• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY

BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)

SKRIPSI

Oleh :

TUTUT SUGITO

NPM : 0532010048

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

DENAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY

(HAZOP) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.) Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain doa yang tulus sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamya atas segala yang diberikanNya.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir.Sutiyono,MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir.MT.Safirin,MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Rus Indiyanto,MT Selaku Dosen Pembimbing I. 5. Bapak Ir. Hari Purwoadi,MM Selaku Dosen Pembimbing II.

(3)

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Semua karyawan di PT.Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya

8. Kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan nasehat-nasehat, dorongan, doa, dan kasih sayang selama ini.

9. Sahabat-sahabatku Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Angkatan ’05. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang

telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi

setiap pembaca

Surabaya, Maret 2010

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian proyek ... 6

(5)

2.2. Definisi kecelakaa (accident), Keselamatan (Safety) dan Kesehatan

(Health) kerja……….... 8

2.2.1. Kecelakaan kerja ………...…. 8

2.2.1.1. Klasifikasi kecelakaan Kerja ... 8

2.2.1.2. Penyebab kecelakaan Kerja ...11

2.2.1.3. Dampak kecelakaan kerja ………...…...12

2.2.1.4. Teknik pencegahan atau pengendalian bahaya ……..13

2.2.1.5. Kategori kecelakaan kerja ……….…...…. 18

2.2.2. Keselamatan (safety) dan kesehatan (health) kerja …….……..20

2.3. Teknik identifikasi bahaya ………..………21

2.4. Metode dan prinsip HAZOP ...24

2.5. Tujuan pelaksanaan HAZOP ...26

2.5.1. Merekap hazard dalam worksheet hazop ...29

2.6. Penentuan risk level ...30

2.7. Metode-metode statistik yang dipakai ...32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi penelitian ...35

3.2. Identifikasi variable ……….………35

3.3. Langkah-langlah pemecahan masalah ……….37

3.3.1. Metode pengumpulan data ……….…….42

3.3.2. Metode analisis data ………43

(6)

3.3.4. Penentuan kategori kecelakaan kerja …………..………...….46 3.3.5. Penentuan level / tingkay implementasi program K3 …….. ..46

3.3.6. Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment 47 3.3.7. Tindakan pencegahan dan pengendalian ……….47

3.3.8. Tahap Analisa Hasil dan Pembahasan (Usulan Perbaikan) ....48 3.3.9. Kesimpulan Dan Saran ...48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan data ...49

4.1.1. Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3 ……….………….……..49 4.1.2. Data kecelakaan kerja ……….….……..50

4.1.2.1. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ………...….51 4.2. Pengolahan data ……….52 4.2.1. Perhitungan Tingkat Kinerja Implementasi program K3 ...54

4.2.2. Penentuan Tingkat / Level Implementasi Program K3 ……...59 4.3. Identifikasi dan pengkategorian Hazard……….

……60

4.4. Tindakan pencegahan dan pengendalian ……… …….

……..64

4.5. Tindakan Perbaikan ………...……….

………….65

(7)

4.5.1. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Akses Jalan ...

....65

4.5.2. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Area Kerja

Proyek ………...………...… .. 64 4.5.3. Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Teknis

Mesin ...

.... 66

4.6. Analisa dan pembahasan ... 66

3.1. Analisa Perhitungan Tingkat Program K3 ………..…. 67 3.2. Analisa perhitungan tingkat implementasi program K3 ... 70 3.3. Analisa Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3

……….71 3.4. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi

permasalahan Pada Akses Jalan ) ………... 71 3.5. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi

permasalahan Pada Area Kerja Proyek ) ... 71

3.6. Analisa Hazop (Analisa Perbaikan untuk mengatasi permasalahan Kesalahan Teknis Mesin) ……….72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...73

(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) SERTA IDENTIFIKASI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APRON DAN TAXIWAY

BANDARA JUANDA SURABAYA (Studi Kasus: PT.Adhi Karya (Persero) Tbk.)

ABSTRAKSI

Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia, dan setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan dan beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja.

Pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan program K3 yang hanya didasarkan pada parameter output jumlah kecelakaan yang terjadi, kurang obyektif karena tidak mempertimbangkan proses yang ditempuh untuk mendapatkan output tersebut. Audit internal yang digunakan oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya selama ini juga menekankan pada parameter banyaknya kecelakaan yang terjadi, namun checklist yang digunakan masih bersifat umum sehingga belum dapat menunjukkan secara obyektif sejauh mana pencapaian program implementasi.

Hasil dari audit tersebut akan memberi gambaran mengenai pencapaian tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki maupun keberhasilan yang perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi kecelakaan kerja serta penanggulangannya dengan metode Hazard and Operability (HAZOP). Dan juga digunakan model pengukuran keberhasilan implementasi program K3 yang digabungkan dengan parameter jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dan proses implementasi program K3.

Hasil penelitian ini adalah pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk masuk dalam kategori Kuning dengan nilai sebesar 73,3 %, ( berada pada range 60 % - 84 % ). Level / tingkat implementasi program K3 di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk cukup aman (berada pada level 2).

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia, dan setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi

fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan dan beresiko

terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Jumlah tenaga kerja pada proyek konstruksi di dominisasi para pekerja yang tingkat pendidikannya rendah dan sebagian besar dari mereka juga sebagai tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak

terikat kerja secara formal dengan perusahaan. Kenyataan ini mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan

penjelasan-penjelasan mengenai System Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. merupakan sebuah perusahaan jasa

konstruksi milik negara yang menangani bidang pembuatan proyek-proyek pembangunan, seperti proyek pembuatan perumahan, gedung-gedung, jembatan,

dan lain sebagainya. yang tersebar di sebagian wilayah di Indonesia Kantor pusat PT. Adhi Karya (Persero) Tbk terletak di Jakarta dan pada Divisi Konstruksi IV ( Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) terletak di Jl. Gayung Kebonsari

No.167A, Surabaya. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk sendiri menyadari bahwa dalam penerapan program keselamatan kerja tidak dilaksanakan secara

(11)

antara keselamatan kerja dengan jadwal dan biaya proyek. Sehingga dalm proses pelaksanaan pembangunan suatu proyek sering terjadi kecelakaan kerja atau

kejadian yang berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway atau parkir pesawat di Juanda Surabaya pekerja tangannya

sering terjepit mesin pada waktu memperbaiki kendaraan alat-alat berat dan beberapa pekerja sakit karena terkena suhu yang ekstrim dan juga karena lokasi proyek berdekatan dengan parkir pesawat sebuah papan peringatan sempat

terbang kearah parkir pesawat yang dapat membahayakan pesawat maupun pekerja serta masih ada lagi beberapa kecelakaan kerja yang terjadi.

