IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY
BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)
SKRIPSI
Oleh :
TUTUT SUGITO
NPM : 0532010048
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA
DENAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY
(HAZOP) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.) Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain doa yang tulus sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamya atas segala yang diberikanNya.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir.Sutiyono,MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir.MT.Safirin,MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Rus Indiyanto,MT Selaku Dosen Pembimbing I. 5. Bapak Ir. Hari Purwoadi,MM Selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Semua karyawan di PT.Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya
8. Kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan nasehat-nasehat, dorongan, doa, dan kasih sayang selama ini.
9. Sahabat-sahabatku Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Angkatan ’05. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang
telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembaca
Surabaya, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian proyek ... 6
2.2. Definisi kecelakaa (accident), Keselamatan (Safety) dan Kesehatan
(Health) kerja……….... 8
2.2.1. Kecelakaan kerja ………...…. 8
2.2.1.1. Klasifikasi kecelakaan Kerja ... 8
2.2.1.2. Penyebab kecelakaan Kerja ...11
2.2.1.3. Dampak kecelakaan kerja ………...…...12
2.2.1.4. Teknik pencegahan atau pengendalian bahaya ……..13
2.2.1.5. Kategori kecelakaan kerja ……….…...…. 18
2.2.2. Keselamatan (safety) dan kesehatan (health) kerja …….……..20
2.3. Teknik identifikasi bahaya ………..………21
2.4. Metode dan prinsip HAZOP ...24
2.5. Tujuan pelaksanaan HAZOP ...26
2.5.1. Merekap hazard dalam worksheet hazop ...29
2.6. Penentuan risk level ...30
2.7. Metode-metode statistik yang dipakai ...32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi penelitian ...35
3.2. Identifikasi variable ……….………35
3.3. Langkah-langlah pemecahan masalah ……….37
3.3.1. Metode pengumpulan data ……….…….42
3.3.2. Metode analisis data ………43
3.3.4. Penentuan kategori kecelakaan kerja …………..………...….46 3.3.5. Penentuan level / tingkay implementasi program K3 …….. ..46
3.3.6. Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment 47 3.3.7. Tindakan pencegahan dan pengendalian ……….47
3.3.8. Tahap Analisa Hasil dan Pembahasan (Usulan Perbaikan) ....48 3.3.9. Kesimpulan Dan Saran ...48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan data ...49
4.1.1. Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3 ……….………….……..49 4.1.2. Data kecelakaan kerja ……….….……..50
4.1.2.1. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ………...….51 4.2. Pengolahan data ……….52 4.2.1. Perhitungan Tingkat Kinerja Implementasi program K3 ...54
4.2.2. Penentuan Tingkat / Level Implementasi Program K3 ……...59 4.3. Identifikasi dan pengkategorian Hazard……….
……60
4.4. Tindakan pencegahan dan pengendalian ……… …….
……..64
4.5. Tindakan Perbaikan ………...……….
………….65
4.5.1. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Akses Jalan ...
....65
4.5.2. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Area Kerja
Proyek ………...………...… .. 64 4.5.3. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Teknis
Mesin ...
.... 66
4.6. Analisa dan pembahasan ... 66
3.1. Analisa Perhitungan Tingkat Program K3 ………..…. 67 3.2. Analisa perhitungan tingkat implementasi program K3 ... 70 3.3. Analisa Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3
……….71 3.4. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi
permasalahan Pada Akses Jalan ) ………... 71 3.5. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi
permasalahan Pada Area Kerja Proyek ) ... 71
3.6. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi permasalahan Kesalahan Teknis Mesin) ……….72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) SERTA IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY
BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)
ABSTRAKSI
Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia, dan setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan dan beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja.
Pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan program K3 yang hanya didasarkan pada parameter output jumlah kecelakaan yang terjadi, kurang obyektif karena tidak mempertimbangkan proses yang ditempuh untuk mendapatkan output tersebut. Audit internal yang digunakan oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya selama ini juga menekankan pada parameter banyaknya kecelakaan yang terjadi, namun checklist yang digunakan masih bersifat umum sehingga belum dapat menunjukkan secara obyektif sejauh mana pencapaian program implementasi.
Hasil dari audit tersebut akan memberi gambaran mengenai pencapaian tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki maupun keberhasilan yang perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi kecelakaan kerja serta penanggulangannya dengan metode Hazard and Operability (HAZOP). Dan juga digunakan model pengukuran keberhasilan implementasi program K3 yang digabungkan dengan parameter jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dan proses implementasi program K3.
Hasil penelitian ini adalah pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk masuk dalam kategori Kuning dengan nilai sebesar 73,3 %, ( berada pada range 60 % - 84 % ). Level / tingkat implementasi program K3 di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk cukup aman (berada pada level 2).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia, dan setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi
fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan dan beresiko
terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Jumlah tenaga kerja pada proyek konstruksi di dominisasi para pekerja yang tingkat pendidikannya rendah dan sebagian besar dari mereka juga sebagai tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak
terikat kerja secara formal dengan perusahaan. Kenyataan ini mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan
penjelasan-penjelasan mengenai System Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. merupakan sebuah perusahaan jasa
konstruksi milik negara yang menangani bidang pembuatan proyek-proyek pembangunan, seperti proyek pembuatan perumahan, gedung-gedung, jembatan,
dan lain sebagainya. yang tersebar di sebagian wilayah di Indonesia Kantor pusat PT. Adhi Karya (Persero) Tbk terletak di Jakarta dan pada Divisi Konstruksi IV ( Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) terletak di Jl. Gayung Kebonsari
No.167A, Surabaya. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk sendiri menyadari bahwa dalam penerapan program keselamatan kerja tidak dilaksanakan secara
antara keselamatan kerja dengan jadwal dan biaya proyek. Sehingga dalm proses pelaksanaan pembangunan suatu proyek sering terjadi kecelakaan kerja atau
kejadian yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway atau parkir pesawat di Juanda Surabaya pekerja tangannya
sering terjepit mesin pada waktu memperbaiki kendaraan alat-alat berat dan beberapa pekerja sakit karena terkena suhu yang ekstrim dan juga karena lokasi proyek berdekatan dengan parkir pesawat sebuah papan peringatan sempat
terbang kearah parkir pesawat yang dapat membahayakan pesawat maupun pekerja serta masih ada lagi beberapa kecelakaan kerja yang terjadi.
