• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Dan Biaya Penebangan Menggunakan Chainsaw Dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat Di Pt Wirakarya Sakti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Dan Biaya Penebangan Menggunakan Chainsaw Dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat Di Pt Wirakarya Sakti"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN MENGGUNAKAN

CHAINSAW

DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN

SAMPAN DARAT DI PT WIRAKARYA SAKTI

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan Biaya Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Wirakarya Sakti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO. Produktivitas dan Biaya Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Wirakarya Sakti. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.

Kebutuhan industri khususnya bahan baku pulp and paper dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai salah satu penyuplai bahan baku tersebut dituntut untuk dapat meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produktivitas alat dan analisis biaya dari kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan sampan darat. Hasil penelitian menunjukan produktivitas kegiatan penebangan sebesar 8.75 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 112.38 detik/pohon atau 0.032 jam/pohon dan biaya operasional kegiatan penebangan sebesar Rp 11 131.94/m3. Produktivitas kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik excavator sebesar 16.67 m3/jam dengan waktu kerja rata-rata 2 594.31 detik/trip atau 0.72 jam/trip dan biaya operasional kegiatan penyaradan sebesar Rp 10 528.85/m3.

Kata kunci: biaya, hutan tanaman industri, penebangan, penyaradan, produktivitas

ABSTRACT

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO. Productivity and Cost of Felling Using Chainsaw and Skidding Using Sampan Darat in PT Wirakarya Sakti. Supervised by UJANG SUWARNA.

The industry needs raw materials, especially pulp and paper from year to year increasingly soared. Forest plantation (HTI) as one of the suppliers of the raw materials required to be able to increase production to meet market demand. This study aimed to quantify the productivity tools and cost analysis of felling using chainsaws and skidding using sampan darat. The results showed felling productivity is 8.75 m3 / hours with total working time on average 112.38 seconds / tree or 0.032 hours / tree and operational costs Rp 11 131.94 / m3. Skidding Productivity by sampan darat pulled excavator is 16.67 m3 / hours with an average working time of 2 594.31 seconds / trip or 0.72 hours / trip and skidding operating costs Rp 10 528.85/ m3.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Pada

Departemen Manajemen Hutan

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN MENGGUNAKAN

CHAINSAW

DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN

SAMPAN DARAT DI PT WIRAKARYA SAKTI

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus-September 2015 ini ialah Produktivitas dan Analisis Biaya dengan judul Produktivitas dan Biaya Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Wirakarya Sakti.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ujang Suwarna sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Surya dan Ibu Neneng Nurfalah selaku orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Adik-adik tersayang Agnes Nuraini, Lusi Nurazizah dan Saskia Nurulfadilah serta Sunflower atas segala dukungan perhatian dan semangat yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rezky Pratama sebagai Kepala HRD PT Wirakarya Sakti, Bapak Sitepu sebagai Manajer Distrik Enam PT. Wirakarya Sakti, Bang Andreas dan seluruh staf Distrik Enam PT Wirakarya Sakti, Bapak Faisal sebagai Mandor Kontraktor PT Okydo Jaya Makmur dan Bapak Anen sebagai Mandor Kontraktor PT Intan Permata Sejati dimana penelitian ini dilaksanakan yang telah banyak membantu dalam melakukan pengumpulan data selama berlangsungnya penelitian. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayu Naditia dan Wahyu Angga Mursita Aji teman seperjuangan dalam pelaksaan penelitian ini, kepada teman-teman Manajemen Hutan Angkatan 48 terutama Adi wiyardinata dan Rinaldo Pratama yang telah menemani dan banyak membantu selama proses penyusunan skripsi serta tidak lupa kepada Fahutan Angkatan 48 atas segala dukungan dan bantuannya kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Jenis Data 2

Prosedur Penelitian 3

Pengolahan Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 6

Teknik Penebangan dan Penyaradan 7

Waktu Kerja dan Produktivitas 9

Analisis Biaya Kegiatan Penebangan, Delimbing dan Bunching, Bagi Batang

(Bucking) dan Penyaradan 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Waktu kerja aktual penebangan per pohon menggunakan chainsaw 10

2 Waktu kerja standar penebangan per pohon 10

3 Produktivitas penebangan pohon 10

4 Waktu kerja aktual delimbing dan bunching per pohon menggunakan

excavator 11

5 Waktu kerja standar delimbing dan bunching per pohon menggunakan

excavator 11

6 Produktivitas delimbing dan bunching 12

7 Waktu kerja aktual bucking per pohon menggunakan chainsaw 13 8 Waktu kerja standar bucking per pohon menggunakan chainsaw 13

9 Produktivitas kegiatan bucking 13

10 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per

pohon 14

11 Produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon dengan

faktor kelonggaran 14

12 Waktu kerja aktual penyaradan menggunakan excavator-sampan

darat 16

13 Waktu kerja standar penyaradan menggunakan excavator-sampan

darat 17

14 Produktivitas kegiatan penyaradan 17

15 Analisis biaya operasional alat kegiatan penebangan, delimbing dan

bunching, bagi batang (bucking) dan penyaradan 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw 8

2 Sampan darat 9

3 Excavator ZX 110 9

4 Kegiatan delimbing dan bunching 12

5 kayu hasil delimbing dan bunching 12

6 Kegiatan penyaradan dengan sampan darat yang ditarik excavator 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Spesifikasi alat tebang (chainsaw), alat delimbing dan bunching serta

sarad (excavator) 22

2 Klasifikasi kelonggaran 23

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah salah satu sumber utama pemasok kebutuhan industri khususnya bahan baku pulp and paper. Sebagai salah satu pemasok utama kebutuhan industri, HTI harus mampu memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Suryandari (2008) menyatakan bahwa produksi pulp pada tahun 1996/1997 sebesar 685 393 m3, kemudian berkembang pesat hingga tahun 2005 yaitu sebesar 2 593 926 m3. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi jumlah produksi kayu yaitu kegiatan pemanenan kayu. Pemanenan kayu sebagai salah satu faktor penting merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen (kayu bulat) dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai peruntukannya dengan tujuan memaksimalkan nilai kayu, mengoptimalkan pasokan kayu industri, meningkatkan kesempatan kerja serta mengembangkan ekonomi regional (Yuniawati dan Sona Suhartana 2014). Terdapat empat komponen utama kegiatan pemanenan kayu diantaranya penebangan (felling), penyaradan (skidding), muat bongkar (loading dan unloading) dan pengangkutan (hauling) (Matangaran et al. 2013). Kegiatan penebangan dan penyaradan merupakan tahapan awal dari kegiatan pemanenan kayu yang mempengaruhi produksi kayu yang dikeluarkan dari dalam hutan.

