• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Restoran Hotel di Kabupaten Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Restoran Hotel di Kabupaten Badung."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP

HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA

RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

KRISNADI RAHMANU

NIM.1116051070

(2)

ii

SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP

HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA

RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

KRISNADI RAHMANU

NIM. 1116051070

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP

HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA

RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

KRISNADI RAHMANU

NIM. 1116051070

(4)

iv

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 18 JANUARI 2016

PEMBIMBING I

Dr. I Made Sarjana, SH., MH NIP. 19611231 19860 1001

PEMBIMBING II

(5)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI

PADA TANGGAL 18 MARET 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana

Nomor 0207/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal 23 Februari 2016

Ketua : Dr. I Made Sarjana, SH., MH ( )

(19611231 19860 1001)

Sekretaris : Ayu Putu Laksmi Danyathi, SH., M.Kn ( )

(19820421 200912 2004)

Anggota : Dr. Dewa Gde Rudy, SH., M.Hum ( )

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan hasil karya asli

penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

penulis lain, kecuali yang secara tertuis diacu didalam naskah ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka.

Apabila skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil

karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang

merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik

dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah

tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga

Denpasar, 18 Januari 2016

Yang menyatakan

(7)

KATA PENGANTAR

Atas berkat, rahmat dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, Maka dapatlah

Penulisan tugas akhir yang berjudul, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KONSUMEN AKIBAT PENYIMPANGAN HIGIENE SANITASI MAKANAN

DAN MINUMAN PADA RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG”,

diselesaikan dengan baik dan lancar. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

guna mencapai gelar Sarjana Hukum (S-1) di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas akhir ini dapat

terselesaikan berkat dorongan, bimbingan, arahan dan bantuan semua pihak. Untuk

itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH. Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana;

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH., Pembantu Dekan II Fakultas

(8)

viii

banyak memberikan petunjuk, bimbingan dan saran yang berguna dalam

penyusunan tugas akhir ini;

8. Ibu Ayu Putu Laksmi Danyathi, SH., M.Kn., Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan banyak waktu untuk mengarahkan dan membimbing

penulis dalam menyusun tugas akhir ini;

9. Bapak I Made Mudana, Staff Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan

Kabupaten Badung yang telah bersedia memberikan informasi sehingga

tugas akhir penulis dapat terselesaikan dengan baik;

10.Para Dosen dan Asisten di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang

telah membimbing dan mendidik penulis selama menjalani studi di

Fakultas Hukum Universitas Udayana;

11.Staff Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah membantu

dalam penyelesaian administrasi selama penulis menempuh studi di

Fakultas Hukum Universitas Udayana;

12.Keluarga besar terutama orang tua, kakak, adik yang penuh kesabaran dan

kasih sayang serta memberikan dukungan, nasehat dan semangat dalam

(9)

13.Sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan semangat, motivasi,

nasehat dan bantuan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini (Sitta,

Via, Dayu Agung, Dayu Gita, Citos, Adyt, Bama, Krisnata, teman-teman

angkatan 2011 kelas XX);

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha dengan segenap

kemampuan dan pengetahuan agar dapat memaparkan permasalahan diangkat secara

terarah dan sistematis. Namun dengan kemampuan yang terbatas, penulis menyadari

bahwa hasil ini jauh dari sempurna baik dalam teknis penulisan maupun materi yang

dikaji, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi

dunia pendidikan serta dapat dijadikan bahan kajian yang berarti.

Denpasar, 18 Januari 2016

(10)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1. Manfaat Teoritis ... 11

(11)

1.7. Landasan Teoritis ... 11

1.8. Metode Penelitian ... 14

1.8.1. Jenis Penelitian ... 14

1.8.2. Sifat Penelitian ... 15

1.8.3. Jenis Pendekatan ... 15

1.8.4. Data dari Sumber Data ... 16

1.8.5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.8.6. Teknik Pengumpulan Sampel Penelitian... 17

1.8.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 2.1. Pengawasan 2.1.1. Pengertian Pengawasan ... 19

