• Tidak ada hasil yang ditemukan

kelayakan sistem evakuasi kawasan rawan becana letusan gunung merapi di kabupaten sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kelayakan sistem evakuasi kawasan rawan becana letusan gunung merapi di kabupaten sleman."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA

LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

(Studi Kasus : KRB Gunung Merapi – Kabupaten Sleman– DIY)

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1

Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

DICKY SETYA ADI WIBOWO

NIM. I 0608025

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

(2)

ii KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN

GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

(Studi Kasus : KRB Gunung Merapi – Kabupaten Sleman – DIY)

Oleh

DICKY SETYA ADI WIBOWO

NIM. I 0608025

Menyetujui,

Surakarta, Oktober 2015

Pembimbing I

Ir. Kusumastuti, MURP NIP. 19561207 198601 2 001

Pembimbing II

Isti Andini, ST, MT NIP.19850416 200912 2 004

Mengesahkan, Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Soedwiwahjono, MT

(3)

iii ABSTRAK

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

(Studi Kasus : KRB Gunung Merapi – Kabupaten Sleman – DIY)

Sistem evakuasi kawasan rawan bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dalam kaitannya dengan infrastruktur memiliki beberapa komponen evakuasi, yaitu sistem peringatan dini, titik kumpul, jalur evakuasi, rute evakuasi, komunikasi dan transportasi, dan barak pengungsian. Peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan sistem evakuasi kepada pengungsi yang masuk ke dalam skenario evakuasi masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya jalan evakuasi mengalami kerusakan, jalur evakuasi melewati jembatan sungai, masyarakat belum mendengarkan sirine peringatan dini, dan kondisi di barak pengungsian sangat padat. Berdasarkan fenomena tersebut, maka “bagaimanakah kelayakan sistem evakuasi kawasan

(4)

iv ABSTRACT

Feasibility Evacuation System Of Mount Merapi Eruption Area In Sleman District

( Study Case : Mount Merapi Eruption Area, Sleman District, DIY )

Evacuation system in Mount Merapi eruption area consist of evacuation component, such early warning system, meeting point, evacuation lane, evacuation route, barrack, communication and transportation. The role of the goverment is to give services for refugees who live in scenario evacuation area. But there are some constrains, for example damaged road, evacuation lane

crossover the bridge, people don’t heard the early warning system and high density of barracks.

Based on those phenomenons, this research objected is to measure the feasibility of Mount Merapi evacuation system in Sleman district by using qualitative and quantitative method. The

results of this research, some of evacuation systems don’t have perfect score. Early warning

(5)

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas perkenan-Nya jualah tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir dengan judul

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Studi Kasus : Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Sleman)” merupakah sebuah penelitian untuk mengetahui kelayakan sistem evakuasi terkait infrastruktur sistem evakuasi yang ada di Kawasan Rawan Bencana. Dimana pada Kawasan Rawan Bencana memiliki sistem evakusi teknis yang berupa infrastruktur yang sudah disediakan oleh Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilakukan umtuk mengetahui apakah infrastruktur eksisting sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi sudah mampu memenuhi kebutuhan penduduk kawasan rawan bencana (KRB) atau pengungsi yang masuk ke dalam skenario evakuasi bencana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Jika belum bisa melayani kebutuhan pengungsi yang masuk dalam skenario evakuasi, bisa dikatakan jika keadaan infrastruktur sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi belum layak, namun bila sudah bisa memenuhi kebutuhan pengungsi bisa dikatakan sistem evakuasi dalam keadaan layak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar dalam memberi arahan, dorongan, bantuan teknis, dan motivasi yang sangat berarti bagi penulis sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ir. Soedwiwahjono, MT, selaku Ketua Program StudiPerencanaan Wilayah dan Kota JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaret.

2. Ibu Ir. Kusumastuti, MURP selaku dosen pembimbing, yang telah memberi banyak sekali memberikan bantuan, perhatian dan arahan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Ibu Isti Andini, MT selaku dosen pembimbing, yang telah memberi banyak sekali memberikan bantuan, perhatian dan arahan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.