Pada prakteknya, tidak hanya sistem dan tahapan pemanenan saja tetapi jumlah, jenis serta kemampuan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan kayu juga dapat mempengaruhi besar produksi kayu. Suhartana dan Yuniawati (2008) menyatakan bahwa perlu adanya pemilihan alat yang tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan agar tujuan produksi dapat dicapai. Penggunaan dan jumlah peralatan pemanenan kayu perlu disesuaikan dengan rencana produksi yang ditetapkan sehingga memungkinkan dihasilkan produksi kayu yang dapat menutup biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, baik sistem maupun alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan, keduanya harus beroperasi semaksimal mungkin agar dapat mencapai target produksi yang direncanakan. Kegiatan penebangan pohon di PT Wirakarya Sakti menggunakan chainsaw, sedangkan kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik dengan bantuan excavator. Penghitungan produktivitas dan analisis biaya penggunaan kedua alat tersebut perlu dilakukan untuk menghitung besar produksi dan biaya yang dikeluarkan perusahaan agar tetap mencapai target produksi yang optimal.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi kepada perusahaan guna mengetahui produktivitas alat dan biaya operasional alat kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan sampan darat.

Ruang Lingkup Penelitian

Pengambilan data penelitian terbatas pada tegakan Akasia (Acacia crassicarpa) dengan umur tanam 6 tahun di Distrik Enam PT Wirakarya Sakti.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dimulai dari bulan Agustus - September tahun 2015 di petak tebang SKD0001200 distrik enam PT Wirakarya Sakti (WKS), Provinsi Jambi. Pengolahan data dan penyusunan tugas akhir dimulai dari bulan September tahun 2015 sampai bulan Mei tahun 2016 di Kampus Dramaga IPB.

Bahan

Bahan penelitian ini adalah tegakan Acacia crassicarpa dan daftar rincian biaya produksi kegiatan penebangan dan penyaradan berupa harga alat, pemakaian bahan bakar, pelumas dan spare part. Penelitian ini juga ditunjang oleh data sekunder berupa data kondisi umum areal penelitian.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Chainsaw Stihl 070, sampan darat, Excavator Hitachi ZX 110, stopwatch, meteran jahit, pita ukur 30 m, tambang 30 m, tally sheet, suunto clinometer, kamera, alat tulis, kalkulator dan laptop.

Jenis Data

(13)

3 dokumen perusahaan. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi penelitian, harga alat penebangan dan penyaradan yang digunakan, biaya pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar dan pelumas, nilai suku bunga bank serta upah operator dan upah pembantu operator penebangan dan penyaradan.

Prosedur Penelitian 1. Penebangan Pohon

Pengukuran panjang pohon, diameter ujung dan diameter pangkal, serta tinggi tunggak dilakukan terhadap 100 pohon contoh untuk mendapatkan rata-rata volume pohon. Tahapan, teknik dan elemen kerja penebangan diamati secara langsung di lapangan pada saat kegiatan berlangsung, kemudian dicatat dan dibuat dokumentasinya.

Pengukuran waktu kerja penebangan dilakukan terhadap 50 pohon yang ditebang. Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja tersebut adalah metode berhenti dan kembali ke nol. Pengukuran waktu kerja dimulai saat kegiatan bergerak sampai dengan kegiatan selesai. Waktu kerja total penebangan dibagi menjadi waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja total selanjutnya akan disebut waktu kerja aktual.

a. Waktu kerja efektif

Waktu kerja efektif penebangan merupakan jumlah waktu dalam detik yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja sebagai berikut:

1) Pre Harvesting : kegiatan pembersihan areal sekitar pohon yang akan ditebang (imas). Pengukuran waktu kerja dihitung dari operator tebang menghidupkan chainsaw, berjalan menuju pohon sampai selesai melakukan kegiatan pembersihan areal sekitar pohon.

2) Felling : kegiatan penebangan, pemindahan pohon dari tempat tumbuh, pembuatan takik rebah dan takik balas untuk menumbangkan pohon secara cepat, tepat, aman dan kualitas pohon terjaga. Pengukuran waktu kerja dihitung dari operator menentukan arah rebah pohon, membuat takik rebah dan takik balas sampai kegiatan merobohkan pohon.

3) Delimbing dan Bunching : kegiatan pemangkasan cabang atau ranting pohon dan kegiatan pengumpulan sortimen sebelum dilakukan kegiatan bucking. Pengukuran waktu kerja dihitung dari excavator berjalan menuju pohon rebah, pemangkasan tajuk, cabang dan ranting pohon rebah sampai penumpukan pohon.

4) Bucking : kegiatan pembagian atau pemotongan batang ke dalam ukuran-ukuran tertentu yang telah ditetapkan atau diinginkan. Pengukuran-ukuran waktu kerja dihitung dari operator berjalan menuju tumpukan pohon rebah sampai pembagian batang per pohon rebah selesai.

b. Waktu kerja tidak efektif

(14)

4

2. Penyaradan Kayu

Pengukuran panjang sortimen, diameter ujung dan diameter pangkal dilakukan terhadap 100 sortimen contoh untuk mendapatkan rata-rata volume sortimen. Tahapan, teknik dan elemen kerja penebangan diamati secara langsung di lapangan pada saat kegiatan berlangsung kemudian mencatat dan membuat dokumentasi. Jarak sarad diukur dari lokasi tunggak hingga tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) dengan menggunakan pita ukur dan tambang.

Pengukuran waktu kerja penyaradan dilakukan terhadap 25 trip penyaradan. Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja adalah metode berhenti dan kembali ke nol. Pengukuran waktu kerja dimulai saat kegiatan bergerak sampai dengan kegiatan selesai. Waktu kerja total penyaradan kayu dibagi menjadi waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja total selanjutnya akan disebut waktu kerja aktual.

a. Waktu kerja efektif

Waktu kerja efektif penyaradan merupakan jumlah waktu dalam satuan detik yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja sebagai berikut:

1) Penyaradan kosong : waktu dihitung dari titik nol ketika alat sarad berjalan kosong (tanpa muatan) dijalan sarad yang telah ada dari TPn sampai ujung jalan sarad.

2) Pemuatan pada sampan : waktu ketika kayu dimuat ke sampan. Waktu kerja dihitung dari mulai pemuatan kayu ke bak sampan darat sepanjang jalan sarad sampai di TPn.

3) Penyaradan muatan : waktu memindahkan kayu dari lokasi tunggak ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn). Waktu kerja dihitung dari titik nol ketika alat sarad mulai berjalan dengan muatan sampai ke TPn.