2.1.2. Fungsi Pengawasan ... 22

2.2. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

2.2.1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman 24

(12)

xii

2.3. Pengertian Restoran Hotel 31

BAB III PENERAPAN PENGAWASAN TERHADAP HIGIENE

SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA RESTORAN

HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

3.1. Mekanisme Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman ... 33

3.2. Pelaksanaan Pengawasan terhadap Higiene Sanitasi makanan

dan minuman pada Restoran Hotel di Kabupaten Badung .. 38

BAB IV PENYIMPANGAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN

MINUMAN PADA RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN

BADUNG

4.1 Unsur-unsur penyimpangan Higiene Sanitasi Makanan dan

Minuman ... 45

4.2 Hambatan yang dialami didalam melaksanakan Pengawasan

Higiene Sanitasi makanan dan minuman pada Restoran Hotel di

Kabupaten Badung ... 51

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran... 58

(13)

DAFTAR INFORMAN

(14)

xiv ABSTRAK

Higiene Sanitasi Makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan,

minuman, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Dewasa ini masih banyak

pelaku usaha yang belum menyadari akan pentingnya penerapan program Higiene

Sanitasi ini. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan dalam

mengawasi higiene sanitasi daripada rumah makan dan restoran. Salah satunya adalah

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang mengawasi pelaksanaan program Higiene

Sanitasi Makanan di Kabupaten Badung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan memahami pentingnya promgram Higiene Sanitasi Makanan

dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang Higiene Sanitasi Makanan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris yang digunakan

dalam usaha melakukan penelitian langsung ke lapangan dan mengkaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa hambatan terhadap Higene Sanitasi

Makanan dikarenakan faktor biaya yang masih dikenakan kepada setiap pelaku usaha

yang ingin menjalankan program ini dan belum adanya peraturan yang mengikat

dengan tegas bahwa program Higiene Sanitasi ini wajib dijalankan.

(15)

ABSTRACT

Food Sanitation Hygiene factor is control of food , drinks , people, places and

equipment that may or may lead to illness or other health problems. Today there are

still many businesses are not aware of the importance of implementing this program

Sanitation Hygiene . District Health Office / City has the authority to oversee hygiene

and sanitation than eating houses and restaurants . One is the Badung Health Agency

which oversees the implementation of the Food Sanitation Hygiene program in

Badung . The purpose of this research is to know and understand the importance

promgram Food Sanitation Hygiene and regulations governing the Food Sanitation

Hygiene . The method used in this research is juridical empirical method used in the

conduct of business directly to the field of research and study by the legislation in

force in the community .

From this research it is known that the resistance against the Food Sanitation

Higene due to the cost factor that is charged to every business that wants to run this

program and the lack of regulations that bind strongly that this Sanitation Hygiene

program shall run.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makanan dan minuman yang cukup jumlah dan

mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan aktivitasnya. Masalah

pangan menyangkut pula keamanan, keselamatan, dan kesehatan baik jasmani

maupun rohani.1 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2012 tentang Pangan (selanjutnya disebut Undang-Undang Pangan), keamanan

pangan diartikan sebagai kondisi atau upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan

dan kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu

dan membahayakan kesehatan.

Penggunaan bahan makanan yang berlebihan akan menimbulkan resiko

terhadap kesehatan manusia. Maka dari itu disinilah masyarakat harus fokus terhadap

lingkup kesehatan makanan, makanan yang masuk dalam perhatian bidang kesehatan

adalah mengusahakan makanan tidak mengandung zat atau bahan yang dapat

membahayakan kehidupan manusia. Makanan yang sehat adalah makanan yang

mengandung gizi yang seimbang dan mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh

kita untuk tumbuh dan berkembang. Makanan ini seharusnya memiliki kandungan

gizi yang banyak, dan kandungan tersebut antara lain karbohidrat, mineral, protein,

1

(17)

vitamin, dan lemak tak jenuh dalam jumlah yang sedikit saja.2 Gizi merupakan faktor

penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM), oleh karena itu perlu pelayanan terhadap gizi yang berkualitas pada individu

dan masyarakat.3 .

