• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN MESIN PANCANG TARIK (MONOCABLE WINCH) 26 PK DI PT. RATAH TIMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN MESIN PANCANG TARIK (MONOCABLE WINCH) 26 PK DI PT. RATAH TIMBER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

1

PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU

DENGAN MENGGUNAKAN MESIN PANCANG

TARIK (MONOCABLE WINCH) 26 PK DI PT. RATAH TIMBER

Ruspita Sihombing, Anni Fatmawati, Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda

Abstrak

Pemanenan kayu ramah lingkungan (Reduced Impact Timber Harvesting/RITH) menjadi indikator yang paling penting dalam pengelolaan hutan Metode pemanenan kayu yang berdampak rendah mampu mengurangi kerusakan ekosistem hutan alam produksi. Salah satu alat kerja pemindah (penarik) kayu hutan yang lebih ramah lingkungan adalah menggunakan Mesin Pancang Tarik. Prinsip kerja mesin ini tetap berada pada tempat tertentu, sedangkan kayu ditarik menggunakan sling atau kabel .

Penelitian tentang Produktivitas Penyaradan Kayu dengan Menggunakan Mesin Pancang Tarik (Monocable Winch) 26 PK di PT. Ratah Timber ini dikaji dari , (1) Aspek Teknis, yaitu seberapa besar produktivitas dari mesin Pancang Tarik 26 PK.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, meliptui: kayu, mesin Pancang Tarik,

stopwatch, kompas, clinometer, meteran, kamera dan tally sheet. Untuk mendapatkan waktu kerja

digunakan metode Non Stop (persiapan alat, pembuatan jalan setapak untuk kayu, pengikatan mesin pancang pada tunggul kayu atau pohon berdiri, penarikan sling menuju kayu, pengikatan sling pada kayu yang akan disarad dengan menggunakan hook, penarikan kayu, pelepasan hook, penyusunan log dan penggulungan sling). Selain itu, dilakukan pengukuran jarak sarad, pengukuran panjang dan diameter pangkal dan ujung kayu yang disarad. Data pendukung lainnya adalah peta penyebaran pohon, spesifikasi peralatan penyaradan menggunakan mesin Pancang Tarik.

Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan pada proses penyaradan kayu dengan menggunakan Mesin Pancang Tarik 26 PK, berfokus pada: (1) Tofografi areal hutan, dimaksudkan untuk melihat fenomena penyaradan; (2) Dimensi (diameter pangkal, ujung, dan panjang) dari kayu, dimaksudkan untuk mengetahui volume kayu yang disarad; (3) Waktu penyaradan, dimaksukan untuk melihat fenomena waktu kerja murni dan waktu umum; dan (4) Produktivitas penyaradan kayu pada kelerengan ≤ 40%.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan, produktivitas penyaradan 14,6477 m3/jam pada kelerengan rata-rata 23,24% dengan volume kayu rata-rata 8,93 m3, waktu rata-rata penyaradan 0,76 jam dan jarak sarad rata-rata-rata-rata 0,62 hm.

Kata kunci: Mesin Pancang Tarik, Penyaradan dan Produkti PENDAHULUAN

Sekarang ini kayu sangat sulit diperoleh, sehingga untuk mendapatkan kayu kita harus melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Dimana seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki areal hutan yang tofografinya curam dan berawa dibutuhkan cara pemanenan kayu yang ramah lingkungan.

Pemanenan kayu yang dilaksanakan selama ini bersifat konvensional di mana pemanenan kayu dilaksanakan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan yang buruk dan lemahnya pengawasan yang menyebabkan kerusakan lingkungan hutan (Elias 1997; Dykstra, D.P. and R. Heinrich, 1996). Kerusakan hutan juga banyak diakibatkan cara kerja produksi yang kurang ramah lingkungan, misalnya;

(2)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

penggunaan alat berat (bulldozer/skider) di hutan yang kondisi tanahnya kurang stabil untuk penggunaan alat tersebut.

Pemanenan kayu yang ramah lingkungan (Reduced Impact Timber Harvesting/RITH) yang menjadi indikator

yang paling penting dalam pengelolaan hutan yang lestari. Hasil penelitian Pinard et.al., 1995; Sularso, 1996; Elias, 1998menunjukkan bahwa metode pemanenan kayu yang berdampak rendah mampu mengurangi kerusakan ekosistem hutan alam produksi.

