PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN
DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI
PT MITRA KEMBANG SELARAS PROVINSI RIAU
NURFIKE HASANAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan Analisis Biaya Rangkaian Penebangan dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Mitra Kembang Selaras Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.Bogor, November 2016 Nurfike Hasanah NIM E14120056
ABSTRAK
NURFIKE HASANAH. Produktivitas dan Analisis Biaya Rangkaian Penebangan dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Mitra Kembang Selaras Provinsi Riau. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.
Kegiatan penebangan dan penyaradan pada hutan lahan gambut harus memperhatikan aspek teknis dan ekonomis untuk memenuhi produksi kayu dan keuntungan finansial perusahaan. Penelitian ini bertujuan menghitung dan membandingkan produktivitas dan biaya operasional kegiatan penebangan menggunakan alat chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038 serta penyaradan menggunakan alat sampan darat yang ditarik dengan bantuan excavator Hitachi ZX 138 dan ZX 110. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas aktual rata-rata rangkaian seluruh penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 sebesar 3.51 m3/jam, sedangkan Stihl 038 sebesar 3.17 m3/jam. Biaya operasional rata-rata rangkaian seluruh penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 sebesar Rp120 177.05/jam, sedangkan Stihl 038 sebesar Rp120 150.50/jam. Produktivitas aktual rata-rata penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 138 sebesar 23.61 m3/jam, sedangkan ZX 110 sebesar 20.56 m3/jam. Biaya operasional penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 138 sebesar Rp284 351.33/jam, sedangkan ZX 110 sebesar Rp275 475.33/jam.
Kata kunci : biaya, hutan rawa gambut, penebangan, penyaradan, produktivitas.
ABSTRACT
NURFIKE HASANAH. Productivity and Cost Analysis Series of Felling and Skidding Using Sampan Darat in PT Mitra Kembang Selaras Riau Province. Supervised by UJANG SUWARNA.
Felling and skidding activity on peatland forest should pay attention for technical and economic aspects to meet timber production and financial benefits for the company. This study aimed to quantify and compare the productivity and operational cost of felling using chainsaw Husqvarna 365 and Stihl 038 as well as skidding using an sampan darat pulled with the help of excavators Hitachi ZX
138 and ZX 110. The results showed the average of actual productivity of felling series for using chainsaw Husqvarna 365 was 3.51 m3/hour, while by Stihl 038 was 3.17 m3/hour. The average of operational cost of felling series for using
chainsaw Husqvarna 365 was Rp120 177.05/hour, while by Stihl 038 was Rp120 150.50/hour. The average of actual productivity of skidding by excavator Hitachi
ZX 138 was 23.61 m3/hour, while by ZX 110 was 20.56 m3/hour. The skidding operational cost for using excavator Hitachi ZX 138 was Rp284 351.3/hour, while
ZX 110 was Rp275 475.33/hour.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
NURFIKE HASANAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA RANGKAIAN PENEBANGAN
DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SAMPAN DARAT DI
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberi karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang berjudul Produktivitas dan Analisis Biaya Rangkaian Penebangan dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Mitra Kembang Selaras Provinsi Riau bertujuan untuk memberikan informasi dan masukan kepada perusahaan mengenai efisiensi dalam peningkatan produktivitas dan biaya operasional kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan sampan darat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang serta dorongan moral dan material kepada penulis. Ucapan terimakasih kepada Dr Ujang Suwarna, SHut MSc FTrop selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Mitra Kembang Selaras yang telah membantu proses pengumpulan data selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada teman dan sahabat tim PKL di PT Mitra Kembang Selaras serta seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya MNH angkatan 49 atas bantuan dan dukungannya kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan lestari.
Bogor, November 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Lokasi danWaktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Jenis dan Sumber Data 2
Pengumpulan Data 3
Pengolahan Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6
Teknik Penebangan dan Penyaradan 7
Waktu Kerja dan Produktivitas Penebangan 8
Waktu Kerja dan Produktivitas Penyaradan 12
Biaya Operasional 15
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1 Waktu kerja dan produktivitas penebangan pohon menggunakan chainsaw Stihl 038 di petak H078 dan H079 9 2 Waktu kerja dan produktivitas penebangan pohon menggunakan
chainsaw Husqvarna 365 di petak H078 dan H079 10 3 Waktu kerja dan produktivitas delimbing dan bunching menggunakan
excavator Hitachi ZX 138 di petak H078 10
4 Waktu kerja dan produktivitas delimbing dan bunching menggunakan
excavator Hitachi ZX 110 di petak H079 11
5 Waktu kerja dan produktivitas pembagian batang menggunakan
chainsaw Husqvarna 365 di petak H078 11
6 Waktu kerja dan produktivitas pembagian batang menggunakan
chainsaw Stihl 038 di petak H079 12
7 Waktu kerja dan produktivitas pengupasan kulit di petak H078 12 8 Waktu kerja dan produktivitas pengupasan kulit di petak H079 13 9 Waktu kerja dan produktivitas seluruh rangkaian kegiatan penebangan
dengan chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038 di petak H078 dan
H079 13
10 Waktu kerja dan produktivitas penyaradan menggunakan excavator
Hitachi ZX 138 di petak H078 14
11 Waktu kerja dan produktivitas penyaradan menggunakan excavator
Hitachi ZX 110 di petak H079 15
12 Analisis biaya operasional penebangan dan pembagian batang 17 13 Analisis biaya operasional delimbing & bunching dan penyaradan 18 14 Analisis biaya operasional rangkaian seluruh penebangan 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi kelonggaran 23
2 Spesifikasi alat tebang (chainsaw) dan alat delimbing dan bunching dan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hasil hutan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan (Conway 1978). Menurut Budiaman (1996) menjelaskan bahwa kegiatan pemanenan dapat dibedakan atas empat komponen utama, yaitu penebangan, penyaradan, pengangkutan dan penimbunan. Salah satu kegiatan awal pemanenan yang terpenting dalam pengelolaan hutan adalah penebangan dan penyaradan.
Kegiatan penebangan dan penyaradan merupakan suatu siklus kegiatan di dalam operasi pemanenan yang diperlukan dari mempersiapkan pohon yang akan ditebang hingga pemindahan kayu dari petak tebang ke tepi jalan angkutan. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2010) mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan penebangan dan penyaradan di hutan lahan kering setara juga dilakukan pada hutan lahan gambut. Akan tetapi, penerapan sistem penyaradan di hutan lahan gambut memiliki perbedaan dengan hutan lahan kering (Suhartana dan Yuniawati 2008). Parish (2002) menyatakan bahwa lahan gambut terbentuk di mana tanaman-tanaman yang tergenang air terurai secara lambat. Gambut yang terbentuk terdiri dari bahan organik tanaman yang membusuk dan terdekomposisi pada berbagai tingkatan.
Praktek kegiatan penebangan dan penyaradan pada hutan lahan gambut harus memperhatikan aspek teknis dan ekonomis. Aspek teknis berupa penggunaan alat yang tepat guna sehingga meningkatkan produksi kayu, sedangkan aspek ekonomis dapat memberikan keuntungan finansial sehingga menekankan biaya produksi kayu. PT Mitra Kembang Selaras menggunakan alat berat semi mekanis untuk melakukan kegiatan penebangan dan penyaradan, salah satunya dengan menggunakan chainsaw dan sampan darat yang ditarik dengan bantuan excavator. Oleh karena itu, untuk mengetahui produksi kayu dan keuntungan perusahaan yang optimal maka dilakukan pengukuran produktivitas dan biaya operasional pada penggunaan alat-alat tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan membandingkan produktivitas dan biaya operasional kegiatan penebangan menggunakan alat chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038 serta penyaradan menggunakan alat sampan darat yang ditarik dengan bantuan excavator Hitachi ZX 138 dan ZX 110.
Manfaat Penelitian
Manfaaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan masukan kepada pihak perusahaan guna mengetahui produktivitas dan biaya
2
operasional kegiatan penebangan dan penyaradan yang dilakukan dengan alat semi mekanis.