Pengawasan produk dan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan

perlu diintensifkan, mengingat masih banyak ditemukan pangan yang tidak aman

untuk dikonsumsi. Pengawasan yang intensif dan berkualitas perlu didukung oleh

sumber daya yang kompeten. Keamanan makanan dan minuman di Indonesia masih

jauh dari keadaan aman, yang dapat dilihat dari peristiwa keracunan makanan yang

terjadi belakangan ini, seperti yang terajadi di Kabupaten Badung pada tahun 2014

terdapat 2 kasus keracunan makanan di Restoran Hotel di kawasan Kuta. Oleh karena

itu peneliti tertarik untuk mengangkat kasus ini menjadi sebuah penelitian guna

mengatahui bagaimana pelaksanaan pengawasan yang dapat diberikan kepada

konsumen terhadap keamanan pangan. “Dalam kondisi demikian, konsumen pada

umumnya belum memperdulikan atau belum mempunyai kesadaran tentang

keamanan makanan dan minuman yang mereka konsumsi, sehingga belum banyak

menuntut produsen untuk menghasilkan produk makanan yang aman, hal ini

(18)

3

Substandar di era global, semakin mudah beredarnya produk pangan dari dalam dan

luar negeri yang masuk ke pasar domestik. Tidak menutup kemungkinan, produk

pangan ini kadarluasa, mengandung atau terkontaminasi bahan berbahaya dan bahan

tambahan pangan yang dilarang (seperti formalin, borax, rodhamin B, methanyl

yellow). Sebagai gambaran, mari perhatikan jajanan anak sekolah, contohnya pada

pangan olahan tahu, bakso, mie basah, dan ikan. Sungguh menarik untuk dikonsumsi

berbagai aneka macam bentuk dan warna pangan yang dikemas secara sederhana ini.

Tapi bagaimana konsumen tahu pangan mana yang aman dan sehat? Bermula dari

upaya menekan biaya produksi, pelaku usaha kecil menengah tidak jarang

menggunakan alternatif bahan baku dari bahan berbahaya dengan harga relatif murah.

Bahkan dengan memanfaatkan keterbatasan informasi pada label dan rendahnya daya

beli konsumen, terdapat oknum pelaku usaha yang masih memperjualbelikan pangan

yang tidak sesuai dengan standar yang sudah di tentukan. Tentu hal ini sangat

meresahkan karena apabila dikonsumsi, pangan ini akan mempunyai efek samping,

baik secara langsung maupun dalam jangka panjang, yang merugikan konsumen dari

aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan (K3L). Untuk itu, jadilah

konsumen cerdas, yaitu yang mengerti akan hak dan kewajibannya, kritis terhadap

produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan perlindungan konsumen, dapat

menjadi mitra pemerintahan dalam mengawasi kegiatan peredaran produk pangan di

pasar domestik dan memahami akses pemulihan haknya. Sementara bagi pelaku

usaha, persaingan global yang semakin ketat menuntut diproduksinya pangan yang

(19)

lokal untuk dapat bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri.”5 Makanan haruslah

dikelola dengan baik dan benar agar memenuhi persyaratan dan bermanfaat bagi

kesehatan tubuh. Pengelolaan makanan yang baik dan benar pada dasarnya mengikuti

prinsip-prinsip higiene dan sanitasi makanan dalam setiap tahapannya mulai dari

penyiapan bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, pengolahan, penyimpanan

makanan matang, pendistribusiannya sampai dengan penyajian makanan itu sendiri.

Disamping itu peralatan yang digunakan dan penjamah makanan yang mengolah

makanan tersebut juga menjadi perhatian. Dengan pengelolaan makanan yang baik

dan benar, peralatan yang memenuhi syarat, serta penjamah makanan yang sehat dan

didukung dengan fasilitas sanitasi yang memadai, maka kualitas makanan yang

dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan akan makanan sehat dan aman bagi

masyarakat khususnya makanan siap saji. Jadi yang dimaksud higiene sanitasi

makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan

perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan lainnya.6

Hukum perlindungan konsumen saat ini mendapat cukup perhatian karena

menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat

(20)

