• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PENEBANGAN

DAN PENYARADAN KAYU DI AREAL IUPHHK-HA PT.

SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER,

KALIMANTAN TENGAH

DINA ANDINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DINA ANDINA. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ELIAS.

Penebangan dan penyaradan pohon merupakan bagian dari kegiatan pemanenan hutan yang akan menyebabkan kerusakan tegakan tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan mengidentifikasi tingkat kerusakan tegakan tinggal pada pohon dengan diameter 10 cm ke atas akibat penebangan dan penyaradan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal yang terjadi akibat penebangan dan penyaradan pohon di PT. Sarmiento Parakantja Timber termasuk dalam kategori kerusakan sedang, yaitu sebesar 28.41%. Berdasarkan besarnya luka pada pohon yang rusak, rata-rata pohon yang rusak termasuk dalam tingkat pohon rusak berat sebesar 49.30%, sedangkan pada pohon rusak sedang sebesar 20.88% dan pohon rusak ringan sebesar 29.82%. Luas rata-rata keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan kayu sebesar 231.48 m2/pohon atau 3804.62 m2/ha. Intensitas penebangan yang tinggi akan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang tinggi.

Kata kunci: kerusakan tegakan tinggal, penebangan, penyaradan

ABSTRACT

DINA ANDINA.Residual Stand Damage Caused by Felling and Skidding in Area of IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Central Kalimantan. Supervised by ELIAS.

Tree felling and skidding a part of forest harvesting activities that would cause damage to the residual stand. This study aims to calculate and identify the extent of damage to remaining trees with the diameter of 10 cm up due to tree felling and skidding. The result of this research showed that the residual stand damage caused by felling and skidding in PT. Sarmiento Parakantja Timber is included medium damage, namely 28.41%. Based on the size wound on damaged trees, the trees damaged consist of severely damaged 49.30%, medium damaged 20.88% and lightly damaged 29.82%. The average size of the open area caused by felling and skidding is at 232.48 m2/tree or 3804.62 m2 ha-1. High logging intensity would cause higher damage to the residual stand and higher opened area as well.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PENEBANGAN

DAN PENYARADAN KAYU DI AREAL IUPHHK-HA PT.

SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER,

KALIMANTAN TENGAH

DINA ANDINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

Nama : Dina Andina NIM : E14090105

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Elias Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc Ftrop

Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah kerusakan tegakan tinggal, dengan judul Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Elias selaku pembimbing.

2. Bapak Poltak Tampubolon dan Bapak Supit selaku pembimbing lapangan serta seluruh bagian Perencanaan yang telah membantu dalam pengumpulan data di PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah.

3. Orangtua serta seluruh keluarga penulis atas segala curahan doa dan kasih sayangnya yang tak pernah terputus.

4. Sahabat penulis (Aila, Novilia, Ika, Susanti dan Anggun) yang telah memberikan dukungan moril dan bantuan dalam penulisan skripsi

5. Seluruh teman-teman Manajemen Hutan angkatan 46 yang telah bersama-sama selama empat tahun diperkuliahan.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Objek dan Alat Penelitian 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Potensi Tegakan 7

Volume Pohon yang Ditebang 8

Kerusakan Tegakan Tinggal 9

Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu 11 Hubungan Antara Intensitas Tebangan dengan Kerusakan Tegakan Tinggal

dan Keterbukaan Areal 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Total potensi pohon sebelum dan setelah penebangan 8 2 Volume pohon yang ditebang dan disarad menuju Tpn 9 3 Pohon yang ditebang tetapi tidak disaran ke Tpn 9 4 Derajat kerusakan tegakan tinggal dari pohon berdiameter 10 cm ke atas 9 5 Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka 10 6 Tipe kerusakan pohon yang disebabkan oleh penebangan dan penyaradan

kayu 10

7 Proporsi tipe-tipe kerusakan pohon akibat penebangan dan penyaradan 11

8 Luas keterbukaan areal 11

9 Intensitas penebangan, kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal 12

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan plot utama dan sub plot penelitian 3

2 Ilustrasi pengukuran jarak dan posisi pohon di lapangan 3 3 Skema pengukuran keterbukaan tegakan akibat penebangan pohon 4 4 Ilustrasi pengukuran posisi keterbukaan bekas jalan sarad 4

5 Komposisi jenis pada plot penelitian 7

6 Hubungan antara jumlah pohon dengan kelas diameter pada plot penelitian 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta penyebaran pohon dan keterbukaan tanah pada plot 1 14 2 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 1 15 3 Peta penyebaran pohon dan keterbukaan tanah pada plot 1 16 4 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 2 17 5 Peta penyebaran pohon dan keterbukaan tanah pada plot 1 18 6 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 3 19

