Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
PELATIHAN PENARI PADA KESENIAN KUDA RENGGONG GRUP DINNAR KELANA JAYA DI KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratuntukMemperolehGelar
SarjanaPendidikan
Oleh :
NURUL KRISTIANA
0908837
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten Lembar Hak Cipta
PELATIHAN PENARI PADA KESENIAN KUDA
RENGGONG GRUP DINNAR KELANA JAYA DI
KABUPATEN SUMEDANG
Oleh
Nurul Kristiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Nurul Kristiana 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pelatihan Penari Pada Kesenian
Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya Di Kabupaten Sumedang ini,
sepenuhnya adalah karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2013
Yang membuat pernyataan
Nurul Kristiana, 2013
i
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
PELATIHAN PENARI PADA KESENIAN KUDA RENGGONG GRUP DINNAR KELANA JAYA DI KABUPATEN SUMEDANG
Oleh : Nurul Kristiana (0908837)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelatihan menjadi seorang penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong. Latar belakang permasalahan ini adalah keunikan atraksi kuda silat bahwa seorang penari kuda silat mampu mengkolaborasi dan mengaplikasikan gerakan pencak silat serta akrobatik dengan seekor kuda renggong, istilah lainnya yaitu nyilatan kuda. Tidak semua pendekar pencak silat bisa nyilatan kuda, karena selain ahli dalam melakukan gerakan pencak silat juga harus ahli dalam menangani kuda renggong sehingga dapat menampilkan atraksi kuda silat (nyilatan kuda). Rumusan masalah yaitu : Bagaimana proses pelatihan menjadi penari, syarat yang harus dimiliki penari, dan interaksi antara penari dengan kuda renggong dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Objek penelitiannya yaitu seni kuda renggong grup Dinnar Kelana Jaya di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Temuan penelitian adalah Proses pelatihan menjadi penari kuda silat meliputi proses adaptasi, pelatihan gerak dasar pencak silat, dan proses mengaplikasikan gerak dasar silat dan akrobatik kepada kuda renggong. Syarat utama menjadi penari kuda silat tidak terletak hanya pada seberapa profesional seseorang melakukan gerakan pencak silat atau akrobatik, akan tetapi syarat yang paling utama untuk menjadi penari adalah keberanian dan kecintaan seseorang terhadap hewan sehingga bisa menjinakan kuda renggong tersebut. Adapun interaksi dalam proses pelatihannya diantaranya yaitu melakukan pendekatan kepada kuda renggong terlebih dahulu secara berkala agar kuda tersebut jinak dan patuh, mengaplikasikan gerakan pencak silat dengan kuda renggong, dan melakukan latihan gerak akrobatik bersama kuda renggong. Kunci keberhasilan menjadi penari kuda silat adalah niat yang kuat dan keberanian yang tinggi.
ii
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
ABSTRAC collaborate and apply pencak silat movement and acrobatic with kuda renggong which is called as nyilatan kuda. It is because not every people who mastered in pencak silat are also able to do nyilatan kuda. However, in order to perform an interesting nyilatan kuda, the dancers have to be expert not only in doing pencak silat but also in handling a horse as a renggong. Refering to the background, this study attemped to address the research questions as follows : (1) How is the training process to be a kuda silat dancer in Dinnar Kelana Jaya group of kuda renggong art performance in kabupaten Sumedang ? (2) What are the requirements to be a kuda silat dancer in Dinnar Kelana Jaya group of kuda renggong art performance in kabupaten Sumedang ? (3) How is the interaction between the dancer and kuda renggong of kuda silat attraction in Dinnar Kelana Jaya group of kuda renggong art performance in kabupaten Sumedang ?. This study employed qualitative research approach, which is descriptive in nature. The object of the study was Dinnar Kelana Jaya group of kuda renggong art performance in Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. The findings showed that an informal study were employed in the process of training to be a kuda silat dancer which there are no limitation in both age and the length of the study. It was also found that the most significant requirements to be a dancer was laid in their courage and affection in domesticating an animal, in this case horse. Besides, the also have to be able in doing pencak silat. Becoming a kuda silat dancer, there were several training process such as the process of adaption, the process of basic movement of pencak silat training, and the process of pencak silat applying and acrobating with kuda renggong. Moreover, there were also any interactions in the training process between the dancer and kuda renggong such as do some approaches in domesticating a horse, apply pencak silat with kuda renggong, and do acrobatic exercise with kuda renggong. As the final result, the strong desire and courage were the most significant keys in becoming a kuda silat dancer.