5

mempunyai hak dan kewajiban. Adapun peraturan perundang-undangan tentang

perlindungan konsumen dan tentang makanan yang memiliki manfaat untuk menjadi

landasan hukum bagi aparat pemerintahan dalam menindak lanjuti

pelanggaran/penyimpangan yang dilakukan oleh produsen/distributor dan agar dapat

menjadi sebuah pedoman yang wajib ditaati oleh masyarakat. Pada pasal 30

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut

Undang-Undang Perlindungan Konsumen) disebutkan bahwa pengawasan terhadap

penyelenggaraan perlindungan kosumen serta penerapan ketentuan peraturan

perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, dan lembaga perlindungan

konsumen swadaya masyarakat. Hukum yang mengatur tentang perlindungan

konsumen ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat sebagai konsumen

maupun pelaku usaha sebagai produsen. Perlindungan Konsumen (consumer

protection), berarti membahas tentang salah satu sisi dari korelasi antara lapangan perekonomian dengan lapangan etika. Dalam kegiatan bisnis terdapat hubungan yang

saling membutuhkan antara pelaku usaha dan konsumen, Kepentingan pelaku usaha

adalah memperoleh laba dari transaksi dengan konsumen, sedangkan kepentingan

konsumen adalah memperoleh kepuasan melalui pemenuhan kebutuhannya terhadap

produk tertentu. Penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan

peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Pemerintah dalam hal ini berwenang melakukan pengawasan terhadap

(21)

bagi masayarakat dan persyaratan keamanan pangan, mutu pangan, dan gizi pangan

serta persyaratan label dan iklan. Pemerintah juga menyelenggarakan program

pemantauan, evaluasi, dan pengawasan secara berkala terhadap kegiatan atau proses

produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan oleh pelaku usaha. Hal

ini sudah diatur didalam Undang-Undang Pangan. Pemerintah haruslah gencar

didalam pemberian penyuluhan bagaimana mengolah makanan yang higienis

sehingga layak untuk dijual dan dikonsumsi masyarakat. Pemerintah yang memiliki

kewenangan dalam mengawasi Higiene Sanitasi adalah Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan mengawasi higiene sanitasi dari para pengelola

pangan yang salah satunya adalah restoran hotel. Restoran hotel adalah salah satu

jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian bangunan yang permanen

dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan

dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Setiap restoran

haruslah memiliki setifikat laik higiene sanitasi restoran yang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota hal ini diatur didalam pasal 2 KEPMENKES RI No.

1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan

dan Restoran (selanjutnya disebut KEPMENKES tentang persyaratan Higiene

(22)

7

restoran. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang memiliki kewenangan dalam

mengawasi higiene sanitasi daripada rumah makan dan restoran yang berada di

Kabupaten Badung.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan 2 (dua)

permasalahan :

1. Bagaimana penerapan pengawasan terhadap Higiene Sanitasi makanan dan

minuman pada Restoran Hotel di Kabupaten Badung?

2. Apa sajakah hambatan yang dialami didalam melaksanakan pengawasan

Higiene Sanitasi makanan dan minuman?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Di dalam penulisan skripsi ini, agar pembahasannya tidak jauh menyimpang,

maka masalah yang dibahas dibatasi ruang lingkupnya. Skripsi ini akan membahas

tentang bagaimana instansi pemerintah mengawasi makanan dan minuman di restoran

hotel berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sudah ada di Indonesia dan

akan membahas bagaimana perlindungan konsumen terhadap makanan yang beredar

di dalam masyakarat jika distributor melakukan kecurangan terhadap makanan yang

dibuat, atau tidak sesuai dengan kualitas yang sudah ada di Badan Pengawasan Obat

(23)

1.4. Orisinalitas

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul PELAKSANAAN

PENGAWASAN TERHADAP HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN

MINUMAN PADA RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG adalah

sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan

menggunakan 2 (dua) skripsi refrensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan

dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan masalah

(24)
(25)

I/2010) Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

736/MENKES/PER/VI/

2010 tentang Tata

Laksana Pengawasan

Kesehatan Air Minum?

1.5. Tujuan Penulisan

1.5.1 Tujuan Umum

Secara umum yang menjadi tujuan dibuatnya skripsi ini adalah untuk melatih

diri dalam usaha membuka pikiran ilmiah secara tertulis serta untuk

memenuhi tugas akhir kuliah atau skripsi di Fakultas Hukum Universitas

Udayana.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

peranan pemerintahan dalam pengawasan makanan demi terjaganya kesehatan

masyarakat, dan mengetahui apakah dasar hukum yang melindungi

(26)

11

1.6. Manfaat Penulisan

1.6.1 Manfaat Teoritis

Seluruh hasil penulisan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah bahan

penelitian kembali bagi lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana dan

sebagai bahan refrensi pada perpustakaan.

