersebut berubah menjadi energi kinetik yang mendorong piston bergerak
turun naik (translasi), pergerakan piston kemudian dihubungkan dengan batang
13
(rotasi). Putaran poros engkol ini yang dihubungkan dengan roda membuat
kendaraan bisa melaju.
Pengetahuan akan kualitas bahan bakar bensin khususnya di sini mutlak
diperlukan. Peserta didik pada pelajaran Kimia di bekali tentang senyawa
hidrokarbon, didalamnya di pelajari senyawa alkena, butana, benzene, dan
lainnya. Senyawa-senyawa ini yang membentuk premium (bensin) secara kualitas
maupun kuantitas. Kualitas bensin biasanya dinyatakan dalam bilangan oktan,
semakin tinggi bilangan oktan maka semakin baik kualitas bensin tersebut.
1.6. Asumsi Penelitian
Dinyatakan bahwa “…asumsi merupakan titik pangkal penelitian, dan
merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Asumsi dapat berupa teori,
evidensi-evidensi, dan pikiran-pikiran lain yang tidak perlu dipersoalkan atau
dibuktikan lagi” (UPI Bandung, 2009:57). Setelah permasalahan di jelaskan,
selanjutnya yang dipikirkan adalah gagasan tentang letak persoalan atau
masalahnya dalam hubungan yang lebih luas.
Sebagai titik pangkal penelitian maka asumsi digunakan untuk memberikan
arah dalam penelitian ini adalah;
1. Penerapkan Matematika sebagai dasar penguasaan kompetensi produktif dan
pengembangan diri.
2. Penguasaan konsep dasar Fisika mendukung secara langsung pencapaian
kompetensi program keahliannya.
3. Kemampuan dasar kimia sebagai landasan dalam mengembangkan
14 1.7.Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam pengertian perlu dijelaskan batasan
ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu:
1. Prestasi belajar Matematika, sebelumnya kita lihat dahulu pengertian tentang
prestasi dan belajar. Menurut Arifin, Z (2011:12) “Prestasi adalah hasil usaha
yang berkenaan dengan aspek pengetahuan”. Sedangkan belajar Perubahan
yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat
pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang
dilakukannya, (Permendiknas No. 41 Tahun 2007). Selanjutnya Prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang dihasilkan oleh pendidik/Guru. Dirjen Dikdasmen Dit. PSMK
(2008:3). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membekali
peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dapat disimpulkan; prestasi belajar
Matematika adalah hasil usaha peserta didik dalam mempelajari Matematika,
yang dibuktikan dengan nilai hasil evaluasi. Prestasi belajar Matematika
dalam penelitian ini adalah nilai yang didapatkan peserta didik pada ujian
akhir semester (UAS).
2. Prestasi belajar Fisika; Fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang
mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan
alam. Penguasaan Fisika memudahkan peserta didik menganalisis
15
untuk mendukung penguasaan kompetensi keahlian. Dapat disimpulkan;
prestasi belajar Fisika adalah hasil usaha peserta didik dalam mempelajari
Fisika, yang dibuktikan dengan nilai hasil evaluasi. Prestasi belajar Fisika
dalam penelitian ini adalah nilai yang didapatkan peserta didik pada ujian
akhir semester (UAS).
3. Prestasi belajar Kimia; Kimia merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang
mendasari perkembangan teknologi. Penguasaan Kimia memudahkan peserta
didik menganalisis proses-proses kimiawi yang difungsikan untuk
mendukung penguasaan kompetensi keahlian. Dapat disimpulkan; prestasi
belajar Kimia adalah hasil usaha peserta didik dalam mempelajari Kimia,
yang dibuktikan dengan nilai hasil evaluasi. Prestasi belajar Kimia dalam
penelitian ini adalah nilai yang didapatkan peserta didik pada ujian akhir
semester (UAS).
4. Penguasaan kompetensi keahlian; Finch & Crunkilton (1979:220) Kompetensi
dirumuskan dengan berorientasi pada tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu, dan
unsur-unsur pembentuk kompetensi adalah keterampilan psikomotor,
keterampilan kognitif, keterampilan sosial, sikap, nilai, dan penghargaan
terhadap pekerjaan. Dapat disimpulkan, penguasaan kompetensi keahlian
adalah aplikasi dari kognitif, psikomotor, dan apektif yang berorientasi pada
tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Penguasaan kompetensi keahlian pada
penelitian ini dinyatakan oleh nilai yang diperoleh peserta didik dari selama uji
16 1.8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka peneliti berasumsi bahawa
program adaptif khususnya Matematika, Fisika dan Kimia memberikan dasar ilmu
pengetahuan dalam penguasaan kompetensi keahlian. Peraturan Menteri
Pendididak Nasional Indonesia nomor: 23 tahun 2006, tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Terdiri dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran menyatakan (1) Menerapkan
Matematika sebagai dasar penguasaan kompetensi produktif dan pengembangan
diri; (2) Menguasai konsep dasar Fisika yang mendukung secara langsung
pencapaian kompetensi program keahliannya; dan (3) Menggunakan pengetahuan
dasar kimia dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kemampuan dasar kimia
sebagai landasan dalam mengembangkan kompetensi di masing-masing bidang
keahlian.