iii
Nurul Kristiana, 2013
v
Nurul Kristiana, 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR. ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... . vii
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmar DAFTAR TABEL ... viiii
DAFTAR LAMPIRAN ... ixii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 4
C. TujuanPenelitian ... 4
D. ManfaatPenelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. HasilPenelitian yang Relevan ... 7
B. SeniPertunjukandalamMasyarakat ... 10
C. Pendidikan Non Formal padaPelatihanPenariKudarenggong ... 12
BAB III METODE PEMBELAJARAN ... 17
A. LokasidanSubjekPenelitian ... 17
1. LokasiPenelitian ... 17
2. SubjekPenelitian ... 17
B. MetodePenelitian... 17
C. DefinisiOperasional... 19
D. InstrumenPenelitian... 20
vi
Nurul Kristiana, 2013
2. StudiKepustakaan ... 22
3. Dokumentasi ... 23
4. TeknikWawancara / Interview ... 24
E. TeknikPengumpulan Data ... 25
F. TeknikAnalisis Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. HasilPenelitian ... 28
1. Selayang Pandang KudaRenggong ... 28
2. Selayang Pandang PencakSilatdalamPertunjukanKudaRenggong ... 36
3. SekilastentangGrupDinnarKelana Jaya ... 38
4. Unsur Tata BusanaPertunjukanKudaRenggong ... 39
5. IringanMusikPertunjukanKudaRenggong ... 45
B. Pembahasan ... 45
1. Proses PelatihanMenjadiPenaridalamAtraksiKudaSilatpadaKesenianKud aRenggong ... 45
2. SyaratMenjadiPenaridalamAtraksiKudaSilat ... 64
3. InteraksiAntaraPenaridenganKudaRenggongdalamAtraksiKudaSil atpadaKesenianKudaRenggong ... 67
4. Analisis Proses PelatihanPenariKudaSilat ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
GLOSARIUM ... 84
vii
Nurul Kristiana, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 BusanaKudaRenggong (TampakDepan) ... 40
Gambar 4.2 BusanaKudaRenggong (TampakSamping) ... 41
Gambar 4.3 BusanaAnakKhitanTampakSamping ... 42
Gambar 4.4 IkatKepala, BajuPangsi, danCelanaSontogPangsi ... 43
Gambar 4.5 TopiKoboi, KemejaGrup, danCelanaPanjang (TampakSamping) ... 43
Gambar 4.6 SindensedangbernyanyidalamHelaran ... 44
Gambar 4.7 PenelitisedangMemandikanKudaBersama Kang Imat (Penari) ... 48
Gambar 4.8 PenelitisedangMeroskamKuda ... 48
Gambar 4.9 PenelitisedangMemberiPakanKuda ... 49
Gambar 4.10 PenelitisedangMengajakkudaberjalan-jalanBersama Kang Imat (Penari) ... 49
Gambar 4.11 PenelitisedangBerlatihGerakKuda-KudaPasangSilatBersama Kang Imat (Penari) ... 51
Gambar 4.12 PenelitisedangBerlatihGerakMenangkisBersama Kang Imat (Penari) dan Pak Aca (PenanggungJawabGrup) ... 51
Gambar 4.13 PenelitisedangBerlatihGerakSikuBersama Kang Imat (Penari) dan Pak Aca (PenanggungJawabGrup ... 52
Gambar 4.14 PenelitisedangBerlatihGerakBandulBersama Kang Imat (Penari) dan Pak Aca (PenanggungJawabGrup) ... 52
Gambar 4.15 PenelitisedangBerlatihGerakMemukulBersama Kang Agus (PenariKudaSilat) ... 53
Gambar 4.16 PenarimelakukangerakGerak Besot Bersama Kang Agus (PenariKudaSilat) ... 53
Gambar 4.17 PenelitisedangBerlatihGerakMenendangBersama Kang Imat (Penari) dan Pak Aca (PenanggungJawabGrup) ... 54
Gambar 4.18 Penarimelakukangeraktepaktiluyaitubersiapdiataspunggungkuda ... 55
viii
Nurul Kristiana, 2013
Gambar 4.20 Penarimenstimuluskudauntukmelakukangerakannyilatankuda .... 56
Gambar 4.21Penarimelakukangerakatauatraksinyilatankuda ... 57
Gambar 4.22GerakHormatSideku ... 58
Gambar 4.23GerakKudaBerdiri / Nangtung ... 59
Gambar 4.24GerakDipunggu didepan ... 60
Gambar 4.25GerakDipunggudi belakang... 61
Gambar 4.26GerakKudaNincakKepala ... 62
Gambar 4.27GerakKudaNincakPaha ... 62
Gambar 4.28GerakKudaNangkarak ... 63
ix
Nurul Kristiana, 2013
Tabel 4.1 Busana yang dipakai oleh para pawang kuda, anak khitan, kuda
renggong, nayaga, dan sinden pada pertunjukan Kuda Renggong ... 40
x
Nurul Kristiana, 2013
LAMPIRAN 1 : PEDOMAN WAWANCARA ... 88
LAMPIRAN 2 : FOTO-FOTO YANG BERKAITAN DENGAN PENELITIAN
... 90
LAMPIRAN 3 : ADMINISTRASI PENELITIAN ... 106
1
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) “mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan “segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan
kerangka pola-pola bentuk maupun penerapan yang secara berulang”. Kesenian
dinyatakan termasuk kedalam seni tradisional jika unsur-unsur didalamnya
mengandung tradisi atau adat istiadat yang turun-temurun (sudah ada sejak lama),
serta mempunyai pakem atau aturan tertentu. Tradisi atau adat istiadat yang
terkandung dalam sebuah kesenian tradisional biasanya disesuaikan dengan asal
mula tempat lahirnya kesenian dan mencerminkan identitas mayarakat serta
daerah penciptanya. Pakem atau aturan ditentukan agar sebuah kesenian
tradisional menjadi baku dan terikat sehingga tetap terjaga keorisinilannya.
Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:119) dapat juga diartikan dengan “seni untuk tradisi”. Dalam hal ini, dapat sisimpulkan bahwa penciptaan dan pertunjukan kesenian dilakukan untuk menguatkan tradisi. Kesenian dijadikan
sebagai media pengungkapan suatu tradisi atau adat istiadat, penyebaran,
pengenalan, dan pelestarian kepada masyarakat luas.
Provinsi Jawa Barat memiliki jenis kesenian tradisional yang beraneka
ragam bentuknya. Jenis kesenian yang berkembang merupakan kekayaan yang
tidak ternilai harganya, karena kesenian yang dimiliki adalah hasil dari penciptaan
karya masyarakat setempat serta cerminan budaya yang menjadi kekhasan setiap
daerah. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sedyawati (1981:56), bahwa “dalam lingkungan adat dan kesepakatan yang turun temurun mengenai perilaku mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah bangkitnya kesenian”.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu contoh daerah di Provinsi
Jawa Barat dimana masyarakatnya memiliki keanekaragaman jenis kesenian
tradisional. Kesenian tersebut dalam inspirasi penciptaannya tidak luput dari
2
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Bangreng, Seni Umbul, Tarawangsa, Upacara Seren Taun, Kuda Renggong, dan
sebagainya. Kesenian-kesenian tersebut secara turun-temurun dilestarikan mulai
dari silsilah keluarga (keturunan penciptanya) sampai berkembang luas diterapkan
ke masyarakat umum hingga diantaranya bisa menjadi ikon atau ciri khas daripada
kota Sumedang, salah satunya yaitu kesenian Kuda Renggong.