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan kayu oleh Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Hutan Alam (IUPHHK-HA) di Indonesia menyebabkan kerusakan pada tegakan tinggal. PT. Sarmiento Parakantja Timber (selanjutnya disebut PT. Sarpatim) merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan teknik memanen hasil hutan yang ramah lingkungan yang dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan pemanenan dengan menurunkan dampak negatif pemanenan. Terjadinya kerusakan akan berdampak besar terhadap kelestarian ekosistem hutan.

Pemanenan merupakan salah satu elemen pengelolaan hutan. Kegiatan pemanenan walaupun dilakukan dengan hati-hati tetapi tetap saja kerusakan tidak dapat dihindari, yang dapat diusahakan hanya meminimalkan kerusakan. Kerusakan tegakan tinggal dapat berupa pohon rebah atau pohon yang masih berdiri berupa banir, batang atau tajuk yang rusak. Pohon-pohon yang mengalami kerusakan berat diperkirakan tidak dapat tumbuh normal kembali. Penggunaan bulldozer untuk menyarad kayu dapat mengakibatkan kerusakan pada pohon-pohon di sekitarnya yaitu ketika menyarad pohon-pohon yang ditebang menabrak atau menggusur pohon-pohon yang masih berdiri sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Intensitas penebangan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pemanenan hutan. Menurut Elias (2008) makin tinggi intensitas pemanenan kayu, makin luas areal yang terbuka dan semakin besar kerusakan vegetasi atau tegakan yang ditimbulkan.

Ekosistem hutan pada umumnya mempunyai keterbatasan daya tahan terhadap perubahan lingkungan. Ekosistem akan rusak bila batas-batas ketahanannya dilampaui (Elias 2002). Penelitian tentang kerusakan tegakan tinggal sangat penting dilakukan karena terjadinya kerusakan akan berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem hutan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi, menghitung, dan menganalisis tingkat kerusakan pohon berdiameter lebih besar dari 10 cm akibat penebangan dan penyaradan.

2. Menghitung keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan.

3. Menganalisis hubungan intensitas penebangan dengan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal.

Manfaat Penelitian

(15)

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 30 April sampai dengan 8 Mei 2013 di areal RKT 2013 Blok B Sei Bahan-Kulai PT. Sarpatim pada petak N 97 dengan koordinat titik corner LS 112001’46.88” dan BT 01035’0.33”. Sistem silvikultur yang digunakan adalah Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ).

Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian adalah kerusakan tegakan tinggal yang terjadi setelah dilakukan kegiatan penebangan dan penyaradan dengan sistem silvikultur TPTJ.

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Phiband meter untuk mengukur diameter pohon.

2. Pita meter untuk pengukuran jarak lapangan dan panjang log. 3. Kompas untuk menunjukan arah.

4. Clinometer untuk mengukur kemiringan lapangan.

5. Patok dan cat untuk menandai batas-batas jalur dan petak pengamatan. 6. Tali rafia untuk membatasi plot pencatatan.

7. Label untuk pemberian nomor pohon, diameter pohon dan jenis pohon. 8. Tally sheet serta alat tulis.

9. Notebook, Software Microsoft Exel 2007 dan Microsoft Word 2007. 10.Kamera untuk dokumentasi.

11.Planimeter untuk menghitung luas keterbukaan dari peta.

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data

Tahapan kerja yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan dan pembuatan plot contoh penelitian.

a. Observasi lokasi tebangan (melihat peta kerja PT. Sarpatim yang masuk dalam RKT 2013 yang akan dilakukan penebangan).

b. penentuan tiga plot contoh penelitian dengan jarak lokasi plot penelitian dekat dengan TPn.

(16)

3

Gambar 1 Bagan plot utama dan sub plot penelitian

Inventarisasi pohon pada plot contoh

Inventarisasi pohon berdiameter lebih dari 10 cm pada plot utama (3 plot). Mencatat nama pohon, nomor pohon, jenis pohon, dan mengukur diameter setinggi dada (1.30 m di atas permukaan tanah) dan koordinat letak pohon terhadap sumbu jalur analisis vegetasi.

