• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KOMPATIBILITAS BEBERAPA SPESIES JAMUR EKTOMIKORIZA TERHADAP MELINJO (Gnetum gnemon) DALAM MEDIA TUMBUH AMONIUM DAN NITRAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI KOMPATIBILITAS BEBERAPA SPESIES JAMUR EKTOMIKORIZA TERHADAP MELINJO (Gnetum gnemon) DALAM MEDIA TUMBUH AMONIUM DAN NITRAT."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KOMPATIBILITAS BEBERAPA SPESIES JAMUR

EKTOMIKORIZA TERHADAP MELINJO (Gnetum gnemon) DALAM MEDIA TUMBUH AMONIUM DAN NITRAT

OLEH

IJONNEDI NO. BP: 07113031

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

UJI KOMPATIBILITAS BEBERAPA SPESIES JAMUR

EKTOMIKORIZA TERHADAP MELINJO (Gnetum gnemon) DALAM MEDIA TUMBUH AMONIUM DAN NITRAT

Abstrak

Penelitian mengenai uji kompatibilitas beberapa spesies jamur ektomikotiza terhadap melinjo (Gnetum gnemon) dalam media tumbuh ammonium dan nitrat telah dilaksanakan dan dilanjutkan pada Laboratorium Biologi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Februari 2014. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menguji kemampuan tumbuh jamur ektomikoriza dengan sumber N dalam bentuk ammonium (NH4+) atau nitrat (NO3-), (2) untuk menguji kompatibilitas

antara berbagai jenis spesies jamur ektomikoriza scleroderma terhadap tanaman melinjo dalam bentuk sumber N yang berbeda (ammonium dan nitrat). Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Acak Lengkap dengan dua faktor. Faktor A adalah spesies jamur ektomikoriza dan faktor B adalah bentuk sumber N yang berbeda (ammonium dan nitrat). Faktor A adalah spesies jamur ektomikoriza, pemberian inokulan Scleroderma sinamariense, Scleroderma dictyosporum, Scleroderma columnare, Scleroderma geaster. Faktor B adalah bentuk sumber N ammonium dan nitrat. Data yang dihasilkan dianalisis sidik ragamnya dengan uji F, kemudian dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.jika F hitung > F tabel. Pengamatan meliputi pengamatan infeksi jamur ektomikoriza, tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, dan panjang akar tanaman . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan jamur ektomikoriza dengan bentuk sumber N yang berbeda tidak memperlihatkan adanya interaksi terhadap infeksi jamur ektomikoriza, tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, berat kering tanaman, dan panjang akar tanaman dan belum memperlihatkan tingkat kompatibilitas yang baik untuk jamur ektomikoriza terhadap pertumbuhan tanaman melinjo.Untuk penelitian selanjutnya disarankan pada pengujian lebih lanjut secara fisiologi dilakukan dalam nitrat reduktase pada tanaman melinjo maupun jamur ektomikoriza Scleroderma.

(3)

COMPATIBILITY TEST AGAINST SEVERAL SPECIES OF ECTOMYCORRHIZA FUNGI MELINJO (gnetum gnemon) IN THE

GROWING MEDIUM OF AMMONIUM AND NITRATE

Abstract

Research on the compatibility test of several species of ectomycorrhiza fungi melinjo (Gnetum gnemon) in the growing medium of ammonium and nitrate was implemented in the Laboratory of Soil Biology Faculty of Agriculture Andalas University Padang from October 2013 to February 2014. The purpose of the research were: (1) to test the ability of ectomycorrhiza fungi to grow with the source of N in the form of Ammonium (NH4+) or Nitrate (NO3-); (2) to the test the compatibility between different types of species of ectomycorrhiza Scleroderma fungi to melinjo plants with different N sources (ammonium and nitrate). This study used a factorial design in a completely randomized degn bloch with two factors. First factor was a species of ectomycorrhiza fungi and second factor was different forms of the N source (ammonium and nitrate). There were 4 ectomycorrhiza fungi species, inoculants applicd such as Scleroderma sinamariense, Scleroderma dictyosporum, Scleroderma columnare, Scleroderma geaster. B factor was in a form of Ammonium and Nitrate N source. Data were analyzed for varicne with F test, and continuea with Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at 5% significance level, if F count > F table. The were 6 parameters observed such as: Ectomycorrhiza fungal infection, plant height, number of leaves, plant fresh weight, plant dry weight, root length of plants. Results showed that by giving ectomycorrhiza inoculants fungi with different forms of N sources, no interaction of the ectomycorrhiza fungal infection found with plant height, number of leaves, fresh weight, plant dry weight, and root length of the plant. There was no influend of ectomycorrhiza fungi melinjo on plant growth. It needed for further research on the Physiology further test carried out in the Nitrate Reductase in plants and fungi melinjo ectomycorrhiza Scleroderma.

