DAFTAR PUSTAKA
Ahmadie, Hazmi Skripsi (2009): Pengaruh time budget pressure terhadap perilaku penurunan kualitas audit, Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia
Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik.. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Arens, Alvin A.and Loebbecke, James K. (2010). Auditing dan Jasa Assurance (Edisi Keduabelas) (Penerjemah : Herman Wibowo). USA, Prentice Hall International Editions Inc.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Arthur, W. Holmes, David C. Burns (2005). Auditing Norma dan Prosedur. Edisi Kesembilan. Jilid Satu. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ayu Puji Lestari. (2010). “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku auditor dalam penghentian prematur prosedur audit”. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Boyton, Johnson and Kell. (2007). Modern Auditing (Penerjemah : Drs. Paul A. Rajoe,MM) Edisi ketujuh jilid I.Jakarta:Erlangga
Christina Sososutikno, (2003). “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Coram, Paul, Juliana Ng dan David Woodliff. (2004a) “The Effect of Time Budget Pressure and Risk of Error on Auditor Performance” [On-line] http : //www.ecel.uwa.edu.au
Donnely, David P., Jeffrey J. Q, and David., (2003) “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics.” Journal of Behavioral Research In Accounting, Vol. 15
Edy Sujana, Tjiptohadi Sawarjuwono. (2006). Perilaku Disfungsional Auditor:Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.8 No.3. Ghufron, M.Nur & Rini Risnawati. (2010). “Teori – Teori Psikologi”. Jogjakarta : Ar –
Ruzz Media Group.
Gundry, L. C. (2006). Dysfuntional Behaviour In The Modern Audit Environment: The Effect Of Time Budget Pressure And Auditor Personality Type On Reduced Audit Quality Practices. Journal ofAccounting. University of Otago. New Zealand. Guy,D.M, C.Wayne Alderman, Alan J.Winters. (2002). Auditing, alih bahasa Sugiyarto,
Halil Paino, Malcolm Smith, dan Zubaidah Ismail.(2010). Dysfungsional Audit Behavior : An Explanatory Study in Malaysia. Journal Asian Review of Accounting. Edith Coward University Reasearch Online
Herningsih, Sucahyo. (2001). Penghentian Prematur atas Prosedur Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Holmes, Arthur, W. dan David C. Burns, 2005, Auditing : Standard and Procedures, 9th Edition, Auditing : Norma dan Prosedur, Alih Bahasa: Moh. Badjuri, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.
Husein, Umar. (2008), Metode Riset Prilaku Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Indri Kartika, M.Si,Akt dan Provita Wijayanti,SE. (2007) “Locus of Control sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit”. Simposium Nasional Akuntansi X di Universitas Hasanudin Makasar Imam Ghozali ,(2011), “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,
Semarang : BP UNDIP
Iqbal, Hasan. (2008), ”Analisis Data Penelitian Dengan Statistik”. Jakarta : PT Bumi Aksara
Kelley, T., Margheim, L., Pattinson, D (2005). “The Empirical Analysis of Auditor Time Budget Pressure and Time Deadline Pressure”. A Journal of Applies Business Research Volume 21, Number 1
Kreitner dan Kinicki. (2005). “Perilaku Organisasi”. Jakarta: Salemba empat.
Konrath, Laweey F. (2007). “Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach”, 5th Edition. West Publishing Company
Liyanarachchi, A & McNamara, Shaun M. (2007). “Time Budget Pressure in New Zealand Audit”. Business Review volume 9 No.2 The University of Auckland Business School
Luthan, Fred.(2006) . “Perilaku Organisasi”. Andi: Yogyakarta M. Nazir, (2003). “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Meigs, Whittington and Pany, (2011). “Principle of Auditing”. 9 Edition. Tokyo : Orwin Inc
Mohd Nazli Mohd Nor, Malcolm S, & Zubaidah I (2007). “Auditors Perception of Time Budget Pressure and Reduced Audit Quality Practices : A Preliminary Study From Malaysian Context”.
Maulina, Mutia., Anggraini R & Anwar . (2010). “Pengaruh Tekanan Waktu dan Tindakan Supervisi terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto
Nyoman, (2010). Modul statistika. Bandung: Universitas Padjadjaran
Rahayu, Siti Kurnia & Suhayati, Ely.(2010). “Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik”. Yogyakarta: Graha Ilmu
Robbins, Stephen P, dan Judge, Timothy A., 2007, Organizational Behavior,
12th., (alih bahasa Drs. Benjamin Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT INT AN SEJATI.
Santoso, Singgih. (2004). “Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat”. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sayidah, Neneng. Thesis (2010) : “Pengaruh Time Budget Pressure , Locus of Control terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan dampaknya terhadap Kualitas Audit” . Ilmu Ekonomi Universitas Padajajran
Siegel, Marconi, (1989), “Behavior Accounting”, Penerbit South-Western Publishing Co. Cincinnati
Sososutikno Christina. (2003). “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya
Suartana, I Wayan. (2010). “Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi”. Yogyakarta : Penerbit Andi
Subaeti. (2006). “Dampak pola perilaku auditor terhadap proses audit”. Media infotama, volume I no.2
Susanti, Meilia Nur Indah. (2010).”Statistika Deskriptif dan Induktif”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono.(2012). “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta : Bandung
Triatmoko Hanung, Setiawan Doddy, Weningtyas Suryanita. (2007). “Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 10 No 1. Januari.
Thio Anastasi Petronila dan Yuke Irawati, (2006), „Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit”, Jurnal Akuntansi Vol. 6 No. 1.