Pengukuran untuk pembuatan peta tegakan sebelum dan sesudah pebangan dan penyaradan

Pegukuran dilakukan pada plot 3 contoh yang berukuran 100 m x 100 m. Pohon-pohon yang diukur adalah pohon-pohon yang berdiameter 10 cm ke atas. Sebelum penebangan diukur jarak atau posisi pohon terhadap sumbu jalur dan inventarisasi pohon, nomor pohon, mencatat jenis pohon dan mengukur diameter pohon pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah (Gambar 2).

Gambar 2 Ilustrasi pengukuran jarak dan posisi pohon di lapangan Keterangan:

--- = Batas dalam unit sebagai jalur pengamatan dan pencatatan (proyeksi y) dibuat dengan tali rafia

---- = Arah survey inventarisasi pohon

(17)

4

1,2,... = Nomor pohon

x1, x2 = Jarak pohon terhadap sumbu y, untuk sebelah kiri diberi tanda minus

(–) dan kanan diberi tanda plus (+)

Peta keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan

Pengukuran keterbukaan areal akibat penebangan dilakukan dengan mengukur arah dan jarak titik-titik pada garis batas terluar daerah yang terbuka pada pohon yang ditebang, dimulai dari titik ikat atau titik pasti yang ditetapkan pada tunggak pohon yang ditebang seperti Gambar 3.

Gambar 3 Skema pengukuran keterbukaan tegakan akibat penebangan pohon Keterangan:

P = Titik ikat (tunggak pohon) α = Azimuth (0)

d = Jarak antar titik

1, 2,… = Titik-titik pada garis batas terluar daerah yang terbuka

Keterbukaan areal akibat penyaradan dipetakan dengan mengukur panjang jalan yang dilewati oleh buldozzer dari plot. Pemetaan didahului dengan menetapkan titik ikat dan mengukur jarak titik ikat dengan titik pengukuran awal jalan sarad. Prosedur pelaksanaan di lapangan diilustrasikan seperti Gambar 4.

Gambar 4 Ilustrasi pengukuran posisi keterbukaan bekas jalan sarad Keterangan:

P = Panjang jalan sarad (m)

(18)

5 α = Azimuth penembakan kompas

= Titik awal pengukuran

Penebangan

a. Menghitung jumlah pohon yang rusak pada setiap plot akibat kegiatan penebangan.

b. Mengidentifikasi bentuk kerusakan pohon:

1. Jenis kerusakan (rusak tajuk, luka batang, patah batang, pecah batang, roboh, miring, dan rusak banir)

2. Mengukur beratnya luka atau kerusakan pada pohon dengan mengkategorikan kerusakan yang akan dikelompokan berdasarkan tingkat kerusakan pohon yaitu kerusakan ringan, sedang, atau berat.

Penyaradan

a. Mengukur panjang dan lebar jalan sarad dan arah azimuth sumbu jalan sarad. b. Menghitung kehilangan pohon akibat jalan sarad (jumlah dan jenis pohon) c. Mengukur panjang dan diameter log atau kayu yang disarad sampai dengan di

TPn.

d. Menentukan jenis kerusakan dan ukuran luka atau kerusakan pohon.

Data sekunder

Data sekunder yang diambil, yaitu data potensi tegakan sebelum dilakukan kegiatan penebangan tiap RKT yang diperoleh dari Laporan Hasil Cuising (LHC), data kondisi umum perusahaan, peta kawasan pengusahaan hutan, peta pohon, daftar nama pohon dan keadaan iklim di areal PT. Sarpatim.

Analisis Data

Tingkat kerusakan tegakan tinggal

Tingakat kerusakan tegakan tinggal berdasarkan besarnya luka tiap individu pohon yang rusak menurut Elias (2008), sebagai berikut:

1. Tingkat kerusakan berat, bila: a. Batang pohon patah. b. Pecah batang.

c. Roboh/ tumbang atau miring dengan sudut < 450 dari permukaan tanah. d. Rusak tajuk > 50%.

e. Luka batang (rusak kulit) > ⅟2 keliling batang.

f. Rusak banir > ⅟2 banir rusak atau perakaran rusak (terpotong)

2. Tingkat kerusakan sedang, bila: a. Rusak tajuk = 30%-50%.

b. Luka batang (rusak kulit) = ¼-½ kelilng batang. c. Rusak banir = ¼-½ banir rusak/terpotong.

d. Batang pohon condong/miring > 450 dari permukaan tanah. 3. Tingkat kerusakan ringan, bila:

a. Rusak tajuk < 30%.

b. Rusak batang/rusak kulit < ¼ keliling batang, panjang luka < 1½ m. c. Rusak banir (< ¼ banir atau akar rusak).