Untuk upaya antisipasi kecelakaan kerja maka metode yang digunakan adalah metode Hazard dan Operability (HAZOP). HAZOP adalah salah satu metode teknik identifikasi dan analisis bahaya yang digunakan untuk meninjau
suatu proses atau operasi pada sebuah sistem secara sistematis. Selain itu HAZOP mampu digunakan untuk menentukan apakah penyimpangan dalam suatu proses
dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan
terarah kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Responden pada penyebaran kuisioner di khususkan pada karyawan bagian
HSE dan pengawas lapangan dibawah HSE.
2. Lingkungan yang diamati mencakup semua aktifitas dalam proyek.
1.4. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang diambil secara umum dianggap telah mewakili keadaan lingkungan kerja di proyek yang diteliti.
2. Responden bersikap netral dan objective dalam memberikan penilaian
terhadap implementasi program K3.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pencapian implementasi program K3 di PT.Adhi Karya (Persero)
Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya.
2. Mengetahui tingkat implementasi program K3 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya. 3. Mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahaya atau kecelakaan kerja yang
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui fungsi dan peranan K3 bagi karyawan dan Perusahaan. 2. Membantu mengurangi angka kecelakaan kerja di setiap proyek.
3. Menambah pengetahuan tentang K3 dan metode Hazard dan Operability (HAZOP)
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat, asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian sebagai penunjang untuk mengolah dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun
tidak langsung yaitu teori tentang Sistem Manajemen K3, Definisi Kecelakaan kerja serta cara menanggulangi kecelakaan kerja
menggunakan Metode Hazard dan Operability ( HAZOP )
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penelitian,
untuk mencapai tujuan dari penelitian selama pelaksanaan penelitian.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul, kemudian
diolah dengan menggunakan metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan
suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun perbaikan bagi pihak perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Suatu proyek adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam waktu tertentu
dengan hasil tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan yang harus
diselesaikan secara koordinasi dan pengendalian dari sub-sub pekerjaan itu sendiri
dalam hal waktu, urutan pekerjaan, biaya, serta performansi untuk mencapai
tujuan proyek secara keseluruhan. Proyek biasanya melibatkan beberapa fungsi
organisasi (pemasaran, personalia, engineering, produksi, dan keuangan) karena
diperlukan bermacam-macam ketrampilan dan bakat dari berbagai disiplin dalam
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam proyek. Menurut siklus hidup proyek
merupakan suatu proses bekerja untuk mencapai suatu tujuan selama proses
proyek akan melewati beberap fase.
2.1.1. Macam-Macam Proyek 1. Proyek Kapital
Proyek ini bisa berupa pengeluaran untuk pembebasan tanah, pembelian
peralatan, pemasangan fasilitas dan konstruksi gedung.
2. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek ini bisa perupa penemuan produk baru temuam alat baru, atau
penelitian mengenai ditemukanya bibit ungul untuk suatu tanaman.
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.
Proyek ini bisa berupa: perancangan struktur organisasi, pembuatan sistem
informasi manajemen, peningkatan produktifitas perusahaan, pemberian
training mengenai suatu metode tertentu
Dilihat dari komponen tahapan kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,
desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah
pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri.
2. Proyek Engineering – Manufaktur
Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha
kegiatan proyek. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering,
pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi
dan operasi produk yang dihasilkan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian
dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan,
diantaranya:
a. Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak
b. Merancang program efisiensi dan penghematan.
c. Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.
2.2. Definisi Kecelakaan (Accidents ), Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) Kerja.
Dalam industri konstruksi tidak bisa lepas dari kecelakaan kerja, maka
tiap-tiap perusahaan kontraktor pasti mempunyai program keselamatan dan
kesehatan kerja. Kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan dua
factor yang berkaitan di dalam bidang industri konstruksi.
2.2.1. Kecelakaan Kerja
Dari beberapa sumber yang diperoleh kecelakaan dapat didefinisikan
sebagai berikut: menurut Suma’mur P.K (1981), pengertian kecelakaan akibat
kerja adalah kecelakaan berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi karena pekerjaan
atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecelakaan
adalah suatu kejadian yang tidak direncanakaan, diramalkan dan menyebabkan
orang mendapat kesulitan atau kerugian bagi dirinya. berikut akan dibahas
klasifikasi, penyebab,dampak dan teknik pencegahan dari kecelakaan kerja.