Salah satu alat kerja pemindah (penarik) kayu hutan yang lebih ramah lingkungan adalah menggunakan mesin mono kabel, dengan prisip kerja mesin tetap berada pada tempat tertentu sedangkan kayu ditarik menggunakan sling atau kabel .Hasil penelitian Erina Hertianti et al; 2005 menunjukkan investasi kecil, keterbukaan lahan sedikit dan memiliki fungsi serba guna.

Hasil penelitian sebelumnya, sistim penyaradan kayu dengan sistim Mono Kabel daya 20 PK dapat menyarat sebesar 8 ton, menimbulkan kerusakan yang lebih kecil terhadap singkapan tanah dan tegakan tinggal. Pencemaran lingkungan lebih kecil dikarenakan penggunaan bahan bakar lebih sedikit sehingga menghasilkan emisi karbon da ri bahan bakar dapat dikurangi . Selain daripada itu pengoperasian dan perawatan lebih kecil terhadap singkapan tanah dan tegakan tinggal. Pencemaran lingkungan lebih kecil dikarenakan penggunaan bahan bakar lebih sedikit sehingga menghasilkan emisi karbon da ri bahan bakar dapat dikurangi . Selain daripada itu pengoperasian dan perawatan lebih murah dan melibatkan masyarakat (Ruslim, et al., 2011).

Oleh karena itu, adalah perlu untuk merencana dan menghitung kekuatan tarik mesin Pancang Tarik denganmenaikkan daya dari 20PK menjadi 26PK. Selanjutnya dari hasil pengamatan dilapangan akan diperoleh seberapa besar peningkatan produktivitasnya dan kerusakan tegakan tinggal yang

diakibatkan proses penyaradan tersebut. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat judul “ Peningkatan Kapasitas Mesin Terhadap Produktivitas Penyaradan Kayu pada Hutan Alam dengan Sistem Pancang Tarik (Monocable Winch ) di PT. Ratah Timber”.

Mengacu dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sistem penyaradan kayu ramah lingkungan yang sudah banyak digunakan pada areal hutan yang topografinya curam dan berawa adalah dengan sistem Panvang Tarik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian tentang: 1. Aspek Teknis,

* Seberapa besar kekuatan tarik dari mesin Pancang Tarik

* Seberapa besar produktivitas dari mesin Pancang Tarik

Pemanenan

Pemanenan hasil hutan adalah serangkgaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lainnya, sehingga bermanfaat bagi keghidupan ekonomis dan kebudayaan masyarakat.Natadiwirja, dkk(1976).

Berdasarkan pengalaman Tropical Forest Foundation dalam melaksanakan uji coba RIL di hutan Dipterocarp Indonesia selama ini secara jelas bahwa pembukaan jalan sarad harus dilakukan sebelum penebangan.Mengapa?

1) Agar terdapat jalan masuk yang lebih mudah bagi penebang.

2) Agar terdapat acuan yang mudah dilihat oleh penebang. Hal ini akan membantu penebang untuk menentukan arah rebah sehingga penarikan log lebih efisien. 3) Agar penebang lebih mudah

menentukan pohon mana yang tidak ditebang karena mengetahui jaringan penarikan dan dengan demikian tahu pohon-pohon mana saja yang tidak dapat dijangkau.

4) Pohon dengan ukuran besar dan tingkat kepadatan tinggi di hutan Dipterocarp menyebabkan pembuatan lokasi jalan sarad sulit ditemukan jika pohon ditebang sebelum dilakukan pembukaan jalan sarad.

(3)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

Dalam proses pemanenan kayu setelah

kegiatan penebangan untuk merebahkan pohon kegiatan selanjutnya adalah penyaradan ke tempat penimbunan untuk diangkut ke tempat pengumpulan kayu (TPK). Kayu yang disarad dapat berupa seluruh bagian pohon (Full tree), log yang telah disortimen menjadi bagian-bagian yang kecil serta seluruh panjang kayu. System penyaradan kayu dapat dilakukan dengan penyaradan menggunakan Tractor dimana kayu disarad dengan terlebih dahulu mesin (tractor) mendekati log yang direbahkan kemudian disarad menuju tempat penimbunan. Sedangkan system penyaradan yang lain yaitu dengan menggunakan kabel dimana kabel menggunakan mesin yang stasioner sehingga log yang disarad terkumpul kesatu tempat dekat dengan mesin penyarad, dan penyaradannya dilakukan oleh kabel. Seperti gambar dibawah ini menunjukkan penempatan mesin Monokabel di hutan.