1.6.2 Manfaat Praktis

Untuk dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan karya-karya tulis baik itu

pembuatan makalah maupun penelitian hukum lainnya dan memberikan

pengalaman belajar serta melakukan penelitian bagi mahasiswa demi

mengetahui praktek hukum di dalam masyarakat secara langsung

1.7. Landasan Teoritis

Pemberian Perlindungan hukum tidak akan pernah lepas dari negara hukum.

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Menurut Moh.

Kusnadi dan Harmaily Ibrahim yang dimaksud negara hukum adalah : “Negara yang

berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya”.7 Indonesia

merupakan negara hukum yang berdasarkan pancasila.

Perlindungan hukum terdiri dari dua bentuk yaitu perlindungan hukum

preventif dan perlindungan hukum represif.

7

(27)

1. Perlindungan Hukum Preventif

Preventif artinya rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive.

Dalam hal ini artinya perlindungan hukum yang preventif ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum yang preventif sangat besar

artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif berfungsi untuk menyelesaikan sengketa yang

muncul apabila terjadi suatu pelanggaran.

Selain itu juga digunakan teori penegakan hukum yang dikemukakan oleh

Soerjono Soekanto. Beliau menyatakan, secara konsepsial inti dan arti penegakan

hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di

dalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejawantahkan sikap tindak sebagai

rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut dikatakannya keberhasilan

penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti

yang netral, sehingga dampak negative atau positifnya terletak pada isi faktor-faktor

(28)

13

eratnya, yang merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.

Faktor-faktor tersebut adalah:8

 Hukum (undang-undang)

 Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan

hukum

 Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

 Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan

 Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada

karsa manusia didalam pergaulan hidup

Dalam Ketentuan pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen diuraikan,

bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5

(lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional yaitu:

1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.

8

(29)

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsikan atau

digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan daalam penyelenggaraan perlindungan

konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Berdasarkan KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitasi rumah

makan dan restoran, Higiene Sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk

mengendalikan faktor pangan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau

mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

(30)

15

metode dengan melakukan penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapatkan

kebenaran yang akurat dalam proses penyempurnaan penulisan skripsi.9

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fakta (the fact approach) dan

pendekatan perundang-undangan (the statue approach). Pendekatan fakta adaalah

pendekatan yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa data-data dan

wawancara langsung pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian

dan pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang

dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang dikaji. Dapat

disimpulkan di sini penulis ingin melakukan pendekatan terhadap perlindungan

konsumen tentang pengawasan makanan yang beredar pada konsumen yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dan instansi pemerintahan yang

bersangkutan lainnya.

1.8.3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan didalam penulisan skripsi ini adalah sifat

penelitian deskriptif yaitu penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya

penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau menentukan penyebaran suatu

gejala, demikian pula untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala

dengan gejala lain di dalam masyarakat.

9

(31)

1.8.4 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.

2. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian, yang berwujud laporan dan sebagainya.10

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penulisan skripsi ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik studi dokumen dan teknik wawancara. Teknik studi dokumen merupakan

teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam

penelitian normatif maupun dalam penelitian hukum empiris. Karena meskipun

aspeknya berbeda namum keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu

bertolak dari premis normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum

yang relevan dengan permasalahan penelitian. Sedangkan teknik wawancara

merupakan teknik yang lazim digunakan dalam penelitian hukum empiris. Dalam

kegiatan ilmiah wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya pada seseorang,

melainkan dilakukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada respodem maupun

(32)

17

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan didalam penulisan

skripsi ini adalah Teknik Non Probability Sampling. Adapun yang dimaksud Teknik

non probability sampling yaitu setiap unit atau manusia tidak mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai sampel.11 Bentuk dari teknik non probability

sampling yang digunakan oleh peneliti adalah Quota Sampling. Quota Sampling

merupakan suatu proses penarikan sampel dengan memperhatikan sampel yang

paling mudah untuk diambil dan sampel tersebut telah memenuhi ciri-ciri tertentu

yang menarik perhatian peneliti.12

1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan didalam penulisan ini adalah

analisis kualitatif. Analisis kualitatif diterapkan dalam suatu penelitian yang sifatnya

eksploratif dan deskriptif. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah data

naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka,

bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam

struktur klasifikasi. Hubungan antar variable tidak jelas, sampel lebih bersifat non

probabilitas, dan pengumpulan data meggunakan pedoman wawancara.13

11

ibid, h.103

12

Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.86

13

(33)

