• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja Dan Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Kontrak di Dulang Cafe Kuta-Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja Dan Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Kontrak di Dulang Cafe Kuta-Bali."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH JOB INSECURITY, KEPUASAN KERJA DAN

KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN

ORGANISASI KARYAWAN KONTRAK DI DULANG CAFÉ

KUTA-BALI

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH SINTIA DEWI NIM : 1206205032

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

2

PENGARUH JOB INSECURITY, KEPUASAN KERJA DAN KEADILAN

ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN

KONTRAK DI DULANG CAFÉ KUTA-BALI

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH SINTIA DEWI NIM : 1206205032

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

3

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal 13

Januari 2016:

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : A.A.A Sriathi SE., MM ……….

2. Sekretaris : Dr. I Wayan Suana SE., MM ……….

3. Anggota : Ni Wayan Mujiati SE., M.Si ……….

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen

Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si. NIP. 19610601 198503 2 003

Pembimbing

(4)

4

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam

Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 13 Januari 2016

Mahasiswa,

Ni Luh Sintia Dewi

(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja Dan

Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Kontrak di Dulang Café

Kuta-Bali” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan

ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen, serta Prof.

Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Dr. I Wayan Suana SE., MM, selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan,

serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ni Wayan Mujiati SE., M.Si, selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan

pada skripsi saya..

6. A.A.A Sriathi SE., MM, selaku dosen pembahas sekaligus Pembimbing Akademik yang

sudah banyak sekali membantu saya, mendukung saya dan memberikan masukan yang

(6)

6

7. Keluarga tercinta antara lain I Gede Putu Sucipta SH, Ni Nyoman Setiadnyani, Ni Luh Putu

Puspita Ningsih SE, Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati SE, I Gede Ketut Surya Kusuma serta I

Wayan Sudarsana SE atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya untuk

memotivasi penulis dalam studi.

8. Sahabat-sahabat serta teman-teman seperjuangan selama menempuh studi di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana antara lain Dek Sri,Onik, Unik, Susi, Edi, Linda,

Dian, Rori, Fany, Gung ila, Sri, Risma, Lilis, Ade, Lia atas dukungan dan kebersamaannya

selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan

dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

Denpasar, 14 Januari 2016

(7)

7

Judul : Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja Dan Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Kontrak di Dulang Café Kuta-Bali

Nama : Ni Luh Sintia Dewi

NIM : 1206205032

ABSTRAK

Komitmen organisasi merupakan sikap mengenai loyalitas pekerja terhadap organisasi dan merupakan proses yang berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut berlanjut pada kesuksesan dan kesejahteraan organisasinya. Persaingan di industri pariwisata yang ketat tidak lagi hanya terdapat dalam banyaknya jumlah restoran tetap menjaga job insecurity, kepuasan serta, keadilan organnisasi serta komitmen karyawan tetap stabil juga menjadi tantangan yang cukup berat di dalam persaingan. Banyaknya karyawan yang bekerja dengan status karyawan kontrak menjadi alasan kurangnya perusahaan dalam memperhatikan komitmen organisasi karyawannya.

Penelitian dilakukan pada karyawan kontrak di Dulang Café Kuta-Bali dengan jumlah responden sebanyak 57 karyawan kontrak. Metode penentuan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Dimana responden adalah karyawan kontrak yang memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Hasil pengujian menggunakan uji F menunjukan job insecurity,kepuasan kerja dan keadilan organisasi secara simultan berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak di Dulang Café Kuta-Bali sedangkan hasil pengujian uji T menunjukan job insecurity

berpengaruh negatif signifikan terhadap komitmen organisasi karyayawan kontrak, kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak dan, keadilan organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak.

Variabel job insecurity memperoleh nilai rata-rata sebesar 2,24 berarti job insecurity yang dirasakan karyawan kontrak tergolong tinggi. Hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan agar rasa tidak aman yang dirasakan karyawan tidak mempengaruhi kualitas kerja.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bali merupakan daerah destinasi wisata yang banyak diminati oleh wisatawan mancanegara

karena memiliki sejuta keindahan yang terdapat disetiap sudut pulaunya. Banyak investor yang

melirik daerah Bali untuk menjadikan tempat ini sebagai peluang emas dalam melakukan

kegiatan bisnis. Ini terlihat dari banyaknya jumlah restoran atau cafe yang ada umumnya di

daerah Badung dan khusunya kawasan Kuta yang menjadi jantung pariwisata Bali. Pada

kawasan ini hampir disetiap ruas jalan dapat kita jumpai akomodasi pariwisata berupa hotel,

villa, restoran, artshop serta panorama pantai yang akan memanjakan wisatawan mancanegara

yang datang ke Bali.

Restoran adalah salah satu usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh

bangunan yang permanen, dilengkapai dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses

pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum yang

bersifat komersial (Sukarsa, 1999:31) sedangkan Cafe adalah suatu restoran kecil yang

mengutamakan penjualan kue-kue, roti isi, kopi dan teh serta dilengkapi dengan pelayanan

hiburan atau musik live show (Sukarsa, 1999:33). Berikut perkembanngan restoran di Provinsi

Bali Tahun 2010-2014 dapat ditunjukan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Perkembangan Restoran Di Provinsi – Bali Tahun 2012 - 2014

No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Res Seat Res Seat Res Seat Res Seat Res Seat

(9)

2 Badung 629 42076 625 41864 623 41744 96 7836 833 60305 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi – Bali, Tahun 2015

Pada Tabel 1.1 tahun 2014 merupakan jumlah terbanyak dibukanya restoran dengan

jumlah sebanyak 833 restoran yang terletak di Kabupaten Badung. Dari data tersebut terlihat

tingginya persaingan di industri pariwisata yang tentunya dengan kondisi ini membutuhkan

banyak Sumber Daya Manusia yang berkualitas untuk menjalankan operasional perusahaan.

Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam perkembangan perusahaan. Sumber

Daya Manusia merupakan kekuatan daya fikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan

dalam dirinya yang perlu digali, dibina serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya

bagi kesejahteraan kehidupan manusia (Ardana dkk., 2011:5).

Penelitian yang dilakukan oleh Seong (2011) pada sekitar 1000 pekerja dari berbagai

sektor di Korea menemukan bahwa tingkat komitmen organisasi setiap karyawan bervariasi

dipengaruhi oleh status pekerjaan mereka. Penelitian Akbiyik et al. (2014) dalam penelitiannya

yang dilakukan di sektor pariwisata Turkey mengungkapkan masalah yaitu adanya perbedaan

komitmen organisasi antara karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan kontrak dalam

penelitian ini memiliki komitmen organisasi lebih rendah dibandingkan dengan karyawan tetap

hal ini disebabkan karena karyawan kontrak tidak memperoleh hak yang sama dengan karyawan

tetap.

(10)

merupakan perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini. Dulang Café Kuta- Bali dipilih sebagai

tempat melakukan penelitian karena ditemukan permasalahan yaitu seluruh karyawan Dulang

Café Kuta-Bali merupakan karyawan yang berstatus kontrak. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Vujicic et al. (2014) dengan jumlah sampel sebanyak 149 responden dari

beberapa karyawan hotel dan restoran yang ada di Serbia ditemukan bahwa komitmen organisasi

karyawan kontrak lebih rendah dibandingkan karyawan tetap. Banyaknya karyawan yang bekerja

dengan status karyawan kontrak menjadi alasan kurangnya perusahaan dalam memperhatikan

komitmen organisasi karyawannya.

Sejumlah penelitian menunjukan bahwa status karyawan dapat mempengaruhi komitmen

organisasinya, seperti Putri dkk. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa suatu organisasi,

apapun bentuknya sangat memerlukan adanya komitmen yang tinggi dari seluruh anggotanya

sehingga tujuan organisasi dan individu dapat tercapai. Berikut merupakan data mengenai jumlah

karyawan kontrak yang bekerja di Dulang Café Kuta-Bali dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Data Jumlah Karyawan Dulang Cafe Kuta-Bali Tahun 2015

Sumber : Dulang Cafe Kuta-Bali, Tahun 2015

Pada Tabel 1.2 terdapat 57 orang karyawan yang berstatus kontrak. Hasil wawancara

7 Kitchen (Cook Helper Sandwich Div) 10 Orang

8 Kitchen (Salad Div) 10 Orang

9 Steward 6 Orang

(11)

dengan salah satu karyawan Dulang Cafe Kuta-Bali menyebutkan seluruh karyawan Dulang

Cafe berstatus kontrak dengan masa kontrak minimal 1 tahun. Kontrak kerja/Perjanjian kerja

menurut Undang-Undang No.13/2013 tentang ketenagakerjaan adalah perjanjian antara

pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak. Perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)

maupun untuk waktu tertentu (PKWT). Maksud dari waktu tertentu yaitu didasarkan jangka

waktu atau selesainya pekerjaan tertentu.

PKWT dapat mensyaratkan masa percobaan, sedangkan PKWT tidak dapat mensyaratkan

masa percobaan. PKWT dibuat secara tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia, apabila tidak

akibatnya perjanjian kerja tersebut demi hukum menjadi PKWTT. PKWT tidak dapat diadakan

untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Sebab-sebab berakhirnya perjanjian kerja diatur dalam UU

Ketenagakerjaan, berakhirnya perjanjian kerja menyebabkan putusnya hubungan kerja (Putri

dkk, 2014).

Penelitian yang dilakukan Putri dkk. (2014) menemukan karyawan kontrak diberikan

berbagai macam pendidikan dan pelatihan yang diberikan perusahaan guna untuk meningkatkan

sumber daya yang dimiliki dari masing-masing karyawan. Meningkatkan kemampuan yang

mereka miliki selama menjadi karyawan kontrak merupakan salah satu upaya perusahaan untuk

menjaring karyawan yang benar-benar berkemampuan tinggi. Komitmen karyawan mudah

berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi/perbedaan ide, gagasan dan

persektif tentang sebuah organisasi adalah wajar untuk terjadi. Terpenting adalah bagaimana

membangun komitmen personal organisasi yang terencana sehingga bisa meningkatkan input

karyawan (Putri dkk., 2014).

(12)

organisasi, sehingga akan diperoleh komitmen karyawan. Jika komitmen karyawan telah

diperoleh akan didapatkan karyawan yang setia, dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk

kepentingan organisasi. Keadaan ini sangat baik bagi pencapaian tujuan organisasi, karena

organisasi mendapat dukungan penuh dari anggotanya sehingga bisa berkonsentrasi secara penuh

pada tujuan yang diprioritaskan (Kurniawan, 2011).