4) Pembongkaran : melepaskan muatan kayu dari sampan darat. Waktu kerja dihitung dari titik nol ketika alat sarad mulai membongkar muatan kayu dari bak sampan di TPn sampai kegiatan selesai.

b. Waktu kerja tidak efektif

Waktu kerja tidak efektif penyaradan merupakan waktu diluar waktu kerja efektif yang dapat terjadi karena adanya waktu mengobrol, merokok, melepas lelah, mesin rusak atau kejadian tidak terduga lainnya.

3. Waktu Kerja Standar

Waktu kerja standar merupakan waktu kerja kegiatan dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran (allowance factor). Kelonggaran merupakan penambahan jam kerja yang dialokasikan untuk beberapa kegiatan tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama (waktu kerja efektif). Kelonggaran diklasifikasikan berdasarkan acuan dari Niebel dan Freivalds (1999).

Pengolahan Data 1. Penghitungan Volume Pohon

Penghitungan volume pohon yang ditebang menggunakan rumus Brereton : = 0.25 × � ×

Keterangan:

(15)

5 L = panjang pohon rebah (m)

D = diameter rata-rata (m)

2. Penghitungan Volume Sortimen

Penghitungan volume sortimen dengan menggunakan rumus Brereton : = 0.25 × � ×

Keterangan:

V = volume sortimen (m³) = konstanta (3.14) L = panjang sortimen (m) D = diameter rata-rata (m) 3. Penghitungan Volume Sarad

Penghitungan volume sarad adalah sebagai berikut :

= × ℎ �

4. Penghitungan Produktivitas

Produktivitas alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus (ILO 1975) : � =

Keterangan:

Pt = produktivitas penyaradan (m³/jam) Vt = volume kayu yang disarad (m³) Wt = waktu kerja penyaradan (jam) 5. Analisis Biaya

Pengumpulan data biaya produksi penebangan dan penyaradan dengan mencatat dan menghitung semua variabel yang terkait dengan pengeluaran biaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Indikator penghitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha alat penyaradan adalah sebagai berikut (FAO 1992):

1. Depresiasi (Penyusutan) � = −�

2. Bunga modal � = [ −� +

× + �] × 0.0

3. Pajak = % ×

4. Biaya tetap � = � + � +

5. Biaya variabel � = � + �� + �

6. Biaya mesin � = � + �

(16)

6

Keterangan:

D = penyusutan (Rp/jam) M = harga alat (Rp)

R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomi (Rp) N = umur ekonomis alat (tahun)

B = bunga modal (Rp/jam)

0.0p = tingkat bunga yang ditetapkan (%) i = pajak (Rp/jam)

n = nilai pajak (%) BT = biaya tetap (Rp/jam) BV = biaya variabel (Rp/jam) Bo = biaya oli (Rp/jam)

BB = biaya bahan bakar (Rp/jam)

Bpp = biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam) BM = biaya mesin (Rp/jam)

BU = biaya usaha (Rp/jam) Up = upah tenaga kerja (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

PT Wirakarya Sakti merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 293 812 ha (berdasarkan SK Menhut No 346/Menhut-II/2004). Secara geografis PT Wirakarya Sakti terletak antara 0˚45’00” - 01˚36’00” LS dan 102˚46’00” -

103˚49’00” BT. Areal PT WKS berada pada 8 distrik yang tersebar di 5 Kabupaten

di Provinsi Jambi, yaitu : Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Muaro Jambi dan Tebo.

Jenis Tanah dan Topografi

Kondisi tanah di PT Wirakarya Sakti terdiri dari dua jenis tanah yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah organik mempunyai ordo histosol, sedangkan tanah mineral mempunyai ordo ultisol, incepsol dan spodosol. PT Wirakarya Sakti memiliki kondisi topografi datar 70.55%, landai 17.09%, bergelombang 11.55%, serta agak curam 0.81%. Daerah datar, datar agak cekung melandai ke arah pantai dan sungai memiliki kemiringan 0% - 5% dengan ketinggian 0 - 15 meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah bergelombang hingga berbukit memiliki kemiringan 5% - 25% dengan ketinggian dibawah 50 mdpl.

Iklim

(17)

7 hutan tropika basah dengan kondisi tempat kering sampai basah. Curah hujan di areal hutan PT WKS termasuk kategori tinggi karena antara musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan yang terlihat jelas. Banyaknya curah hujan sepanjang tahun menyebabkan daerah tersebut dapat dikatakan daerah basah meskipun terkadang suhu sangat panas. Hal ini disebabkan karena arealnya didominasi oleh areal rawa dan sedikit dataran tinggi.

Kondisi Hutan

PT Wirakarya Sakti memiliki tiga jenis tanaman pokok yaitu Acacia mangium, Acacia crassicarpa dan Eucaliptus pelita. Luasan untuk tanaman pokok tersebut ± 70% dari total luas wilayah. Selain itu, pada total luasan tersebut juga ditanami tanaman unggulan seperti Meranti, Sungkai, Pulai, Jabon, Bulian atau Ulin, Jelatung dan kacang-kacangan seluas ± 10% dari total areal. Tanaman kehidupan seperti Nangka, Pinang, Kemiri, Durian dan Sukun seluas ± 5% dari total luas wilayah. Selebihnya digunakan sebagai kawasan lindung ± 10% dan sarana dan prasarana ± 5%.

Teknik Penebangan dan Penyaradan Penebangan Pohon

Penebangan pohon merupakan langkah awal dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu dengan salah satu tujuannya yaitu untuk memperoleh bahan baku bagi industri perkayuan (Suhartana dan Yuniawati 2010). PT Wirakarya Sakti dalam kegiatan penebangannya menggunakan alat mekanis berupa chainsaw dengan merk Stihl 070 yang dibeli pada tahun 2015 sehingga kondisinya masih baik. Alat tersebut adalah milik pribadi operator tebang. Hasil pengamatan menunjukan bahwa kegiatan penebangan dilakukan secara beregu dengan jumlah delapan orang per regu. Empat orang melakukan kegiatan penebangan pohon, sedangkan empat orang lainnya melakukan kegiatan bagi batang. Sistem silvikultur yang diterapkan yaitu Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) dengan jenis tanaman Acacia crassicarpa tahun tanam 2009 dengan jarak tanam 2 m x 2.5 m.