2.2.1.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
ILO atau organisasi perburuhan internasional menyusun suatu daftar
1. Klasifikasi kecelakaan menurut tipe kecelakaan
a) Orang jatuh
b) Tertimpa benda jatuh
c) Membentur benda
d) Terjepit diantara 2 benda
e) Gerakan yang dipaksakan
f) Terkena suhu yang ekstrim
g) Tersengat listrik
h) Terkena bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi
i) Terperangkap
j) Terbakar
k) Menginjak benda tajam
2. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda
Klasifikasi ini dibagi menjadi 5, yaitu:
a) Mesin
 Penggerak utama  Gigi transmisi mesin  Mesin pemotong  Mesin pembengkok
b) Alat pengangkut dan sarana angkutan
 Mesin dan perlengkapan pengangkat  Alat pengangkat
c) Perlengkapan lainnya
 Alat-alat listrik tangan
 Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik  Tangga
d) Material, bahan dan radiasi
 Serbuk, gas, cairan, dan kimia  Pecahan terpelanting
 Radiasi
e) Lingkungan kerja
 Di luar gedung  Di dalam gedung  Di bawah tanah
f) Lain-lain
 Hewan  Virus
3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka
a) Retak
b) Dislokasi
c) Terkilir
d) Luka dalam
e) Amputasi
f) Memar
g) Terbakar
h) Pengaruh cuaca
j) Luka ringan
4. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Tangan
e) Lain-lain
2.2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Napitupulu (1989), jika dikaji sebab-sebab dari setiap kasus
kecelakaan kerja, maka akan selalu didapatkan kesulitan dalam pengkajian
tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka perlu menggolongkan kecelakaan kerja ke
dalam kelompok umum penyebabnya, sehingga akan lebih memudahkan upaya
pencegahan dan penanggulangan setiap kecelakaan itu sendiri, sehingga
sebab-sebab umum kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
1. Keadaan tempat (lingkungan) dan peralatan kerja yang berbahaya,
misalnya lantai tempat kerja licin, ruangan kerja panas suhunya, berisik,
alat-alat kerja rusak dan tidak dilindungi, dan lain sebagainya.
2. Perilaku dalam bekerja yang sangat keliru, misalnya yang bersangkutan
tidak mengikuti prosedur kerja yang berlaku.
3. Penyebab-penyebab yang pada saat itu di luar jangkauan pemikiran
orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagai akibat pengembangan metode
kerja.
2.2.1.3. Dampak Kecelakaan Kerja
Menurut Napitupulu (1989), setiap kali kecelakaan kerja terjadi, maka
karyawan, pimpinan perusahaan (management) dan negara akan dirugikan.
Singkatnya adalah, semua pihak akan dirugikan karena kecelakaan itu sendiri.
1. Kerugian terhadap karyawan, antara lain:
a) Menderita rasa sakit, takut dan berduka cita
b) Cacat tubuh
c) Tidak mampu lagi bekerja sama
d) Menderita gangguan jiwa
e) Kehilangan nafkah dan masa depan
f) Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak dan sebagainya
2. Kerugian terhadap pimpinan perusahaan (management) antara lain:
a) Kehilangan produksi kerja/waktu kerja
b) Kualitas dan kuantitas kerja menurun
c) Bertambahnya kerja lembur (karena untuk mengganti waktu kerja yang
hilang)
d) Perbaikan dan pemindahan mesinmesin dan alat-alat kerja lainnya
e) Kehilangan waktu kerja bagi karyawan/staff lainnya untuk
i. Penyelidikan kecelakaan itu
ii. Membantu karyawan yang menderita kecelakaan
iii. Melihat/menonton kecelakaan itu
iv. Memberikan simpatinya dan lain sebagainya
f) Penempatan dan latihan terhadap karyawan yang menderita kecelakaan
g) Pengobatan
h) Asuransi/kompensasi bagi penderita kecelakaan
i) Kehilangan kepercayaan dari karyawan lainnya dan lingkungannya
3 . Kerugian karyawan (yang mendapatkan kecelakaan) antara lain:
a) Tidak ada yang mencari nafkah lagi
b) Larangan larangan/pembatasan pembatasan ruang gerak
c) Kehilangan kasih sayang.
( Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, No 2 Vol 10,Hal:115-126)
2.2.1.4. Teknik Pencegahan atau Pengendalian Bahaya Teknik Pencegahan Bahaya
Teknik pencegahan kecelakaan kerja harus didekati dari dua aspek yaitu
sebagai berikut:
1. Aspek manusia
Setiap karyawan harus ditingkatkan kesadarannya akan keselamatan dan
kesehatan kerjanya yaitu dengancara:
a) Pengertian
Berikan pengertian yang sebaik-baiknya bagaimana harus bekerja
secara benar, tepat, cepat, dan selamat.
b) Teladan kerja
Berikan teladan kerja yang baik sehingga mereka dapat
mengerti,memahami , dan dapat melaksanakan nya sesuai dengan
c) Dasar keselamatan kerja
Berikan pengertian bahwa keselatan dan kesehatan kerja
mempunyai dasar-dasar yang sama pentingnya dengan kualitas dan
mutu target.
d) Pelaksanaan kerja
Bahwa cara-cara pelaksanaan pengamanan kerja yang dipaksakan
tanpa disertai kesadaran mungkin akan berakibat lebih buruk
ketimbang pelanggaran suatu aturan.
e) Tanggung jawab
Berusaha dengan sungguh-sungguh agar seluruh isi proram k3
menjadi tanggung jawab setiap karyawan demi kepentingan
bersama.
2. Aspek peralatan
Dari aspek peralatan atau teknis pencegahan kecelakaan yang harus
diperhatikan adalah:
a) Perencanaan kerja yang baik
b) Pemeliharaan dan perawatan peralatan
c) Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
d) Penerapan sistim manajemen mutu
e) penggunaan metode dan teknik konstruksi yang aman
Pengendalian Bahaya
Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi bahaya ditempat kerja
dengan beberapa teknik pengendalian. Dalam hal ini pekerja tidak dapat
Ada tiga jenis pengendalian, yakni :
1. Pengendalian Teknik
Yaitu dengan mengendalikan bahaya yang bersifat teknis, dengan
memberikan rekomendasi untuk alat atau mesin tertentu sesuai dengan
standartnya.
2. Pengendalian Administratif
Yaitu dengan membentuk tim untuk pengendalian secara administratif
untuk mencegah bahaya, misalnya dengan membentuk panitia pembina kesehatan
dan keselamatan kerja (P2K3) untuk menangani usaha - usaha pengendalian
bahaya dan keselamatan kerja, yaitu dengan memberikan pengetahuan atau
pelatihan bagi para pekerja sebelum melakukan aktivitas ditempat kerja.