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI

MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

2.1 Pengawasan

2.2.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan yang diawali

pengamatan kasat mata, pengujian, penelitian dan survey terhadap barang atau jasa

yang beredar di pasar, guna memastikan kesesuaian barang dan atau jasa dalam

memenuhi standar mutu produksi barang dan atau jasa, pencantuman label, klausula

baku, cara menjual, pengiklanan, serta pelayanan purna jual barang dan atau jasa.

Pengawasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengawasan berkala dan pengawasan

khusus. Pengawasan berkala adalah pengawasan barang dan/atau jasa yang

diberlakukan dalam waktu tertentu dan dilaksanakan secara terprogram. Sementara

itu pengawasan khusus adalah pengawasan yang dilakukan sewaktu-waktu

berdasarkan pada laporan pengaduan konsumen dan/atau Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadya Masyarakat (LPKSM). Pengawasan khusus merupakan tindak

(34)

19

adanya pengawasan dapat membantu melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah

ditetapkan untuk mecapai tujuan yang sudah direncanakan. Pengawasan di dalam

pemerintahan memiliki beberapa bentuk, yaitu :

a. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan Preventif berkaitan dengan pengesahan Peraturan Daerah atau

Keputusan Kepala Daerah tertentu. Semua Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah memerlukan pengesahan. Selama pengesahan belum diperoleh, Peraturan

Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan belum berlaku dan

pengawasan ini dilakukan melalui sebelum pekerjaan dimulai. Contohnya

pengawasan terhadap rencana kerja dan rencana anggaran. Sedangkan pengawasan

represif dapat berbentuk penangguhan berlaku atau pembatalan. Suatu Peraturan

Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang sudah berlaku dan mempunyai kekuatan

mengikat dapat ditangguhkan atau dibatalkan, karena bertentangan dengan

kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya.

Pengawasan ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat dan

meminta laporan pelaksanaan.

b. Pengawasan Intern dan Pengawasan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam suatu

organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pimpinan dari

(35)

dilakukan oleh aparat dari luar organisasi. Misalnya pengawasan oleh BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan).

c. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh

pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri langsung di

tempat yang akan diawasi. Sedangkan pengawasan tidak langsung adalah

pengawasan yang hanya mempelajari hasil dari laporan-laporan yang diterima dari

pelaksanaan pengawasan baik secara lisan maupun secara tertulis.

Kegiatan pengawasan makanan dan minuman yang dilaksanakan di Kabupaten

Badung berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

No. 42 tahun 2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang pembentukan Tim Pengawas dan

Pengendalian Makanan dan Kesehatan Makanan Hasil Produksi Rumah Tangga (RT)

di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan Inventerisasi, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyuluhan terhadap

tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman (TPM) seperti : restoran/rumah

makan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, warung makan, jasaboga dan

(36)

21

3. Melaksanakan kegiatan lintas program dalam pembinaan Industri Rumah

Tangga.15

2.2Fungsi Pengawasan

Di Pemerintahan fungsi pengawasan seharusnya memberikan suatu tujuan

tercapainya pemerintahan yang baik dan berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai. Pemerintah yang dimaksud adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

didalam mengawasi makanan dan minuman di restoran hotel. Mekanisme pengaturan

fungsi secara intern dilakukan oleh pemerintah daerah yang diatur didalam pasal 218

ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

berbunyi :

(1) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh

pemerintah yang meliputi :

a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah

b. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh

aparat pengawas intern pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari

pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena dengan

pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan

15

(37)

berpedoman pada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah.

Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan dan

tugas pemerintahan. Pengawasan diadakan dengan maksud :16

a. Mengawasi berjalannya suatu kegiatan;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan mengadakan pencegahan agar tidak

terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang

baru;

c. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah

ditentukan.