Gambar 1. Mesin Pancang Tarik ( Mesin Monocabel)

Gambar 2. Pandangan Atas Mesin Pancang Tarik

(4)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

Menurut Budiman (1996), secara umum sistem kabel dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok besar yaitu:winch tungal, winch ganda, dan skyline. Dan bila dilakukan pengamatan maka mesin pancang dapat dikategorikan kedalam winch tunggal. Wackerman dkk (1996), menyebutkan bahwa penyaradan dengan winch tunggal dapat digunakan dalam penyaradan ground lead skidding system. Penyaradan dengan sistem ini sederhana hanya mengunakan satu unit power engine dan sebuah winch untuk mengulung kabel atau sebagai pengerak kabel yang dikaitkan dengan kayu yang disarad. Pada umumnya kelerengan tidak menjadi masalah dalam pelaksanaan system kabel. Sedangkan dalam penyaradan dengan traktor kelerengan 50% tak mampu dilewati oleh traktor .Jadi penyaradan dengan dengan system kabel dapat dilaksanakan baik pada daerah yang datar maupun pada daerah yang memiliki topografi yang curam bahkan berjurang, karena kayu yang disarad dalam system kabel tidak seluruhnya bersentuhan langsung dengan tanah.

Hasil penelitian sebelumnya, sistim penyaradan kayu dengan sistim Mono Kabel ( Mesin Pancang Tarik) daya 20 PK dapat menyarat sebesar 8 ton, menimbulkan kerusakan yang lebih kecil terhadap singkapan tanah dan tegakan tinggal. Pencemaran lingkungan lebih kecil dikarenakan penggunaan bahan bakar lebih sedikit sehingga menghasilkan emisi karbon dari bahan bakar dapat dikurangi . Selain daripada itu pengoperasian dan perawatan lebih murah dan melibatkan masyarakat (Yosep Ruslim, 2011).

Disamping itu rute jalan sarad dalam system kabel tidak perlu direncanakan dengan sangat teliti, karena dapat melewati disembarang tempat dan kondisi tidak seperti penyaradan dengan traktor harus dipilih yang tidak banyak tanjakan, tidak berbelok-belok, tidak banyak lumpur dan lain sebagainya.

Wire skidding adalah penyaradan kayu menggunakan sistem kabel yang paling sederhana. Dengan cara ini diperlukan kawat baja sebagai lintasan pembawa kayu (carriage) dan pohon penyanga (spar tree). Carriage dapat berupa kayu bercabang, sling atau logam.

Proses penyaradan dengan sistem ini adalah sebagai berikut : kayu diikatkan pada carriage, selanjutnya carriage diluncurkan melalui kawat baja dari atas lereng menuju lembah. Pada pelaksanaan di lapangan, umumnya digunakan carriage.Kedua ujung kayu diikatkan pada masing-masing carriage, sehingga posisi kayu sejajar dengan kawat lintasan dan selama operasi kayu tidak begitu berayun-ayun. Kayu yang disarad dengan wire skidding panjangnya berkisar antara 1 – 3 m, demikian juga diameternya.

Tingkat kerusakan kayu akibat penyaradan dengan cara ini cukup besar, karena sistem ini tidak dilengkapi dengan rem. Untuk mengatasi hal ini diperlukan penahan di lereng bawah (tempat pengumpulan). Kekuatan benturan kayu terhadap batang penahan tergantung pada :

1) Perbedaan tinggi antara panggung atas dan panggung bawah.

NO NAMA BAGIAN JUMLAH 1 Mesin Penggerak 1 2 Pully 2 3 V-Belt 2 4 Gear Box 1 5a Poros 1 1 5b Poros 2 1 5c Poros 3 1 5d Poros 4 1 6a Roda Gigi 12 1 6b Roda Gigi 38 1 6c Roda Gigi 12 1 6d Roda Gigi 47 1 6e Roda Gigi 13 1 6f Roda Gigi 50 1 7 Bantalan 8 8 Sling 1 9 Rangka 1

(5)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

2) Ukuran kayu yang disarad.

3) Panjang bentangan.