1.8.1.Hipotesis penelitian
Rumusan hipotesis penelitian diarahkan untuk mendapatkan jawaban
sementara atas adanya hubungan antara mata pelajaran Matematika, Fisika dan
Kimia dengan penguasaan kompetensi keahlian. Maka dapat diambil
hipotesis/jawaban sementara sebagai berikut:
1. Terdapat kontribusi prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika
terhadap penguasaan kompetensi kejuruan.
2. Terdapat kontribusi prestasi belajar siswa dalam pelajaran Fisika terhadap
17
3. Terdapat kontribusi prestasi belajar siswa dalam pelajaran Kimia terhadap
penguasaan kompetensi kejuruan.
4. Terdapat kontribusi prestasi belajar siswa dari ketiga pelajaran (Matematika,
Fisika dan Kimia) terhadap penguasaan kompetensi kejuruan.
1.8.2.Hipotesis Statistik
1. Ho : ρx1y = 0
H1 : ρx1y≠ 0
2. Ho : ρx2y = 0
H1 : ρx2y≠ 0
3. Ho : ρx3y = 0
H1 : ρx3y≠ 0
4. Ho : ρx123y = 0
H1 : ρx123y≠ 0
Keterangan:
Ho : ρxy = 0, artinya tidak terdapat hubungan.
H1 : ρxy≠ 0, artinya terdapat hubungan.
1.9. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka penelitian ini diarahkan untuk
mendapatkan gambaran nyata atas prestasi belajar Matematika, Fisika dan Kimia
serta penguasaan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Maka dapat di
buat pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika dengan
18
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pelajaran Fisika dengan
membandingkan prestasi belajar individu dalam kelompok?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pelajaran Kimia dengan
membandingkan prestasi belajar individu dalam kelompok?
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pelajaran Pemeliharaan/servis Sistem
Bahan Bakar Bensin dengan membandingkan prestasi belajar individu dalam
kelompok?
1.10. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.10.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar Matematika, Fisika, dan
Kimia dengan penguasaan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi prestasi belajar Matematika,
Fisika, dan Kimia terhadap penguasaan kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan.
1.10.2.Manfaat Penelitian
1. Bagi Tenaga Pendidik.
Hasil penelitian ini seyogyanya dapat memberikan wawasan yang aplikatif
kepada para Tenaga Pendidik, baik Pendidik Mata Pelajaran Adaptif maupun
Mata Pelajaran Produktif di SMK khususnya pada Program Keahlian
Otomotif. Diharapkan kepada Tenaga Pendidik mata pelajaran adaptif dapat
memberikan penekanan pada pemahaman materi yang berkaitan dengan
19
menjelaskan keterkaitan mata pelajaran adaptif terhadap penguasaan
kompetensi kejuruan.
2. Bagi Peserta Didik.
Menyadari bahwa mata pelajaran adaptif khususnya Matematika, Fisika dan
Kimia dibutuhkan untuk menunjang pelajaran teori kejuruan yang akan
membantu dalam penguasaan praktek kejuruan.
3. Bagi Sekolah.
Terutama bagi tim pengembang kurikulum, untuk membuat kurikulum
implementatif yang benar-benar riil sesuai kebutuhan dan tuntutan Pendidikan
dan Pelatihan serta kebutuhan masyarakat.
1.11. Kerangka Penulisan Laporan Penelitian
Pembahasan masalah yang dikemukakan dalam Bab I tesis ini didasarkan
pada kajian pustaka yang diuraikan dalam Bab II. Kajian pustaka itu akan
digunakan sebagai dasar analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari
penelitian di lapangan. Selanjutnya pada Bab III dikemukakan rancangan
penelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian. Pada bab ini dijelaskan secara
rinci metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrument
penelitian, teknik pengunpulan data, uji coba instrumen, revisi instrumen,
prosedur penelitian dan teknik analisis data, dan hipotesis statistik.
Kegiatan penelitian dan pengolahan data disajikan pada Bab IV. Dalam bab
ini dijelaskan langkah-langkah persiapan yang bersifat administrative dan teknis,
pelaksanaan penelitian yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan
20
Tesis ini ditutup dengan Bab V yang menyajikan kesimpulan hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian pada
88 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode dan Disain Penelitian
3.1.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif assosiatif, karena penelitian berusaha menyelidiki hubungan antara
beberapa variabel, yakni; prestasi belajar Matematika, Fisika dan Kimia sebagai
variabel independen; dengan variabel penguasaan kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan sebagai variabel dependen. Berdasarkan jenis data yang akan
diperoleh dari pengukuran prestasi belajar, maka data yang di hasilkan termasuk
data/skala interval. Menurut Usman, H dan Akbar, R. P, S (2000:18) menyatakan
bahwa “data interval mempunyai sifat-sifat nominal dari data ordinal, mempunyai
skala interval yang sama jaraknya”. Senada dengan Reksoatmodjo, T. N (2009:4)
meyatakan “jika suatu skala memiliki semua karakteristik skala ordinal dan jika
jarak antara dua bilangan dalam skala itu memiliki ukuran atau interval tertentu,
maka pengukuran yang dilakukan berdasarkan skala ini disebut pengukuran
dengan skala interval”.