Ruang Lingkup Penelitian
Pengambilan data penelitian terbatas pada tegakan Acacia crassicarpa dengan umur tanaman 5 tahun di petak H078 dan H079 PT Mitra Kembang Selaras.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Hutan Tanaman Industri PT Mitra Kembang Selaras petak H078 dan H079 Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tegakan Acacia crassicarpa dan rincian biaya produksi unit penebangan dan penyaradan. Penelitian ini juga ditunjang oleh data sekunder berupa data kondisi umum areal penelitian.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tebang (chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038), alat sarad (sampan darat, excavator Hitachi ZX 110 dan ZX 138), alat tulis, kamera, tally sheet, stopwatch, meteran jahit, pita ukur 50 m, GPS, kalkulator, pengukuran tinggi dan laptop yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft office (Ms.Word dan Ms. Excel).
Jenis dan Sumber Data Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan. Data primer yang dikumpulkan untuk kegiatan penebangan yaitu, waktu kerja dari setiap elemen kerja satu siklus penebangan, volume pohon rebah dan deskripsi operator (nama, pengalaman kerja, umur dan merek alat penebangan yang digunakan operator). Data primer yang dikumpulkan untuk kegiatan penyaradan
3
yaitu, waktu kerja dari setiap elemen kerja penyaradan, jarak sarad, volume kayu yang disarad per trip dan deskripsi operator.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip dan/atau menyalin arsip-arsip perusahaan dan melakukan wawancara langsung dengan karyawan. Data sekunder yang dikumpulkan dari arsip-arsip perusahaan meliputi kondisi umum lokasi penelitian, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dari wawancara langsung dengan karyawan yaitu data biaya operasional meliputi harga alat penebangan dan penyaradan yang digunakan, jam kerja chainsaw dan excavator, biaya pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar alat dan pelumas, pajak dan asuransi, nilai suku bunga dan upah operator.
Pengumpulan Data Penebangan
1. Penetapan sampel pekerja
Sampel pekerja ditetapkan berdasarkan metode secara purposive sampling. Adapun jumlah pekerja sampel untuk masing-masing kegiatan penebangan di setiap petak, yaitu :
a. Penebangan : 2 chainsawman
b. Pemangkasan cabang & penumpukan log : 1 operator excavator
c. Pembagian batang : 1 chainsawman
d. Pengupasan kulit : 2 operator
2. Pengukuran waktu kerja penebangan
Pengukuran waktu kerja penebangan dilakukan dengan metode berulang kembali (nullstop method). Menurut Wignjosoebroto (2000) menjelaskan bahwa nullstop method, yaitu waktu kerja yang sesungguhnya dari tiap elemen kerja dibaca seketika menurut stopwatch yang pada permulaan selalu dikembalikan ke nol untuk setiap elemen. Penentuan pohon dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah pohon contoh sebanyak 60 pohon di 2 petak tebang. Adapun langkah-langkah dalam pengukuran waktu kerja penebangan, sebagai berikut :
a. Mengukur waktu setiap unsur kerja kegiatan penebangan, pemangkasan cabang & penumpukan log, pembagian batang dan pengupasan kulit. b. Memisahkan waktu kerja efektif (kegiatan penebangan, pemangkasan
cabang & penumpukan log, pembagian batang dan pengupasan kulit) dan tidak efektif (mengobrol, merokok, melepas lelah, mesin rusak, atau kejadian tidak terduga lainnya).
c. Mengukur dimensi kayu yang sudah rebah seperti panjang, diameter pangkal dan diameter ujung (m3).
d. Menghitung produktivitas penebangan (m3/jam). e. Menghitung biaya operasional alat tebang (Rp/jam). Penyaradan
1. Penetapan sampel pekerja
Sampel pekerja ditetapkan sebanyak 4 operator excavator karena pada petak H078 dan H079 hanya memiliki 2 alat excavator.
4
2. Pengukuran waktu kerja penyaradan
Pengukuran waktu kerja penyaradan dilakukan dengan nullstop method. Penentuan jumlah trip dilakukan sebanyak 60 trip di 2 petak tebang. Adapun langkah-langkah dalam pengukuran waktu kerja penyaradan, sebagai berikut :
a. Mengukur waktu setiap unsur kerja kegiatan penyaradan.
b. Memisahkan waktu kerja efektif (penyaradan kosong, pemuatan pada sampan, penyaradan bermuatan dan pembongkaran) dan tidak efektif (mengobrol, merokok, melepas lelah, mesin rusak, atau kejadian tidak terduga lainnya).
c. Mencatat dan mengukur jarak sarad (m).
d. Mencatat dan mengukur volume kayu sarad per trip (m3). e. Menghitung produktivitas penyaradan (m3/jam).
f. Menghitung biaya operasional alat sarad (Rp/jam). Waktu Kerja Standar
Waktu standar adalah waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah ditambahkan terhadap berbagai kelonggaran. Kelonggaran dibutuhkan oleh pekerja untuk memenuhi keinginan melepaskan lelah dan beristirahat (ILO 1979). Kelonggaran/allowance merujuk pada penambahan jam kerja yang dialokasikan untuk beberapa kegiatan tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama (waktu kerja efektif). Kelonggaran diklasifikasikan berdasarkan acuan dari Niebel dan Freivalds (1999) dan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan analisis rata-rata yang meliputi analisis data volume kayu, produktivitas penebangan dan penyaradan serta biaya penebangan dan penyaradan (biaya penyusutan, biaya bunga modal, biaya asuransi, biaya perawatan, biaya bahan bakar, biaya oli dan pelumas, upah tenaga kerja).
1. Volume pohon dapat dihitung dengan rumus Brereton Metrik : { } Keterangan : V = volume kayu (m3) π = 3,14 (konstanta) Dp = diameter pangkal (m) Du = diameter ujung (m) L = panjang (m)
2. Volume kayu per trip penyaradan (Basari dan Dulsalam 2011): ̅
Keterangan:
5
p = panjang bak log (m) l = lebar bak log (m)
f = faktor koreksi 0.59 (Perdirjen BPK No. P.05/VI- BIKPHH/2008)
̅ = rata-rata tinggi tumpukan kayu (m) 3. Waktu standar
Waktu standar (menit) = waktu dasar (menit) + kelonggaran 4. Produktivitas penebangan dan penyaradan merupakan produktivitas
rata-rata dari suatu siklus kegiatan yang dihitung berdasarkan hasil pengukuran waktu kerja yang telah diolah ke dalam bentuk tabulasi dengan rumus (ILO 1975):
Keterangan :
Pt = produktivitas (m3/jam) V = volume batang (m3)
Wt = waktu kerja kegiatan (jam)
Indikator perhitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha peralatan penebangan dan penyaradan adalah sebagai berikut (FAO 1992):
5. Depresiasi 6. Bunga modal ( )( ) 7. Pajak i = n% x M
8. Biaya tetap BT = D + Bmod + i 9. Biaya variabel BV = Bo + BB + Bpp 10. Biaya mesin BM = BV + BT 11. Biaya usaha BU = BM + Up Keterangan : D = penyusutan (Rp/jam) M = harga alat (Rp)
R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis (Rp) N = umur ekonomis alat (tahun atau jam)
Wt = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun) Bmod = bunga modal (Rp/jam)
6
i = pajak (Rp/jam) n = nilai pajak (%) BT = biaya total (Rp/jam) BV = biaya variabel (Rp/jam) Bo = biaya oli (Rp)
BB = biaya bahan bakar (Rp)
Bpp = biaya perawatan dan pemeliharaan (Rp) BM = biaya mesin (Rp/jam)
BU = biaya usaha (Rp/jam) Up = upah tenaga kerja (Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Luas
PT Mitra Kembang Selaras mendapatkan IUPHHK-HTI atas areal hutan produksi seluas ±14 800 ha, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 71/MENHUT-II/2007 tanggal 23 Februari 2007. Letak PT Mitra Kembang Selaras secara geografis berada pada 102o 17’08.10”–102o 25’55.75” BT dan 0o 09’ 5.77”–0o 17’16.08” LS. Secara administratif areal tersebut terletak dalam wilayah administrasi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Lirik dan Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Jenis Tanah dan Geologi
Areal PT Mitra Kembang Selaras termasuk dalam kategori gambut atau organosol gleihumus (100%) yang merupakan tanah dengan ketebalan timbunan bahan organik lebih dari 50 cm. Tingkat kematangan gambut tanah organosol yang ada termasuk sedang (hermist) hingga kurang matang (febrist). Jenis tanah PT Mitra Kembang Selaras termasuk ke dalam bahan induk aluvial pada daerah datar.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Sumatera, Lembar Rengat (0915) skala 1 : 250000, formasi geologi pada areal PT Mitra Kembang Selaras seluruhnya termasuk dalam Endapan Rawa (Qs).
Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di sekitar areal PT Mitra Kembang Selaras adalah tipe A (sangat basah) dengan perbandingan bulan kering dan bulan basah (Q) = 14% (Peta Iklim). Curah hujan tahunan di sekitar areal PT Mitra Kembang Selaras sebesar 2 398.80 mm/th dengan rata-rata bulanan 199.90 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan September.
Suhu udara rata-rata bulanan di sekitar areal kerja berkisar antara 22.20o C- 31.60o C, rata-rata tertinggi terjadi pada bulan juni yaitu 32.70o C, sedangkan temperature minimum rata-rata terendah adalah 21.90o C yaitu pada bulan Januari,
7
Februari dan Juli. Kelembaban udara (relatif) bulanan di areal kerja dan sekitarnya berkisar antara 83.3%-87.0%, dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 87% dan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 83.3%.
Keadaan Hutan
Keadaan penutupan lahan pada areal PT Mitra Kembang Selaras berdasarkan peta penafsiran citra landsat 7 ETM+ Band 542 Path 126 Row 61 pada tanggal 15 Januari 2012 yang disetujui oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Direktur Perusahaan No.S.118/IPSDH-2/2012 sebagian besar areal merupakan Hutan Produksi (HP).
Topografi dan Kelerengan
Areal PT Mitra Kembang Selaras terletak pada ketinggian 6-40 mdpl dengan konfigurasi lahan datar dengan kelerengan dari 0-8%. Klasifikasi kelerengan areal PT Mitra Kembang Selaras didominasi oleh kondisi topografi datar (100% dari luas areal).
Teknik Penebangan dan Penyaradan Kegiatan Penebangan (Felling)
Penebangan merupakan kegiatan pemanenan kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk mendapatkan bahan pasokan industri pengolahan kayu dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang memenuhi persyaratan (Ditjen Pengusahaan Hutan 1993). Kegiatan penebangan dilakukan secara rombongan atau regu yaitu sekitar 3-4 orang setiap petak. Alat tebang yang digunakan dalam kegiatan penebangan di PT Mitra Kembang Selaras di petak H078 dan H079 yaitu chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038 yang dibeli pada tahun 2015 sehingga kondisinya masih baik. Kepemilikan alat tersebut adalah milik pribadi operator penebang. Spesifikasi chainsaw dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kegiatan Pembersihan Cabang dan Penumpukan Log (Delimbing dan
Bunching)
Kegiatan delimbing dan bunching merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pemangkasan pohon dari cabang yang telah ditumbang dan mengumpulkan pohon menjadi susunan yang rapih dengan tujuan agar memudahkan operator dalam proses pembagian batang. Kegiatan ini menggunakan bantuan alat excavator Hitachi ZX 110 yang dibeli tahun 2007 dan ZX 138 yang dibeli tahun 2015 berban ulat/rantai (crawler). Kepemilikan alat tersebut merupakan milik kontraktor PT Hutama Teknik Langgeng (HTL) yang bekerjasama dengan PT Mitra Kembang Selaras. Spesifikasi excavator dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)
Menurut Suhartana dan Dulsalam (1994), pembagian batang merupakan membagi atau memotong batang kayu menjadi sortimen-sortimen lebih kecil. Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan terdapat hal yang perlu diperhatikan, yaitu agar tidak terjadi perbedaan panjang potongan dilakukan
8
pengukuran pohon menggunakan stick (tongkat sebagai ukuran) dengan ukuran 4 m. Sistem pekerja dan alat yang digunakan untuk kegiatan pembagian batang di petak H078 dan H079 sama seperti dalam kegiatan penebangan.
Kegiatan Pengupasan Kulit (Debarking)
Pengupasan merupakan bagian dari kegiatan pemanenan yang dilakukan di Hutan Tanaman Indutri (HTI) untuk mengupas kulit kayu sebelum dibawa ke tempat pengolahan. Kegiatan pengupasan terlebih dahulu dilakukan di areal tebangan karena dalam pembuatan kertas tidak diperlukan kulit kayu. Kulit kayu yang jika dibawa ke pabrik akan menyebabkan banyak limbah di daerah pabrik. Pengupasan dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga manusia dibantu dengan alat berupa golok/parang yang dibeli pada tahun 2016 sehingga kondisi alat masih sangat baik. Kegiatan pengupasan dilakukan secara rombongan atau regu yaitu sekitar 15-20 orang setiap petak.
Kegiatan Penyaradan (Skidding)
Elias (1988) diacu dalam Fajri (2000) menyatakan bahwa penyaradan merupakan tahap awal dari pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat diikatkan pada rantai penyarad di tempat penebangan, kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau tepi jalan mobil) dan berakhir setelah kayu dilepas dari rantai penyarad. Penyaradan kayu di PT Mitra Kembang Selaras dilakukan secara semi mekanis menggunakan sampan darat yang ditarik oleh bantuan alat berat excavator. Sampan darat terbuat dari rangka besi dengan panjang 4 m, lebar 3.8 m dan diberi 4 tiang disetiap sudutnya untuk menahan kayu dalam penyusunan dengan tinggi ± 1.5 m. Sampan darat ini disambungkan di belakang excavator dengan sebuah tali sling penghubung dengan panjang kayu yang dibawa 4 m dan kapasitas ± 11 ton. Jenis excavator dan sistem kepemilikan alat yang digunakan adalah sama dengan kegiatan delimbing dan bunching.
Setiap petak terdapat jumlah alat yang berbeda-beda dimana petak H078 dan H079 memiliki 4 alat unit excavator yang dioperasikan oleh 4 operator dan 4 helper. Operator bertugas mengoperasikan dan merawat alat berat serta melaporkan apabila terjadi kerusakan mekanik. Helper bertugas membantu operator seperti memasang dan melepas tali sling, menggantikan operator mengoperasikan alat ketika sedang istirahat, mengisi bahan bakar dan pelumas serta mencuci alat berat excavator.
Waktu Kerja dan Produktivitas Penebangan
Menurut ILO (1983), waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Waktu kerja penebangan merupakan jumlah waktu dalam menit yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja seperti pre harvest, felling, delimbing dan bunching, bucking dan debarking. Waktu kerja dibagi menjadi 2 (dua) yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk suatu kegiatan yang sudah merupakan bagian tertentu dari pekerjaan bersangkutan, sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah waktu kerja yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang tidak
9
efektif dalam suatu proses produksi (ILO 1979). Waktu kerja yang dihitung dalam penelitian ini adalah waktu kerja aktual dan waktu kerja standar pada rangkaian satu siklus penebangan.
ILO (1983) diacu dalam Rahman (2001), menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan, industri dan ekonomi secara keseluruhan. Pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja. Analisis produktivitas digunakan pendekatan pengukuran waktu kerja. Produktivitas yang dihitung dalam penelitian ini adalah produktivitas aktual dan produktivitas standar. Produktivitas aktual diperoleh dari waktu kerja aktual yang merupakan waktu rill di lapangan tempat kegiatan diamati dengan menggabungkan antara waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektifnya sedangkan produktivitas standar diperoleh dari waktu kerja standar dengan menjumlahkan waktu dasar dan total waktu kelonggaran. Langkah-langkah dalam penentuan produktivitas antara lain pengamatan waktu kerja, pengukuran hasil kerja dan perhitungan produktivitas kerja (Mujetahid 2008).
Kegiatan Penebangan
Penelitian dilakukan dengan menggabungkan 2 operator chainsaw di petak H078 dan H079, diperoleh waktu kerja aktual penebangan dengan chainsaw stihl 038 sebesar 37.08 menit. Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata waktu kerja aktual penebangan yaitu 1.22 menit/pohon dan waktu kerja standar dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran sebesar 1.31 menit/pohon. Produktivitas aktual rata-rata adalah 17.70 m3/jam, sedangkan produktivitas standar adalah 16.49 m3/jam dengan volume rata-rata 0.36 m3.