Pada perkembangan selanjutnya cara penyaradan ini telah dilengkapi dengan rem. Pada daerah rawa dimana tanahnya selalu digenangi oleh air dan kemudian menyebabkan tanah yang sangat becek dan berlumpur, maka penyaradan dengan system kabel merupakan salah satu alternative yang menjanjikan. Untuk system kabel dapat dilakukan pada daerah yang selalu becek, berlumpur sehingga traktor sulit untuk melewati daerah ini misalnya untuk daerah Kalimantan Barat dan lain-lainnya

Kebaikan dan Keburukan sistim kabel: Kebaikan sistem kabel yaitu :

1) Tidak bergantung pada keadaan topografi dari lapangan

2) Tidak tergantung pada lereng. Kekurangan system kabel yaitu :

1. Jarak penyaradan yang sangat terbatas 2. Kayu yang disarad melalui kabel sarad

dalam arah yang lurus ke motor yang ditempatkan dekat motor sehingga kayu bertumpuk menyebabkan kayu dalam garis tersebut kebanyakan rusak

3. Kerusakan yang disebabkan pada pohon yang tak ditebang, pada kayunya pun sering terjadi kerusakan.

4. Berbahaya bagi para pekerja

Pada dasarnya terdapat dua macam penyaradan dengan menggunakan katrol yaitu dengan menyarad diatas tanah (ground skidding) dan penyaradan dengan memakai satu atau lebih tiang yang tinggi sehingga kayu yang disarad sebagian atau seluruhnya terangkat dari tanah (High lead

logging).

1. Pada ground skidding kayu-kayu yang akan disarad diikat pada kabel sarad (main line) yang diulurkan dangan tang atau dengan kabel pengulur (haul

backline) dan ditarik kemotor dimana

pada penyaradan dengan system ini tidak menggunakan tiang yang digunakan sebagai pengangkut batang pohon dari atas tanah tapi dengan menggunakan alat yang telah terdapat pada mesin penyarad yang dihubungkan

dengan kabel yang mampu menyarad antara 200-300 ft.Jika menggunakan mesin yang kecil penyaradan dengan cara ini sangat tidak ekonomis untuk menghandel pohon-pohon dengan volume yang besar karena mesin ini sangat lambat pergerakan kayu yang disarat ketempat pengumpulan kayu, tapi dapat mengangkut muatan area yang kecil dimana alat penyaradan yang lain tidak menguntungkan untuk hal itu Kekurangannya yang menyebabkan kerusakan pada pohon yang tak ditebang serta kerugian waktu dan energi karena berbagai penghalang yang merintangi penyaradan disebabkan bagian muka kayu masuk kedalam tanah.

2. High lead logging, saat akan dilakukan penyaradan dengan kabel maka terlebih dahulu ditentukan sebuah tiang yang dipilih dari pohon-pohon besar kemudian ditebang bagian bagian pucuk pohon tersebut (spar tree), pada kegiatan menentukan pohon tiang memenjat pohon serta memotong bagiaan , namun terkadang tidak terdapat pohon yang baik untuk pohon tiang di tempat yang baik maka biasanya dipakai tiang pohon digantikan dengan tiang yang terbuat dari baja dan dapat dipindahkan oleh mesin-mesin yang bergerak oleh peluncur-peluncur.

High lead merupakan cara yang banyak

dipakai dalam penyaradan dengan kabel terutama pada wilayah yang curam, becek dimana traktor tak dapat melewati wilayah tersebut. Caranya sangat sederhana dan tidak tergantung pada keadaan serta biaya yang agak rendah.(Juta 1954).

Produktivitas

Ravianto (1985), menyatakan bahwa produktivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Menurut Wignjosoebroto (1989), factor-faktor yang mempengaruhi produktifitas

(6)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

kerja ditentukan oleh dua factor utama yaitu :

1. Faktor teknis

Faktor teknis adalah factor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metoda kerja yang lebih efektif dan efisisn serta penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. 2. Factor Manusia

Faktor manusia adalah faktor-faktor yamg mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.Disini ada dua hal pokok yang menentukan yaitu kemampuan kerja (ability) dari pekerjaan tersebut dan motifasi kerja yang merupakan dorongan kearah kemajuan dan peningkatan frestasi kerja seseorang. Sanyoto (1976), menyatakan bahwa produktifitas kerja adalah hasil yang dapat dicapai pekerja per satuan waktu tertentu, selanjutnya bahwa dikatakan produktifitas kerja dapat dinyatakan dalam satuan orang perjam yang menunjukan lamanya waktu kerja dan tergantung pada kecepatan kerja serta usaha yang dibutuhkan untuk pekerja tersebut.