(18)

8

Gambar 1 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw Penyaradan Kayu

(19)

9

Gambar 2 Sampan darat Gambar 3 Excavator ZX 110

Waktu Kerja dan Produktivitas

Waktu kerja adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Waktu kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Menurut Suhartana et al. (2009) waktu kerja efektif didefinisikan sebagai waktu yang digunakan untuk menyelesaikan setiap elemen kerja, sedangkan waktu tidak efektif terdiri dari unsur kerja tidak efektif yaitu adanya gangguan ketika kegiatan berlangsung. Kelonggaran merupakan penambahan jam kerja yang dialokasikan untuk beberapa kegiatan tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama atau unsur kerja efektif karena kondisi tertentu sebagai akomodasi dari keterbatasan fisiologis dan psikologis manusia, sehingga penghitungan standar produktivitas atau standar prestasi kerja yang dihasilkan adalah standar prestasi kerja optimal. Waktu dan produktivitas standar didapatkan berdasarkan hasil penghitungan yang mengacu pada klasifikasi kelonggaran dari Niebel dan Freivalds (1999). Kelonggaran yang diberikan meliputi kelonggaran personal, kelonggaran kelelahan, kelonggaran postur kerja, kelonggaran berat alat kerja, kelonggaran monotomi, kelonggaran postur kerja berulang, kelonggaran berdiri dan kelonggaran kondisi suhu (lihat Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3).

(20)

10

Penebangan Pohon

Tabel 1 Waktu kerja aktual penebangan per pohon menggunakan chainsaw

No Unsur kerja Waktu rata-rata (detik/pohon)

Persentase (%)

1 Unsur kerja efektif - Imas

Total unsur kerja efektif 46.06 93.69

2 Unsur kerja tidak efekif - Membuat jalan Total unsur kerja tidak efektif 3.10 6.31

Jumlah total 49.16 100

Tabel 2 Waktu kerja standar penebangan per pohon

Item Unit (satuan) Nilai

Waktu kerja efektif Menit 0.77

Kelonggaran personal % 5

Kelonggaran kelelahan % 40

Kelonggaran postur kerja % 2

Kelonggaran berat alat % 4

Kelonggaran monotomi % 4

Kelonggaran postur kerja berulang % 5

Kelonggaran berdiri % 2

Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 2.31

Total kelonggaran menit 2.79

Waktu standar menit 3.56

Tabel 3 Produktivitas penebangan pohon

Kegiatan Penebangan aktual

Penebangan standar

(Niebel dan Freivalds, 1999)

Waktu kerja rata-rata (detik) 49.16 213.60

Diameter rata-rata (cm) 17.23 17.23

Tinggi total rata-rata (m) 16.57 16.57

Volume rata-rata (m³) 0.28 0.28

Produktivitas (m³/jam) 20.65 4.72

(21)

11 Tabel 1 menunjukan hasil pengukuran waktu efektif rata-rata penebangan sebesar 46.06 detik per pohon atau 93.69% dari total waktu kerja dan waktu tidak efektif rata-rata sebesar 3.10 detik per pohon atau 6.31% dari total waktu kerja, sehingga waktu total kegiatan penebangan rata-rata sebesar 49.16 detik per pohon atau 0.014 jam/pohon. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja total atau waktu standar kegiatan penebangan per pohon adalah sebesar 3.56 menit/pohon atau 0.059 jam/pohon seperti yang ditunjukan pada Tabel 2. Produktivitas penebangan pohon aktual yaitu sebesar 20.65 m3/jam dengan volume rata-rata per pohon yaitu sebesar 0.28 m3, tinggi rata-rata pohon 16.57 m, diameter rata-rata 17.23 cm dan kisaran tinggi pohon yang ditebang yaitu 10.66 - 20.55 m seperti yang ditunjukan pada Tabel 3, sedangkan produktivitas penebangan standar yang dihasilkan dengan memperhitungkan faktor kelonggaran adalah sebesar 4.72 m3/jam yang menunjukan bahwa produktivitas penebangan standar lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas penebangan aktual.

Tabel 4 Waktu kerja aktual delimbing dan bunching per pohon menggunakan excavator

No Unsur kerja Waktu rata-rata

(detik/pohon)

Persentase (%)

1 Unsur kerja efektif

- Pembersihan cabang dan ranting - Berjalan

18.42 3.39

74.32 7.10

Total unsur kerja efektif 21.81 81.42

2 Unsur kerja tidak efekif - Membersihkan jalan Total unsur kerja tidak efektif 2.98 18.58

Jumlah total 24.78 100

Kelonggaran kelelahan % 20

Kelonggaran postur kerja % 0

Kelonggaran berat alat % 0

Kelonggaran monotomi % 4

Kelonggaran postur kerja berulang % 5

Kelonggaran berdiri % 0

Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 1.08

Total kelonggaran menit 1.22

(22)

12

Tabel 6 Produktivitas delimbing dan bunching

Kegiatan Delimbing dan

bunching aktual

Delimbing dan bunching

standar

(Niebel dan Freivalds, 1999)

Waktu kerja rata-rata (detik) 24.78 94.80

Diameter rata-rata (cm) 17.23 17.23

Tinggi total rata-rata (m) 16.57 16.57

Volume rata-rata (m³) 0.28 0.28

Produktivitas (m³/jam) 40.96 10.63

Tabel 4 dan Tabel 6 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja dan produktivitas kegiatan delimbing dan bunching per pohon dengan alat excavator. Kegiatan lanjutan dari rangkaian kegiatan penebangan ini berupa kegiatan pemangkasan cabang dan ranting serta pemotongan tajuk pohon yang dilakukan oleh alat excavator, kemudian ditumpuk sepanjang jalur sarad. Waktu kerja efektif rata-rata yaitu sebesar 21.81 detik/pohon atau 81.42% dari total waktu kerja dan waktu kerja tidak efektif rata-rata sebesar 2.98 detik/pohon atau 18.58% dari total waktu kerja, sehingga total waktu kerja rata-rata yaitu sebesar 24.78 detik per pohon atau 0.0068 jam. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja total atau waktu standar dari kegiatan delimbing dan bunching adalah sebesar 1.58 menit/pohon atau sebesar 0.026 jam/pohon.Volume rata-rata pohon yaitu 0.28 m3 dengan diameter rata-rata 17.23 cm sehingga produktivitas aktual yang dihasilkan yaitu sebesar 40.96 m3/jam, sedangkan produktivitas kegiatan delimbing dan bunching dengan memperhitungkan faktor kelonggaran adalah sebesar 10.63 m3/jam yang menunjukan bahwa produktivitas kegiatan delimbing dan bunching standar lebih rendah dibandingan dengan produktivitas aktual. Produktivitas yang dihasilkan cukup besar dikarenakan kegiatan dilakukan oleh mesin yang memiliki daya atau tenaga yang besar daripada tenaga manusia ataupun hewan sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan lebih cepat.