Untuk upaya antisipasi kecelakaan kerja maka metode yang digunakan adalah metode Hazard dan Operability (HAZOP). HAZOP adalah salah satu metode teknik identifikasi dan analisis bahaya yang digunakan untuk meninjau

suatu proses atau operasi pada sebuah sistem secara sistematis. Selain itu HAZOP mampu digunakan untuk menentukan apakah penyimpangan dalam suatu proses

dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah

(12)

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan

terarah kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Responden pada penyebaran kuisioner di khususkan pada karyawan bagian

HSE dan pengawas lapangan dibawah HSE.

2. Lingkungan yang diamati mencakup semua aktifitas dalam proyek.

1.4. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data yang diambil secara umum dianggap telah mewakili keadaan lingkungan kerja di proyek yang diteliti.

2. Responden bersikap netral dan objective dalam memberikan penilaian

terhadap implementasi program K3.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pencapian implementasi program K3 di PT.Adhi Karya (Persero)

Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya.

2. Mengetahui tingkat implementasi program K3 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya. 3. Mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahaya atau kecelakaan kerja yang

(13)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui fungsi dan peranan K3 bagi karyawan dan Perusahaan. 2. Membantu mengurangi angka kecelakaan kerja di setiap proyek.

3. Menambah pengetahuan tentang K3 dan metode Hazard dan Operability (HAZOP)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat, asumsi, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian sebagai penunjang untuk mengolah dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung yaitu teori tentang Sistem Manajemen K3, Definisi Kecelakaan kerja serta cara menanggulangi kecelakaan kerja

menggunakan Metode Hazard dan Operability ( HAZOP )

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penelitian,

(14)

untuk mencapai tujuan dari penelitian selama pelaksanaan penelitian.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul, kemudian

diolah dengan menggunakan metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan

suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun perbaikan bagi pihak perusahaan.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Suatu proyek adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam waktu tertentu

dengan hasil tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan yang harus

diselesaikan secara koordinasi dan pengendalian dari sub-sub pekerjaan itu sendiri

dalam hal waktu, urutan pekerjaan, biaya, serta performansi untuk mencapai

tujuan proyek secara keseluruhan. Proyek biasanya melibatkan beberapa fungsi

organisasi (pemasaran, personalia, engineering, produksi, dan keuangan) karena

diperlukan bermacam-macam ketrampilan dan bakat dari berbagai disiplin dalam

menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam proyek. Menurut siklus hidup proyek

merupakan suatu proses bekerja untuk mencapai suatu tujuan selama proses

proyek akan melewati beberap fase.

2.1.1. Macam-Macam Proyek 1. Proyek Kapital

Proyek ini bisa berupa pengeluaran untuk pembebasan tanah, pembelian

peralatan, pemasangan fasilitas dan konstruksi gedung.

2. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Proyek ini bisa perupa penemuan produk baru temuam alat baru, atau

penelitian mengenai ditemukanya bibit ungul untuk suatu tanaman.

(16)

Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.

Proyek ini bisa berupa: perancangan struktur organisasi, pembuatan sistem

informasi manajemen, peningkatan produktifitas perusahaan, pemberian

training mengenai suatu metode tertentu

Dilihat dari komponen tahapan kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan

sebagai berikut:

1. Proyek Engineering – Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,

desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah

pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri.

2. Proyek Engineering – Manufaktur

Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha

kegiatan proyek. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering,

pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi

dan operasi produk yang dihasilkan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian

dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan,

diantaranya:

a. Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak

(17)

b. Merancang program efisiensi dan penghematan.

c. Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.

2.2. Definisi Kecelakaan (Accidents ), Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) Kerja.

Dalam industri konstruksi tidak bisa lepas dari kecelakaan kerja, maka

tiap-tiap perusahaan kontraktor pasti mempunyai program keselamatan dan

kesehatan kerja. Kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan dua

factor yang berkaitan di dalam bidang industri konstruksi.

2.2.1. Kecelakaan Kerja

Dari beberapa sumber yang diperoleh kecelakaan dapat didefinisikan

sebagai berikut: menurut Suma’mur P.K (1981), pengertian kecelakaan akibat

kerja adalah kecelakaan berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan.

Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi karena pekerjaan

atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecelakaan

adalah suatu kejadian yang tidak direncanakaan, diramalkan dan menyebabkan

orang mendapat kesulitan atau kerugian bagi dirinya. berikut akan dibahas

klasifikasi, penyebab,dampak dan teknik pencegahan dari kecelakaan kerja.

2.2.1.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

ILO atau organisasi perburuhan internasional menyusun suatu daftar

(18)

1. Klasifikasi kecelakaan menurut tipe kecelakaan

a) Orang jatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Membentur benda

d) Terjepit diantara 2 benda

e) Gerakan yang dipaksakan

f) Terkena suhu yang ekstrim

g) Tersengat listrik

h) Terkena bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi

i) Terperangkap

j) Terbakar

k) Menginjak benda tajam

2. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda

Klasifikasi ini dibagi menjadi 5, yaitu:

a) Mesin

 Penggerak utama  Gigi transmisi mesin  Mesin pemotong  Mesin pembengkok

b) Alat pengangkut dan sarana angkutan

 Mesin dan perlengkapan pengangkat  Alat pengangkat

c) Perlengkapan lainnya

(19)

 Alat-alat listrik tangan

 Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik  Tangga

d) Material, bahan dan radiasi

 Serbuk, gas, cairan, dan kimia  Pecahan terpelanting

 Radiasi

e) Lingkungan kerja

 Di luar gedung  Di dalam gedung  Di bawah tanah

f) Lain-lain

 Hewan  Virus

3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka

a) Retak

b) Dislokasi

c) Terkilir

d) Luka dalam

e) Amputasi

f) Memar

g) Terbakar

h) Pengaruh cuaca

(20)

j) Luka ringan

4. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka

a) Kepala

b) Leher

c) Badan

d) Tangan

e) Lain-lain

2.2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Napitupulu (1989), jika dikaji sebab-sebab dari setiap kasus

kecelakaan kerja, maka akan selalu didapatkan kesulitan dalam pengkajian

tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka perlu menggolongkan kecelakaan kerja ke

dalam kelompok umum penyebabnya, sehingga akan lebih memudahkan upaya

pencegahan dan penanggulangan setiap kecelakaan itu sendiri, sehingga

sebab-sebab umum kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

1. Keadaan tempat (lingkungan) dan peralatan kerja yang berbahaya,

misalnya lantai tempat kerja licin, ruangan kerja panas suhunya, berisik,

alat-alat kerja rusak dan tidak dilindungi, dan lain sebagainya.