Yuliana, Amalia et al. (2009) . “Pengaruh Time Budget dan Resiko Audit terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit”. Jurnal Cakrawala Akuntansi, Volume 1, Nomor 1, Februari 2009
Pringgo Sanyoto (2010). [Online] Tersedia :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6057/perubahan-status-perusahaan-menjadi-go-public
Priyanto B Nugroho (2010). [Online] Tersedia:
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/29/borok-lehman-brothers-terungkap-repo-105/
Agus Supriyanto (2009). [Online] Tersedia:
http://www.tempo.co/read/news/2008/03/31/056120109/Auditor-Bank-Global-Kena-Sanksi
Candra Setya Santoso (2009). [Online] Tersedia :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembang pesatnya dunia bisnis dan usaha belakangan ini membuat
makin bertambah banyak pula berdiri perusahaan baik perorangan maupun
persekutuan, perusahaan-perusahaan ini saling berkompetisi untuk dapat meraih
pasar dan terus berusaha mempertahankan keberadaan mereka. Untuk dapat
bertahan dalam derasnya arus dunia bisnis serta ekonomi, suatu perusahaan
harus melakukan usaha lebih dan terus melakukan inovasi, kebanyakan
perusahaan kini melebarkan sayap keberbagai jenis usaha yang beragam dan
kompleks. Makin beragam dan makin kompleks jenis usaha suatu perusahaan
maka makin kompleks pula susunan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Peningkatan yang pesat dalam dunia bisnis dan ekonomi ini membawa peluang
sekaligus tantangan bagi profesi akuntan publik.
Profesi akuntan publik telah mendapat banyak pengakuan dari berbagai
kalangan baik dari dunia usaha, pemerintah, bahkan masyarakat luas. Hal ini
seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan
dana keuangan yang baik, disamping itu perkembangan profesi akuntan publik
juga ikut didorong oleh peraturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan
yang berkeinginan untuk go public untuk terlebih dahulu menyerahkan laporan
(www.hukum-Meskipun demikian, tidak seluruh kalangan memberikan kepercayaan
penuh kepada profesi akuntan khususnya akuntan publik. Krisis kepercayaan
akan profesi ini semakin terasa saat terjadinya kasus Enron tahun 2002 yang
melibatkan kantor akuntan besar saat itu “Arthur Anderson” ikut menyerah dan
dinyatakan bangkrut. Belakangan kasus besar yang sangat kencang gaungnya
pun menimpa profesi ini, “Lehman Brothers”, perusahaan sekuritas berusia 185
tahun yang bergerak dalam bidang investasi perdagangan saham dan obligasi,
riset pasar, manajemen investasi, ekuitas pibadi, serta layanan perbankan juga
sebagai pialang utama dalam pasar sekuritas perbendaharaan Amerika Serikat
jatuh bangkrut pada tahun 2008, Lehman Brothers diketahui telah melakukan
rekayasa keuangan untuk menutup-nutupi ketergantungannya pada pinjaman,
hasil investigasi menemukan bahwa Lehman Brother menukar asset nya sebesar
US$ 50 Milyar dalam bentuk tunai sesaat sebelum laporan keuangan
dipublikasikan, sehingga untuk sementara waktu beban utang dineracanya
berkurang, aksi ini terekam dalam transaksi yang dinamai Repo (repurchase
agreement). Lewat Repo 105, yang digunakan sejak 2001, dilakukan transaksi
diam-diam memindahkan miliaran dolar dari pembukuan saat bank itu dibawah
pengawasan ketat, sistem ini tampaknya memiliki transaksi terstruktur
sedemikian rupa sehingga lehman menjual sekuritas pada akhir kuartal dan
berencana membeli kembali asset-aset itu beberapa hari kemudian. Ironisnya
praktek ini dilakukan oleh para eksekutif Lehman sendiri. Tujuannya jelas untuk
menunjukkan bahwa catatan keuangan perusahaan itu baik pada akhir 2007 dan
Young” selaku kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan
Lehman Brother, auditor “Ernst & Young” dinilai lalai dan melaporkan audit
palsu soal keuangan lehman brother serta melakukan kajian yang tidak
mendalam terhadap laporan keuangan Lehman Brother tersebut. Pada kasus
inilah mulai terjadi krisis ekonomi yang akhirnya turut melanda amerika bahkan
eropa.(www.ekonomi.kompasiana.com)
Tidak hanya terjadi pada perusahaan skala besar dunia dan kantor
akuntan publik berlabel „big four”, namun kasus runtuhnya perusahaan dan
membawa akuntan publik nya terseret serta dinyatakan bersalah pun terjadi di
Indonesia, beberapa kantor akuntan publik dibekukan izin kerjanya dan auditor
yang mengaudit juga harus menerima hukuman baik wajib mengikuti pendidikan
professional kembali bahkan sampai kepada sanksi pembekuan izin kerja.
Berikut disajikan daftar kasus pelanggaran yang berakhir pada pembekuan izin
akuntan publik di Indonesia tahun 2008 dan 2009:
Tabel 1.1
Akuntan pelaksanaan audit atas laporan keuangan Yayasan Pesona Pribadi Sejahtera tahun buku 2004 dan berpotensi mempengaruhi laporan auditor independen dan melanggar ketentuan tentang pembahasan penugasan audit umum atas laporan keuangan PT Electronic Indonesia dan PT Suryana.
Pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007 yang berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT Datascrip dan Anak Perusahaan tahun buku 2007
Sanksi pembekuan izin
Pelanggaran Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008
Sanksi pembekuan izin Akuntan Publik selama 3 bulan
Sumber : www.tempo.com (2008), www.economy.okezone.com (2009)
Beberapa contoh kasus pelanggaran Standar Auditing (SA) – Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berakhir pada pembekuan izin akuntan
publik tersebut sangat disayangkan, akuntan publik sebagai pihak yang
independen seharusnya dapat menjamin keandalan informasi laporan keuangan
dan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Contoh diatas adalah
sebahagian kecil contoh merosotnya kinerja akuntan publik bahkan ikut mebawa
merosotnya perekonomian Indonesia serta dunia, bahkan dalam hal ini, karena
sebagai pihak yang paling besar tanggung jawabnya atas kemerosotan
perekonomian Indonesia (Unti Ludigdo, 2007).