Apabila pada pohon yang rusak terdapat lebih dari satu tipe kerusakan, maka tingkat kerusakan dinilai sebagai berikut:

(19)

6

1 rusak ringan + 1 rusak sedang = rusak sedang 1 rusak sedang + 1 rusak sedang = rusak berat 1 rusak sedang + 1 rusak berat = rusak berat

Menghitung persentase kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan kayu dengan rumus (Elias 2008):

O

K = ∑ ��

∑ ��� x100%

Keterangan:

∑ ��� = Jumlah pohon berdiameter 10 cm up yang rusak setelah penebangan

∑ ��� = Jumlah pohon berdiameter 10 cm up yang sehat sebelum penebangan

Tingkat kerusakan digolongkan atas: a. Kerusakan berat apabila OK > 50% b. Kerusakan sedang apabila OK 25%-50% c. Kerusakan berat apabila OK< 25%

Perhitungan volume pohon berdiri dan volume log

a. Perhitungan volume tegakan menggunakan persamaan pohon berdiri

b. Perhitungan volume log atau kayu bulat menggunakan rumus empiris Brereton (Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan 2009):

V = ¼ π [(1/2 (Dp + Du) / 100]2 x P

Perhitungan keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan

Persentase keterbukaan areal akibat penyaradan dan penebangan dihitung dengan rumus (Elias 2008):

K = L

10000 x 100%

Keterangan:

K = Persentase keterbukaan areal (%)

(20)

7

Perhitungan intensitas penebangan

Rumus untuk menghitung intensitas penebangan sebagai berikut (Elias 2008):

Intensitas penebangan = Jumlah pohon yang ditebang per ha atau

Jumlah volume (m3) kayu yang diproduksi per ha sampai di TPn

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Tegakan

Komposisi jenis pada plot contoh hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Komposisi jenis group pada plot penelitian. Komersil Dipterocarpaceae (KD), komersil non Dipterocarpaceae (KND), dan non Dipterocarpaceae (ND)

Komposisi jenis group yang mendominasi pada plot penelitian yaitu jenis group komersil non Dipterocarpaceae dengan jumlah rata-rata 224 pohon/ha atau 59.10%, sedangkan kelompok komersil Dipterocarpaceae sebesar 123 pohon/ha atau 32.37% dan non Dipterocarpaceae yaitu 32 pohon/ha atau 8.53%. Sedangkan jenis pohon yang mendominasi plot penelitian berdasarkan hasil inventarisasi adalah Shorea leprosula Miq yang termasuk dalam jenis group Komersil Dipterocarpaceae, sehingga jenis Shorea leprosula merupakan jenis pohon yang paling banyak dipanen.

Struktur tegakan tinggal sebelum dan setelah penebangan dan penyaradan kayu dapat dilihat pada Gambar 6.

(21)

8

Gambar 6 Hubungan antara jumlah pohon dengan kelas diameter pada plot penelitian. __■__ sebelum penebangan dan __▲__ setelah penebangan dan penyaradan

Gambar 6 menunjukan bahwa sebagian besar individu pohon terkonsentrasi pada kelas diameter 10-19 cm dengan persentase rata-rata 40.02% sedangkan kelas diameter 20-29 cm sebesar 33.97%, kelas diameter 30-39 cm sebesar 17.42%, kelas diameter 40-49 cm sebesar 3.68%. Jumlah pohon pada plot penelitian antara 339-417 pohon/ha pada pohon dengan diameter lebih dari 10 cm sebelum penebangan dan setelah penebangan dan penyaradan antara 220-285 pohon/ ha (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah pohon per hektar sebelum dan setelah penebangan

Kegiatan Plot Total (jumlah pohon/ha)

Sebelum penebangan 1 339

2 381

3 417

Setelah penebangan dan penyaradan 1 220

2 253

3 285

Berdasarkan kurva struktur tegakan hutan sebelum dan sesudah pemanenan di areal PT. Sarpatim secara umum berbentuk kurva J terbalik yang artinya semakin tinggi kelas diameter maka kerapatannya akan semakin rendah. Dampak dari kegiatan pemanenan mengakibatkan penurunan jumlah pohon, sehingga kurva J terbalik yang dibentuknya berada di bawah kurva J terbalik pada hutan sebelum pemanenan. Bentuk kurva ini menandakan bahwa kondisi hutan masih dalam keadaan normal.