Mowday (1982) yang dikutip dari Sopiah (2008:155) mendefinisikan komitmen organisasi

merupakan sikap mengenai loyalitas pekerja terhadap organisasi dan merupakan proses yang

berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan

hal tersebut berlanjut pada kesuksesan dan kesejahteraan organisasi. Minner dalam Sopiah

(2008:163) mengemukan empat faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yakni faktor

personal, karakteristik pekerjaan, karakteristik struktur, dan pengalaman kerja. Sopiah

(2008:156) komitmen organisasi dapat dilihat melalui sejumlah faktor yaitu kepercayaan dan

penerimaan terhadap perusahaan, kemauan dalam pencapaian tujuan perusahaan dan keinginan

untuk tetap berada dalam perusahaan.

Pangat (2013) mengemukakan bahwa fenomena berkembangnya karyawan kontrak ini

menarik untuk dipelajari khususnya merujuk kepada status karyawan kontrak yang sifatnya tidak

permanen dan memiliki kontrak kerja sesuai dengan durasi waktu tertentu. Hanafiah (2014)

dalam penelitiannya menemukan perekrutan karyawan baru yang berstatus kontrak dapat

mempengaruhi timbulnya job insecurity bagi para karyawan lain yang juga masih dalam masa

kontrak karena mereka takut akan tersaingi oleh karyawan yang baru yang sama-sama masih

dalam masa kontrak untuk menjadi karyawan tetap di perusahaan. Kondisi ini dapat

dikategorikan sebagai suatu kondisi insecure (job insecurity), yaitu ketidakberdayaan untuk

(13)

1996). Dengan timbulnya rasa tidak aman dalam bekerja dapat mempengaruhi psikologis

karyawan (Yousef, 1998).

Hasnain et al. (2014) dalam penelitiannya menggunaan sampel 50 karyawan bank

eksekutif tingkat menengah di sektor publik dan 50 karyawan bank eksekutif tingkat menengah

di sektor swasta menemukan bahwa job insecurity atau ketidakamanan kerja karyawan bank

eksekutif tingkat menengah di sektor swasta lebih tinggi dibandingkan karyawan bank eksekutif

di sektor publik. Rasa tidak aman yang dirasakan oleh masing-masing karyawan tentunya akan

berbeda dengan yang lainnya, namun apabila karyawan berada dalam suatu kondisi insecurity

yang lebih tinggi dari yang ia harapkan.

Reaksi yang akan timbul dari karyawan dapat berupa reaksi negatif yang terwujud dalam

kurangnya motivasi, kurangnya keterlibatan mereka dalam pekerjaan, turunnya komitmen

organisasi, meningkatnya tingkat absensi serta menurunnya performa kerja (De Witte, 2005).

Komitmen organisasi yang rendah di Dulang Café Kuta-Bali dari hasil observasi terlihat dari

banyaknya karyawan kontrak yang bekerja tidak sepenuh hati/hanya sekedar saja, banyak

karyawan saat jam istirahat tidak datang tepat waktu, dan sering menyinggung penilaian yang

negatif terhadap perusahaan akibat status pekerjaan mereka.

Pangat (2013) melihat bahwa faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah

menciptakan kepuasan kerja yang konsisten bagi karyawan, dengan selalu memberi perhatian

lebih terhadap lingkungan dimana karyawan tersebut melaksanakan tugasnya yang berhubungan

dengan rekan kerja, pemimpin, suasana kerja dan hal lain yang dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Luthans (2006:243) menyatakan kepuasan kerja

adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau

(14)

sendiri, gaji, peningkatan karir, rekan kerja dan pengawasan atasan (Aydogdu dan Asikgil,

2011).

Mohammed dan Eleswed (2013) dalam penelitiannya berjumlah 156 orang karyawan yang

bekerja di lembaga keuangan swasta di Bahrain menemukan hasil hubungan positif antara

kepuasan kerja dan komitmen organisasi serta mengungkapkan faktor personal yakni usia

merupakan variabel kunci demografis yang mempengaruhi komitmen organisasi. Kreitner dan

Kinicki (2014:170) menyebutkan bahwa aspek kepuasan kerja adalah adanya pemenuhan

terhadap kebutuhan, tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan, deviasi dari yang diharapkan

dengan diterima serta keadilan. Keadilan organisasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan

oleh perusahaan agar dapat menciptakan komitmen pada diri karyawan. Komitmen organisasi

akan diperoleh apabila perusahaan mampu memenuhi harapan karyawan yang berkaitan dengan

imbalan atau gaji dan hak-hak lainnya yang diperoleh oleh karyawan tetap maupun karyawan

kontrak (Utami, 2009) yang ditunjukan pada Tabel 1.3

Tabel 1.3 Perbedaan Hak Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak

Hak-Hak Karyawan Karyawan Tetap Karyawan Kontrak

Upah Pokok (UP) Minimal UMK, Tunjangan Masa Kerja (TMK) UP=UMK + TMK

Hanya UMK

Premi Kehadiran Dapat Tidak Dapat

Tunjangan Jabatan Pada posisi tertentu ada Tidak Dapat Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dapat berupa: Jaminan

Kecelakaan Kerja

Uang Makan dan Transport Dapat Tidak Dapat

Hak Cuti : Tahunan, Haid Dapat, untuk buruh perempuan yang hamil

(15)