Kesenian kuda renggong merupakan seni pertunjukan atraksi beberapa kuda
renggong atau kuda menari dengan dipandu oleh sang pawang kuda mengikuti
iringan musik tanji, dimana kuda tersebut ditunggangi oleh anak khitan beserta
keluarganya yang masih anak-anak.
Berdasarkan literatur yang di unduh dari internet
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kudarenggong/. Kesenian Kuda
Renggong murni berasal dari kota Sumedang tepatnya diciptakan oleh Alm. Sipan
sekitar tahun 1910 di Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Pertunjukan
kesenian kuda renggong biasanya diadakan sebagai hiburan pada hajatan sunatan
atau khitanan anak untuk menghibur anak yang merasa sakit paska dikhitan.
Adapun struktur pertunjukan Kuda Renggong biasanya diawali dengan
pemanasan yaitu kuda berjalan mengelilingi balandongan atau pekarangan rumah
hajat, lalu anak khitan dan anak-anak sekerabatnya menaiki kuda renggong
dimana kuda tersebut mulai berjoget diiringi musik tanji, dimana kuda tersebut
masih berjalan mengelilingi balandongan yang telah disediakan. Kemudian
arak-arakan pun dilaksanakan, biasanya menyusuri jalan di sekitar desa. Setelah itu,
dilanjutkan ke acara saweran anak khitan yang kemudian diakhiri dengan atraksi
kuda silat.
Pertunjukan kesenian Kuda Renggong bagi masyarakat Sumedang
memiliki peranan yang sangat bermanfaat, diantaranya memberikan lapangan
pekerjaan, memberikan keterampilan tambahan melalui sanggar-sanggar kesenian
kuda renggong yang melatih anggota-anggotanya, serta melestarikan kearifan
budaya lokal. Dalam perkembangannya sekarang, selain atraksi kuda menari, pada
pertunjukan kuda renggong terdapat pula atraksi kuda silat sehingga kesenian
3
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Atraksi kuda silat pada pertunjukan kuda renggong berupa atraksi kuda
bertarung melawan manusia ( pawang kuda atau penari) dengan gerakan-gerakan
pencak silat sebagai gerak dasarnya. Keunikan yang terdapat dalam atraksi kuda
silat ini adalah gerakan ibingan silat dirubah menjadi gerak untuk bertarung
melawan kuda oleh sang penari atau pawang. Pada umunya, pencak silat adalah
spontanitas dari kuda yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, tidak semua penari
pencak silat mampu menampilkan atraksi kuda silat tersebut karena harus
mengalami beberapa proses latihan yang berbeda.
Hal inilah yang menambah nilai estetis dan daya tarik dalam pertunjukan
atraksi kuda silat, serta menjadi faktor pendorong peneliti untuk menjadikan
pertunjukan atraksi kuda silat sebagai objek penelitian. Dalam upaya
merealisasikan ketertarikan peneliti mengenai pertunjukan atraksi kuda silat pada
kesenian kuda renggong di Sumedang, peneliti memilih salah satu sanggar
kesenian kuda renggong yang ada di Sumedang yaitu Grup Dinnar Kelana Jaya
dimana grup tersebut merupakan salah satu grup kuda renggong yang paling
buhun dan terkenal di Kabupaten Sumedang. Grup Dinnar Kelana Jaya juga
merupakan salah satu pencetus terbentuknya atraksi kuda silat pada kesenian kuda
renggong. Keunikan-keunikan yang terdapat dalam kesenian kuda renggong
khususnya pada atraksi kuda silat, menimbulkan pertanyaan dari peneliti yaitu
tentang bagaimana penari atau pawang kuda bisa menyajikan gerak dasar pencak
silat bersama kuda renggong? Karena tidak semua penari ibing pencak silat
mampu dan bisa menjadi penari kuda silat. Hal tersebut terbukti dengan adanya
komunitas sanggar pelatihan ibing pencak silat yang cenderung melatih ibing
pencak silat dengan tujuan hanya mampu menampilkan pertunjukan seni ibing
pencak atau demonstrasi (pertarungan manusia dengan manusia) seperti pada
4
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
dengan mengaplikasikan serta menyajikan ibing pencak dengan kuda renggong
sekaligus ahli dalam mengendalikan kuda renggong sebagai esensi lain yang
terkandung dalam ilmu pencak silat. Adapun untuk menjadi penari dalam atraksi
kuda silat, penari tidak hanya mampu dan menguasai gerak dasar pencak silat
serta ibingan-ibingan atau jurus pencak silat saja, akan tetapi penari harus
memiliki keterampillan atau keahlian khusus untuk mengaplikasikan gerak pencak
silat dengan kuda renggong. Oleh karena itu, munculah gagasan untuk
mengadakan pengalihan kemampuan atau pewarisan ilmu untuk menjadi penari
kuda silat dari guru (seorang ahli atau pawang kuda silat) kepada muridnya.
Atas dasar itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
spesifik terhadap bagaimana proses pelatihan penari kuda silat dengan tujuan
dapat ikut serta mentransmisikan salah satu khasanah kebudayaan Kabupaten
Sumedang melalui penelitian yang mendeskripsikan tentang proses pelatihan
tersebut. Selain alasan tersebut, penelitian tentang pelatihan penari kuda silat ini
mempunyai peranan penting bagi masyarakat umum khususnya daerah Sumedang,
bahwa ada esensi lain dalam ibing pencak silat yang mempunyai hubungan
dengan salah satu budaya khas kota Sumedang yaitu atraksi kuda silat berupa
keahlian sebagai penari kuda silat yang patut dipelajari baik untuk pengetahuan,
pengalaman, atau pewarisan kepada generasi penerus. Serta sebagai sarana untuk
mentransmisikan atraksi kuda silat, sehingga hasilannya dapat diharapkan para
pendekar pencak silat di Kabupaten Sumedang juga mampu menjadi penari dalam
atraksi kuda silat. Maka dari itu peneliti merumuskannya kedalam judul skripsi
“PELATIHAN PENARI PADA KESENIAN KUDA RENGGONG GRUP
DINNAR KELANA JAYA DI KABUPATEN SUMEDANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka fokus
penelitian yang akan dilakukan dirumuskan kedalam rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada
5
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
2. Apa saja syarat yang harus dimiliki penari dalam atraksi kuda silat pada
kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang ?
3. Bagaimana interaksi antara penari dengan kuda renggong dalam atraksi kuda
silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten
Sumedang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang jelas merupakan kebermaknaan suatu pekerjaan, sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang berarti, dari pernyataan di atas, maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat
pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten
Sumedang.
2. Untuk mengetahui syarat yang harus dimiliki penari dalam atraksi kuda silat
pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten
Sumedang.
3. Untuk mengetahui interaksi antara penari dengan kuda renggong dalam atraksi
kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di
Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai ilmu pengetahuan
dan pengalaman untuk memahami salah satu kesenian tradisional Jawa
Barat yaitu atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong grup Dinnar
Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang. Serta mengetahui salah satu metode
pelestariannya melalui proses pelatihan penari kuda silat dan
mendeskripsikannya menjadi sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu, melalui
penelitian ini di harapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap kearifan
6
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
baik secara langsung (terjun ke dalam pertunjukan) maupun tidak langsung
(sebagai apresiator).
2. Bagi Kesenian Kuda Renggong GrupDinnar Kelana Jaya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi catatan penting tentang proses
pelatihan penari kuda silat yang ada pada Grup Dinnar Kelana Jaya di
Kabupaten Sumedang sebagai media pewarisan yang dapat
ditransformasikan kepada generasi muda. Selain itu menjadi temuan faktual
dan fenomenal tentang keilmuan kearifan lokal.
3. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik sebagai
referensi ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu seni serta dapat mengambil
nilai-nilai positif dan metode kepelatihan yang terkandung untuk bahan ajar
dengan tambahan-tambahan atau modifikasi sesuai kebutuhan.
4. Bagi Lembaga UPI
Dengan hasil penelitin ini diharapkan dapat dijadikan sumber ilmu
(referensi) tentang seni pertunjukkan tradisi yang tumbuh dan berkembang
di kabupaten Sumedang serta tentang metode pewarisan melalui pelatihan
kesenian tersebut.
5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi catatan penting bagi masyarakat
umum khususnya masyarakat Sumedang untuk lebih mengetahui dan
mengenal budayanya, juga sebagai referensi pendokumentasian salah satu
kesenian tradisionalnya. Selain itu, diharapkan menjadi salah satu media
yang berperan dalam pelestarian kesenian Kuda Renggong dan dapat
menstimulus masyarakat untuk mencintai juga ikut berperan serta dalam
proses pelestarian baik secara langsung (terjun ke dalam pertunjukan dan
16
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kampung Cidempet Desa Cibeureuyeuh
Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan
Conggeang berbatasan langsung dengan Kecamatan Buahdua di sebelah
Utara, Selatan dengan Paseh, Timur dengan Ujung Jaya, dan Barat dengan
Cimalaka.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian mengenai “Pelatihan Penari Pada Kesenian Kuda
Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya Di Kabupaten Sumedang” ini adalah
Grup Kesenian Kuda Renggong Dinnar Kelana Jaya dari Kabupaten
Sumedang. Grup yang didirikan oleh Bapak Engking ini telah memperoleh
beberapa kali kejuaran dalam festival kuda renggong.
B. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian dimana
dengan metode ini diharapkan membantu memudahkan jalannya penelitian untuk
mencapai tujuan penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Surakhmad (1989 : 131)
mengemukakan,
“Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan”.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui bagaimana proses
17
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Berdasarkan pada tujuan diatas, maka metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode
deskriptif analisis dianggap sesuai karena sifat penelitian deskriptif menurut
Surakhmad (1998 : 139) yaitu ”menuturkan dan menafsirkan data yang ada, lalu
dianalisis dan diinterpretasikan tentang arti data tersebut”, dipandang sangat
cocok untuk penelitian ini. Surakhmad (1998 : 140) menyatakan, bahwa pada
hakekatnya setiap penelitian mempunyai sifat deskriptif, dan mengadakan proses
analitik. Akan tetapi terutama pada metode deskriptif, deskripsi dan analisa
mempunyai peranan yang sangat penting. Begitupula dengan penelitian ini, hasil
penelitian dideskripsikan dan dianalisis sehingga menjadi suatu karya tulis ilmiah
yang berisi gambaran dari tujuan penelitian yaitu proses pelatihan menjadi penari
dalam atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong.
Untuk mempertajam penelitian, peneliti kualitatif harus menetapkan fokus.
Spradley dalam Sugiyono (2011 :286) menyatakan bahwa ”a focused refer to a
single cultural domain or a few related domains” (acuan yang berfokus pada
ranah kultural tunggal atau beberapa ranah yang terkait). Fokus utama dalam
penelitian ini adalah mengkaji tentang bagaimana proses pelatihan penari dalam
atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong. Untuk memperoleh objek kajian
yang representatif (dapat mewakili), peneliti menempuhnya melalui survei. Survei
dilakukan dengan menentukan teknik pengambilan sampel terlebih dahulu.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Teknik purposive sampling digunakan karena tidak semua sumber data cocok
untuk pengambilan data yang diperlukan penelitian, maka peneliti mensortir
dengan mempertimbangkan setiap sumber data sehingga menghasilkan sampel
sumber data yang memenuhi syarat untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun
sampel sumber datanya terdiri dari beberapa grup seni kuda renggong yang ada di
Kabupaten Sumedang. Sampel sumber data awalnya antara lain yaitu:
a. Grup Dinnar Kelana Jaya dari Kampung Cidempet Kecamatan Conggeang
b. Sulodra Grup dari Kecamatan Conggeang
c. Bima Grup dari Kecamatan Conggeang
18
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten e. Oday Grup dari Sumedang Kota
f. Bima Grup dari Cikaramas Kecamatan Tanjungmedar
g. Bintang Grup dari Kecamatan Tomo
h. Gehger Grup dari Kecamatan Ujung Jaya
i. Merang Grup dari Kecamatan Cimanggung
j. Guyur Grup dari Kecamatan Wado
Dari beberapa sampel sumber data tersebut, peneliti memilih grup Dinnar
Kelana Jaya dari Kampung Cidempet Kecamatan Conggeang sebagai sumber
data. Grup Dinnar Kelana Jaya terpilih karena merupakan salah satu grup yang
paling buhun atau tertua di Kabupaten Sumedang, yakni berdiri sejak tahun
1950-an oleh Bapak Engking y1950-ang sekar1950-ang telah berusia sekitar 90 tahun. Grup Dinnar
Kelana Jaya juga telah meraih juara tiga kali berturut-turut dalam festival kuda
renggong dan kuda silat se-Kabupaten Sumedang. Diantaranya yaitu pada tahun
1996 sebagai juara 1 Kuda Renggong, juara 2 Kuda Renggong tahun 1998, juara 2
Kuda Silat tahun 1999, juara 1 Kuda Renggong tahun 2001, Juara Kuda
Renggong tingkat Kecamatan Conggeang dan Kabupaten Majalengka, dan juara
penari pangeuyeub tingkat Kabupaten Sumedang.
C. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadi
kesalahpahaman, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut :
Pelatihan merupakan proses, cara, perbuatan melatih, kegiatan atau
pekerjaan melatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:644). Pelatihan
dipandang sebagai salah satu cara pewarisan atau pengalihan keilmuan,
kemampuan, atau keterampilan. Dalam kaitan ini, pewarisan melalui pelatihan
yang dimaksud berkenaan dengan proses menjadi penari dalam atraksi kuda silat
pada kesenian kuda renggong.
Sudah tentu sebuah pelatihan dalam prakteknya memerlukan proses yang
terkadang muncul pula berbagai hambatan atau kendala. Oleh karena itu,
19
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
kemampuan menari dalam atraksi kuda silat menarik untuk dijadikan sebagai
objek kajian penelitian.
Adapun penari pada kesenian kuda renggong dalam penelitian ini adalah
penari yang tampil dalam atraksi kuda silat (penari kuda silat) dimana atraksi
tersebut merupakan bagian dari kesenian kuda renggong. Penari kuda silat
menampilkan gerakan ibingan pencak silat berpasangan dengan kuda renggong
atau istilahnya disebut nyilatan kuda.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human
instrument), hal ini mengingat tujuh karakteristik yang menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian yang memiliki kualifikasi baik menurut Nasution
dalam Sugiyono (2011:307), yaitu sifatnya yang responsif, adaptif, lebih holistik,
kesadaran pada konteks tak terkatakan, mampu memproses segera, mampu
mengejar klarifikasi dan mampu meringkaskan segera, mampu menjelajahi
jawaban, idiosinkratik, dan mampu mengejar pemahaman yang lebih mendalam.
Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data perlu diketahui
keandalan instrumennya atau teruji kesahihannya agar diperoleh data yang dapat
dipercaya.
a. Teknik Observasi
Observasi atau pengamatan bertujuan mengamati dan mendengar dalam
rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena
sosial (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan dan sebagainya).
Tujuan dari observasi harus jelas dan dapat memusatkan perhatian
kepada hal-hal yang relevan, variabel-variabel yang akan diteliti harus
dirumuskan setajam mungkin. Tujuan yang jelas mengarahkan dan
memusatkan penelitian kepada apa yang harus diamati, siapa yang akan
diamati dan keterangan apa yang perlu dikumpulkan.
Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan diobservasi adalah sejarah umum
kuda renggong, sejarah grup kesenian kuda renggong Dinnar Kelana Jaya,
20
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong, syarat
menjadi penari kuda silat, bagaimana interaksi antara penari dengan kuda
renggong dalam atraksi kuda silat, struktur koreografi dalam atraksi kuda
silat, struktur pertunjukan kuda renggong, serta rias busana dan iringan
musik kuda renggong. Jenis observasinya adalah observasi langsung.
Spradley, dalam Sugiyono (2011 : 310) membedakan peran peneliti dalam
observasi menjadi : (1) tidak berperan sama sekali, (2) berperan pasif, (3)
berperan aktif, dan (4) berperan penuh. Metode observasi partisifasi aktif
menjadi pilihan utama yang peneliti lakukan dalam penelitian ini, dimana
peneliti terjun langsung berpartisipasi mengikuti proses pelatihannya. Hal
tersebut dipandang sesuai untuk mencermati tentang bagaimana proses
pelatihan penari dalam Atraksi Kuda Silat pada kesenian Kuda Renggong
Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang.
Observasi dilakukan sebanyak tiga kali. Berikut akan dipaparkan
observasi yang dilakukan selama penelitian :
1) Observasi pertama, dilakukan pada hari Rabu tanggal 6 Maret 2013.
Peneliti mencermati struktur pertunjukan kuda renggong Grup Dinnar
Kelana Jaya pada suatu acara hajatan khitanan di Kecamatan
Buahdua. Dimulai dari pertunjukan helaran atau arak-arakan kuda
renggong sampai pertunjukan atraksi kuda silat. Peneliti juga
mencermati rias dan busana anak khitan, kuda renggong, pawang
kuda/penari kuda silat, nayaga, dan sinden. Selain itu peneliti pun
mencermati alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan
kuda renggong.
2) Observasi kedua, dilakukan pada hari Minggu tanggal 14 April 2013.
Peneliti mencermati bagaimana proses pelatihan menjadi penari dalam
atraksi kuda silat. Pada observasi kedua ini, proses pelatihan
mencakup kepada langkah awal untuk menjadi penari dalam atraksi
kuda silat. Peneliti berpartisipasi aktif mengikuti proses pelatihan
21
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
dengan kuda renggong. Kemudian peneliti mencermati pula pelatihan
gerakan-gerakan dasar pencak silat.
3) Observasi ketiga, dilakukan pada hari Senin tanggal 15 April 2013.
Peneliti mencermati proses pelatihan inti menjadi penari dalam
atraksi kuda silat. Hal-hal yang dicermati mencakup struktur
koreografi yang dilakukan penari dengan kuda renggong pada atraksi
kuda silat.
b. Studi Kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber
tertulis seperti buku-buku, makalah, skripsi, tesis, internet maupun hasil
laporan yang relevan dengan objek penelitian. Peneliti menggunakan
sumber literatur diantaranya yaitu buku-buku karya ilmiah, skripsi, internet,
dan hasil laporan yang relevan dengan objek penelitian. Untuk memperoleh
buku sumber atau literatur, peneliti mengunjungi perpustakaan yang ada di
kabupaten Sumedang dan Dinas Pariwisata Daerah Sumedang, serta
perpustakaan STSI Bandung dan UPI Bandung.
Buku yang dijadikan sebagai sumber kepustakaan di antaranya yaitu
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Profil Potensi Wisata Seni,
Profil Adat Budaya Kabupaten Sumedang, Pengantar Pendidikan Sebuah
Studi Awal tentang Dasar Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan
di Indonesia, Teater Daerah Indonesia, Kamus Kecil Bahasa Indonesia,
Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, danRnD, Pengantar Penelitian, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa,ed.3.cet.2. Adapun skripsi yang dijadikan sumber kepustakaan yaitu
Kuda Renggong di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara
Kabupaten Sumedang yang Berubah dan yang Tetap, Analisis Visual
Pakaian Kuda Renggong (Studi Deskriptif Analisis terhadap Pakaian Kuda
Renggong di Kampung Ciaseum, Desa Karanglayang, Kecamatan
22
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Kesenian Kuda Renggong di Lingkung Seni Satria Kinayungan Desa
Ranjeng Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, Penggunaan Musik di
dalam Pelatihan Kuda Renggong di Kecamatan Buah Dua Kabupaten
Sumedang (Studi Kasus Penggunaan Musik dalam Pelatihan Kuda
Renggong oleh Encep), Busana Tari Wayang pada Kesenian Kuda
Renggong di Rancakalong-Sumedang.
Pada buku Profil Adat Budaya Kabupaten Sumedang yang tidak terbitkan
tetapi dicetak oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumedang,
berisi mengenai sejarah dan unsur-unsur pertunjukan beragam kesenian khas
kota Sumedang, salah satunya seni kuda renggong. Dalam buku tersebut,
ditulis tentang asal mula terbentuknya seni kuda renggong yaitu oleh Sipan
hingga bisa menjadi sebuah seni kuda renggong khas kota Sumedang.
Literatur tersebut sangat membantu peneliti dalam mendapatkan sumber
sejarah terbentuknya seni kuda renggong.
Adapun literatur dalam bentuk skripsi karya Rainy Lestari berjudul Kuda
Renggong di Desa Rancamulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten
Sumedang yang Berubah dan yang Tetap terbit tahun 2007, sangat
mendukung pada objek penelitian ini. Peneliti bisa mengetahui perbedaan
antara pertunjukan kuda renggong pada zaman dahulu dengan saat ini.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dimaksudkan untuk menerapkan data seperti dikemukakan oleh Arikunto (1992 : 200), ”Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, rotulen rapat, legger, agenda, dan seterusnya”.
Dari pengertian di atas, cara ini ditempuh untuk memperoleh data
mengenai dokumentasi, arsip-arsip serta buku-buku maupun
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti menggunakan
video pertunjukan yang dimiliki oleh grup Dinnar Kelana Jaya sebagai data
23
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
grup Dinnar Kelana jaya, dimulai dari musik pembuka sampai pertunjukan
akhir yaitu atraksi kuda silat.
d. Teknik Wawancara / Interview
Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara utuh
sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Menurut
esterberg dalam Sugiyono (2011 : 317), Interview atau wawancara adalah
“pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui suatu tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa wawancara adalah
percakapan atau dialog antara dua orang berupa pengajuan pertanyaan dan
pemberian jawaban yang jelas atas pertanyaan yang diajukan. Teknik
wawancara pada penelitian ini diberikan kepada beberapa responden
(diambil 3 responden sebagai perwakilan) untuk menguatkan hasil yang ada,
sehingga hasil penelitian dapat terdeskripsikan dengan jelas. Menurut
Arikunto (2006 : 227), ada dua macam pedoman wawancara yaitu
wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Wawancara tidak berstruktur
merupakan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan. Jenis wawancara tidak berstrukturlah yang diambil peneliti
dalam penelitian ini dan dilakukan kepada informan yang benar-benar
mengetahui tentang bagaimana proses pelatihan menjadi penari pada
kesenian kuda renggong grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang.