2. Perilaku dalam bekerja yang sangat keliru, misalnya yang bersangkutan

tidak mengikuti prosedur kerja yang berlaku.

3. Penyebab-penyebab yang pada saat itu di luar jangkauan pemikiran

orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagai akibat pengembangan metode

kerja.

(21)

2.2.1.3. Dampak Kecelakaan Kerja

Menurut Napitupulu (1989), setiap kali kecelakaan kerja terjadi, maka

karyawan, pimpinan perusahaan (management) dan negara akan dirugikan.

Singkatnya adalah, semua pihak akan dirugikan karena kecelakaan itu sendiri.

1. Kerugian terhadap karyawan, antara lain:

a) Menderita rasa sakit, takut dan berduka cita

b) Cacat tubuh

c) Tidak mampu lagi bekerja sama

d) Menderita gangguan jiwa

e) Kehilangan nafkah dan masa depan

f) Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak dan sebagainya

2. Kerugian terhadap pimpinan perusahaan (management) antara lain:

a) Kehilangan produksi kerja/waktu kerja

b) Kualitas dan kuantitas kerja menurun

c) Bertambahnya kerja lembur (karena untuk mengganti waktu kerja yang

hilang)

d) Perbaikan dan pemindahan mesinmesin dan alat-alat kerja lainnya

e) Kehilangan waktu kerja bagi karyawan/staff lainnya untuk

i. Penyelidikan kecelakaan itu

ii. Membantu karyawan yang menderita kecelakaan

iii. Melihat/menonton kecelakaan itu

iv. Memberikan simpatinya dan lain sebagainya

f) Penempatan dan latihan terhadap karyawan yang menderita kecelakaan

(22)

g) Pengobatan

h) Asuransi/kompensasi bagi penderita kecelakaan

i) Kehilangan kepercayaan dari karyawan lainnya dan lingkungannya

3 . Kerugian karyawan (yang mendapatkan kecelakaan) antara lain:

a) Tidak ada yang mencari nafkah lagi

b) Larangan larangan/pembatasan pembatasan ruang gerak

c) Kehilangan kasih sayang.

( Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, No 2 Vol 10,Hal:115-126)

2.2.1.4. Teknik Pencegahan atau Pengendalian Bahaya Teknik Pencegahan Bahaya

Teknik pencegahan kecelakaan kerja harus didekati dari dua aspek yaitu

sebagai berikut:

1. Aspek manusia

Setiap karyawan harus ditingkatkan kesadarannya akan keselamatan dan

kesehatan kerjanya yaitu dengancara:

a) Pengertian

Berikan pengertian yang sebaik-baiknya bagaimana harus bekerja

secara benar, tepat, cepat, dan selamat.

b) Teladan kerja

Berikan teladan kerja yang baik sehingga mereka dapat

mengerti,memahami , dan dapat melaksanakan nya sesuai dengan

(23)

c) Dasar keselamatan kerja

Berikan pengertian bahwa keselatan dan kesehatan kerja

mempunyai dasar-dasar yang sama pentingnya dengan kualitas dan

mutu target.

d) Pelaksanaan kerja

Bahwa cara-cara pelaksanaan pengamanan kerja yang dipaksakan

tanpa disertai kesadaran mungkin akan berakibat lebih buruk

ketimbang pelanggaran suatu aturan.

e) Tanggung jawab

Berusaha dengan sungguh-sungguh agar seluruh isi proram k3

menjadi tanggung jawab setiap karyawan demi kepentingan

bersama.

2. Aspek peralatan

Dari aspek peralatan atau teknis pencegahan kecelakaan yang harus

diperhatikan adalah:

a) Perencanaan kerja yang baik

b) Pemeliharaan dan perawatan peralatan

c) Pengawasan dan pengujian peralatan kerja

d) Penerapan sistim manajemen mutu

e) penggunaan metode dan teknik konstruksi yang aman

Pengendalian Bahaya

Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi bahaya ditempat kerja

dengan beberapa teknik pengendalian. Dalam hal ini pekerja tidak dapat

(24)

Ada tiga jenis pengendalian, yakni :

1. Pengendalian Teknik

Yaitu dengan mengendalikan bahaya yang bersifat teknis, dengan

memberikan rekomendasi untuk alat atau mesin tertentu sesuai dengan

standartnya.

2. Pengendalian Administratif

Yaitu dengan membentuk tim untuk pengendalian secara administratif

untuk mencegah bahaya, misalnya dengan membentuk panitia pembina kesehatan

dan keselamatan kerja (P2K3) untuk menangani usaha - usaha pengendalian

bahaya dan keselamatan kerja, yaitu dengan memberikan pengetahuan atau

pelatihan bagi para pekerja sebelum melakukan aktivitas ditempat kerja.

3. Peralatan Pelindung Pekerja

Yaitu dengan memberikan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja

yang bekerja ditempat yang beresiko menimbulkan bahaya. Berikut adalah contoh

alat pelindung diri (APD) atau personal protective Equipment (PPE) pada pekerja

proyek:

a). Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan

manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau

yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek

konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka

selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang

(25)

b). Sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.

Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang

tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh

benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka

sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

c). Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari

debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup

angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat

kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu

diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah

mengelas.

d). Sarung Tangan

Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan.

Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi

tangan dari benda-benda keras dab tajam selama menjalankan

kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah

mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti

medorong gerobag cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada

(26)

e). Helm

Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug

kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja

konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai

peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal

dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang

jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk

menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.

f). Sabuk Pengaman

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya

pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan

wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama

talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada

saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.

g). Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi

yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara

yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka

(27)

h). Masker

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja

konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai

material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang

merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan

memotong, mengampelas, mengerut kayu.

i). Tangga

Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.

Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian

tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.

j). P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun

berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan

pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi

wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.

