VOLUME
10NO.2, JULI
2015
Pengaruh Kepemirikan Manajeria!,
profitabiritas
dan
Set
Peluang lnvestasi pada
Kebijakan
Utang
Aida
Yuliadan Nurhaida
Habitualisasi sebagai Model pendidikan
Antikorupsi
di
Lingkungan
Keluarga
An antawi krama
Tu n g g a Atm adj aPemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Skema pembiayaan
Kerjasama pemerintah dengan Swasta dan
Desmiyawa,,,ro?,1L"!!ii,t"*'*;:::,::'::;y,
Perbedaan Reaksi
pasarAtas
pengumuman pemecahan
saham
pada
'
Le45
dan Non
Le4s
nny Meylita p.
dan Gerianta Wirawan yasa
Kemampuan Pelatihan Pasar Modal Memoderasi Pengaruh pengetahuan
lnvestasi dan Penghasilan pada Minat Berinvestasi Mahasiswa
Luh Komang Merawati dan
Iputu
Mega
Juli
semara
putra
Mengenar siapa Aku datam Membangun atau Mengembangkan
llmu
pengetahuan (=Akuntansi)
iura"
SadhaSuardikha
Perilaku
Oportunistik
penyusun Anggaran
Sayu Made Parwati,
I
GustiAyu Nyoman
Budiasihdan
tda
Bagusputra
Astika
rssN
2302-514XJIAB
JURNAL
ILMIAH
AKT]NTANSI
DAI\
BISNIS
ISSN 2302 - 514XVOLUME
10 NO. 2,JULl20li,Hal.
69-133DAFTARISI
Kata
Pengantar
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial, Profitabilitas
dan Set Peluang Investasi padaKebijakanUtang
Aida Yulio dan Nurhaida
Habitualisasi sebagai Model Pendiclikan
Antikorupsi
tli
Lingkungan KeluargaAnantawilcrama Tungga Atmadj a
Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir
Melalui
Skema
Pembiayaan Kerjasama
Pemerintah dengan Swasta dan Corporate Social ResponsibilityDesmiyawati, H.
Amir
Hasan, Samsir dan NurAzlina
Perbedaan Reaksi Pasar atas Pengumuman Pemecahan Saham pada
LQ45danNonLQ4S
Hanny Meylrta P. dan Gerianta Wirawan Yasa
Kemampuan Pelatihan Pasar
Modal
Memoderasi Pengaruh Pengetahuan Investasi dan Penghasilan padaMinat
BerinvestasiMahasiswa,
Luh Komang Merawati dan
I
Putu MegaJuli
SemaraPutra
Mengenal
SiapaAku
dalam Membangun atau MengembangkanIlmu
Pengetahuan(=Akuntansi)
I
Made Sadha SuardikhaPerilaku
Oportunistik
Penyusrin AnggaranSayu Made Parwati,
I
Gusti Ayu Nyoman Bucliasih dan Ida Bagus Putra AstikaIndeks Subjek
JURNAL
ILMIAH
AKUNTANSI DAN
BISNIS
Volume
l0
No.
1 dan 2Tahun 2015
Indeks
Pengarang
JURNAL
ILMIAH
AI(UNTANSI DAN
BISNIS
Volume
10No.
1dan
2Tahun20l5
Indeks
Mitra
Bebestari
JURNAL
ILMIAH
AKUNTANSI DAN
BISNIS
Volume
l0
No.
1 dan2 Tahun 20125
69-79
80-88
89-95
96-104
105-1I8
fi9-126
t27-133
133.1
I JJ.J
[,r
i
lrctz llade Pant'ati, Perilaht Opurtunistik Penyusun... 127
PERILAKU
OPORTTJNISTIK
PEI\MiSI.iN A}IGGARAN
Sayu Made
Parwatit
I
Gusti AyuNyoman
Budiasih2Ida
BagusPutra
Astika3r'2.rFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Surel ; parwatisy@gmail.com
ABSTRAK
Fenomena perilaku penyusun allggaran yang memasukkan self-interest serta kepentingan kelompoknya
dalam alokasi belanjaAPBD menjadi hal yang menarik untuk diteliti dari sudut pandang teori keagenan.
Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan secara empiris pengaruh PAD, DAU dan SiLPA pada
perilaku oportunistik penyusnrl arlggaran di Bali. Lokasi penelitian di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota
se-Bali dengan menggunakan data sekunder berupa dataAPBD Kabupaten/Kota tahun 20 10 sampai 2014.
Analisis data dengan metode regresi linier berganda membuktikan terdapat pengaruh positif PAD, DAU
dan SiLPA pada perilaku oportr.rnistik perlyusun anggaran. Perubahan jumlah PAD, DAU dan SiLPA akan mempengaruhi peningkatan perilaku penyusun anggarall yang dilihat dari perubahan spread belanja sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hibah dan batrsos. lmplikasi penelitian ini bagi
pemeriltah dairah dapat dijadikan masukan untuk perbaikan kualitas perlyusunall anggaran. Bagi
penelitian selarrjutnya agar menambah variabel inclependen seperti pinjaman daerah yang belum
dapat.dikembungku,', karena keterbatasan data serta mengembangkatt kuesioner untuk mendalami
persepsi pihak yang terlibat pada penyusunan anggarall. Kata Kunci: PAD, DAU, SiLPA, perilaku oportunistik
ABSTRACK
Budgeting behavioral phenomena that incluries self-interest and group interest in the allocation
of
butlget ipenditures be an interesting to examinetl by the agtihcy theory.This researchwas conducted ini(nini)
Regency/Municipal in Bali by using time series tlata obtainedfrom the Regency/MunicipalApB;D from Zb tO to ZOrt l. The research results shcws that thevariable PAD has positive and significance
inJlueiced opportunistic behavior budgeting. DALI and SiLPA has positive in/luence bttt not significance. Changes the amount of PAD, DAU and SiLPA influence increased budgeting behavior seen from o partiitrlar sector expenditure spreatl ofeducotion, health, infrastructure, grant qni 5oc:ial assistance. 'This
research urggestetl that local government can improve infrastructure of localfinoncial management'
Future research could ctdd independentvariables such as lttan that connot be explore in this research because the limited of rtata and use questionnaire to meosure the perception of budgetingfromer. Keywords: PAD, DAU, SiLPA , Opportunistic Behavictr
PENDAIIULUAN
Penyusunan allggaran daerah menjadi faktor
kunci
dalam
merealisasikankewajiban
serta kebijakan pemerintah daerah dalam mewujudkankesejahteraan masyarakat. Berbagai permasalahan
muncul
karenajumlah
kebutuhanyang
harus diakomodir relatif banyak. sementara sumber dayayang
dimiliki
pemerintah terbatas.Kondisi
ini semakin diperparah karena proses penyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan tahapan politis yang melibatkan pihak
eksekutif serta legislatif dengan kepentingan yang berbeda. Kebij akan anggaran menj adi ajang perebutan
kepentingan oleh pihak
-
pihak yang terlibat padaproses penyusunan anggaran (Sujaie, 2013)' Fenomena perilaku penyusun anggaran menarik
untuk
ditetiti
lebih lanjut, karena masih ditemuibeberapa penyimpangan meskipttn secara formal
mekan isme penyusunan anggaran telah diatur dalam
128 Jurnal tlmicth Akuntansi elan Bisnis, tbl. t0. No. 2, Jttti 2015
kepentingan
politis,
memasukkan usulan proyek besar dengan harapan mendapat konrpensasi /eeproject (llmaidi, 20 I 4). penel itian Sujaie (20 I 3) juga
menemukan bahwa peningkatan belanja hibah dan
bantuan sosial dimanfaatkan oleh penyusun anggaran
untuk kepentingan
politis
terutama pada masapemilihan umum.
Kondisi
ini
purl
rentan menimbulkan korupsi (politicat cctwuption) akibatpenyalahgunaan dana untuk kepentingan pribadi clan
kelompoknya (Martinez et at., 2004).
Ditinjau dari teori keagenan, proses penyusltnan anggaran merupakan tindak lanjut dari kontrak antara
principal
daln agents. DPRD selaku agen darimasyarakat yang telah memilih (voters) diberikan
mandat
untuk
memperjuangkan
kebutuharr masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan agardapat
diakomodir
dalam
ApBD
(Lupia
andMcCubbins,2000; Andvi get ttl., 2001, Hagen,Z}OZ).