Pesangon Dapat (Dilindungi oleh UU) Tidak Dapat Perjanjian kerja atau

Kesepakatan Kerja

Kolektif, melalui PKB Individu, ditandatangani diawal kerja

Sumber : Pakpahan dan Damaihati, Tahun 2010

Pada Tabel 1.3 karyawan kontrak hanya memperoleh Upah Minimum Kabupaten (UMK)

serta perjanjian kerja yang dilaksanakan ditandatangni diawal kerja. Handoko (1998)

menyatakan perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam penetapan kebijaksanaan

pembayaran upah dan gaji. Cara yang ditempuh organisasi guna meningkatkan komitmen

karyawannya adalah dengan memastikan bahwa semua karyawan telah diberlakukan secara adil

(keadilan organisasi). Penelitian Karim dan Rehman (2012) dengan jumlah sampel sebanyak 148

karyawan otoritas penerbangan sipil mengemukakan bahwa, karyawan yang telah diberikan

informasi secara teratur mengenai kebijakan, prosedur dan teknik pelaksanaan yang adil,

menyebabkan karyawan tersebut memiliki keyakinan dalam keadilan organisasi dan akhirnya

menghasilkan komitmen organisasi yang lebih besar.

Keadilan organisasi sebagai suatu konsep keseimbangan dalam memperlakukan karyawan

diharapkan mampu diterapkan oleh organisasi dengan tujuan memicu tumbuhnya suatu rasa

berkomitmen dalam diri pegawai. Bakhshi et al. (2009) bahkan menekankan bahwa keadilan

distributif dan keadilan prosedural meningkatkan komitmen karyawan terhadap nilai-nilai dan

tujuan organisasi kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin karyawan

merasakan keadilan dalam bekerja, maka semakin dia memiliki sikap bahwa dia berkomitmen

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka yang dapat disimpulkan menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah job insecutity berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak di

Dulang Cafe Kuta – Bali ?

2) Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak di

Dulang Cafe Kuta - Bali ?

3) Apakah keadilan organisasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak

di Dulang Cafe Kuta – Bali ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh job insecutity terhadap komitmen organisasi karyawan kontrak

di Dulang Cafe Kuta - Bali.

2) Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi karyawan

kontrak di Dulang Cafe Kuta - Bali.

3) Untuk mengetahui pengaruh keadilan organisasi terhadap komitmen organisasi karyawan

(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat disimpulkan

kegunaan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan

pengaruh job insecurity, kepuasan kerja dan, keadilan organisasi terhadap komitmen

organisasi dapat dipergunakan sebagai referensi dalam pembuatan penelitian sejenis.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengurus Dulang

Café Kuta-Bali dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan komitmen organisasi,

job insecurity, peningkatan kepuasan kerja dan keadilan organisasi. .

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu

dengan yang lainnya dan disusun secara sistematis dan rinci untuk memberi bagaimana

gambaran yang ada dan mempermudah pembahasan tentang penelitian ini. Adapun sistimatika

dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Memuat tentang tinjauan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.

(18)

kerja, keadilan organisasi, dan komitmen organisasi.

Bab III : Metode Penelitian

Menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian,

identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, populasi,

sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen

penelitian, uji asumsi klasik dan teknik analisis data.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Memaparkan gambaran umum perusahaan yang diteliti dan hasil penelitian yang

diperoleh setelah dianalisis menggunakan metode analisis yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

BAB V : Simpulan dan Saran

Bagian akhir dari laporan penelitian yang memberikan simpulan dari hasil

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Kontrak Psikologi (Psychological Contract Theory)

Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai

keyakinan individu akan kewajiban timbal balik yang diperolehnya sebagai karyawan, juga

termasuk pengharapan atau ekspektasi kedua belah pihak secara tertulis atau tidak tertulis.

Ekspektasi yang dimaksud berkisar ditingkat imbalan, promosi, keamanan kerja dan juga

prosedur lainnya. Rousseau (2000) menekankan kontrak psikologis mengacu pada syarat dan

elemen yang terdiri dari spesifik kewajiban yang diberikan perusahaan terhadap karyawan

seperti keamanan kerja karyawan.

Psychological Contract Theory berfungsi untuk meredam kondisi ketidakpastian dengan

mempertahankan sarana tertulis atau tidak tertulis yang diperlukan dalam menjalankan praktek

kerja dalam organisasi Adkins et al. (2001) dikutip dari Yasadiputra dan Putra (2014). Giannikis

dan Mihail (2011) menemukan studi dari Turnley dan Feldman (2000) serta Robinson (1996)

menunjukkan bahwa secara umum kontrak psikologi merupakan kewajiban perusahaan terhadap

harapan karyawan yang belum terpenuhi. Secara khusus, mereka menemukan bahwa terjadinya

pelanggaran kontrak psikologis dapat menyebabkan menurunnya komitmen karyawan .

Pemenuhan terhadap kontrak psikologi akan berdampak positif terhadap kepuasan kerja,

komitmen dan loyalitas karyawan, sementara pelanggaran terhadap kontrak psikologi akan

berkaitan dengan menurunnya komitmen, penurunan kepuasan kerja, peningkatan absensi dan

tingkat turnover yang tinggi (Suazo, 2009). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan

(20)

bekerja yang menimbulkan ketidakberdayaan seseorang untuk mempertahankan kesinambungan

yang diinginkan dalam pekerjaan.