Masyarakat yang melihat beberapa contoh kasus runtuhnya perusahaan
besar dan ikut terseretnya akuntan publik yang mengaudit pun kini
mempersoalkan etika profesi dan perilaku dari para akuntan publik tersebut
dalam melakukan pekerjaannya, bagaimana mungkin akuntan publik yang
pelaksanaan tugas profesinya nya diatur dalam kode etik dapat melakukan
pelanggaran terkait standar akuntansi dan etika profesi. Sorotan yang diberikan
kepada profesi ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah
praktik-praktik yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika profesi.
Bagaimanapun harus diakui, masih terdapat berbagai kasus pelanggaran etika di
kalangan akuntan seakan menjadi bukti rapuhnya integritas akuntan dan tidak
menutup kemungkinan kondisi ini akan berakibat pada terjadinya krisis
berkepanjangan pada profesi ini (Unti Ludigdo, 2007)
Kode etik profesi auditor telah diatur dalam Standar Auditing (SA)–
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), maka adalah suatu keharusan bagi
pribadi yang berada dalam profesi ini untuk tunduk dan patuh dengan standar
dan aturan yang telah ditetapkan, namun tidak jarang pula ditemukan auditor
yang melakukan pelanggaran dan melakukan kesalahan dalam melakukan proses
audit, akan selalu ada situasi dimana auditor berada pada situasi konflik. Secara
umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar
pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi
tuntutan klien bisa mendapatkan sanksi dari klien berupa penghentian
penugasan. Auditor secara terus-menerus berhadapan dengan dilemma etika
yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. (Subaeti, 2006).
Auditor secara sosial bertanggung jawab kepada masyarakat serta profesi
daripada mengutamakan kepentingan pribadi, auditor seringkali dihadapkan
kepada situasi dilema etika dalam pengambilan keputusan, dilema etika ini akan
mebawa auditor kepada perilaku yang tidak diinginkan atau menyimpang.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh auditor dapat menyebabkan
menurunnya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dan akhirnya berdampak
pada rendahnya kepercayaan pemakai laporan audit yang dihasilkan auditor.
Menurut Coram et al (2004), perilaku auditor tercermin dalam
keterlibatan mereka dalam proses audit, akan ada situasi dimana auditor
mungkin saja akan melakukan kesalahan, penyimpangan atau pelanggaran
selama melakukan penugasan, perilaku audit yang melakukan kesalahan atau
melakukan penyimpangan selama penugasan dikenal dengan istilah praktik
perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
behavior).
Coram et al (2004) mendefinisikan perilaku penurunan kualitas dalam
audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP behavior) sebagai pengurangan
mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan sengaja oleh auditor. Menurut
Weningtyas (2006), perilaku penurunan kualitas audit dapat dilakukan melalui
tindakan seperti mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review
item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang
disyaratkan belum dilakukan lengkap. Perilaku disfungsional auditor khususnya
perilaku yang menyimpang dalam penugasan sering dikaitkan dengan penurunan
kualitas audit yang berpengaruh terhadap profesi auditor (Donelly et al, 2003).
Seperti yang dikatakan Weningtyas (2006) meskipun dalam teori
dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu
meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya namun kenyataan di
lapangan berbicara lain. Fenomena praktik perilaku penurunan kualitas audit
(Reduced Audit Quality Practices/RAQP behavior) semakin banyak terjadi. Hal
ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap bagaimana cara auditor dalam
melaksanakan audit. Melihat beberapa fakta yang telah terjadi, perlu untuk
dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pengurangan kualitas audit,
hal ini dimaksudkan agar perilaku penurunan kualitas audit diharapkan dapat
diminimalisir atau bahkan tidak terjadi lagi.
Pada umumnya perilaku disfungsional dapat disebabkan oleh faktor
internal (karakteristik auditor) serta faktor eksternal (faktor situasional saat
melakukan audit) (Donelly et al, 2003). Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut
terdiri dari faktor eksternal seperti review procedure dan quality control, time
budget pressure, serta faktor internal, yaitu sisi personalitas dan karakter pribadi
auditor.
Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) adalah keadaan yang
waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang
sangat ketat dan kaku (Sososutikno,2003). Auditor dituntut untuk melakukan
efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Akhir-akhir ini tuntutan
tersebut semakin besar dan menimbulkan tekanan yang disebut time budget
pressure atau tekanan anggaran waktu (Herningsih, 2001). Tekanan yang
dihadapi auditor dalam penugasannya dapat berpengaruh terhadap perilaku
dalam pengambilan keputusan, merubah strategi yang telah digunakan dan juga
dapat membatasi ruang gerak dalam bekerja. Tekanan seperti ini dapat
mengurangi kualitas audit dan laporan keuangan yang dihasilkan.
Perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh karakteristik personal
auditor, umumnya perilaku disfungsional dapat disebabkan oleh faktor internal
(karakteristik auditor) serta faktor eksternal (faktor situasional saat melakukan
audit). Karakteristik personal yang dimiliki auditor dapat mempengaruhi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap penerimaan
penyimpangan perilaku auditor. Karakteristik personal meliputi locus of control,
kinerja karyawan (employee performance), serta komitmen pada organisasi,
kecuali komitmen organisasi, karakteristik personal lainnya memiliki hubungan
langsung dengan tingkat penerimaan terhadap penyimpangan perilaku dalam
audit (Thio Anastasia & Yuke Irawati, 2006).
Robbins & Judge (2007) mendefinisikan pusat kendali (locus of control)
sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib
mereka sendiri. Locus of control dibagi menjadi locus of control eksternal dan
seseorang sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Sebaliknya locus
control internal berarti sikap atau perilaku seseorang tidak tergantung dari atau
kurang dipengaruhi pihak diluar dirinya. Penelitian Ayu Puji Lestari (2010) telah
menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan positif diantara locus of control
dengan penerimaan perilaku disfungsional auditor.