Pokok tujuan pengawasan dapat dikatakan untuk membandingkan antara

pelaksanaan dan rencana serta instruksi yang telah dibuat untuk mengetahui ada

tidaknya kesulitan, kelemahan, atau kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja dan

untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan atau

dengan kata lain disebut tindakan korektif.

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dalam mengawasi Makanan dan

Minuman memiliki maksud dan tujuan agar :

(38)

23

2. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan program

kesehatan lingkungan;

3. Mengidentifikasi potensi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang akan

dihadapi pada masa-masa mendatang dalam pelaksanaan program;

4. Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah berdasarkan potensi yang ada di

lingkungan Dinas Kesehatan maupun dengan memanfaatkan potensi lintasi

sektor.17

2.2. Higiene Sanitasi makanan dan minuman

2.2.1. Pengertian Higiene Sanitasi makanan dan minuman

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah dan

mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan aktivitasnya. Masalah

pangan menyangkut pula keamanan, keselamatan, dan kesehatan baik jasmani

maupun rohani.18 Keamanan pangan merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dalam konsumsi sehari-hari. Dengan demikian, sesungguhnya pangan

selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harga yang terjangkau, juga harus

memenuhi persyaratan lain, yaitu sehat, aman, dan halal. Jadi, sebelum pangan

tersebut didistribusikan harus memenuhi persyaratan kualitas, penampilan dan cita

rasa. Pangan tersebut harus benar-benar aman untuk dikonsumsi, artinya pangan tidak

17

Seksi penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, op.cit, h.1

18

(39)

boleh mengandung bahan berbahaya seperti cemaran pestisida, logam berat, mikroba

pantogen ataupun tercemar oleh bahan-bahan yang dapat mengganggu kepercayaan

ataupun keyakinan masyarakat misalnya tercemar bahan berbahaya.

Salah satu persyaratan pengolahan makanan yang baik dan benar adalah

mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi

makanan. Prinsip prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis

tentang pengetahuan, sikap dan perilaku manusia dalam mentaati asas kesehatan, asas

kebersihan, dan asas keamanan dalam menangani makanan. Proses pengolahan

makanan berjalan melalui beberapa tahapan pengolahan mulai dari penerimaan bahan

mentah, pencucian, peracikan, pemasakan, sampai menjadi makanan yang siap

santap. Dengan pengolahan makanan yang baik dan benar akan menghasilkan

makanan yang bersih, sehat, aman, bermanfaat serta tahan lama.19 Higiene adalah

upaya kesehatan dengan cara seperti memelihara dan melindungi kebersihan tangan,

mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan

yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah

upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari

subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan,

(40)

25

tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka

mencuci tangan tidak sempurna. Jadi higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk

mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau

mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Untuk

mengetahui apakah faktor tersebut dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan

kesehatan perlu diakukan analisis.

Adapun aspek pokok dari higiene sanitasi makanan dan minuman yang

mempengaruhi terhadap keamanan Makanan dan Minuman yaitu :

1. Kontaminasi

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan

yang tidak dikehendaki atau diinginkan.

2. Keracunan

Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan

kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak higienis. Makanan

yang menjadi penyebab keracunan umumnya telah tercemar oleh unsur-unsur

fisika, mikroba, atau kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut

dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

dan atau tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene dan sanitasi makanan.

3. Pembusukan

Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan baik

sebagaian atau seluruhnya pada makanan, dari keadaan yang normal menjadi

(41)

alam (maturasi), pencemaran (kontaminasi), sengaja dipelihara (fermentation) atau sebab lain.

4. Pemalsuan

Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan dengan cara menambah

atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan meningkatkan

tampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang

akibatnya akan berdampak kepada konsumen.20

2.2.2. Persyaratan Higiene Sanitasi makanan dan minuman

Berdasarkan KEPMENKES tentang Persyaratan Higiene Sanitasi, tempat

pengelolaan makanan (TPM) haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Lokasi

Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara

lain oleh bahan pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau) bahan padat

(sampah, serangga, tikus).

2. Kontruksi

Secara umum kontruksi dan rancangan bangunan harus aman dan memenuhi

(42)

27

Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor

pendaftaran/laik higiene sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.

