• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Penebangan dengan menggunakan chainsaw merk STIHLL ukuran kecil.

Pohon ke- Tinggi Pohon (m)

Diameter Pohon (m)

Waktu yg Dibutuhkan (detik)

Volume Pohon (m3) Waktu Arah

Rebah Waktu Tebang

1 18,50 0,170 0,72 10,61 0,28

2 17,80 0,150 0,58 10,25 0,21

3 18,50 0,160 0,61 11,73 0,25

4 16,60 0,130 0,53 9,72 0,15

5 18,20 0,170 0,51 10,56 0,28

6 17,00 0,140 0,36 9,12 0,18

7 17,70 0,150 0,31 10,34 0,21

8 18,60 0,170 0,32 11,53 0,28

9 18,30 0,160 0,50 10,15 0,25

10 18,70 0,170 0,61 10,36 0,28

11 18,50 0,190 0,82 13,03 0,35

12 14,00 0,140 0,81 10,31 0,14

13 12,60 0,130 0,81 9,23 0,11

(3)

15 18,70 0,170 0,93 12,46 0,28

(4)

12 15,40 0,140 0,67 9,35 0,16

Lampiran 4. Pembagian batang dengan menggunakan chainsaw merk STIHLL ukuran kecil.

(5)

8 18,60 7 2,50 0,11 0,09 0,02 0,17

Lampiran 5. Pembagian batang dengan menggunakan chainsaw merk NEW WEST ukuran kecil.

(6)

4 18,70 7 2,50 0,13 0,12 0,03 0,22

(7)
(8)
(9)

Lampiran 7. Pengupasan dengan menggunakan tenaga manusia (manual).

Lampiran 8. Pemuatan kayu ke alat angkut (truck) yang ke-1. Jepit ke- Jumlah Tual Waktu Pindah

(10)
(11)

Rata-Rata 29,70 1,08 4,56

Pemuatan kayu ke alat angkut (truck) yang ke-2. Jepit ke Jumlah Tual Waktu Pindah

(12)

39 29 1,14 4,46

Pemuatan kayu ke alat angkut (truck) yang ke-3. Jepit ke Jumlah Tual Waktu Pindah

(13)
(14)
(15)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Keterangan : (a) Salah satu operator chain saw; (b) Jarak tebangan ke tanah; (c) Persiapan untuk menebang; (d) Tebangan yang tidak dengan takik; (e) Pohon yang baru ditumbang; (f) Beberapa pohon yang baru ditumbang.

Lampiran 10. Kegiatan pembagian batang (Bucking).

(a) (b) (c)

Keterangan : (a) dan (b) Operator chain saw sedang melakukan pembagian batang; (c) Tumpukan kayu yang telah dilakukan pembagian batang.

(16)

(a) (b) (c)

Keterangan : (a) Menarik batang pohon untuk ditumpuk; (b) dan (c) Merapikan tumpukan.

Lampiran 12. Kegiatan pengupasan (Debarking). • Pengupasan Mekanis

(a) (b) (c)

Keterangan : (a) Mengambil batang pohon yang akan dikupas; (b) Mengupas kulit kayu; (c) Menumpuk batang pohon yang telah dikupas.

(17)

(a) (b) (c)

Keterangan : (a) dan (b) Tual yang sedang dikupas manual; (c) Hasil kupasan manual. Lampiran 13. Kegiatan penyaradan (Extraction).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan : (a) Alat sarad phontoon; (b) Ditarik menggunakan tali kawat; (c) Phontoon diisi tual dengan exchavator; (d) Merapikan tual dalam phontoon; (e) Exchavator bongkar muat dari phontoon ke tempat penumpukan/TPn.

(18)

(a) (b) (c)

(c) (d)

Keterangan : (a) Exchavator mengambil tual; (b) Exchavator memindahkan tual ke dalam truck; (c) Exchavator meletakkan tual ke dalam truck dengan hati-hati; (d) dan (e) Exchavator merapikan susunan tual dalam truck.

Lampiran 15. Spesifikasi alat dalam penebangan. A. Spesifikasi alat Cahinsaw merk STIHLL. Kapasitas mesin : 2 Tak – 5,3HP – 3,9 kw Bahan bakar : Bensin 2 Tak 25:1

Silinder : 72,2 cc

Ukuran bar : 32 – 63 cm/12,5” - 25”

(19)

Teeth of Sprocket : 7T

Pompa oli : Otomatis/manual

Kapasitas tangki bensin : 0,6 liter Kapasitas tangki oli : 0,4 liter

B. Spesifikasi alat Cahinsaw merk NEW WEST.

Type : NW588

Kapasitas mesin : 2 Tak – 2,0 kw – 8500 rpm Bahan bakar : Bensin 2 Tak 25:1

Silinder : 54 cc

Ukuran bar : 505 mm/20”

Rantai : Oregon 20BP 0,325 x 0,050 Teeth of Sprocket : 7T

Pompa oli : Otomatis

(20)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan agar dilakukannya penambahan alat potong seperti chainsaw untuk meningkatkan produktivitas produksi kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, J. Y. 2000. Pengaruh Kelerengan, Jarak Sarad dan Volume Kayu Yang Disarad Terhadap Produktivitas Penyaradan Dengan Menggunakan Traktor Unimog (Studi Kasus di BKPH Tanggeung KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Direktur Jendral Pengusahaan Hutan. 1993. Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia Pada Hutan Alam Daratan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Dulsalam dan D Tinambunan. 2003. Produktivitas dan Biaya Peralatan Pemanena

Hutan Tanaman: Studi Kasus di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Elias. 2002. RIL Buku 1. Reduced Impact Loging. IPB Press. Bogor.

(21)

Hariyani, A. 2000. Pengaruh Lereng dan Diameter Kayu Terhadap Produktivitas, Biaya, dan Volume Limbah Dalam Kegiatan Penebangan di Hutan Alam. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

ILO. 1983. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Erlangga. Jakarta.

Mujetahid, A. 2009. Analisis Biaya Penebangan Pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Parennial, 6(2): 108-115

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012. Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untuk Penghitungan Provisi Sumber Daya Hutan. Menteri Perdagangan RI. Jakarta.

Rahman, E. 2001. Analisis Biaya Pembuatan Jalan Sogokan Dengan Truck Loader (Studi Kasus di BKPH Tanggeung, KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rakhman, A. 2004. Studi Analisis Biaya Penyaradan Dengan Forweder di HPHTI PT. Musi Hutan Persada.[Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Retno, I. 2001. Evaluasi Elemen dan Prestasi Kerja Pemanenan di Hutan Jati (Studi Kasus Pemanenan Kayu Jati BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat).[Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhartana, S dan Dulsalam. 1994. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan, Kasus di Suatu Perusahaan Hutan di Riau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 12 No. 1, pp25-29. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Bogor.

(22)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Lokasi pelaksanaan kegiatan penelitian ini bertempat di PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan siap tebang atau sedang ditebang, tally sheet dan label pohon. Peralatan yang digunakan adalah pita ukur, phyband, meteran, stopwatch, stapler, alat tulis, alat hitung, dan kamera digital.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Umum

Areal Hutan Tanaman Industri PT. Sumatera Riang Lestari sektor Sei Kebaro merupakan bagian dari Hutan Produksi Tetap. Luasnya adalah 25.320 Ha atau 2,40 % hutan produksi tetap (HPT) di Sumatera Utara yang dikelola oleh

PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro untuk hutan tanaman akasia (Acacia mangium) dan ekaliptus (Eucalyptus sp.).

2. Letak Areal

(23)

a. Berdasarkan letak secara geografis sektor Sei Kebaro berada pada 10 26’ 20” LU s/d 10 37’ 30” LU dan 1000 10’ 32” BT s/d 1000 24’ 47” BT.

b. Berdasarkan kelompok hutan sektor Sei Kebaro berada pada wilayah sub DAS Kebaro.

c. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan sektor Sei Kebaro berada di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kecamatan Torgamba dan Kecamatan Simangambat.

d. Pemangkuan hutan berada pada wilayah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kehutanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara.