Ide penelitian ini bersumber dari jurnal auditing yang ditulis oleh
Gregory A.Liyanarachchi & Shaun M. McNamara dalam Business Review
volume 9 No.2 The University of Auckland Business School pada tahun 2007
dengan judul Time Budget Pressure in New Zealand Audit. Penelitian ini
dilakukan kepada 151 responden dari KAP big four dan Non Big-Four di
Australia. Kesimpulannya ditemukan kecenderunganuntuk melakukan tindakan
mengurangi prosedur audit dalam time budget pressure sehingga menurunkan
kualitas audit.
Selain itu Loren Margheim, Tim Kelley dan Diane Pattison dalam The
Journal of Applies Business Research tahun 2005 dengan judul The Empirical
Analysis Of The Effects Of Auditor Time Budget Pressure and Time Deadline
Pressure penelitian terhadap 115 responden dari KAP big four dan Non-Big
Four mengungkapkan bahwa auditor cenderung mengalami stress apabila
bekerja dalam tekanan waktu yang sempit, tekanan yang diterima ini membuat
auditor melakukan tindakan mengurangi kualitas audit.
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian sebelumya. Dalam jurnalnya
Auditor of Development and Financial Absolut Based (DFAB), Indri Kartika &
Profita Wijayanti mengemukakan bahwa locus of control berpengaruh positif
terhadap penerimaan perilaku disfungsional.
Penelitian akan dilakukan pada pihak-pihak yang secara langsung
melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit mulai dari junior auditor, senior
auditor, manager dan partner yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Bandung. Menurut data IAPI (2012), Bandung memiliki 28 KAP dan kota
Bandung masuk ke dalam 7 kota dengan penyebaran KAP di Indonesia
terbanyak yang menurut peneliti dapat mewakili dalam penelitian ini, sementara
alasan penelitian dilakukan kepada pihak-pihak yang secara langsung melakukan
perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk melihat sejauh mana
pihak-pihak tersebut secara langsung berpengaruh dalam pengambilan keputusan
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan audit, mengingat penelitian ini
meneliti mengenai perilaku pada auditor.
Berdasarkan fenomena di atas dan masalah terkait,penulis akan meneliti
tentang time budget pressure dan locus of control serta pengaruhnya terhadap
praktik perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality
Practices/RAQP Behavior), oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengaruh
Time Budget Pressure dan Locus of Control Terhadap Praktik Perilaku
Penurunan Kualitas Audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas penulis mengidentifikasi masalah-masalah
yang akan menjadi pokok masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah time budget pressure berpengaruh terhadap praktik perilaku
penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
Behavior)?
2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap praktik perilaku
penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
Behavior)?
3. Apakah time budget pressure dan locus of control secara
bersama-sama berpengaruh terhadap praktik perilaku penurunan kualitas audit
(Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior) ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pengaruh time budget pressure dan locus of control terhadap praktik
perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
Behavior)
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam hal ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh time budget pressure terhadap praktik
perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality
2. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap praktik
perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality
Practices/RAQP Behavior) ?
3. Untuk mengetahui pengaruh time budget pressure dan locus of
control secara bersama-sama terhadap praktik perilaku penurunan
kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior) ?
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
pandangan dan wawasan yang akan mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang auditing dan yang berkaitan dengan time
budget pressure dan locus of control dan praktik perilaku penurunan kualitas
audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior).
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
pengaruh time budget pressure dan locus of control yang menyebabkan praktik
perilaku penurunan kualitas audit yang terjadi di kantor akuntan publik serta
digunakan sebagai bahan masukan yang berguna untuk melakukan pembenahan
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan proses yang mendasari pemilihan, pengolahan,
dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang
menjadi objek di dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:63) obyek penelitian
adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu
konsep atau variabel. Obyek penelitian ditemukan melekat pada subyek penelitian.
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah time budget pressure,
locus of control dan praktik perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit
Quality Practices/RAQ Behavior). Dalam penelitian ini time budget pressure dan
locus of control sebagai variabel bebas (variabel X1 dan X2) dan praktik perilaku
penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior)
sebagai variabel terikat (variabel Y). Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor
Akuntan Publik di Bandung. Penelitian ini akan menguji sejauh mana time budget
pressure dan locus of control berpengaruh terhadap praktik perilaku penurunan
kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior) pada Kantor
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Desain Penelitian
Sebelum kegiatan penelitian, rancangan penelitian atau desain penelitian
perlu untuk dirumuskan. Desain penelitian memerlukan perencanaan agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Menurut
Arikunto (2010:90), desain penelitian adalah rencana atau rancangan sebagai
ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Dapat dikatakan bahwa desain
penelitian diperlukan untuk melakukan penelitian mulai dari tahap awal berupa
merumuskan masalah hingga sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut M. Nazir (2003:54), metode deskriptif yaitu metode yang digunakan
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi mengenai fakta-fakta, sifat,
hubungan serta pengaruh antar fenomena yang diselidiki
Sedangkan menurut Sugiyono (2012): “penelitian deskriptif ini dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain”. Penelitian deskriptif
meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan metode survei. Menurut Sugiyono
(2012:11), metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan
sebagainya.
Dapat disimpulkan dalam pengertian diatas bahwa metode penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode survei adalah metode yang digunakan
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan mengedarkan
kuesioner, test, atau wawancara terstruktur untuk mendapatkan kesimpulan atas
subjek penelitian.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.2.1 Definisi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan
pengamatan. Sugiyono (2012:59) mendefinisikan variabel sebagai suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang atau objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi objek pengamatan
penelitian atau sering pula dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel independen atau bebas (X)
Menurut Sugiyono (2012: 59) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen
a) Time Budget Pressure sebagai variabel Independen (X1), Tekanan
anggaran waktu (time budget pressure) adalah suatu kondisi
dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja
untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan (Mutia Maulina et al, 2010).
b) Locus of Control sebagai variabel Independen (X2), Robbins dan
Judge (2007) mendefinisikan pusat kendali (locus of control)
sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah
penentu nasib mereka sendiri.