2.1.2 Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak merupakan karyawan yang bekerja di perusahaan dengan terikat

perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Indah dkk. (2014) karyawan kontrak adalah karyawan

yang bekerja paruh waktu, sementara, atau hanya sampai waktu yang telah ditentukan dalam

kontrak tertentu. Pengertian yang tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Kepmenakertrans

100/MEN/IV/2004 Perjanjian kerja waktu tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah

perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

dalam waktu tertentu.

Indah dkk. (2014) menyebutkan memperkerjakan karyawan sementara memungkinkan

perusahaan mempertahankan efisiensi dari pengurangan biaya tenaga kerja sementara disisi lain

cukup fleksible untuk menghadapi kebutuhan yang baru dan berubah. Secara tradisional,

karyawan sementara sering mendapatkan pembayaran yang lebih sedikit dibandingkan dengan

karyawan tetap dan mereka juga tidak mendapat berbagai tunjangan dan tidak mendapat akses

untuk mendapatkan program dana pensiun yang disponsori oleh perusahaan. Indah dkk. (2014)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa di antara para karyawan yang memiliki keterampilan

tinggi, para pekerja sementara dapat menjadi alternatif yang menguntungkan dibandingkan

ketenagakerjaan tradisional, karena para karyawan ini dapat melakukan negosiasi kontrak

termasuk pemberian tunjangan atau gaji yang aman dan memadai untuk menutupi tunjangan

yang dibayar sendiri.

(21)

Muthuveloo dan Rose (2005) dikutip dari Srimulyani (2009) komitmen dikatakan sebagai

“an employee level of attachment to some aspect of worf”, artinya, komitmen digambarkan

sebagai suatu tingat ikatan karyawan atau pegawai pada beberapa aspek pekerjaan. Sopiah (2008

:154) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu keinginan yang dimiliki oleh

anggota untuk tetap bertahan dalam organisasi serta berusaha dengan keras untuk mewujudkan

tujuan dari organisasi tersebut. Hasnain et al. (2014) mengemukakan bahwa komitmen

organisasi dalam perilaku organisasi dan psikologi industri serta organisasi didefinisikan sebagai

lampiran psikologis individu untuk organisasi.

Mayer dan Allen (1991) mendefenisikan komitmen organisasi sebagai suatu konstruk

psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan

memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam

berorganisasi. Komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan

pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan

perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan (Luthans,

2006:248).

Konsep komitmen organisasi dari Mowday, Porter, dan Steers dikutip dari (Luthans,

2006:249), merupakan pendekatan sikap dimana komitmen didefinisikan sebagai:

1) Keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu

2) Keinginan untuk bekerja keras sesuai keinginan organisasi

3) Keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi

Dasar di balik banyak penelitian yang terkait dengan hal tersebut adalah untuk menemukan

cara-cara untuk meningkatkan bagaimana perasaan karyawan tentang pekerjaan mereka sehingga

(22)

(2008:100) menyatakan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan

memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan

keanggotaan dalam organisasi tersebut.

Komitmen organisasi mengacu pada orang yang tinggal dalam organisasi karena mereka

ingin (afektif), karena mereka perlu (kelanjutan), atau karena mereka merasa mereka harus

(normatif) (Bosman et al., 2005). Komitmen organisasi merupakan sikap kerja yang penting

karena orang-orang yang memiliki komitmen diharapkan bisa menunjukan kesediaan untuk

bekerja lebih keras demi mencapai tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk

tetap bekerja di suatu perusahaan (Kreitner dan Kinicki, 2014:165).

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat dinyatakan Komitmen organisasi

merupakan konstruk psikologis atau keinginan yang dimiliki oleh anggota untuk tetap bertahan

dalam oganisasi karena mereka ingin (afektif), mereka perlu (kelanjutan), mereka harus

melakukan (normatif) serta berusaha dengan keras untuk mewujudkan tujuan dari organisasi

tersebut.

Steers dan Porter (Sopiah, 2008: 164) mengemukakan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

komitmen karyawan pada organisasi, yaitu :

1) Faktor personal yang meliputi job expectations, psychological contract, job choice faktor,

karakteristik personal. Keseluruhanfaktor ini akan membentuk komitmen awal.

2) Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal

consistency organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau memunculkan

(23)

3) Non-organizational faktor, yang meliputi availability of alternative jobs. Faktor yang

bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika

ada dan lebih baik, tentupegawai akan meninggalkannya.

Luthans (2006:250) memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem

manajemen yang membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada

diri karyawan, yaitu:

1) Berkomitmen pada nilai utama manusia yakni dilakukan dengan membuat aturan tertulis,

mempekerjakan manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.

2) Memperjelas dan mengkomunikasikan misi yakni menggunakan praktek perekrutan

berdasarkan nilai dan memperjelas misi dan idiologi.

3) Menjamin keadilan organisasi yakni memiliki prosedur penyampaian keluhan yang

komperhensif.

4) Menciptakan rasa komunitas yakni membangun homogenitas berdasarkan nilai, keadilan,

saling mendukung kerja tim.

5) Mendukung perkembangan karyawan yakni melakukan aktualisasi, menyediakan

keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.

Indikator untuk mengukur komitmen organisasi (Aydogdu dan Asikgil, 2011), (Allen dan

Mayer, 1991) antara lain:

1) Affective commitment, adalah keterkaitan emosional dari karyawan untuk melibatkan diri

dalam organisasi, dengan kata lain seseorang merasa bangga menjadi anggota organisasi.

2) Continuance commitment, adalah nilai ekonomi yang dirasakan apabila bertahan dalam

(24)

3) Normative Commitment, adalah keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap

organisasi dengan bersedia dilibatkan dalam kegiatan kerja demi kepentingan organisasi.

2.1.4 Job Insecurity

Pada akhir tahun 1970-an, perekonomian dunia mengalami penurunan drastis yang

menyebabkan munculnya perubahan-perubahan dalam organisasi, seperti restrukturisasi, merger,

dan akuisisi. Perubahan organisasi tersebut mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan

kerja pada tenaga kerja dalam jumlah besar (Noviarini, 2013). Hal tersebut tentunya

menimbulkan perasaan tidak aman bagi tenaga kerja karena berkaitan dengan kelanjutan dan

masa depan pekerjaan, yang dikenal dengan job insecurity. Menurut Rosenblatt dan Ruvio

(1996) job insecurity didefinisikan sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan

kesinambungan yang diinginkan dalam pekerjaan.

Dengan timbulnya rasa tidak aman dalam bekerja dapat mempengaruhi psikologis

karyawan (Yousef, 1998). Job insecurity mencerminkan derajat kepada karyawan yang

merasakan pekerjaan mereka terancam dan merasakan tidak berdaya untuk melakukan segalanya

tentang itu (Ashford et al., 1989). Sejak saat itu, job insecurity menjadi suatu konstruk yang

penting untuk diteliti berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan job insecurity terhadap

perilaku tenaga kerja dalam organisasi.

Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) job insecurity adalah ketidakberdayaan

seseorang kehilangan kekuasaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam

situasi kerja yang terancam. Sementara itu, Sverke et al. (2002) dikutip dari Noviarini (2013)

mengatakan bahwa job insecurity adalah ketidakamanan yang dirasakan seseorang akan

kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkatian dengan pekerjaan itu sendiri. Job

(25)

dan merasakan tidak berdaya untuk melalukan segalanya tentang itu (Ashford et al., 1989).

Menurut Akpan (2013) job insecurity adalah harapan seseorang tentang kontinuitas dalam

situasi pekerjaan mereka. Ini ada hubungannya dengan perasaan karyawan takut kehilangan

pekerjaan. Job insecurity merupakan faktor penting dalam komitmen karyawan. Ito dan

Brotheridge (2006) dalam Fatimah (2012) melihat efek dari ketidakamanan kerja atau job

insecurity akan berdampak pada hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi

sehingga timbul kecenderungan untuk meninggalkan organisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat

dinyatakan bahwa job insecurity adalah pandangan individu terhadap situasi yang ada dalam

organisasi tempatnya bekerja yang menimbulkan ketidakamanan akan kelanjutan pekerjaannya,

dan hal ini menyebabkan individu merasa tidak berdaya. Ashford et al. (1989 ) mengungkapkan

bahwa job insecurity terdiri dari dua aspek, yaitu aspek ancaman akan kehilangan pekerjaan itu

sendiri dan aspek ancaman kehilangan fase-fase penting dalam pekerjaan, seperti gaji,

kesempatan untuk promosi dan lain sebagainya. Berdasarkan pada kedua aspek job insecurity

Asford et al. (1989) dalam mengembangkan indikator job insecurity menjadi :

1) Keparahancaman (severity of threat)

Keparahancaman meliputi seberapa besar individu mempersepsikan adanya ancaman

terhadap aspek-aspek dalam pekerjaan dan ancaman terhadap pekerjaan secara keseluruhan.

(1) Ancaman terhadap aspek-aspek dalam pekerjaan

Aspek-aspek yang berkatian dengan pekerjaan seperti kebebasan menentukan jadwal

pekerjaan, dll. Persepsi seseorang mengenai besarnya ancaman aspek-aspek pekerjaan

dapat diketahui melalui seberapa besar aspek-aspek itu dirasakan penting dan seberapa

(26)

semakin tinggi aspek-aspek tersebut dipersepsikan mungkin hilang, maka semakin tinggi

tingkat ancaman terhadap aspek-aspek dalam pekerjaan yag dirasakan individu tersebut.

(2) Ancaman kehilangan pekerjaan secara keseluruhan

Ancaman kehilangan pekerjaan secara keseluruhan merupakan persepsi seseorang

mengenai adalanya kejadian-kejadian negatif yang dapat mempengaruhi pekerjaannya,

seperti diberhentikan untuk sementara waktu. Ancaman tersebut dapat diketahui melalui

seberapa penting dan seberapa mungkin kejadian-kejadian negatif tersebut dipersepsikan

akan mempengaruhi pekerjaannya secara keseluruhan.

2) Ketidakberdayaan (powerlessness)

Ketidakberdayaan menujukkan ketidakmampuan seseorang untuk mencegah munculnya

ancaman yang berpengaruh terhadap aspek-aspek pekerjaan dan pekerjaan secara keseluruhan.

Semakin individu merasa tidak berdaya, semakin tinggi tingkat job insecurity.

2.1.5 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dimanamana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

merupakan cerminan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Handoko, 1998:45). Hasnain et

al. (2014) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan karyawan tentang pekerjaan mereka

serta sejauh mana seorang karyawan mengalami rasa kesatuan dengan organisasi mereka.

Luthans (2006:243) menyatakan kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif atau emosi

yang negatif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman seseorang.

Kepuasan kerja juga ditentukan oleh beberapa faktor yakni kerja yang secara mental

menantang serta kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan (Judith, 2011). Indikator dalam

(27)

karir, rekan kerja dan pengawasan atasan (Gunduz et al., 2012). Kreitner dan Kinicki (2014:169)

kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

seseorang. Kreitner dan Kinicki (2014: 170) menyebutkan bahwa aspek kepuasan kerja adalah

adanya pemenuhan terhadap kebutuhan, tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan, deviasi

dari yang diharapkan dan yang diterima serta keadilan.

Luthans (2006:244) menyatakan bahwa kepuasan timbul dari evaluasi terhadap suatu

pengalaman, atau pernyataan secara psikologis akibat suatu harapan dihubungkan dengan apa

yang mereka peroleh. Agu et al. (2012) menyatakan kepuasan kerja sebagai akibat dari persepsi

karyawan dari seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal-hal yang dinilai penting oleh

karyawan.

Noviarini (2013) menyebutkan kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap

terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bermacam-macam

atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa:

1) Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan seseorang yang timbul bila yang dirasakan dari

pekerjaan yang dilakukan dianggap cukup memadai bila dibandingkan dengan apa yang

telah dilakukan atau pekerjaan yang dibebankan.

2) Tingkat kepuasan kerja yang dialami oleh tiap-tiap orang akan berbeda-beda sesuai

persepsi masing-masing individu. Singkatnya dinyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

suatu perasaan seseorang yang timbul bila keuntungan yang diperoleh dianggap sesuai

dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Indikator untuk mengukur kepuasan kerja dikembangkan oleh (Aydogdu dan Asikgil,

(28)

1) Beban kerja. Merupakan sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh

karyawan. Indikator ini diukur dari persepsi responden mengenai pekerjaan mereka

sekarang ini sesuai dengan keahliannya.

2) Gaji. Merupakan pemberian imbalan terhadap hasil kerja karyawan . Indikator ini diukur

dari persepsi responden mengenai gaji yang diterima sudah sesuai dengan pekerjaan yang

dibebankan oleh perusahaan.

3) Kenaikan jabatan. Merupakan kesempatan bagi karyawan untuk terus maju dan

berkembang sebagai bentuk aktualisasi diri. Indikator ini diukur dari persepsi responden

mengenai puas dengan kesempatan untuk memperoleh promosi kenaikan jabatan.

4) Pengawas. Merupakan kemampuan atasan untuk menunjukan perhatian dan memberikan

bantuan ketika karyawan mengalami kesulitan bekerja. Indikator ini diukur dari persepsi

responden mengenai atasan selalu bersikap adil terhadap karyawannya.

5) Rekan kerja. Merupakan sejauh mana karyawan mampu menjalin persahabatan dan saling

mendukung dalam lingkungan kerja. Indikator ini diukur dari persepsi responden mengenai

hubungan kerja sama dengan rekan kerja di tempat kerja sudah terjalin dengan baik.

2.1.6 Keadilan Organisasi

Keadilan organisasi merupakan persepsi keseluruhan dari apa yang adil di tempat kerja

Robbins dan Judge (2008:249). Keadilan organisasional berawal dari teori keadilan Adams.

Teori ini menyatakan bahwa orang membandingkan rasio antara hasil dari pekerjaan yang

mereka lakukan, misalnya imbalan dan promosi, dengan input yang mereka berikan

dibandingkan rasio yang sama dari orang lain Robbins dan Judge (2008:249). Berdasarkan

pendapat diatas dinyatakan keadilan organisasi merupakan suatu keadaan di mana seseorang

(29)

Robbins dan Judge (2008:248) mengatakan, ketika karyawan merasakan ketidakadilan,

mereka bisa diperkirakan akan memilih satu dari enam pilihan berikut :

1) Mengubah masukan-masukan mereka (misalnya, tidak mengerahkan usaha yang banyak).

2) Mengubah hasil-hasil mereka (misalnya, individu yang dibayar berdasarkan tarif per

bagian bisa meningkatkan imbalan kerja mereka dengan memproduksi kuantitas yang lebih

tinggi dari unit kualitas yang lebih rendah).

3) Mengubah persepsi-persepsi diri (misalnya, karyawan biasanya berpikir ia bekerja dengan

kecepatan sedang, tetapi sekarang ia bekerja jauh lebih keras dari siapapun).

4) Mengubah persepsi-persepsi individu lain (misalnya, pekerjaan individu lain yang sudah

tidak begitu diinginkan seperti yang ia kira sebelumnya).

5) Memilih rujukan yang berbeda (misalnya, mungkin karyawan tidak mendapatkan

penghasilan sebanyak rekan/individu lainnya, tetapi ia bekerja jauh lebih baik daripada

rekannya/individu tersebut).

6) Meninggalkan bidang tersebut (misalnya, meninggalkan pekerjaan tersebut).

Keadilan organisasional terdiri dari beberapa unsur utama. Noe et al. (2011) menyebutkan

bahwa keadilan organisasional terbentuk dari tiga unsur, yaitu keadilan distributif, keadilan

prosedural, dan keadilan interaksional.

1) Keadilan Distributif

Noe et al. (2011) menyebutnya sebagai penilaian yang dibuat orang terkait penghargaan

(reward) yang sesuai dengan kontribusi yang diberikan.

(30)

Noe et al. (2011) mendefinisikannya sebagai konsep keadilan yang berfokus pada metode

yang digunakan menentukan apakah orang merasa prosedur yang dijalankan sudah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

3) Keadilan Interaksional

Robbins dan Judge (2008:250), didefinisikan sebagai persepsi individu tentang tingkat

sampai dimana seorang karyawan diperlakukan dengan penuh martabat.

2.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:93) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah yang masih bersifat sementara. Karena masih bersifat sementara maka harus dibuktikan

kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dari data diatas dapat ditarik hipotesis

penelitian sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh Job Insecutity terhadap Komitmen Organisasi

Penelitian yang dilakukan oleh Chirumbolo dan Areni (2005) menyatakan bahwa job

insecurity memilki hubungan yang negatif terhadap short-term organizational outcomes yang

terdiri dari komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Penelitian Noviarini (2013) mengenai

karyawan kontrak di PLN Denpasar penelitian ini menunjukan ada pengaruh negatif antara job

insecurity terhadap komitmen organisasi dan kepuasan kerja karyawan. Akbiyik et al. (2012)

menyatakan karyawan kontrak merasakan job insecurity yang lebih tinggi dibandingkan dengan

karyawan tetap sehingga karyawan kontrak kurang berkomitmen terhadap organisasi.

Berdasarkan landasan teori dan berbagai hasi penelitian tersebut dapat dikemukakan hipotesis

sebagai berikut:

H1 : Job Insecurity berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi

(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed dan Eleswed (2013) Sampel dalam penelitian

ini berjumlah 156 orang karyawan yang bekerja di lembaga keuangan swasta di Bahrain. Hasil

penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh positif kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasi. Senada dengan penelitian yang dilakukan Surbakti (2011) juga menemukan hasil

yang sama yaitu terdapat hubungan positif kepuasan kerja Guru MAN 2 Padangsidimpuan

terhadap komimen organisasi.

Selain itu terdapat pula penelitian dari Malik dan Nawab (2010) dengan jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 331 orang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi guru.

Berdasarkan landasan teori dan berbagai hasi penelitian tersebut dapat dikemukakan hipotesis

sebagai berikut:

H2 : Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi

2.2.3 Pengaruh keadilan organisasi terhadap komitmen organisasi

Penelitian Jawad et al. (2012) dilakukan di sektor pendidikan Pakistan menemukan hasil

bahwa keadilan organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Bakhshi et al.

(2009) dalam penelitiannya bahkan menekankan bahwa keadilan distributif dan keadilan

prosedural meningkatkan komitmen karyawan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi kerja.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin karyawan merasakan keadilan dalam

bekerja, maka semakin dia memiliki sikap bahwa dia berkomitmen terhadap organisasi.

Akanbi et al. (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di perusahaan Nestle Nigeria

dengan jumlah sampel sebanyak 215 orang karyawan menemukan hasil terdapat pengaruh yang

signifikan antara keadilan distributif yang dirasakan dengan komitmen karyawan. Organisasi

(32)

meningkatkan komitmen karyawan.

Berdasarkan landasan teori dan berbagai hasi penelitian tersebut dapat dikemukakan hipotesis

sebagai berikut:

H3 : Keadilan organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi

2.2.4 Model Penelitian

Berdasarkan penelurusan kajian pustaka dan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka model

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja, Dan Keadilan

Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Kontrak Di Dulang Café Kuta-Bali

H1 (-)

H2 (+)

H3 (+)

Sumber : Akbiyik et al. (2014), Mohammed dan Eleswed (2013) Job Insecurity

(X1)

Kepuasan Kerja

(X2)

Keadilan Organisasi

(X3)

Gambar

Tabel 1.2 Data Jumlah Karyawan Dulang Cafe Kuta-Bali Tahun 2015
Tabel 1.3 Perbedaan Hak Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak
Gambar 2.1 Model Penelitian Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja, Dan Keadilan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi optimum adsorpsi Co(II) menggunakan adsorben kitin terfosforilasi terjadi pada pH 5, dengan prosen adsorpsi Co(II) sebesar 52,40%, dan waktu kontak optimum adalah

Maka dari itu, keberadaan plankton dapat dijadikan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu sistem yang mampu memberikan informasi tentang pemotongan kayu menjadi potongan yang lebih kecil dengan

Keyword “Smart” diharapkan mampu mewakili dalam Perancangan Buku Fotografi Nama – Nama Hewan Ternak Dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ) Sebagai Media Pembelajaran

Secara umum, pasar otomotif Indonesia pada 2020 ditutup dengan angka penjualan wholesales untuk mobil baru sebanyak 532.027 unit dan retail sales 578.327 unit. Angka

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang potensi kerajinan tangan Payung Lukis Juwiring untuk memperoleh perlindungan hukum hak

Proses – proses tersebut mulai tergeser ke arah yang berbeda dari sebelumnya, seiringnya dengan berkembangnya zaman yang menyediakan segala bentuk peralatan yang memudahkan

Hasil pemodelan menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan sepeda motor adalah Total Lebar Ruas Jalan dengan koefisien sebesar -0.986, Total Lebar