4. Ayah, Ibu, Mas Adit, Mbak Lina, Gilang, dan Nina Utami yang telah memberikan dukungan kepada penulis dan selalu memanjatkan doa – doanya ketika penulis sedang menghadapi kesulitan selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk selalu mengejar cita-cita. Terimakasih telah menjadi bagian terindah dalam hidup penulis. AKU SAYANG KALIAN.

(6)

vi 6. Teman – Teman yang paling istimewa banyak pemikiran brilian yang saya dapat dari kalian, untuk Kucay, Hohok, Pramudya, Ita, Muftia, Tya, Dhoni, Adri Agung, Eko Ardianto, Gian WC, dan Ilham. Kalian semua sangat berharga buat saya dan gak akan pernah saya lupain kebaikan kalian yang selalu ada disaat saya butuh, Best Friend Always. 7. Teman – teman PWK 2008 sebagai keluarga lama di Universitas Sebelas Maret.

8. Teman-teman PWK 2010. Makasih banyak sudah menjadi keluarga baru saya selama saya terlalu lama dalam study,hehehe, beruntung bisa kenal kalian semua.

Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu dan waktu yang dimiliki penulis. Akhir kata, penulis berharap, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan wilayah dan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya yang lebih mendalam mengenai sistem evakuasi kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Tidak lupa, penulis mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan penulis.

Surakarta, Oktober 2015

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

1.8. Sistematika Laporan ... 5

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 7

2.1. BENCANA ... 7

2.1.1. Pengertian dan Jenis Bencana ... 7

2.1.2. Bahaya Vulkanik ... 9

2.1.3. Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi ... 10

2.2. MITIGASI BENCANA ... 12

2.2.1. Perencanaan Dalam Manajemen Bencana ... 13

2.2.2. Evakuasi ... 14

2.2.3. Peran Evakuasi Dalam Penanggulangan Bencana ... 15

2.2.4. Sistem Evakuasi ... 15

2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Evakuasi ... 17

2.2.6. Komponen Sistem Evakuasi Erupasi Gunung Merapi Kabupaten Sleman ... 17

2.2.6.1. Sistem Peringatan Dini / Early Warning System ... 18

2.2.6.2. Titik Kumpul ... 21

2.2.6.3. Jalur Evakuasi ... 21

2.2.6.4. Rute Evakuasi ... 23

2.2.6.5. Komunikasi dan Transportasi ... 24

2.2.6.6. Barak Pengungsian ... 25

2.2.7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Peoman Penyiapan Sarana dan Prasarana Dalam Penanggulangan Bencana ... 26

2.3.Kapasitas ... 27

2.4.Kelayakan ... 28

2.5. Variabel Penelitian ... 29

2.6. Kerangka Teori Penelitian ... 30

2.7. Kerangka Pikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Metode dan Jenis Penelitian ... 32

3.2. Pendekatan Penelitian ... 32

(8)