Produktifitas penyaradan dengan sistim kabel dihitung dengan rumus Brown (1958) :

Produktivitas penyaradan dengan menggunakan Mesin Pancang Tarik dihitung dengan rumus:

P = 𝑤

𝑉

Keterangan;

P = produktifitas penyaradan (m³/jam) V = volume kayu yang disarad setiap rit (m³/rit)

W = waktu ( jam )

Volume kayu yang disarad dihitung dengan rumus :

V = 1 4⁄ 𝜋d2 x p

Keterangan :

V = Volume kayu yang disarad (m3)

d̅ = diameter (cm) P = panjang batang (cm)

𝜋 = 3,14

Tujuan penelitian ini terdiri dari perancangan mesin Pancang Tarik baru dengan daya yang lebih besar yaitu 26 PK (lebih besar dari 20 PK yang umum digunakan ), dan dampak penggunaannya terhadap kerusakan tegakan tinggal, adalah:

1.Mengetahui kekuatan tarik dari rancangan Mesin Pancang Tarik yang baru 2. Mengetahui produktivitas penyaradan dengan Mesin Pancang Tarik yang baru. Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah dapat menghasilkan mesin Pancang Tarik yang produktivitas penyaradannya meningkat,dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Pemerintah, untuk dapat digunakan dalam kebijakan sebagai salah satu altenatif alat sarad yang dapat digunbakan di hutan alam.

2. Pihak perusahaan, dapat digunakan sebagai dasar atau acuan untuk perencanaan dan pembuatan mesin Pancang Tarik sesuai dengan kebutuhan perusahaan ke depan.

3. Peneliti, dapat digunakan untuk meningkatan inovasi pengembangan alat sarad sederhana dan sebagai bahan penelitian lanjutan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. Ratah Timber Company (RTC)terletak pada 1140 55’ - 1150 30’ Bujur Timur dan 002’LS- 00 15 ‘LU berada dalam wilayah kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, kabupaten mahakam ulu provinsi Kalimantan timur. Jenis tanah berupa Kamp Mamahaq Teboq Kabupaten Mahakam Ulu.Kelerengan areal kerja sebesar - /+ 71,9 % tergolong datar hingga landai.Jenis tanah terdiri dari tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latososl dan alluvial. Tipe iklim menurut

(7)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

sistem klasifikasi Schidmat dan Fergusson

(1993), iklim di areal kerja IUPHHK PT RATAH TIMBER COMPANY termasuk iklim sangat besar atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan (nilai Q = 0 % ). Tegakan pada areal penelitian adalah tegakan Dipterocarpaceaeyang memiliki kerapatan yang lebih besar antara 493 pohon/ 3ha dan jenis pohon lain sebanyak 314 pohon 3ha(untuk pohon berdiameter 20 cm ke atas) . Tumbuhan bawah memiliki kerapatan jarang.

Obyek Penelitian

Objek yang diamati pada penelitian ini adalah mengukur diameter pangkal, ujung dan panjang kayu guna mengetahui volume kayu. Selanjutnya lamanya waktu menyarat kayu.

Peralatan

Peralatan pendukung antara lain adalah : 1. Mesin Pancang Tarik

2. Stopwatch, untuk mengukur waktu setiap elemen kerja penyaradan

3. Kompas, untuk mengukur arah rentang kabel

4. Clinometer, untuk mrngukur kemiringan lapangan

5. Altimeter, untuk mengukur ketinggian tempat diatas permukaan laut

6. Meteran, untuk mengukur diameter dan panjang kayu serta jaraksarad.

7. Crayon atau Cat, untuk menandai kayu yang telah diukur

8. Kamera dan roll film, untuk dokumentasi

9. Alat tulis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu Peyaradan Kayu, Volume, Jarak Sarad dan Produktivitas Penyaradan Kayu pada kelerengan ≤ 40% (Datar – Curam)

Waktu kerja penyaradan dibagi dalam dua bagian yaitu waktu kerja murni (Persiapan menyalakan mesin,Membersihkan jalan kayu,

Meruncingkan ujung kayuMeruncingkan ujung kayu, Menarik sling, Memasang sling,Menyambung sling, Menarik kayu, Mengatur sling, Melepas sling, Menggulung sling)dan waktu umum (waktu diam, waktu hilang dapat dihindarkan, waktu hilang tidak dapat dihindarkan, waktu istirahat dan waktu pribadi).