3. Topografi

Wilayah kerja hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari terbagi ke dalam berbagai kelas kelerengan, yaitu:

a. Kelerengan datar (0 % – 8 %) : 20.631 Ha (93 %) b. Kelerengan landai (8 % - 15 %) : 4.698 Ha (7 %)

4. Ketinggian Tempat di atas Permukaan Laut (dpl)

Areal hutan tanaman PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro berada pada ketinggian 75 m dpl – 280 m dpl (kering/daratan).

5. Jenis Tanah

Daerah PT. Sumatera Riang Lestari sektor Sei Kebaro tersebar pada beberapa jenis tanah, yaitu:

a. Podsolik : 2.921 Ha

(24)

d. Asosiasi Gleisol-Kambisol-Aluvial : 4.870 Ha 6. Hidrologi

Sungai yang berada pada areal kerja PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro yaitu daerah aliran sungai (DAS) Daun yang ditopang beberapa sungai utamanya, antara lain: sungai bagan kundur, sungai bagan titirah, sungai hitam, dan sungai kebaro.

7. Geologi

Jenis batuan yang ada berupa batuan vulkanik seluas 3.896 Ha dan batuan alluvium seluas 21.424 Ha.

8. Iklim

Rata-rata curah hujan di lokasi penelitian yaitu 2,259 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi adalah pada bulan November dan curah hujan terendah adalah pada bulan Juni. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, lokasi penelitian termasuk pada tipe iklim A, yaitu daerah yang sangat basah dengan vegetasi hutan adalah hutan tropik.

Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan Data

(25)

literatur-literatur yang ada dan wawancara langsung dengan karyawan, yang meliputi data luas areal hutan (ha), data keadaan umum lokasi penelitian, potensi hutan, dan data produksi PT. Sumatera Riang Lestari serta data biaya-biaya yang digunakan dalam pemanenan.

2. Analisis Data di Lapangan

A.Kegiatan Penebangan (Felling)

Metode yang digunakan adalah metode non-stop, yaitu dengan menggunakan 2 buah stopwatch. Analisis waktu kerja pada kegiatan penebangan didasarkan dari penggunaan waktu untuk setiap jenis tahapan kerja dalam penebangan, yaitu sebagai berikut :

• Waktu persiapan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan alat

tebang, memeriksa dan mengisi kembali bahan bakar, memeriksa oli/pelumas dan mengisi kembali jika kurang. Kemudian membersihkan atau menghilangkan rintangan sekitar batang pohon yang akan ditebang.

• Waktu penentuan arah rebah, yaitu waktu yang dipakai untuk menentukan

arah rebah. Waktu ini akan bervariasi untuk setiap pohon. Karena posisi dari pohon, seperti kecondongan tajuk, kemiringan batang pohon, dan faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan batang pohon.

Waktu tebang pohon, yaitu waktu yang dipakai oleh chainsawer untuk

menumbangkan satu pohon.

B. Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)

(26)

• Waktu potong sortimen, yaitu waktu yang dipakai untuk membagi pohon. • Waktu perjalanan dari batang kebatang berikutnya, yaitu waktu dipakai oleh

chainsawer untuk berpindah dari sortimen yang satu kesortimen yang berikutnya untuk dipotong.

• Waktu hilang adalah waktu hilang yang terjadi selama pembagian batang

berlangsung, waktu hilang dari setiap rangkaian kegiatan pembagian batang tersebut berlangsung.

C.Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching)

Penumpukan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pohon ditumbang. Pre-Bunching dilakukan untuk menumpukkan kayu tumbangan menjadi tumpukan yang rapi agar memudahkan kegiatan berikutnya, yaitu pengupasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penumpukan adalah sebagai berikut:

Tumpukan kayu jangan terlalu tinggi agar pengupasan dengan debarker tidak

mendapat kesulitan.

Tumpukan diletakkan di areal yang mudah dijangkau oleh alat debarker

untuk mengupas.

D.Kegiatan Pengupasan (Debarking)

Pengupasan merupakan bagian dari kegiatan pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman indutri (HTI) untuk mengupas kulit kayu sebelum dibawa ke tempat pengolahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengupasan adalah sebagai berikut:

• Semua kayu yang telah ditumbang atau pun yang telah dipotong harus

(27)

• Lakukan pengupasan dari arah pangkal kayu sampai ujung kayu yang

tertinggal 5 cm.

• Pengupasan secara mekanis sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak

terjadi patah pada batang pohon.

• Pengupasan secara manual sebaiknya dilakukan sampai seluruh kulit

terkupas.

E. Kegiatan Penyaradan (Extraction)

Penyaradan merupakan bagian dari kegiatan pemanenan kayu yang dilakukan dengan tujuan untuk menarik kayu dari dalam (in field) ke tempat penumpukan (TPn) kayu. Pada hutan tanaman industri penyaradan dilakukan setelah kayu tumbangan menjadi potongan-potongan kecil dengan ukuran tertentu, yaitu panjang 2,50 meter. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyaradan adalah sebagai berikut:

• Dipastikan terlebih dahulu TPn-nya.

Harus ada jalur sampah untuk jalan alat sarad (pontoon).

Pontoon diwajibkan hanya melewati jalur sampah untuk mengurangi

pemadatan tanah dan tidak merusak tunggul.

• Sebaiknya waktu penarikan kayu dalam satu tumpukan harus terambil semua.

F. Kegiatan Pemuatan (Loading)

(28)

truck. Sedangkan pada hutan tanaman dilakukan dengan kayu yang telah menjadi beberapa sortimen-sortimen kecil yang berukuran panjang 2,50 meter dan susunan di truck adalah vertikal, tegak lurus dengan badan truck yang digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses muat adalah sebagai berikut: • Pemuatan kayu di atas truck harus rapi.

Pemuatan di atas truck tidak boleh bercampur dengan ranting, cabang, tanah,

daun, plastik, dan lain sebagainya.

• Kayu muatan harus diikat dengan menggunakan dua rantai.

• Tempat penumpukan harus bersih dari kayu tinggal.

3. Pengolahan Data

Hasil pengamatan di lapangan dianalisis dan dikaji pada akhir kegiatan untuk menentukan besarnya produktivitas penebangan dan besarnya biaya pengeluaran. Rumus-rumus yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

A.Perhitungan Produktivitas

Berikut rumus dalam perhitungan produktivitas dan volume kayu: 1. Produktivitas penebangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P = V W

Keterangan : P = Produktivitas penebangan (m3/jam); V = Volume kayu yang ditebang (m3); W = Waktu tebang yang efektif (jam).

2. Volume kayu per batang yang ditebang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

V = ¼ π D2 x L

(29)

B. Analisis Biaya

Untuk menghitung biaya dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya bunga, dan biaya pajak. Biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, biaya oli/pelumas, biaya pemeliharaan/perbaikan, upah tenaga kerja.

a. Biaya Tetap

Perhitungan biaya tetap menggunakan rumus-rumus menurut FAO (1992) dalam Mujetahid (2009) berikut:

M – R 1. Biaya penyusutan : D =

N x t

Keterangan : D = Penyusutan (Rp/jam); M = investasi alat (Rp); R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis 10% (Rp); N = umur ekonomis alat (tahun atau jam); t = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun). 2. Biaya bunga modal : (M – R) (N + 1)

+ R x 0,0p 2

B =

N x t

Keterangan : B = Bunga modal (Rp/jam); 0,0p = suku bunga/tahun (18%). 3. Biaya pajak : (M – R) (N + 1)

+ R x 0,05 2N

Pj =

t

Keterangan : Pj = Pajak (Rp/jam); 0,05 = persentase pajak (5%). 4. Biaya asuransi : (M – R) (N + 1)

+ R x 0,05 2N

A =

(30)

Keterangan : A = Asuransi (Rp/jam); 0,05 = persentase asuransi (5%).