viii

3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 33

3.5. Kebutuhan Data ... 36

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6.1. Data Primer ... 37

3.6.2. Data Sekunder ... 37

3.7. Teknik Analisis ... 38

3.8. Kerangka analisis ... 40

BAB IV KONDISI/KARAKTERISTIK SISTEM EVAKUASI DI KRB LETUSAN GUNUNG MERAPI ... 41

4.1.Karakteristik Gunung Merapi ... 41

4.2. Kondisi Fisik KRB Gunung Merapi ... 43

4.3. Kondisi Infrastruktur Sistem Evakuasi KRB Letusan Gunung Merapi ... 50

4.3.1. Sistem Evakuasi Sektor A ... 50

4.3.2. Sistem Evakuasi Sektor B ... 57

4.3.3. Sistem Evakuasi Sektor C ... 61

4.3.4. Sistem Evakuasi Sektor D ... 65

4.3.5. Sistem Evakuasi Sektor E ... 68

BAB V PEMBAHASAN ... 74

5.1. Analisis Kapasitas Sistem Evakuasi Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi ... 74

5.1.1. Kapasitas Sistem Peringatan Dini / EWS ... 74

5.1.2. Kapasitas Titik Kumpul ... 80

5.1.3. Kapasitas Jalur Evakuasi KRB Gunung Merapi ... 84

5.1.4. Kapasitas Rute Evakuasi KRB Gunung Merapi ... 92

5.1.5. Kapasitas Komunikasi dan Transportasi Evakuasi KRB Gunung Merapi ... 93

5.1.6. Kapasitas Barak Pengungsian KRB Gunung Merapi ... 95

5.2. Analisis Kelayakan Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Merapi ... 103

BAB VI PENUTUP ... 106

6.1. Kesimpulan ... 106

6.2. Rekomendasi ... 106 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Posisi Penelitian ... 5

Tabel 2.1 Komponen Evakusi KRB Gunung Merapi di Kabupaten Sleman ... 17

Tabel 2.2 Variabel Penelitian ... 29

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Kebutuhan Data ... 35

Tabel 3.3 Skor kapasitas ... 39

Tabel 3.4 Skor kelayakan sistem evakuasi ... 39

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di KRB Gunung Merapi Kabupaten Sleman ... 42