Berdasarkan hasil pengukuran panjang, diameter pangkal dan ujung kayu, jarak sarad dan waktu penyaradan pada kelerengan ≤ 40% (ada 2 macam yaitu kelerengan mendaki (+≤40%) yaitu posisi mesin diatas, kayu dibawah atau arah sarat kayu mendaki dan kelerengan menurun ( - ≤40%) yaitu posisi mesin dibawah, kayu diatas atau arah sarat kayu menurun) diolah dan dibuat tabel sebagai berikut;

Tabel 1. Produktivitas mesin Pancang Tarik 26 PK

Dari Tabel 1 terlihat bahwa volume kayu rata-rata 8,93 m3, waktu rata-rata

penyaradan 0,76 jam, jarak sarad rata-rata 0,62 hm, produktivitas penyaradan 14,6477 m3/jam pada kelerengan rata-rata 23,24%.

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan diatas disimpulkan sebagai berikut;

Mesin Pancang Tarik kapasitas 26PK menghasilkan produktivitas penyaradan kayu sebesar 14,6477 m3/Jam, volume kayu rata-rata 8,93 m3, waktu kerja rata-rata 0,76 jam dan jarak sarad rata-rata-rata-rata 0,62 hm pada kelerengan ≤ 40%.

SARAN

1. Diperlukan adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai peningkatan produktivitas dengan menyediakan volume kayu maksimum yang disarad lebih kecil atau

(8)

Ruspita Sihombing, MeKanik, Vol 8, No.1, Januari 2015 ISSN : 1979-0708

sama dengan kekuatan tarik masing-masing mesin pancang tarik.

2. Untuk tim pekerja mesin Pancang Tarik hendaknya menggunakan safety dan alat pelindung diri agar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) guna menghindari kemungkinan terjadinya kecelakan kerja. Perlu menjaga kebersihan lingkungan kerja dengan cara membuang sampah dalam bentuk apapun pada tempat yang sudah disediakan sebelum melakukan pekerjaan penyaradan.

DAFTARPUSTAKA

Brown, N. C. 1958. Logging. The Principles and Timber Harvesting in The Uniteed State and Canada, Jhon Wiley & Sons. Inc. New Work

Elias, 1997. Bahan Kuliah Pemanenan Hasil Hutan Faku;tas Kehutanan ,Institut Pertanian Bogor.

Elias, 1998. Kriteria Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Kegiatan Penebangan Dan Penyaradan.

Erina Hertianti, 2005. Studi Penyaradan Kayu dengan Sistim Monokabel (Mesin Pancang) di Kampung Sungai Lunuq Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kertanegara

Haryanto, 1995.Pemanenan Hasil Hutan/ Buku 3 penyaradan. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

http.file:///D|/E-Learning/Pemanenan%20hasil%20Hutan/T extbook.html 5/8/2007 3:03:58 PM.

Juta, E.H.P. 1954. Pemungutan hasil Hutan.Timun Mas N.V. Bogor.

Natadiwirja, dkk(1976). Pengaruh Eksploitasi dengan Traktor Terhadap Tegakan Sisa pada Beberapa Keadaan Lapangan yang Berbeda. Tesis pada Fahutan IPB Bogor

Ravianto, 1985. Produktivitas dan Teknologi. Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas. Jakarta

Ruslim, Y.2011. Penerapan Reduced Impact Logging Menggunakan Monokabel Sistem (Pancang Tarik)

Sanyoto, 1976. Penyelidikan Waktu Kerja Elementer. Yayasan Pembinaan Fahutan UGM. Jokjakarta.

Wackerman dkk. (1996), Harvesting Timber Crops. McGraw Hill Book Company , Inc. New Work

Wignjosoebroto, (1989). Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. ITS Surabaya

Gambar

Gambar  2.  Pandangan  Atas        Mesin  Pancang Tarik

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur beban kerja yang dialami oleh pelaksana mesin bagian weaving dengan menggunakan metode NASA-TLX dan mengetahui jumlah karyawan