Gambar 4 Kegiatan delimbing dan bunching

(23)

13 Tabel 7 Waktu kerja aktual bucking per pohon menggunakan chainsaw

No Unsur kerja Waktu rata-rata (detik/pohon/5 batang)

Persentase (%)

1 Unsur kerja efektif - Membagi

batang 36.04 93.76

Total unsur kerja efektif 36.04 93.76

2 Unsur kerja tidak efekif - Melepas lelah

Total unsur kerja tidak efektif 2.4 6.24

Jumlah total 38.44 100

Tabel 8 Waktu kerja standar bucking per pohon menggunakan chainsaw

Item Unit (satuan) Nilai

Waktu efektif menit 0.60

Kelonggaran personal % 5

Kelonggaran kelelahan % 40

Kelonggaran postur kerja % 2

Kelonggaran berat alat % 4

Kelonggaran monotomi % 4

Kelonggaran postur kerja berulang % 5

Kelonggaran berdiri % 2

Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 1.8

Total kelonggaran menit 2.17

Waktu standar menit 2.77

Tabel 9 Produktivitas kegiatan bucking

Kegiatan Bucking aktual

Bucking standar

(Niebel dan Freivalds, 1999)

Waktu kerja rata-rata (detik) 38.44 166.20

Diameter rata-rata (cm) 15.63 15.63

Tinggi total rata-rata (m) 4.12 4.12

Volume rata-rata (m³) 0.08 0.08

Produktivitas (m³/jam) 7.48 1.73

(24)

14

batang sebesar 38.44 detik/pohon/5 batang atau 0.011 jam/pohon/5 batang. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja total atau waktu standar dari kegiatan bagi batang adalah sebesar 2.77 menit/pohon/5 batang atau sebesar 0.046 jam/pohon/5 batang. Produktivitas yang dihasilkan dari kegiatan bagi batang aktual yaitu 7.48 m3/jam dengan rata-rata volume sortimen sebesar 0.08 m3, sedangkan produktivitas kegiatan bagi batang dengan memperhitungkan faktor kelonggaran menghasilkan produktivitas yang lebih rendah yaitu sebesar 1.73 m3/jam yang menunjukan bahwa produktivitas kegiatan bucking standar lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas aktual.

Tabel 10 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon

Kegiatan

Tabel 10 menunjukan hasil perhitungan waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan. Waktu kerja total rata-rata rangkaian kegiatan penebangan yaitu 112.38 detik/pohon atau 0.032 jam/pohon dengan produktivitas yang dihasilkan yaitu sebesar 8.75 m3/jam.

Tabel 11 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon dengan faktor kelonggaran

Tabel 11 menunjukan hasil perhitungan waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan dengan memperhitungkan faktor kelonggaran. Waktu kerja total rata-rata yaitu 7.91 menit/pohon atau 0.131 jam/pohon dengan produktivitas yang dihasilkan yaitu sebesar 2.14 m3/jam. Jadi, baik waktu kerja total maupun produktivitas, pengukuran secara aktual menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang memperhitungkan faktor kelonggaran.

(25)

15 ini. Sistem pertama yaitu dimana kegiatan pembagian batang dilakukan setelah penebangan per pohon, sedangkan sistem kedua kegiatan pembagian batangnya dilakukan setelah penebangan kolektif dari beberapa pohon. Produktivitasnya yaitu 2.75 m3/jam pada sistem pertama dan 5.97 m3/jam pada sistem yang kedua. Hal itu terjadi karena pada sistem yang kedua waktu yang dipergunakan relatif lebih singkat dibandingkan dengan sistem yang pertama sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih besar. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah jenis alat yang digunakan pada kegiatan delimbing dan bunching. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan chainsaw dan helper sehingga produktivitas yang dihasilkan rendah karena terbatasnya tenaga manusia.

Hasil penelitian lain juga yang hanya melakukan pengukuran waktu kerja pada kegiatan penebangan dengan menggunakan teknik penebangan RIL (Reduce Impact Loging), memiliki waktu kerja lebih lama serta produktivitas lebih rendah. Suhartana dan Yuniawati (2011) di PT Kalimantan Subur Permai (PT KSP) Kalimantan Barat, memperoleh waktu kerja penebangan rata-rata sebesar 0.128 jam/pohon dan menghasilkan produktivitas sebesar 7.863 m3/jam dan rata-rata volume kayu 1.004 m3. Begitu pula pada kegiatan penebangan dengan menggunakan teknik setempat, waktu kerja penebangan rata-rata yang dihasilkan sebesar 0.118 jam/pohon dan menghasilkan produktivitas 6.917 m3/jam dengan volume rata-rata kayu 0.817 m3 pada kisaran diameter 22.1 - 30.5 cm .

Teknik penebangan RIL (Reduce Impact Loging) dilaksanakan dengan meninggalkan tunggak serendah mungkin ± 10 cm dari permukaan tanah dan memanfaatkan batang sampai batas diameter 5 cm, sedangkan pada penelitian ini memanfaatkan batang sampai batas diameter 8 cm dengan tinggi rata-rata tunggak yang ditinggalkan ± 15 cm dari permukaan tanah. Selain itu, perbedaan produktivitas penelitian ini disebabkan karena kondisi areal hutan dan keterampilan operator tebang. Kondisi areal hutan di PT KPS memiliki kelerengan 0% - 8% dan 15% - 25%, sedangkan di PT WKS memiliki kelerengan 0% - 8%. Kondisi lereng yang lebih curam mengakibatkan kegiatan penebangan lebih sulit dilakukan oleh operator tebang. Seperti yang disebutkan oleh Suhartana dan Yuniawati (2011) disamping kerapatan tegakan, topografi juga mempengaruhi produktivitas, di mana kelerengan >15% membutuhkan keterampilan operator chainsaw yang handal. Dengan demikian, kondisi hutan (kerapatan tegakan dan topografi) dan keterampilan operator chainsaw merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas. Suhartana dan Yuniawati (2011) juga menambahkan keragaman jenis dan diameter pohon pada areal petak tebang dapat menghambat penebangan sehingga waktu yang digunakan untuk menyelesaikan penebangan menjadi lebih lama. Variasi vegetasi tegakan di PT KSP terdiri dari jenis kayu bulat, kelompok meranti dan rimba campuran, berbeda dengan vegetasi tegakan di PT WKS Jambi yang cenderung homogen, memiliki jenis seragam dengan diameter yang relatif kecil sehingga mempermudah kegiatan penebangan.