Tabel 4.2 Kondisi Fisik KRB Gunung Merapi ... 44

Tabel 4.3 Titik Kumpul Sektor A . ... 52

Tabel 4.4 Lebar Jalan Evakuasi Sektor A... 55

Tabel 4.5 Jalan Evakuasi Masuk Radius 300 Meter Dari Sungai Sektor A ... 55

Tabel 4.6 Kondisi Jalan Evakuasi Sektor A ... 55

Tabel 4.7 Kondisi Barak Evakuasi Sektor A ... 56

Tabel 4.8 Titik Kumpul Sektor B. ... 57

Tabel 4.9 Lebar Jalan Evakuasi Sektor B ... 59

Tabel 4.10 Jalan Evakuasi Masuk Radius 300 Meter Dari Sungai Sektor B ... 59

Tabel 4.11 Kondisi Jalan Evakuasi Sektor B ... 59

Tabel 4.12 Kondisi Barak Pengungsian Sektor B ... 60

Tabel 4.13 Titik Kumpul Sektor C ... 62

Tabel 4.14 Lebar Jalan Evakuasi Sektor C ... 63

Tabel 4.15 Jalan Evakuasi Masuk Radius 300 meter dari sungai Sektor C ... 63

Tabel 4.16 Kondisi Jalan Evakuasi Sektor C ... 64

Tabel 4.17 Kondisi Barak Pengungsian Sektor C ... 64

Tabel 4.18 Titik Kumpul Sektor D. ... 66

Tabel 4.19 Lebar Jalan Evakuasi Sektor D... 67

Tabel 4.20 Jalan Evakuasi Masuk Radius 300 Meter Dari Sungai Sektor D ... 67

Tabel 4.21 Kondisi Jalan Evakuasi Sektor D ... 67

Tabel 4.22 Kondisi Barak Pengungsian Sektor D ... 68

Tabel 4.23 Titik Kumpul Sektor E ... 69

Tabel 4.24 Lebar Jalan Evakuasi Sektor E ... 70

Tabel 4.25 Jalan Evakuasi Masuk Radius 300 Meter Dari Sungai Sektor E... 70

Tabel 4.26 Kondisi Jalan Evakuasi Sektor E ... 70

Tabel 4.27 Kondisi Barak Pengungsian Sektor E... 72

Tabel 5.1 Jangkauan Sistem Peringatan Dini / EWS ... 74

Tabel 5.2 Kapasitas Titik Kumpul ... 80

Tabel 5.3 Keamanan Jalur Evakuasi Dari Sungai ... 84

Tabel 5.4 Keamanan Jalur Evakuasi Melewati Jembatan ... 84

Tabel 5.5 Jalan Evakuasi Bisa Untuk Bersimpangan Dua Truk Evakuasi ... 87

Tabel 5.6 Kerataan Jalan Evakuasi ... 88

Tabel 5.7 Kapasitas Rute/Plang Evakuasi ... 92

Tabel 5.8 Kapasitas Komunikasi Evakuasi ... 93

Tabel 5.9 Kapasitas Moda Transportasi ... 94

Tabel 5.10 Kapasitas Barak Pengungsian ... 95

Tabel 5.11 Kapasitas Sarana dan Prasarana Barak Pengungsian ... 102

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Penelitian ... 4

Gambar 2.1 Tahapan Penanggulangan Bencana ... 13

Gambar 2.2 Kegiatan-Kegiatan Dalam Tahapan Penanggulangan Bencana ... 14

Gambar 2.3 Aspek Utama Dari Manajemen Bencana ... 15

Gambar 2.4 Kerangka Teori Penelitian ... 30

Gambar 2.5 Kerangka Pikir ... 31

Gambar 3.1 Peta Pembagian Sektor Sistem Evakuasi Bencana Letusan Gunung Merapi Kabupaten Sleman ... 38

Gambar 3.2 Kerangka Analisis ... 40

Gambar 4.1 Sistem Peringatan Dini Desa Turgo ... 51

Gambar 4.2 Titik Kumpul Dusun Pagerjurang ... 52

Gambar 4.3 Radio Turgo Asri ... 54

Gambar 4.4 Barak Pengungsian Merdikorejo ... 56

Gambar 4.5 Jalan Evakuasi Yang Rusak ... 71

Gambar 4.6. Peta Sistem Evakuasi KRB Letusan Gunung Merapi ... 73

Gambar 5.1. Peta Jangkauan Sistem Peringatan Dini / EWS ... 79

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110033’00” sampai dengan 110033’00” dan mulai 7034’51” sampai dengan 7047'03” Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman merupakan bagian dari Gunung Merapi, sehingga Kabupaten Sleman merupakan bagian KRB Gunung Merapi.

Bahaya di KRB yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Merapi memang tidak bisa dihindari, karena bisa datang sewaktu-waktu dan tidak bisa diprediksi, namun bisa diminimalisir dampak yang diakibatkan. Sikap antisipasi dan perencanaan yang matang dalam bencana sangat diperlukan demi keberlangsungan kehidupan yang ada. Gunung Merapi memiliki periode letusan yang terjadi secara teratur, yaitu 2 hingga 5 tahunan serta 7 tahunan dan letusan terakhir Gunung Merapi terjadi pada tahun 2010 yang menghancurkan kawasan di sekitarnya. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima periode waktu sebelumnya yakni tahun 1994, 1997, 1998, 2001, dan 2006.

Maka dari itu, Kabupaten Sleman memiliki konsep mitigasi bencana khususnya pada KRB Gunung Merapi. Mitigasi Bencana dapat dalam konteks penataan ruang dapat diartikan suatu alat untuk mencegah/ menghindari/ menghilangkan bahaya, mengurangi tingkat kerentanan, dan meningkatkan ketahanan dari suatu wilayah/ kawasan tertentu. Pendekatan berbasis mitigasi dan pengurangan resiko bencana yang dapat dilakukan adalah dengan (sistem) evakuasi bencana pada saat terjadi erupsi Gunung Merapi. Terdapat dua solusi untuk mengurangi jumlah korban erupasi Gunung Api, salah satunya mengevakuasi penduduk di daerah bahaya (Baxter, etal, 1998). Evakuasi adalah solusi radikal untuk melindungi kehidupan manusia yang mungkin tidak selalu dilakukan dalam kondisi yang menguntungkan dan dapat menyebabkan konsekuensi negatif jika tidak dipersiapkan dengan baik. Namun demikian, evakuasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah korban (Dauphine, 2001).