(4)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam tanah pada daerah perakaran tanaman ditemukan banyak sekali

organisme tanah yang berukuran mikroskopis. Mikroorganisme ini terdiri dari

bakteri, jamur dan actinomiset. Beberapa dari masing-masing kelompok mikroba

ini dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman, sementara

yang lain ada juga yang bersifat parasit dan merugikan tanaman. Salah satu

kelompok mikroba yang menguntungkan yaitu jamur mikoriza dimana ditemukan

bersimbiosis dengan tanaman.

Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara

jamur dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi (Husin, 1994). Sebelumnya

simbiosis jamur dari tumbuhan ini oleh Basyaruddin dan Lubis (1989) digunakan

istilah asosiasi mikoriza (mycorrhizal association). Mekanisme penggabungan ini

terjadi antara hifa jamur dengan organ tumbuhan tingkat tinggi yang dapat

mempengaruhi proses absorbsi unsure hara dari dalam tanah bagi tanaman.

Gianninazzi (1986) menyatakan bahwa syarat utama terbentuknya asosiasi

mikoriza adalah adanya kesesuaian fungsional antara kedua organisme yang

bersimbiosis, dimana kesesuaian fungsional itu ditentukan oleh aktivitas fisiologi

cendawan dan akar tumbuhan. Selain itu faktor eksternal juga turut

mempengaruhi asosiasi ini seperti temperatur, cahaya, kesuburan tanah, pestisida

dan sebagainya.

Proses pembentukan mikoriza diawali dengan infeksi akar-akar rambut

oleh jamur mikoriza. Peristiwa ini dimulai dengan berkecambahnya spora jamur

yang terdapat di dalam tanah atau hifa yang sedang tumbuh disekitar daerah

perakaran yang kemudian menginfeksi akar (Basyaruddin dan Lubis, 1989 ).

Mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu Ektomikoriza dan

Endomikoriza (Fakuara dan Setiadi, 1986 cit. Ismanto, 1989 ). Ektomikoriza

adalah jamur yang hifanya sampai menembus ke dalam korteks akar tetapi tidak

masuk ke dalam sel seperti halnya pada endomikoriza. Dengan adanya

ektomikoriza, akar tumbuhan tidak begitu memerlukan bulu akar. Tumbuhan -

(5)

jumlah yang lebih banyak. Sedangkan Endomikoriza adalah jamur yang hifanya

menembus akar sampai bagian korteks dan masuk ke dalam sel serta membentuk

organ yang disebut arbuskula sebagai tempat terjadi pertukaran hara antara jamur

dengan tanaman. Endomikoriza dapat ditemukan pada tanaman anggrek, sayuran

(kol), dan pada berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Endomikoriza penting

untuk beberapa jenis tanaman polongan karena dapat merangsang simbiosis

dengan Rhizobium sehingga mempercepat fiksasi nitrogen Mahendrati (2003)

Turjaman et al. (2003) menyatakan bahwa infeksi akar tanaman oleh

mikoriza ditentukan oleh kompatibilitas antara tanaman dan mikoriza. Pada

simbiosis yang dilakukan Ektomikoriza mempunyai kisaran inang yang lebih

sempit dibandingkan dengan cendawan mikoriza arbuskullar (CMA), namun

keberadaannya sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman hutan.

Ektomikoriza hanya dapat menginfeksi tanaman berkayu atau tanaman hutan.

Harley dan Smith, (1983) mengatakan jamur ektomikoriza adalah komponen

utama dalam mikroflora tanah dan memiliki peran penting dalam ekosistem dan

pertumbuhan tanaman yaitu meningkatkan penyerapan unsur hara terutama unsur

hara makro dan beberapa unsur mikro, meningkatkan ketahanan terhadap

kekeringan, meningkatkan ketahanan terhadap serangan pathogen.

Salah satu tanaman yang bisa diinfeksi oleh cendawan mikoriza adalah

tanaman melinjo. Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tanaman lokal

perkebunan di Indonesia yang dapat bersimbiosis dengan jamur ektomikoriza dari

genus Scleroderma. Tanaman melinjo bisa tumbuh mulai dari dataran rendah

sampai tinggi (0 sampai dengan 1.200 m). Selain itu tanaman melinjo memiliki

banyak kegunaan. Kayu tanaman melinjo digunakan untuk pembuatan perkakas,

kotak kayu sedangkan kulit kayunya dibuat untuk tali, jala penangkap ikan dan

bahan pembuat kertas, daun muda dan buahnya juga digunakan untuk sayuran.