Volume Pohon yang Ditebang

Berdasarkan hasil inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dan hasil pengukuran log di Tpn pada plot yang diteliti, volume pohon yang ditebang dan disarad menuju TPn rata-rata adalah 74.63 m3 atau 32.20% dari jumlah

0

10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 > 60

(22)

9 keseluruhan potensi pohon yang ada dalam plot penelitian dengan rata-rata pohon yang ditebang dan disarad yaitu 19 pohon/ha (Tabel 2).

Tabel 2 Volume pohon yang ditebang dan disarad menuju Tpn

Plot Volume total (m3

)*

Jumlah pohon yang ditebang dan disarad (pohon/ha)

Volume pohon yang keluar

m3 %

1 215.61 21 73.85 34.25

2 281.32 18 73.14 26.00

3 211.17 19 76.90 36.42

Rata-rata 236.03 19.33 74.63 32.20

ket: *Volume dari pohon berdiameter 10 cm up semua jenis.

Berdasarkan Tabel 3 terdapat kayu yang ditebang namun tidak disarad menuju TPn. Kayu yang tidak disarad umumnya disebabkan pada saat kegiatan penebangan yaitu ketika kayu hasil tebangan rusak sehingga tidak dapat dipakai sedangkan sebab lain yaitu kayu hasil tebangan sulit untuk disarad karena topografinya yang curam.

Tabel 3 Pohon yang ditebang tetapi tidak disaran ke Tpn

Plot No.

Derajat Kerusakan Tegakan Tinggal

Besarnya kerusakan tegakan tinggal dari pohon berdiameter 10 cm keatas dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Derajat kerusakan tegakan tinggal dari pohon berdiameter 10 cm ke atas

plot Jumlah pohon

(23)

10

Hasil penelitian Elias (1993) di areal PT. Nakata Rimba (NR) kerusakan terbesar berasal dari intensitas pemanenan tertinggi yaitu 17 pohon/ha dengan kerusakan 35.43% dengan jumlah pohon sebelum pemanenan 748 pohon/ha dan jumlah pohon yang rusak sebesar 259 pohon/ha sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas pemanenan kayu yang semakin tinggi akan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang semakin tinggi pula. Pada intensitas yang sama sebanyak 19 pohon/ha di plot 2 dan plot 3 nilai derajat kerusakan tegakan tinggal yang didapat berbeda, yaitu 28.87% dan 26.86% sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas tebang yang sama belum tentu nilai yang dihasilkan juga sama. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan rata-rata sebesar 28.41% dari pohon non target yang berada di sekitar pohon target yang ditebang dan pemanenan kayu yang dilakukan menimbulkan kerusakan tegakan tinggal tingkat sedang (25%-50%).

Tingkat Kerusakan Pohon Berdasarkan Besarnya Luka

Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka

Plot Tingkat kerusakan pohon (%)

Pohon rusak berat Pohon rusak sedang Pohon rusak ringan

1 55.00 14.00 31.00

2 52.73 23.64 23.63

3 40.18 25.00 34.82

Rata-rata 49.30 20.88 29.82

Berdasarkan besarnya luka pada tiap tipe kerusakan yang terjadi pada individu pohon, rata-rata sebagian besar pohon yang rusak, termasuk dalam tingkat pohon rusak berat sebesar 49.30%, yaitu sekitar setengah populasi pohon yang rusak tergolong rusak berat, sedangkan tingkat pohon rusak sedang sebesar 20.88% dan pohon rusak tingkat ringan sebesar 29.82%.

Tipe-tipe Kerusakan Pohon

Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan penebangan dan penyaradan ternyata menimbulkan besar kerusakan yang berbeda bila dilihat dari tipe kerusakan yang terjadi seperti pada Tabel 6.

(24)

11 Tabel 6 menunjukan rata-rata pohon yang rusak pada setiap bentuk kerusakan maka pohon roboh dan rusak tajuk adalah yang terbesar yaitu sebesar 38.59% dan 24.68%.

Tipe kerusakan yang paling banyak terjadi pada kegiatan penebangan adalah rusak tajuk dengan kerusakan sebesar 43.18%. Tipe kerusakan yang paling banyak terjadi pada kegiatan penyaradan adalah pohon roboh dengan kerusakan sebesar 65.45%. Informasi secara lengkap ditunjukan pada Tabel 7.