(12)

2 (1984) yang diimplementasikan pada konsep sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dibagi menjadi lima komponen, yaitu sistem peringatan dini (Early warning system), titik kumpul, jalur evakuasi, rute evakuasi, komunikasi dan transportasi, serta penampungan/ barak pengungsian. Komponen-komponen evakusi tersebut berjalan linier sehingga membentuk sistem evakuasi. Sistem evakuasi letusan Gunung Merapi saat terjadi proses evakuasi bencana pada teknis operasionalnya dibagi berdasarkan sungai-sungai berhulu di lereng Merapi yang ada di KRB guna menghindari bahaya lahar melewati aliran sungai. Wilayah yang berada diantara dua aliran sungai berhulu di lereng Gunung Merapi tersebut disebut oleh BPBD Kabupaten Sleman sebagai sektor evakuasi bencana letusan Gunung Merapi. Bisa dikatakan pada satu sektor memiliki subsistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi. Terdapat lima sektor yang berada di KRB Gunung Merapi Kabupaten Sleman, yaitu sektor A, sektor B, sektor C, sektor D, dan sektor E. Masing-masing subsistem berjalan secara bersamaan sesuai dengan skenario evakuasi masing-masing sektor saat status Gunung Merapi menjadi waspada.

Sistem evakuasi KRB Gunung Merapi dibuat dan dilaksanakan setiap terjadi bencana letusan Gunung Merapi, terakhir sistem evakuasi beroperasional pada bencana erupsi Gunung Merapi 2010. Kabupaten Sleman melakukan segala upaya optimal untuk mencegah korban jiwa dan harta benda, dengan sistem evakuasi KRB Gunung Merapi. Sistem evakuasi di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi memiliki 2 skenario evakuasi. Menurut BPBD Kabupaten Sleman skenario tersebut adalah skenario efusif dan skenario eksplosif. Skenario efusif adalah skenario evakuasi bencana saat terjadi erupsi dimana magma yang keluar ke permukaan bumi berupa lelehan lava, sedangkan skenario eksplosif adalah skenario evakuasi bencana saat terjadi erupsi dimana proses keluarnya magma, gas atau abu disertai tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal dari magma maupun tubuh gungung api ke angkasa. Namun, upaya optimal masih menimbulkan korban jiwa/kerugian harta benda yang besar, namun juga kerusakan ekonomi dan sosiologis masyarakat. Berdasarkan data Pusdalops BNPB pertanggal 27 November 2010, bencana erupsi Gunung Merapi ini telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 242 orang meninggal di wilayah DI Yogyakarta dan 97 orang meninggal di wilayah Jawa.

(13)

3 terjadi letusan freatik, masyarakat KRB khususnya Desa Hargobinangun langsung melakukan evakuasi dengan sistem evakuasi letusan Gunung Merapi tahun 2014. Kondisi jalan-jalan evakuasi beberapa ruas mengalami kerusakan karena kegiatan normalisasi Sungai Gendol, berupa jalan lokal yang berada di Kecamatan Cangkringan. Jalan yang mengalami kerusakan di jalan yang berada dalam dusun digunakan untuk akses menuju titik kumpul dan jalan lokal yang mengalami kerusakan digunakan untuk jalur evakuasi dari titik kumpul menuju barak pengungsian. Selain itu, sebagian masyarakat KRB merasakan tidak mendengarkan bunyi sirine sistem peringatan dini / early warning system yang sampai ke dusun mereka. Sebagian masyarakat KRB yang berada di Kecamatan Cangkringan dalam keadaan yang membahayakan karena jalur evakuasi melewati jembatan sungai memotong Sungai Kuning yang biasa menjadi aliran lahar panas maupun dingin. Sebagian masyarakat mengeluhkan tidak nyaman saat di barak pengungsian karena jumlah pengungsi yang sangat banyak. Pada sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi 2014 hendaknya dapat memberikan kenyamanan, keselamatan dan keberlanjutan kehidupan di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi. Maka penelitian ini dibuat untuk melihat kelayakan sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memiliki rumusan masalah Bagaimanakah kelayakan sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi?

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kelayakan sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi.

1.4. Sasaran

Sasaran digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka sasaran dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kapasitas sistem evakuasi KRB Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

2. Menganalisis kelayakan sistem evakuasi. 1.5. Manfaat Penelitian

(14)

4 1.6. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Wilayah Kajian

Lokasi Penelitian berada pada KRB Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Wilayah penelitian merupakan Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Merapi yang masuk ke dalam skenario evakuasi bencana letusan Pemerintah Kabupaten Sleman. Wilayah tersebut merupakan lima Kecamatan yang berada dilereng Gunung Merapi Kecamatan Tempel, Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, dan Kecamatan Ngemplak.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Penelitian

Sumber : BPBD Kab. Sleman, 2014

b. Ruang Lingkup Substansial

(15)

5 1.7. Posisi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, khususnya pada infrastruktur evakuasi (evakuasi teknis).

Tabel 1.1. Posisi Penelitian

No Judul Tahun Penulis Institusi Tujuan Penelitian

1. KAJIAN MITIGASI

UNDIP 1. Mengetahui pelaksanaan

mitigasi struktural pada bencana

erupsi Gunung Merapi.

2. Mengetahui pelaksanaan

mitigasi non struktural pada

bencana erupsi Gunung Merapi.

2. MODEL SPASIAL

UNDIP 1. Mengkaji kerentanan sosial

dan ekonomi masyarakat serta

kelembagaan yang dimodelkan

risiko bencana gunung merapi

dengan alat sistem informasi

geografis dengan hasil akhir

berupa peta kerentanan sosial,

ekonomi , dan kelembagaan.

UAD 1. Mengetahui pemaknaan

masyarakat terhadap mitigasi

kultural dan struktural

menjelang dan sesudah erupsi

Merapi 2010.

UGM 1. Menyarankan alternatif

kebijakan mitigasi terutama

terkait dengan potensi

masyarakat yang ada di

Kecamatan Cangkringan

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2014

1.8. Sistematika Laporan

a. BAB 1 PENDAHULUAN

(16)

6 b. BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Bab 2 ini berisikan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dasar untuk mengidentifikasi kelayakan sistem evakuasi bencana letusan kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

c. BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 ini berisikan pedoman teknis pelaksanaan kerangka pemikiran yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Metode penelitian yang disusun adalah metode pengumpulan data, populasi dan sampling, serta teknik analisis yang dipakai yang dipakai untuk menjawab sasaran penelitian.

d. BAB 4 GAMBARAN UMUM KAWASAN STUDI

Bab 4 ini berisi penyajian kompilasi data yang akan digunakan dalam proses analisis.

e. BAB 5 PEMBAHASAN

Bab 5 ini berisi analisis dan pembahasan kelayakan sistem evakuasi kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

f. BAB 6 PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1 Peta Wilayah Penelitian
Tabel 1.1. Posisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

dan tante (Heppy Santoso, SP dan Erfin Sukayati, S.Sos, M.Kes), adik-adik tercinta Badri Ainur Sakhis, Muhammad Syaichullah Ghazur Ilahi dan Ahmad Adistri El

Mengenai konteks kesetaraan peran dalam pekerjaan bagi wanita dan pria kini tengah diperdebatkan terkait dengan strain role perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris, dewan pengawas syariah, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik dan kepatuhan

Indonesia memiliki Jawa Barat dan sebagai provinsi maju di Indonesia banyak memberikan arahan menegenai pembangunan sesuai dengan yang dikeluarkan oleh dinas

Azas Teknik Kimia Operasi Teknik Kimia Pemisahan Difusional Mekanika Fluida Termodinamika Teknik Kimia Teknik Reaksi Kimia Pengendalian Proses Perpindahan Panas Prarancangan

Untuk melancarkan kod yang baru kita tulis ini, kita perlu menggunakan Python interpreter yang didatangkan bersama dengan aplikasi PortablePython yang kita install dalam

9 Jangkar karang Diusahakan pemasangan jangkar dipasir atau lumpur 10 Penggunaan racun Tidak boleh, diganti dengan jaring atau pancing 11 Pendapatan minim Penggunaan alat modern.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) struktur aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal, (2) profitabilitas berpengaruh negatif