Tabel 1 Waktu kerja dan produktivitas penebangan pohon menggunakan chainsaw Stihl 038 di petak H078 dan H079
Uraian Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 1.22 1.31 0.36 17.70 16.49
Dari uraian Tabel 1, waktu kerja aktual lebih cepat dari waktu standar. Hal ini dikarenakan waktu standar berpengaruh terhadap waktu kerja efektif dan faktor kelonggaran, sehingga semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan maka waktu standar juga akan semakin besar. Kelonggaran diberikan untuk mengakomodasi keterbatasan fisiologis dan psikologis manusia, sehingga perhitungan standar prestasi kerja yang dihasilkan adalah standar prestasi kerja yang optimal. Selain faktor manusia, faktor kondisi tempat kerja dan kegiatan kerja juga menentukan besarnya kelonggaran waktu yang ditambahkan pada waktu dasar pengamatan (Yovi dan Santosa 2014).
Hasil penelitian dengan chainsaw Husqvarna 365, diperoleh waktu kerja aktual penebangan sebesar 19.12 menit. Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata waktu kerja aktual penebangan adalah 0.637 menit/pohon. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja standar adalah 0.79
10
menit/pohon. Volume kayu rata-rata sebesar 0.47 m3 dengan produktivitas aktual rata-rata sebesar 44.27 m3/jam dan produktivitas standar sebesar 35.70 m3/jam yang menunjukkan bahwa produktivitas penebangan standar lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas penebangan aktual.
Tabel 2 Waktu kerja dan produktivitas penebangan pohon menggunakan chainsaw Husqvarna 365 di petak H078 dan H079
Uraian Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 0.637 0.79 0.47 44.27 35.70
Waktu aktual dan waktu standar penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 lebih cepat dibandingkan Stihl 038, sehingga produktivitas yang didapatkan menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan spesifikasi alat. Chainsaw Husqvarna 365 memiliki daya output yang lebih besar, panjang bar yang lebih panjang dan berat chainsaw yang lebih ringan dibandingkan Stihl 038, sehingga chainsaw Husqvarna 365 memiliki mesin yang sangat baik dibandingkan Stihl 038. Selain itu, menurut Sinaga (2000) faktor lain yang mempengaruhi produktivitas penebangan yaitu diameter pohon yang ditebang, teknik penebangan (pembuatan takik balas dan takik rebah) dan kedudukan pohon berdiri. Apabila terjadi hambatan dalam penebangan maka waktu akan meningkat yang mengakibatkan produktivitas menjadi rendah.
Kegiatan Pemangkasan Cabang dan Penumpukan Log (Delimbing dan
Bunching)
Hasil pengukuran waktu kerja aktual delimbing dan bunching menggunakan excavator Hitachi ZX 138 di petak H078 secara keseluruhan adalah 33.39 menit. Tabel 3 terlihat bahwa waktu kerja aktual delimbing dan bunching sebesar 1.26 menit/pohon dengan produktivitas aktual sebesar 19.52 m3/jam sedangkan waktu standar sebesar 1.55 menit/pohon dengan produktivitas standar sebesar 15.87 m3/jam dan volume rata-rata sebesar 0.41 m3. Produktivitas standar yang didapatkan lebih rendah dibandingkan produktivitas aktual. Hal tersebut karena adanya penambahan faktor kelonggaran pada waktu standar, sehingga hasil pembagian dengan volume akan memiliki nilai produktivitas standar yang lebih kecil.
Tabel 3 Waktu kerja dan produktivitas delimbing dan bunching menggunakan excavator Hitachi ZX 138 di petak H078
Nama operator Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Slamet 1.26 1.55 0.41 19.52 15.87
Tabel 4 terlihat bahwa waktu kerja aktual delimbing dan bunching dengan excavator Hitachi ZX 110 adalah 1.50 menit/pohon dan waktu standar sebesar 1.85 menit/pohon. Volume rata-rata pohon yaitu 0.42 m3 dengan produktivitas
11
aktual rata-rata sebesar 16.80 m3/jam dan produktivitas standar sebesar 13.62 m3/jam yang menunjukkan bahwa produktivitas standar lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas aktual.
Tabel 4 Waktu kerja dan produktivitas delimbing dan bunching menggunakan excavator Hitachi ZX 110 di petak H079
Nama operator Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Asep 1.50 1.85 0.42 16.80 13.62
Produktivitas delimbing dan bunching dengan excavator Hitachi ZX 138 lebih besar dibandingkan ZX 110. Hal ini dikarenakan keterampilan operator, sehingga waktu kerja menggunakan ZX 138 lebih cepat dari ZX 110. Waktu kerja sangat mempengaruhi besar kecilnya produktivitas karena produktivitas dan waktu kerja memiliki hubungan yang erat. Menurut Siswanto (2010) semakin tinggi produktivitas maka waktu kerja akan semakin cepat dan sebaliknya semakin rendah produktivitas maka waktu kerja akan semakin lama. Selain itu, spesifikasi dan kondisi alat juga dapat mempengaruhi produktivitas dimana ZX 138 memiliki daya mesin yang lebih besar dan kondisi alat yang baru dan sangat baik dibandingkan ZX 110 yang sudah lama dibeli sehingga akan mempengaruhi kapasitas kinerja pada alat tersebut.
Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)
Kegiatan pembagian batang dilakukan setelah selesainya kegiatan pemangkasan cabang dan penumpukan log di petak tebang. Satu pohon rebah menghasilkan 5 potong sortimen yang berukuran 4 m/batang. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 30 pohon menggunakan chainsaw Husqvarna 365 di petak H078, diperoleh waktu kerja aktual secara keseluruhan sebesar 11.12 menit. Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata waktu aktual pembagian batang sebesar 0.07 menit/batang atau 0.36 menit/pohon/5 batang. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu standar diperoleh sebesar 0.41 menit/pohon/5 batang atau 0.08 menit/batang. Volume kayu rata-rata per batang sebesar 0.11 m3 dengan produktivitas aktual lebih besar yaitu 91.67 m3/jam dan produktivitas standar adalah 82.50 m3/jam.
Tabel 5 Waktu kerja dan produktivitas pembagian batang menggunakan chainsaw Husqvarna 365 di petak H078 Nama operator Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Samsul 0.07 0.08 0.11 91.67 82.50
Hasil pengukuran waktu kerja aktual menggunakan chainsaw Stihl 038 adalah 11.92 menit. Tabel 6 terlihat bahwa waktu kerja aktual rata-rata pembagian batang sebesar 0.40 menit/pohon/5 batang atau 0.08 menit/batang sedangkan waktu standar jika memperhitungkan faktor kelonggaran yaitu 0.43 menit/pohon/5 batang atau 0.09 menit/batang. Produktivitas aktual diperoleh sebesar 75 m3/jam,
12
sedangkan produktivitas standar diperoleh lebih rendah yaitu 66.67 m3/jam dan volume rata-rata kayu adalah 0.10 m3.
Tabel 6 Waktu kerja dan produktivitas pembagian batang menggunakan chainsaw Stihl 038 di petak H079
Nama operator Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Ali Mudin 0.08 0.09 0.10 75.00 66.67
Waktu kerja pembagian batang menggunakan chainsaw Husqvarna 365 lebih cepat dibandingkan Stihl 038, sehingga produktivitas yang dihasilkan diperoleh lebih besar dibandingkan Stihl 038. Hal ini dapat terjadi karena spesifikasi alat, dimana chainsaw Husqvarna 365 memiliki mesin yang sangat baik dibandingkan Stihl 038. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2010) penggunaan jenis chainsaw akan mempengaruhi besarnya produktivitas. Selain itu, keterampilan dan pengalaman kerja operator juga dapat mempengaruhi produktivitas.
Kegiatan Pengupasan Kulit
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 30 batang/sortimen yang menggabungkan 2 operator di petak H078, diperoleh waktu kerja aktual pengupasan kulit secara keseluruhan sebesar 148.22 menit atau 2.47 jam. Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata waktu aktual pengupasan kulit di petak H078 adalah 4.94 menit/batang dan waktu standar diperoleh sebesar 5.99 menit/batang. Rata-rata produktivitas aktual 1.21 m3/jam, sedangkan rata-rata produktivitas standar lebih rendah yaitu 1.00 m3/jam dan volume rata-rata adalah 0.10 m3.