(26)

16

m3. Waktu kerja penebangan rata-rata di Riau sebesar 0.052 jam/pohon dan menghasilkan produktivitas sebesar 10.022 m3/jam dengan volume rata-rata pohon 0.548 m3. Waktu kerja rata-rata dengan teknik setempat di Jambi 0.054 jam/pohon dan produktivitas yang dihasilkan 5.219 m3/jam dengan volume pohon rata-rata 0.273 m3, sedangkan waktu kerja rata-rata di Riau sebesar 0.044 jam/pohon yang menghasilkan produktivitas 9.694 m3/jam dan volume pohon rata-rata 0.421 m3 dengan kisaran diameter 14.7 - 25.0 cm. Perbedaan ini disebabkan karena jenis chainsaw yang digunakan operator berbeda, dimana jenis chainsaw yang digunakan di Riau yaitu Stihl 038, sedangakan di Jambi menggunakan merek chainsaw Husqvarna. Dalam penjelasannya Suhartana dan Yuniawati (2010) juga menambahkan bahwa penggunaan jenis chainsaw dapat mempengaruhi produktivitas penebangan. Penggunaan chainsaw Stihl 038 dengan besar daya 4.9 HP dan berat 6.6 kg memiliki daya serta berat yang lebih besar daripada chainsaw Husqvarna tipe 365 yang memiliki besar daya sebesar 4.6 HP dan berat 6.0 kg, artinya merk Stihl memiliki kapasitas kerja lebih tinggi daripada merek chainsaw Husqvarna. Walaupun chainsaw penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010) di Riau memiliki merek yang sama dan HP yang hampir sama dengan chainsaw stihl 070 yang digunakan dalam penelitian ini, tetapi waktu kerja rata-rata yang dibutuhkan lebih lama sehingga memiliki produktivitas yang lebih kecil.

Pada penelitian Ningrum (2014) juga didapatkan hasil yang berbeda di IUPHHK-HA, Papua Barat. Produktivitas penebangan yang dihasilkan 12.66 m3/jam dengan rata-rata volume log 3.77 m3 dan waktu kerja tebang per pohon 17.89 menit menggunakan chainsawStihl MS 72. Hasil produktivitas tebang lebih kecil serta membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penelitian ini.

Penyaradan Kayu

Tabel 12 Waktu kerja aktual penyaradan menggunakan excavator-sampan darat

No Unsur kerja Waktu rata-rata (detik) Persentase (%) 1 Unsur kerja efektif

- Berjalan kosong

Total unsur kerja efektif 2440.08 94.05

2 Unsur kerja tidak efekif - Melepas lelah Total unsur kerja tidak efektif 154.24 5.95

(27)

17 Tabel 13 Waktu kerja standar penyaradan menggunakan excavator-sampan darat

Item Unit (satuan) Nilai

Waktu efektif menit 40.67

Kelonggaran personal % 5

Kelonggaran kelelahan % 20

Kelonggaran postur kerja % 0

Kelonggaran berat alat % 1

Kelonggaran monotomi % 4

Kelonggaran postur kerja berulang % 5

Kelonggaran berdiri % 0

Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 122.01

Total kelonggaran menit 135.84

Waktu standar menit 176.91

Tabel 14 Produktivitas kegiatan penyaradan

Kegiatan Penyaradan aktual

Penyaradan standar (Niebel dan Freivalds,

1999)

Jarak rata-rata (m) 183.04 183.04

Volume batang rata-rata (m3) 0.08 0.08

Waktu kerja rata-rata (menit) 43.24 176.91

Waktu kerja rata-rata (jam) 0.72 2.95

Jumlah batang rata-rata per trip 150 150

Volume rata-rata per trip (m3) 12.56 12.56

Produktivitas (m3/jam) 16.67 4.07

Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja dan produktivitas penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik excavator. Waktu kerja efektif rata-rata sebesar 2440.08 detik/trip atau 0.68 jam/trip, sedangkan waktu tidak efektif rata-rata sebesar 154.24 detik/trip atau 0.043 jam/trip. Hal ini terjadi karena adanya waktu yang digunakan untuk kegiatan diluar elemen kerja penyaradan seperti melepas lelah, merapihkan log, membuat jalan, mesin mati, slip, mengobrol, ganti operator, pasang pancang dan gangguan asap. Total waktu kerja penyaradan adalah sebesar 2 594.32 detik/trip atau 43.24 menit/trip atau 0.72 jam/trip. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja total atau waktu standar dari kegiatan penyaradan adalah sebesar 176.91 menit/trip atau sebesar 2.95 jam/trip. Produktivitas aktual yang dihasilkan lebih besar dibandingkan produktivitas dengan memperhitungkan faktor kelonggaran yaitu sebesar 16.67 m3/jam dengan jarak rata-rata 183.04 m dan jumlah rata batang yang diangkut per trip sebanyak 150 batang dengan volume rata-rata per trip sebesar 12.56 m3, sedangkan produktivitas kegiatan penyaradan dengan memperhitungkan faktor kelonggaran sebesar 4.07 m3/jam.

(28)

18

Jumlah batang yang disarad per trip sebanyak 273 batang. Waktu kerja rata-rata per trip yaitu sebesar 57.02 menit/trip atau 0.95 jam/trip dengan jarak sarad rata-rata 200 m. Penelitian Suhartana et al. (2009) memiliki waktu kerja lebih besar dan produktivitas lebih kecil. Perbedaan tersebut terjadi karena jarak sarad rata-rata kegiatan penyaradan lebih panjang sehingga membutuhkan waktu kerja penyaradan yang lebih lama yang menyebabkan penurunan tingkat produktivitas penyaradan. Selain itu, penelitian Suhartana et al. (2009) juga memilikiluas petak tebang yang lebih besar yaitu 25 ha dibandingkan dengan luasan petak tebang di PT WKS tempat penelitian berlangsung yaitu sebesar 21.23 ha. Hal tersebut sesuai dengan Suhartana et al. (2013) yang menyatakan besar kecilnya ukuran petak tebang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya produktivitas penyaradan. Semakin besar ukuran petak tebang maka kegiatan penyaradan akan semakin sulit dilakukan, sehingga akan menyebabkan penurunan terhadap produktivitas penyaradan.

Hasil berbeda juga ditunjukan oleh hasil penelitian Suhartana dan Yuniawati (2011). Produktivitas sarad dengan teknik RIL sebesar 21.10 m3/jam, memiliki jarak sarad rata-rata 206 m dan waktu kerja 0.679 jam/trip dan juga produktivitas sarad dengan teknik setempat sebesar 18.65 m3/jam, memiliki jarak sarad rata-rata 200 m dan waktu kerja selama 0.767 jam/trip. Penelitian Suhartana dan Yuniawati (2011) memiliki waktu kerja lebih lama dan jarak sarad rata-rata lebih jauh sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih kecil.