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Yaitu dengan memberikan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja
yang bekerja ditempat yang beresiko menimbulkan bahaya. Berikut adalah contoh
alat pelindung diri (APD) atau personal protective Equipment (PPE) pada pekerja
proyek:
a). Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan
manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau
yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang
b). Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.
Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang
tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh
benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka
sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
c). Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari
debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup
angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat
kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu
diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah
mengelas.
d). Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan.
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi
tangan dari benda-benda keras dab tajam selama menjalankan
kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti
medorong gerobag cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada
e). Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug
kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja
konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai
peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal
dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang
jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk
menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
f). Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya
pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan
wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama
talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada
saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
g). Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi
yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara
yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka
h). Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja
konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai
material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan
memotong, mengampelas, mengerut kayu.
i). Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.
Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian
tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
j). P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun
berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan
pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi
wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
2.2.1.5. Kategori Kecelakaan Kerja
Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja
diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan
seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan
terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program
Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa
selanjutnya, diperlukan adanya :
a) Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi
b) Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut
c) Pemeriksaan terhadap tempat kejadian
d) Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan
e) Menyusun formula untuk interpretasi
f) Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan
g) Melakukan rekonstruksi bila diperlukan
Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator
keberhasilan program K3 yang dapat dikategorikan dalam 3 kelompok seperti
ditunjukkan dalam tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Kategori Kecelakaan Kerja
Kategori Parameter Penilaian Keterangan
Hijau
Terjadi kecelakaan ringan
(injuries)
Luka ringan atau sakit ringan (tidak kehilangan hari kerja)
Kuning
Terjadi kecelakaan sedang
(illness)
Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif
(kehilangan hari kerja) Merah
Terjadi kecelakaan berat
(fatalities)
Meninggal atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja)
(Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :PER.05/MEN/1996)
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan
memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel
dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6
merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini:
Tabel 2.2. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
2.2.2. Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) Kerja.
Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang
akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang
kronis dari hazards.
Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah
atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin
memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Seringkali konsep keselamatan dan kesehatan bisa dipisahkan menjadi 2
hal yang berbeda menurut definisi tersebut. Namun terkadang beberapa situasi
bisa menjadi merupakan persoalan keselamatan dan sekaligus kesehatan. Usaha
mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari
usaha memelihara kesehatan para karyawan karena usaha-usaha tersebut saling
berkaitan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental seseorang dapat berakibat pada
terjadinya kecelakaan, walaupun si karyawan sudah menggunakan berbagai alat
pelindung sekalipun, oleh karena itu lingkungan fisik yang jelek tidak hanya
berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa disadari mempengaruhi fisik
dan mentalnya.
2.3. Teknik Indentifikasi Bahaya.
Teknik identifikasi bahaya merupakan alat untuk mengidentifikasi
berbagai kelemahan (potensi resiko) yang terdapat dalam proses desain atau
operasi suatu system / unit plan yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi
yang tidak diinginkan terjadi (misal : personal injuries, environmental impacts
atau catastrophic equipment damage ), dan menentukan rekomendasi atau
yang mengganggu jalannya proses tersebut atau mengurangi
konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkan secara sistematis, terstruktur dan baku.
Macam-macam teknik identifikasi bahaya yang direkomendasikan oleh
OSHA (dapat dipergunakan untuk berbagai plant atau sistem yang ada disuatu
perusahaan) adalah:
1. Safety Review – penjelasan secara kualitatif berbagai potensi permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan.
2. Checklist – daftar berbagai hal pokok yang tertulis untuk memeriksa keadaan suatu system.
3. Relative Ranking - strategi untuk membandingkan berbagai sistem untuk pemeriksaan lebih lanjut.
4. Pre Limiary Hazards Analysis – metode yang sangat umum untuk fokus pada sistem.
5. What – If / Checklist – kombinasi brainstorming dan daftar detail tertulis berbagai hal pokok.
6. Hazard And Operability Analysis – metode yang sisitematis untuk identifikasi Hazard And Operability.
7. Failure modes and Effect Analysis – tabulasi berbagai jenis kerusakan / kegagalan suatu alat.
8. Fault Tree Analysis – pendekatan secara dedukatif dari suatu kejadian untuk mengetahui penyebab utamanya.
9. Event Tree Analysis – pendekatan secara induktif dari suatu kejadian pemicu sampai seluruh kejadian akhir yang di timbulkan.
11.Human Reliability Analysis – evaluasi secara sistemantis seluruh factor yang berkaitan dan mempengaruhi personil manusia.
Kesimpulan dan hasil yang dip roses dari pelaksanaan PHA di gunakan
sebagai dasar untuk merencanakan tindakan tindakan korektif untuk mengatasi
berbagai kelemahan yang telah diidentifikasi. Metode apapun yang dipilih untuk
pelaksanaan identifikasi bahaya, biasanya di lakukan oleh team ahli, memerlukan
banyak waktu dan tenaga serta aktivitas yang membutuhkan pengetahuan dan
keahlian khusus sehingga biaya menjadi mahal, pokok-pokok permasalahan yang
di analisa padasaat pelaksanaan teknik identifikasi bahaya meliputi banyak hal,
antara lain adalah:
1. Macam-macam resiko yang terdapat dalam proses.
2. Berbagai insiden yang telah terjadi dalam peristiwa yang hampir
menimbulkan insiden.
3. Berbagai pengendalian secara teknik dan administrative.
4. Macam-macam konsekuensi yang dapat timbul akibat kegagalan system
pengendalian tersebut.
5. Tata letak alatdan fasilitas pendukung yang lain.
6. Factor –faktor manusia.
7. Evaluasi efek- efek yang mungkin di terima oleh karyawan, masyarakat
luas dan lingkungan hidupsecara kualitatif.