Setelah mengetahui jenis data yang akan didapatkan, selanjutnya
menentukan analisis statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut
Siegel dalam Usman, H (2000:21), untuk data/skala interval digunakan korelasi
89
Tabel 3-01:
Koefisien Korelasi berdasarkan skala data
Usman, H dan Akbar, R. P. S, (2000:199)
Penelitian ini digunakan statistik parametrik dengan korelasi Pearson
Produk Momen. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi sederhana dan
ganda. Serta untuk mengetahui koefisien korelasi mengacu pada tabel 3-01, yaitu
menggunakan Pearson Produk Momen yang dinyatakan dalam lambang (r).
Menurut Usman, H dan Akbar, R. P. S (2000:200) menyatakan kegunaan
korelasi Pearson Produk Momen, adalah:
a) Untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara
variabel satu dengan yang lainnya.
b) Untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya
dinyatakan dalam persen. Dengan demikian, maka r2 disebut koefisien
determinasi atau koefisien penentu. Hal ini disebabkan r2 X 100% terjadi
dalam variabel terikat Y yang mana ditentukan oleh variabel X.
Selanjutnya persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan korelasi
Pearson Produk Momen, yiatu:
a) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal.
b) Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear.
c) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak
90
d) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang
sama pula (variasi skor variabel yang dihubungkan harus sama).
e) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio.
Senada dengan Reksoatmodjo, T. N (2009:129) mengemukakan; Analisis
regresi dan analisis korelasi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikembangkan
persamaan estimasi untuk mendeskripsikan pola atau fungsi hubungan antara
variabel-variabel. Sesuai dengan namanya, persamaan estimasi atau persamaan
regresi itu digunakan untuk mengestimasi nilai dari suatu variabel berdasarkan
nilai variabel lainnya. Variabel yang diestimasi itu disebut variabel dependen
(variabel terikat) sedangkan variabel yang diperkirakan mempengaruhi variabel
dependen itu disebut variabel independen (variabel bebas). Variabel dependen
lazimnya dilukis pada arah sumbu-Y (dan karenanya diberi symbol Y) sementara
variabel independen dilukis pada arah sumbu-X (dan karenanya diberi symbol X).
berdasarkan konsep ini, maka hubungan antara variabel Y dan X dapat diwakili
dengan sebuah garis regresi. Di samping untuk mengestimasi, analisis regresi juga
digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan (dependability) dari estimasi
itu.
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur tingkat kedekatan (closeness)
hubungan antar variabel-variabel. Dengan lain perkataan, analisis regresi
mempertanyakan pola hubungan fungsional sedangkan analisis korelasi
mempertanyakan kedekatan hubungan antar variabel-variabel. Walaupun
91
namun dalam kenyataan, istilah analisis korelasi mencakup baik masalah korelasi
dan regresi.
3.1.2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (independen), yaitu prestasi
belajar Matematika (X1), prestasi belajar Fisika (X2), dan prestasi belajar Kimia
(X3) serta satu variabel terikat (dependen) yaitu penguasaan kompetensi keahlian
Teknik Kendaraan Ringan (Y). Ketiga variabel bebas (X1, X2, X3) dihubungkan
dengan variabel terikat (Y) dengan pola hubungan: (1) hubungan antara variabel
X1 dengan Y, (2) hubungan antara variabel X2 dengan Y, (3) hubungan variabel
X3 dengan Y, dan (4) hubungan variabel X1, X2, dan X3 secarabersama-sama
terhadap variabel Y. Ke-empat pola hubungan variabel tersebut merupakan
konsentrasi masalah dalam penelitian ini. Pola hubungan antar variabel penelitian
terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3-01: Hubungan antar variabel Y X2
X3
X1 .
.
.
92 3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Bongas, Jln. Raya Bongas –
Margamulya No. 276B Telp. (0234) 612500, Bongas – Indramayu – Jawa Barat.
Pada kompetensi keahlian Teknik Otomotif Kendaraan Ringan.
3.2.2. Subjek Penelitian
Berdasarkan judul, maka responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah
siswa SMK Negeri 1 Bongas pada kompetensi keahlian Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan.
Populasi siswa Teknik Kendaraan Ringan di SMK Negeri 1 Bongas untuk
kelas XI (sebelas) terdiri dari dua kelas dengan jumlah masing masing kelas 36
(tiga puluh enam) siswa sehingga jumlahnya 72 (tujuh puluh dua) siswa. Untuk
mendapatkan sampel yang representatif, maka dalam pengambilan sampel tiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.
Menurut Sudjana (2005:169) menyatakan “Sampel yang didapatkan dinamakan
sampel peluang, yaitu sebuah sampel yang angota-anggotanya diambil dari
populasi berdasarkan peluang yang diketahui.”
Pengambilan sampel secara acak atau random dari dua kelas populasi
tersebut, berdasarkan prestasi rata-rata kelas dari dua kelas populasi. Di ambil
sampel sebanyak 5 (lima) siswa kelompok atas, 5 (lima) siswa kelompok
menengah, dan 5 (lima) siswa kelompok bawah untuk setiap kelasnya sehingga
jumlah sampel/responden pada penelitian ini sebanyak 30 (tiga puluh) siswa.