5. Jumlah biaya tetap (BT) dalam satuan (Rp/Jam) dihitung dengan rumus : BT = D + B + Pj + A

b. Biaya Variabel

1. Biaya pemeliharaan (BPr) dalam satuan (Rp/jam) yang dimaksudkan adalah sebagai upaya untuk menjaga keragaan alat yang dihitung dengan membagi besarnya biaya yang dikeluarkan selama satu tahun dengan jam kerja peralatan per tahun sehingga diperoleh rata-rata biaya pemeliharaan per jam. 2. Biaya bahan bakar dihitung dengan menggunakan rumus Mujetahid (2009):

Jumlah pemakaian BBk x Harga/liter Bbk =

Waktu kerja alat Keterangan : Bbk = Biaya bahan bakar (Rp/jam).

3. Biaya oli dan pelumas (Bo) dalam satuan (Rp/jam) dihitung dari semua biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah jam kerja alat selama periode penggunaan.

4. Jumlah biaya variabel (BV) dalam satuan (Rp/jam) dihitung dengan rumus: BV = BPr + Bbk + Bo

c. Biaya mesin, dihitung dengan rumus : Bm = BT + BV

Keterangan: Bm = Biaya mesin (Rp/jam). d. Upah tenaga kerja, dihitung dengan rumus :

Up = Gaji (Rp per bulan) Hr � W

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan dalam Pemanenan

1. Kegiatan Penebangan (Felling)

Kegiatan ini merupakan yang awal dilakukan dalam pemanenan kayu dengan tujuan untuk pengolahan kayu industri. Ditjen Pengusahaan Hutan (1993) mengatakan bahwa tujuan penebangan yaitu untuk mendapatkan bahan pasokan industri pengolahan kayu dengan jumlah yang cukup dan kualitas memenuhi persyaratan. Pada saat akan melakukan penebangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dikerjakan oleh seorang penebang atau sering disebut operator chainsaw. Dari hasil pengamatan ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh seorang penebang, yaitu sebagai berikut:

Ada beberapa operator chainsaw yang tidak menggunakan

perlengkapan keamanan dan peralatan keamanan dan keselamatan kerja, seperti helm dan sepatu.

• Ada beberapa pohon yang ditebang tidak memiliki takik tebang.

• Tidak semua pohon yang ditebang diarahkan ke jalur sampah.

(32)

Tabel 1. Kegiatan pengerjaan penebangan di hutan tanaman industri.

Kegiatan pemanenan kayu diawali dengan kegiatan penebangan. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat dari Tabel 1. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 80 batang pohon dan alat yang digunakan pada kegiatan penebangan adalah chainsaw. Di lokasi penelitian ada dua merk chainsaw yang digunakan, yaitu merk STIHLL dan merk NEW WEST. Pada Tabel 1, pada kolom waktu, dapat juga dilihat bahwa chainsaw yang membutuhkan waktu terkecil untuk menebang adalah merk STIHLL. Hal ini disebabkan oleh spesifikasi mesin dari chainsaw merk STIHLL memiliki kecepatan putar yang lebih cepat dibandingkan dengan merk NEW WEST. Tetapi tidak memiliki beda waktu yang jauh.

Waktu potong di atas sudah termasuk waktu pohon untuk menyentuh tanah. Jadi, waktu untuk pohon tumbang mencapai tanah juga mempengaruhi waktu potong dalam tabel dipenelitian ini. Tinggi pohon juga mempengaruhi cepat-lambatnya waktu yang dibutuhkan pohon mencapai permukaan tanah.

(33)

waktu yang dibutuhkan untuk memotong. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ukuran diameter pohon yang ditebang dengan menggunakan alat chainsaw merk STIHLL membutuhkan waktu lebih sedikit untuk memotong dibandingkan dengan merk NEW WEST. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi waktu tebang untuk satu pohon. Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) hal yang mempengaruhi, yaitu tinggi pohon, diameter pohon, dan spesifikasi alat.

Hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa tanaman bawah tegakan di areal tebangan tidak terlalu tinggi dan sulit bagi operator chainsaw untuk berjalan berpindah dari pohon yang satu menuju pohon yang berikutnya. Hal ini menyebabkan operator chainsaw tidak terlalu banyak waktu yang dipakai dalam berpindah ke pohon yang akan ditebang berikutnya. Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa waktu untuk persiapan dalam menebang rata-rata membutuhkan waktu 9 menit 11 detik. Dalam hal ini yang termasuk dengan persiapan adalah memeriksa bahan bakar alat (jika habis diisi kembali), memeriksa oli, dan mengikir mata rante yang kurang tajam. Mengikir mata rante yang membutuhkan waktu lebih banyak dari pada untuk memeriksa oli dan bahan bakar serta mengisi ulang jika habis atau tinggal sedikit.

(34)

menumbang 5 pohon. Dalam satu jam dapat menumbang 300 batang pohon. Jika waktu produktif kerja per hari adalah 8 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 2.400 batang.

2. Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)

Kegiatan pembagian batang merupakan bagian dari penebangan karena alat yang digunakan dalam kegiatan pembagian batang sama dengan alat yang digunakan dalam kegiatan penebangan, yaitu chainsaw. Dari hasil penelitian, kegiatan pembagian batang ada yang dilakukan sebelum pengupasan dan ada juga yang dilakukan setelah pengupasan. Pengupasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara dengan tujuan membersihkan kayu dari kulit kayu. Karena dalam pembuatan kertas kulit kayu tidak dibutuhkan. Namun, kulit kayu dibiarkan di areal tebangan untuk kemudian dijadikan pupuk.

(35)

Gambar 2. Pembagian batang menjadi beberapa tual dengan chainsaw.

Hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, terkhusus pada tahap pembagian batang, telah dilakukan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti sebagai berikut:

Menggunakan stick (tongkat sebagai ukuran) dengan ukuran 250 cm,

tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan pengukuran yang dapat menyebabkan perbedaan panjang potongan.

• Pohon yang sudah ditebang harus dipotong semua, tujuannya adalah agar

memaksimalkan nilai ekonomis kayu.

• Pemotongan batang harus tegak lurus sumbu batang, tidak boleh miring

melebihi 100 terhadap sumbu vertikal. Tujuannya adalah agar tidak terjadi perbedaan pengukuran.

• Pemotongan dilakukan hingga ujung pohon hingga diameter minimal

5 cm, tujuannya adalah agar memaksimalkan kayu produksi. Tabel 2. Kegiatan pengerjaan pembagian batang di hutan tanaman industri.

Panjang

Keterangan : tual = potongan-potongan kayu yang siap diangkut.

(36)

batang pohon dapat dihasilkan 6 tual dengan ukuran yang berbeda-beda tiap tual. Tual merupakan potongan-potongan atau sortimen-sortimen kecil dari 1 (satu) batang pohon dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu 2,50 meter. Rata-rata diameter pangkal tual adalah sebesar 0,11 meter dan diameter ujungnya adalah 0,10 meter. Dari satu pohon, semakin ke ujung pohon diameter semakin kecil dan angka yang tertera dalam Tabel 2, kolom diameter, merupakan rata-rata dari keseluruhan pangkal tual dan ujung tual.

Tabel 2, pada kolom volume merupakan jumlah dari keseluruhan volume tual, baik itu tual yang berdiameter besar maupun yang berdimeter kecil. Jadi, volume per tual dan diameter tual dapat selengkapnya dilihat pada lembar lampiran.