Berdasarkan hasil penelitian Ningrum (2014) di IUPHHK-HA, Papua Barat, produktivitas kegiatan penyaradan sebesar 8.97 m3/jam dengan jarak sarad rata-rata 311.4 m dan waktu kerja sebesar 29.9 menit/log/trip atau 0.49 jam. Walaupun memiliki waktu kerja lebih cepat tetapi produktivitas yang dihasilkan lebih kecil karena alat yang digunakan berbeda yaitu bulldozer Caterpillar D527 yang hanya memuat rata-rata satu log per satu kali penyaradan.

Gambar 6 Kegiatan penyaradan dengan sampan darat yang ditarik excavator Analisis Biaya Kegiatan Penebangan, Delimbing dan Bunching, Bagi Batang

(Bucking) dan Penyaradan

(29)

19 analisis biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat (depresiasi) dan suku bunga bank, sedangkan biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan dan perawatan serta biaya bahan bakar dan pelumas. Biaya mesin merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya usaha adalah hasil jumlah dari biaya mesin dengan upah operator atau pekerja.

Alat yang digunakan dalam kegiatan penebangan dan bagi batang yaitu chainsaw Stihl 070 yang dibeli pada tahun 2015. Biaya pengadaan chainsaw Stihl 070 sebesar Rp 15 038 000 dengan masa pakai ekonomis selama 3 tahun. Pada kegiatan delimbing dan bunching serta penyaradan, alat yang digunakan yaitu excavator Hitachi ZX 110 yang dibeli pada tahun 2012 serta sampan darat sebagai alat penyaradan dibeli pada tahun 2015. Biaya pengadaan alat excavator ZX 110 sebesar Rp 636 852 123.4 dengan masa pakai 8 tahun. Biaya pengadaan sampan darat sebesar Rp 13 500 000 dengan masa pakai 3 tahun. Tingkat suku bunga bank yaitu sebesar 10.58%, nilai sisa alat 10% dari harga pembelian alat dan pajak 10%. Biaya yang dihitung terdiri dari deperesiasi atau penyusutan, bunga modal, biaya tetap, biaya variabel, biaya mesin, upah operator, biaya usaha serta biaya kegiatan (penebangan, delimbing dan bunching, bagi batang dan penyaradan). Waktu kerja per hari selama 8 jam dan 26 hari per bulan. Hasil analisis biaya operasional alat kegiatan penebangan, delimbing dan bunching, pembagian batang serta penyaradan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 15 Analisis biaya operasional alat kegiatan penebangan, delimbing dan bunching, bagi batang (bucking) dan penyaradan

Komponen

(Rp/jam) 23 848.03 64 584.15 9 083.59 5 863.59

(30)

20

Biaya usaha penebangan menggunakan chainsaw Stihl 070 sebesar Rp 37 457.93/jam, sedangkan biaya usaha bucking sebesar Rp 22 693.49/jam, sehingga biaya usaha total penggunaan chainsaw yaitu sebesar Rp 60 151.42/jam. Biaya usaha delimbing dan bunching menggunakan excavator ZX 110 sebesar Rp 232 062.00/jam. Total biaya seluruh rangkaian kegiatan penebangan sebesar Rp 11 131.94/m3.

Biaya dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan biaya pada penelitian Setiawan (2001) yang menghasilkan biaya penebangan sebesar Rp 14 700/m3 pada sistem penebangan pertama. Hal itu disebabkan karena perbedaan alat yang digunakan sehingga menghasilkan perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan. Jenis chainsaw yang digunakan yaitu Husqvarna. Chainsaw tersebut digunakan juga pada kegiatan delimbing atau pemangkasan cabang dan pemotongan ujung pohon atau pemangkasan tajuk, sedangkan untuk kegiatan bunching atau pengumpulan kayu dilakukan oleh helper.

Biaya usaha penyaradan pada penelitian ini yang menggunakan sampan darat-excavator sebesar Rp 175 515.92/jam dan biaya penyaradan Rp 10 528.85/m3. Penelitian Suhartana et al. (2013) di Riau dan Jambi memiliki biaya lebih besar yang masing-masing menghasilkan biaya rata-rata Rp 22 843/m3 di Jambi dan Rp 23 158/m3. Hal tersebut terjadi karena biaya pengadaan alat yang berbeda yaitu sebesar Rp 750 000 000 per unit walaupun jenis alat yang digunakan sama, sehingga mempengaruhi hasil penghitungan dari analisis biaya kegiatan penyaradan. Selain itu, produktivitas penyaradan yang dihasilkan dalam penelitian Suhartana et al (2013) lebih kecil yang menyebabkan biaya lebih besar. Suhartana et al. (2013) menyatakan bahwa semakin besar produktivitas, maka biaya pemanenannya akan semakin rendah, demikian juga sebaliknya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitas kegiatan penebangan menggunakan chainsaw yaitu sebesar 8.75 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 112.38 detik/pohon atau 0.032 jam/pohon dan biaya operasional kegiatan penebangan sebesar Rp 11 131.94/m3. Produktivitas kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik excavator yaitu sebesar 16.67 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 2 594.31 detik/trip atau 0.72 jam/trip dan biaya operasional kegiatan penyaradan sebesar Rp 10 528.85/m3.

Saran

(31)

21

DAFTAR PUSTAKA

Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Fandi, Christopher, Ratna. 2013. Pembuatan Program Analisis Biaya dalam

Pengambilan Keputusan Beli-Sewa Backhoe. Jurnal Dimensi Teknik Sipil. 2(2). [FAO]. Food and Agriculture Organization. 1992. Cost Control In Forest Harvesting

and Road Construction. FAO Forestry Paper No. 99. FAO of the UN. Rome. HEXINDO. 2006. Hitachi Construction Machinery. [Internet]. [diunduh 2016 April

14]. Tersedia pada: http://www.hexindo-tbk.co.id/products/excavator/ medium/index.html

[ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Wetik JL, penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Introduction to work study.

INDOTEKNIK. 2015. Stihl Chainsaw Bensin 070. [Internet]. [diunduh 2016 April 14]. Tersedia pada : http://indoteknik.co.id/v1/pi/070-chain-saw-bensin-bar-36

Matangaran JR, Tian P, Dwi RP. 2013. Faktor Eksploitasi dan Kuantifikasi Limbah Kayu dalam Rangka Peningkatan Efisiensi Pemanenan Hutan Alam. Jurnal Bumi Lestari. 13(2).

Setiawa H. 2001. Prestasi Kerja Penebangan Sistem Semi Mekanis Short Wood Method

(Studi Kasus di HPHTI Inhutani III, Kalimantan Selatan). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suhartana S, Sukanda, Yuniawati. 2009. Produktivitas dan Biaya Penyaradan Kayu di Hutan Tanaman Rawa Gambut: Studi Kasus di Salah Satu Perusahaan Hutan di Riau. 27(4).