93
populasi untuk dijadikan sampel. Menurut Sudjana (2005:169) menyatakan
“…karena sampel acak menyebabkan peneliti mempunyai cara obyektif untuk
menilai presisi hasilnya dan karenanya memungkinkan untuk menaksir dan
menghitung besarnya variasi sampling atau kekeliruan sampling, yakni perbedaan
antara statistik sampel dan parameter populasi dari mana sampel itu di ambil
secara acak.”
Pengambilan sampel dari kelas XI (sebelas) dalam penelitian ini
berasumsikan: Pertama, bahwa kelas XI (sebelas) telah melaksanakan program
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN), PRAKERIN di SMK negeri 1 Bongas
dilaksanakan pada semester pertama (ganjil) pada kelas XI (sebelas); kedua, pada
kelas XI (sebelas) belum di berlakukan pengayaan-pengayaan untuk persiapan
Ujian Nasional, dimana Ujian Nasional di SMK meliputi: Uji Kompetensi
Keahlian baik teori maupun praktek serta Ujian Nasional utama yakni, Bahasa
Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.
3.3. Instrumen Penelitian
3.3.1. Instrmen Pengumpul Data
Instrumen pada penelitian ini dikembangkan sesuai dengan variabel-variabel
yang akan diukur. Melihat inti permasalahannya, variabel yang hendak diukur
adalah prestasi belajar siswa. Adapun jenis instrumen yang digunakan sebagai
berikut:
1) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
94
prestasi belajar siswa pada setiap mata pelajaran. Salah satunya dan sering
digunakan adalah tes pilihan ganda (multiple choice test), menurut Arikunto
(2010:168) tes pilihan ganda terdiri dari suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.atau
multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu
jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distratctor).
2) Tes unjuk kerja
Pengukuran prestasi belajar khususnya pada kelompok produktif
(kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan) mengacu pada pengukuran
ranah psikomotor salah satunya tes unjuk kerja. Tes ini dilakukan terhadap
hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Menurut Haryati (2007:45) menyatakan
“Tes kinerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk
menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut peserta didik
untuk melakukan tugas/gerak (psikomotor).” Namun demikian biasanya
pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif
sekaligus. Misalnya, penampilannya dalam pemeliharaan/perbaikan system bahan
bakar bensin (karburator), diukur mulai dari pengetahuan mereka tentang
karburator tersebut, pemahaman tentang karburator akan fungsi dan kegunaannya
pada kendaraan, kemudian baru cara pemeliharaan/perbaikan dalam bentuk
95
mempersiapkan alat dan perlengkapan kerja termasuk aspek-aspek keselamatan
kerja, cara membongkar, cara menganalisa komponen-komponen karburator, dan
cara merakit kembali karburator.
Instrumen yang digunakan berbentuk matriks. Ke bawah menyatakan
perincian aspek (bagian keterampilan) yang diukur, ke kanan menunjukkan skor
yang dapat dicapai. Contoh tabel matriks penilaian psikomotor seperti pada tabel
[image:32.595.115.514.250.719.2]3-02 dibawahi ini:
Tabel 3-02: Contoh matrik penilaian psikomotor
No Aspek yang dinilai Indikator Keberhasilan / Deskripsi
Skor
9 8 7 <7
1. Persiapan alat dan bahan a. Menggunakan
Werkpak/pakainan kerja
b. Udara dalam kompresor disiapkan
c. Disiapkan obeng (+/-), lap/majun, kuas, tempat bensin, penjepit, dan selang kecil
2. Membongkar karburator a. Komponen karburator dilepas dari mesin dengan tidak merusak komponen lainnya b. Dudukan katup jarum dibuka c. Balikan karburator dan
keluarkan beban pemberat dan bola baja
d. Dengan menggunakan penjepit, keluarkan penahan bola baja dari bagian bawah silinder pompa.
e. Buka slow jet f. Buka katup power
96
No Aspek yang dinilai Indikator Keberhasilan / Deskripsi
Skor
9 8 7 <7 3 Pemeriksaan karburator a. Sebelum
komponen-komponen diperiksa, bersihkan terlebih dahulu dengan bensin.
Dengan menggunakan udara bertekanan, tiupkan semua kotoran dari jet dan komponen lainnya dari saluran bahan bakar serta celah-celah pada body.
b. Periksa pelampung dan pen pivot, kemungkinan aus atau pecah.
c. Periksa permukaan katup jarum, dudukan katup jarum, dan power piston dari kemungkinan karat atau pecah.
d. Periksa komponen body dari retak, rusak atau tersumbat. e. Periksa venturi dari cacat atau
tersumbat.
f. Periksa jet dari tempat
persinggungan cacat, ulir cacat atau tersumbat atau celah untuk obeng rusak.
97
No Aspek yang dinilai Indikator Keberhasilan / Deskripsi
Skor
9 8 7 <7
4 Merakit karburator a. Pasang jet utama dengan gasket yang baru.
b. Pasang komponen slow jet dan katup power.
c. Pasangan penahan bola baja kemudian silinder pompa, dan bola baja.
d. Pasang dudukan dan katup jarum.
e. Pasang lagi karburator pada mesin.