4. Tata ruang

Pembagian ruang untuk jasaboga, restoran dan rumah makan minimal terdiri dari

dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan, dan ruang administrasi.

Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan ruangan yang satu

dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu.

5. Lantai

Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah rusak,

tidak mudah lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan terhadap

pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat miring kea rah tertentu dengan

kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi genangan air, serta mudah

menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak.

7. Atap dan Langit-langit

Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan kotoran lain,

sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap tidak boleh bocor,

(43)

8. Pintu dan Jendela

Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan membuka ke arah luar.

Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi

dengan kawat yang dapat dibuka dan dipasang.

9. Pencahayaan

Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk melakukan

pekerjaan.

10.Ventilasi/Penghawaan

Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan

ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara

28oC-32oC. sejauh mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah udara ruangan

tidak terlalu panas, mencegah terjadinya kondensasi (perubahan uap air atau

benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun) uap air atau

lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan membuang bau, asap dan

pencemaran lain dari ruangan.

11.Ruangan Pengolahan Makanan

Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang bekerja

(44)

29

12.Fasilitas Pencucian dan Peralatan Bahan Makanan

Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Pencucian

peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak pencucian peralatan

sedikitnya terdiri dari 2 (dua) bak pencuci yaitu untuk merendam, dan membilas

13.Tempat Cuci Tangan

Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun

antara bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan

tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.

14.Air Bersih

Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan

makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak

berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air

biasanya harus direbus terlebih dahulu.

15.Jamban dan Peturasan

TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat kesehatan

serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Plumbing adalah teknologi

pemipaan dan peralatan yang menyediakan penyediaan air bersih dan membuang

(45)

2.3 Pengertian Restoran Hotel

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang

disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh

perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk

kepentingan umum haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya

dapat terwujud apabila ditunjang dengan keadaan higiene dan sanitasi Tempat

Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dipelihara secara bersama oleh pengusaha

dan masyarakat. TPM yang dimaksud meliputi rumah makan dan restoran. Sebagai

salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan

bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi yang cukup besar untuk

menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari

makanan yang dihasilkannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas Higiene

Sanitasi Makanan dan Minuman tersebut adalah faktor lokasi dan bagunan TPM.

Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan

terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus

dan parasite serta bahan-bahan yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan.

Berdasarkan KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitas Rumah

(46)

31

Restoran, disebutkan bahwa setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin

usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Selanjutnya dalam ketentuan KEPMENKES tentang persyaratan

Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa

untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) rumah makan dan

restoran harus memiliki sertifikat laik higiene sanitasi rumah makan dan restoran

yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun tata cara untuk

memperoleh sertifikat laik higiene sanitasi rumah makan dan restoran, diatur didalam

KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

tertanggal 31 Juli 2003. Untuk memperoleh sertifikat laik higiene sanitasi rumah

makan dan restoran, pengusaha harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas

Referensi

Dokumen terkait

Informasi sensitif dan terbatas: Setiap dari kita harus memastikan bahwa informasi yang sensitif dan terbatas tentang bisnis, karyawan, nasabah, klien dan/atau mitra bisnis

A. Faktor internal yaitu faktor yang mendorong orang untuk berselingkuh.. Hasrat untuk melarikan diri atau mencari pelepasan dari pernikahan yang menyakitkan, rasa bosan, hasrat

Seksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi kelurahan di bidang pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan dan/atau

O.S. solusinya kita adakan pertemuan dengan orang tua murid dan menjelaskan aturan yang sudah ditetapkan oleh dinas. kita panggil wali murid kita bicara baik-baik bahwa

1) Follow , merupakan fitur pertemanan yang ada di Instagram. Pada bagian followers menunjukkan orang-orang yang mengikuti suatu akun dan following berarti akun

Dasar segmentasi pasar konsumen menggunakan dua kelompok variabel yang luas untuk mensegmentasikan pasar konsumen..  Beberapa peneliti berusaha mendefinisikan segmen dengan melihat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan air tebu sebagai pengencer semen yang dikombinasikan dengan kuning telur terhadap kualitas semen

ketepatan wkt wkt : : menejemen menejemen wkt wkt tunggu tunggu , , perencanaan. perencanaan pelayanan pelayanan operasi operasi ( ( jumlah