Secara keseluruhan kegiatan pembagian batang ini dilakukan dengan menggunakan chainsaw merk STIHLL dan chainsaw merk NEW WEST ukuran kecil yang memiliki kapasitas tangki minyak 0,6 liter. Dari beberapa sampel yang diambil didapat bahwa untuk memotong satu batang pohon (1 batang pohon = ± 6 tual) menjadi satu tual diperlukan waktu selama 4,61 detik. Dalam satu menitnya dapat menghasilkan sebanyak 13 tual. Sehingga dalam satu jam dapat menghasilkan 780 tual yang telah dipotong. Jika digambarkan dalam harian yang produktif waktu kerja hanya 8 jam, maka dalam satu hari produktivitas rata-rata per hari adalah sebanyak 6.240 tual atau setara dengan 1.040 batang pohon.

3. Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching)

(37)

disusun rapi dengan menggunakan excavator jepit. Penumpukan yang dimaksud bukanlah penumpukan yang disusun di tempat penumpukan di pinggir jalan untuk dimuat ke alat angkut (truck) melainkan disusun dan ditumpuk menjadi beberapa tumpukan dalam satu areal tebangan untuk memudahkan dan mengurangi waktu pakai pada kegiatan pengupasan kulit kayu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penumpukan adalah sebagai berikut:

• Tumpukan kayu tidak terlalu tinggi untuk memudahkan pengupasan

dengan alat kupas.

• Tumpukan dilakukan di areal yang mudah dijangkau oleh alat kupas.

Gambar 3. Kegiatan penumpukan oleh alat excavator.

Kegiatan penumpukan dilakukan oleh satu alat excavator dalam tiap areal tebangan. Tinggi tumpukan tetap diperhatikan oleh operator agar tidak terjadi tumpukan yang terlalu tinggi.

(38)

batang pohon yang dapat ditumpuk adalah sebanyak 84 batang pohon. Jika untuk satu hari waktu produktif kerja adalah 10 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 840 batang pohon yang dapat ditumpuk.

4. Kegiatan Pengupasan (Debarker)

Kegiatan pengupasan merupakan kegiatan mengupas kulit kayu dengan tujuan untuk membersihkan kayu dari kulit kayu. Karena dalam pembuatan kertas, tidak diperlukan kulit kayu. Kulit kayu yang jika dibawa ke pabrik akan menyebabkan banyak limbah di daerah pabrik. Jadi, dilakukan pengupasan terlebih dahulu di areal tebangan di hutan tanaman indiustri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di hutan tanaman indiustri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan

(39)

Alat yang digunakan adalah parang dan obeng untuk mencongkel kulit agar memudahkan pengupasan.

Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan pengupasan adalah sebagai berikut:

• Semua kayu yang sudah ditumbang atau pun yang sudah dipotong

dikupas bersih.

• Dilakukan pengupasan dari arah pangkal kayu sampai ujung kayu dan

yang tertinggal hanya di bawah diameter 5 cm.

• Pengupasan secara manual dilakukan sampai seluruh kulit kayu terkupas.

• Pengupasan secara mekanis dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi

patah batang pohon.

Gambar 4. Pengupasan secara mekanis dengan alat kupas.

(40)

Kegiatan pengupasan secara manual dilakukan setelah batang pohon dipotong menjadi beberapa potongan kecil (tual). Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mengupas kulit kayu. Pada Gambar 4 dan Gambar 5 ditunjukkan adanya perbedaan panjang batang yang dikupas. Dengan tenaga mesin satu batang pohon utuh yang dilakukan pengupasan sedangkan dengan tenaga manusia harus dilakukan pembagian batang terlebih dahulu untuk mempermudah pekerja dalam melakukan pengupasan kulit.

Tabel 3. Pengerjaan kegiatan pengupasan kulit kayu.

Teknis Panjang (m) Diameter (m) Waktu Kupas

(menit) Volume (m

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan mengambil 80 batang pohon dan 9 tual sebagai sampel, dapat dilihat dari Tabel 3. Waktu untuk mengupas batang pohon dengan menggunakan alat kupas yaitu selama 53 menit 6 detik dengan hasil sebesar 20,01 m3, maka rata-rata untuk mengupas kulit kayu dalam 1 (satu) batang pohon membutuhkan waktu selama 39,6 detik. Dalam melakukan pengerjaan pengupasan haruslah dikerjakan secara hati-hati. Karena jika kayu diangkat terlalu tinggi dapat menyebabkan batang pohon yang sedang dikupas patah. Hal ini juga dipengaruhi oleh ukuran batang kayu, diameter dan panjang batang pohon.

(41)

kayu) atau bekas patahan cabang yang terdapat pada batang pohon dan panjang batang pohon. Pengerjaan pengupasan lebih banyak terjadi patah pada ujung batang pohon karena ukuran diameter yang lebih kecil dari pada pangkal batang pohon.

Secara manual dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan bahwa kulit dikupas dengan cara mencongkel kulit terlebih dahulu dengan obeng atau parang untuk memudahkan dalam pengupasan. Secara manual kulit kayu dikupas pada kayu dalam bentuk tual (panjang 2,50 m). Hal disebabkan oleh pengerjaan yang dilakukan dengan tenaga manusia. Pekerja di dalam pengupasan manual merupakan masyarakat setempat agar tidak mengalami kesulitan dalam hal tempat tinggal serta supaya perusahaan dapat bekerja sama dengan masyarakat dan masyarakat tidak merasa dirugikan. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan secara manual adalah selama 24 menit 43 detik dengan hasil sebesar 0,17 m3, maka rata-rata untuk mengupas 1 (satu) tual membutuhkan waktu selama 2 menit 45 detik.

Secara manual waktu yang dipergunakan untuk mengupas kulit satu tual adalah 2 menit 45 detik. Dalam satu jam dapat mengupas kulit kayu sebanyak 22 tual yang telah dikupas kulitnya. Jika dalam satu hari waktu produktif kerja adalah 7 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 154 tual (22 batang pohon). Sedangkan secara mekanis waktu yang dipergunakan untuk mengupas satu batang pohon adalah 39,6 detik. Sehingga satu jam dapat mengupas kayu sebanyak 91 batang pohon. Jika satu hari waktu produktif kerja adalah 10 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 910 batang (5.460 tual).

(42)

Kegiatan penyaradan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menarik batang pohon yang telah menjadi potongan-potongan kecil (tual) dari dalam (in field) ke areal pinggir jalan (TPn). Tual yang dibawa haruslah yang telah dilakukan pengupasan. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat sarad sederhana yang disebut Pontoon dan ditarik oleh Excavator.

Teknisnya excavator menarik pontoon dan excavator memasukkan tual ke dalam pontoon dan ini dimulai dari dalam (in field) mengarah keluar areal (TPn). Alat excavator memiliki 2 (dua) fungsi dalam kegiatan ini, yaitu sebagai yang menarik pontoon dan sebagai yang memasukkan tual ke dalam pontoon. Excavator hanya mengambil kayu dari satu tumpukan yang telah dikupas kulitnya semua.

Gambar 6. Penyaradan dengan menggunakan pontoon yang ditarik excavator.

(43)

Tabel 4. Pengerjaan kegiatan penyaradan dengan menggunakan pontoon.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata untuk menarik kayu dalam satu kali tarikan membutuhkan waktu selama 1 jam 7 menit 39,6 detik dengan rincian kegiatan adalah menarik pontoon kosong ke dalam, mengisi pontoon dengan excavator, menarik pontoon yang berisi tual, dan bongkar muat tual dari pontoon menjadi susunan rapi untuk siap dimuat ke truck. Rata-rata jumlah tual yang ditarik dalam satu kali tarikan adalah sebanyak 184 tual dan rata-rata jarak tarikan adalah sejauh 181,67 meter.

Waktu yang dibutuhkan untuk menarik pontoon yang berisi terlihat lebih lama dibandingkan dengan waktu untuk menarik pontoon kosong dan bongkar muat. Karena pada saat penarikan dilakukan, excavator berhenti beberapa kali untuk mengisi pontoon dengan tual. Sedangkan waktu tarik kosong, excavator hanya menarik pontoon sampai ke ujung areal tebangan dan bongkar muat, excavator hanya memindahkan tual dari pontoon ke TPn. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menarik pontoon yang berisi lebih lama dari pada yang lain.

(44)

pontoon adalah 181,67 meter didapat bahwa waktu yang dipergunakan untuk satu pontoon dengan ukuran pontoon 19,45 m3 (panjang 4,70 m, lebar 2,50 m, tinggi rata-rata 2,47 m, faktor konfersi 0,67) adalah selama 1 jam 7 menit 39,6 detik. Dengan rincian excavator dengan pontoon berjalan tanpa kayu, excavator mengisi kayu ke dalam pontoon, berjalan dengan muatan kayu di pontoon, dan bongkar muat di pinggir jalan (TPn). Terhitung waktu yang diperlukan untuk penarikan kayu dengan pontoon adalah 1 jam. Jika dalam satu hari waktu produktif kerja adalah 10 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 194,45 m3 yang dapat ditarik dengan pontoon.

6. Kegiatan Pemuatan (Loading)

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memuat kayu ke dalam truck yang akan membawa kayu produksi ke pabrik pembuatan kertas. Kayu yang telah ditumpuk dipinggir jalan yang akan dimuat ke dalam alat angkut. Muatan kayu juga harus sesuai dengan kapasitas alat angkut dan muatan kayu disusun dengan rapi agar memudahkan dalam membawa muatan. Ukuran masing-masing alat angkut (truck) berbeda-beda sehingga kubikasi dan waktu yang didapat saat pemuatan juga berbeda. Beberapa hal yang diperhatikan dalam proses pemuatan (loading) adalah sebagai berikut:

Pemuatan kayu di atas truck harus rapi.

Pemuatan di atas truck tidak boleh bercampur dengan ranting, cabang,

tanah, daun, plastik, dan lain sebagainya.

• Kayu muatan harus diikat dengan menggunakan dua rantai/pengikat.

(45)

Ukuran alat angkut (truck) yang terdapat di lokasi penelitian memiliki ukuran yang berbeda-beda. Jadi, masing-masing truck dapat dimuat dengan kubikasi yang berbeda juga. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak tiga buah truck dalam pengambilan data, yaitu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kegiatan pengerjaan pemuatan (loading).

Truck ke- Waktu Kerja (menit) Volume truck (m3)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu yang digunakan oleh operator dengan alat untuk memuat yaitu excavator adalah 1 jam 1 menit 14,4 detik. Rata-rata waktu yang digunakan untuk merapikan adalah 38 menit. Jadi, rata-rata waktu yang digunakan untuk proses memuat kayu ke dalam truck adalah total dari waktu memuat dengan waktu merapikan adalah selama 1 jam 39 menit 14,4 detik. Volume rata-rata alat angkut (truck) adalah sebesar 52,76 m3. Volume kayu tual terbanyak yang dapat diangkut oleh truck pada Tabel 5 adalah pada truck ke-2, yaitu sebanyak 57,79 m3 (panjang 11,50 m; lebar 2,50 m; tinggi 3 m) dan yang terendah adalah pada truck ke-1, yaitu sebanyak 48,16 m3 (panjang 11,50 m; lebar 2,50 m; tinggi 2,50 m)

(46)

Terhitung waktu untuk memuat satu truck adalah 1,5 jam (1 jam 30 menit) sehingga jika dalam satu hari waktu kerja produktif adalah 10 jam, maka produktivitas rata-rata per harinya adalah 7 truck/unit kayu yang dapat dimuat. Produktivitas Pada Setiap Kegiatan

Produktivitas pemanenan kayu yang dilakukan di hutan tanaman industri pada PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pemanenan kayu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produktivitas setiap kegiatan pemanenan.

Kegiatan Waktu Kerja

(jam) Volume (m

3

) Produktivitas (m3/jam)

Penebangan (Felling) 0,27 20,01 74,13

Pembagian Batang (Bucking) 0,66 12,30 18,72

Penumpukan (Pre-Bunching) 0,95 20,01 21,01

Pengupasan (Debarking) 0,89 20,01 22,61

Penyaradan (Extraction) 3,38 56,98 16,84

Pemuatan (Loading) 4,96 156,20 31,48

(47)

kosong dengan menggunakan excavator dan harus memulai penyaradan (Extraction) dari ujung menuju ke tempat penumpukan (TPn). Selain itu, pada bagian ini operator juga harus mengisi pontoon dengan excavator sekaligus menarik pontoon yang berisi ke tempat penumpukan (TPn).

Analisis Biaya

Pernyataan Elias (1987) dalam Rakhman (2004) mendefinisikan biaya sebagai jumlah uang yang harus dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan. Biaya juga merupakan nilai yang harus diberikan terhadap penggunaan peralatan dalam mendukung berlangsungnya kegiatan. Jadi, dalam penelitian ini analisis biaya yang diterangkan adalah biaya dari tiap kegiatan pemanenan di atas.

Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau yang digunakan oleh setiap kegiatan pemanenan. Tetapi, perhitungan dilakukan dengan menggunakan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk keseluruhan alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan adalah chainsaw, excavator, debarker, dan pontoon. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini juga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, seperti upah operator, upah kupas manual. Biaya-biaya inilah yang dianalisis dalam penelitian ini untuk kegiatan pemanenan kayu di hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I sektor Sei Kebaro.

(48)

Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Analisis biaya dalam pemanenan kayu di hutan tanaman industri.

Uraian Biaya Chainsaw (Rp/jam) Excavator

(Rp/jam)

Jumlah-B 14.862,50 18.091,88 148.690 217.205

Biaya mesin (A + B) 23.712,50 19.920,88 277.990 365.469

II. Upah Tenaga Kerja

1. Operator 15.625 15.625 20.833,33 20.833,33

Jumlah Upah 15.625 15.625 20.833,33 20.833,33

(49)

bakar. Spesifikasi kedua merk dari kedua alat tersebut juga mempengaruhi besarnya biaya variabel.

Biaya tetap untuk alat excavator dan alat debarker secara berurutan adalah sebesar Rp 129.300/jam dan Rp 148.264/jam. Biaya tidak tetap untuk excavator dan debarker adalah sebesar Rp 148.690/jam dan Rp 217.205/jam. Perbedaan biaya antara excavator dengan debarker disebabkan oleh harga alat tersebut. Sehingga biaya mesin untuk alat excavator dan debarker secara berurutan adalah sebesar Rp 277.990/jam dan Rp 365.469/jam. Seperti pada alat chainsaw, besarnya biaya mesin untuk alat excavator dan debarker daipengaruhi oleh spesifikasi dari alat tersebut serta harga dari kedua alat. Semakin tinggi atau bagus spesifikasi alat maka harga alat akan semakin tinggi. Sehingga biaya mesin dari alat juga semakin tinggi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap.

Berdasarkan Tabel 6 dapat juga diketahui bahwa biaya mesin tertinggi terdapat pada alat pengupas (debarker), yaitu sebesar Rp 365.469/jam dan biaya

mesin terendah terdapat pada alat chainsaw merk NEW WEST, yaitu sebesar Rp 19.920,88/jam. Hal ini juga disebabkan oleh harga alat serta besarnya biaya

yang dikeluarkan untuk biaya operasional alat. Biaya operasional merupakan biaya tidak tetap.

Upah tenaga kerja yaitu upah operator dan yang tertinggi terdapat pada upah operator alat excavator dan debarker. Hal ini karena kemampuan dari operator untuk menggunakan alat excavator dan debarker harus yag lebih mahir untuk kelancaran kegiatan.

Tabel 8. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap alat pemanenan No.

Jenis Alat Kegiatan Jumlah

Alat (Unit)

Bm + Upah (Rp/jam)

(50)

1. Chainsaw Penebangan (Felling) 45 74.883,38 3.369.752,10 Pembagian Batang (Bucking)

2. Excavator

Penumpukan (Pre-Bunching)

32 298.823,33 9.562.346,56 Penyaradan (Extraction)

Pemuatan (Loading)

3. Debarker Pengupasan (Debarking) 10 386.302,33 3.863.023,30

Total 87 760.009,04 16.795.121,96

Biaya yang terlalu banyak harus dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan negara atau devisa negara di bagian produksi kayu dari hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia. Menurut Elias (2002), hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia dibangun dengan tujuan meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku industri pengolahan kayu.

Tabel 8 menunjukkan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan oleh PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebesar Rp 16.795.121,96/jam dengan total unit alat yang digunakan adalah sebanyak 87 unit. Dengan jumlah dana yang yang harus dikeluarkan oleh PT. Sumatera Riang Lestari untuk hutan tanaman industri tempat lokasi penelitian sebesar yang disebut di atas, maka produksi kayu yang dihasilkan harus melebihi dari biaya yang harus dikeluarkan.

(51)

Tabel 9. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap kegiatan pemenan.

No. Nama Kegiatan Produktivitas (m3/jam)

Biaya

Produktivitas (Rp) Jumlah Alat

1. Penebangan (Felling) 74,13 52.753.720

chainsaw 2. Pembagian Batang (Bucking) 18,72 13.317.460

3. Penumpukan (Pre-Bunching) 21,01 14.951.840

excavator 4. Penyaradan (Extraction) 16,84 11.980.240

5. Pemuatan (Loading) 31,48 22.404.300

6. Pengupasan (Debarking) 22,61 16.085.740 debarker

Tabel 9 menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi terdapat pada kegiatan penebangan, yaitu sebesar 74,13 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 52.753.720 sedangkan produktivitas terendah terdapat pada kegiatan penyaradan, yaitu sebesar 16,84 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 11. 980.240. Alat yang digunakan untuk mencapai produktivitas yang ditunjukkan pada Tabel 9 ada tiga jenis alat, yaitu chainsaw, excavator, dan debarker.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan alat chainsaw dapat dihasilkan kayu sebanyak 92,85 m3/jam, dengan menggunakan alat excavator dapat dihasilkan kayu sebanyak 69,33 m3/jam, dan dengan menggunakan alat debarker dapat dihasilkan kayu sebanyak 22,61 m3/jam. Dari besarnya produktivitas yang dihasilkan tiap alat pada tiap kegiatan pemanenan didapat bahwa produktivitas terbesar terdapat pada alat chainsaw.

Berdasarkan hasil yang didapat dari Tabel 9, sebaiknya alat chainsaw dapat ditambah untuk lebih memperbesar produktivitas dengan biaya alat yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan untuk alat excavator dapat dikurangi jumlah alat untuk mengurang biaya pengeluaran alat.

(52)

ILO (1983) dalam Rahman (2001), menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan, industri, dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas pemanenan dapat dihitung dengan cara besarnya produksi kayu yang dibawa ke tempat pengolahan kayu dikurangi dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Besarnya produktivitas produksi kayu per hari dapat diketahui dari besarnya produktivitas pemuatan (loading) dan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 10. Produktivitas pemanenan di hutan tanaman industri (HTI).

Dalam Satuan Nilai

m3/jam 31,48

m3/hari 314,80

m3/bulan 7.555,2

Setiap kegiatan dalam pemanenan dapat menghasilkan produktivitas masing-masing dengan menggunakan alat chainsaw, excavator, dan debarker untuk mempermudah pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas pemanenan. Pada Tabel 9 ditunjukkan bahwa dalam kegiatan penebangan dan pembagian batang dengan menggunakan alat chainsaw dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 92,85 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 3.369.752,10 sedangkan dalam kegiatan penumpukan, penyaradan, dan pemuatan dengan menggunakan alat excavator dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 69,33 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 9.562.346,56 dan dalam kegiatan pengupasan dengan menggunakan alat debarker dapat menghasilkan produktivitas kayu sebanyak 22,61 m3/jam dengan biaya sebesar Rp 3.863.023,30.

(53)

excavator, yaitu sebesar 31,48 m3/jam. Sehingga per hari produktivitas pemanenan adalah sebesar 314,80 m3/hari. Jika dihitung dalam satuan ton maka produktivitas pemanenan adalah sebesar 286,47 m3/hari.

Produktivitas pemanenan kayu bukan merupakan jumlah dari produktivitas yang didapat dari setiap kegiatan pemanenan, yaitu penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan. Karena beberapa kegiatan dalam pemanenan menggunakan alat yang sama dan ada pula yang berbeda. Sehingga produktivitas yang didapat juga berbeda disetiap kegiatan dalam pemanenan.

Tabel 10 menunjukkan bahwa produktivitas pemanenan yang didapat per hari adalah sebesar 314,80 m3/jam dan jika dihitung dalam satuan rupiah dengan harga per ton kayu berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 12 tahun 2012 adalah sebesar Rp 782.000/ton, maka pendapatan per hari PT. Sumatera Riang Lestari –Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebesar Rp 246.173.600/hari. Nilai ini merupakan kisaran biaya pendapatan yang didapat dari produksi kayu per hari dari produktivitas yang dihasilkan dalam tiap kegiatan dalam pemanenan.

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Biaya pemanenan, yaitu penebangan (Felling), pembagian batang (Bucking), penumpukan (Pre-Bunching), pengupasan (Debarking), penyaradan (Extraction), dan pemuatan (Loading) dapat dihitung dari biaya tetap dan tidak tetap peralatan yang digunakan untuk memanen kayu serta upah tenaga kerja. Biaya pemanenan secara berurutan dari alat chainsaw, excavator, dan debarker adalah sebagai berikut Rp 3.369.752,10; Rp 9.562.346,56; dan Rp 3.863.023,30.

2. Produktivitas pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman industri PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu

(55)

TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan Penebangan (Felling)

Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Menurut Ditjen Pengusahaan Hutan (1993), penebangan merupakan kegiatan pemanenan kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah ditetapkan. Dengan tujuan yaitu untuk mendapatkan bahan pasokan industri pengolahan kayu dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang memenuhi persyaratan.

Urutan-urutan pekerjaan penebangan menurut Hariyani (2000) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Menentukan arah rebah

Merupakan langkah awal untuk melakukan penebangan. Dengan tujuannya yaitu untuk mengurangi besarnya kerusakan pada batang pada saat jatuh ke tanah.

b. Membersihkan tanaman semak disekitar pohon

Tujuannya adalah untuk memberikan ruang bagi penebang dalam menebang pohon.

c. Membuat takik rebah

Pembuatan takik rebah haruslah serata mungkin dengan permukaan tanah supaya hasil yang dicapai semaksimal mungkin.

d. Membuat takik balas

(56)

Kegiatan Pembagian Batang (Bucking)

Menurut Suhartana dan Dulsalam (1994), pembagian batang adalah membagi batang kayu menjadi sortimen-sortimen yang lebih kecil dengan kegunaan antara lain sebagai berikut:

1. Berat yang lebih kecil dari kayu-kayu yang akan diangkut lebih lanjut.

2. Kemungkinan mengeluarkan bagian-bagian yang berpenyakit, cacat-cacat dan bagian-bagian yang tidak dapat dijual dalam pembagiannya agar tidak memberatkan biaya pengangkutan.

3. Penyesuaian yang lebih baik pada kapasitas alat-alat penyaradan dan pengangkutan yang tersedia.

4. Penyesuaian yang secepat-cepatnya kepada permintaan pasar, sehingga biaya pengangkutan yang tidak perlu dapat dihindarkan.