Keterangan penilaian:
Batas minimal kompeten diberi nilai 7.00. Gradasi nilai adalah sebagai berikut:
7.00 (baik) = dengan tepat waktu dapat mencapai kompetensi sesuai
kualitas standar minimal yang ditetapkan Kriteria
Kinerja;
8.00 (amat baik) = lebih cepat dari ketentuan waktu dapat mencapai
kompetensi sesuai kualitas standar minimal yang
ditetapkan Kriteria Kinerja, dan;
9.00 (istimewa) = lebih cepat dari ketentuan waktu dapat mencapai
kompetensi melebihi kualitas standar minimal yang
ditetapkan Kriteria Kinerja
3.3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Sesuai dengan judul dan inti permasalahan yang telah dijelaskan pada bab I,
terdapat dua kategori variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
98
dan prestasi belajar Kimia (X3) sedangkan variabel terikat adalah penguasaan
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Y). Karena penelitian ini, intinya
mengukur prestasi mata pelajaran maka kisi yang dikembangan adalah
kisi-kisi evaluasi pembelajaran dari setiap mata pelajaran yang diteliti, yakni:
[image:35.595.108.519.251.752.2]Matematika, Fisika, dan Kimia.
Tabel 3-03: Kisi-kisi instrumen tes Matematika
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
No. Butir Tes
Menetukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi dua
1. Mengidentifikasi sudut
2. Menentukan keliling bangun datar dan luas daerah bangun datar
3. Menerapkan
transformasi bangun datar
Dapat mengkonversikan sudut dari rad ke derajat, dari derajat ke rad, dari rad ke derajat/menit/detik
Dapat menentukan bermacam-macam keliling dan luas bangun datar.
Dapat menerapkan informasi dalam mentransformasi bangun datar
1, 2, 6, 9
3, 4, 5, 7, 8
23, 24, 28, 32
Menetukan kedudukan jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi tiga
4. Mengidentifikasi bangun ruang dan unsur-unsurnya
5. Menghitung luas permukaan bangun ruang
6. Menerapkan konsep volume bangun ruang
7. Menetukan hubungan antara unsur-unsur dalam bangun ruang
Dapat mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang
Dapat menghitung luas permukaan dari berbagai bangun ruang
Dapat menghitung volume dari bermacam-macam bangun ruang
Dapat mengidentifikasi unsur satu dengan yang lainnya dalam bangun ruang
14
10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 26, 29, 33, 34, 40
25, 30, 31
15, 22, 27
Menerakan konsep vektor dalam pemecahan
8. Menerapkan konsep vektor pada bidang datar
Dapat menerapkan konsep vektor dalam memecahkan masalah
99 masalah
9. Menerapkan konsep vektor pada bangun ruang
dalam bidang datar
Dapat menerapkan konsep vektor dalam memecahkan masalah dalam bidang ruang
[image:36.595.110.518.232.761.2]21, 39
Tabel 3-04: Kisi-kisi instrumen tes Fisika
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
No. Butir Tes
Menerapkan getaran, gelombang dan bunyi
1. Menguasai hukum getaran, gelombang dan bunyi 2. Membedakan getaran, gelombang dan bunyi 3. Menghitung getaran, gelombang dan bunyi
Dapat menerapkan hukum getaran, gelombang dan bunyi
Dapat menentukan perbedaan getaran, gelombang dan bunyi
Dapat menghitung masalah getaran, gelombang dan bunyi
1, 2, 3
7, 8
4, 5, 6, 9, 10, 11
Menerapkan konsep magnet dan elektromagnetik
4. Menguasai konsep kemagnetan
5. Menguasai hukum magnet dan electromagnet
6. Menggunakan magnet
7. Menggunakan eletromagnet
Dapat menerapkan konsep kemagnetan
Dapat menerapkan hukum magnet dan elektromagnet
Dapat memecahkan masalah dengan magnet
Dapat memecahkan masalah dengan kemagnetan
12, 13, 14
15
16, 17, 18
19, 20, 21, 22, 23
Menerapkan konsep optik
8. Membedakan konsep cermin dan lensa
9. Menggunakan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya
10. Menggunakan cermin dan lensa
Dapat menerapkan perbedaan konsep cermin dan lensa
Dapat menerapkan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya
Dapat memecahkan masalah dengan menggunakan cermin dan lensa
24, 25, 26
27, 28, 29, 30, 31, 32,
33, 34
100
Tabel 3-05: Kisi-kisi instrumen tes Kimia
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
No. Butir Tes
Memahami konsep kesetimbangan reaksi
1. Menguasai reaksi kesetimbangan
2. Menguasai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
3. Menentukan hubungan
kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan
Dapat menerapkan reaksi kesetimbangan
Dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan
Dapat menghitung secara kuantitatif pereaksi dan hasil reaksi.
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8
9, 10, 11, 12
Menentukan perubahan entalpi berdasarkan konsep termokimia
4. Menjelaskan entalpi dan perubahan entalpi
5. Menentukan perubahan entalpi reaksi
6. Menentukan kalor pembakaran berbagai bahan bakar
Dapat menerapkan entalpi dan perubahan entalpi
Dapat menghitung perubahan entalpi reaksi
Dapat menghitung kalor pembakaran
13, 14
15, 16, 17, 18
19, 20, 21, 22, 23
Mengkomunikasik an senyawa hidrokarbon dan kegunaannya
7. Mendeskripsikan kekhasan atom karbon yang membentuk
senyawa hidrokarbon
8. Menggolongkan senyawa
hidrokarbon dan turunannya
9. Mendeskripsikan kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan manusia
Dapat menjelaskan cirri-ciri atom karbon dalam senyawa hidrokarbon
Dapat
mengklasifikasikan senyawa hidrokarbon
Dapat menjelaskan kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari.