Suhartana S, Yuniawati. 2008. Penggunaan Peralatan Pemanenan Kayu yang Efisien pada Perusahaan Hutan Tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 26(3).

Suhartana S, Yuniawati. 2010. Studi Komparasi Aplikasi Penebangan Ramah Lingkungan di Riau dan Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 28(2).

Suhartana S, Yuniawati. 2011. Peningkatan Produktivitas Pemanenan Kayu Melalui Teknik Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan: Kasus di Satu Perusahaan Hutan Rawa Gambut di Kalimantan Barat. 29(4).

Suhartana S, Yuniawati. 2015. Penerapan RIL Guna Meningkatkan Produktivitas dan Meminimalkan Biaya Penyaradan di Hutan Tanaman Rawa gambut. 33(3).

Suhartana S, Yuniawati, Dulsalam. 2013. Biaya dan Produktivitas Penyaradan dan Pembuatan/Pemeliharaan Kanal di HTI Rawa Gambut di Riau dan Jambi. 31(1). Suhartati, Yeni A, Avri P, Yanto R. 2013. Kajian Dampak Penurunan Daur Tanam

Acacia crassicarpa A. Cunn Terhadap Nilai Produksi dan Sosial. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 10(2).

Suryandari EY. 2008. Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri Pengolahan Kayu.

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kebijakan Kehutanan Indonesia. 5(1). Yuniawati, Sona Suhartana. 2014. Potensi Karbon pada Limbah Pemanenan Kayu

(32)

22

LAMPIRAN

(33)

23 Lampiran 2 Klasifikasi kelonggaran

Jenis kelonggaran Kisaran (%) Keterangan

Kelonggaran personal 5 Diberikan untuk memberikan

kesempatan bagi pekerja melakukan kegiatan personal seperti pergi ke toilet, dll.

Kelonggaran kelelahan 4-50 Diberikan untuk memberi

kesempatan pekerja memulihkan tenaga setelah mengeluarkan energi yang besar saat bekerja. Kelonggaran postur kerja 2% jika postur kerja agak

janggal (membungkuk) 7% jika sangat janggal

(berbaring, jongkok,

meregang)

Diberikan sebagai kompensasi bekerja dengan lebih nyaman pada posisi/postur tertentu.

Kelonggaran berat alat kerja 1% jika berat alat < 5 kg 2% jika berat alat < 7.5 kg

Diberikan sebagai kompensasi

bekerja dengan alat

kerja/material kerja yang berat.

Kelonggaran monotomi 1% jika kegiatan agak

monoton

4% jika kegiatan sangat monoton

Bekerja dengan gerakan tubuh yang berulang pada dasarnya menimbulkan kebosanan mental. Pada kegiatan dengan risiko tinggi, kebosanan mental ini akan meningkatkan risiko kecelakaan.

Kelonggaran postur kerja yang berulang

2% jika postur kerja agak berulang

5% jika postur kerja sangat berulang

Melakukan gerakan yang

berulang menggunakan anggota

tubuh tertentu akan

menimbulkan tekanan kelelahan yang lebih besar

Kelonggaran berdiri 2% jika kegiatan dilakukan dengan posisi berdiri

Bekerja sambil berdiri

memberikan tekanan terhadap otot secara lebih besar dibanding postur kerja yang paling direkomendasikan yakini duduk. Kelonggaran kondisi suhu Sebagai perbandingan,

pekerja yang bekerja pada suhu udara 32 0C dengan

tingkat pengeluaran energi 80% dari kapasitas energi, maka pekerja seharusnya mendapat waktu istirahat sebesar 45 menit untuk setiap 15 menit kerja

Kegiatan untuk kegiatan tebangan akan lebih besar,

mengingat kegiatan ini

senderung dilakukan saat kemarau.

(34)

24

Lampiran 3 Data curah hujan

Bulan Curah Hujan (mm/hari) Hari hujan (hari) Hari kerja (hari)

Agustus 24.3 4 25

September 24 1 29

Oktober 30.5 2 28

November 26.8 5 25

Desember 24.7 3 26

Januari 26.7 3 26

Februari 0 0 27

Maret 27.3 3 27

April 24 3 26

Mei 38 3 25

Juni 42 1 28

Juli 0 0 17

Jumlah 288.3 28 309

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 6 Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Surya dan Ibu Nurfalah. Penulis lulus dari SDN Haurkuning pada tahun 2005, kemudian lulus dari SMPN 1 Paseh pada tahun 2008, serta SMAN 1 Cimalaka pada tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) Undangan.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di beberapa kegiatan di luar akademik. Tahun 2012 penulis terpilih menjadi ketua umum OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Wapemala Sumedang. Penulis juga aktif di Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Student Club) sebagai ketua KS (Kelompok Studi) Pemanfaatan Hutan pada tahun 2013-2014. Selain aktif di beberapa organisasi, penulis juga pernah terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan mahasiswa, seperti pada kegiatan ESM (Ecologocal Social Maping) 2014 di Citorek, Lebak-Banten sebagai Koordinator Tim Peneliti bidang Pemanfaatan Hutan. Penulis telah melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di APHR (Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat) Wonosobo pada tahun 2015.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut

Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Produktivitas dan

Analisis Biaya Kegiatan Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan

Menggunakan Sampan Darat di PT Wirakarya Sakti” dibawah bimbingan Dr Ujang

Gambar

Gambar 1  Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw
Gambar 2  Sampan darat
Tabel 1  Waktu kerja aktual penebangan per pohon menggunakan chainsaw
Tabel 4 dan Tabel 6 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja dan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan potensi cadangan biomassa vegetasi diatas permukaan tanah berdasarkan kelompok pohon inti, pohon lindung, dan pohon layak tebang berkisar antara 5,00 – 32,16

Berdasarkan data dan informasi input dan Output yang telah dikumpulkan lalu dihitung tingkat atau ukuran produktivitas yang dicapai oleh perusahaan dalam periode

Peningkatan biaya usaha pada kegiatan penebangan juga dapat disebabkan karena perbedaan waktu aktual yang digunakan dengan waktu efektif, Menurut Wijayana (2016) biaya

Hasil pengukuran volume pohon yang ditebang dan disarad dari 4 petak contoh dengan di HPH PT Dwima Jaya Utama berdasarkan Lampiran 2 disajikan pada Tabel 7.. Rata-rata waktu kerja

dengan kabel yang mampu menyarad antara 200-300 ft.Jika menggunakan mesin yang kecil penyaradan dengan cara ini sangat tidak ekonomis untuk menghandel

Dengan menggunakan jarak tempuh usulan maka dapat dihitung efisiensi jarak dengan cara: efisiensi jarak = Rute Awal - Rute Usulan Rute Awal x 100% Maka, efisiensi jarak yang