Tabel 7 Waktu kerja dan produktivitas pengupasan kulit di petak H078 Uraian Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 4.94 5.99 0.10 1.21 1.00
Waktu pengupasan kulit di petak H079 secara keseluruhan sebesar 145.15 menit atau 2.42 jam. Tabel 8 terlihat bahwa volume rata-rata pengupasan kulit adalah 0.11 m3. Rata-rata waktu kerja aktual adalah 4.84 menit/batang dengan produktivitas aktual sebesar 1.36 m3/jam, sedangkan waktu standar diperoleh sebesar 5.30 menit/batang dan rata-rata produktivitas standar sebesar 1.25 m3/jam. Dapat dinyatakan bahwa produktivitas standar lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas aktual karena waktu kerja standar didapatkan lebih besar dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran dibandingkan waktu kerja aktual yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan.
13
Tabel 8 Waktu kerja dan produktivitas pengupasan kulit di petak H079 Uraian Waktu kerja aktual (menit) Waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 4.84 5.30 0.11 1.36 1.25
Produktivitas pengupasan kulit di petak H079 lebih besar dibandingkan petak H078. Hal ini dapat terjadi karena waktu kerja di petak H079 lebih cepat dibandingkan petak H078. Perbedaan hasil produktivitas aktual dan produktivitas standar di petak H078 tidak terlalu jauh berbeda dengan petak H079 yaitu hanya selisih 0.15 m3/jam dan 0.25 m3/jam. Perbedaan dikarenakan diameter batang pohon dan keterampilan operator dalam mengupas kulit kayu. Diameter batang pohon di petak H078 lebih besar yaitu 0.20 m, sedangkan diameter batang pohon di petak H079 sebesar 0.18 m. Menurut Mahendra (2003) waktu kerja juga sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter batang, jika terjadi penambahan diameter maka akan terjadi pula peningkatan waktu kerja.
Tabel 9 Waktu kerja dan produktivitas seluruh rangkaian penebangan dengan chainsaw Husqvarna 365 dan Stihl 038 di petak H078 dan H079
Kegiatan Unit (satuan) Nilai
Husqvarna 365 Stihl 038
Total waktu kerja aktual menit 7.19 7.96
Total waktu kerja standar menit 8.73 8.91
Volume rata-rata m3 0.42 0.42
Produktivitas aktual m3/jam 3.51 3.17
Produktivitas standar m3/jam 2.89 2.83
Rangkaian satu siklus penebangan pohon di PT Mitra Kembang Selaras meliputi kegiatan penebangan, delimbing dan bunching, pembagian batang dan pengupasan kulit. Tabel 9 terlihat bahwa total waktu kerja aktual seluruh rangkaian penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 di petak H078 dan H079 sebesar 7.19 menit/pohon dan total waktu kerja standar dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran sebesar 8.73 menit/pohon, sehingga produktivitas aktual sebesar 3.51 m3/jam dan produktivitas standar sebesar 2.89 m3/jam, sedangkan total waktu kerja aktual dengan chainsaw Stihl 038 sebesar 7.96 menit/pohon dan total waktu kerja standar dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran sebesar 8.91 menit/pohon, sehingga produktivitas aktual sebesar 3.17 m3/jam dan produktivitas standar sebesar 2.83 m3/jam.
Waktu kerja penebangan pada penelitian ini membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010) di HPHTI PT Arara Abadi, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Waktu kerja penebangan dengan teknik RIL menggunakan chainsaw Stihl 038 yang sama dan jenis tanaman yang sama yaitu Acacia crassicarpa diperoleh sebesar 3.12 menit/pohon dan produktivitas penebangannya sebesar 10.02 m3/jam. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi topografi dan keterampilan operator. Topografi di areal tersebut memiliki ketinggian tempat antara 8-100 mdpl sehingga akan mempengaruhi keterampilan operator chainsaw dalam menebang pohon.
14
Pada penelitian Nuryanto (2016) di PT Wirakarya Sakti (WKS) Jambi waktu kerja delimbing dan bunching menggunakan alat yang sama yaitu excavator Hitachi ZX 110 dan jenis tanah serta tegakan yang sama menghasilkan produktivitas aktual yang lebih tinggi sebesar 40.96 m3/jam dibandingkan penelitian ini. Hal ini disebabkan keterampilan operator dimana waktu kerja aktual rata-rata di PT WKS lebih cepat yaitu 24.78 detik/pohon. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan waktu standar, pada penelitian ini produktivitas standarnya jauh lebih besar dari penelitian Nuryanto (2016) yaitu hanya sebesar 6.09 m3/jam. Hal ini dikarenakan nilai faktor kelonggaran yang dihasilkan sangat besar.
Waktu kerja pembagian batang menggunakan chainsaw yang berbeda yaitu chainsaw Stihl 070 pada penelitian Nuryanto (2016) menghasilkan waktu yang lebih lama yaitu 0.13 menit/batang dan produktivitas aktualnya yang lebih rendah yaitu 39.32 m3/jam jika dibandingkan pada penelitian ini. Hal ini disebabkan volume kayu dan keterampilan operator. Volume rata-rata yang dihasilkan pada penelitian Nuryanto (2016) lebih kecil yaitu 0.08 m3.
Penelitian Roy (2015) di PT Sumatera Riang Lestari, Padang Lawas utara diperoleh waktu kerja pengupasan kulit dengan tenaga manusia adalah 2.45 menit/batang dengan volume sebesar 0.17 m3, panjang ukuran batang sebesar 2.50 m dan produktivitas sebesar 4.16 m3/jam. Dapat dinyatakan bahwa waktu kerja pada penelitian ini lebih cepat karena dipengaruhi oleh ukuran batang kayu, diameter dan panjang batang pohon yang dikupas, serta kondisi umum penelitian yang berbeda sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih besar.
Waktu Kerja dan Produktivitas Penyaradan
Waktu kerja penyaradan adalah waktu yang dibutuhkan oleh regu penyarad untuk mengeluarkan kayu dari petak tebang ke TPn. Produktivitas penyaradan adalah prestasi kerja atau hasil pemuatan kayu yang dihasilkan dalam kegiatan penyaradan dengan menggunakan alat penyaradan (Sinaga 2005).
Penelitian dilakukan dengan menggabungkan 2 operator menggunakan excavator Hitachi ZX 138 di petak H078 diperoleh waktu kerja aktual rata-rata secara keseluruhan adalah 1198.95 menit atau 19.99 jam. Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk menarik kayu dalam satu tarikan atau trip membutuhkan waktu aktual selama 39.97 menit/trip. Namun, jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu standar yang diperoleh akan lebih besar yaitu 48.40 menit/trip. Produktivitas aktual diperoleh sebesar 23.63 m3/jam sedangkan produktivitas standar sebesar 19.50 m3/jam. Sampan darat yang ditarik dengan excavator diperoleh jarak rata-rata sebesar 230.63 m dan rata-rata volume sarad sebesar 15.73 m3.
Tabel 10 Waktu kerja dan produktivitas penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 138 di petak H078 Uraian waktu kerja aktual (menit) waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Jarak sarad rata-rata (m) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 39.97 48.40 15.73 230.63 23.61 19.50
15
Hasil pengukuran waktu aktual dengan excavator Hitachi ZX 110 di petak H079 secara keseluruhan adalah 1198.95 menit atau 19.99 jam. Tabel 11 dapat diketahui bahwa rata-rata waktu aktual penyaradan diperoleh selama 38.49 menit/trip. Namun, jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu standar yang diperoleh akan lebih besar yaitu 46.75 menit/trip. Rata-rata produktivitas aktual sebesar 24.97 m3/jam, sedangkan produktivitas standar adalah 20.56 m3/jam. Jarak rata-rata sebesar 213 m dan rata-rata volume sarad sebesar 16.02 m3.
Tabel 11 Produktivitas penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 110 di petak H079 Uraian waktu kerja aktual (menit) waktu kerja standar (menit) Volume rata-rata (m3) Jarak sarad rata-rata (m) Poduktivitas aktual (m3/jam) Produktivitas standar (m3/jam) Rata-rata 38.49 46.75 16.02 213.00 24.97 20.56
Waktu kerja untuk menyarad dengan excavator Hitachi ZX 110 lebih cepat dibandingkan ZX 138, sehingga produktivitas yang dihasilkan ZX 138 lebih besar dibandingkan ZX 110. Hal tersebut dapat terjadi karena volume rata-rata yang dihasilkan oleh ZX 110 lebih besar dibandingkan ZX 138. Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002) menyatakan bahwa produktivitas penyaradan dipengaruhi oleh volume kayu yang disarad dan waktu yang digunakan. Produktivitas yang akan dihasilkan berbanding lurus terhadap volume kayu yang disarad sedangkan waktu penyaradan berbanding terbalik dengan produktivitas. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan akan memerlukan waktu penyaradan yang relatif lebih singkat dan volume kayu yang disarad relatif lebih besar.