24, 25, 26, 36
27, 28, 37, 38, 39, 40
29, 30, 31, 32, 33, 34,
101 3.4. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan, apakah instrumen yang
digunakan benar mengukur apa yang harus diukur serta, mengetahui keterandalan
dan konsistensi instrumen tersebut dalam mengungkapkan fenomena dari
sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda dan subyek
yang berbeda pula.
3.4.1. Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:173). Senada dengan
Arikunto (2010:69) menyatakan “Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur.” Untuk mengungkapkan data yang
sesungguhnya dari prestasi belajar Matematika, Fisika dan Kimia maka terlebih
dahulu soal-soal tes diuji coba untuk menguji validitasnya. Hasil uji coba di
analisis untuk mengetahui tingkat validitas isinya.
Menurut Arikunto (2010:67) menyatakan “sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi
atau isi pelajaran yang diberikan.” Karena variabel dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar Matematika, Fisika, dan Kimia, maka validitas isi untuk mengukur
tujuan khusus pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia yang sejajar dengan
materi yang diberikan pada semester genap kelas XI (sebelas). Untuk keperluan
102
soal-soal. Dalam menentukan Uji Indeks Kesulitan soal-soal menggunakan rumus
Gronlund (1982:102):
= % (3.01)
Dimana P = indeks kesulitan soal, R = jumlah responden yang menjawab benar,
dan T = jumlah responden.
P = 0 berarti tidak seorang pun dapat menjawab, dan P = 100 semua
responden dapat menjawab dengan benar. Dengan demikian disimpulkan, bila
indeks mendekati angka nol menunjukkan soal yang bersangkutan sulit;
sebaliknya jika mendekati angka 100 menunjukkan soal yang bersangkutan
mudah. Atas dasar pemikiran itu, maka indeks kesulitan soal dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: P = 0.00 s/d 40.00 berarti soal sulit, P = 41.00 s/d
70.00 berarti soal sedang, dan P = 71.00 s/d 100.00 berarti soal mudah.
(Reksoatmodjo, 2009: 202).
Untuk hasil analisis indeks kesulitan ditunjukkan pada lampiran 01,
ID-02, dan ID-03 halaman 202-204, sedangkan pengelompokkan berdasarkan tingkat
kesulitan disajikan pada lampiran TK-01, TK-02, dan TK-03 hal. 205-207.
Uji Daya Pembeda dilakukan untuk mengetahui signifikansi kelompok
tinggi dan kelompok rendah, dengan kata lain apakah soal tersebut dapat
membedakan kemampuan kognitifnya dari setiap responden. Dalam
Reksoatmodjo (2009:2002-2003), untuk maksud tersebut nilai yang diperoleh
responden disusun berjenjang dari nilai tertinggi sampai dengan terendah.
103
jawaban yang benar terhadap dari tiap-tiap soal dari kedua kelompok itu. Daya
pembeda dihitung menngunakan rumus Gronlund (1982:103):
= ( ) (3.02)
Dimana = jumlah sampel dari setiap kelompok (27% dari jumlah seluruh
responden, = jawaban benar dari kelompok atas, dan = jawaban benar dari
kelompok bawah. Dalam hubungan ini ditetapkan kriteria: soal-soal yang
memiliki daya pembeda yang baik jika D ˃ 0. Soal-soal yang memiliki daya
pembeda sama dengan nol atau negatif dibatalkan atau diperbaiki sampai
memenuhi kriteria tersebut.
Hasil analisis daya pembeda disajikan pada lampiran DP-01 hal. 208 untuk
tes Matematika. Dari 40 soal, enam soal dinyatakan tidak memliki daya pembeda,
dan ke-enam soal tersebut diperbaiki.
Selanjutnya hasil analisis daya pembeda masing-masing untuk tes Fisika
dan Kimia ditunjukkan pada lampiran DP-02, dan DP-03 hal. 209-210. Dari 40
soal Fisika, tujuh soal tidak memiliki daya pembeda; tiga soal dibatalkan; dan
empat soal diperbaiki, setelah diujicobakan kembali dinyatakan memenuhi
persyaratan. Sehingga untuk tes Fisika didapat 40 soal yang memiliki daya
pembeda.
Sedangkan dari 40 soal Kimia, sembilan soal dinyatakan tidak memiliki
daya pembeda, untuk Sembilan soal Kimia tersebut diperbaiki hingga memenuhi
104 3.4.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat konsistensi instrumen alat
ukur dalam mengungkap fenomena dari sampel meskipun dilakukan dalam waktu
yang berbeda. Dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai
keajegan atau konsistensi alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya,
sehingga kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif
sama.
Menurut Reksoatmodjo (2009:2003), reliabilitas instrumen tes menunjukkan
seberapa jauh tes itu terbebas dari variansi kekeliruan (error variances). Untuk
maksud ini dilakukan Uji Reliabilitas hasil uji coba dengan menggunakan rumus
Kudder-Rechardson KR-21:
= . .( .( ) ) (3.03)
Di mana = reliabilitas seluruh perangkat tes, K = jumlah soal, = varians
jawaban benar, !" = rerata dari jumlah jawaban yang benar.