Demikian pula eksekutif selaku agen dari legislatif
diharapkan mengusulkan anggaran sesuai kebutuhan
riil
dalam penyelenggaraan pemerintahan dengantujuan
akhir
kesejahteraanrakyat
(Halim
danAMullah, 20061' Latifah, 20 I 0; Abdu I lah, ZO I 2).
Dampak positif dari penerapan teori keagenan
pada penyusunan anggaran akan mampu meningkatkan
efi siensi karena agen ingin m enunj ukkan k i nerj a y an g
baik pada prinsipal. namun
di
sisi lain dapat pulamenimbulkan dampak negatif yang ditunjukkan dengan
perilaku oportunistik
(Latifah,
2010).Meningkatnya perilaku oportunistik dapat dilihat dari perubahan alokasi belanja daerah yang sarat dengan kepenti ngan p ihak tertentu (S uryari n i, 20 lZ). Terj acl i
kecenderungan peningkatan alokasi anggaran untuk
belanja infrastruktur, belanja hibah dan bansos
(Abdullah dan Asmara, 2006; Ritonga dan AIam, 2010) sementara
di
sisi belanja kebutuhan dasarseperti pendidikan dan kesehatan
tidak
terjadipeningkatan yang signifi kan (Abdull ah, 2012). Penelitian terdahulu (Abdullah, 20I 2; Abdullah danAsmara,2006;Maryono, 20 l3 clan Sularso dkk., 2014) menemukan bukti empiris bahwa perubahan pendapatan berpengaruh pada perilaku oportunistik
penyusun anggaran. Legislatifakan nrendorong eksekutif
untuk memperbesar target pendapatan seliingga dapat
meningkatkan alokasi anggaran untuk program yang
mendukung kepentingannya (Sularso dkk., 2014). Penyusun anggaran akan mengalokasikan dana yang
lebih besar untuk bidang-bidang tertentu sesuai preferensinya apabila terjadi peningkatan jumlah
PAD yang signifikan.
H,:
Terdapat pengaruh positif PAD pada perilakuoportunistik penylrsun anggaran
Sumber penerimaan
lain
untuk membiayai pengeluaran daerah adalah Dana Alokasi Umum (DAU). Penggunaan DAU cukup fleksibeldan tidakterikat
denganprogram
pengeluarantertentu
l(Maryono,20l3).PenilrgkatanjumlahDAUmemberi peluang untuk mengusulkan alokasi belanja baru
(Sularso dkk.,20l4).
H": Terdapat pengaruh positif DAU pada perilaku oportun istik penyusun anggaran
Sisa
Lebih
Perhitungan Anggaran(SiLpA)
lmenjadi alternatifpembiayaan daerah untuk
menutup
i
defisit ketika
nilai
belanja
lebih
besardari
jpendapatan. Mekanisme perubahan APBD
menjadi
Jsarana
legal untuk
menganggarkankembali
I
(rebudgeting) SiLPA tahun sebelumnya agardapat
I
dialokasikan
untuk
belanja
,".uui
pr:eferensi
I
penyllsun anggaran sehingga membuka,uurg
I
terjadinya perilakr.r oportunistik (Sularso dkk., 2014I
I
Hr:
Terdapat pengaruh positif SiLpApadaperilahl
oportunistik penyusun
anggaran
I
T:::;-,::Trsumber
d,.i
APBD
I
Kabupaten/kota se-Bali untuk kurun waktu 2010
- I
20l4yangdiperoleh dari Biro Keuangan Sekretariatf
Daerah Provinsi Bali, Badan pusat Statistik (BpS)
I
Pqovinsi Bali dan situs Direktorat Jendral Keuanean
L
Daerah Kementerian Keuangan. populasi
yang
I
digunakan adalah seluruh APBD Kabupaten/Kota
I
se- Bali yang berjumlah 9 (Sembilan) Kabupaten/
I
Kota.
Seluruh populasi digunakan sebagaisampel
I
dengan metode sampel
jenuh.