Jika dilihat berdasarkan spesifikasi dari masing-masing alat tersebut, ZX 138 menghasilkan daya mesin yang lebih besar dibandingkan ZX 110, sehingga seharusnya produktivitas penyaradan yang dihasilkan ZX 138 lebih besar dibandingkan ZX 110. Hal ini karena kegiatan penyaradan lebih mengutamakan kecepatan alat dibandingkan daya mesin dimana ZX 110 menghasilkan kecepatan yang lebih besar dibandingkan ZX 138.
Selain itu, keterampilan operator juga dapat mempengaruhi produktivitas penyaradan. Menurut Sinaga (2005) produktivitas penyaradan sangat tergantung pada kemampuan dan pengalaman pekerja. Jarak sarad juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas. Menurut Muhdi et al. (2004) semakin jauh jarak yang ditempuh oleh penyarad maka produktivitas penyaradan akan semakin rendah dan sebaliknya semakin pendek akan memperbesar produktivitas penyaradan.
Penelitian Anggraini (2007) di PT Toba Pulp Lestari Sumatra Utara menghasilkan produktivitas menggunakan sampan darat yang ditarik oleh excavator Komatsu PC 200-5 yaitu 22.26 m3/jam dengan volume kayu rata-rata sebesar 10.38 m3. Waktu kerja rata-rata sebesar 28.18 menit/trip dan jarak sarad 184.3 m serta kelerengan sebesar 15%. Penelitian Anggraini (2007) memiliki waktu kerja lebih cepat tetapi produktivitas lebih kecil. Perbedaan tersebut terjadi karena jarak sarad rata-rata lebih pendek, volume kayu yang diangkut lebih kecil,
16
serta kelerengan areal yang cenderung landai sehingga menyebabkan penurunan tingkat produktivitas penyaradan.
Produktivitas penyaradan dengan skidder Caterpilar 525B pada penelitian Azinuddin (2014) di PT WKS menghasilkan produktivitas yang lebih besar yaitu 42.51 m3/jam dengan rata-rata volume sarad sebesar 4.32 m3/jam jika dibandingkan pada penelitian ini. Perbedaan disebabkan oleh kecilnya waktu kerja penyaradan pada penelitian Azinuddin (2014) yaitu hanya sebesar 6.87 menit/trip dan jarak sarad rata-rata sebesar 136.08 m.
Biaya Operasional
Menurut Elias (1987) diacu dalam Rakhman (2004) mendefinisikan biaya sebagai jumlah uang yang harus dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan. Jenis biaya diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok yaitu biaya mesin dan biaya usaha. Biaya mesin adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel, sementara biaya usaha adalah penjumlahan antara biaya mesin dengan upah operator dan pembantunya. Biaya tetap meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat, penyusutan, bunga, pajak, asuransi dan semua biaya yang sifatnya tetap, sedangkan biaya variabel meliputi pemeliharaan, perbaikan, bahan bakar, pelumas dan biaya lainnya yang sifatnya tergantung kepada beroperasinya alat (Mujetahid 2010).
Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dari setiap kegiatan pemanenan yaitu penebangan dan penyaradan. Tetapi, perhitungan dilakukan dengan menggunakan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk kesuluruhan alat yang digunakan setiap kegiatan tersebut. Hasil dari analisis biaya operasional alat dari kegiatan penebangan dan pembagian batang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12, sedangkan hasil dari analisis biaya operasional alat dari kegiatan delimbing & bunching dan penyaradan dapat dilihat dari Tabel 13.
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kegiatan penebangan dan pembagian batang menggunakan chainsaw Husqvarna 365 menghasilkan biaya usaha yang paling tinggi yaitu Rp51 854.49/jam dan Rp38 997.34/jam. Hal ini disebabkan oleh beberapa komponen biaya mesin dari penggunaan chainsaw Husqvarna 365 lebih tinggi daripada penggunaan Stihl 038. Tingginya komponen biaya tersebut disebabkan spesifikasi chainsaw Husqvarna 365 (4.86 HP) membutuhkan bahan bakar lebih banyak daripada Stihl 038 (4.4 HP).
Biaya tetap yang diperoleh dengan chainsaw Husqvarna 365 adalah Rp1060.20/jam dan biaya variabel sebesar Rp25 080/jam, sedangkan biaya tetap dengan Stihl 038 diperoleh sebesar Rp2232.37/jam dan biaya variabel sebesar Rp22 188/jam. Berdasarkan biaya tersebut juga dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya tetap dan biaya variabel pada kedua merek chainsaw tersebut. Chainsaw Husqvarna 365 memiliki biaya tetap yang lebih murah dibandingkan Stihl 038, tetapi chainsaw Husqvarna 365 memiliki biaya variabel yang lebih mahal dibandingkan Stihl 038. Hal ini dikarenakan harga alat chainsaw, umur pakai alat, biaya bahan bakar dan biaya oli & pelumas. Harga chainsaw Husqvarna 365 lebih mahal daripada Stihl 038, sehingga akan mempengaruhi
17
masa pakai alat yang relatif lebih lama serta membutuhkan bahan bakar yang lebih besar dibandingkan Stihl 038.
Tabel 12 Analisis biaya operasional penebangan dan pembagian batang No. Komponen Biaya (Rp/Jam) Husqvarna 365 Stihl 038
- Penyusutan 851.43 1988.57
- Bunga Modal 208.77 243.80
1 Biaya Tetap 1060.20 2232.37
- Pemeliharaan & Perbaikan 5200 5200
- Oli & Pelumas 12 600 10 800
- Bahan Bakar 7280 6188
2 Biaya Variabel 25 080 22 188
3 Biaya Mesin 26 140.20 24 420.37
Upah Tenaga Kerja
- Penebang 25 714.29 25 714.29
- Pembagian Batang 12 857.14 12 857.14
4 Biaya usaha penebangan 51 854.49 50 134.66
5 Biaya usaha pembagian batang 38 997.34 37 277.51
Pada penelitian Nuryanto (2016) diperoleh biaya usaha penebangan yaitu Rp37 457.93/jam dan biaya usaha pembagian batang sebesar Rp22 693.49/jam dengan menggunakan tipe chainsaw Stihl 070. Biaya usaha penelitian ini lebih besar dibandingkan penelitian Nuryanto (2016) dikarenakan biaya variabel yang dihasilkan pada penelitian Nuryanto (2016) lebih kecil yaitu pada penebangan sebesar Rp37 457.93/jam dan pembagian batang sebesar Rp22 693.49/jam. Selain itu, upah operator, harga bahan bakar dan harga oli setiap provinsi berbeda dimana pada penelitian Nuryanto (2016) memiliki upah chainsawman sebesar Rp32 931.61/jam, biaya bahan bakar sebesar Rp5803.57/jam dan biaya oli sebesar Rp312.50/jam yang relatif lebih murah dibandingkan penelitian ini sehingga akan mempengaruhi hasil biaya variabel.
Penelitian lain Roy (2015) juga menghasilkan biaya usaha penebangan menggunakan chainsaw New West lebih rendah yaitu sebesar Rp35 535.88/jam jika dibandingkan penelitian ini. Perbedaan disebabkan komponen biaya yang dihasilkan penelitian Roy (2015) lebih rendah, dimana biaya tetap yang diperoleh sebesar Rp1829/jam dan biaya variabel sebesar Rp18 091.88, sehingga biaya mesin yang dihasilkan lebih rendah yaitu Rp19 920.88/jam. Selain itu, upah operator juga dapat mempengaruhi rendahnya biaya usaha suatu kegiatan. Penelitian Roy (2015) menghasilkan upah operator hanya Rp15 625/jam.