Di samping hal - hal di atas , setiap kelompok yang melaksanakan teknik
identifikasi bahaya harus terdiri dari anggota yang mempunyai pengalaman dan
yang menguasai secara khusus proses / system yang akan di analisa dan seorang
anggota yang mempunyai pengetahuan dengan metode PHA yang di gunakan
2.4. Metode dan Prinsip HAZOP.
HAZOP adalah salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang
sistematis, teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang mengganggu jalannya proses dan resiko - resiko yang terdapat pada suatu
equipment yang dapat menimbulkan resiko merugikan bagi manusia / atau
fasilitas plant pada lingkungan atau system yang ada, dengan kata lain, metode ini
di gunakan sebagai upaya pencegahan, sehingga proses yang berlangsung di suatu
plant / system dapat berjalan lancar dan aman.
Prinsip dasar metode HAZOP / system yang di sebabkan adanya berbagai
penyimpangan proses dari design inter yang telah di tetapkan, dalam
pelaksanaanyan, metode HAZOP membutuhkan kemampuan SDM dari berbagai
keahlian, latar belakang, pengalaman dan multi disiplin ilmu, team ahli yang
melakukan HAZOP secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan
penyimpangan ( deviation ) dari kondisi operasi yang telah di tetapkan pada suatu
plant, mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya
kondisi abnormal tersebut dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai
akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi / tindakan yang
dapat di lakukan untuk mengurangi dampak dari potensi resiko yang telah berhasil
diidentifikasi. Beberapa kata bantu (guide words) yang sudah baku dan /
yang berlangsung saat proses. Asal kata HAZOP didefinisikan berasal dari kata
Hazard and Operability Studies sebagai berikut :
Hazard : kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan
bagi manusia, dan atau kerusakan alat / bangunan, atau
lingkungan.
Operabillity : beberapa bagian kondisi operasi yang sudah ada dan di rancang
namun kemungkinan dapat menyebabkan shutdown dan
menimbulkan rentetan insiden yang dapat merugikan dan dapat
di lakukan perbaikan perancangan untuk mencegah adanya
insiden.
Karakteristik yang dimiliki metode HAZOP adalah sebagai berikut :
1. Sistematis, penilaian sangat terstruktur mengandalkan pada penggunaaan kata Bantu (guide words) dan teori brainstorming untuk proses
peninjauan langsung secara komprohensif serta memastikan system / alat
pengaman pencegah kecelakaan sudah cukup dan terpasang padatempat
yang sesuai.
2. Di lakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari multi disiplin keahlian
dan pengalaman.
3. Dapat di terapkan pada setiap system atau procedure.
4. Kebanyakan di gunakan sebagai system peningkatan teknik penilaian resiko (risk assessment ) .
5. Utamanya menghasilkan kesimpulan laporan yang bersifat kualitatif,
meskipun demikian beberapa dasar kuantitatif juga sangat di
2.5. Tujuan Pelaksanaan HAZOP
Metode HAZOP secara luas di gunakan dalam berbagai industri pengolahan
dengan maksud untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang kemungkinan ada
dalam proses dan di lakukan pada tahap perancangan. Banyak perusahaan
menggunakan HAZOP sebagai standard yang harus ditetapkan untuk pekerjaan
perancangan pabrik yang baru serta proses modifikasi pada umumnya. Beberapa
perusahaan ataupun industri melaksanakan analisa resiko proses menggunakan
metode HAZOP dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memeriksa kemungkinan penyimpangan berbagai kondisi operasi dan Hazard yang ada dalam proses dengan menggunakan metodologi
identifikasi masalah secara lebih efektif dengan tujuan yang lebih luas
(tidak hanya memusatkan perhatian pada berbagai masalah yang berkaitan
dengan keselamatan saja ).
a) Identifikasi Hazard lebih di maksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan ( perlindungan K3LH ).
b) Identifikasi operability di maksudkan agar proses dapat berjalan normal sehingga mengurangi / menghilangkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan serta dapat meningkatkan plant performance (product
quality, production rate).
2. Untuk memastikan bahwa alat atau system pengamanan yang di terapkan
telah sesuai dan cukup untuk membantu mencegah terjadinya shutdown
3. Untuk penghematan biaya ( khususnya pada proses / plant yang baru di bangun ) sehingga perubahan / improvisasi aliran prose yang di lakukan
pada masa yang akan datang dapat lebih efisien.
Di samping berbagai tujuan di atas pelaksanaan HAZOP juga dapat di
gunakan untuk membantu pelatihan bagi operator pabrik atau pekerja dengan
persiapan pembuatan operating manual dan jika di butuhkan dokumen laporan
HAZOP dapat di pergunakan untuk menunjukan pada pihak ke 3 yang berminat
mengetahui bahwa segala kemungkinan tindakan untuk mengeleminasi berbagai
resiko sudah di lakukan. Selanjutnya penggunaan HAZOP secara umum adalah:
1. Utamanya di gunakan untuk mengidentifikasi berbagai resiko yang berkaitan dengan Safety dan permasalahan Operability yang terdapat pada
system proses kontinyu , khususnya untuk system fluida panas ( thermal ).
2. Juga dapat di gunakan untuk meninjau kembali berbagai procedure dan urutan pengoperasian alat suatu system .
Beberapa terminology HAZOP dan diagram sebab akibatnya. Berikut ini
tabel terminology HAZOP:
Tabel 2.3 : Terminologi HAZOP
Kosa Kata
Penjelasan
Mode Titik bagian dari proses yang ditentukan sebagai obyek analisa.
Design Intent
Fungsi, sistem, parameter dan besaran yang telah
ditetapkan/dirancang agar proses dapat berjalan lancar.
Guide Word
Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu
menyerahkan jalannya diskusi pada saat meninjau suatu
parameter proses/membantu brainstorming; saat
mengidentifikasi resiko proses seperti contoh: No, More, Less,
Parameter
Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau, misal :
Temperatur, Pressure, Flow,dll.
Deviation
Penyimpangan proses dari design intent yang ada
penggabungan dari guide word dan parameter.