I
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
menguji
I
pengaruh variabel bebas PAD, DAU dan
SilpApada
f
variabel terikat yaitu Perilaku Oportunistik
penyusun
I
Anggaran (OPA). OPA menunjukkan
perubahan
I
(spread) alokasi anggaran belanja tertentu
dariApBD
I
tahun sebelumnyakeAPBD tahun berjalan.prinsipal
I
dan agen berbeda preferensi ketikamengalokasikan
I
sumber daya pada penyusunan anggaranyang I
menyebabkan terjadinya spreacl,sehingga nilai
OpA I
menggambarkan besaran
self-interestpenyusun
I
anggaran (Abdullah,
2012).
I
Pengukuran OPA dikembangkan dari
penelitian
I
Abdullah (2012),dengan tahap pengukuran
sebagai
I
?it'u,Xl;r*n
itung spreadarokasi anssaranberanja
I
dari APBD tahun berjalan ke tahun
sebelumnya
I
Sektor yang diamati adalah bidang
pendidikan,
Ikesehatan, pelrcUaan umum, hibah dan bansog
yaitu
B
E
H
APdk
yaitu
penurunanalokasi
untukbelanja pendidikan
A.Kes y aitu penurunan alokasi untuk belanja kesehatan
APU yaitu
peningkatan alokasi untukbelanja PU
Anfian
yaitu peningkatan alokasi untukbelanja hibah
ABansos yaitu peningkatan alokasi untuk
belanja bansos
Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur nilai OPAyaitu memberikan nilaipositif untuk data
yang menunjukkan perubahan sesuai ketentuan,
serta memberikan nilai 0 (nol) apabila terjadi
penrbahan yang bertentangan dengan ketentuan atau tidak terjadi perubahan.
2)
Menggabungkan spread yang menunjukkanOPA secara keseluruhan.
OPA:APdk+ AKes + Alpu+ A.ntOah+ ABansos
PAD yang
dimiliki
pernerintah
daerah bersumber dari penerimaan Pajak dan RetribusiDaerah, Pendapatan
dari
Laba PerusahaanDaerah dan lain-lain. PAD diukur dari spreud
PAD (A PAD) yaitu perubahan meningkat atau
menurunnya PAD dariAPBD tahun berjalan ke
tahun sebelumnya (Abdullah, 20 1 2).
PAD
:'A
PADuooDn1_nro,, (Lt)... ... ... ...
l)
DAU bersumber dari APBN yang dialokasikan
untuk menunjarrg pelaksanaan desentralisasi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Halim, 2004). Pengukuran variabel DAU dilihat dari spread
DAU
dalam
APBD
tahun
berjalan ke
tahunsebelumnya (Sularso dkk., 2014).
DAU:
A DAUorrr,j-orr,t(kt)"'..'...
'2) SiLPA menjadi alternatif sumber penerimaanpembiayaan
untuk
menutup
defisit
APBD. Pengukuran SiLPAdilihat
dari spread SiLPA (ASiLPA) dari APBD tahuseberumnya(t-,, ke APBD ,,,n*,,..,(Sularso dkk., 2014)
seDerumuya (Ll, \
siLPA
:
A', SiLPAerln(-t) _ApRt) (t_2)... ... ... ...3)
Analisis data didahuluidengan uji asumsi klasik
agar hasilnya
BLUE
atat Best Linecrr Unbiased Estinmtor sehingga rnodel regresi layak digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2011).Uji
ini terdiriatasuji
normalitas residual,
multikoloniearitas,
Sayu lr,{ade Paru,ati, Perilaht Opurtunistik penyusun... 129
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Selanjutnya
d i I aku kan uji G o o dn e s s ctffi t lunfitk men i Ia i ke layakan
model yaug dipergunakan pada penelitian ini dengan
melihat nilai R2. nilai uji F dan uji t. Adapun model persamaan yang dipergunakan yaitu:
Y = a
*
b,X,+b,X,+
brXr+e...
...4)Keterangan: a)
b)
c)
d)
e)
Y
xr
x,
x3
a
b
e
Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (oPA)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) DanaAlokasi Umum (DAU)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Konstanta.
Koefisien Regresi. Error.