2.2.1.5. Kategori Kecelakaan Kerja

Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja

diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan

seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan

terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program

(28)

Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa

selanjutnya, diperlukan adanya :

a) Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi

b) Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut

c) Pemeriksaan terhadap tempat kejadian

d) Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan

e) Menyusun formula untuk interpretasi

f) Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan

g) Melakukan rekonstruksi bila diperlukan

Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator

keberhasilan program K3 yang dapat dikategorikan dalam 3 kelompok seperti

ditunjukkan dalam tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1. Kategori Kecelakaan Kerja

Kategori Parameter Penilaian Keterangan

Hijau

Terjadi kecelakaan ringan

(injuries)

Luka ringan atau sakit ringan (tidak kehilangan hari kerja)

Kuning

Terjadi kecelakaan sedang

(illness)

Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif

(kehilangan hari kerja) Merah

Terjadi kecelakaan berat

(fatalities)

Meninggal atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja)

(Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :PER.05/MEN/1996)

Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan

memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel

(29)

dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6

merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat

dilihat dalam gambar dibawah ini:

Tabel 2.2. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan

2.2.2. Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) Kerja.

Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang

akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang

kronis dari hazards.

Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah

atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin

memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

(30)

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Seringkali konsep keselamatan dan kesehatan bisa dipisahkan menjadi 2

hal yang berbeda menurut definisi tersebut. Namun terkadang beberapa situasi

bisa menjadi merupakan persoalan keselamatan dan sekaligus kesehatan. Usaha

mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

usaha memelihara kesehatan para karyawan karena usaha-usaha tersebut saling

berkaitan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental seseorang dapat berakibat pada

terjadinya kecelakaan, walaupun si karyawan sudah menggunakan berbagai alat

pelindung sekalipun, oleh karena itu lingkungan fisik yang jelek tidak hanya

berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa disadari mempengaruhi fisik

dan mentalnya.

2.3. Teknik Indentifikasi Bahaya.

Teknik identifikasi bahaya merupakan alat untuk mengidentifikasi

berbagai kelemahan (potensi resiko) yang terdapat dalam proses desain atau

operasi suatu system / unit plan yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi

yang tidak diinginkan terjadi (misal : personal injuries, environmental impacts

atau catastrophic equipment damage ), dan menentukan rekomendasi atau

(31)

yang mengganggu jalannya proses tersebut atau mengurangi

konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkan secara sistematis, terstruktur dan baku.

Macam-macam teknik identifikasi bahaya yang direkomendasikan oleh

OSHA (dapat dipergunakan untuk berbagai plant atau sistem yang ada disuatu

perusahaan) adalah:

1. Safety Review – penjelasan secara kualitatif berbagai potensi permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan.

2. Checklist – daftar berbagai hal pokok yang tertulis untuk memeriksa keadaan suatu system.

3. Relative Ranking - strategi untuk membandingkan berbagai sistem untuk pemeriksaan lebih lanjut.

4. Pre Limiary Hazards Analysis – metode yang sangat umum untuk fokus pada sistem.

5. What – If / Checklist – kombinasi brainstorming dan daftar detail tertulis berbagai hal pokok.

6. Hazard And Operability Analysis – metode yang sisitematis untuk identifikasi Hazard And Operability.

7. Failure modes and Effect Analysis – tabulasi berbagai jenis kerusakan / kegagalan suatu alat.

8. Fault Tree Analysis – pendekatan secara dedukatif dari suatu kejadian untuk mengetahui penyebab utamanya.

9. Event Tree Analysis – pendekatan secara induktif dari suatu kejadian pemicu sampai seluruh kejadian akhir yang di timbulkan.

(32)

11.Human Reliability Analysis – evaluasi secara sistemantis seluruh factor yang berkaitan dan mempengaruhi personil manusia.

Kesimpulan dan hasil yang dip roses dari pelaksanaan PHA di gunakan

sebagai dasar untuk merencanakan tindakan tindakan korektif untuk mengatasi

berbagai kelemahan yang telah diidentifikasi. Metode apapun yang dipilih untuk

pelaksanaan identifikasi bahaya, biasanya di lakukan oleh team ahli, memerlukan

banyak waktu dan tenaga serta aktivitas yang membutuhkan pengetahuan dan

keahlian khusus sehingga biaya menjadi mahal, pokok-pokok permasalahan yang

di analisa padasaat pelaksanaan teknik identifikasi bahaya meliputi banyak hal,

antara lain adalah:

1. Macam-macam resiko yang terdapat dalam proses.

2. Berbagai insiden yang telah terjadi dalam peristiwa yang hampir

menimbulkan insiden.

3. Berbagai pengendalian secara teknik dan administrative.

4. Macam-macam konsekuensi yang dapat timbul akibat kegagalan system

pengendalian tersebut.

5. Tata letak alatdan fasilitas pendukung yang lain.

6. Factor –faktor manusia.

7. Evaluasi efek- efek yang mungkin di terima oleh karyawan, masyarakat

luas dan lingkungan hidupsecara kualitatif.

Di samping hal - hal di atas , setiap kelompok yang melaksanakan teknik

identifikasi bahaya harus terdiri dari anggota yang mempunyai pengalaman dan

(33)

yang menguasai secara khusus proses / system yang akan di analisa dan seorang

anggota yang mempunyai pengetahuan dengan metode PHA yang di gunakan

2.4. Metode dan Prinsip HAZOP.

HAZOP adalah salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang

sistematis, teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan

yang mengganggu jalannya proses dan resiko - resiko yang terdapat pada suatu

equipment yang dapat menimbulkan resiko merugikan bagi manusia / atau

fasilitas plant pada lingkungan atau system yang ada, dengan kata lain, metode ini

di gunakan sebagai upaya pencegahan, sehingga proses yang berlangsung di suatu

plant / system dapat berjalan lancar dan aman.

Prinsip dasar metode HAZOP / system yang di sebabkan adanya berbagai

penyimpangan proses dari design inter yang telah di tetapkan, dalam

pelaksanaanyan, metode HAZOP membutuhkan kemampuan SDM dari berbagai

keahlian, latar belakang, pengalaman dan multi disiplin ilmu, team ahli yang

melakukan HAZOP secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan

penyimpangan ( deviation ) dari kondisi operasi yang telah di tetapkan pada suatu

plant, mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya

kondisi abnormal tersebut dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai

akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi / tindakan yang

dapat di lakukan untuk mengurangi dampak dari potensi resiko yang telah berhasil

diidentifikasi. Beberapa kata bantu (guide words) yang sudah baku dan /

(34)

yang berlangsung saat proses. Asal kata HAZOP didefinisikan berasal dari kata

Hazard and Operability Studies sebagai berikut :

Hazard : kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan

bagi manusia, dan atau kerusakan alat / bangunan, atau

lingkungan.

Operabillity : beberapa bagian kondisi operasi yang sudah ada dan di rancang

namun kemungkinan dapat menyebabkan shutdown dan

menimbulkan rentetan insiden yang dapat merugikan dan dapat

di lakukan perbaikan perancangan untuk mencegah adanya

insiden.

Karakteristik yang dimiliki metode HAZOP adalah sebagai berikut :

1. Sistematis, penilaian sangat terstruktur mengandalkan pada penggunaaan kata Bantu (guide words) dan teori brainstorming untuk proses

peninjauan langsung secara komprohensif serta memastikan system / alat

pengaman pencegah kecelakaan sudah cukup dan terpasang padatempat

yang sesuai.

2. Di lakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari multi disiplin keahlian

dan pengalaman.

3. Dapat di terapkan pada setiap system atau procedure.

4. Kebanyakan di gunakan sebagai system peningkatan teknik penilaian resiko (risk assessment ) .

5. Utamanya menghasilkan kesimpulan laporan yang bersifat kualitatif,

meskipun demikian beberapa dasar kuantitatif juga sangat di

(35)

2.5. Tujuan Pelaksanaan HAZOP

Metode HAZOP secara luas di gunakan dalam berbagai industri pengolahan

dengan maksud untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang kemungkinan ada

dalam proses dan di lakukan pada tahap perancangan. Banyak perusahaan

menggunakan HAZOP sebagai standard yang harus ditetapkan untuk pekerjaan

perancangan pabrik yang baru serta proses modifikasi pada umumnya. Beberapa

perusahaan ataupun industri melaksanakan analisa resiko proses menggunakan

metode HAZOP dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memeriksa kemungkinan penyimpangan berbagai kondisi operasi dan Hazard yang ada dalam proses dengan menggunakan metodologi

identifikasi masalah secara lebih efektif dengan tujuan yang lebih luas

(tidak hanya memusatkan perhatian pada berbagai masalah yang berkaitan

dengan keselamatan saja ).

a) Identifikasi Hazard lebih di maksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan ( perlindungan K3LH ).

b) Identifikasi operability di maksudkan agar proses dapat berjalan normal sehingga mengurangi / menghilangkan kemungkinan terjadinya

kecelakaan serta dapat meningkatkan plant performance (product

quality, production rate).

2. Untuk memastikan bahwa alat atau system pengamanan yang di terapkan

telah sesuai dan cukup untuk membantu mencegah terjadinya shutdown

(36)

3. Untuk penghematan biaya ( khususnya pada proses / plant yang baru di bangun ) sehingga perubahan / improvisasi aliran prose yang di lakukan

pada masa yang akan datang dapat lebih efisien.

Di samping berbagai tujuan di atas pelaksanaan HAZOP juga dapat di

gunakan untuk membantu pelatihan bagi operator pabrik atau pekerja dengan

persiapan pembuatan operating manual dan jika di butuhkan dokumen laporan

HAZOP dapat di pergunakan untuk menunjukan pada pihak ke 3 yang berminat

mengetahui bahwa segala kemungkinan tindakan untuk mengeleminasi berbagai

resiko sudah di lakukan. Selanjutnya penggunaan HAZOP secara umum adalah:

1. Utamanya di gunakan untuk mengidentifikasi berbagai resiko yang berkaitan dengan Safety dan permasalahan Operability yang terdapat pada

system proses kontinyu , khususnya untuk system fluida panas ( thermal ).

2. Juga dapat di gunakan untuk meninjau kembali berbagai procedure dan urutan pengoperasian alat suatu system .

Beberapa terminology HAZOP dan diagram sebab akibatnya. Berikut ini

tabel terminology HAZOP:

Tabel 2.3 : Terminologi HAZOP

Kosa Kata

Penjelasan

Mode Titik bagian dari proses yang ditentukan sebagai obyek analisa.

Design Intent

Fungsi, sistem, parameter dan besaran yang telah

ditetapkan/dirancang agar proses dapat berjalan lancar.

Guide Word

Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu

menyerahkan jalannya diskusi pada saat meninjau suatu

parameter proses/membantu brainstorming; saat

mengidentifikasi resiko proses seperti contoh: No, More, Less,

(37)

Parameter

Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau, misal :

Temperatur, Pressure, Flow,dll.

Deviation

Penyimpangan proses dari design intent yang ada

penggabungan dari guide word dan parameter.

Couse

Alasan yang dikemukakan mengapa suatu penyimpangan yang

dapat terjadi.

Consequence

Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi

penyimapangan.

Safe Guard

Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan

pengendalian dan pengamatan serta sistem yang dibuat secara

administratif untuk mencegah suatu penyimpangan terjadi atau

mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat

penyimpangan.

Hazard Category

Nilai untuk bobot resiko yang ada biasanya digunakan "Hazops

Risk Assesment Matrix".

Recommendation

Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau

untuk study lebih lanjut.

Hasil dari pelaksanaan HAZOP adalah :

1. Technical report : daftar tindakan, catatan diskusi dan berbagai pernasalahan yang di indentifikasi.

2. Daftar rekomendasi / tindakan dapat di buat sebagai dokumen tersendiri. a) Improvement of operation.

− Resiko di kurangi kemungkinan yang terbaik.

− Operasi lebih efisien.

(38)

− Lebih lengkap.

3. General awareness among involved parties.

Kesadaran tersendiri di antara partisipan dalam manajemen resiko.

4. Team building.

Pembentukan regu dalam menangani resiko yang terjadi.

2.5.1. Merekap Hazard dalam Worksheet Hazop Tabel 2.4 : Hazop Worksheet

Deviation Cause Consequence Recommendation

Keterangan penggunaan worksheet:

1. Deviation

Penyimpangan yang terjadi pada proses.

2. Cause

Penyebab-penyebab yang dapat mengakibatkan panyimpangan (deviation)

terjadi.

Terdapat tiga jenis penyebab yang mengakibatkan penyimpangan, yaitu:

a) Human error

Perilaku operator, designer, constructor, atau orang lain yang

mengakibatkan pengeluaran material berbahaya atau mudah terbakar.

b) Equipment failure

Kegagalan dari segi mekanis, structural, atau operasi yang

(39)

c) External event

Segala sesuatu diluar unit yang dapat berdampak pada

pengoprasian unit yang mengakibatkan pengeluaran material berbahaya

atau mudah terbakar.

3. Consequence

Pengaruh yang akan timbul akibat efek dari penyimpangan atau dapat juga

berasal dari penyebab sendiri.

4. Recommendation

Sebuah tindakan perbaikan dibutuhkan ketika adanya kemungkinan

pengaruh negative yang bias terjadi.

2.6. Penentuan Risk Level

Sumber-sumber resiko yang telah teridentifikasi akan menjadi dasar

penentuan risk level, dimana risk level didapat perkalian antara severity (tingkat

keparahan) dengan Probability (kemungkinan) Risk Level ini. Penentuan risk

level ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap potensi resiko yang

tertuang dalam worksheet HAZOP yang kemudian dikelompokkan dalam

Identifikasi Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK. Berikut tabel risk level yng

dijadikan acuan penelitian untuk memberikan penilaian tentang resiko pada tabel

HAZOP dan identifikasi penilaian dampak kegiatan yang terjadi di perusahaan.

Tabel 2.5 : Tabel RAC (Risk Assesment Codes) Probability

A B C D

Severit

y I

1 1 2 3

II 1 2 3 4

(40)

IV 3 4 5 5

Keteranagn Tabel RAC: Severity :

I. Kematian atau ketidakmampuan total yang permanen, kerugian sumber daya

atau kerusakan akibat kecelakaan lebih dari Rp.

10.000.000,-II. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan total sementara

yang lebih dari 3 bulan, kerugain sumber daya atau kerusakan akibat

kecelakaan Rp. 5.000.000,- atau lebih, tetapi kurang dari Rp.

10.000.000,-III. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau

kerusakan akibat kecelakaan Rp. 500.000,- atau lebih tetapi kurang dari Rp.

5.000.000,-IV. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana (P3K), kerugian

sumber daya atau kerusakan akibat kecelakaan kurang dari Rp. 500.000,-

atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam waktu standar.

Probability:

A. Mungkin terjadi dengan waktu singkat

B. Kemungkinan besar (probability) akan terjadi

C. Kemungkinan kecil (probability) akan terjadi

D. Mungkin tidak terjadi.

Definisi dalam RAC:

1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam

2. “Serious” : Bahaya serius

(41)

4. “Minor” : Bahaya Kecil

5. “negligible” : Tidak perlu diperhatikan.

2.7. Metode-metode Statistik yang Dipakai

Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan

berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga

data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu

dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan

memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. apabila subjek kurang dari 100, maka

lebih baik merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar

dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung pada :

 Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

 Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut banyaknya sedikit data.

 Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar.

Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :

1. Uji Validitas

Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan

(42)

r =

x = skor tiap-tiap variabel

y = skor tiap responden

N = jumlah responden

rxy = Korelasi Product Moment

X = Sigma / jumlah X (sor butir)

XY = Sigma / jumlah perkalian antara X dan Y

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal

consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja

kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian

reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari

(43)

Spearman Brown :

Dimana :

rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item

rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.

rtot =

b b r r  1

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Adhi Karya (Persero)Tbk.

Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2010 sampai

tercukupinya semua data dengan penelitian langsung, data dari perusahaan dan

hasil wawancara dengan beberapa karyawan.

3.2. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel penelitian di lakakukan untuk menentukan

variabel-variabel yang di ukur dalam penelitian ini, variabel-variabel bisa di artikan sebagai

segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan. Adapun variabel bebas yaitu

program K3 dan jenis bahaya dan variabel terikat yaitu tingkat kecelakaan

kerja. Variabel- variabel ini selanjutnya akan di gunakan dalam pembuatan

kuisioner yang diisi oleh responden.

Tabel 3.1 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner

No Kode variabel Kuisioner Program K3

1. A Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)

A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik

A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar

A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja

A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD 2. B Kesadaran dan Kualitas Pekerja

B1 Kedisiplinan dalam penggunaan alat pengaman B2 Ketaatan terhadap prosedur kerja

B3 Pengalaman kerja yang memadai

(45)

3. C Upaya Pencegahan Terjadi Keadaan Darurat

C1 Pihak PT. Adhi Karya Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik

C2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba

C3

Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin

4. D Penyelidikan Kecelakaan

D1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap

D2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam

D3 Petugas HS (Healthy Safety) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3

5. E Hubungan Koordinasi dengan Pihak Security

E1 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang (karyawan/pekerja proyek ataupun orang lain/tamu).

E2 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya kendaraan (kendaraan proyek ataupun kendaraan pribadi).

E3 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar proyek.

6. F Pertolongan Pertama dalam Kecelakaan F1 Tersedianya obat/kelengkapan K3

F2 Memonitor pemakaian obat/kelengkapan K3 F3 Mencatat setiap penggunaan obat/kelengkapan K3 7. G Safety sign (Peringatan Keselamatan)

G1 Memasang rambu/papan peringatan di proyek

G2 Pemasangan rambu/papan peringatan tersebar disemua area proyek (baik di luar sekitar proyek atau didalam proyek)

G3 Rambu/papan peringatan sesuai dengan fungsinya (tidak ada pekerja yang melanggar)

8. H Training

H1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja

H2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)

H3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif 9. I Inspeksi

I1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi di area/daerah kerja proyek secara rutin

I2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi

I3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja

(46)

Metodologi penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang

memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi.

Dalam metodologi penelitian untuk penelitian ini terdiri atas enam tahap,

yaitu: (1) tahap identifikasi masalah; (2) tahap pengukuran tingkat implementasi

program K3; (3) tahap pengkategorian hazard; (4) tahap pemecahan masalah

dengan HAZOP, (5) tahap analisa dan pembahasan; (6) tahap penarikan

kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang langkah-langkah

(47)

Tahap Pengumpulan Data

Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program

(48)

Keterangan flowchart :

1. Mulai

Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan.

2. Studi Lapangan

Langkah ini merupakan suatu pengenalan awal dari perusahaan yang menjadi

tujuan penelitian. Dengan studi lapangan diharapkan dapat diketahui beberapa

masalah yang ada pada perusahaan yang sesuai dengan topik penelitian yang

akan diteliti.

3. Studi Literatur

Studi literatur ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperdalam landasan

teori dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan

mempermudah bagi peneliti memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.

4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah disusun berdasar latar belakang dari masalah yang ada,

kemudian ditentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan tersebut.

5. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam pemecahan

masalah tersebut.

6. Identifikasi Variabel

Adapun Variabel bebas dari penelitian ini yaitu Program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3), Jenis bahaya. Untuk variable terikatnya yaitu tingkat

kecelakaan kerja.