Biaya usaha penebangan menggunakan alat chainsaw yang sama yaitu Stihl 038 pada penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010) menghasilkan biaya usaha yang lebih mahal yaitu Rp59 052/jam. Perbedaan ini dikarenakan biaya upah operator pada penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010) lebih tinggi yaitu sebesar Rp45 000/jam. Upah operator berbeda dilihat dari kemampuan operator, dalam menggunakan alat chainsaw harus yang lebih berpengalaman untuk kelancaran kegiatan.
18
Tabel 13 Analisis biaya operasional delimbing & bunching dan penyaradan No. Komponen Biaya (Rp/jam) Hitachi ZX 110 Hitachi ZX 138
- Penyusutan 25 289.03 41 335.38
- Bunga Modal 31 382.84 51 295.83
- Pajak&Asuransi 16 859.35 27 556.92
1 Biaya Tetap 73 531.22 120 188.13
- Ban 31 111.11 31 111.11
- Pemeliharaan & Perbaikan 76 468.78 29 811.87
- Total Oli & Pelumas 83 93.33 8 393.33
Oli 40 Engine 7200 7200
Oli 60 Hidrolik 1013.33 1013.33
Oli 90 Rantai Pelumas 180 180
- Bahan Bakar 91 000 84 000
2 Biaya Variabel 175 862.12 122 205.20
3 Biaya Mesin 249 393.33 242 393.33
Upah Tenaga Kerja
- Delimbing & bunching 23 646 27 286.00
- Penyaradan 34 958 33 082.00
4 Biaya usaha delimbing & bunching 273 039.33 269 679.33
5 Biaya usaha penyaradan 284 351.33 275 475.33
Berdasarkan Tabel 13 kegiatan delimbing & bunching serta penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 110 menghasilkan biaya usaha yang paling tinggi yaitu Rp273 039.33/jam dan Rp284 351.33/jam. Hal ini disebabkan oleh beberapa komponen biaya mesin dari penggunaan ZX 110 lebih tinggi daripada ZX 138. Dapat dilihat dari biaya tetap yang diperoleh dengan menggunakan ZX 110 adalah Rp73 531.22/jam dan biaya variabel sebesar Rp175 862.12/jam, sedangkan biaya tetap dengan ZX 138 diperoleh sebesar Rp120 188.13/jam dan biaya variabel sebesar Rp122 205.20/jam.
Berdasarkan biaya tersebut dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya tetap dan biaya variabel pada kedua tipe excavator tersebut. ZX 110 memiliki biaya tetap yang lebih murah dibandingkan ZX 138, tetapi ZX 138 memiliki biaya variabel yang lebih murah dibandingkan ZX 110. Hal ini dikarenakan biaya pengadaan alat, tahun pembelian alat dan biaya pemeliharaan dan perbaikan alat. Biaya pengadaan ZX 138 lebih mahal yaitu Rp1 240 061 428.57 daripada ZX 110 yaitu Rp758 670 792.6. Tahun pembelian alat ZX 138 dibeli pada tahun 2015 sedangkan ZX 110 dibeli pada tahun 2007, sehingga akan mempengaruhi biaya pemeliharaan dan perbaikan pada kedua alat tersebut.
Penelitian Suhartana et al. (2009) menghasilkan biaya usaha penyaradan yang lebih besar dengan alat yang sama yaitu excavator Hitachi ZX 110 di HPHTI PT Arara Abadi Riau yaitu Rp422 293.50/jam. Perbedaan signifikan ini dikarenakan perhitungan biaya penyusutan. Penelitian Suhartana et al. (2009) menggunakan waktu kerja alat yaitu 1000 jam sedangkan pada penelitian ini, perhitungan menggunakan masa pakai alat yaitu selama 8 tahun. Selanjutnya,
19
pada penelitian yang sama biaya usaha penyaradan pada merek alat yang berbeda yaitu excavator Caterpillar 328 menghasilkan biaya usaha lebih tinggi juga. Hal ini dikarenakan harga alat dan perhitungan biaya penyusutan. Harga alat tersebut sebesar Rp837 000 dan perhitungan biaya penyusutan juga menggunakan waktu kerja alat yaitu 1000 jam.
Penelitian lain Azinudin (2014) memperoleh biaya usaha penyaradan lebih tinggi dibandingkan penelitian ini. Biaya usaha penelitian Azinudin (2014) menggunakan alat berat yang berbeda yaitu skidder Caterpillar 525B memiliki nilai sebesar Rp476 644/jam. Perbedaan terjadi karena biaya tetap dan biaya variabel alat pada penelitian Azinudin (2014) lebih tinggi yaitu secara berturut-turut sebesar Rp125 082/jam dan Rp306 919/jam. Selain itu, harga alat, suku bunga, pajak dan asuransi, serta konsumsi bahan bakar dan pelumas juga dapat mempengaruhi besar kecilnya biaya usaha kegiatan penyaradan ini.
Tabel 14 Analisis biaya operasional rangkaian seluruh penebangan
Kegiatan (Rp/jam) Nilai
Husqvarna 365 Stihl 038
Biaya usaha penebangan 51 854.49 50 134.66
Biaya usaha delimbing dan bunching 269 679.33 273 039.33
Biaya usaha pembagian batang 38 997.34 37 277.51
Total 360 531.16 360 451.50
Rata-rata 120 177.05 120 150.50
Tabel 14 terlihat bahwa rata-rata rangkaian seluruh penebangan dengan chainsaw Husqvarna 365 sebesar Rp120 177.05/jam, sedangkan Stihl 038 sebesar Rp120 150.50/jam. Biaya operasional menggunakan chainsaw Husqvarna 365 lebih tinggi dari Stihl 038 yaitu selisih sebesar Rp26.55/jam. Namun, jika dilihat dari masa pakai alat, chainsaw Husqvarna 365 memiliki masa pakai selama 3 tahun, sedangkan Stihl 038 hanya 1 tahun. Selain itu, berdasarkan spesifikasi alat, chainsaw Husqvarna 365 memiliki spesifikasi yang lebih bagus dibandingkan Stihl 038, sehingga Husqvarna 365 menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari Stihl 038. Jadi, dapat dikatakan bahwa chainsaw Husqvarna 365 memiliki biaya operasional yang lebih murah dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan Stihl 038.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Produktivitas aktual rata-rata rangkaian seluruh penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 sebesar 3.51 m3/jam, sedangkan Stihl 038 sebesar 3.17 m3/jam. Biaya operasional rata-rata rangkaian seluruh penebangan menggunakan chainsaw Husqvarna 365 sebesar Rp120 177.05/jam, sedangkan Stihl 038 sebesar Rp120 150.50/jam. Produktivitas aktual rata-rata penyaradan menggunakan
20
excavator Hitachi ZX 138 sebesar 23.61 m3/jam, sedangkan ZX 110 sebesar 20.56 m3/jam. Biaya operasional penyaradan menggunakan excavator Hitachi ZX 138 sebesar Rp284 351.33/jam, sedangkan ZX 110 sebesar Rp275 475.33/jam.
Saran
Waktu pekerja setiap tahapan kegiatan perlu diperhatikan agar tidak banyak terbuang untuk melakukan pekerjaan. Perlu penelitian lebih lanjut tentang perbandingan produktivitas dan biaya operasional menggunakan alat yang berbeda dengan kondisi yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini R. 2007. Analisis biaya dan produktivitas penyaradan kayu menggunakan eskavator komatsu PC 200-5 dengan bantuan ponton darat di HTI PT Toba Pulp Lestari [skripsi]. Medan (ID):Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Azinuddin P. 2014. Produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan menggunakan skidder dan bulldozer pada hutan tanaman industri di PT. Wirakarya Sakti Jambi [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Basari Z, Dulsalam. 2011. Analisis produktivitas, biaya operasi dan pamadatan
tanah pada penyaradan traktor valmet forwarder 890.3 di areal HTI Provinsi Riau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 30(1):17−26.
Budiaman A. 1996. Dasar-dasar Teknik Pemanenan Kayu Untuk Program Pendidikan Pelaksanaan Pemanenan (SO1). Bogor (ID):Fakultas Kehutanan IPB.
Conway S. 1978. Logging Practices Principles of Timber Harvesting System. Washington (USA):Miller Preeman Publication, Inc.