Elias (1998) dalam Retno (2001) mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan pembagian batang adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis, memisahkan berbagai sortimen kayu sesuai dengan peruntukkannya dan untuk mempermudah pengangkutan dari satu batang pohon dengan memperhatikan azas peningkatan mutu sesuai penggunannya. Nilai sortimen kayu dari satu batang pohon ditentukan oleh variasi kualitas, panjang, dan diameter. Ketiga variabel yang menentukan nilai tersebut diatur dalam pembagian batang.

Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching)

(57)

yang rapi dengan tujuan agar memudahkan batang pohon dikupas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penumpukan adalah sebagai berikut: 1. Tumpukan kayu jangan terlalu tinggi agar pengupasan dengan debarker tidak

mendapat kesulitan.

2. Tumpukan diletakkan di areal yang mudah dijangkau oleh alat debarker untuk mengupas.

Kegiatan Pengupasan (Debarking)

Kegiatan pengupasan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membersihkan batang kayu dari kulit kayu. Pengupasan merupakan bagian dari kegiatan pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman industri yang memiliki alat pengupas. Tidak semua hutan tanaman industri yang ada di Sumatera yang melakukan pengupasan dengan alat kupas.

Kegiatan Penyaradan (Extraction)

Kegiatan penyaradan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pemanenan kayu yang dilakukan di hutan tanaman industri. Elias (1988) dalam Fajri (2000) menyatakan bahwa penyaradan merupakan tahap awal dari pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat diikatkan pada rantai penyarad di tempat penebangang, kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau tepi jalan mobil) dan berakhir setelah kayu dilepas dari rantai penyarad.

Kegiatan Pemuatan (Loading)

(58)

kayu dibawa oleh alat angkut ke tempat pengolahan kayu. Pemuatan merupakan bagian awal dari kegiatan pengangkutan kayu ke tempat pengolahan kayu.

Analisis Biaya

Elias (1987) dalam Rakhman (2004) mendefinisikan biaya sebagai jumlah uang yang harus dibayarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan. Biaya juga merupakan nilai yang harus diberikan terhadap penggunaan peralatan dalam mendukung berlangsungnya kegiatan. Biaya dalam kegiatan pemanenan kayu secara mekanis dibagi menjadi enam golongan, yaitu:

1. Biaya usaha, ialah biaya mesin ditambah biaya operator (Rp/jam).

2. Biaya operator, ialah biaya untuk operator (supir, kernet, atau orang yang menjalankan alat produksi mesin, dinyatakan dalam Rp/jam atau Rp/m3). 3. Biaya mesin, ialah biaya tetap ditambah biaya operasi/variable (Rp/jam).

4. Biaya tetap, ialah biaya yang berlangsung terus sepanjang masa pakai alat (Rp/satuan waktu).

5. Biaya operasi, ialah biaya yang dikeluarkan jika alat tersebut digunakan, yang meliputi biaya perbaikan dan pemeliharaan serta biaya bahan bakar dan pelumas (Rp/jam).

Waktu Kerja

(59)

Sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah waktu kerja yang diperlukan untuk suatu kerja yang tidak efektif dalam suatu proses produksi.

Penelaahan waktu kerja (time study) dipelopori oleh Taylor pada tahun 1881 dan sampai sekarang penelaahan dan pengukuran waktu kerja telah dikembangkan dalam metoda dan alat pengukur waktu kerja. Menurut Sanjoto (1958) dalam Andri (2000), ukuran prestasi kerja dapat dinyatakan dengan banyaknya hasil kerja dalam satu satuan waktu tertentu, dimana pekerjaan seseorang terdiri dari sebagian waktu kerja dan sebagaian waktu istirahat.

Pengukuran waktu kerja dalam pengamatan waktu kerja menurut Sanjoto (1958) dalam Sulistiyanto (2001) adalah sebagai berikut:

Metode Null Stop (berulang)

Dalam metode ini, waktu kerja yang sesunguhnya dari tiap elemen kerja dibaca seketika menurut stopwatch yang pada setiap awal elemen kerja perhitungan dimulai dari nol. Pada kegiatan ini biasanya dipergunakan dua buah stopwatch atau lebih yang dipasang pada papan pencatat waktu.

• Metode Berurut (komulatif)

Dalam metode ini waktu kerja yang sesungguhnya dihitung dengan cara mengurangi dua pengukuran yang beruntun. Pada kegiatan ini dapat digunakan stopwatch minimal satu buah.

Metode Kombinasi Null Stop dan Berurut

Waktu kerja dihitung dengan menggunakan kedua metode di atas. Kombinasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahan yang mencolok. Pada kegiatan ini penggunaan stopwatch lebih dari satu buah.

(60)

ILO (1983) dalam Rahman (2001), menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan, industri, dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas juga merupakan suatu gabungan sumber (intput). Dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang atau jasa (output) yang dihasilkan dari sumber itu. Sumber-sumber meliputi tanah dan bangunan, bahan baku, mesin, dan tenaga kerja. Produktivitas harus ditinjau dari sudut waktu, karena output produksi memuaskan dari sebuah mesin, alat atau seorang pekerja dalam waktu tertentu itulah yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung produktivitas.

(61)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan hasil hutan merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Tujuan dari pemanenan hasil hutan yaitu memaksimalkan nilai kayu, mengoptimalkan pasokan kayu industri, meningkatkan kesempatan kerja serta mengembangkan ekonomi regional (Mujetahid, 2009).

Kegiatan pemanenan yang dilakukan di hutan tanaman industri bertujuan untuk mengoptimalkan pasokan kayu industri, meningkatkan nilai tambah dan devisa negara serta meningkatkan pendapatan daerah. Menurut Elias (2002), hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia dibangun dengan tujuan meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku industri pengolahan kayu. Kualitas hutan produksi dapat dilihat dari analisis biaya pemanenan. Melalui analisis biaya dapat dilihat keefesiensian dari pemanenan yang selama ini telah dilakukan oleh HTI. Dengan demikian HTI sendiri dapat meminimalisasi biaya pemanenan jika ternyata biaya pemanenan yang dilakukan selama ini tinggi.

(62)

Tujuan Penelitian

1. Analisis biaya pemanenan di HTI PT. Sumatera Riang Lestari yang berfokus kepada tahapan penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan.

2. Analisis produktivitas pemanenan kayu di HTI PT. Sumatera Riang Lestari.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi bagi akademi, peneliti, masyarakat umum, dan pihak-pihak yang membutuhkan terkait dengan informasi biaya penebangan di hutan tanaman industri, Sumatera Utara. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini berfokus pada kegiatan penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan.

(63)

ABSTRAK

WARSEIN ROY M. S : Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara), yang dibimbing oleh MUHDI dan YUNUS AFIFUDDIN.

Analisis biaya dan produktivitas produksi kayu dilakukan di PT. Sumatera Riang Lestari. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2014 sampai bulan September 2014. Tujuannya adalah untuk menganalisis biaya pemanenan yang berfokus kepada tahapan penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan serta menganalisis produktivitas pemanenan kayu di HTI PT. Sumatera Riang Lestari. Metode analisis pengambilan sampel pohon dilakukan dengan purposive sampling. Untuk menganalisis biaya pemanenan di HTI digunakan rumus-rumus perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Untuk menganalisis produktivitas pemanenan kayu dilakukan dengan menghitung besarnya produktivitas kayu yang dikeluarkan dari lokasi HTI ke tempat pengolahan kayu dengan alat angkut (truck). Untuk mendapatkan data dalam perhitungan biaya dan produktivitas pemanenan kayu diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pemanenan kayu, yaitu biaya

tetap dan tidak tetap (variabel) yang digunakan adalah Rp 288.243 dan Rp 398.849,38. Produktivitas pemanenan kayu yang didapat pada hutan tanaman

industri (HTI) PT. Sumatera Riang Lestari adalah sebesar 314,80 m3/hari.

(64)

ABSTRACT

WARSEIN ROY M. S: Analysis of Costs and Productivity in Plant Forest Wood

Production Industry (Case Study PT. Sumatera Riang Lestari-Block I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu South and the District. North Padang Lawas), which is guided by MUHDI and YUNUS AFIFUDDIN .

Analysis of costs and productivity of timber production is done in PT. Sumatera Riang Lestari. This research was conducted since August 2014 until September 2014. The purpose of this research is to analyze the cost of harvesting that focus on the stages of harvesting, the division of the stem, stacking, stripping, extraction, loading and analyzing productivity and harvesting of timber in HTI PT. Sumatera Riang Lestari. The method of analysis in the sampling trees is done by purposive sampling. To analyze the cost of harvesting used calculation formulas fixed costs and variable costs (variable). To analyze the productivity of harvesting is done by calculating the productivity of timber extraction from the location of HTI to sawmills with conveyances (truck). Data in the calculation of costs and productivity of timber harvesting obtained by direct observation in the field.

The research results showed that the cost of harvesting, fixed and variable costs (variable) used is Rp 288.243 and Rp 398.849,38. Productivity harvesting of timber obtained in plantation forests (HTI) PT. Sumatera Riang Lestari is 314,80 m3/hari.

(65)

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU

PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI

(

Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara

)

SKRIPSI

Warsein Roy M. S 101201163/Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(66)

ABSTRAK

WARSEIN ROY M. S : Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara), yang dibimbing oleh MUHDI dan YUNUS AFIFUDDIN.

Analisis biaya dan produktivitas produksi kayu dilakukan di PT. Sumatera Riang Lestari. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2014 sampai bulan September 2014. Tujuannya adalah untuk menganalisis biaya pemanenan yang berfokus kepada tahapan penebangan, pembagian batang, penumpukan, pengupasan, penyaradan, dan pemuatan serta menganalisis produktivitas pemanenan kayu di HTI PT. Sumatera Riang Lestari. Metode analisis pengambilan sampel pohon dilakukan dengan purposive sampling. Untuk menganalisis biaya pemanenan di HTI digunakan rumus-rumus perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Untuk menganalisis produktivitas pemanenan kayu dilakukan dengan menghitung besarnya produktivitas kayu yang dikeluarkan dari lokasi HTI ke tempat pengolahan kayu dengan alat angkut (truck). Untuk mendapatkan data dalam perhitungan biaya dan produktivitas pemanenan kayu diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pemanenan kayu, yaitu biaya

tetap dan tidak tetap (variabel) yang digunakan adalah Rp 288.243 dan Rp 398.849,38. Produktivitas pemanenan kayu yang didapat pada hutan tanaman

industri (HTI) PT. Sumatera Riang Lestari adalah sebesar 314,80 m3/hari.

(67)

ABSTRACT

WARSEIN ROY M. S: Analysis of Costs and Productivity in Plant Forest Wood

Production Industry (Case Study PT. Sumatera Riang Lestari-Block I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu South and the District. North Padang Lawas), which is guided by MUHDI and YUNUS AFIFUDDIN .

Analysis of costs and productivity of timber production is done in PT. Sumatera Riang Lestari. This research was conducted since August 2014 until September 2014. The purpose of this research is to analyze the cost of harvesting that focus on the stages of harvesting, the division of the stem, stacking, stripping, extraction, loading and analyzing productivity and harvesting of timber in HTI PT. Sumatera Riang Lestari. The method of analysis in the sampling trees is done by purposive sampling. To analyze the cost of harvesting used calculation formulas fixed costs and variable costs (variable). To analyze the productivity of harvesting is done by calculating the productivity of timber extraction from the location of HTI to sawmills with conveyances (truck). Data in the calculation of costs and productivity of timber harvesting obtained by direct observation in the field.

The research results showed that the cost of harvesting, fixed and variable costs (variable) used is Rp 288.243 and Rp 398.849,38. Productivity harvesting of timber obtained in plantation forests (HTI) PT. Sumatera Riang Lestari is 314,80 m3/hari.

(68)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Biaya dan Produktivitas Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan doa dan semangat serta mendukung penulis dalam moril dan material. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketua komisi pembimbing Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si dan anggota komisi pembimbing Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para mahasiswa kehutanan.

(69)

DAFTAR ISI

Kegiatan Pembagian Batang (Bucking) ... 4

Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching) ... 4

Kegiatan Pengupasan (Debarking) ... 5

Kegiatan Penyaradan (Extraction) ... 5

(70)

Prosedur Penelitian ... 11

1. Pengumpulan Data ... 11

2. Analisis Data di Lapangan ... 12

3. Pengolahan Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan dalam Pemanenan ... 18

1. Kegiatan Penebangan (Felling) ... 18

2. Kegiatan Pembagian Batang (Bucking) ... 21

3. Kegiatan Penumpukan (Pre-Bunching) ... 23

4. Kegiatan Pengupasan (Debarking) ... 25

5. Kegiatan Penyaradan (Extraction) ... 28

6. Kegiatan Pemuatan (Loading) ... 31

Produktivitas Pada Setiap Kegiatan ... 32

Analisis Biaya ... 33

Produktivitas Pemanenan di HTI ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

(71)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kegiatan pengerjaan penebangan di hutan tanaman industri ... 19

2. Kegiatan pengerjaan pembagian batang di hutan tanaman industri ... 22

3. Pengerjaan kegiatan pengupasan kulit kayu ... 27

4. Pengerjaan kegiatan penyaradan dengan menggunakan pontoon ... 29

5. Kegiatan pengerjaan pemuatan (loading) ... 31

6. Produktivitas setiap kegiatan pemanenan ... 33

7. Analisis biaya dalam pemanenan kayu di hutan tanaman industri ... 34

8. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap alat pemanenan ... 36

9. Analisis biaya dalam pemanenan disetiap kegiatan pemanenan ... 37

(72)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Beberapa hal yang tidak dilakukan operator chainsaw ... 18

2. Pembagian batang menjadi beberapa tual dengan chainsaw ... 21

3. Kegiatan penumpukan oleh alat excavator ... 24

4. Pengupasan secara mekanis dengan alat debarker ... 26

5. Pengupasan secara manual dengan tenaga manusia ... 26

(73)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta areal hutan tanaman Eucalyptus sp. PT. Sumatera Riang Lestari

sektor Sei Kebaro ... 44

2. Penebangan dengan menggunakan chainsaw merk STIHLL ukuran kecil ... 45

3. Penebangan dengan menggunakan chainsaw merk NEW WEST ukuran kecil ... 46

4. Pembagian batang dengan menggunakan chainsaw merk STIHLL ukuran kecil ... 47

5. Pembagian batang dengan menggunakan chainsaw merk NEW WEST ukuran kecil ... 48

6. Pengupasan dengan menggunakan alat kupas (mekanis) ... 49

7. Pengupasan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) ... 51

8. Pemuatan kayu ke alat angkut (truck) ... 52

9. Kegiatan penebangan (Felling) ... 57

10. Kegiatan pembagian batang (Bucking) ... 57

11. Kegiatan penumpukan (Pre-Bunching) ... 58

12. Kegiatan pengupasan (Debarking) ... 58

13. Kegiatan penyaradan (Extraction) ... 59

14. Kegiatan pemuatan (Loading) ... 60

Gambar

Gambar 1. Beberapa hal yang tidak dilakukan operator chainsaw.
Tabel 1. Kegiatan pengerjaan penebangan di hutan tanaman industri.
Gambar 2. Pembagian batang menjadi beberapa tual dengan chainsaw.
Gambar 3. Kegiatan penumpukan oleh alat excavator.
+7

Referensi

Dokumen terkait