Selain itu bijinya dapat dibuat kerupuk yaitu kerupuk emping. Kerupuk ini sudah

diekspor ke berbagai negara. Data dari Pusat Data dan Informasi Pertanian, (2006)

memperlihatkan bahwa ekspor melinjo ke berbagai negara memperlihatkan

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 tercatat jumlah ekspor mencapai

540.313 kg, tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi 609.835 kg dan tahun 2006

(6)

peningkatan permintaan tanaman melinjo dari beberapa negara Eropa dan Jepang.

Selain memiliki potensi ekonomi tanaman melinjo menurut (Cadis dan Florido,

2001) juga dapat digunakan untuk merehabilitasi tanah marjinal. Tanaman

melinjo dapat neningkatkan kesuburan tanah karena melinjo dapat berasosiasi

secara mutualistik dengan beberapa jenis jamur mikoriza.

Melinjo termasuk tanaman yang dapat hidup di daerah yang miskin unsur

hara dan kekurangan air. Ketahanan melinjo untuk hidup di tempat yang miskin

unsur hara dan kurang air tersebut disebabkan oleh kemampuannya berasosiasi

dengan jamur ektomikoriza dari genus Scleroderma (Kasiamdari et. al., 2003).

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso (1991)

terhadap tanaman hutan Melinjo (Gnetum gnemon) yang diberikan perlakuan

dengan beberapa jenis cendawan ektomikoriza S. sinnamariense, S. verrucusom,

scleroderma sp dan S. citrinum . Setelah dianalisis secara statistika jamur

ektomikoriza jenis Scleroderma sp ternyata memberikan pengaruh yang lebih

baik terhadap tinggi tanaman, berat basah, berat kering tanaman, jumlah buah dan

bobot buah tanaman Melinjo.

Pemanfaatan mikoriza pada tanaman harus disesuaikan dengan tanaman

inangnya, karena sering kali cendawan tertentu hanya dapat membentuk mikoriza

dengan tanaman inang tertentu pula (Subiksa, 2002). Begitu juga dengan

tanaman, setiap jenis tanaman memiliki asosiasi dengan jenis cendawan tertentu.

Namun satu jenis tanaman dapat berasosiasi dengan beberapa jenis jamur

mikoriza (Prameswari, 2005). Simbiosis ini pengaruhnya bagi tanaman juga

ditentukan oleh unsur hara yang tersedia, salah satu unsur yang seringkali

menentukan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah unsur N.

Tanaman tingkat tinggi mengambil nitrogen dari tanah dalam bentuk ion

amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3-). Nitrat adalah bentuk yang paling sesuai

dan banyak diambil oleh tanaman. Namun demikian nitrat dalam sel tanaman

untuk bisa dimetabolisir dalam proses sintesis asam amino harus direduksi

menjadi amonium sebelum membentuk asam amino dan senyawa nitrogen

lainnya. Metabolisme N dalam tanaman inang dan jamur mikoriza merupakan

(7)

mikoriza. Keterbatasan dan kemampuan kedua simbiosis dalam metabolisme

bentuk N baik ammonium (NH4+) maupun nitrat (NO3-), akan berpengaruh

terhadap efek simbiosis bagi tanaman inang. Nitrogen merupakan unsur hara

utama yang dibutuhkan seluruh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi yang

optimum.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian mengenai

kompatibilitas (kesesuaian) antara beberapa spesies cendawan ektomikoriza

dengan tanaman melinjo oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul ”Uji Kompatibilitas Beberapa Spesies Cendawan Ektomikoriza Terhadap Melinjo (Gnetum gnemon L) Dalam Media Tumbuh Amonium dan Nitrat”

1.2. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji kemampuan tumbuh jamur ektomikoriza dengan sumber N

dalam bentuk amonium (NH4+) atau nitrat (NO3-).

2. Untuk menguji kompatibilitas antara berbagai jenis spesies jamur

Ektomikoriza Scleroderma. terhadap tanaman melinjo dalam bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, berdasarkan kepada keputusan ujian kolerasi dan regrasi mendapati kajian ini perlu menerima hipotesis H1 iaitu hubungan perniagaan mempunyai hubungan

Kelompok kontrol akan tetap diberikan pakan standar, sedangkan kelompok perlakuan akan diberikan yoghurt koro pedang selama 3 minggu (hari ke-19 sampai 39).. Pengukuran

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku Pembimbing I, atas kesabaran, kebaikan hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu selama membimbing penulis

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat

Jenis hijauan utama pakan ternak kambing yang terdapat di Desa Sukamulya yaitu hijauan jenis bayeman berupa leguminosa (Asystasia gangetica) hijauan ini diberikan pada

Dalam penelitian ini yaitu efektivitas iklan televisi Telkomsel 4G LTE, data yang didapat dari hasil kuisioner akan dianalisis menggunakan model dan alat analisis

WHO dan UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak untuk anak (September 1991) menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu