• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa dan Perbaikan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT Alisons dengan Pendekatan HAZOP (Hazard and Operability Study)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa dan Perbaikan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT Alisons dengan Pendekatan HAZOP (Hazard and Operability Study)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat menitikberatkan pada pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menganalisa, dan mengendalikan resiko dan bahaya. Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi. Di perusahaan konstruksi, faktor K3 merupakan aspek penting dalam setiap pelaksanaan kegiatan pekerjaan konstruksi karena terkait dengan beberapa faktor, antara lain pengerjaan pekerjaan yang sulit dan berbahaya, penggunaan alat yang berbahaya, tingkat polusi udara dan kebisingan suara. Dalam penelitian ini, PT. Alisons merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang berdiri sejak tahun 2010, dan telah menangani 34 proyek dengan 8 proyek berkategori middle risk. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa dan memberikan rekomendasi perbaikan pelaksanaan K3 PT. Alison melalui pendekatan HAZOP (Hazard and Operability Study).

Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa PT. Alisons masih belum menerapkan prosedur dan instruksi kerja yang dapat dipahami atau dimengerti oleh pekerja, sehingga menimbulkan sebanyak 49 jenis potensi hazard dari delapan tahapan pekerjaan konstruksi. Berdasarkan hasil pengolahan data identifikasi risiko atau bahaya dan penentuan tingkat risiko menggunakan metode HAZOP, ditemukan satu macam sumber hazard dengan tingkat risiko extreme risk, 6 macam sumber hazard dengan tingkat risiko high risk, 33 macam sumber hazard dengan tingkat risiko moderate risk, dan 9 macam sumber hazard dengan tingkat risiko low risk.

Pada kategori risiko extreme dan high didapatkan dua sumber hazard utama yaitu perilaku pekerja terhadap proses yang dilakukan serta proses pemilihan dan pencampuran material.

Rekomendasi perbaikan terkait sumber hazard perilaku pekerja adalah pemberian pelatihan rambu pengaman, pemahaman terhadap SOP dan APD, membangun fasilitas dan infrastruktur penunjang K3 dan meningkatkan pengawasan K3. Sedangkan rekomendasi perbaikan terkait material adalah melengkapi SOP, pemilihan supplier, meningkatkan pengawasan/inspeksi dan membuat checklist.

Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

HAZOP; Hazard; Konstruksi; Risiko

I. PENDAHULUAN

Masalah K3 atau Occupational Safety and Health (OSH) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan.

Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data Jamsostek angka kecelakaan kerja di Indonesia dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat. Berikut ini adalah data jamsostek

mengenai angka kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia:

Gambar 1 Grafik Angka Kecelakaan Kerja Sumber: Data Jamsostek

Di perusahaan konstruksi, faktor K3 merupakan aspek penting dalam setiap pelaksanaan kegiatan pekerjaan konstruksi karena terkait dengan beberapa faktor, antara lain: penggunaan peralatan berat, pengerjaan pekerjaan yang sulit dan berbahaya, penggunaan alat yang berbahaya, tingkat polusi udara dan kebisingan suara.

Kondisi kerja seperti yang diuraikan di atas menunjukkan tingginya risiko pada pekerjaan konstruksi khususnya pelaksanaan pengerjaan proyek konstruksi.

Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi tidak hanya menyebabkan kerugian pagi perusahaan namun juga menyebabkan korban dari pekerja. Kerusakan peralatan, sarana dan prasarana pekerjaan, keterlambatan waktu pekerjaan dan meningkatnya biaya merupakan kerugian yang diderita oleh perusahaan. Sedangkan pekerja yang menjadi korban kecelakaan tidak hanya mengalami luka ringan, namun juga cacat permanen dan bahkan kehilangan pekerjaan bahkan nyawa.

PT. Alisons merupakan perusahaan di bidang konstruksi yang berdiri sejak tahun 2010, dan telah menangani 34 proyek dengan 8 proyek berkategori middle risk.

beberapa masalah yang harus dihadapi oleh PT. Alisons, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Adanya pekerja yang masih melanggar peraturan K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Analisa dan Perbaikan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT Alisons dengan Pendekatan HAZOP (Hazard and Operability Study)

Nurbowo Dwinalto Arindra

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: nurbowodwinaltoarindra@yahoo.com

(2)

2. Adanya pekerja yang tidak memahami kebijakan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dalam hal penggunaan APD.

3. Adanya sarana yang sudah disediakan oleh perusahaan tidak pernah dijaga/dirawat dengan baik oleh pekerja.

4. Adanya pekerja yang mempunyai keahlian yang tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaannya.

SMK3 di PT. Alisons masih belum baik.

Terkait dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi penerapan SMK3 yang ada di PT. Alisons.

Dengan sistem manajemen yang tepat maka akan dapat meminimalkan risiko dan dapat digunakan sebagai standar acuan sistem bagi perusahaan lain. Adapun langkah- langkah evaluasi sistem manajemen K3 ini meliputi :

1. Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

Alisons.

2. Melakukan penilaian penerapan K3 melalui pendekatan HAZOP.

3. Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap penerapan K3 di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Konsep dan metode yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari beberapa jenis literatur diantaranya jurnal internasional, buku, penelitan sebelumnya dan lain-lain.

Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), keselamatan kerja, kesehatan kerja dan indikator dalam K3, dan aspek dan faktor yang mempengaruhi K3.

Kemudian juga dibahas mengenai bahaya (hazard), definisi dan tujuan HAZOP, konsep HAZOP dan identifikasi Hazard dengan HAZOP Worksheet dan Risk Assessment. Konsep-konsep tersebut akan mendukung dalam upaya pemecahan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah flowchart penelitian:

Gambar 2 Flowchart Penelitian

Di dalam penelitian ini terdapat empat tahapan, antara lain tahap identifikasi dan perumusan masalah dimana didalamnya terdapat tujuan penelitian, studi literatur, dan studi lapangan. Tahap berikutnya adalah tahap pengumpulan data dimana didalamnya dilakukan pengamatan terhadap objek penelitian, pengamatan terhadap penerapan SMK3, pengamatan terhadap kecelakaan yang mungkin dapat terjadi dan penyebab kecelakaan, dan identifikasi terhadap risiko pekerjaan.

Kemudian dilakukan tahap pengolahan data, dimana didalamnya dilakukan identifikasi risiko dan bahaya pada objek penelitian, penentuan tingkat risiko dan bahaya menggunakan metode HAZOP, penentuan likelihood dan consequences, dan pengelompokan dan perhitungan risiko dan bahaya. Tahapan yang terakhir adalah tahap analisa dan kesimpulan data, dimana didalamnya terdapat analisa hasil identifikasi risiko dan bahaya dengan membuat prioritas risiko dan matriks frequency of failure, dan memberikan saran perbaikan kepada perusahaan terhadap SMK3 yang diterapkan.

IV. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai pengumpulan dan pengolahan data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, fasilitas dan peralatan kerja perusahaan, Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki perusahaan, identifikasi/risiko, dan penentuan tingkat risiko atau bahaya dengan metode HAZOP (Hazard and Operability Study).

A. PENGUMPULAN DATA

Berikut ini adalah struktur organisasi untuk pekerjaan proyek di PT. Alisons:

Project Manager

Site Manager

Asisten Site Manager

Finance Manager

Logistic Supervisor

Technical Supervisor

Field Supervisor

Tenaga Kasar

Health and Safety Supervisor

Gambar 3 Struktur Organisasi Proyek

(3)

PT. Alison memiliki beberapa fasilitas dan peralatan kerja untuk menunjang pekerjaan mereka, antara lain air compressor, scafolding, genset, pompa air diesel, pick up, mesin potong kayu, mesin potong aluminium, mesin potong baja, bor beton, drilling baja, mesin pembuat ulir, mesin las.

Selain itu PT. Alisons juga memiliki beberapa APD yang wajib digunakan oleh pekerjanya pada saat berada di lokasi pekerjaan konstruksi maupun pada saat melakukan pekerjaan konstruksi. Alat-alat tersebut antara lain helm, rompi scotlight, goggles/safety glass, safety shoes, sepatu karet, sarung tangan las, harness/safety belt, masker/respirator.

B. PENGOLAHAN DATA

Dalam mengidentifikasi risiko atau bahaya yang ada pada proyek konstruksi PT. Alisons terlebih dahulu dilakukan identifikasi sumber hazard berdasarkan tahapan pekerjaan dalam proyek yang dilakukan. Tahapan pekerjaan dalam proyek dibagi menjadi 8 tahap, antara lain: 1) Pekerjaan persiapan, 2) Pembuatan pondasi, 3) Pembuatan rangka dinding, 4) Fabrikasi baja untuk struktur atap, 5) Pemasangan atap, 6) Pembuatan lantai/flooring, 7) Pembuatan aksesoris, 8) Finishing.

Setelah dilakukan identifikasi terhadap risiko atau bahaya yang ada pada masing-masing pekerjaan, tahapan selanjutnya adalah menentukan tingkat risiko atau bahaya yang sudah diidentifikasikan dengan menggunakan metode HAZOP. Penentuan tingkat risiko dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang ahli di bidang K3 pada PT. Alisons, yaitu:

1. Bapak Suyato sebagai Technical Supervisor 2. Bapak Sugito sebagai Health and Safety Supervisor 3. Bapak Gilang Rembulan sebagai Direktur I

Dari hasil pengelompokkan sesuai dengan tingkat risiko yang sudah dilakukan, yang nantinya dijadikan prioritas untuk dilakukan perbaikan adalah pada sumber hazard yang memiliki tingkat high risk dan extreme risk.

Berikut diuraikan mengenai analisa hasil identifikasi risiko atau bahaya serta analisa mengenai penyebab dan saran perbaikan terhadap sumber hazard yang memiliki tingkat risiko high risk dan extreme risk.

A. ANALISA HASIL IDENTIFIKASI RISIKO ATAU BAHAYA

Berdasarkan hasil pengolahan data identifikasi risiko/bahaya dan penentuan tingkat risiko menggunakan metode HAZOP (Hazard and Operability Study), didapatkan dari 8 jenis pekerjaan dengan total 23 proses yang diamati terdapat 49 macam sumber hazard yang ditemukan dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.

Setelah dilakukan rekapitulasi tingkat risiko dari seluruh proses yang telah dianalisa, terdapat 9 macam sumber hazard dengan tingkat risiko low risk, 33 macam sumber hazard dengan tingkat risiko moderate risk, 6 macam

sumber hazard dengan tingkat risiko high risk, dan 1 macam sumber hazard dengan tingkat risiko extreme risk.

Titik risiko atau bahaya yang akan menjadi perhatian adalah sumber hazard yang memiliki tingkat risiko high risk dan extreme risk. Sumber hazard tersebut antara lain perilaku pekerja pada saat proses perangkaian struktur atap, perilaku pekerja pada saat proses pengeboran, proses pencampuran material (semen dan pasir), perilaku pekerja pada saat proses pengecoran, proses pemilihan material (baja), proses pemilihan material (galvalum), proses pemilihan material (baja), perilaku pekerja pada saat proses pemasangan genteng, dan perilaku pekerja pada saat proses pemasangan plavon.

B. ANALISA PENYEBAB DAN SARAN

PERBAIKAN TERHADAP SUMBER HAZARD YANG MEMILIKI TINGKAT RISIKO HIGH RISK

Sesuai dengan data pengolahan yang telah dilakukan, terdapat 6 sumber hazard yang memiliki tingkat risiko high risk. Sumber hazard tersebut yang selanjutnya akan dianalisa penyebabnya dan selanjutnya diberikan saran perbaikan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang mungkin dapat terjadi.

Berikut adalah beberapa contoh sumber hazard dengan tingkat risiko high risk beserta analisa penyebab dan saran perbaikannya:

a. Perilaku Pekerja pada Saat Proses Pengeboran untuk Pekerjaan Pembangunan Pondasi

Dalam proses ini sering terjadi kecelakaan kerja berupa tersengat listrik, tergores, mengalami kebisingan, dan terkilir. Hal ini dikarenakan adanya kecerobohan pekerja di dalam melakukan proses pengeboran dengan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu antara lain berupa helm, sarung tangan, masker, safety shoes, dan safety glass. Selain itu juga terdapat pekerja yang tidak memahami prosedur kerja didalam proses pengeboran.

Berikut ini terdapat beberapa standar prosedur kerja terkait dengan K3 di dalam proses pengeboran antara lain:

1. Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur pengeboran dan penggalian.

2. Memeriksa stabilitas tanah terlebih dahulu sebeum dilakukan penggalian

3. Menggunakan pelindung kepala dan kaki pada saat penggalian berlangsung.

4. Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 450.

5. Tanah hasil galian dan pengeboran tidak diletakkan di tepi galian.

6. Penggalian di atas 1,2 m harus dipasang percancah bai yang terbuat dari kayu.

7.Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian.

8. Tersedia penerangan yang cukup.

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penerapan standar prosedur proses pengeboran dan

(4)

penggunaan APD secara tepat serta tambahan fasilitas keamanan, antara lain:

1. Pembangunan dinding penahan, perancah, dan tangga kerja.

2. Pembuatan pagar pengaman di sekitar lokasi pengeboran.

3. Pembuatan sirkulasi udara dan penerangan yang cukup.

4. Pemasangan rambu-rambu untuk mencegah orang terjatuh.

5. Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode.

6. Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja secara rutin sebelum pekerjaan dimulai.

7. Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang telah disepakati sebelumnya.

b. Proses Pemilihan Material (Baja) pada proses pemotongan baja untuk pekerjaan fabrikasi atap

Pemilihan baja yang tidak sesuai dengan standar SNI akan mengakibatkan pada saat digunakan plat penahan kondisi baja akan melengkung sehingga struktur atap menjadi kurang kuat dan roboh. Berikut merupakan karakteristik baja yang tidak berstandar SNI:

1. Ukuran ketebalan tidak memenuhi standar.

2. Tinggi gelombang tidak memenuhi standar.

3. Massa per luas barang tidak memenuhi standar.

4. Tidak terdapat penandaan SNI yang jelas.

Sehingga untuk menghindari risiko kecelakaan terkait dengan penggunaan baja yang tidak terstandar maka diperlukan inspeksi dini untuk memastikan bahwa baja memang layak digunakan dan memenuhi standar. Selain itu PT. Alisons juga harus mengetahui supplier yang memiliki reputasi penyediaan bahan baja yang baik dan standar.

c. Perilaku Pekerja pada Saat Proses Pemasangan Genteng untuk Pekerjaan Pemasangan Atap

Proses pemasangan genteng merupakan proses penutupan pada bagian atap bagian luar suatu bangunan dimana proses ini memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi, dikarenakan pekerjaan dilakukan di ketinggian.

Risiko yang dapat terjadi yaitu terpeleset, terjatuh, dan tertimpa. Hal ini dikarenakan adanya kelalaian pekerja di dalam melakukan proses pemasangan genteng dengan tidak menggunakan APD, antara lain berupa helm, harness/safety belt, dan sarung tangan.

Berikut ini merupakan beberapa stadar prosedur kerja terkait dengan K3 di dalam proses pemasangan genteng, antara lain:

1. Pembuatan scafolding atau tangga, hal ini dimaksudkan untuk memindahkan genteng dari bawah ke atas.

2. Pembuatan struktur atap yang tepat, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan genteng sehingga menjadi lebih presisi.

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penerapan standar prosedur proses pemasangan genteng dan penggunaan APD secara tepat dengan cara sebagai berikut:

1. Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode terkait dengan instruksi kerja.

2. Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja antara lain antara lain berupa helm, harness/safety belt, dan sarung tangan secara rutin sebelum pekerjaan dimulai.

3. Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang telah disepakati sebelumnya.

C. ANALISA PENYEBAB DAN SARAN

PERBAIKAN TERHADAP SUMBER HAZARD

YANG MEMILIKI TINGKAT RISIKO EXTREME RISK

Sesuai dengan data pengolahan yang telah dilakukan, terdapat 1 sumber hazard yang memiliki tingkat risiko extreme risk. Sumber hazard tersebut yang selanjutnya akan dianalisa penyebabnya dan selanjutnya diberikan saran perbaikan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang mungkin dapat terjadi.

Berikut adalah contoh sumber hazard dengan tingkat risiko extreme risk beserta analisa penyebab dan saran perbaikannya:

a. Perilaku Pekerja pada Saat Proses Perangkaian Struktur Atap untuk Pekerjaan Pemasangan Atap

Proses ini memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi dikarenakan pekerjaan yang dilakukan berada di posisi ketinggian. Selain itu pekerjaan ini membutuhkan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan ketepatan dalam perangkaian struktur sehingga seringkali pekerja tidak menyadari bahwa sedang mengerjakan pekerjaan di ketinggian. Hal ini mengakibatkan proses perangkaian struktur atap menjadi berisiko sangat tinggi.

Di dalam pengamatan yang dilakukan di salah satu proyek konstruksi PT. Alisons, ditemukan adanya pekerja yang melakukan kelalaian yaitu dengan tidak menggunakan APD standar seperti helm, harness/safety belt, dan sarung tangan. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko yang berbahaya bagi pekerja, antara lain terpeleset, terjatuh, dan tertimpa pada saat proses perangkaian struktur atap. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penerapan standar prosedur pada proses perangkaian struktur atap serta dilakukan pengawasan dalam penggunaan APD yang tepat.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja pada saat proses perangkaian struktur atap:

1. Pembuatan scafolding atau tangga, hal ini dimaksudkan untuk memindahkan plavon dari bawah ke atas.

2. Pemasangan papan pengumuman berupa poster standar K3 dan metode terkait dengan instruksi kerja.

3. Melakukan pengecekan pada kelengkapan APD pekerja antara lain helm, harness/safety belt, dan sarung tangan secara rutin sebelum pekerjaan dimulai.

4. Pemberian sangsi (punishment) jika terjadi pelanggaran lebih dari jumlah yang telah disepakati sebelumnya.

(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data serta analisa yang telah dilakukan sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PT. Alisons masih belum menerapkan prosedur dan instruksi kerja yang dapat dipahami atau dimengerti oleh pekerja, sehingga menimbulkan sebanyak 49 jenis potensi hazard dari delapan tahapan pekerjaan konstruksi.

2. Berdasarkan hasil pengolahan data identifikasi risiko atau bahaya dan penentuan tingkat risiko menggunakan metode HAZOP (Hazard and Operability Study), ditemukan satu macam sumber hazard dengan tingkat risiko extreme risk, enam macam sumber hazard dengan tingkat risiko high risk, 33 macam sumber hazard dengan tingkat risiko moderate risk, dan sembilan macam sumber hazard dengan tingkat risiko low risk.

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain

1. Supervisor mengingatkan dan selalu melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap penggunaan APD terutama pada pekerjaan konstruksi yang memiliki risiko tinggi.

2. Pembuatan standar prosedur dan instruksi kerja yang dapat dilihat dan dipahami oleh pekerja.

3. Memberikan pelatihan mengenai K3 kepada pekerja agar mereka lebih memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

4. Memberikan sangsi (punishment) kepada pekerja yang telah melanggar ketentuan K3.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, M.T dan Anny Maryani, S.T., M.T. selaku dosen koordinator mata kuliah tugas akhir. Serta penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas semua doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir dan penyelesaian jurnal ilmiah ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Anoraga, P. 2005; Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

[2] Budiono. A.M. Sugeng, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini. 2003; Bunga Rampai Hiperkes & KK: Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

[3] Blum, HL. 1981; Planning for Health Development and Application at Social Change Theory. Human Sciences Press, New York: 462.

[4] Cross, Jean. 1998; Study Notes: Risk Management. Sydney: University of New South Wales.

[5] Departemen Tenaga Kerja Transkop. 1977; Himpunan Perundang- undangan Ketenagakerjaan I. Jakarta.

[6] Diberardinis, Louis. J. 1999; Handbook of Occupational Safety and Health.2nd Edition. Environmental Health Services, Massachusetts Institute of Technology. John Wiley & Sons, INC.

[7] Juliana, Anda Ivana. 2008. Implementasi Metode Hazops dalam Proses Identifikasi Bahaya dan Analisa Risiko pada Feedwater System di Unit Pembangkitan Paiton PT. PJB. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

[8] Mulyani, Endang. 2006; Bahan Ajar Manajemen Konstruksi. Pontianak:

Fakultas Teknik Untan.

[9] Munawir, A. 2010; HAZOP, HAZID, VS JSA. Migas Indonesia.

[10] Occupational Safety and Health Administration, Revisi. 1995,

“Occupational Safety and Health Standards for the Construction Industry”, (29 CFR Part 1926) – U.S Department of Labor.

[11] Suma’mur. 1989; Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV.

Haju Masaagung.

[12] Suma’mur. 1996; Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

[13] Tranter, Megan. 1999; Occupational Hygiene and Risk Management.

Australia: A Multimedia Package, OH&S Press.

[14] Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

[15] Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok tenaga kerja.

[16] UNSW Health and Safety. 2008; Risk Management Program. Canberra:

University of New South Wales. http://www.OSH.unsw.edu.au. (diakses 15 Nopember 2013).

[17] UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2).

Referensi

Dokumen terkait

Penciptaan kualitas kehidupan kerja merupakan upaya memanusiakan lingkungan kerja , yang sejalan dengan teori dari Greenberg dan Baron (2003:612) yang menyatakan

1) Mengetahui valueapa yang akan ditawarkan kepada pelanggan dan konsisten dalam penciptaan value tersebut. Sebisa mungkin, ciptakan value yang berbeda

Metode ceramah adalah metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran matematika, siswa belum mampu memahami masalah ketika dihadapi pada soal pemecahan masalah, siswa

Nurhayati.. jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Kemandirian belajar juga dapat didefinisikan bahwa kemandirian

Sedangkan pada aktivasi kimia, digunakan aktivator yang berperan penting untuk meningkatkan luas permukaan adsorben dengan cara menngusir senyawa non karbon dari

Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

Berdasarkan kewenangan desa adat yang telah dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 2 Tahun 2015, pemerintah kampung Kuala Gasib telah mendata seni

Instrumen angket digunakan untuk mengukur pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dan pengaruhnya terhadap kualitas perilaku