HASIL DAN PEMBAHASAN
APBD disusun setiap tahun untuk dijadikan
dasar pedoman pengelolaan keuangan daerah selama
1 periode anggaran. Struktur utama APBD terdiri atas
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah. Ditinjau dari sisi penerimaan, APBD Kabupaten/l(ota di Bali menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Gambar I menunjukkan peningkatan PAD, DAU dan SiLPA
dari tahun 2010 -2014
Gambar 1. Peningkatan PAD, DAU dan SiLPA Ka bupaten lKota se-Bali Tahun 2010-2014
Sumber:
Biro
Keuangan Setda Prov.Bali
(diolah),
2015Gambar
I
menunjukkan terjadi peningkatan PAD yang cukup signifikan dari tahun ke tahunden gan r ata
-
r ata pen i n gkatan sebe sar 29Yo. S elainPAD, besaran DAU juga memiliki proporsi yang
cukup
besar
dalam APBD, dan
mengalamipenirrgkatan rata
-
rata l5%o setiap tahun. BesaranDAU akan berkurang apabila daerah telah mampu
130 ,htrnal llmiah Ahmtansi dan Bisnis, Vol. t0. No. 2. Jrti 20t 5
2010 2011 2012 2013 2014
*o*
Badung--
Gianyar- -{**- Klungkung
--*s- Bangli
x
Jembrana_-
TabananBuleleng
--o-
Karangasem [image:6.612.45.610.0.770.2] [image:6.612.44.597.35.376.2] [image:6.612.64.594.379.747.2]Denpasar
Gambar 2. Rasio Belanja Pendidikan pada APBD Kabupaten lKota se-Bali Tahun 2010-2014
Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Bali (diolah), 2015
50
20
10
mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan selama 5 tahun terakhir.
Dilihat dari sisi belanja secara umum, terjadi fluktuasi alokasi belanja untuk bidang
-
bidang tertentu. Gambar2
menunjukan perubahan rasiobelanja sektor pendidikan terhadap alokasi belanja
keseluruhan untuk 9 Kabupaten/Kota di Bali.
Gambar 2 menunjukan terjadi kecenderungan
fluktuasi penlrrunan alokasi belanja untuk sektor pendidikan pada APBD Kabupaten/Kota
di
Bali, namun tetapmengikuti
standarminimal
yangditetapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu sebesar 20oZ
dari total belanja dalam APBD. Korrdisi yang berbeda
terjadi
pada alokasi belanja untuk
bidang infrastruktur, dimana secaratotal
menunjukkan pe-ningkatanyang
cukup signifikan.
Belanja infrastruktur menjadi fokus penting dalam APBD, karena ditengarai dapat dimanfaatkan oleh legislatifmaupun eksekutif untuk memenuhijanji politik pada
saat pemilihan umum (Abdullah, 2012). Gambar 3
menunj ukan perubahan alokas i be lanj a infrastruktur pada APBD Kabupaten/Kota se-Bali untuk periode
2010-2014.
Bdg
Bgl Bll
Gnr
Jbr
Krg Klk
Tbn
DpsGambar 3. Rasio Belanja
Infrastruktur
pada APBD KabupatenlKota se-Bali Tahun 2010-2014Sumber: Biro Keuangan Setda Prov. Bali (diolah), 2015
Sesuai data APBD dari 9 Kabupaten/ Kota di Bali untuk kurun waktu 201 0-2014 diperoleh jumlah observasi sebanyak
36.
Pengujian normalitasresidual menunjukkan nilai koefisien Aslun.Sig
(2-tailed) adalah 0,372
>
6
(0,05), artinya bahwa residual data berdistribusi norm al. Output SpSS menunjukantidak
ada gejala multikolonieritas,heteroskedastisitas dan tidak terdapat autokorelasi.
Hasil pengujian goodness of
fit
menunjukkanmodel sudahy'r dilihat dari nilai R, (0,834) yang bermakna bahwa 83,4 o/o
variasi OpA dijelaskan oleh
variasiPAD, DAU dan SiLPA, sedangkan faktor lain
diltrar model menjelaskan sebesar 16,6
yo. Uji
Fmemiliki signifikansi sebesar 0,000 <
6:
0,05, sertauji
t
padanilai
signifikansi
dibawah 6 (0,05).Berdasarkan hasil output SPSS, maka persamaan
regresinya adalah:
Y = -4938, 880 + 9,277
y,*
0,446Xr+ 0,30g4Persamaan tersebut mempunyai makna:
I)
Konstanta sebesar -4938,880 berarti bahwaapabila variabel PAD
(Xr),
DAU
(X,)
dan SiLPA(Xr) konstan,
maka OPA rata-
rata sebesar 4938,880.2)
KoefisienX,
sebesar0,277
berarti bahwa apabila variabel PAD (Xr) bertambah satu satuan(asumsi variabel lainrrya tidak berubah), maka
OPA mengalami penambahan sebes ar 0,277.
3)
Koefisien
X,
sebesar 0,446berarti
bahwa apabila variabelDAU (X,)
bertambah satu satuan (asumsi variabel lainnya tidak berubah),maka OPA mengalami penanrbahan sebesar 0,446.
4)
Koefisien X,
sebesar 0,308berarti
bahwa apabila variabel SiLPA(Xr)
bertambah satu satuan (asumsi variabel Iainnya tidak berubah),maka OPA mengalami penambahan sebesar 0.308.
Berdasarkan data APBD Kabupaten/Kota
se-Bali
Tahun 2014, PADmemiliki
proporsi yang cukup signifikan dalam menunjang pendapatan Daerah yakni sebesar 33.7Yo atau lebih besar darirata-rdtanasional sebesar 23,75 % (DJPK, Z0l4). Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang
berada pada kisaran 31,
4
o/o. HipotesisI
padapenelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif pAD pada perilaku oportunistik penyusun anggaran
terbukti signifikan setelah dianalisis secara statistik dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000
<
6:
0,05 darr nilui t n,,u,,* (6,630))
t ,"b.r( 1.6939).Peningkatan PAD dari tahun sebelumnya ke tahun berjalan mempengaruhi alokasi belanja sektor
Sa1,y yotru Paru,ati, Perilaku Opurtunistik Penyusun...
l3l
-
sektor tertentu yang dapat memberikan manfaat bagipenyusun anggaran. Hasil ini memperkuat penelitian
Abdullah dan Asmara (2006) yang menemukan bahwa
perilaku
oportunistik legislatif
dipengaruhi oleh perubahan pendapatansendiri. PAD
sebagaikomponen utama dari penerimaan daerah akan sangat
menentukan besaran alokasi belanja. Beberapa studi
terdahulu seperti
Abdullah
dan Asmara (2006\, Oktririniatm aja (201I ). Maryono (20l3)
dan Sularsodkk.
(2014) membuktikan
bahwa pendapatanberpengaruh pada belanja.
Ditinjau dari
sudut pandangteori
keagenanterdapat kecenderungan
terjadi
perilaku
untuk meningkatkan alokasi sumber daya pada penetapan anggaran sektorpublik
yang dilakukan oleh parapelaku pada proses penganggaran (Magner and
Johnson, 1995). Pengusul anggaran dalam hal ini
pihak eksekutifatau agency sekaligus berperan ganda
selaku
penggunaanggaran. peran ganda ini
mempengaruhiperilaku pihak eksekutif
untukberupaya meningkatkan besaran angka anggaran yang diusulkan jauh diatas nilai riilyang diburuhkan (Smith and
Bertozzi,
1998). Perilaku oportunistik juga ditunjukkan oleh pihaklegislatif
dalam pembuatankeputusarr tentang penggllnaan sumber daya. Pihak
legislatif
yang
seharusnya memperjuangkankepentingan publ ik untuk m ewuj udkan kesejahteraan rakyat
tidak
melakukan perannya sesuai harapanpublik.
Kondisi
ini
bertentangan dengan konsepbelanja publik yang secara sederhana dapat dikatakan
sebagai proses
yang
dilakukan
politisi
untukmembelanjakan uang orang orang lain (publik) untuk
kepentingan Lrmum (Hagen. 2002).
Penguj ian terhadap h ipotes i s kedua menunjukkan
terdapat pengaruh
positif DAU
pada perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hasiluji
statistik menunjukkan nilai tn,,,," untuk variabel DAU sebesar 5,759 lebih besar darit
,o0", (1.6939) dengan nilai signifikansi 0,000 < 5 = 0.05. Peningkatan DAU akan berpengaruh pada meningkatnya perilaku oportunistik penyusun anggaran namun tidak meningkat maksimal atau tidak berpengaruh secara nyata. DAU memiliki proporsiyang cukup tinggi dalam APBD dengan rata-
rata 45,4y0 dari total pendapatan daerah. Besarannilai
DAU yang diterima masing-
masing daerah cenderung meningkat setiap tahun.Kondisi
ini rnenjadi celah tersendiri bagi penyusun anggaranuntuk mengalokasikan dana tersebut untuk membiayai
belanja sesuai preferensi yang menguntungkan pihak
132 Jurnal llmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol. 10. No. 2. Juti 2015
Pengujian
hipotesis
ketiga
menunjukkan terdapat pengaruhpositif
SiLPA pada perilaku oportunistik penyusun anggaran.Nilai
signifi kansi 0,004<
6:
0,05 dengan nilai t,.