2. Variabel dependen atau terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2012: 59) variabel dependen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah Praktik Perilaku Penurunan Kualitas Audit (Reduced Audit Quality
Practices/RAQP Behavior) sebagai variabel Dependen (Y), Coram et al
(2004) mendefinisikan perilaku penurunan kualitas dalam audit (Reduced
Audit Quality Practices/RAQP behavior) sebagai pengurangan mutu dalam
pelaksanaan audit yang dilakukan sengaja oleh auditor.
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel
Kuesioner disusun berdasarkan indikator-indikator variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu time budget pressure (X1) dan locus of
control (X2) dan praktik perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality
dan menentukan data apa yang akan diperlukan untuk memudahkan
pengukurannya, maka ketiga variabel tersebut didefinisikan secara operasional ke
dalam penjabaran beberapa dimensi dan indikator dibawah ini :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala No.Kuesioner
Time Budget Pressure (X1)
Time Budget
1. Pemahaman atas time budget 2. Tanggung jawab terhadap time
langsung
Sumber : (X1) Holmes, Arthur, W. dan David C. Burns, 2005, Auditing : Standard and Procedures, 9th Edition, Auditing : Norma dan Prosedur, Alih Bahasa: Moh. Badjuri, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.
Meigs, Whittington and Pany. 2011. Principle Of Auditing. Edition. Tokyo: Irwin Inc.
(X2) Donelly, David P., Jeffrey J.Q, and David O.,2003”Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Modek Using Auditors personal characteristic .” Journal of
Behaior Research In Accounting : vol 15).
(Y) Edy Sujana, Tjiptohadi Sawarjuwono. (2006). Perilaku Disfungsional Auditor:Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.8 No.3.
3.2.3 Populasi dan Sample Penelitian
Menurut Arikunto (2010:173) ”populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Sedangkan Sugiyono (2012) mendefinisikan populasi mempunyai arti
sebagai “wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan
Publik Bandung, dengan asumsi responden adalah pihak-pihak yang secara
langsung ikut melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit, mulai dari junior
auditor, senior auditor, manager, dan partner yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik di Kota Bandung, kota Bandung masuk kedalam 7 Kota dengan
penelitian ini, sementara alasan penelitian dilakukan kepada pihak- pihak yang
secara langsung melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk
melihat sejauh mana pihak-pihak tersebut secara langsung berpengaruh dalam
pengambilan keputusan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan audit.
Kantor akuntan publik yang menjadi populasi dalam penelitian ini akan
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.2
Daftar Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung
No Nama KAP No.KM Izin KAP
1. KAP. AF. Rachman & Soetjipto WS KEP-216/KM.6/2002 2. KAP. Drs. Atang Djaelani KEP-047/KM.17/2000 3. KAP. Drs. Bambang Budi Tresno KEP-1192/KM.17/1998 4. KAP. Drs. Dadi Muchidin KEP-056/KM.17/1999 5. KAP. Djoemarma, Wahyudin & Rekan KEP-350/KM.17/2000 6. KAP. Ekamasni, Bustaman & Rekan KEP-021/KM.5/2005 7. KAP. Drs. Gunawan Sudradjat KEP-588/KM.17/1998 8. KAP. H.E.R. Suhardjadinata, Dr, Ak, MM KEP-038/KM.6/2004 9. KAP. Heliantono & Rekan KEP-147/KM.5/2006 10. KAP. Drs. Jajat Marjat 13/KM.1/2011 11. KAP. JojoSunarjo, Ruchiat & Arifin KEP-362/KM.5/2005 12. KAP. Drs Joseph Munthe, Ms. Ak KEP-197/KM.17/1999 13. KAP. Karel, Widyarta KEP-269/KM.17/1999 14. KAP. Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih KEP-1032/KM.17/1998 15. KAP. La Midjan & Rekan KEP-1103/KM.17/1998 16. KAP. Moch. Zainuddin & Sukmadi 918/KM.1/2010 17. KAP. DR. Moh. Mansur SE. MM. Ak 1338/KM.1/2009 18. KAP. Peddy HF. Dasuki 472/KM.1/2008 19. KAP. Drs. R. Hidayat Effendy KEP-237/KM.17/1999 20. KAP. Roebiandini & Rekan 684/KM.1/2008 21. KAP. Ronald Haryanto, Drs KEP-051/KM.17/1999
22. KAP. Sabar, CPA 842/KM.1/2011
23. KAP. Drs. Sahat P.Situmorang KEP-279/KM.6/2002 24. KAP. Sanusi, Supardi & Soegiharto KEP-949/KM.17/1998 25. KAP. Sugiono Poulus, SE., Ak., MBA KEP-077/KM.17/2000 26. KAP. Tb. Hasanuddin & Rekan KEP-353/KM.6/2003 27. KAP. Wisnu B. Soewito & Rekan 1273/KM.1/2011 28. KAP. Dra. Yati Ruhiyati KEP-605/KM.17/1998
Dari populasi tersebut kemudian penulis mengambil sampel. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik non
probability sampling yaitu disproportionate stratified random sampling.