Direktur Jendral Pengusahaan Hutan. 1993. Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia pada Hutan Alam Daratan. Jakarta (ID):Departemen Kehutanan. Dulsalam, Sukardayati. 2002. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan
traktor pertanian type Ford 5660 di hutan tanaman semaras, pulau laut. Buletin Hasil Hutan Vol. 20(1).
Fajri J. 2000. Analisis biaya penyaradan dengan traktor Caterpillar D6D di hutan rawa (Studi kasus di HPHTI PT. Wirakarya Sakti. Provinsi Jambi) [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
FAO. 1992. Cost Controul in Forest Harvesting and Road Contruction. FAO Forestry Paper no.99. FAO of the UN. Rome.
[ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Wetik JL, Penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID):Erlangga. Terjemahan dari Introduction to Work of Study.
______. 1979. Introduction to work study. Third (revised) edition. ILO. Geneva. ______. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Jakarta (ID):Erlangga.
21
Mahendra GM. 2003. Pengukuran waktu standar dan prestasi kerja penebangan jati di Perhutani Unit III Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Muhdi, Elias, Bramasto N. 2004. Analisis biaya dan produktivitas penyaradan kayu dengan system kuda-kuda di hutan rawa gambut (Studi kasus di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Sumatera Selatan). Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 39(2).
Mujetahid A. 2008. Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona grandis) rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 5(1):53-58.
______. 2010. Analisis biaya penebangan pada hutan jati rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 6(2):108-115.
Niebel BW, Freivalds A. 1999. Methods, Standar and Work Design. Singapore (SG):McGraw-Hill Book.
Nuryanto A. 2016. Produktivitas dan biaya penebangan menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan sampan darat di PT Wikarya Sakti [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Parish F. 2002. Rate of Peat lost on the Upang transmigration project South Sumatra. Proceedings of Workshop on Prevention and Control of Fire in Peatlands. Forestry Training Unit, Kepong, Kuala Lumpur 19-21 Maret. Rahman E. 2001. Analisis biaya pembuatan jalan sogokan dengan Truck Loader
(Studi kasus di BKPH Tanggeung, KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rakhman A. 2004. Studi analisis biaya penyaradan dengan Forweder di HPHTI PT. Musi Hutan Persada [skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Roy W. 2015. Analisis biaya dan produktivitas produksi kayu pada HTI PT Sumatera Riang Lestari-Blok I [skripsi]. Medan (ID):Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Sinaga M. 2000. Produktivitas dan biaya produksi penebangan Hutan Tanaman Industri di PT Inhutani II Pulau Laut. Laporan Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor (ID).
______. 2005. Analisis biaya dan produktivitas pennyaradan kayu dengan traktor Komatsu D70LE (Studi kasus di areal HPH PT Inanta Timber Kecamatan Natal Kabupaten Mandaling Natal, Sumatera Utara [skripsi]. Medan (ID):Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Siswanto H. 2010. Kajian input dan output penyaradan pada pengusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal eksis. Vol. 6 (2). Laboratorium Perencanaan Hutan. Fakultas Kehutanan. Samarinda (ID):Universitas Mulawarman.
Suhartana S, Dulsalam. 1994. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan, kasus di suatu perusahaan hutan di Riau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 12(1):25-29.
Suhartana S, Sukanda, Yuniawati. 2009. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu di Hutan Tanaman Rawa Gambut: studi kasus di salah satu perusahaan hutan di Riau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 27(4).
Suhartana S, Yuniawati. 2008. Penggunaan Peralatan Pemanenan Kayu yang Efisien pada Perusahaan Hutan Tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 26(3).
22
______. 2010.Studi komparasi aplikasi penebangan rumah lingkungan di Riau dan Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 28(2):119-129.
Wignjosoebroto S. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya (ID):Guna Widya.
Yovi E, Santosa G. 2014. Perhitungan Standar Prestasi Kerja. Bogor (ID):Fakultas Kehutanan IPB.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Klasifikasi kelonggaran
Jenis kelonggaran Kisaran (%) Keterangan
Kelonggaran personal 5 Diberikan untuk memberikan
kesempatan bagi pekerja melakukan kegiatan personal seperti pergi ke toilet, dll.
Kelonggaran kelelahan 4-50 Diberikan untuk memberi
kesempatan pekerja
memulihkan tenaga setelah mengeluarkan energi yang besar saat bekerja.
Kelonggaran postur kerja 2% jika postur kerja agak janggal (membungkuk) 7% jika sangat janggal
(berbaring, jongkok,
meregang)
Diberikan sebagai kompensasi bekerja dengan lebih nyaman pada posisi/postur tertentu.
Kelonggaran berat alat kerja 1% jika berat alat < 5 kg 2% jika berat alat < 7.5 kg 3% jika berat alat < 10 kg 4% jika berat alat < 12.5 kg 5% jika berat alat < 15 kg 7% jika berat alat 17.5 kg 9% jika berat alat 20 kg 11% jika berat alat < 22.5 kg Berat alat/beban > 23 kg tidak direkomendasikan
Diberikan sebagai kompensasi
bekerja dengan alat
kerja/material kerja yang berat.
Kelonggaran monotomi 1% jika kegiatan agak
monoton
4% jika kegiatan sangat monoton
Bekerja dengan gerakan tubuh yang berulang pada dasarnya
menimbulkan kebosanan
mental. Pada kegiatan dengan risiko tinggi, kebosanan mental ini akan meningkatkan risiko kecelakaan.
Kelonggaran postur kerja yang berulang
2% jika postur kerja agak berulang
5% jika postur kerja sangat berulang
Melakukan gerakan yang
berulang menggunakan
anggota tubuh tertentu akan
menimbulkan tekanan
kelelahan yang lebih besar. Kelonggaran berdiri 2% jika kegiatan dilakukan
dengan posisi berdiri
Bekerja sambil berdiri memberikan tekanan terhadap otot secara lebih besar dibanding postur kerja yang paling direkomendasikan yakni duduk.
Kelonggaran kondisi suhu Sebagai perbandingan, pekerja yang bekerja pada suhu udara 320 C dengan tingkat pengeluaran energi 80% dari kapasitas energi, maka pekerja seharusnya mendapat waktu istirahat sebesar 45 menit untuk setiap 15 menit kerja
Kegiatan untuk kegiatan tebangan akan lebih besar, mengingat kegiatan ini cenderung dilakukan saat kemarau.
24
Lampiran 2 Spesifikasi alat tebang (chainsaw) dan alat delimbing & bunching dan sarad (excavator)
Spesifikasi chainsaw
Uraian Husqvarna 365 Stihl 038
Mesin 2 Tak 2 Tak
Daya output 4.83 HP 4.4 HP
Kapasitas bahan bakar 0.8 L 0.68 L
Kapasitas tangki oli 0.42 L 0.36 L
Panjang bar 24" (60 cm) 20" (50 cm) Berat chainsaw tanpa bar & chain 6.4 kg 6.6 kg
Tahun pembelian 2015 2015
M (harga alat) + biaya kirim Rp7 450 000 Rp5 800 000 R (nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis) Rp2 980 000 Rp2 320 000 n (umur pakai ekonomis alat) 3 tahun 1 tahun
Suku bunga 12.26% 12.26%
i (Pajak) 0 0
Jam kerja 7 jam/hari 7 jam/hari
Sumber : www.husqvarna.com dan www.stihlusa.com Spesifikasi excavator
Uraian Hitachi ZX 110 Hitachi ZX 138
Jenis Roda baja Roda baja
Model engine Isuzu BB-4BG1T Isuzu CC-4BG1T
Daya engine 63 kW(85HP) 65 kW(87HP)
Kecepatan maksimal 3.4 mph 2.7 mph
Kecepatan minimal 2.2 mph 1.7 mph
Jumlah silinder 4 4
Berat total 14 300 kg 15 020 kg-15 540 kg
Bahan bakar Solar Solar
Kapasitas tangki 250 L 250 L
Hydraulic oil 69 L 69 L
Tahun pembelian 2007 2015
M (harga alat) + biaya kirim Rp758 670 792.6 Rp1 240 061 428.57 R (nilai sisa alat pada akhir umur
ekonomis) Rp303 468 317 Rp496 024 571.4
n (umur pakai ekonomis alat) 8 tahun 8 tahun
Suku bunga 12.26% 12.26%
i (Pajak) 5% 5%
Jam kerja 9 jam/hari 9 jam/hari