lebih besar darit
*,
yaitu
3,102>
;a%q.
nJr'ii'-ini
mendukungpenelitian
sebelumnya yang
di lakukan Oktririniatm aja (20 I 1 ), Maryono (20 13), Suryarin i(2013) dan Sularso dkk. (2014) yang menemukan
bahwa SiLPA memiliki pengaruh positif terhadap
perilaku oportunistik penyusun anggaralt.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian Maria (2009) yang menemukan pengaruh negatif SiLPA
pada perilaku oportunistik legislatif.
Di
satu sisi,SiLPA merupakan
indikator
efisiensi
apabila bersumber dari penghematan belanja. Namr.rn kondisi yang terjadi, ada kecenderungan penyusun anggaranmelakukan
mark-up belanja
d,an rnark-downpendapatan, sehingga efi siensi yang ditunjukkan dari
besaran SiLPA hanya bersifat semu ketika output
anggaran tidak tercapai (Sularso dkk., 2014).
Komposisi SiLPA pada APB D Kabupaten/Kota
di
Bali tahun 2014 mencapai 99,7 yo dari seluruhpenerimaan
pembiayaa,
meningkatdari
tahunsebelumnyayang berada pada angka 93,7 yo. Selisih
pengurangan pendapatan terhadap belanja pada
realisasi APBD merupakan sisa dana yang dapat
bernilai minus ataupun positif. Apabila sisa dana tersebut bernilai minus disebut defisit, dan
jika
positifdisebut surplus, yang dalam APBD clinamakan
Sisa Lebih PerhitunganAnggaran
(SiLr
;. Besaran SiLPAyang tercantum dalam APBD tai- ,i1 anggaran 2014 merupakan perkiraan besaran SiLPAyang akan terjadi pada akhir tahun anggaran berkenaan. Apabila terdapatnilai
SiLPA yang sangat besar,hal
ini mengindikasikan adanya kekurangcermatan dalampenyusunan anggaran maupun terdapat kendala dalam pelaksanaannya, sehingga penyerapan anggaran
belanja
berpotensikurang
optimal.Penyerapan
yang
kurang
optimal
akanmengakibatkan adanya
saldo (SiLPA)
yangmerupakan danaidle yang belum dimanfaatkan.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat
diambil
sesuai hasilpengujian hipotesis dan pembahasan yaitu:
l)
Terdapat pengaruh positif PAD pada perilakuoportunistik penyusun anggaran di Kabupaten/
Kota
se-Bali. Peningkatan PADdari
tahr.rnsebelumnya ke tahun berjatan mempengaruhi
alokasi belanja sektor
-
sektor tertentu yangdapat memberikan manfaat bagi penyusun anggaran.
2)
Untuk mengurangi perilaku oportunistik padabelanja hibah dan bansos, disarankan agar mekanisme pengajuan diverifikasi lebih teliti
dan pencairan dilakukan sesuai prosedur.
3)
Dilihat dari nilai R2 sebesar 0,834 menunjukkan bahwa masih terdapat 16,6 yo pengaruh variabel lain yang mampu menjelaskan variasivariabel perilaku oportunistik penyusun anggaran. Halini memberi peluang bagi penelitian selanjutnya
menggali
faktor lain
yang
mempengaruhi perilaku oportunistik seperti pinjaman daerah yang belum dapat dikembangkan pada penelitianini karena keterbatasan data yang tersedia.
4)
Aspek metodologi pada penelitianini
belummampu mengungkapkan sepenuhnya beberapa
persoalan
yang mungkin penting
untukmenggambarkan perilaku penyusun anggaran,
sehingga
perlu
dikembangkan suatu daftar pertanyaan lengkap (kuisioner) yang dapat mengukur persepsi pihak - pihak yang terlibat pada penyusunan anggaran.REFERENSI
Abdullah, S. 2012. Perilaku Oportunistik Legislatif
-
dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya:'
Bukti
Empiris dari Penganggaran PemerintahDaeralr
di
Indonesia. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.Abdullah,
S. dan Asmara,J.A.
2006. Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam PenganggaranDaerah:
Bukti
Empiris atas Aplikasi Agency Theorydi
Sektor Publik. Makalah SimposiuntNusional Akuntansi 9. Padang 23-26 Agustus. Andvi g, J.C., Fj eldstad, O.H., Amundsen,I., S issener,
T., and Soreide, T. 2001 . Corruption: A review
of
contemporary research. Chr. MichelsenInstitute
Development Studies and HumanRights Report R 2001: 7.
Ghozali,
L
2011. Aplikewi Analisis Multivariatedengan Progranr ,SP,SS .' Cetakan IV. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hagen, J.V.2002. Fiscalrules, fiscal institutions, and fiscal performance. The Econonic and Social review 33(3): 263-284.
Halim,
A.
dan Abdullah, S. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenandi
Pemerintahan Daerah:Latifah, N.P.2010. Adakah Perilaku
Oportunistik
Ritonga,I.T.danM.I.Alam.20l0.ApakahIncumbentdatamAplikasiAgencyTheorydiSektorPublik
Memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan?. Fokus Ekonomi Vol. 5 No.2 Desember
2010
Belanja Daerah (APBD) untuk Mencalonkan:85-94
Kembali
dalamPemilihan
Umum Kepala Lupia,A. andMcCubbins, M.2000.Representation
Daerah(Pemilukada).
Jurnal
Simposiuntor abdication? How citizens use institutions
to
Nasional AkuntansiXIil.
Purwokerto.help delegation succeed. European Journal
of
Smith, R.W. and M. Bertozzi. 1998. Principals andPolitical
Research3T:291-307.
agents:An
explanatory model
of
public
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah
2(l):
53-64.
Jumaidi, L.T.2014. Perilaku Legislatif dalam Praktik
Penganggaran dengan Pendekatan Nilai
-Nilai
Kearifan Lokal. SNA 17 Mataram Lombok 24-27 September 2014.
Magner,
N.
and G.G. Johnson. 1995. Municipalofficials'
reactions tojustice in
budgetary resource allocation.Public
Administratiort Quarterly: 439-456.Maria, F.T. 2009. Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah:
Bukti
Empirisatas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik.
ksrs
Program Pasca Sarjana Magister Sains Ilmu Ekonomi Universitas Gajah Mada.Martinez,
J.V.,
Arze, J.
and
Boex, J.
2004.Corruption,
Fiscal
Policy,
and
Fiscal Management. Working Pctper. Georgia State University. http://www.fi scalreform.netMaryono,
R.
2013. Pengaruh Perubahan DanaAlokasi Umum TerhadapPeri laku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran D aerah. Jurn
al
Slcripsi. Universitas Negeri Padang
Oktririniatmaja, R. 201 L Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, DanaAlokasi Umum dan DanaAlokasi
Sayu Made Parwati, Perilaku Opurtunistik Penyusun... 133
Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan NusaTenggara. Tesis. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
budgeting.
Journal
of Public
Budgeting, Accounting and Financial Management:325-353.
Sujaie, A.F. 2013. "Oportunisme Perumus Kebijakan Anggaran dalam Penyusunan APBD Provinsi Jawa
Timur
Tahun 2013: Fenomena dalam Pelaksanaan Belanja Hibah dan Bansos" (tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.Sularso,
H.,
Restianto, Y.E. dan Istiqomah, A.E.2014. Determinan
Perilaku
Oportunistik
Penyusunan Anggaran (Studi pada Kabupaten/
Kota
di
Jawa Tengah).SNI
17
Mataram Lombok 24 -27 September 2014Suryar.ini, T. 20 I 2. Peri laku Oportunistk Legialtaif dalam Penganggaran Daerah: BuktiEmpiris atas
aplikasiAgency Theory di Sektor Publik. Jurnal
Review Akwttansi dan Keuangan Vol. 2 No.
I