(49)

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kecelakaan kerja

selama proyek berjalan dan data kuisioner yang disebar pada karyawan bagian

HSE dan mandor pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara

Juanda Surabaya.

8. Pembuatan Checklist / KuisionerPenilaian Implementasi Program K3

Checklist / Kuisionerini dibuat berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan

pembuatan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan pada

saat observasi. Kuisioner ini dibuat dengan skala 1, 2, dan 3.

 Skala 1 = Apabila responden merasa kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

 Skala 2 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

 Skala 3 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

9. Penetapan Sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan memenuhi aturan

dalam pemilihan sampel. Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat

diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

(50)

Penyebaran kuisioner diberikan dan diisi oleh karyawan bagian HSE dan

mandor pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda

Surabaya.

11. Pengembalian Kuisioner

Setelah kuisioner diisi oleh karyawan bagian HSE dan mandor pada proyek

pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya kemudian

kuisioner dikembalikan kepada peneliti dan setelah itu data disusun agar bisa

untuk dilakukan pengujian selanjutnya.

12. Uji Validitas

Yaitu menguji apakah data valid atau tidak dengan membandingkan r tabel

dengan r hitung dari output program SPSS versi 15. Apabila r hitung lebih

besar dari r tabel maka data valid, begitupun sebaliknya.

13. Uji Reliabilitas

Yaitu menguji apakah data reliabel atau tidak dengan membandingkan α tabel

dan α hitung dari program SPSS versi 15. Jika α hitung lebih besar dari α tabel

maka data reliabel. Apabila ada data yang tidak reliabel maka ada perubahan

dari isi kuisioner.

14. Perhitungan Implementasi Program K3

Menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian.

15. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3

Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program K3

dengan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel.

(51)

Pada tahap ini hazards diurutkan berdasar jenis bahaya dan ditentukan pula

risk level-nya.

17. Pemecahan Masalah dengan HAZOP

Menggunakan metode HAZOP untuk pemecahan masalah setelah dilakukan

analisa identifikasi bahaya

18. Analisa dan Pembahasan (usulan perbaikan)

Berisi analisa serta pembahasan dari pengolahan data-data yang telah

diperoleh dan memberikan usulan perbaikan dari persoalan yang terdapat pada

penelitian.

19. Kesimpulan dan Saran

Setelah kegiatan ini selesai, maka perlu untuk disimpulkan mengenai hasil dan

manfaat yang diperoleh dari penelitian ini serta saran yang diberikan sebagai

bahan masukan bagi perusahaan.

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Untuk menganalisa suatu masalah yang dihadapi, diperlukan beberapa

macam data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Studi Lapangan (field research)

Memperoleh data-data dengan melakukan interview atau wawancara langsung

dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan tersebut, yang nantinya

didapat sejumlah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

(52)

Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan risk

assessment. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan

masalah dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

3.3.2. Metode Analisis Data.

Langkah ini di lakukan untuk mengetahui bagian mana yang memerlukan

perbaikan paling utama penentuan prioritas perbaikan di lakukan berdasarkan

metode HAZOP. Kemudian di lakukan pemilihan alternatif pemecahan masalah

dan pemilihan rekomendasi yang tepat terhadap masalahnya.

Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan perhitungan

sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

 Perhitungan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada proyek pembangunan Apron dan Taxiway

Bandara Juanda Surabaya.

 Penentuan kategori kecelakaan kerja.

 Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan hasil

perhitungan tingkat kecelakaan.

 Pengkategorian Hazard And Operability dengan pendekatan risk assessment.

 Tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap Hazard And Operability.

Data yang telah di kumpulkan kemudian di olah dengan langkah sebagai

(53)

Membuat analisa dan titik amatan terhadap system yang di amati, analisa yang

dilakukan dengan cara mengidentifikasi aktivitas pengerjaan proyek yang

berhubungan dengan K3 serta menentukan titik study amatan komponen dari

system yang akan di amati yang sering menjadi potensi bahaya kecelakaan dan

pengimplementasian metode HAZOP yang nantinya dapat di peroleh. Beberapa

impact assessment seperti:

Deviation (Penyimpangan)

Cause (Penyebab)

Consequence (Akibat/konsekuensi)

Safequard (Usaha Perlindungan)

Severity (Tingkat Keparahan)

Likelihood (Kemungkinan terjadinya Konsekuensi)

Risk (Resiko)

3.3.3. Perhitungan Implementasi Program K3

Pembuatan checklist penilaian implementasi program, checklist ini dibuat

dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan juga UU No.

1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Checklist yang digunakan dalam

penilaian implementasi program HAZOP ini sebagai berikut :

Tabel 3.2. Checklist Penilaian Implementasi Program K3

No. Pertanyaan / Kategori Penilaian Nilai Catatan

(54)

Penilaian checklist / kuisioner dilakukan oleh karyawan bagian HSE pada

setiap proyek yang di pegang oleh PT. Adhi Karya (persesro) Tbk. Setiap daftar

pertanyaan dalam checklist ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut:

 Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

 Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

 Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

Perhitungan implementasi program, dilakukan dengan menghitung

rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata-rata-rata-rata nilai

dari masing-masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori

penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian : merah, kuning atau hijau, maka

nilai rata-rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi De

Boer (Triekens.et.al, 2000) sebagai berikut :

Achivement kategori penilaian =

Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian di rata-rata sehingga

diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat

implementasi program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% - 100%

maka implementasi program dikategorikan nilai hijau yang berarti masih dalam

(55)

masih dalam taraf sedang dan jika nilainya kurang dari 60% maka dikategorikan

merah yang berarti dalam taraf bahaya.

3.3.4. Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja

Pengumpulan data kecelakan kerja, pada tahap ini berupa data sekunder

yang berupa data kecelakaan kerja yang terjadi di unit kerja yang diamati. Tabel

yang digunakan untuk mengetahui data kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Data Kecelakaan Kerja

No. Tanggal

Penentuan kategori kecelakaan kerja, dilakukan dengan mengacu pada

tinjauan pustaka, yaitu dikategorikan hijau jika terjadi kecelakaan ringan, kuning

jika terjadi kecelakaan sedang dan merah jika terjadi kecelakaan fatal.