Disproporsional stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata tetap namun ketidakproporsionalan
penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata
namun kurang proporsional pembagiannya
.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
3.2.4.1Sumber Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang digunakan
dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data didasarkan pada jenis data
yang dipergunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut :
1. Kuesioner
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh,
teknik pengumpulan data penelitian ini dengan kuesioner, maka sumber data
disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti. Menurut Sugiyono (2012:199) kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan dan
Kuesioner dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan kepada responden
mengenai time budget pressure dan locus of control serta praktik perilaku
penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP Behavior),
responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan persepsinya. Adapun kuesioner yang akan digunakan penulis dalam
pengumpulan data terdiri dari dua bagian, yaitu :
- Pertanyaan Umum
Pertanyaan umum dibuat dalam bentuk pertanyaan terbuka,
menyangkut identitas responden yang diantaranya : Nama, Pendidikan,
Posisi jabatan, Instansi, Lama kerja, pada pertanyaan ini responden
bebas menentukan jawaban.
- Pertanyaan Khusus
Pertanyaaan khusus adalah pertanyaan yang dikaitkan dengan time
budget pressure dan locus of control pertanyaan lain yang
mempengaruhi praktik perilaku penurunan kualitas audit (Reduced
Audit Quality Practices/RAQ Behavior) yang berbentuk pertanyaan
tertutup dengan variasi jawaban yang telah ditentukan sebelumnya.
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2012:132), skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dalam skala likert, jawaban yang dikumpulkan dapat berupa
pernyataan positif ataupun pernyataan negatif. Untuk setiap item pernyataan akan
Tabel 3.3
Pernyataan Item untuk variabel X1 dan Y
Untuk variabel X1 dan Y, skor rendah (nilai 1) menunjukkan jawaban
tidak pernah, sebaliknya skala tinggi (nilai 5) menunjukkan jawaban selalu.
Semakin rendah skor yang didapat, berarti semakin baik pula time budget pressure
dan praktik perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality
Practices/RAQP Behavior).
Tabel 3.4
Pernyataan Item untuk variabel X2
Untuk variabel X2, skor rendah (nilai 1) menunjukkan jawaban sangat
tidak setuju sebaliknya skala tinggi (nilai 5) menunjukkan jawaban sangat setuju.
Semakin rendah skor yang didapat, berarti semakin baik pula locus of control.
Selanjutnya adalah menentukan kriteria pengklasifikasian untuk variabel
X1 dan Y yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Husein Umar
(2003:201) dimana rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut:
No Pernyataan Skor
1 S (Selalu) 5
2 SR (Sering) 4
3 K (Kadang-Kadang) 3
4 P (Pernah) 2
5 TP (Tidak Pernah) 1
No Pernyataan Skor
1 SS (Sangat Setuju) 5
2 S (Setuju) 4
3 R (Ragu-Ragu) 3
4 TS (Tidak Setuju) 2
��= −
Skor tertinggi didapat dari banyaknya responden dikalikan skor tertinggi
yaitu 5 = (27 x 5 = 135), dan skor terendah didapat dari banyaknya responden
dikalikan skor tertinggi yaitu 1 = (27 x 1 = 27)
��=135−27
5 = 21,6 dibulatkan menjadi 22
Rentang pengklasifikasian setiap kategori untuk variabel X dan Y dilihat
dari tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5
Kriteria Rentang Pengklasifikasian
Variabel Kategori Rentang Pengklasifikasian
2. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:203) , observasi merupakan
suatu proses yang tersusus dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
3.2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah rancangan untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan dari sumber-sumbernya, baik pengamatan di lapangan atau dari
sumber-sumber lainnya yang dapat disimpulkan dan diinformasikan kepada pihak.
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012:206)
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012: 206), “Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh responden
secara langsung oleh responden dengan memberi tanda pada jawaban yang telah
disediakan. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah skala Likert dengan menggunakan variabel berukuran nominal, untuk
diolah dengan statistik, skala ukuran nominal kemudian ditansformasikan menjadi
skala ukuran interval dengan Method of Succecive Interval (MSI).
Setelah data diperoleh dengan lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan,
selanjutnya dilakukan proses analisis data sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Imam Ghozali, 2011: 52). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
koefisien korelasi Product Moment, yaitu dengan rumus :
Dimana:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah responden
Σ XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y Σ X = Jumlah skor X
Σ Y = Jumlah skor Y (Σ X)2
= Kuadrat jumlah skor X (Σ Y)2 = Kuadrat jumlah skor Y
Pengujian dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item setiap
butir pernyataan dengan skor total, selanjutnya interpretasi dari koefisien korelasi
dengan rtabel- bila korelasi antara skor item dengan total skor kurang dari 0,30
(didapat dari perhitungan antara perhitungan interpolasi dari tabel nilai r Product
Moment) maka item pertanyaan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Item instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 dengan
membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabelmaka valid.
2. Uji Keandalan/Reliabilitas (Test of Reliability)
Reliabilitas adalah seberapa jauh konsistensi alat ukur untuk dapat
memberikan hasil yang sama dalam mengukur hal dan subyek yang sama (Iqbal
Hasan, 2008:15). Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
seberapa besar hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang
lebih dari sekali.
Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode koefisien
Alpha Cronbach’s. Koefisien ini merupakan koefisien reliabilitas yang paling
sering digunakan karena koefisien ini menggambarkan variasi dari item-item, baik
untuk format benar atau salah atau bukan, seperti format pada skala Likert
sehingga koefisien ini merupakan koefisien yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi internal consistency.
α = [ k ][1 - ∑ Si² ]
k – 1 Sx²
Dimana:
α = koefisien reliabilitas
k = jumlah instrumen pertanyaan/pernyataan
∑ Si² = jumlah varians dari setiap instrumen
Menurut Imam Ghozali (2011), Nilai koefisien reliabilitas yang baik
adalah diatas 0,7. Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena
jika instrumen yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan
hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable (Sugiyono,2012).