Dari perhitungan yang diperoleh pada lampiran RE-01 hal. 200-201,
masing-masing untuk Matematika, Fisika, dan Kimia didapatkan untuk !" = 24.4,
24.47, dan 24.73; # = 7.91, 7.92, dan 7.96; dan ## = 0.87 untuk ketiganya
(Matematika, Fisika, dan Kimia) pada taraf nyata 0.975. Artinya perangkat yang
105 3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Statistik
Tahap pertama dalam pengolahan data penelitian ini adalah pengujian
asumsi-asumsi statistik yang dipersyaratkan atau yang perlu dipenuhi sebagai
dasar penggunaan analisis statistic induktif. Pengujian itu meliputi:
1) Uji Normalitas Sebaran Frekuensi
Apabila dalam suatu penelitian sampel diambil dari suatu populasi yang
diasumsikan berdistribusi normal, maka sebelum pengolahan data terlebih dahulu
perlu dilakukan pengujian normalitas sebaran data yang diperoleh dari sampel
tersebut. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari metode sampling, karena hasil
sampling adalah untuk mengestimasi atau menyimpulkan karakteristik populasi.
Dalam Reksoatmodjo (2009:46-47), langkah-langkah uji normalitas sebaran
frekuensi, sebagai berikut:
a. Menghitung rerata dan simpangan baku s.
= ∑ %.&%
∑ &% '() (3.04A)
* = +,( ) &%
- (3.04B)
b. Langkah pertama dalam pengujian normalitas sebaran adalah
mengkonversikan batas-batas interval kelas ke dalam bilangan baku z
(juga disebut skor z), dengan menggunakan rumus:
106
c. Langkah berikutnya adalah menguji normalitas berdasarkan tabel
distribusi / dengan menggunakan rumus:
0 = ∑(&1 &2)
&2 (3.06)
d. Sebaran frekuensi dinyatakan normal jika: 03%45-6 ≤ 04892: pada harga
x yang dipilih.
2) Uji homogenitas varians
Pengujian homogenitas nilai-nilai yang diperoleh dilakukan
menggunakan uji F:
; = '<=()( ≥ (3.07)
3.5.2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis
korelasi dan regresi, dimana untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga
menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi linier sederhana sedangkan
untuk menguji hipotesis keempat menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda.
Uji keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.
Sesuai dengan desain penelitian yang telah dijelaskan, maka dalam
pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui hubungan antara !? dengan Y, ! dengan Y, dan !@
dengan Y; digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment
dalam Reksoadmodjo (2009:136) sebagai berikut:
107 Dimana:
A = Koefisien korelasi
∑ = Jumlah skor item
∑ A = Jumlah skor total (seluruh item) - = Jumlah sampel
Nilai C dan D diperoleh dari: = ( %− %) dan A = ( %− %), nilai
korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r), apabila nilai r ini sudah
diperoleh dari hasil perhitungan, selanjutnya ditafsirkan dengan tabel
[image:44.595.117.511.237.656.2]interpretasi.
Tabel 3.06: Interpretasi dari nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Sugiyono (2005:257)
2) Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat
ditentukan dengan koefisien determinasi dalam Usman H dan Akbar P.S
(2000: 200) sebagai berikut:
= % (3.09)
Dimana;
= Koefisien determinasi
= Nilai koefisien korelasi
3) Untuk pengujian signifikansi variabel X terhadap Y menggunakan rumus dari
Sugiyono (2005:257) seperti di bawah ini, kemudian dibandingkan dengan
108
4 = B √- (3.10)
Dimana:
t = Nilai FMNGOPQ
r = Koefisien korelasi hasil MNGOPQ
n = Jumlah responden
dengan ketentuan sebagai berikut:
tSTUVWX ≤ tUYZ[\= Tidak Signieikan
tSTUVWX ˃ tUYZ[\ = Signieikan
4) Untuk mengetahui hubungan simultan !?, ! , dan !@ dengan Y
menggunakan koefisien korelasi ganda, menggunakan rumus dalam Usman H
dan Akbar R.P.S (2000:232) sebagai berikut:
A. . . = + A g A g A A. .. A . A . . . (3.11)
Dimana:
A. . . = koefisien korelasi ganda antara variabel X1, X2, dan X3 secara
bersama-sama dengan variabel Y.
A = Koefisien korelasi X1 dengan Y
A = Koefisien korelasi X2 dengan Y
109
5) Kemudian untuk mencari signifikansinya, digunakan rumus dalam Usman H
dan Akbar R.P.S (2000:232) sebagai berikut:
; = h ( i ) -ihi
(3.12)
Dimana Fhitung˂ Ftabel: diterima atau signifikan.
6) Untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel digunakan metode
regresi:
a. Regresi linear sederhana
Pengujian ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara
variabel X dan Y. Dalam Reksoatmodjo, T. N (2009:131) persamaan
regresi ini dinyatakan:
j = 8 + 9 (3.13)
Dimana: a = ordinat pada X = 0 dan b = kemiringan atau tangens dari
garis regresi. Konstanta a dan b ditentukan dengan menggunakan rumus:
9 = ∑( .A)∑( ) (3.14A)
8 = − 9 (3.14B)
Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah
koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dengan
110
Tabel 3-07: ANAVA
Sumber Variasi dk Jumlah kuadrat (JK)
Rata-rata JK Fhitung
Total n ΣY2
Regresi a 1 JK(reg a) = ΣY2/n RJK(reg a) = JK(reg a)
Regresi (b|a) 1 Jkreg( b|a) = bΣX.Y - (ΣX)(ΣY)/n RJKreg (b|a) = JKreg (b|a)
Residu n-2 JK res = ΣY 2
- JK reg(b|a) - JK reg (a) RJK(E) =Jkres/n-2
Fsign = RJK(b|a)/RJK(res)
Tuna Cocok (TC) k-2 JK(TC) = Jkres - JK(E) RJK(TC) = JK(TC)/k-2
Kekeliruan (E) n-k JK(E) = ΣXΣY2 - (ΣY)2/n RJK (E) = JK(E)/n-k
F(line) =
RJK(TC)/RJK(E) Usman H dan Akbar R.P.S (2000;220)
b. Regresi linier ganda
Pengujian regresi linier ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau
tidak adanya hubungan fungsional antara variabel !?, ! , dan !@ dengan
Y. Pengujian data dilakukan menghitung persamaan regresi linier,
persamaan regresi linier ganda untu penelitian ini dinyatakan:
j = 8 + 9 + 9 + 9 (3.15)
Perhitungan dapat dikembangkan menggunakan jumlah kuadrat terkecil E
dari persamaan (3.13) adalah:
l = ∑ ( − 8 − 9- − 9 − 9 )
%m (3.16)
Setelah disederhanakan diperoleh:
∑ = -. 8 + 9 ∑ + 9 ∑ + 9 ∑
∑ = 8. ∑ + 9 ∑ + 9 ∑ . + 9 ∑ . (3.17) ∑ = 8. ∑ + 9 ∑ . + 9 ∑ + 9 ∑ .
∑ = 8. ∑ + 9 ∑ . + 9 ∑ . + 9 ∑
Dari persamaan (3.15) dapat disederhanakan lagi, apabila diambil:
A = − , = %− = %− , o8- = %−
Sehingga untuk koefisien-koefisien b1, b2, dan b3 dengan
111
∑ A = 9 ∑ + 9 ∑ . + 9 ∑ .
∑ A = 9 ∑ . + 9 ∑ + 9 ∑ . (3.18) ∑ A = 9 ∑ . + 9 ∑ . + 9 ∑
Untuk koefisien a diperoleh:
8 = − 9 − 9 − 9 (3.19)
3.6. Hipotesis Statistik Penelitian
Hipotesis statistik penelitian yang akan dilakukan pengujian dirumuskan
sebagai berikut:
Hipotesis I pq∶ st? = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi
belajar Matematika dengan penguasaan
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan
Ringan.
p? ∶ st? ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara prestasi
belajar Matematika dengan penguasaan
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan
Ringan.
Hipotesis II pq∶ st = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi
belajar Fisika dengan penguasaan kompetensi
keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
p? ∶ st ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara prestasi
belajar Fisika dengan penguasaan kompetensi
keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
112
belajar Kimia dengan penguasaan kompetensi
keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
p? ∶ st@ ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara prestasi
belajar Kimia dengan penguasaan kompetensi
keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
Hipotesis IV pq∶ st? @ = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi
belajar Matematika, Fisika, dan Kimia dengan
penguasaan kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan.
p? ∶ st? @ ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara prestasi
belajar Matematika, Fisika, dan Kimia dengan
penguasaan kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan.
Keterangan:
pq = Hipotesis nol p? = Hipotesis alternatif
st? = Koefisien korelasi antara prestasi belajar Matematika (X1) dengan
penguasaan kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Y).
st = Koefisien korelasi antara prestasi belajar Fisika (X2) dengan penguasaan
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Y).
st@ = Koefisien korelasi antara prestasi belajar Kimia (X3) dengan penguasaan
113
st? @ = Koefisien korelasi antara prestasi belajar Matematika (X1), Fisika (X2),
dan Kimia (X3) dengan penguasaan kompetensi keahlian Teknik
Kendaraan Ringan (Y).
3.7Penafsiran Hasil Tes
Dalam menafsirkan hasil tes dikenal ada dua pendekatan, yaitu pendekatan
penilaian acuan patokan (PAP) dan pendekatan penilaian acuan norma (PAN).
Dalam Arifin, Z (2011:235) menyatakan “Pendekatan penilaian acuan patokan
(PAP) pada umumnya digunakan untuk menafsirkan tes formatif, sedangkan
penilaian acuan norma (PAN) digunakan untuk menafsirkan hasil tes sumatif.
Nilai yang didapat dalam penelitian ini, dihasilkan dari skor yang diperoleh
hasil tes sumatif, sehingga dalam menafsirkan nilai digunakan penilaian acuan
norma (PAN). Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta
didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil
belajar peserta didik lainnya dalam satu kelompok/kelas. Peserta didik
dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui
kedudukan realtif seorang peserta didik dibandingkan teman sekelasnya.
Tujuan penilaian acuan norma (PAN) adalah untuk membedakan peserta
didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah
sampai dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam