• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbolik Pada Sesajen Kesesnian Tradisional Kuda Lumping di Kabupaten Sumedang (Studi Deskriptif Tentang Makna Simbolik Pada Sesajen Kesenian TradisionalKuda Lumping di Kabupaten Sumedang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Simbolik Pada Sesajen Kesesnian Tradisional Kuda Lumping di Kabupaten Sumedang (Studi Deskriptif Tentang Makna Simbolik Pada Sesajen Kesenian TradisionalKuda Lumping di Kabupaten Sumedang)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIK PADA SESAJEN KESENIAN TRADISIONAL

KUDA LUMPING DI KABUPATEN SUMEDANG

(Studi Deskriptif Makna Simbol Pada Sesajen Kesenian Tradisional Kuda Lumping Di Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

MOKHAMAD HAFID KARAMI NIM. 41807137

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN………. iii

ABSTRAK……….. iv

ABSTRACT……… v

KATA PENGANTAR ……….. vi

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………..……. 1

1.2 Rumusan Masalah………...…. 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..… 11

1.3.1 Maksud Penelitian………..…. 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ……….….. 11

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….. 11

(5)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu……….…… 13

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi……….. 14

2.2.1 Pengertian Komunikasi……….. 1 4 2.2.2 Fungsi Komunikasi………..…………. 1 6 2.2.3 Tujuan Komunikasi………..……. 17

2.2.4 Komponen Komunikasi……….. 18

2.2.5 Proses Komunikasi………. 20

2.2.6 Konteks Komunikasi……….………. 21

2.2.7 Hambatan Komunikasi……… 22

2.3 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik………...………… 27

2.3.1 Sejara Teori Interaksi Simbolik……….. 27

2.3.2 Konsep Interaksi Simbolik………. 31

2.4 Kerangka Pemikiran………. 32

2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……….. 32

2.4.2 Kerangka Pemikiran Konseptual………..…….. 3 5

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian………...………. 38

3.1.1 Sesajen Kuda Lumping………... 38

3.1.1.1 Jenis Sesajen Berdasarkan Fungsinya………... 43

3.2 Metode Penelitian………. 44

3.2.1 Desain Penelitian ………... 44

(6)

xi

3.2.2.1 Studi Pustaka……….….. 45

3.2.2.2 Studi Lapangan……….... 46

3.2.3 Teknik Penentuan Informan……….. 48

3.2.4 Teknik Analisa Data……….. 50

3.2.5 Uji Validitas………. 52

3.2.5.1 Perpanjangan Pengamatan……….. 52

3.2.5.2 Meningkatkan Ketekunan………... 53

3.2.5.3 Triangulasi……….. 54

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 55

3.3.1 Lokasi Penelitian………... 55

3.3.2 Waktu Penelitia………. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Identitas Informan……….. 57

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……….. 63

4.2.1 Bentuk Pesan Dalam Sesajen………..……….. 63

4.2.2 Sarana Negosiasi Dalam Sesajen……….. 72

4.2.3 Interpretasi Pada Sesajen……….. 77

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 89

(7)

xii

DAFTAR PUSTAKA………. 93

DAFTAR LAMPIRAN……….. 95

DATA INFORMAN……….. 98

PEDOMAN OBSERVASI……… 103

PEDOMAN WAWANCARA……… 104

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembakaran Menyan Sesajen……… 8

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian………..……….. 36

Gambar 3.1 Pertunjukan Kuda Lumping...……… 39

Gambar 3.2 Kerasukan Dalam Pertunjukan……….. 40

Gambar 3.1 Kuda Lumping Sedang Memakan Sesajen………. 41

Gambar 4.1. Nalim………. 57

Gambar 4.2 Tjatja Saputra………. 59

Gambar 4.3 Dedi Rosadi……… 60

Gambar 4.4 Deni Septiadi……….. 62

Gambar 4.5 Telor Ayam Kampung……… 64

Gambar 4.6 Sirih (Leupit)……….. 65

Gambar 4.7 Kopi Pahit……….. 66

Gambar 4.8 Kembang Tujuh Rupa……… 67

Gambar 4.9 Kemenyan……….. 68

Gambar 4.10 Sisir Kaca………. 69

Gambar 4.11 Minyak Duyung………... 70

Gambar 4.12 Cerutu……….. 71

Gambar 4.13 Kelapa Muda……… 72

Gambar 4.1 Prosesi Pembukaan Kuda Lumping………... 55

Gambar 4.2 Penonton yang menjadi Kuda Lumping Memakan Sesajen……….. 56

Gambar 4.3 TelurAyam Kampung……… 82

(9)

xiv

Gambar 4.5 Kopi Pahit……….. 84

Gambar 4.6 Kembang Tujuh Rupa……… 85

Gambar 4.7 Kemenyan………... 86

Gambar 4.8 Sisir Cermin……….... 87

Gambar 4.9 Minyak Duyung ……… 88

Gambar 4.10 Cerutu………... 89

(10)

xv

DAFTAR TABEL

(11)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing……… 96

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan……… 97

Lampiran 3 Lembar Revisi Skripsi……….. 98

Lampiran 4 Data Informan 1……… 99

Lampiran 5 Data Informan 2……… 100

Lampiran 6 Data Informan 3……….... 101

Lampiran 7 Data Informan 4……… 102

Lampiran 8 Pedoman Observasi………... 103

Lampiran 9 Pedoman Wawancara……… 104

(12)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini hingga tahapan Seminar Usulan Penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi hingga tahap ini.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Orang tua tercinta yang telah menyemangati dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai sekarang, serta semua kakaku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

(13)

vii

pengalaman non akademis yang sangat berharga bagi penulis melaksanakan kegiatan kuliah di Universitas Komputer Indonesia.

2. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations sekaligus Dosen pembimbing skripsi dan dosen Wali yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan aktivitas perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perijinan yang cukup membantu kelancaran penulis dalam pengembangan pada skripsi hingga tahap ini, serta banyak memberikan bimbingan,arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si., selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada peneliti selama masa perkuliahan. 4. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan. 5. Kepada kedua Orangtua yang telah memberikan semangat dalam bentuk

moral dan materil yang tak terhingga.

6. Kepada kakak, adik yang selalu mendo’akan dalam penyusunan penelitian ini.

(14)

viii

8. Kepada yang terhormat Ibu Astri Ikawati A.Md.Kom. yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

9. Kepada Ganda Hutapea yang telah banyak memberi dukungan dan bantuan yang tak ternilai kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi. 10.Kepada Risce Novi Susanti yang juga telah banyak memberikan

semangat yang tak tergantikan.

11.Untuk semua teman seperjuangan IK-4 2007, IK Humas, IK Jurnal, Teman-teman Hima IK & PR yang saya cintai.

12.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu . Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Bandung, 22 Februari 2013

(15)

93

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, ElvinarodanBambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Efefendi, Onong Uncana, 1999, Human Relations dan Public Relations. Bandung: PT.Remaja RosdaKarya

Efefendi, Onong Uncana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Effendy, OnongUchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: CV Mandar Maju.

Fitraza, Vicky. 2008. Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interaction Theory)

Bandung. PT.Rineka Cipta

LittleJohn, Stephen W. 2005. Theories of Human Communication – Fifth Edition. Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter 1-9), danedisi Indonesia 2 (Chapter 10-16).

Mulyana, Deddy, 2001, Human Communications, Konteks-konteks komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

(16)

94

Skripsi

Maike. 2011.Makna Simbolik Tau-tau dalam Sistem Stratifikasi Sosial Pada Pelaksanaan Upacara Rambu Solo Kabupaten Tana Toraja.

Noprianto.2010.Makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdag,Propinsi Sumatera Utara.

Sumber Internet:

.

1. http://pengantar-sosiologi.blogspot.Com/2009/04/bab-5-interaksi-sosial.html [04/13/2009] Pengantar sosiologi. Melalui

2. http://baguz01.blogspot.com/2012/04 Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Averroes Community – Membangun Wacana Kritis Rakyat. Melalui http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik .html [12/12/2007] Suprapto sejarah teori interaksi simbolik

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan. Seperti : Upacara menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi padi dan kesuburan) yang mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa, upacara Nglarung (membuang kesialan) ke laut yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan pulau Jawa tepatnya di tepian Samudra Indonesia, pada kesenian-kesenian tradisional seperti reog, kuda renggong, kuda lumping dan sebaginya.

(18)

2

Siloka, adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma).

Kearifan lokal yang disimbolkan dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah kearifan budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur kita. Banyak orang yang mengartikan sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah sehingga warisan budaya Hindu dan Budha ini dianggap sebagai suatu kemusyrikan. Sebelum menilai demikian, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu arti simbol-simbol atau siloka kearifan lokal ini. Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayainya, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan ditempat-tempat yang dianggap keramat.

(19)

3

domba,dan bangbarongan. kesenian reak ini sangat erat berkaitan dengan agama islam, karena khitanan adalah salah satu syarat bagi seseorang (laki-laki) yang masuk islam. namun, bukan berarti bahwa reak atau kuda lumping ini bermakna religious, tetapi kesenian ini pada dasarnya sebagai hiburan bagi anak yang akan di khitan. dalam perkembangan kesenian reak atau kuda lumping ini tidak banyak berubah, yaitu sebagai hiburan. selain itu kesenian kuda lumping juga sekaligus berfungsi sebagai identitas masyarakat pendukungnya yang bermakna bahwa kesenian tradisional kuda lumping atau reak merupakan salah satu unsur jatidiri masyarakat desa desa cipacing kecamatan jatinangor kabupaten Sumedang. Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang kuda lumping akan melakukan ritual, untuk berdoa memohon kelancaran dalam melaksanakan hiburan kuda lumping. Selain mengandung unsur hiburan, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang kuda lumping akan melakukan ritual, untuk berdoa memohon kelancaran dalam melaksanakan hiburan kuda lumping. ritual yang dilakukan tidak luput dari adanya sesajen yang dihidangkan.

(20)

4

upaya untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang beragam suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Selain itu, sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat mengenal dan mempelajari kebudayaan daerah lain. Masyarakat Indonesia sudah diperkenalkan dengan keragaman budaya yang ada di Indonesia sejak masuk ke dunia pendidikan. Atau bahkan sudah diperkenalkan oleh orang tuanya. Indonesia kaya akan seni dan budaya, ada banyak ragam seni dan budaya yang berkembang di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, kita bisa mendapati seni dan budaya yang unik dan indah. Jika harus menyebutkan, menuliskan atau menyusun keragaman seni dan budaya itu, pasti akan ada banyak seni dan budaya yang mungkin tidak dikenal. Bagaimana tidak, untuk satu daerah di mana kita tinggal saja ada begitu banyak keragamannya. Itulah bukti nyata betapa kayanya negara kita akan seni dan budaya. Melalui tarian-tarian tradisional, kesenian tradisional, baju adat, rumah adat, nyanyian daerah, dan lain sebagainya, masyarakat Indonesia mudah mengenal dan mempelajarinya. Tidak jarang kita lihat di pentas-pentas seni di sekolah sering ditampilkan tarian-tarian tradisional oleh para pelajar dengan memakai baju adat daerah tersebut. Banyak cara untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan Indonesia. Dari belajar di sekolah, berteman dengan orang yang berbeda suku, atau melalui media-media, kita dapat mengenal kebudayaan Indonesia.

(21)

5

kebudayaan dari luar Indonesia masuk dan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang ada di Indonesia sendiri dilupakan begitu saja. Padahal bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan mempelajari kebudayaannya sendiri. Kemajuan teknologi saat ini memang besar pengaruhnya terhadap perkembangan negara Indonesia. Ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan memang besar, tapi tidak bisa dipungkiri dibalik itu semua ada dampak negatifnya. Dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut, salah satunya berdampak pada bidang budaya. kebudayaan dari luar semakin banyak yang masuk, sehingga kebudayaan sendiri menjadi tersisih dan terlupakan. Anak-anak zaman sekarang jarang yang mengenal lagu-lagu daerah atau lagu nasional karena sekarang industri musik di Indonesia sedang marak oleh musik lokal dan musik luar. Jarang ada yang mementaskan kesenian tradisional, sehingga anak-anak zaman sekarang tidak mengenal tarian tradisional. Mereka malah mengenal modern dance karena dianggap lebih popular. Tayangan di televisi pun, jarang ada yang menampilkan tarian tradisional atau lagu-lagu daerah, yang ada kontes-kontes modern dance atau kontes menyanyi lagu-lagu popular.

(22)

6

kebudayaannya. Mereka ingin mengenal dan mempelajari kebudayaan yang ada di Indonesia. Tapi, masyarakat Indonesia sendiri tidak hapal dengan kebudayaan yang ada di nusantara ini. Padahal kebudayaan kita itu menjadi aset yang sangat besar bagi negara Indonesia. Apabila bukan masyarakat Indonesia yang mempelajarinya, bagaimana kita bisa memperkenalkan kebudayaan nusantara di dunia internasional. kesenian tradisional apabila tidak dipelajari, bagaimana memperkenalkannya kepada orang asing. Jika tidak dipelihara, orang asing bisa saja membawa kebudayaan yang ada di Indonesia dan kemudian diakui sebagai kebudayaannya karena di Indonesia sendiri tidak dipelihara.

(23)

7

membantu menyebarkan kebudayaan nusantara, melalui iklan-iklan atau tayangan-tayangan kebudayaan. Dengan begitu, kebudayaan nusantara, terutama tarian tradisional, tidak akan hilang begitu saja dimakan waktu.

Seni juga mempunyai arti kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa). Peneliti menyimpulkan seni dan budaya adalah seni keindahan hasil buah karya manusia yang diciptakan oleh nenek moyang, kemudian diturunkan secara turun temurun, baik itu berupa kepercayaan, kesenian, ataupun adat istiadat. Tak heran jika kita mendapati seni budaya kita sarat akan nilai moral dan sosial.

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam seni budaya. Keberagaman ini membentuk ciri khas bagi tiap-tiap suku daerah satu dengan suku daerah lainnya, sehingga melahirkan jati diri bagi daerahnya masing masing. Keberagaman seni budaya di Indonesia merupakan harta paling berharga yang perlu dilestarikan, termasuk segala bentuk peninggalannya.

Dalam melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah kebudayaan maka sepatutnya pemerintah melakukan berbagai upaya membangun sarana untuk menjaga dan melestarikan bukti peninggalan seni budaya di daerah tersebut. Salah satu contoh adalah kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang hingga saat ini masih menyimpan banyak bukti-bukti peninggalan sejarah budaya.

(24)

8

sumedang memiliki ragam kesenian yang berbeda-beda dengan daerah-daerah lainnya. Salah satunya adalah daerah desa cipacing kabupaten sumedang. Didaerah ini tumbuh berbagai jenis kesenian daerah yang sangat digemari oleh masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa cipacing masih kuat memegang teguh rasa tolong-menolong dan gotong-royong. Hal ini didasari oleh kekeluargaan mereka saling membantu sama lainnya dalam kehidupan sosial maupun pada saat mereka beraktifitas seperti bercocok tanam. Selain itu kehidupan masyarakat desa cipacing selalu melaksanakan tradisi-tradisi yang sudah mendarah-daging dengan jiwa mereka. Begitu juga dengan kepercayaannya terhadap roh-roh dan makhluk-makhluk halus yang mendiami tempat-tempat tertentu seperti mata air,gunung-gunung, sungai-sungai, pohon-pohon, batu-batu, dan pada alat kesenian tradisional seperti pada alat music kesenian kuda lumping atau biasa disebut reak. Mistik mewarnai kehidupan Jawa dan dapat ditemukan dalam adat, kosa kata, dan upacara Jawa, dan salah satunya adalah jawa barat.

Gambar 1.1

Pembakaran menyan pada sesajen

(25)

9

Sesajen merupakan sebuah keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih teguh memegang adat Jawa. Penyebutan sesajen biasanya bermacam-macam, ada yang di sebut dengan Dang Ayu dan ada yang disebut dengan Cok Bakal dan masyarakat sunda sebagiannya ada yang menyebutnya susuguh. Namun pada dasarnya inti dan tujuannya sama. Pandangan masyarakat tentang sesajen yang terjadi di sekitar masyarakat, khususnya yang terjadi didalam masyarakat yang masih mengandung adat istiadat yang sangat kental. sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah.

(26)

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti paparkan dapat ditarik rumusan masalah yang dibagi dalam dua pertanyaan yaitu pertanyaan makro dan pertanyaan mikro, dan selanjutnya pertanyaan makro dan mikro akan dijabarkan sebagai berikut:

1.2.1 Pertanyaan makro

1. Bagaimana makna pesan simbolik sesajen pada kesenian tradisional kuda lumping di kabupaten Sumedang?

1.2.2 Pertanyaan mikro

1. Bagaimana bentuk pesan sesajen dalam kesenian Kuda Lumping di kabupaten Sumedang ?

2. Apakah sarana yang digunakan untuk menegosiasikan makna sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di kabupaten Sumedang?

(27)

11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

maksud dari penelitian ini ialah untuk menjelaskan bagaimana makna pesan dibalik simbol sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di kabupaten Sumedang.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini sendiri ialah :

1. Untuk mengetahui bentuk pesan sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di kabupaten Sumedang.

2. Untuk mengetahui sarana yang dipakai untuk menegosiasikan makna sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui interpretasi terhadap sesajen dalam kesenian tradisional Kuda Lumping di kabupaten Sumedang

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

(28)

12

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi, juga sebagai aplikasi Ilmu Komunikasi secara umum dan tentang komunikasi Simbolik.

b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara khusus sebagai literatur dan perolehan informasi tentang makna simbolik pada sesajen kesenian tradisional kuda lumping di kabupaten sumedang. c. Bagi Masyarakat

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarakan apa yang ada pada Bab I, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi materi untuk penelitian ini, dalam

penelitian terdahulu yang dibuat oleh Maike dengan judul “Makna Simbolik Tau

–tau dalam Sistem Stratifikasi Sosial pada Pelaksanaan Upacara Rambu Solo

Kabupaten Tana Toraja” (2011) di paparkan bahwa sesajen memang pada awalnya di poplerkan oleh budaya Hindu yang kemudian di adaptasi oleh bangsa Indonesia , hanya dalam penelitian tersebut lebih memfokuskan pada sesajen yang bergantung pada stratifikasi seseorang dalam lingkungan sosialnya, dan objek permasalahan di jalankan sebagai studi kasus. Salah satu kesamaan yang terdapat dalam penelitian yang sedang di kerjakan ialah dimana terlepas dari bentuk sesajen yang berbeda, Kedua sesajen baik dari tanah Jawa dan Pulau Sulawesi mempunyai mkna yang lekat dengan nilai Ke-Tuhanan.

Sedangkan dalam penelitian yang di tulis oleh Noprianto (2010) dengan

judul “Makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau

(30)

14

dalam ajaran Hindu. Nantinya berangkat dari 2 penelitian terdahulu ini peneliti akan mencoba mencari persamaan terutama dari hal makna pesan yang terkandung di dalamnya, apa yang membuat persamaan tersebut, dan aspek terkait lainnya sehingga terbentuklah suatu analogi yang dapat berujung pada kesimpulan yang baik.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”

menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu

communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya

communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5). Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy,

“Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata

Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama

disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

(31)

dasar-15

dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi, bahkan untuk meminta pertolongan dari orang lain pun harus memakai komunikasi terlebih dahulu, dengan adanya komunikasi manusia akan saling mengerti karena komunikasi memberi stimulus dan respon dari lawan bicaranya. Komunikasi membawa manusia kepada arah yang lebih baik, karena efek dari komunikasi yang dilakukan akan berdampak positif terhadap sesama manusia lainnya, seperti halnya sebuah kerjasama yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda dengan maksud dan tujuan yang berbeda, terjalinnya sebuah kerjasama tentu berawal dari sebuah komunikasi yang efektif sehingga akan menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Menurut Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy (1992) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

Proses dimana seseorang (Komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lembang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (Komunikan) atau dalam bahasa asingnya “The procces by wich

and individual”(The communicator) transmit stimuli the behavior of other

individual (Communicates) (Hovland dalam Effendy,1992 : 2).

(32)

16

yang dilakukan komunikator kepada komunikannya tetapi juga penyampaian gagasan, emosi, keterampilan untuk dapat membentuk suatu kesamaan makna serta untuk mempengaruhi komunikan sehingga terjadinya feedback

yang di harapkan oleh seorang komunikator dari komunikannya.

2.2.2 Fungsi Komunikasi

Menurut Alo Liliweri, secara umum ada lima kategori fungsi utama komunikasi diantaranya :

1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima (informasi / to inform), fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain, artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui.

2. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima (pendidikan / to educate), fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik kepada orang lain, artinya dari penyebarluasan informasi itu diharapkan para penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin dia ketahui.

(33)

17

(mewajibkan atau melarang) penerima melakukan sesuatu yang diperintahkan.

4. Sumber mempengaruhi komunikan dengan informasi yang persuasif untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima (persuasi / to influence), fungsi persuasi terkadang disebut fungsi memengaruhi, fungsi persuasi adalah fungsi komunikasi yang menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi (mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim. 5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sekaligus

mempengaruhi penerima (menghibur / to entertain), fungsi hiburan adalah fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan–pesan yang mengandung hiburan kepada penerima menikmati apa yang diinformasikan (Liliweri, 2007 ; 18).

2.2.3 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan, tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan perilaku (Behavior change)

(34)

18

2.2.4 Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik, komponen-komponen tersebut nantinya akan membentuk suatu kesatuan komunikasi, komponen tiap-tiap komunikasi bisa saja berbeda tergantung dari konteksnya.

Menurut Kotler yang dikutip oleh Sendjaja dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Komunikasi, menyebutkan bahwa komunikasi terdiri dari beberapa komponen-komponen, yaitu :

1. Pengirim (Sender), yaitu pihak yang mengirim pesan. Dapat disebut juga komunikator, komunikator menyampaikan pesan terlepas informasi tersebut datang dari dirinya sendiri ataupun dari orang lain.

(35)

19

seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.

(36)

20

4. Pengkodean (Encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam simbol, simbol dapat berupa kata lisan maupun tulisan, isyarat dan lainnya ke dalam media.

5. Penerjemah (Decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan untuk menerjamahkan arti simbol yang dikirim sender.

6. Tanggapan (Response), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan. 7. Umpan balik (Feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan

kembali kepada pengirim pesan.

8. Gangguan (Noises), yaitu gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan.

2.2.5 Proses Komunikasi

Proses merupakan “Suatu rangkaian dari langkah-langkah atau

(37)

21

Proses komunikasi secara primer

Proses Komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau

perasaan komunikator kepada komunikan.

Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Effendy, 2009 :11.16).

2.2.6 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari :

(38)

22

b) Aspek psikologis; seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

c) Aspek sosial; seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.

d) Aspek waktu; yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam). Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi antrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. (Mulyana, Deddy, 2001, Human Communications, Konteks-konteks komunikasi).

2.2.7 Hambatan Komunikasi

Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel

1. Perbedaan Persepsi

(39)

23

pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera , namun orang yang lainnya bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-sama garis lurus.

2. Budaya

Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

3. Karakter Dasar

Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas , apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.

4. Kondisi

(40)

24

sedang terjadi, pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect

Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

2. Masalah Semantik

(41)

25

contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

3. Distorsi Persepsual

Distorsi persepsual dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

5. Perbedaan Kebudayaan

Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh

: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang

suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

6. Gangguan Fisik

(42)

26

7. Kesalahan pemilihan media dan saluran

Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

8. Tidak adanya umpan balik

(43)

27

2.3. Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

2.3.1. Sejarah Teori Interaksi Simbolik

Ide dasar teori ini bersifat menentang behaviorisme radikal yang dipelopori oleh J.B Watson. Behaviorisme radikal itu sendiri berpendirian bahwa peilaku individu adalah sesuatu yang dapat diamati secara obyektif dari luar, hanya saja justru action di dalamnya diabaikan pada pengamatannya. sedangkan interaksionisme simbolik mempelajari tindakan manusia dengan mempergunakan teknik introspeksi untuk dapat mengetahui barang sesuatu yang melatarbelakangi tindakan sosial itu dari sudut aktor. Menurut blumer istilah interaksionisme simbolik ini menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, tapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain. Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.

Pada teori ini dijelaskan bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh

“kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis

(44)

28

fenomenologis atau perspektif interpretif. Maurice Natanson menggunakan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah yang merujuk pada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Menurut Natanson, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjekif terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam. Ia mengakui bahwa George Herbet Mead, William I.Thomas, dan Charles H. Cooley, selain mazhaberopa yang dipengaruhi Max Weber adalah representasi perspektif fenomenologis ini. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan utama dalam tradisi fenomenologis adalah interaksi simbolik dan etnometodologi (Mulyana, 2001:59). Selama awal perkembangannya, teori interaksi simbolik seolah-olah tetap tersembunyi di belakang dominasi teori fenomenologisme dari Talcott Parsons.

(45)

29

George Herbert Maead tidaklah secara harfiah mengembangkan teori Weber atau bahwa teori Mead diilhami oleh teori Weber. Hanya memang ada kemiripan dalam pemikiran kedua tokoh tersebut mengenai tindakan manusia. Pemikiran Mead sendiri diilhami beberapa pandangan filsafat, khususnya pragmatisme dan behaviorisme. Ada kemiripan antara pandangan Mead dengan pandangan Schutz. Sejumlah interaksionis memang menekankan dimensi fenomenologis dengan mensintesiskan karya mereka dengan gagasan Alfred Schutz dan para pengikutnya (Mulyana, 2001:59)

Namun kemunduran fungsionalisme tahun 1950-an dan 1960-an mengakibatkan interaksionisme simbolik muncul kembali ke [ermukaan dan berkembang pesat hingga saat ini. Selama tahun 1960-an tokoh-tokoh interaksionisme simbolik seperti Howard S.Becker dan Erving Goffman menghasilkan kajian-kajian interpretif yang menarik dan menawarkan pandangan alternatif yang sangat memilkat mengenai sosialisasi dan hubungan antara individu dan masyarakat (Mulyana, 2001:59).

(46)

30

bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Interaksionisme simbolis cenderung sependapat dengan perihal kausal proses interaksi sosial.

Dalam artian, makna tersebut tidak tumbuh dengan sendirinya namun mucul berkat proses dan kesadaran manusia. Kecenderungan interaksionime simbolis ini muncul dari gagasan dasar dari Mead yang mengatakan bahwa interaksionis symbol memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi. Jadi sebuah symbol tidak dibentuk melalui paksaan mental merupakan timbul berkat ekspresionis dan kapasitas berpikir manusia.

(47)

31

Dengan kata lain aktor akan terlibat dalam proses saling mempengaruhi sebuah tindakan social. Untuk dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa , kebiasaan atau simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya . Interaksi tersebut dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan , dihilangkan , atau dipebaharui maknanya iak itu terus melekat pada suatu komunitas, interaksi simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu masalah atau kejadian.

2.3.2 Konsep Interaksi Simbolik

Dalam perspektif blummer teori interaksi simbolik mengandung beberapa ide dasar yaitu :

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi, kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk struktur sosial

2. Interaksi terdiri atas berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lainnya, interaksi non simbolis mencakup stimulus respons, sedangkan interaksi simbolik mencakup penafsiran tindakan-tindakan

(48)

32

diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu objek fisik, objek sosial dan objek abstrak.

4. Manusia tidak mengenal objek eksternal, mereka juga melihat dirinya sebagai objek

5. Tindakan manusia ialah interpretasi yang dibuat manusia itu sendiri 6. Tindakan tersebut saling berkaitan dan berkaitan dan disesuaikan

oleh anggota kelompok ini merupakan tindakan bersama tersebut dilakukan berulang ulang, namun dalam kondisi yang yang stabil. Kemudian di saat lain ia melahirkan kebudayaan. (Bachtiar, 2006 : 249-250).

Sebagai salah satu pemikir dan pengembang interaksi simbolik membuat gagasannya cenderung kritis terhadap alam. Kritikannya cukup populer di kalangan interaksionis yakni “analisis variabel” ala ilmu alam. Metodologi yang dibangun blummer menolak anggapan analisis variabel yang bisa diterapkan dala perilaku manusia. Penelitian yang bertumpu pada tindakan dan perilaku manusia menekankan kebutuhan untuk secara jelas (insightful).

2.4. Kerangka Pemikiran

2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

(49)

33

1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni: Mind, Self , and Society (1934) yang diterbitkan tak lama setelah Mead meninggal dunia. Penyebaran dan pengembangan teori Mead juga berlangsung melalui interpretasi dan penjabaran lebih lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama Herbert Blumer. Justru Blumer-lah yang menciptakan

istilah “interaksi simbolik” pada tahun (1937) dan mempopulerkannya di kalangan

komunitas akademis (Mulyana, 2001 : 68)

Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada definisi dan pandangan Blumer tentang interaksi simbolik, dalam teorinya Blumer menyebutkan bahwa Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna, dan dalam teori tersebut terdapat 3 prinsip inti yaitu,arti (meaning), bahasa (symbol), dan pikiran (thought)

dan dijelaskan sebagai berikut,

A. Prinsip dasar yang utama yaitu “arti”, dimana dalam prinsip ini menjelaskan bahwa perlakuan manusia terhadap manusia lainnya ataupun benda didasarkan pada arti yang telah diberikan kepada mereka.

(50)

34

C. Yang ketiga yang merupakan prinsip dasar dalam teori Blumer ialah pikiran, pikiran memodifikasi intrepretasi tiap individu mengenai simbol. Pikiran berdasarkan pada bahasa, merupakan sebuah pembicaraan atau dialog yang membutuhkan pengambilan peran atau dalam kata lain mengimajinasikan dari berbagai sudut pandang.

Interaksi simbolik dalam aplikasinya bukan dipakai untuk menemukan kesepakatan dalam komunikasi melainkan untuk menjelaskan darimana kesepakatan itu datang, karena tidak semua interaksi simbolik mendatangkan kesepakatan, terkadang interaksi simbolik menimbulkan misintrepretasi yang tidak terselesaikan, karena pada dasarnya kesepakatan dalam komunikasi datang dari kesadaran untuk saling memahami dan mencapai kesepakatan masing-masing individu yang terlibat dalam prosesnya.

2.4.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Dalam penelitian ini peneliti membuat satu sistematika yang dalam hal ini kerangka pemikiran praktis untuk menjelaskan secara singkat alur penelitian ini, kerangka ini juga dipakai untuk menghindari adanya bahasan yang keluar dari masalah penelitian yang ada bagi peneliti.

(51)

35

Fokus masalah akan mengacu pada sesajen yang ada sebagai salah satu simbol yang ada dalam pertunjukan kuda lumping, peneliti ingin memaparkan tentang apa sebenarnya sesajen tersebut, bagaimana sesajen sebagai sebuah simbol dapat memberikan makna terhadap orang yang melihatnya, bagaimana bentuk pesan yang ada pada sesajen, apakah bentuk fisik dari sesajen tersebut sendiri telah dapat memberikan pesan kepada orang-orang disekitarnya, ataukah bentuk hanya sebuah representatif yang sama sekali tidak mewakili pesan yang di sampaikan sehingga sulit untuk di interpretasi dengan hanya melihat bentuk fisik sesajen tersebut.

Sesuai dengan tujuan penelitian peneliti akan memaparkan mengenai bentuk pesan, sarana, dan interpretasi yang ada pada sesajen yang nantinya akan membentuk makna pesan yang merupakan maksud dari penelitian ini, yang dijabarkan sebagai berikut:

a) Bentuk pesan, pada prinsip utama Blummer dikatakan mengenai arti, dimana arti menjelaskan bahwa seseorang berperilaku bergantung pada apa arti yang diberikan kepadanya, berdasarkan

inilah peneliti mengganti “arti” yang ada pada 3 prinsip Blummer

menjadi “bentuk pesan” dalam pertanyaan mikro, dengan alasan

bahwa ketika berbicara tentang benda mati, manusialah yang memberi arti berdasarkan apa yang dilihatnya secara visual karena

itu peneliti lebih memilih kata “bentuk pesan” .

(52)

36

dipakai dalam interaksi simbolik untuk mendapatkan makna pesan.Dalam bagian pertanyaan mikro pada Bab I penelti mengganti

“bahasa” menjadi “sarana negosiasi makna”, hal ini karena sesajen

sebagai objek penelitian tidak mempunyai kemampuan berbahasa seprti halnya manusia, karena itulah peneliti akan memaparkan apa sarana yang dipakai dalam sesajen untuk menyampaikan pesan. c) Interpretasi, pada prinsip yang ketiga Blummer mengatakan

mengenai pikiran, dan dalam hal ini pikiran berbicara mengenai interpretasi apa yang di dapat dari simbol yang ada, oleh karena itu dalam peneltian ini peneliti menulis interpretasi sebagai salah satu tujuan penelitian , karena interpretasi yang di dapat dari sesajen dapat membantu peneliti dalam menemukan makna pesan yang ada pada sesajen.

Bentuk pesan nantinya akan di dapatkan dengan mewawancarai informan mengenai makna yang ada pada sesajen, walaupun informasi yang di dapatkan merupakan makna sesajen, hal tersebut hanya akan menjadi bentuk pesan karena belum dilakukannya validitas data.

(53)

37

Intepretasi terhadap sesajen akan di dapatkan dengan mewawancari informan pendukung, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka terhadap sesajen, dengan cara ini peneliti ingin mendapatkan data yang lebih bervariasi untuk memperkaya pembahasan materi nantinya.

Setelah mendapatkan informasi dan data mengenai bentuk pesan, sarana, dan interpretasi yang ada dari informan, peneliti akan meneruskan dengan penyajian data yang akan di padukan dengan studi literatur yang ada.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

sumber : peneliti, 2013 BUDAYA

SESAJEN PERTUNJUKAN KUDA LUMPING INTERAKSI SIMBOLIK

BENTUK, INTREPRETATIF,

(54)

90

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan peneliatian serta melakukan analisis dan pembahasan yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang simpulan penelitian termasuk di dalamnya saran-saran yang diperlukan pihak-pihak yang bersangkutan termasuk di dalamnya peneliti untuk meningkatkan mutu dari penelitian yang mungkin akan dilakukan di kemudian hari

5.1. Kesimpulan

1. Bntuk pesan yang terdapat dalam sesajen kesenian tradisional Kuda Lumping dapat kita tangkap dari apa makna awal yang kita dapat. Bentuk pesan merupakan hasil kesepakatan bersama terhadap pemaknaan sesajen.

(55)

91

3. Interpretasi yang ada terhadap sesajen masih jauh dari makna aslinya, karena bentuk pesan, serta sarana negosiasi makna pesan yang tidak terlihat secara kasat mata.

Sesuai dengan maksud penelitian, peneliti menyimpulkan mengenai Makna pesan dibalik sesajen yang ada pada kesenian tradisional Kuda Lumping ialah merupakan makna pesan yang bersangkutan dengan Moral dannilai-nilaiKe-Tuhanan yang di implementasikan melalui sesajen sebagai simbol pesan, hal ini disebabkan karena pada awalnya para kaum budaya Hindu pun menciptakan dan menggunakan sesajen sebagai alat pemujaan bagi dewa-dewanya, yang akhirnya oleh bangsa Indonesia di adaptasi menjadi alat pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5.2 Saran-Saran

5.2.1. Saran bagi Satria Winangun

(56)

92

khusus dan Kuda Lumping secara umum, hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga nilai budaya yang ada di dalamnya.

5.2.2. Saran bagi Universitas

(57)

93

5.2.3. Saran bagi masyarakat

Saran peneliti terhadap msyarakat Indonesia dan Jawa Barat pada umumnya ialah untuk lebih peduli terhadap budaya-budaya Indonesia, budaya merupakan sesuatu yang bisa dan harus kita banggakan, tetapi untuk membanggakan budaya kita terlebih dulu harus memahami budaya itu sendiri, terutama mengenai sesajen yang saat ini banyak di artikan sebagai simbol kemusrikan karena seringkali di salah gunakan dan dibiaskan fungsinya, ada baiknya penggunaan sesajen tidak digunakan sebagai bentuk pemujaan terhadap makhluk selain Tuhan Yang Maha Esa, penggunaan sesajen baiknya digunakan secara tepat, seperti hal nya beberapa suku Jawa yang menggunakan sesajen sebagai bentuk pengucapan syukur kepada Tuhan atas berhasilnya panen, walaupun pertunjukan Kuda Lumping dan pesata penen merupakan dua acara yang berbeda, sesajen di dalamnya mempunyai fungsi dam makna yang identik.

5.2.4. Saran bagi Peneliti

Peneliti dan penelitian selajutnya (baik dari mahasiswa/mahasiswi Konsentrasi Ilmu Humas dan Jurnalistik), agar dapat memilih lebih selektif, unik, dan menarik untuk tema-tema penelitian yang memiliki aplikasi terhadap Ilmu Komunikasi dan konsentrasi ilmu masing-masing, melalui :

(58)

94

dalm maka pesan. Hal ini dapat dilakukan melalui buku-buku teroritis maupun praktis, skripsi-skripsi yang telah ada (dengan pengambilan tema penelitian dari sudut pandang atau identifikasi permasalahan yang berbeda, unik, dan menarik), ataupun melalui penelusuran media onlie(internet).

(59)

117

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : MokhamadHafidKarami

2. TempatdanTanggalLahir : Bandung 23 Agustus 1988

3. NomorIndukMahasiswa : 41807137

4. Program Studi : IlmuKomunikasi

5. JenisKelamin : Laki- laki

6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat : Ds.Cipacing Rt.002/012

Kec.JatinangorKab. Sumedang

9. Status : BelumMenikah

10.Orang Tua

Nama Ayah : AefSaepudin

Pekerjaan : Wiraswasta

NamaIbu : YuyunSriwahyuni

Pekerjaan : Iburumahtangga

Alamat : Ds. Cipacing Rt.002/012

Kec.JatinangorKab. Sumedang

Bandung 09Februari 2013

Gambar

Gambar 1.1 Pembakaran menyan pada sesajen
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai sejarah kcsen inn kuda lumping scbagai salah satu jenis seni pertunjukan ; mengctahui tahapan-tahapan dalam seni

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sejarah kesenian kuda lumping di Desa Bangun Rejo; untuk mengetahui tahapan-tahapan proses dalam pertunjukan kesenian kuda

Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan tari sebagai implementasi dari Inovasi Bentuk Pertunjukan Kesenian Rakyat Kuda Lumping.. Dukungan masyarakat sangat baik ketika program

Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan tari sebagai implementasi dari Inovasi Bentuk Pertunjukan Kesenian Rakyat Kuda Lumping.. Dukungan masyarakat sangat baik ketika program

Bapak Sutar menjelaskan bahwa didalam pementasan kesenian kuda lumping bukan hanya khusus tari kuda lumping, akan tetapi banyak tarian- tarian lain yang

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap kesenian tradisional Kuda Lumping di Desa Sinar Tebudak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang juga dapat digunakan

Hal ini sesuai dengan fokus pengamatan dalam penelitian kesenian Kuda Lumping Turonggo Tri Budoyo di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo yaitu dari segi

Berdasarkan hasil penelitian menerangkan bahwa pertunjukan Kuda Lumping Turonggo Tri Budoyo di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo terbagi dalam