Couse
Alasan yang dikemukakan mengapa suatu penyimpangan yang
dapat terjadi.
Consequence
Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi
penyimapangan.
Safe Guard
Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan
pengendalian dan pengamatan serta sistem yang dibuat secara
administratif untuk mencegah suatu penyimpangan terjadi atau
mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat
penyimpangan.
Hazard Category
Nilai untuk bobot resiko yang ada biasanya digunakan "Hazops
Risk Assesment Matrix".
Recommendation
Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau
untuk study lebih lanjut.
Hasil dari pelaksanaan HAZOP adalah :
1. Technical report : daftar tindakan, catatan diskusi dan berbagai pernasalahan yang di indentifikasi.
2. Daftar rekomendasi / tindakan dapat di buat sebagai dokumen tersendiri. a) Improvement of operation.
− Resiko di kurangi kemungkinan yang terbaik.
− Operasi lebih efisien.
− Lebih lengkap.
3. General awareness among involved parties.
Kesadaran tersendiri di antara partisipan dalam manajemen resiko.
4. Team building.
Pembentukan regu dalam menangani resiko yang terjadi.
2.5.1. Merekap Hazard dalam Worksheet Hazop Tabel 2.4 : Hazop Worksheet
Deviation Cause Consequence Recommendation
Keterangan penggunaan worksheet:
1. Deviation
Penyimpangan yang terjadi pada proses.
2. Cause
Penyebab-penyebab yang dapat mengakibatkan panyimpangan (deviation)
terjadi.
Terdapat tiga jenis penyebab yang mengakibatkan penyimpangan, yaitu:
a) Human error
Perilaku operator, designer, constructor, atau orang lain yang
mengakibatkan pengeluaran material berbahaya atau mudah terbakar.
b) Equipment failure
Kegagalan dari segi mekanis, structural, atau operasi yang
c) External event
Segala sesuatu diluar unit yang dapat berdampak pada
pengoprasian unit yang mengakibatkan pengeluaran material berbahaya
atau mudah terbakar.
3. Consequence
Pengaruh yang akan timbul akibat efek dari penyimpangan atau dapat juga
berasal dari penyebab sendiri.
4. Recommendation
Sebuah tindakan perbaikan dibutuhkan ketika adanya kemungkinan
pengaruh negative yang bias terjadi.
2.6. Penentuan Risk Level
Sumber-sumber resiko yang telah teridentifikasi akan menjadi dasar
penentuan risk level, dimana risk level didapat perkalian antara severity (tingkat
keparahan) dengan Probability (kemungkinan) Risk Level ini. Penentuan risk
level ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap potensi resiko yang
tertuang dalam worksheet HAZOP yang kemudian dikelompokkan dalam
Identifikasi Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK. Berikut tabel risk level yng
dijadikan acuan penelitian untuk memberikan penilaian tentang resiko pada tabel
HAZOP dan identifikasi penilaian dampak kegiatan yang terjadi di perusahaan.
Tabel 2.5 : Tabel RAC (Risk Assesment Codes) Probability
A B C D
Severit
y I
1 1 2 3
II 1 2 3 4
IV 3 4 5 5
Keteranagn Tabel RAC: Severity :
I. Kematian atau ketidakmampuan total yang permanen, kerugian sumber daya
atau kerusakan akibat kecelakaan lebih dari Rp.
10.000.000,-II. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan total sementara
yang lebih dari 3 bulan, kerugain sumber daya atau kerusakan akibat
kecelakaan Rp. 5.000.000,- atau lebih, tetapi kurang dari Rp.
10.000.000,-III. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau
kerusakan akibat kecelakaan Rp. 500.000,- atau lebih tetapi kurang dari Rp.
5.000.000,-IV. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana (P3K), kerugian
sumber daya atau kerusakan akibat kecelakaan kurang dari Rp. 500.000,-
atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam waktu standar.
Probability:
A. Mungkin terjadi dengan waktu singkat
B. Kemungkinan besar (probability) akan terjadi
C. Kemungkinan kecil (probability) akan terjadi
D. Mungkin tidak terjadi.
Definisi dalam RAC:
1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam
2. “Serious” : Bahaya serius
4. “Minor” : Bahaya Kecil
5. “negligible” : Tidak perlu diperhatikan.
2.7. Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan
berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga
data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu
dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan
memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. apabila subjek kurang dari 100, maka
lebih baik merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar
dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung pada :
 Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
 Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut banyaknya sedikit data.
 Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar.
Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :
1. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan
r =
x = skor tiap-tiap variabel
y = skor tiap responden
N = jumlah responden
rxy = Korelasi Product Moment
X = Sigma / jumlah X (sor butir)
XY = Sigma / jumlah perkalian antara X dan YSecara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja
kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari
Spearman Brown :
Dimana :
rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item
rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
rtot =
b b r r  1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Adhi Karya (Persero)Tbk.
Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2010 sampai
tercukupinya semua data dengan penelitian langsung, data dari perusahaan dan
hasil wawancara dengan beberapa karyawan.
3.2. Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel penelitian di lakakukan untuk menentukan
variabel-variabel yang di ukur dalam penelitian ini, variabel-variabel bisa di artikan sebagai
segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan. Adapun variabel bebas yaitu
program K3 dan jenis bahaya dan variabel terikat yaitu tingkat kecelakaan
kerja. Variabel- variabel ini selanjutnya akan di gunakan dalam pembuatan
kuisioner yang diisi oleh responden.
Tabel 3.1 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner
No Kode variabel Kuisioner Program K3
1. A Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD 2. B Kesadaran dan Kualitas Pekerja
B1 Kedisiplinan dalam penggunaan alat pengaman B2 Ketaatan terhadap prosedur kerja
B3 Pengalaman kerja yang memadai
3. C Upaya Pencegahan Terjadi Keadaan Darurat
C1 Pihak PT. Adhi Karya Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
C2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
C3
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
4. D Penyelidikan Kecelakaan
D1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap
D2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
D3 Petugas HS (Healthy Safety) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
5. E Hubungan Koordinasi dengan Pihak Security
E1 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang (karyawan/pekerja proyek ataupun orang lain/tamu).