Adapun informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian
ini yaitu:
1).Bapak Engking selaku pendiri grup kesenian kuda renggong Dinnar
Kelana Jaya, wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2013.
Keterangan yang diambil diantaranya yaitu sekilas sejarah kuda
renggong secara umum, sejarah Grup Dinnar Kelana Jaya dan
perkembangan kuda renggong di grup Dinnar Kelana Jaya.
2).Bapak Anca selaku penanggung jawab grup kesenian kuda renggong
Dinnar Kelana Jaya, wawancara dilakukan pada tanggal 6 Maret 2013,
24
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
tentang atraksi kuda silat di grup Dinnar Kelana Jaya, proses pelatihan
menjadi penari kuda silat, syarat menjadi penari kuda silat (nyilatan
kuda), interaksi antara penari dengan kuda renggong, struktur koreografi
dalam atraksi kuda silat, struktur pertunjukan kuda renggong, rias busana
dan iringan musik kuda renggong.
3).Seorang penari kuda silat asuhan Bapak Anca yaitu Kang Imat,
wawancara dilakukan pada tanggal 6 Maret 2013, 14 April, dan 15 April
2013. Keterangan yang diambil diantaranya tentang atraksi kuda silat di
grup Dinnar Kelana Jaya, proses pelatihan menjadi penari kuda silat,
syarat menjadi penari kuda silat (nyilatan kuda), interaksi antara penari
dengan kuda renggong, struktur koreografi dalam atraksi kuda silat,
struktur pertunjukan kuda renggong, rias busana dan iringan musik kuda
renggong.
(Pedoman wawancara terlampir).
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data yang dibutuhkan,
maka teknik pengumpulan data perlu ditentukan. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan triangulasi. Pengumpulan data dilakukan pada
sumber yang sama yaitu kesenian kuda renggong pada grup Dinnar Kelana Jaya
dengan berbagai teknik diantaranya (1) observasi langsung sebanyak tiga kali, (2)
analisis studi pustaka dari beberapa buku sumber dan literaratur lainnya yang ada
di internet serta mencermati dokumentasi yang dimiliki subjek penelitian berupa
rekaman video pertunjukan, (3) mewawancarai langsung tiga orang narasumber
yang dianggap mampu mengumpulkan keterangan data yang dibutuhkan.
F. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
25
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Adapun tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan sesuai
dengan model Millers dan Huberman 1984 dalam Sugiyono (2011 : 337) disertai
dengan teknik triangulasi data yang terdiri dari observasi, wawancara, dan studi
pustaka/dokumentasi. Tahapan pertama pada analisis data, peneliti mereduksi data
dengan melakukan pemilihan dan penyederhanaan catatan-catatan hasil penelitian.
Catatan kasar dari data yang dikumpulkan melalui observasi sebanyak lima kali,
studi pustaka pada beberapa buku dan skripsi/dokumentasi rekaman video
pertunjukan kuda renggong grup Dinnar Kelana Jaya, dan wawancara terhadap
tiga narasumber yaitu (1) Bapak Engking (pendiri grup Dinnar Kelana Jaya), (2)
Bapak Aca (penangung jawab dan pelatih grup Dinnar Kelana Jaya), (3) Kang
Imat (penari kuda silat grup Dinnar Kelana Jaya), disortir dan diambil hal-hal
pokok serta penting yang sesuai dengan kebutuhan tujuan penelitian. Semua
catatan kasar tersebut semakin difokuskan pada tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada
kesenian kuda renggong, syarat menjadi penari, dan interaksi antara penari dengan
kuda renggong, sehingga tersusun secara sistematis menjadi sebuah simpulan data
sementara.
Tahapan kedua yaitu penyajian data. Fokus utama dalam penelitian ini
adalah mengkaji tentang bagaimana proses pelatihan penari dalam atraksi kuda
silat pada kesenian kuda renggong. Kesimpulan sementara hasil analisis dari
triangulasi data sebelumnya digabungkan untuk menciptakan pola-pola sesuai
fokus penelitian sehingga mencapai tujuan penelitian serta untuk mengetahui
penindakan selanjutnya. Adapun pola-polanya yaitu penjelasan mengenai sekilas
tentang kesenian kuda renggong, sekilas tentang grup seni kuda renggong Dinnar
Kelana Jaya dan perkembangan kuda renggongnya, struktur pertunjukan kuda
renggong, proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada
pertunjukan kuda renggong, hambatan-hambatan yang dialami saat proses
pelatihan, syarat menjadi penari, dan interaksi antara penari dengan kuda
26
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Tahapan terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan, dimana
peneliti menyimpulkan data-data hasil penelitian menjadi sajian data akurat yang
76
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai pelatihan penari
pada kesenian kuda renggong grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten Sumedang
akan dipaparkan sebagai berikut. Untuk menjadi penari kuda silat, calon penari
harus mengikuti beberapa tahapan proses pelatihan, yaitu proses adaptasi,
pelatihan gerak dasar pencak silat, dan pengaplikasian gerak pencak silat dengan
kuda (nyilatan kuda) dan gerak akrobatik dengan kuda renggong (atraksi kuda
silat). Proses adaptasi merupakan tahapan yang paling mendasar dan merupakan
kunci keberhasilan untuk menjalani tahapan selanjutnya, dimana calon penari bisa
menaklukan kuda melalui proses adaptasi ini.