3. MethodSuccessive Of Interval (MSI)
Data pada penelitian ini adalah menggunakan skala ordinal. Menurut
Husein Umar (2008:167), agar dapat dianalisis secara statistik maka data tersebut
harus dinaikkan menjadi skala interval dengan menggunakan Methods of
Successive Interval (MSI). Langkah-langkah metode successive interval dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Tentukan frekuensi tiap skor pertanyaan. Untuk semua item pertanyaan dihitung frekuensi jawabannya, berapa responden yang menjawab untuk mendapatkan masing-masing skor 1,2,3,4, atau 5. Asumsikan alternative jawaban hanya 5
b. Tentukan proporsi (p) tiap skor jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.
c. Tentukan proporsi (p) tiap skor jawaban secara kumulatif.
d. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dari tiap skor dengan
A= nilai densitas pada skor sebelum skor yang diamati B= nilai densitas pada skor yang diamati
C = nilai probabilitas kumulatif pada skor yang diamati
D= nilai probabilitas kumulatif pada skor sebelum skor yang diamati g. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: NT= NS +
(1+ ׀ Nsmin ׀)
4. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika
telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat
dicapai bila memenuhi uji asumsi klasik. Asumsi klasik dalam penelitian ini
adalah: Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji
Linearitas
a. Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2011, 160), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas data dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Untuk mempermudah dalam melakukan penghitungan secara statistik,
maka analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan diolah dengan bantuan
software statistik SPSS 16.0 for Windows. “Suatu data dinyatakan berdistribusi
normal jika nilai Asymp Sig (2-tailed) hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov
lebih besar dari 1/2α” .
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2011, 105), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di
Inflation Factor) dan Tolerance, untuk mendeteksi multikolinearitas adalah
sebagai berikut :
Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
- Mempunyai nilai VIF +/- 1
- Mempunyai angka Tolerance +/- 1
- Atau tolerance = 1/VIF dan VIF = 1/Tolerance
- Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai VIF >5 dipastikan terjadi multikolinearitas.
Untuk mempermudah dalam melakukan penghitungan secara statistik,
maka analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan diolah dengan bantuan
software statistik SPSS 16.0 for Windows.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2011: 139), uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dalam regresi ini menggunakan scatter plot dengan
menggunakan bantuan software statistik SPSS 16.0 for Windows. Scatter plot
sendiri merupakan sebuah grafik yang diplot poin atau titik yang menunjukan
hubungan antara dua pasang data. Heteroskedastisitas berarti variasi (varians)
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. “Pada heteroskedastisitas,
kesalahan yang terjadi tidak random (acak) tetapi menunjukkan hubungan yang
sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas” (Iqbal Hasan,
d. Uji Linieralitas
Uji linieritas digunakan untuk menguji linier tidaknya suatu data yang
dianalisis yaitu variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian
ini, uji linieritasnya dilakukan dengan uji F. Untuk mempermudah dalam
melakukan penghitungan secara statistik, maka analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini akan diolah dengan bantuan software statistik SPSS 16.0 for
Windows.
5. Menentukan Analisis Regresi Liner Berganda
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi
berganda. Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y)
dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin satu, dua, tiga, dan
seterusnya variabel bebas (X1, X2,...,XN) namun masih menunjukkan diagram
hubungan yang linear (Iqbal Hasan, 2008). Sebelum model regresi digunakan
untuk menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.
Regresi ganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua variabel kriterium atau
untuk mencari hubungan fungsional dua variabel prediktor atau lebih dengan
variabel kriteriumnya, atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih
terhadap variabel kriteriumnya (Meilia Nur Indah Susanti, 2010:185)
Rumus analisis regresi linear berganda akan disajikan dengan model
berikut :
Keterangan :
Y = RAQP a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X 1= Time Budget Pressure
X2= Locus of control
6. Melakukan Pengujian Hipotesis Uji t
Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan menggunakan rumus
uji t. Pengujian t-statistik bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Uji t
pada dasarnya menunjukkan ”seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
independen.” (Imam Ghozali 2011: 84). Dalam penelitian ini, berarti uji t
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
yang terdiri atas time budget pressure dan locus of control terhadap praktik
perilaku penurunan kualitas audit (Reduced Audit Quality Practices/RAQP
Behavior) yang merupakan variabel dependennya.
Menurut Sudjana (1996: 388) langkah-langkah untuk melakukan uji t adalah
sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis statistik
1) Ho : b1 = 0, i = X1, X2, artinya X1 dan X2 secara sendiri-sendiri tidak
berpengaruh terhadap Y
2) Ha : b1 ≠0, i = X1, X2, artinya X1 dan X2 secara parsial berpengaruh
b) Mencari thitung
c) Penentuan nilai kritis
Menggunakan tabel distribusi t dengan memperhatikan tingkat
signifikansi dan banyaknya sampel yang digunakan
d) Kaidah pengambilan keputusan
1) Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak, artinya X1 dan X2 secara parsial
(sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap Y.
2) Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima, artinya X1 dan X2 secara parsial
(sendiri-sendiri) tidak berpengaruh terhadap Y.
Dengan dilakukannya uji t (uji parsial) terhadap time budget pressure,
maka hipotesis pertama akan dijabarkan secara berikut :
Ho1 : b1 = 0, artinya time budget pressure tidak berpengaruh terhadap perilaku
penurunan kualitas audit
Ha1 : b1 < 0, artinya time budget pressure berpengaruh terhadap perilaku
penurunan kualitas audit
Hipotesis kedua yang diajukan setelah dilakukannya uji t (uji parsial) pada
Locus of control adalah :
Ho2 : b2 = 0, artinya Locus of Control tidak berpengaruh terhadap perilaku
penurunan kualitas audit
Ha2 : b2 > 0, artinya Locus of Control berpengaruh terhadap perilaku penurunan
7. Melakukan Pengujian Hipotesis Uji F
Uji F atau yang disebut juga dengan uji simultan digunakan untuk
“menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik.”