E2 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya kendaraan (kendaraan proyek ataupun kendaraan pribadi).
E3 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar proyek.
6. F Pertolongan Pertama dalam Kecelakaan F1 Tersedianya obat/kelengkapan K3
F2 Memonitor pemakaian obat/kelengkapan K3 F3 Mencatat setiap penggunaan obat/kelengkapan K3 7. G Safety sign (Peringatan Keselamatan)
G1 Memasang rambu/papan peringatan di proyek
G2 Pemasangan rambu/papan peringatan tersebar disemua area proyek (baik di luar sekitar proyek atau didalam proyek)
G3 Rambu/papan peringatan sesuai dengan fungsinya (tidak ada pekerja yang melanggar)
8. H Training
H1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
H2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
H3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif 9. I Inspeksi
I1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi di area/daerah kerja proyek secara rutin
I2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
I3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
Metodologi penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang
memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
Dalam metodologi penelitian untuk penelitian ini terdiri atas enam tahap,
yaitu: (1) tahap identifikasi masalah; (2) tahap pengukuran tingkat implementasi
program K3; (3) tahap pengkategorian hazard; (4) tahap pemecahan masalah
dengan HAZOP, (5) tahap analisa dan pembahasan; (6) tahap penarikan
kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang langkah-langkah
Tahap Pengumpulan Data
Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program
Keterangan flowchart :
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan.
2. Studi Lapangan
Langkah ini merupakan suatu pengenalan awal dari perusahaan yang menjadi
tujuan penelitian. Dengan studi lapangan diharapkan dapat diketahui beberapa
masalah yang ada pada perusahaan yang sesuai dengan topik penelitian yang
akan diteliti.
3. Studi Literatur
Studi literatur ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperdalam landasan
teori dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan
mempermudah bagi peneliti memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah disusun berdasar latar belakang dari masalah yang ada,
kemudian ditentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan tersebut.
5. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam pemecahan
masalah tersebut.
6. Identifikasi Variabel
Adapun Variabel bebas dari penelitian ini yaitu Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), Jenis bahaya. Untuk variable terikatnya yaitu tingkat
kecelakaan kerja.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kecelakaan kerja
selama proyek berjalan dan data kuisioner yang disebar pada karyawan bagian
HSE dan mandor pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara
Juanda Surabaya.
8. Pembuatan Checklist / KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Checklist / Kuisionerini dibuat berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan
pembuatan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan pada
saat observasi. Kuisioner ini dibuat dengan skala 1, 2, dan 3.
 Skala 1 = Apabila responden merasa kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
 Skala 2 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
 Skala 3 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
9. Penetapan Sampel
Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan memenuhi aturan
dalam pemilihan sampel. Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
Penyebaran kuisioner diberikan dan diisi oleh karyawan bagian HSE dan
mandor pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda
Surabaya.
11. Pengembalian Kuisioner
Setelah kuisioner diisi oleh karyawan bagian HSE dan mandor pada proyek
pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya kemudian
kuisioner dikembalikan kepada peneliti dan setelah itu data disusun agar bisa
untuk dilakukan pengujian selanjutnya.
12. Uji Validitas
Yaitu menguji apakah data valid atau tidak dengan membandingkan r tabel
dengan r hitung dari output program SPSS versi 15. Apabila r hitung lebih
besar dari r tabel maka data valid, begitupun sebaliknya.
13. Uji Reliabilitas
Yaitu menguji apakah data reliabel atau tidak dengan membandingkan α tabel
dan α hitung dari program SPSS versi 15. Jika α hitung lebih besar dari α tabel
maka data reliabel. Apabila ada data yang tidak reliabel maka ada perubahan
dari isi kuisioner.
14. Perhitungan Implementasi Program K3
Menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian.
15. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3
Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program K3
dengan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel.
Pada tahap ini hazards diurutkan berdasar jenis bahaya dan ditentukan pula
risk level-nya.
17. Pemecahan Masalah dengan HAZOP
Menggunakan metode HAZOP untuk pemecahan masalah setelah dilakukan
analisa identifikasi bahaya
18. Analisa dan Pembahasan (usulan perbaikan)
Berisi analisa serta pembahasan dari pengolahan data-data yang telah
diperoleh dan memberikan usulan perbaikan dari persoalan yang terdapat pada
penelitian.
19. Kesimpulan dan Saran
Setelah kegiatan ini selesai, maka perlu untuk disimpulkan mengenai hasil dan
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini serta saran yang diberikan sebagai
bahan masukan bagi perusahaan.
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Untuk menganalisa suatu masalah yang dihadapi, diperlukan beberapa
macam data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Memperoleh data-data dengan melakukan interview atau wawancara langsung
dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan tersebut, yang nantinya
didapat sejumlah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan risk
assessment. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan
masalah dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3.2. Metode Analisis Data.
Langkah ini di lakukan untuk mengetahui bagian mana yang memerlukan
perbaikan paling utama penentuan prioritas perbaikan di lakukan berdasarkan
metode HAZOP. Kemudian di lakukan pemilihan alternatif pemecahan masalah
dan pemilihan rekomendasi yang tepat terhadap masalahnya.
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan perhitungan
sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
 Perhitungan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway
Bandara Juanda Surabaya.
 Penentuan kategori kecelakaan kerja.
 Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan hasil
perhitungan tingkat kecelakaan.
 Pengkategorian Hazard And Operability dengan pendekatan risk assessment.
 Tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap Hazard And Operability.