Tabel 3.4. Kategori Kecelakaan Kerja

No. Tanggal

3.3.5. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3

Penentuan level / tingkat implementasi program, dilakukan dengan

memetakan hasil perhitungan implementasi program dan kategori kecelakaan

kerja kedalam suatu tabel. Ada 6 level / tingkat implementasi program, yaitu:

(56)

 Level 2 (cukup aman)

 Level 3 (hati-hati)

 Level 4 (rawan)

 Level 5 (berbahaya)

 Level 6 (sangat berbahaya)

3.3.6. Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment

Pada tahap ini dilakukan pengkategorian terhadap hazard yang timbul di

unit kerja yang diamati. Langkah awal dalam tahap ini adalah pemahaman

mengenai aliran proses produksi yang terjadi di unit kerja tersebut, kemudian

pengidentifikasian hazard dengan menggunakan pendekatan Risk Assesment.

Output yang dihasilkan dari tahap ini berupa kategori dari hazard yang mungkin

timbul di unit kerja tersebut.

Tabel 3.5. Kategori Urutan Hazard berdasar Risk Assessment

Jenis Bahaya Sumber Bahaya Resiko Yang

Mungkin Terjadi Risk Level

Dalam hal ini RAC adalah :

1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam

2. “Serious” : Bahaya serius

3. “Moderate” : Bahaya Sedang

4. “Minor” : Bahaya Kecil

5. “negligible” : Tidak perlu diperhatikan.

(57)

Setelah dilakukan identifikasi dan pengkategorian Hazard selanjutnya

perlu merencanakan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap Hazard

tersebut.dengan menentukan prioritas penanggulangan kecelakaan kerja. Ini

dilakukan bedasarkan hazard yang berada pada prioritas teratas (RAC teratas).

Dengan mengacu pada table hazop worksheet, tabel hazard yang memiliki nilai

RAC teratas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6. Hazard yang menempati prioritas teratas (RAC teratas)

no

Deviation

(penyimpangan)

Cause

(penyebab)

Consequences

(akibat)

Recommendation

(tindakan perbaikan)

3.7.8. Tahap Analisa Hasil dan Pembahasan (Usulan Tindakan Perbaikan) Analisa dan interpretasi di lakukan berdasarkan hasil yang di peroleh dari

pengolahan data, analisa yang di maksudkan untuk memberi masukan bagi pihak

perusahaan untuk merekomendasikan metode HAZOP dalam mengatasi

perbaikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan serta menghindari

resiko yang terjadi.

3.3.9. Kesimpulan Dan Saran

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan

memberikan saran penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan

interpretasi terhadap hasil dari rekomendasi HAZOP yang di setujui oleh pihak

bersama. Perusahaan dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja ,

(58)
(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pengumpulan data dan pengolahan data – data yang telah

diperoleh untuk menentukan tingkat implementasi program K3 dan mendapatkan kategori dari sumber bahaya (hazards) yang timbul pada area pembangunan Apron dan Taxiway Bandara Juanda Surabaya di PT.Adhi Karya (Persero)Tbk

4.1. Pengumpulan Data

Data – data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuisioner di PT.Adhi Karya (Persero)Tbk dan data kecelakaan kerja selama berlangsungnya proyek yang meliputi sumber – sumber bahaya (hazards) /

identifikasi bahaya yang timbul. Untuk hasil dari kuisioner tersebut dapat dilihat pada lampiran 3 hasil kuisioner.

4.1.1. Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3

Pada pengumpulan data kuisioner yang telah diisi oleh karyawan PT.Adhi

Gambar

Tabel 2.1. Kategori Kecelakaan Kerja
Tabel  2.2.  Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
Tabel 2.3 : Terminologi HAZOP
Tabel 3.1 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MENGGUNAKAN METODE HAZARD AND OPERABILITY PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT WAHANA2. LESTARI

Bagaimana cara Implementasi Metode HazOp (Hazard and Operability Analysis) Dalam Proses Identifikasi Bahaya Dan Analisa Resiko Pada Pabrik Bio Ethanol PTPN X Mojokerto

Dalam mengidentifikasi risiko atau bahaya yang ada pada proyek konstruksi PT. Alisons terlebih dahulu dilakukan identifikasi sumber hazard berdasarkan tahapan pekerjaan

sebagai HazOp merupakan suatu teknik identifikasi dan analisis bahaya yang digunakan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada sebuah sistem secara sistematis.. Selain itu

Implementasi program 5 standar penerapan K3 dan tingkat risiko yang dihadapi dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada proyek pembangunan gedung Puskesmas Juanda Kota

Dalam pelakasanaanya PT XYZ melibatkan banyak tenaga fisik dan juga alat berat. Hal ini membuat PT XYZ menjadi sebuah industri yang memiliki banyak sumber bahaya. Berdasarkan data historis tahun 2019-2021, telah terjadi sebanyak 15 kecelakaan kerja, yang terdiri dari 12 kasus di bagian produksi, 1 kasus di bagian office, 1 kasus di bagian finishing, dan 1 kasus di bagian konstruksi. Terlihat bahwa walaupun sudah diterapkannya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) masih ada sumber bahaya yang bisa menyebebkan kecelekaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sumber bahaya yang ada dengan metode HAZOP (Hazard and Operability) agar risiko yang ada, dapat dikendalikan dengan usulan perbaikan yang diberikan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian kali ini adalah, ditemukannya 27 kemungkinan bahaya, yang dikelompokkan menjadi 14 sumber bahaya berdasarkan kegiatan kerja, alat dan mesin yang ada. 14 sumber bahaya yang ditemukan terdiri dari 7 sumber bahaya tingkat tinggi, 4 sumber bahaya tingkat sedang, dan 3 sumber bahaya tingkat rendah. Tingkat sumber bahaya tersebut di dapatkan dari level likelihood, dan level severity yang dikombinasikan menjadi risk score yang nantinya ditentukan tingkat risikonya pada risk matrix diagram. Setelah diketahui sumber bahaya dan tingkat risikonya, maka masing-masing sumber bahaya di analisis bagian, penyimpangan, penyebab, konsekuensi, dan tindakannya. Setelah dilakukan analisis maka didapatkan pengendalian risiko berupa usulan perbaikan dengan cara, penggantian lampu pada bagian pengelasan, penambahan tempat duduk pada mesin CNC Z3000, penempatan posisi fan yang strategis, memperbaharui working instruction yang sudah rusak, perapihan area kerja, edukasi terkait K3, dan melengkapi pekerja dengan Alat Pelindung

Keywords : Production, Hazop, Furniture ABSTRAK Hazop ialah suatu metode identifikasi bahaya yang sistematis teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan

7 Identifikasi Bahaya dan Risiko N o Proses/ Aktivitas Pekerjaan Uraian Temuan Hazard Risiko K3 1 Pemeriksaa n Oli - Pada lantai terdapat genangan oli - Pekerja tidak