Tabel 7 Proporsi tipe-tipe kerusakan pohon akibat penebangan dan penyaradan

Tipe kerusakan Persentase kerusakan (%)

Penebangan Penyaradan

Tabel 7 menunjukan bahwa tipe kerusakan terbesar yang terjadi akibat penebangan adalah rusak tajuk dan batang miring, sedangkan tipe kerusakan akibat penyaradan adalah pohon roboh. Hal ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Elias (1993) yang menyatakan bahwa tipe kerusakan yang paling umum akibat penebangan adalah rusak tajuk dan patah batang yang terjadi karena tertimpa pohon yang roboh. Sedangkan tipe kerusakan yang paling umum akibat penyaradan adalah pohon roboh yang terjadi karena penyingkiran pohon untuk pembuatan jalan sarad.

Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu

Hasil penelitian mengenai keterbukaan areal hutan akibat pemanenan kayupada plot penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas keterbukaan areal

Plot Intensitas penebangan

(pohon/ha)

Keterbukaan tanah (m2/ha) Total keterbukaan

areal (m2/ha)

Penebangan Penyaradan

1 24 3283.73 1652.80 4054.93

2 19 3274.13 1435.20 3667.73

3 19 2971.20 1796.80 3691.20

Tabel 8 memperlihatkan bahwa luas keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan pada plot penelitian yang terbesar yaitu 4054.93 m2/ha atau 40.55% dengan intensitas penebangan sebesar 24 pohon/ha. Rata-rata luas areal yang terbuka akibat penebangan dan penyaradan adalah 3804.62 m2 atau 38.04%.

(25)

12

menghasilkan luas keterbukaan tanah akibat penyaradan lebih besar daripada penebangan per pohon yaitu rata-rata 205.33 m2 akibat penyaradan dan 142.17 m2 akibat penebangan. Adanya perencanaan jalan sarad sebelum kegiatan pemanenan di PT. Sarpatim menyebabkan keterbukaan areal menjadi lebih rendah. Trase jalan sarad umumya menghindari tegakan yang rapat serta mengoptimalkan winching agar areal yang terbuka tidak terlalu lebar.

Hubugan antara Intensitas Tebangan dengan Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal

Besarnya kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan dengan intensitas penebangan berdasarkan hasil penelitian dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Intensitas penebangan, kerusakan tegakan dan keterbukaan areal

Plot Intensitas penebangan

(pohon/ha) Keterbukaan areal (%) Kerusakan tegakan tinggal (%)

1 24 40.54 29.50

2 19 36.67 28.87

3 19 36.91 26.86

Tabel 9 memperlihatkan dengan intensitas penebangan yang sama memiliki nilai kerusakan yang berbeda. Perbedaan ini terjadi pada plot 2 dan plot 3 intensitas pada plot tersebut sebanyak 19 pohon/ha tetapi besar kerusakan pada kedua plot berbeda yaitu masing-masing sebesar 28.87% dan 26.86%. Intensitas penebangan yang sama belum tentu kerusakan tegakan tinggal yang terjadi sama pula karena masih ada faktor lain yaitu kerapatan tegakan dan topografi yang curam ikut mempengaruhi besarnya tingkat kerusakan tersebut.

Intensitas penebangan kayu yang tinggi pada plot 1 dengan 24 pohon yang ditebang mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang lebih tinggi yaitu 29.50% dibandingkan dengan plot 2 dan plot 3 yaitu sebesar 28.87% dan 26.86%. Menurut Elias (2008) intensitas pemanenan kayu yang semakin tinggi akan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang semakin tinggi pula.

(26)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan kayu di PT. Sarpatim rata-rata sebesar 28.41%, sehingga kegiatan penebangan dan penyaradan kayu yang dilakukan menimbulkan kerusakan tegakan tinggal tingkat sedang (25%-50%). Berdasarkan besarnya luka pada pohon yang rusak, rata-rata sebagian besar pohon yang rusak termasuk dalam tingkat pohon rusak berat sebesar 49.30%, sedangan pohon rusak sedang 20.88%, dan pohon rusak ringan 29.82% dari total pohon diameter lebih dari 10 cm yang rusak. Luas rata-rata keterbukaan areal akibat penebangan dan penyaradan satu batang pohon adalah 232.48 m2/pohon atau 3804.62 m2/ha. Intensitas penebangan yang tinggi akan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang tinggi.

Saran

Perlu pengawasan kegiatan penebangan agar operator chainsaw lebih memperhatikan arah rebah pohon sehingga kerusakan dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.9/VI/BPHH/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur dalam IUPHHK Hutan Produksi. Jakarta: Ditjen Bina Produksi Kehutanan.

Elias. 1993. Kerusakan tegakan tinggal pada hutan tropika basah akibat pemanenan kayu dengan sistem TPTI, Nilai dan Biaya memperbaikinya (studi kasus di PT. Narkata Timber, Kalimantan Timur). Tulisan dimuat dalam buku: Reduced Impact Logging Buku 2. Bogor (ID): IPB Press. Rimbawan Indonesia.

Elias. 2002. Reduce Impact Logging. Bogor (ID): IPB Press. Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Press.

(27)
(28)
(29)
(30)

Lampiran 2 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 1

08424 Meranti merah 48 Meranti merah 88 Mehawai 07975 Meranti merah 07578 Jambu-jambu 214 Meranti merah 07568 Meranti merah

5 Kumpang 49 Meranti merah 89 Mehawai 131 Ubar 171 Jambu-jambu 215 Meranti merah 257 Jambu-jambu

16 Terap 07995 Meranti merah 08010 Meranti merah 140 Meranti merah 182 Mehawai 224 Meranti merah 07573 Meranti kuning

08428 Meranti merah 07993 Meranti merah 98 Nyatoh 141 Jambu-jambu 183 Meranti merah 225 Medang 265 Jambu-jambu

17 Jambu-jambu 07994 Meranti merah 99 Mehawai 142 Mehawai 184 Medang 226 Meranti merah 266 Ulin

18 Medang 60 Meranti merah 100 Medang 07981 Tengkawang 185 Bunyau 227 Meranti merah

19 Kumpang 07992 Jambu-jambu 101 Jambu-jambu 143 Tengkawang 07583 Medang 228 Meranti merah

20a Ulin 07996 Jambu-jambu 08012 Ulin 144 Jambu-jambu 07584 Meranti merah 229 Meranti merah

08429 Jambu-jambu 61 Jambu-jambu 102 Jambu-jambu 145 Mehawai 186 Rambutan 230 Meranti merah

20 Jambu-jambu 62 Medang 103 Ubar 146 Keranji 187 Meranti merah 07556 Bengkirai

28 Jambu-jambu 70 Meranti merah 08015 Meranti merah 07995 Meranti merah 196 Kumpang 07557 Meranti merah

29 Medang 71 Kumpang 112 Ulin 154 Mehawai 197 Ubar 237 Meranti merah

30 Ulin 07909 Meranti merah 08016 Jambu-jambu 155 Kumpang 198 Kumpang 07562 Meranti merah

31 Bunyau 07977 Meranti merah 113 Jambu-jambu 07966 Ulin 199 Mahang 238 Pempaning

08434 Meranti merah 72 Meranti merah 114 Meranti merah 156 Kumpang 07588 Jambu-jambu 239 Meranti merah

08432 Meranti merah 73 Terap 07969 Jambu-jambu 157 Mehawai 07590 Meranti merah 240 Meranti merah

32 Meranti merah 74 Meranti merah 115 Mehawai 158 Jambu-jambu 07592 Meranti merah 241 Meranti merah

33 Meranti merah 75 Jambu-jambu 116 Jambu-jambu 159 Jambu-jambu 200 Meranti merah 241 Meranti merah

34 Medang 76 Mehawai 07971 Medang 07988 Jambu-jambu 201 Medang 07563 Medang

(31)
(32)
(33)
(34)

Lampiran 4 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 2

11 Meranti merah 56 Jambu-jambu 09287 Meranti merah 09256 Meranti kuning 176 Medang 08912 Meranti merah 261 Medang 303 Meranti merah

12 Mangkuan 57 Ulin 99 Meranti merah 09254 Meranti merah 177 Medang 218 Ulin 08842 Meranti merah 304 Jambu-jambu

13 Meranti merah 58 Jambu-jambu 09289 Meranti merah 09253 Jambu-jambu 08903 Jambu-jambu 219 Jambu-jambu 262 Meranti merah 305 Meranti merah

09618 Meranti merah 59 Rengas 09290 Meranti merah 136 Ubar 178 Ubar 220 Meranti merah 263 Jambu-jambu 306 Rengas

14 Meranti merah 60 Jambu-jambu 09288 Meranti merah 09257 Meranti merah 08901 Meranti merah 221 Meranti merah 08843 Meranti merah 307 Jambu-jambu

09619 Mehawai 61 Meranti merah 100 Meranti merah 137 Medang 179 Ubar 222 Meranti merah 264 Meranti merah 308 Kumpang

33 Mehawai 09281 Medang 117 Medang 157 Jambu-jambu 08908 Meranti merah 08920 Tengkawai 08846 Meranti merah

34 Kumpang 78 Medang 118 Medang 158 Kumpang 197 Rengas 240 Meranti merah 282 Bintangur

35 Jambu-jambu 79 Jambu-jambu 09297 Meranti merah 09264 Medang 198 Jambu-jambu 241 Meranti merah 283 Jambu-jambu

36 Meranti merah 80 Penguan 119 Medang 159 Nyatoh 199 Jambu-jambu 242 Kumpang 284 Bawang

(35)
(36)
(37)
(38)

Lampiran 6 Keterangan nomor dan nama pohon yang ditemukan dalam petak contoh 3

06787 Meranti merah 07108 Meranti merah 07213 Meranti merah 180 Meranti merah 236 Meranti merah 292 Mehawai 07632 Meranti merah

27 Meranti merah 07107 Meranti merah 128 Benuang 181 Medang 237 Meranti merah 293 Meranti merah 348 Medang

28 Meranti merah 76 Jambu-jambu 129 Kumpang 182 Bintangur 238 Meranti merah 294 Jambu-jambu 349 Meranti merah

29 Meranti merah 77 Medang 130 Mahang 183 Ulin 239 Meranti merah 295 Kumpang 350 Kumpang

30 Meranti merah 78 Jambu-jambu 131 Medang 184 Jambu-jambu 240 Meranti merah 07620 Jambu-jambu 351 Meranti merah

31 Meranti merah 79 Jambu-jambu 132 Mimbar 185 Ubar 241 Medang 07621 Jambu-jambu 352 Kumpang

06806 Meranti merah 89 Meranti merah 144 Meranti merah 07514 Meranti merah 256 Medang 308 Jambu-jambu

06693 Terap 90 Meranti merah 145 Menjalin 198 Resak 07529 Pepaning 309 Kumpang

(39)

20

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian

Penandaan plot pengamatan Pengukuran dimensi kayu bulat di TPn

Keterbukaan karena penyaradan Luka banir

Keterbukaan karena penebangan pohon

(40)

23

Pecah batang Batang miring dan rusak tajuk

Rusak tajuk Luka akar

(41)

22

Roboh Patah batang

Rusak tajuk Luka batang/kulit

(42)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lebak, Banten pada tanggal 02 Februari 1990 dari pasangan Bapak Juhi dan Ibu Ruminah yang merupakan putri keempat dari empat bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 2 Leuiwiliang Tahun 1997-2003. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Leuiwiliang Tahun 2003-2006 kemudian Sekolah Menengah Atas di SMA 1 Cibeber pada Tahun 2006-2009. Tahun 2009 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kemudian diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Tahun 2011 Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Pangandaran dan Gunung Sawal. Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah. Selama menjadi mahasiswa IPB penulis pernah meraih Juara III lomba atletik tingkat TPB kategori loncat tinggi Tahun 2010.

Gambar

Gambar 1 Bagan plot utama dan sub plot penelitian
Gambar 3 Skema pengukuran keterbukaan tegakan akibat penebangan pohon
Tabel  1  Jumlah pohon per hektar sebelum dan setelah penebangan
Tabel  2  Volume pohon yang ditebang dan disarad menuju Tpn
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya nilai pertumbuhan berat rata-rata pada perlakuan Kontrol (P0) diduga karena tidak adanya bakteri pro- biotik yang dapat membantu proses degradasi senyawa organik dan

Kedudukan hukum karyawan PT PLN (Persero) terhadap perjanjian sewa beli rumah negara sangat lemah, oleh karena peralihan tanah dan bangunan digunakan dengan memakai perjanjian sewa

pertangungjawaban tepat waktu adalah sejauh mana manfaat dana ZIS yang diberikan donatur dan muzakky bagi kaum dhuafa. Donatur dan muzakky perlu mengerti penggunaan dana

Terdapat ketidaksesuaian dengan Hipotesis Keynes yang menyatakan semakin tingginya pengeluaran pemerintah maka semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dengan

Adapun hasil penelitan yang diperoleh setelah melakukan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Peta Administrasi Pulau Bangka, Peta Obyek Wisata Alam

pemotivasian tidak terjadi kegundahan dari pihak karyawan. b) Momen yang tidak tepat. Momen yang tidak tepat artinya seorang atasan dalam memberikan motivasi terhadap karyawannya

Usaha kesehatan sekolah adalah bentuk dari usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar

Aturan-aturan tersebut menjadikan anak, bahkan setelah dewasa, sebagai seorang yang selalu tunduk (submisif). Mungkin beberapa aturan tersebut ada benarnya untuk anak- anak, tetapi