Data yang telah di kumpulkan kemudian di olah dengan langkah sebagai
Membuat analisa dan titik amatan terhadap system yang di amati, analisa yang
dilakukan dengan cara mengidentifikasi aktivitas pengerjaan proyek yang
berhubungan dengan K3 serta menentukan titik study amatan komponen dari
system yang akan di amati yang sering menjadi potensi bahaya kecelakaan dan
pengimplementasian metode HAZOP yang nantinya dapat di peroleh. Beberapa
impact assessment seperti:
 Deviation (Penyimpangan)
 Cause (Penyebab)
 Consequence (Akibat/konsekuensi)
 Safequard (Usaha Perlindungan)
 Severity (Tingkat Keparahan)
 Likelihood (Kemungkinan terjadinya Konsekuensi)
 Risk (Resiko)
3.3.3. Perhitungan Implementasi Program K3
Pembuatan checklist penilaian implementasi program, checklist ini dibuat
dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan juga UU No.
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Checklist yang digunakan dalam
penilaian implementasi program HAZOP ini sebagai berikut :
Tabel 3.2. Checklist Penilaian Implementasi Program K3
No. Pertanyaan / Kategori Penilaian Nilai Catatan
Penilaian checklist / kuisioner dilakukan oleh karyawan bagian HSE pada
setiap proyek yang di pegang oleh PT. Adhi Karya (persesro) Tbk. Setiap daftar
pertanyaan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut:
 Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
 Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
 Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
Perhitungan implementasi program, dilakukan dengan menghitung
rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata-rata-rata-rata nilai
dari masing-masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori
penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian : merah, kuning atau hijau, maka
nilai rata-rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi De
Boer (Triekens.et.al, 2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian =
Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian di rata-rata sehingga
diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat
implementasi program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% - 100%
maka implementasi program dikategorikan nilai hijau yang berarti masih dalam
masih dalam taraf sedang dan jika nilainya kurang dari 60% maka dikategorikan
merah yang berarti dalam taraf bahaya.
3.3.4. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Pengumpulan data kecelakan kerja, pada tahap ini berupa data sekunder
yang berupa data kecelakaan kerja yang terjadi di unit kerja yang diamati. Tabel
yang digunakan untuk mengetahui data kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Data Kecelakaan Kerja
No. Tanggal
Penentuan kategori kecelakaan kerja, dilakukan dengan mengacu pada
tinjauan pustaka, yaitu dikategorikan hijau jika terjadi kecelakaan ringan, kuning
jika terjadi kecelakaan sedang dan merah jika terjadi kecelakaan fatal.
Tabel 3.4. Kategori Kecelakaan Kerja
No. Tanggal
3.3.5. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3
Penentuan level / tingkat implementasi program, dilakukan dengan
memetakan hasil perhitungan implementasi program dan kategori kecelakaan
kerja kedalam suatu tabel. Ada 6 level / tingkat implementasi program, yaitu:
 Level 2 (cukup aman)
 Level 3 (hati-hati)
 Level 4 (rawan)
 Level 5 (berbahaya)
 Level 6 (sangat berbahaya)
3.3.6. Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment
Pada tahap ini dilakukan pengkategorian terhadap hazard yang timbul di
unit kerja yang diamati. Langkah awal dalam tahap ini adalah pemahaman
mengenai aliran proses produksi yang terjadi di unit kerja tersebut, kemudian
pengidentifikasian hazard dengan menggunakan pendekatan Risk Assesment.
Output yang dihasilkan dari tahap ini berupa kategori dari hazard yang mungkin
timbul di unit kerja tersebut.
Tabel 3.5. Kategori Urutan Hazard berdasar Risk Assessment
Jenis Bahaya Sumber Bahaya Resiko Yang
Mungkin Terjadi Risk Level
Dalam hal ini RAC adalah :
1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam
2. “Serious” : Bahaya serius
3. “Moderate” : Bahaya Sedang
4. “Minor” : Bahaya Kecil
5. “negligible” : Tidak perlu diperhatikan.
Setelah dilakukan identifikasi dan pengkategorian Hazard selanjutnya
perlu merencanakan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap Hazard
tersebut.dengan menentukan prioritas penanggulangan kecelakaan kerja. Ini
dilakukan bedasarkan hazard yang berada pada prioritas teratas (RAC teratas).
Dengan mengacu pada table hazop worksheet, tabel hazard yang memiliki nilai
RAC teratas adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6. Hazard yang menempati prioritas teratas (RAC teratas)
no
Deviation
(penyimpangan)
Cause
(penyebab)
Consequences
(akibat)
Recommendation
(tindakan perbaikan)
3.7.8. Tahap Analisa Hasil dan Pembahasan (Usulan Tindakan Perbaikan) Analisa dan interpretasi di lakukan berdasarkan hasil yang di peroleh dari
pengolahan data, analisa yang di maksudkan untuk memberi masukan bagi pihak
perusahaan untuk merekomendasikan metode HAZOP dalam mengatasi
perbaikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan serta menghindari
resiko yang terjadi.
3.3.9. Kesimpulan Dan Saran
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan
memberikan saran penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi terhadap hasil dari rekomendasi HAZOP yang di setujui oleh pihak
bersama. Perusahaan dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja ,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pengumpulan data dan pengolahan data – data yang telah
diperoleh untuk menentukan tingkat implementasi program K3 dan mendapatkan kategori dari sumber bahaya (hazards) yang timbul pada area pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya di PT.Adhi Karya (Persero)Tbk
4.1. Pengumpulan Data
Data – data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuisioner di PT.Adhi Karya (Persero)Tbk dan data kecelakaan kerja selama berlangsungnya proyek yang meliputi sumber – sumber bahaya (hazards) /
identifikasi bahaya yang timbul. Untuk hasil dari kuisioner tersebut dapat dilihat pada lampiran 3 hasil kuisioner.
4.1.1. Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3
Pada pengumpulan data kuisioner yang telah diisi oleh karyawan PT.Adhi