Syarat utama menjadi penari kuda silat tidak terletak hanya pada seberapa
profesional seseorang melakukan gerakan pencak silat atau akrobatik, akan tetapi
syarat yang paling utama untuk menjadi penari adalah niat, keberanian dan
kecintaan seseorang terhadap hewan sehingga bisa menjinakan kuda renggong
tersebut. Adapun interaksi dalam proses pelatihannya diantaranya yaitu
melakukan pendekatan melalui perawatan kepada kuda renggong terlebih dahulu
secara berkala agar kuda tersebut jinak dan patuh, mengaplikasikan gerakan
pencak silat dengan kuda renggong, dan melakukan latihan gerak akrobatik
bersama kuda renggong.
Melalui serangkaian proses pelatihan menjadi penari kuda silat, calon penari
tidak hanya belajar menjadi seorang penari kuda silat. Akan tetapi, calon penari
juga belajar tentang bagaimana mencintai dan merawat sesama makhkluk hidup
yaitu kuda renggong. Selain itu, menumbuhkan pula beberapa sikap positif dalam
diri calon penari, diantaranya yaitu sikap berani menghadapi resiko negatif,
ketekadan niat, jiwa kepemimpinan yang terlatih dari memimpin pertunjukan
77
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
terus berjuang yang terlatih dalam menghadapi dan menyikapi kuda yang tidak
patuh.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran
diantaranya :
1. Bagi mahasiswa UPI, diharapkan karya tulis ilmiah ini menjadi salah satu
pengetahuan mengenai dunia seni tradisi Jawa Barat. Serta menjadi suatu
temuan bahwa seni tradisi tidak hanya untuk diapresiasi, tetapi banyak
hal yang terdapat dalam sebuah seni tradisi yang perlu digali dan dikaji
karena diantaranya memiliki manfaat dalam pembentukan sikap pribadi
manusia. Selain itu, diharapkan mahasiswa tertarik dan terinspirasi untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam mengenai seni
kuda renggong, terutama atraksi kuda silat yang menjadi salah satu
bagian dari pertunjukan kuda renggong tersebut.
2. Bagi pelatih penari kuda silat baik di Grup Dinnar Kelana Jaya maupun
grup seni kuda renggong lainnya, diharapkan dapat termotivasi untuk
menciptakan dan menyediakan sanggar atau kursus khusus kepelatihan
penari kuda silat yang lebih terkoordinir bagi generasi muda secara
menyeluruh. Mengingat banyak hal-hal positif yang diperoleh oleh
pembelajar dari hasilan pelatihan penari dalam atraksi kuda silat.
3. Bagi para pelaku seni, diharapkan dapat memberi motivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam atraksi kuda silat yang terdapat pada seni kuda
renggong ini. Dan dapat mengkaji bahwa di setiap pelatihan kesenian
tertentu terdapat pembelajaran positif, serta diharapkan dapat memotivasi
kreatifitas dengan mengembangkan gerak-gerak yang ada pada atraksi
kuda silat.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melalui karya tulis ilmiah ini
termotivasi untuk melanjutkan dan mengembangkan penelitian yang
mengarah kepada temuan baru. Temuan yang dimaksud, yakni
78
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
kuda dan akrobatik yang terdapat pada atraksi kuda silat, dengan tetap
membawa unsur kuda renggong dan ciri khas seni kota Sumedang
lainnya.
5. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sumedang, diharapkan
karya tulis ilmiah ini menjadi bagian catatan pengetahuan yang penting
mengenai proses pelatiahan penari dalam atraksi kuda silat. Dan menjadi
salah satu media pelestarian seni kuda renggong yang bisa dipublikasikan
82
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumedang. Profil Potensi Wisata
Seni, Adat, dan Budaya Kabupaten Sumedang. Tidak Diterbitkan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,ed.3.cet.2.
Jakarta : Balai Pustaka, 2002.
Kasmahidayat, Yuliawan., dan Sumiaty, Isus. 2008. Ibing Pencak Silat sebagai
Materi Pembelajaran. Bandung : CV Bintang Warli Artika.
Lestari, Rainy S. 2007. Kuda renggong di Desa Rancamulya Kecamatan
Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang Berubah dan yang Tetap.
Skripsi JPST FPBS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Loita, Aini. 2011. Analisis Visual Pakaian Kuda renggong (Studi Deskriptif
Analisis terhadap Pakaian Kuda renggong di Kampung Ciaseum, Desa
Karanglayang, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang). Skripsi
JPSR FPBS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Mudyahardjo, Redja. 2009. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Murgiyanto, Sal. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.
Partanto, Pius A. 1994. Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Surabaya : Arkola.
Rahayu, Elang. 2009. Teknik Memainkan Klarinet pada Kesenian Kuda renggong
di Lingkung Seni Satria Kinayungan Desa Ranjeng Kecamatan Cisitu
Kabupaten Sumedang. Skripsi JPSM FPBS UPI Bandung : Tidak
Diterbitkan.
Sedyawati, Edy. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan.
Setiyana, Heri. 2009. Penggunaan Musik di dalam Pelatihan Kuda renggong di
Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang (Studi Kasus Penggunaan
Musik dalam Pelatihan Kuda renggong oleh Encep). Skripsi JPSM FPBS
83
Nurul Kristiana, 2013
Pelatihan Penari Dalam Pelatahan Kifa Renggong Group Dinar Kelana Jaya Di Kabupaten
Sudiarti, Tuti. 2003. Busana Tari Wayang pada Kesenian Kuda renggong di
Rancakalong-Sumedang. Skirpsi Jurusan Pendidikan Sendratasik FPBS
UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD.
Bandung : Alfabet
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian. Bandung : Transito
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
PT IMTIMA.
Wahyu, Agus. 2010. Kuda Renggong. [Online] : Tersedia ;
Http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kuda-renggong/ [03 Oktober
2012]