(Santoso, 2004: 168). Langkah-langkah dalam pengujian uji simultan adalah
sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
1) Ho : b1 = b2 = 0, artinya X1 dan X2 secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap Y
2) Ha : b1= b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Y
Dengan dilakukannya uji F (uji simultan), maka hipotesis akan dijabarkan
secara berikut :
Ho3 : b1 = b2 = 0, artinya time budget pressure dan locus of control secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perilaku penurunan
kualitas audit
Ha3 : b1 = b2 ≠ 0, artinya time budget pressure dan locus of control secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku penurunan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh time
budget pressure dan locus of control terhadap praktik perilaku penurunan kualitas
audit (reduced audit quality practices/RAQP Behavior) pada kantor akuntan
publik di Bandung, maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Time budget pressure berpengaruh terhadap praktik perilaku penurunan
kualitas audit (reduced audit quality practices/RAQP Behavior) pada
kantor akuntan publik di Bandung. Tanda negatif (-0.271) pada koefisien
time budget pressure menunjukkan hubungan yang berbanding lurus.
Artinya koefisien regresi untuk time budget pressure akan menurunkan
perilaku praktik penurunan kualitas audit atau perilaku praktik penurunan
kualitas audit akan naik jika ada penurunan time budget pressure
2. Locus of control berpengaruh terhadap praktik perilaku penurunan kualitas
audit (reduced audit quality practices/RAQP Behavior). Tanda positif
(0.591) pada koefisien locus of control menunjukkan hubungan positif
antara variabel X2 dan Y. Koefisien regresi untuk locus of control akan
menaikkan perilaku praktik penurunan kualitas audit atau perilaku praktik
3. Time budget pressure dan locus of control secara bersama-sama
berpengaruh terhadap praktik perilaku penurunan kualitas audit pada
kantor akuntan publik di Bandung .
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang
diperoleh, maka terdapat beberapa saran yang penulis sampaikan sehubungan
dengan pengaruh time budget pressure dan locus of control terhadap praktik
perilaku penurunan kualitas audit beserta hal lainnya yang terkait, yaitu:
1. Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel time budget pressure, indikator
frekuensi revisi time budget mendapatkan skor yang paling rendah,
responden mengungkapkan bahwa ketika auditor mengalami kesulitan
dalam penugasan dan membuat auditor harus menyimpang dari time budget
yang telah ditetapkan, auditor cenderung melakukan revisi terhadap time
budget namun tidak menghitung selisih antara budgeted time hour dengan
actual time hour, hal ini seharusnya menjadi hal yang penting untuk
mengevaluasi kinerja auditor dimasa depan. Time budget pressure yang
mengarah kepada perilaku penurunan kualitas audit membuat atasan perlu
untuk melakukan pengawasan kerja auditor bawahan untuk mencegah
terjadinya perilaku penurunan kualitas audit .
2. Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel locus of control, dimensi locus
of control mendapatkan skor paling rendah, hal ini terkait jawaban beberapa
responden yang masih menginginkan penghargaan dan promosi ketika
auditor bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh untuk melaksanakan
penugasan, hal ini sesuai dengan standar audit umum yang mengharuskan
auditor untuk menerapkan kemahiran professional dalam melaksanakan
audit.
3. Penelitian ini hanya menggunakan time budget pressure dan locus of control
sebagai variabel independen yang mempengaruhi praktik perilaku
penurunan kualitas audit. Oleh karena itu disarankan pada penelitian
selanjutnya untuk menggunakan variabel independen lainnya, seperti
tindakan supervisor, review prosedur, dan quality control untuk perilaku
berpengaruh langsung serta kinerja karyawan dan komitmen dalam
HALAMAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 14
2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 Pengertian Audit ... 14
2.1.2 Jenis-Jenis Audit ... 16
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor ... 17
2.1.4 Akuntan Publik ... 18
2.2.0 Praktik Perilaku Penurunan Kualitas Audit (RAQP) Behavior ... 38
2.2 Penelitian Terdahulu ... 42
2.3 Kerangka Pemikiran... 43
2.4 Hipotesis ... 51
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 54
3.1 Obyek Penelitian ... 54
3.2 Metode Penelitian ... 55
3.2.1 Desain Penelitian ... 55
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 61
3.2.4.1 Sumber Data... 61
3.2.5 Teknik Analisis Data... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75
4.1 Hasil Penelitian ... 75
4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subjek Penelitian ... 75
4.1.1.1 Sejarah Singkat Kantor Akuntan Publik ... 75
4.1.2 Analisis dan Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 82
4.1.2.1 Deskripsi Data Responden ... 83
4.1.2.2 Pengujian Validitas Instrumen ... 88
4.1.2.3 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 93
4.1.2.4 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 96
4.1.2.4.1Deskripsi Data Variabel Time Budget Pressure Per Indikator ... 98
4.1.2.4.2Deskripsi Data Variabel Time Budget Pressure Secara Keseluruhan ... 104
4.1.2.4.3Deskripsi Data Variabel Locus of Control Per Indikator ... 105
4.1.2.4.4Deskripsi Data Variabel Locus of Control Secara Keseluruhan ... 108
4.1.2.4.5Deskripsi Data Variabel Perilaku Praktik Penurunan Kualitas Audit Per Indikator ... 110
4.1.2.4.6Deskripsi Data Variabel Perilaku Praktik Penurunan Kualitas Audit Secara Keseluruhan ... 113
4.1.2.5 Analisis Statistik ... 114
4.1.2.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 114
4.1.2.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 120
4.1.2.5.3 Pengujian Hipotesis (Uji t) ... 122
4.1.2.5.4 Pengujian Hipotesis (Uji F) ... 125
4.2 Pembahasan... 126
4.2.1 Time Budget Pressure ... 126
4.2.2 Locus of Control ... 128
4.2.3 Perilaku Praktik Penurunan Kualitas Audit ... 129
4.2.4 Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Perilaku Praktik Penurunan Kualitas Audit ... 130
4.2.5 Pengaruh Locus of Control terhadap Perilaku Praktik Penurunan Kualitas Audit ... 131
5.1 Simpulan ... 134 5.2 Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA