PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU
TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD SUKOHARJO
Skripsi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
ENDHAH SULISTYOWATI NIM. ST14020
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD SUKOHARJO
Oleh :
ENDHAH SULISTYOWATI NIM. ST14020
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 6 Februari 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Happy Indri H., S.Kep., NS., M.Kep. Sunardi, SKM., M.Kes. NIK. 201284113
Penguji
Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 201189097
Surakarta, Februari 2016 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 200680021
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : ENDHAH SULISTYOWATI NIM : ST 14020
Dengan ini menyatakan bahwa:
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Februari 2016 Yang membuat pernyataan
Endhah Sulistyowati ST14020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugrahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Stress Fisiologis Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUD Sukoharjo”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut S-1.
2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.kep. selaku ketua prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakta.
3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
4. Bapak Sunardi. SKM.,M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada penulis. 5. Ibu Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Penguji skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
6. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSUD Kabupaten Sukoharjo yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Para ibu yang telah bersedia menjadi responden penelitian demi kelancaran skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan Program Transfer Prodi S-1 Keperawatan STIkes Kusuma Husada Angkatan II yang selalu memberikan bantuan dan dukungan. 9. Rekan-rekan bangsal NICU yang banyak memberi dukungan.
10. Suami dan anak-anak ku, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi dukungan dan selalu mendoakan penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis selalu mendapat balasan dengan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Terima kasih.
Surakarta, Februari 2016 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK ... xi ABSTRACT ... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori ... 6
2.2. Stres Fisiologis ... 10
2.3. Perawatan Metode Kanguru ... 18
2.4. Keaslian Penelitian ... 24
2.5. Kerangka Teori ... 26
2.6. Kerangka Konsep ... 26
2.7. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
3.2. Populasi dan Sample ... 29
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ... 32
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengupulan Data ... 33
3.6. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 35
3.7. Etika Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Univariat ... 41
4.2 Analisa Bivariat ... 43
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dilakukan perawatan metode kanguru di RSUD Sukoharjo ... 46
5.2. Stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di RSUD Sukoharjo ... 49
5.3. Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru di RSUD Sukoharjo ... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 59
6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ... 24 Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala
Pengukuran ... 32 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sebelum Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sesudah Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Pengaruh PMK terhadap Rata-rata Keseluruhan Suhu Tubuh,
Frekuensi Denyut Jantung, Saturasi Oksigen pada Bayi BLR Sebelum dan Sesudah Mendapat Perawatan Metode Kanguru (PMK) di RSUD Sukoharjo Tahun 2015 ... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori ... 26 Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin studi pendahuluan Lampiran 2 Surat persetujuan ijin pendahuluan Lampiran 3 Surat ijin penelitian
Lampiran 4 Surat permohonan menjadi responden Lampiran 5 Persetujuan menjadi responden Lampiran 6 Lembar observasi
Lampiran 7 Data penelitian dan Hasil SPSS Lampiran 8 Lembar konsultasi
Lampiran 9 Dokumentasi Lampiran 10 SOP
Lampiran 11 Jadwal Penelitian
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Endhah Sulistyowati
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru terhadap Stress Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sukoharjo
Abstrak
Bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mendapat perawatan di inkubator dengan kondisi lingkungan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur dapat menimbulkan stress fisiologis. Salah satu cara memberikan kenyamanan pada bayi berat lahir rendah adalah dengan Perawatan metode kangguru (PMK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD Sukoharjo.
Penelitian menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre and post test without control. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh 48 bayi berat lahir rendah di NICU RSUD Sukoharjo. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian ini didapatkan rerata suhu tubuh BBLR sebelum perlakuan sebesar 32,25C dan rerata sesudah perlakuan sebesar 36,66C, rerata frekuensi denyut jantung sebelum perlakuan 96,25x/menit dan sesudah perlakuan 123,91x/menit, rerata saturasi oksigen sebelum perlakuan 86,69% dan sesudah perlakuan 94,52%. Perawatan Metode Kanguru mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan saturasi oksigen ke arah normal (p value 0,000 p < 0,05). Terdapat pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo.
Penelitian ini diharapkan bisa menerapkan perawatan metode kanguru untuk menurunkan stress fisiologis pada BBLR
Kata Kunci : Stress fisiologis, bayi berat lahir rendah, perawatan metode kanguru Daftar Pustaka : 61 (1994 – 2015)
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SURAKARTA SCHOOL OF HEALTH 2016 Endhah Sulistyowati
THE INFLUENCE OF KANGAROO MOTHER CARE TREATMENT METHOD TO PHYSIOLOGICAL STRESS AT LOW BIRTH WEIGHT
INFANT IN RSUD SUKOHARJO ABSTRACT
Low Birth Weight Infant getting treatment in incubator by the condition of environment in Neonatal Intensive Care Unit (NICU) in the form of noise, illumination, aromatique, usage of appliance and procedure can generate the physiological stress. One oj' giving the infant comfortable at low birth weight infant with kangaroo mother care. This study purpose to knowing the influence of kangaroo mother care treatment method to physiological stress at low birth weight infant in RSUD Sukcharjo.
The study was using quation experiment with quantitative design by pre and post test without control approach. The sample taking technique was using purposive sampling so obtained 48 low birth weight infants in NICU RSUD Sukoharjo. The data analyze was using Wilcoxon Signed Rank Test.
This study result was got temperature of body temperature average at low birth weight infant bejore treatment have equal to 32,2oC and after treatment have average equal to 36,66oC average of heart beat frequency before treatment 96,25x/minute and after treatment 123,91x/minute, average of saturasi oxygen saturation before treatment 86,69% and after treatment 94, 52%. Treatment of Kangaroo Mother Care have the influence having a meaning to make-up of body temperature, heartbeat frequency, and oxygen saturation up at normal (p value 0,000 < 0,05). There were influences of kangaroo mother care to physiological stress at low birth weight infants before and after done kangaroo mother care in RSUD Sukoharjo.
This research was expected can give the influence concerning kangaroo mother care to physiological stress at low birth weight infants
Key word : physiological stress, low birth weight infants, kangaroo mother care
Reference : 61 (1994 - 2015)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim (Potter & Perry, 2005) Berat lahir adalah
indikator yang penting dan reliabel bagi kelangsungan hidup neonatus dan bayi,
baik ditinjau dari segi pertumbuhan fisik dan perkembangan status mental.
Berat lahir juga dapat digunakan sebagai indikator umum untuk mengetahui
status kesehatan, gizi, dan sosial ekonomi dari negara maju dan negara
berkembang.
Berat bayi lahir rendah adalah berat bayi lahir kurang dari 2500gram atau
5,5 pounds ( Unicef & WHO, 2004 ). Menurut Litbang, Depkes (2013) masih
terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah. Presentase ini menurun
dari Litbang Depkes 2010 sebesar 11.1% dan untuk di Indonesia prevalensi
tertinggi terdapat di Papua (7,6%), sedangkan yang terendah di Maluku (0,8%).
Untuk Jawa Tengah (10%), dan untuk daerah Sukoharjo khususnya di RSUD
Sukoharjo BBLR menempati urutan pertama kematian bayi dengan 47%,
dengan rujukan dari luar rumah sakit 21% dan yang lahir di RSUD Sukoharjo
26%. Sehingga perlu adanya cara untuk menaikan suhu bayi salah satu cara
yaitu perawatan metode kanguru.
Bayi berat lahir rendah cenderung mengalami hipotermi (Priya, 2004).
Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat
mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Hipotermi merupakan penyebab
kematian bayi yang cukup tinggi, (Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI 2007). Angka Kematian Neonatal (AKN) berumur 0-6hari adalah 19 per
1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000
kelahiran hidup.
Pada umumnya bayi berat lahir rendah harus dirawat dalam incubator
(Priya, 2004). Tindakan medis ini dilakukan pada bayi berat lahir rendah yang
mengalami hipotermi. Perawatan bayi dalam inkubator menyebabkan adanya
pemisahan ibu dengan bayi berat lahir rendah. Ibu yang memiliki bayi prematur
atau bayi berat lahir rendah ditemukan kurang percaya diri dalam merawat
bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi berat lahir cukup
(William’s, 2010).
Selain perawatan di inkubator, kondisi lingkungan di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan
alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat
berkontribusi terhadap morbiditas (Symington, & Pinelli, J, 2006). Bayi baru
lahir sering terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri, baik
prosedur diagnostik, prosedur terapeutik, maupun pemasangan alat untuk
monitoring parameter fisiologis. Semua tindakan ini bisa menimbulkan stress
pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis
menyebabkan kejadian apneu berulang, presentase hemoglobin yang diikat oleh
oksigen (SpO2) cenderung menurun (Gitto, E., Pellegrino, S. 2012).
Salah satu cara memberikan kenyamanan pada bayi berat lahir rendah
adalah dengan Perawatan metode kangguru (PMK). PMK adalah suatu metode
perawatan bayi berat lahir rendah dengan meletakkan bayi diantara kedua
payudara ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi.
(Priya, 2004). Kelebihan PMK untuk menstabilkan suhu tubuh, memberikan
kehangatan, meningkatkan durasi tidur, mengurangi tangisan bayi, dan untuk
kebutuhan kalori, mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan
otak. Manfaat lain yaitu meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi,
meningkatkan keberhasilan menyusui dan mempersingkat lama rawat (Kenner,
C., & McGrath, J.M. 2010).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan pengecekan terhadap bayi berat lahir rendah menggunakan metode PMK di RSUD Sukoharjo didapatkan data bayi lahir secara keseluruhan pada bulan Juni
2015 ada 73 bayi dengan jumlah bayi berat lahir rendah ada 38 bayi, dan pada bulan Juli 2015 jumlah keseluruhan bayi ada 80 bayi dengan jumlah bayi berat lahir rendah ada 35 bayi jadi jumlah bayi berat lahir rendah pada bulan Juni dan
Juli 2015 adalah 73 bayi. Bahwa di RSUD Sukoharjo PMK sudah pernah terpapar, tetapi belum maksimal diaplikasikan, karena beban kerja perawat
yang cukup tinggi, dan juga belum adanya keaktifan dari ibu-ibu dengan bayi berat lahir rendah karea kurangnya pengetahuan tentang PMK. Bayi- bayi dalam incubator dari 4 bayi, 3 bayi yang tidak di tunggu ibu dengan 1 bayi yang ditunggu ibu di dapatkan hasil bahwa bayi yang ditunggu dan selalu
melakukan PMK secara kontinue perkembangan pada bayi lebih cepat. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari masalah yang didapatkan dari latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh perawatan metode kangguru terhadap
stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD Sukoharjo”?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru
terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD Sukoharjo.
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Melihat gambaran stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum di lakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
2. Melihat gambaran stress fisiologis bayi pada bayi berat lahir rendah
setelah dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
3. Menganalisis pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya ibu yang
memiliki bayi berat lahir rendah, mengenai pengaruh perawatan metode
kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan oleh institusi
pendidikan untuk memberikan informasi tentang pengaruh perawatan
metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil yang telah
dilakukan.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain
Untuk peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR)
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika
dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir
yang rendah dapat disebabkan oleh kelahiran prematur atau retardasi
pertumbuhan intrauteri. ( Hockenberry dan Wilson, 2007) mengatakan
bahwa BBLR adalah seorang bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi ( WHO, 1961 dalam Surasmi,
2003). Mengatakan bahwa BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilannya.
2. Faktor Penyebab
Kelahiran dengan berat lahir rendah disebabkan oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor janin, ibu dan plasenta.
Faktor penyebab berat lahir rendah yang berasal dari keadaan janin
antara lain berupa kelainan kromosom, malformasi organ, dan infeksi.
Adapun faktor penyebab yang berasal dari ibu meliputi usia kehamilan
remaja atau kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, kehamilan kembar,
riwayat kehamilan dengan berat badan rendah dan gizi buruk, riwayat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebelumnya, inkompetensi
servik, penyakit hipertensi, penyakit kronis, anemia, infeksi, riwayat
merokok, konsumsi alkohol, serta penyalahgunaan obat. Faktor
penyebab lain berasal dari plasenta, seperti defek plasenta dan tali pusat
( Lissauer & Fanaroff, 2009; Kosim et al., 2010).
3. Klasifikasi.
BBLR dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan
dismaturitas. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk
usia kehamilan. Sedangkan dismaturitas adalah bayi dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk usia kehamilan, hal ini
menunjukkan bahwa bayi tersebut mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).
2.1.2 Kehidupan extra uterin
BBLR memiliki permukaan tubuh yang relatif luas, kulit tipis
transparan dan jaringan lemak subkutan yang kurang, serta pusat
pengaturan suhu tubuh yang belum matang, karena itu BBLR mudah
mengalami kehilangan panas tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi
Miller, Lee dan Gould (2011) mengatakan bahwa hipotermi banyak
terjadi pada BBLR dan dikaitkan dengan terjadinya perdarahan
intraventrikular dan kematian.
Selain pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matang BBLR
juga memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan pembentukan antibodi
yang belum sempurna karena cadangan imunoglobulin maternal yang
menurun. Hal ini menyebabkan BBLR beresiko terhadap infeksi. Infeksi
dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya melalui plasenta (infeksi
intrauterin), selama persalinan (infeksi intrapartum) dan pada periode
neonatal misalnya dari ibu, lingkungan rumah sakit atau petugas
kesehatan (infeksi postnatal). Salah satu tanda adanya infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh, oleh karena itu tindakan yang dilakukan adalah
mencegah terjadinya kehilangan panas. Perlindungan terhadap infeksi
merupakan hal yang penting untuk BBLR (Symington dan Pinelli, 2006).
2.1.3 Adaptasi Bayi
Manusia merupakan mahluk hidup yang senantiasa berinteraksi
dengan stimulus lingkungan secara terus menerus sepanjang
kehidupannya. Interaksi dengan lingkungan dimulai sejak manusia berada
dalam kandungan yang dikenal sebagai periode janin dan akan
berlangsung sepanjang kehidupan. Didalam kandungan janin hidup dalam
lingkungan yang hangat, gelap dan penuh cairan. Jenis suara yang dikenal
janin secara konstan adalah denyut jantung dan suara napas ibu (Behrman
yang dihadapi adalah lingkungan diluar kandungan yang sangat berbeda.
Periode ini disebut sebagai periode bayi dimana bayi akan terpapar
dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah seperti dalam hal
pencahayaan, suhu, suara dan sebagainya. Pada periode ini pula,
ketergantungan janin pada ibu melalui hubungan dengan plasenta akan
berbagai macam asupan nutrisi, pertukaran oksigen, karbondioksida dan
darah berakhir dan bayi memulai kemandiriannya (Behrman & Vaughan,
1994; Bobak, Lowdermilk, & Jansen, 2005).
2.1.4 Kegagalan adaptasi
Pada bayi berat lahir rendah, terlebih pada bayi berat lahir sangat
rendah, dan lahir pada usia gestasi kurang dari 37 minggu, kemampuan
untuk melakukan interaksi yang adaptif dengan lingkungan seringkali
mengalami hambatan sebagai akibat imaturitas sistem organ ( Bobak,
Lowdermilk, & Jansen, 2005). Kondisi ini membuat bayi membutuhkan
dukungan perawatan intensif untuk menunjang kehidupan.
Maguire, et al. (2008) mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi
dalam perawatan intensif telah mengantarkan perawatan intensif menjadi
suatu jenis perawatan yang dilengkapi dengan berbagai macam prosedur
tindakan dan fasilitas perawatan terkini telah menunjukkan keberhasilan
2.2 Stres Fisiologis
Namun ternyata diketahui bahwa kemajuan teknologi dalam lingkungan
perawatan intensif ini disisi lain juga sekaligus memberikan dampak negatif
yaitu menjadi stres karena memberikan stimulasi yang berlebihan bagi bayi-bayi
yang sedang menjalani perawatann (Als et al., 1994; Symington & Pinelli,
2006). Sumber stres tersebut berasal dari prosedur pengobatan, perawatan, dan
pemeriksaan lain yang dilakukan serta beberapa fasilitas penunjang yang
digunakan.
2.2.1 Stres Fisologis Bayi
Adapun sumber stress tersebut berupa pencahayaan ruang perawatan
(Bowen 2009 ); penggantian popok; nyeri yang disebabkan oleh prosedur
invasif dan pelepasa plester; kebisingan yang ditimbulkan oleh inkubator,
ventilator, peralatan monitoring, percakapan para staf diruang perawatan,
serta suara buka tutup pintu inkubator (Als et al., 1994). Selain itu adanya
perpisahan dengan orang tua juga menjadi sumber stress lainnya dalam
lingkungan perawatan intensif ini ( Lissauer & Fanaroff, 2009).
Maguire, et al. (2008) mengungkapkan bahwa bayi berat lahir rendah
belum memiliki kemampuan untuk meregulasi setiap stimulus yang
berlebihan yang datang dari lingkungan . Kondisi lingkungan dan
aktivitas perawatan yang demikian menyebabkan bayi mengalami
hipoksemia dan periode apnu, nyeri, ketidaknyamanan, serta adanya
peningkatan level hormon stres ( Maguire et al., 2008, Als, et al. 1986,
perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi dan
penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter stres yang dialami
bayi akibat stimulus lingkungan perawatan yang berlebihan.
Adapun sumber stres lainnya berasal dari pencahayaan ruang
perawatan. Bowen (2009) melaporkan bahwa pencahayaan yang terang di
ruang perawatan intensif memberikan stimulasi yang berlebihan dan
menyebabkan fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan
fungsi fisologis ini diamati dari adanya perubahan denyut nadi, saturasi
oksigen, tekanan darah dan pergerakan tubuh. Blatz (2001) juga
melaporkan bahwa pencahayaan terang dan kontinue di ruang perawatan
intensif berkontribusi terhadap terjadinya retinopathy of prematurity,
yaitu kerusakan vaskularisasi retina.
Demikian juga dengan kebisingan di ruang perawatan. Rata-rata
intensitas suara di ruang perwatan intensif adalah 50-90 desibel (dB).
Kenner & McGrath (2004), Blatz (2001) menyebutkan bahwa kebisingan
di ruang perawatan dapat merusak struktur auditori dan menyebabkan
gangguan fungsi fisiologi dan pola perilaku bayi. Gangguan tersebut
ditandai dengan terjadinya hipoksia, apnue, bradikardi, perilaku
tidur-terjaga yang irreguler, agitasi serta peningkatan tekanan intrakranial dan
tekanan darah (De Paul & Chamber, 1995, dalam Blatz, 2001; Kenner &
McGrath, 2004; Hockenberry &Wilson, 2007).
Penanganan atau handling seperti tindakan pengobatan, perawatan,
bagi bayi berat lahir rendah. Hasil observasi yang dilakukan Murdoc dan
Darlow (1984, dalam Westrup et al., 2000) di ruang perawatan neonatal
intensif menyebutkan bahwa bayi mendapatkan penanganan atau
handling sebanyak lebih dari 200 kali dalam periode 24 jam. Penanganan
atau handling ini berkontribusi terhadap terjadinya hipoksemia (Klauss &
Fanaroff, 1987), nyeri dan ketidaknyamanan, mengganggu periode tidur,
serta meningkatkan level hormon stres (Murdoch & Darlow, 1984, dalam
Westrup et al., 2000).
Westrup, et al. (2000) mengatakan bahwa lingkungan perawatan
intensif yang menyebabkan stres pada bayi dapat diamati dengan
terjadinya periode istirahat dan tidur bayi yang lebih pendek karena
seringkali terjaga. Padahal diketahui bahwa fase tidur dan istirahat bagi
anak, khususnya bayi merupakan fase yang sangat penting untuk tumbuh
dan berkembang karena selama fase tidur terjadi sekresi hormon
pertumbuhan dan imunitas tubuh (Ward, Clarke, & Linden, 2009). Selain
itu, terjadi pula pembentukan memori dan jalur-jalur memori jangka
panjang serta preservasi plastisitas saraf otak sehingga otak mengalami
maturasi. Berperan dalam proses belajar, adaptasi, respon, dan regulasi
stimulus yang datang dari lingkungan yang mempersiapkan anak untuk
dapat melakukan berbagai tugas perkembangan selanjutnya (Graven &
Brown, 2008; Ward, Clarke, & Lindenn, 2009).
Selain diketahui dapat menyebabkan gangguan pada periode tidur
ini ternyata juga memberikan dampak buruk terhadap perkembangan otak
bayi yang juga imatur (Perlman, 2001). Hal ini didukung pula dari apa
yang dikemukakan oleh Als, Duffy dan Mc Anulty (1990) yang
mengungkapkan bahwa lingkungan perwatan intensif memberikan
aktivasi yang tidak menguntungkan bagi perkembangan otak bayi berat
lahir rendah yaitu menghambat diferensiasi dan perkembangan
cabang-cabang persarafan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi kehidupan
selanjutnya karena sesungguhnya periode kehidupan dua tahun pertama
seorang anak merupakan periode emas sekaligus kritis bagi pencapaian
pertumbuhan perkembangannya. Dalam periode ini otak berkembang
sangat pesat, merupakan suatu periode dimana pembentukan
hubungan-hubungan saraf berlangsung cepat (Depkes RI, 2006; Lissauer &
Fanaroff, 2009). Otak anak (balita) berbeda dengan orang dewasa. Sifat
otak anak lebih plastis sehingga sangat mudah untuk menerima stimulus
atau rangsangan yang datang dari lingkungan. Apabila stimulus yang
diterima adekuat maka akan berdampak baik bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Namun akan terjadi sebaliknya apabila stimulus yang
didapat kurang atau justru berlebihan (Kenner & McGrath, 2004; Depkes
RI, 2006).
2.2.2 Dampak Stres fisiologis Bayi
BBLR membutuhkan nutrisi yang optimal. Intake nutrisi yang
adekuat penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
panas dan terjadi peningkatan konsumsi oksigen. Namun BBLR memiliki
mekanisme pencernaan yang belum sepenuhnya berkembang. Bayi
prematur pada umumnya sudah dapat mengisap dan menelan, namun
belum terkoordinasi dengan baik hingga usia gestasi 32-34 minggu dan
belum sepenuhnya sinkron dalam 36-37 minggu usia gestasi. Selain itu
kemampuan untuk mencerna protein atau mengabsorbsi nutrisi dan tidak
maturnya sistem enzym mempengaruhi fungsi metabolik pada BBLR.
Oleh karena itu pemberian nutrisi dapat diberikan secara bertahap sesuai
dengan kondisi bayi. Berdasarkan permasalahan yang ada pada BBLR
perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah- masalah BBLR, salah
satunya adalah PMK.
2.2.3 Perubahan Homeostasis
Penilaian Fungsi Fisiologis: Saturasi Oksigen, Denyut Nadi dan
Suhu Tubuh. Als, et al. (1986, dalam Symington dan Pinelli, 2006)
menyebutkan bahwa parameter yang dapat diamati pada bayi berat lahir
rendah sebagai akibat yang berlebihan dari lingkungan perawatan adalah
perubahan fungsi fisiologis tubuh berupa penurunan saturasi oksigen,
peningkatan denyut nadi dan penurunan suhu tubuh.
Deskripsi dari penilaian fungsi fisiologis saturasi oksigen, denyut
nadi, dan suhu tubuh ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.2.3.1 Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen didefinisikan sebagai prosentase jumlah
Hockenberry & Wilson, 2007). Saturasi oksigen juga merupakan
gambaran aliran oksigen dalam tubuh yang sangat penting bagi
optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh lainnya karena oksigen
merupakan bahan bakar metabolisme. Sekitar 97% oksigen yang
ditransportasikan ke dalam aliran darah berikatan dengan
hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3% lainnya
larut dalam plasma. Hemoglobin yang mengikat jumlah maksimum
oksigen dalam setiap molekulnya disebut sebagai kondisi
tersaturasi (Walsh, 2002). Nilai normal saturasi oksigen berada
dalam rentang antara 90-99% ( Kattwinkel et al., 2006). Berikut ini,
beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kadar saturasi
oksigen (Walsh, 2002; Berman et al., 2009) seperti:
b. Kadar hemoglobin
Pada kondisi dimana kadar hemoglobin rendah seperti anemia,
nilai saturasi oksigen dapat menjadi rendah karena oksigen tidak
dapat diikat oleh hemoglobin sel darah merah dalam jumlah
yang mencukupi.
c. Sirkulasi
Sistem sirkulasi berperan dalam transportasi darah dan oksigen
sehingga pada kondisi dimana sistem sirkulasi mengalami
gangguan seperti halnya pada penyakit jantung, perdarahan,
turut berpengaruh terhadap ikatan oksigen dan hemoglobin
dalam darah.
2.2.3.2 Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan gambaran dari setiap denyut
jantung yang memompakan sejumlah darah ke dalam arteri
(Walsh, 2002). Frekuensi denyut jantung berperan dalam
mempertahankan curah jantung. Rentang nilai normal denyut
nadi pada bayi, termasuk bayi berat lahir rendah, berada antara
100-160 kali setiap menitnya ( Saifuddin et al., 2006). Beberapa
faktor dapat mempengaruhi denyut nadi ini seperti latihan fisik,
berada dalam wilayah dengan tekanan atmosfir yang rendah,
kondisi emosional, penyakit jantung dan demam ( Walsh, 2002;
Gill & O’Brien, 2003). Gill & O’Brien (2003) menyatakan
bahwa setiap peningkatan suhu tubuh sebesar 1derajat Celsius,
seperti pada kondisi demam, akan meningkatkan denyut nadi
sebesar 10 kali setiap menitnya.
Adapun mengenai alat yang dapat dipergunakan untuk
mengukur nilai saturasi oksigen dan denyut nadi ini adalah
oksimeter nadi (pulse oxymetri). Pulse oxymetri merupakan alat
ukur non invasif untuk mengukur kadar saturasi oksigen darah
arteri (Walsh, 2002; Berman et al., 2009). Area pemasangan
sensor pulse oxymetri dapat pada ujung jari, hidung, daun
(neonatus). Sensor pulse oxymetri terdiri dari: a) dua dioda
pemancar cahaya (dioda merah dan inframerah) yang
mentransmisikan cahaya melalui kuku, darah vena, darah arteri,
dan jaringan; b) fotodetektor yang diletakkan langsung didepan
dioda. Hemoglobin yang yang tersaturasi akan lebih banyak
mengabsorbsi cahaya inframerah, sedangkan hemoglobin yang
tidak tersaturasi lebih banyak mengabsorbsi cahaya merah.
Jumlah cahaya inframerah dan merah yang diabsorbsi oleh
hemoglobin yang tersaturasi dan tidak tersaturasi dalam darah
arteri akan diukur oleh fotodetektor dan dilaporkan sebagai
presentase saturasi oksigen ( Berman et al., 2009)
2.2.3.3 Suhu tubuh
Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada
aksilla adalah 36,5-37,5oCelsius, sedangkan suhu ruangan
dipertahankan 24-26o Celsius (WHO, 2009). Salah satu ciri dari
bayi berat lahir rendah adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak
stabil dan cenderung hipotermi (suhu <36,5oCelsius). Stres
dingin dapat meningkatkan angka kematian dan menghambat
pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu tubuh
berfluktuasi dapat menimbulkan apneu.
Suhu tubuh yang cenderung hipotermi disebabkan oleh
produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi.
respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang
belum aktif, serta asupan makan yang kurang. Mekanisme
kehilangan panas dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi,
konveksi dan radiasi (PERINASIA, 2003).
Hipotermi dapat mengakibatkan komplikasi jangka
pendek berupa asidosis, hipoglikemia dan gangguan pembekuan
darah serta peningkatan resiko untuk distres pernapasan.
Hipotermi yang terjadi secara terus menerus atau berkelanjutan
ini dapat menimbulkan terjadinya edema sklera, perdarahan
hebat dan ikterus (PERINASIA, 2003).
Menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan yang
hangat pada bayi berat lahir rendah sangat dibutuhkan dan
efisien untuk metabolisme tubuh yang diukur melalui
pengurangan kalori dan konsumsi oksigen. Penurunan kalori dan
asupan oksigen pada pengontrolan suhu tubuh akan
memperbaiki perubahan fisiologis, dan mengakibatkan
pertumbuhan bayi lebih cepat.
2.3 Perawatan Metode Kanguru
2.3.1 Pengertian Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan
bayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu
Bobak (2005) mengatakan bahwa PMK merupakan praktik menggendong
bayi prematur yang hanya mengenakan popok dan topi pada dada telanjang
ibu (atau ayah). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
PMK adalah suatu metode yang dilakukan pada BBLR secara kontak
langsung antara kulit ibu dan bayi. Hasil penelitian Moniem dan Morsy
(2011) tentang efektifitas kanguru terhadap BBLR menunjukkan bahwa
PMK dapat meningkatkan hubungan ibu dan bayi serta memberikan efek
positif terhadap berat badan bayi. Penelitian lain dilakukan oleh Priya
(2004). Tentang PMK untuk BBLR. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa PMK adalah salah satu intervensi untuk BBLR dan mempengaruhi
fisiologis serta perilaku BBLR.
PMK pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR
ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang
ada. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir
memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan dikantung perut
ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan
berupa air susu induknya. PMK sangat bermanfaat bagi bayi berat lahir
rendah, baik selama perawatan di rumah sakit maupun di rumah. PMK pada
umunya diberikan pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari atau
sama dengan 1800 gram, BBLR, bayi yang tidak memiliki kegawatan
pernapasan dan sirkulasi dan bayi tidak mempunyai kelainan kongenital
2.3.2 Manfaat Perawatan Metode Kanguru
Bobak (2005) mengatakan bahwa BBLR memiliki lebih sedikit
massa otot, lebih sedikit lemak coklat, lebih sedikit lemak subkutan untuk
menyimpan panas, dan sedikit kemampuan untuk mengontrol kapiler kulit.
Sehingga BBLR mudah mengalami kehilangan panas tubuh dan berisiko
terjadi hipotermia sehingga membutuhkan upaya untuk mempertahankan
suhu yang netral (36,5C -37,3o C)
PMK dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi
melalui kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi secara konduksi dan
radiasi. Dimana suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan
murah juga dapat memberikan lingkungan yang hangat pada bayi. Selain itu
juga pernapasan bayi menjadi lebih teratur, denyut jantung bayi lebih stabil,
bayi dapat menetek lebih lama dan waktu tidur bayi lebih lama, sehingga
pemakaian kalori menjadi lebih berkurang dan kenaikan berat badan
menjadi lebih baik.
Selain itu PMK meningkatkan interaksi dan menguatkan hubungan
serta ikatan emosional orang tua-bayi. Ibu menjadi lebih percaya diri dalam
merwat bayinya, hubungan bayi-ibu lebih baik, dan ibu dapat menyusui
lebih lama sehingga merangsang peningkatan produksi ASI. Ayahpun
memiliki peran yang besar dalam perawatan bayinya dan meningkatkan
hubungan antara ayah dan bayi. Charpak, Giron, Cristo, Calume, dan
Ruiz-Pelaes pada tahun 2008 elakukan penelitian tentang PMK, lingkungan
menunjukkkan bahwa PMK memiliki dampak positif dilingkungan rumah
dimana kedua orang tua harus terlibat sebagai pengasuh langsung dalam
pelaksanaan PMK.
2.3.3 Komponen Perawatan Metode Kanguru
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu: kontak kulit ke
kulit (skin-to-skin contact). Pemberian ASI atau breastfeeding, dan
dukungan terhadap ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu
komponen lagi menjadi terdiri dari 4 komponen , yaitu posisi kanguru
(kangaroo position), nutrisi (kangaroo nutrition), dukungan (kangaroo
support), dan pemulangan (kangaroo discharge) (Health Technology Assessment (HTA) Indonesia, 2008).
Posisi Kanguru ( Kangaroo Position ) adalah kontak kulit ke kulit
antara ibu dan bayi yang diberikan secara selang seling atau terus menerus
dan dapat dimulai segera setelah lahir atau saat kondisi bayi sudah stabil.
Pada posisi kanguru menempatkan bayi pada posisi tegak didada ibunya,
diantara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya
mengenakan popok, kaos kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi
dan ibunya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi
sedikit tengadah (ekstensi). Ibu mendekap bayi yang hanya memakai
popok, topi dan kaos kaki. Posisi tungkai dan tangan bayi fleksi seperti
posisi “kodok”. Bayi mendapatkan sumber panas dan kehangatan dari kulit
Nutrisi ( Kangaroo nutrition ) merupakan salah satu manfaat PMK,
yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan
pemberian ASI perah. Ibu bayi dapat menyusui bayinya saat bayi bangun
dari tidur sambil terus dilakukan PMK. Hal ini dapat merangsang
peningkatan volume ASI (HTA Indonesia, 2008)
Dukungan (Kangaroo support) merupakan bentuk bantuan secara
fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar
ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya (HTA Indonesia, 2008).
Pemulangan (Kangaroo discharge) adalah membiasakan ibu
melakukan PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap
melakukan PMK bahkan melanjutkannya dirumah. Metode ini merupakan
salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan
apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas.
2.3.4 Pelaksanaan Metode Kanguru
Pelaksanaan PMK dimulai secara bertahap dari perawatan
konvensional ke PMK yang terus-menerus (Depkes, 2008). Pelaksanaan
PMK dilakukan secara intermiten dan kontinyu. PMK intermiten
maksudnya PMK tidak diberikan sepanjang waktu, tetapi hanya dilakukan
jika ibu mengunjungi bayinya yang masih dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus selama satu hari.
Metode ini dilakukan di Unit Perawatan Khusus (level II) dan intensif
(level III). Sedangkan PMK kontinyu kondisi bayi harus dalam keadaan
PMK diberikan sepanjang waktu dan dapat dilakukan di unit rawat
gabung, atau ruangan yang dipergunakan untuk PMK.
Setelah bayi pulang dari rumah sakit, pelaksanaan PMK secara
kontinyu bisa dilanjutkan dirumah. Ibu dapat menggendong bayinya
selama 24 jam sambil melakukan aktivitas di rumah.
2.3.5 Pengaruh PMK pada Fungsi Fisiologis Bayi.
2.3.5.1 Pengaruh PMK pada Suhu Tubuh bayi.
Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari
dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat.
Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi, diharapkan dapat
menjaga bayi dari suhu lingkungan sekitarnya (Dodd, 2003).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa PMK mempengaruhi
stabilitas pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, respirasi dan
saturasi oksigen ( Ludington-Hoe, et al., 1996 dalam Dodd, 2003).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa PMK sangat baik
untuk mencegah bayi berat lahir rendah mengalami hipotermi.
Observasi perubahan suhu tubuh bayi berat lahir rendah sangat
dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi kepanasan. Bayi
berat lahir rendah yang kepanasan akan mengakibatkan
peningkatan metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi
metabolisme, dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh (Ibe,
2.3.5.2 Pengaruh PMK pada frekuensi denyut jantung
Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, menemukan bahwa selama perawatan menggunakan metode
kanguru, laju frekuensi denyut jantung bayi relatif lebih stabil dan konstan (Ludington-Hoe, et al., dalam PERINASIA, 2003).
2.3.5.3 Pengaruh PMK pada saturasi Oksigen
Hasil penelitian menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level saturasi oksigen secara signifikan (Priya, 2004). Hasil
penelitian lain juga melaporkan PMK menjaga kestabiolan saturasi oksigen. PMK secara bermakna mengurangi frekuensi napas dan meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh
posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi. Posisi tegak
mengoptimalkan fungsi respirasi (Ali et, al., 2009).
2.4 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Tahun Judul Desain Sampel Hasil
Lina Marliyani 2010 Gambaran pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan metode kanguru di ruang perinatologi RSUD Banjarbaru Deskriptif dan pengambilan sampel secara total sampling Tenaga kesehatan yang bekerja di ruang perinatologi sejumlah 16 orang Sebagian besar tenaga kesehatan memiliki pengetahuan baik (62,5%), dan memiliki sikap yang
baik dalam pelaksanaan metode
kanguru (81,3%), serta pelaksanaan metode kanguru oleh
tenaga kesehatan sebanyak 68,75%)
Yane Melisia Lukman
2010 Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki BBLR Tentang PMK di Ruang Perinatologi RS. Al Islam Bandung Deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel secara accidental sampling 24 ibu bayi yang memiliki BBLR yang dirawat di Ruang Perinatologi Sebagian besar responden (16 responden, 66,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang PMK yang kurang, sebanyak 8 responden (33,3%) memiliki pengetahuan baik. Sementara untuk sikap, sebagian besar
ibu memiliki sikap yang tidak mendukung terhadap PMK yaitu sebanyak 14 responden (58,3%), dan 10 responden (41,7%) memiliki sikap mendukung terhadap PMK. Nuniek Wulansari 2011 Deskripsi perawatan BBLR dengan metode kanguru dan efeknya pada BBLR di Ruang Perinatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang Deskriptif kuantitatif dan pengambilan sampel secara total sampling untuk sampel perawat, consecutive sampling untuk sampel BBLR 10 bayi BBLR dengan berat badan 1250-1800 gram tanpa memandang usia gestasi dan
14 perawat di Ruang Perinatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang 57% responden perawat belum melaksanakan PMK sesuai protap, 82% faktor predisposisi responden BBLR karena faktor ibu, 100% responden BBLR tidak mengalami peningkatan energi, 100% responden BBLR tidak menunjukkan peningkatan imaturitas imunologis, 80% responden BBLR mendapatkan ASI, 100% responden BBLR pergerakannya lebih
aktif dan berat badannya meningkat
setelah PMK
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori
Sumber: Symington, & Pinelli, J, 2006
2.6.Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertenyaan penelitian dimana penyataan ini harus diuji validitasnya secara Faktor Penyebab : - Faktor janin - Ibu - Plasenta BBLR Kehidupan Extra Uterine Adaptasi Gagal Adaptasi Stress Fisiologis Bayi Dampak Energi - Perubahan Homeostasis - Suhu - Frekuensi Denyut - Saturasi Oksigen Perawatan Metode Kanguru Stress Fisiologi Sebelum PMK Stress Fisiologi Setelah Perlakuan PMK PMK
empiris (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini
meliputi:
Ha: Ada pengaruh pemberian perawatan metode kanguru terhadap fungsi
fisiologis bayi berat lahir rendah.
Ho: Tidak ada pengaruh pemberian perawatan metode kanguru terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
quasi experiment. Quasi experiment dapat didefinisikan penelitian yang menguji
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau kelompok
pembanding namun tidak dilakukan rondomisasi untuk memasukkan subjek ke
dalam kelompok perlakuan atau kontrol (Sugiyono, 2013).
Desain penelitian yang digunakan kuantitatif dengan pre and post test
without control (control diri sendiri). Karena pada desain penelitian ini, peneliti
hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi
setelah intervensi (Nursalam, 2008). Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test. Alasan menggunakan metode ini
adalah lebih dekat dengan responden dan data yang dihasilkan jelas dan efektif.
Tujuan rancangan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, dan saturasi oksigen, sebelum dan sesudah dilakukan
perawatan metode kanguru. Pertimbangan menggunakan satu kelompok dengan
perlakuan tanpa menggunakan kelompok kontrol disebabkan bahwa perbedaan
fungsi fisiologis bayi terlihat jelas dengan menggunakan alat yang sama pada
subyek yang sama yaitu bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah perawatan
metode kanguru. Adapun skema desain pre and post test without control sebagai
berikut:
RI 01 X 02
Gambar. 3.1 Desain Penelitian pre and post test without control
Keterangan:
RI : Responden penelitian bayi berat lahir rendah
01: Fungsi fisiologis bayi berat lahir rendah yang meliputi suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen sebelum dilakukan perawatan
metode kanguru.
02: Fungsi fisiologi bayi berat lahir rendah yang meliputi suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen sesudah dilakukan perawatan
metode kanguru.
X: Intevensi, perawatan metode kanguru
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Populasi adalah setiap objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua bayi berat lahir rendah yang sedang menjalani perawatan di
ruang NICU RSUD Sukoharjo. Jumlah keseluruhan populasi bayi dalam Bulan September – Oktober 2015 yang peneliti ambil dari data rekam medis bayi berat lahir rendah adalah 100 bayi.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek peneliti malalui sampling (Nursalam, 2008). Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik Sampling menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah
tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009) berupa kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh sampel sehingga dapat
diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Bayi dengan riwayat berat lahir rendah yaitu bayi dengan berat 1500 gram - < 2500 gram. Di RSUD Sukoharjo banyak pasien dengan berat badan seperti yang peneliti buat.
2. Bayi yang lahir pada usia gestasi lebih dari 35 minggu sampai dengan 37 minggu. Kejadian di RSUD Sukoharjo banyak yang lahir sebelum waktunya
3. Bayi dirawat dalam inkubator dan tidak menggunakan ventilasi mekanik. Lebih aman dan nyaman untuk ibu, bayi.
Kriteria eksklusi adalah kondisi yang menyebabkan subjek
penelitian memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: 1. Bayi yang mengalami sindrom distres pernapasan.
2. Bayi dengan penyakit kardiovaskular.
3. Bayi yang sedang mendapat fototerapi.
4. Bayi yang mempunyai masalah pada ibu-nya (Baby Blues).
Berdasarkan kriteria inklusi tersebut diatas maka diperoleh sampel sebanyak 48 bayi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang NICU RSUD Sukoharjo. Rumah
sakit ini merupakan rujukan dalam penanganan masalah kesehatan ibu dan
anak. Rumah sakit ini sudah menggalakkan perawatan metode kanguru
tetapi belum maksimal.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pada waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap, meliputi penyusunan
proposal, pengumpulan data, dan pelaporan hasil penelitian. Penyusunan
proposal telah dimulai sejak awal juli 2015, pengambilan data dilakukan
bulan Juli 2015-Agustus 2015. Analisis data dilakukan setelah surat ijin
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur dan
Skala Pengukuran
No Variabel Definisi operasional Alat ukur dan cara
ukur
Hasil ukur Skala
1 Variabel bebas: Perawatan metode kanguru Pelaksanaan perawatan metode kanguru oleh ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah, dengan meletakkan bayi didada ibu sehingga kontak langsung kulit bayi, sedangkan bayi hanya menggunakan diapers dan penutup kepala (topi). Pelaksanaan metode kanguru selama 60 menit, sehari dilakukan 2x PMK selama 3 hari. Alat ukur: lembar observasi Cara ukur: memberikan intervensi pemberian PMK pada bayi berat lahir rendah yang menjalani perawatan di ruang NICU - - 2. Variabel terikat: Fungsi fisiologis -Suhu tubuh Frekuensi denyut jantung
Pengukuran suhu tubuh pada aksila bayi
Jumlah frekuensi denyut jantung yang diukur dalam 1 (satu) menit
Alat ukur: Termometer dan lembar observasi Cara ukur: melakukan pencatatan suhu yang tertera pada alat Alat ukur: Pulse oxymetri dan lembar observasi Cara ukur: Melakukan pencatatan frekuensi denyut nadi yang tertera pada alat
Nilai suhu tubuh dalam derajat celcius - Hipotermi : < 36,5oC - Normal : 36,5 – 37,5oC - Hipertermi : 37,5 Nilai frekuensi denyut jantung dalam kali permenit dalam angka - Bradicardi : < 100x/ menit - Normal : 100 – 160 x/menit - Tachicardi : >160x Ordinal Ordinal
-Saturasi oksigen
Pengukuran aliran oksigen ke seluruh tubuh
pulse oxymetr Alat ukur: Pulse oxymetri dan lembar observasi Cara ukur: melakukan pencatatan nilai saturasi oksigen yang tertera pada pulse oxymetri Nilai saturasi oksigen dalam presentasi -Kurang : <90% - Normal : 90 – 99% Nominal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi yang terdiri dari data tentang fungsi fisiologis bayi, yang terdiri dari suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan saturasi
oksigen.
2. Alat pengukur suhu dengan termometer digital untuk aksila dan pulse
oxymetri untuk monitor jantung serta saturasi oksigen, Selain peneliti
yang akan melakukan pengukuran bayi, ada 2 orang perawat yang mendapat pendelegasian dari peneliti untuk pelaksanaan perawatan metode kanguru ini.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
1. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari studi pendahuluan pada bayi berat lahir rendah. Peneliti
bekerjasama dengan penanggung jawab ruang NICU RSUD Sukoharjo beserta staf perawat mengenai pelaksanaan penelitian. Peneliti menetapkan responden yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Peneliti menambahkan 2 asisten penelitian, disaat peneliti tidak ada di tempat penelitian. Peneliti
mulai melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Pre test adalah melakukan pengukuran fisiologis bayi sebelum dilakukan
intervensi PMK. Fungsi fisiologis yang perlu dilihat adalah suhu tubuh, saturasi oksigen, dan denyut jantung bayi. Semua dicatat dilembar observasi, dan pengukuran fungsi fisiologis bayi dilakukan sebelum
dilakukan PMK, yaitu 2 menit setelah bayi diletakkan dalam incubator. 3. Peneliti melanjutkan dengan pelaksanaan PMK .
a. PMK dilakukan oleh ibu bayi, pelaksanaan PMK dilakukan diruangan tempat bayi dirawat, karena ada bayi yang terpasang alat-alat invasif seperti infus, OGT dan oksigen. Pelaksanaan PMK
selama 1 jam atau 60 menit setiap sesi selama 3 hari. Dalam sehari pelaksanaan PMK dilakukan 2x, pagi dan sore. Ibu diberi motivasi untuk datang setiap hari
b. Saat pelaksaanaan PMK ada aturan yang harus dijalani, bahwa PMK tidak boleh terputus minimal 1 jam (60 menit), bila ingin lebih
dari 1 jam diperbolehkan dengan melihat kondisi bayi, dengan melakukan pengukuran yaitu pengukuran suhu, saturasi oksigen dan denyut nadi, setelah selesai pelaksanaan PMK.
c. Saat pelaksanaan PMK proses menyusui masih bisa berlangsung karena posisi bayi yang menempel pada ibu
d. Selama ibu membawa bayinya dalam posisi PMK, ibu dapat melakukan apapun yang ia kehendaki seperti jalan-jalan, berdiri, duduk, minum.
e. Pada pelaksanaan PMK bayi dibiarkan telanjang hanya menggunakan popok (diapers), kaos kaki dan topi, sedangkan ibu
tanpa busana bagian atas, Bra ibu dilepas. Ibu hanya menggunakan baju yang disediakan di ruang NICU. Kemudian bayi diletakkan diantara kedua payudara ibu, posisi bayi seperti katak yang
menempel di dada ibu, sehingga terjadi kontak kulit bayi dan ibunya. Pelaksanaan PMK ini dilaksanakan dalam waktu 3 hari. 4. Post Test Pelaksanaan PMK
Setelah dilaksanakan PMK, dilakukan pengukuran fisiologis yang perlu dilihat adalah suhu tubuh, saturasi oksigen, dan denyut jantung bayi. Semua dicatat dilembar observasi, dan pengukuran fungsi
fisiologis bayi dilakukan setelah dilakukan PMK, yaitu 2 menit setelah bayi diletakkan dalam incubator, dan dilaksanakan selama 3 hari.
3.6 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Tehnik Pengolahan Data
Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi
pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding), pemprosesan data (entering), pengolahan data (tabulating) (Sugiyono 2013).
1. Pengecekan Data
Dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan data yang
dibutuhkan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan peneliti. Didapatkan saat penelitian yang digunakan sudah lengkap dan sesuai kriteria data yang
digunakan.
2. Pemberian Kode Data
Merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Penelitian ini yang dilakukan coding adalah bayi diberi kode B1, B2, B3 dan
seterusnya, sesuai dengan urutan. 3. Pemprosesan Data
Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam data komputer, kemudian diproses hingga mendapatkan hasilnya.
4. Pengolahan Data
Keluaran hasil data merupakan hasil pengolahan data yang sudah diolah oleh komputer. Hasil pengolahan data ini disajikan dalam bentuk angka.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data yang
diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Pada penelitian ini
menggunakan sistem komputer dalam perhitungan data. Adapun analisis yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisa untuk melapor tiap variabel dari
hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data
dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk
tabulasi, minimum, maksimum dan mean dengan cara memasukan
seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk
melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel.
(Notoadmojo, 2005). Analisa univariat juga digunakan untuk
menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak
dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median
yang merupakan nilai yang berada ditengah dari suatu nilai atau
pengamatan yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk
menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi (Hidayat, 2007).
Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti yaitu melihat gambaran strees
fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dilakukan PMK di
RSUD Sukoharjo dan melihat gambaran stres fisiologis bayi pada bayi
berat lahir rendah setelah dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi normal atau
tidaknya data, dalam hal ini peneliti menggunakan Shapiro-Wilk,
dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50.
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa rata-rata suhu
tubuh sebelum dan sesudah PMK mempunyai p value < 0,05. Sehingga
dapat diartikan bahwa data tidak berdistribusi normal. Distribusi data
semua dinyatakan tidak normal maka digunakan analisis Wilcoxon
Signed Rank Test untuk pengujian analisis bivariat.
Sedangkan untuk rata-rata denyut jantung sebelum PMK
mempunyai p value > 0,05; sehingga dapat diartikan data terdistribusi
normal. Namun rata-rata denyut jantung sesudah PMK mempunyai p
value < 0,05; sehingga dapat diartikan data tidak terdistribusi normal.
Distribusi data salah satu data tidak normal maka digunakan analisis
Wilcoxon Signed Rank Test untuk pengujian analisis bivariat.
Rata-rata saturasi oksigen sebelum PMK mempunyai p value <
0,05; sehingga dapat diartikan data tidak terdistribusi normal dan
rata-rata saturasi oksigen sesudah PMK mempunyai p value > 0,05;
sehingga dapat diartikan data terdistribusi normal. Distribusi data salah
satu data tidak normal maka digunakan analisis Wilcoxon Signed Rank
3.7 Etika Penelitian
3.7.1 Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain: 1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dalam hal ini ibu bayi berat lahir rendah dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data
yang dibutuhkan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll (Hidayat, 2007). 2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kekompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisa Univariat
4.1.1. Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sebelum Dilakukan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) di RSUD Sukoharjo
Adapun gambaran tentang stress fisiologis pada bayi berat lahir
rendah dengan indikator suhu tubuh, denyut jantung dan saturasi O2
sebelum di lakukan PMK di RSUD Sukoharjo dapat dlihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sebelum Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo
Stress Fisiologis Frekuensi (n = 48) Persentase (100%) Suhu Tubuh Hipotermi 48 100% Denyut Jantung Bradicardi Normal 42 6 87.5% 12.5% Saturasi O2 Kurang 48 100%
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa gambaran stress fisiologis
pada 48 BBLR di RSUD Sukoharjo sebelum dilakukan Perawatan
Metode Kanguru dilihat dari suhu tubuh, seluruh bayi sebelum dilakukan
Perawatan Metode Kanguru mengalami hipotermi sebanyak 48 bayi
(100%), dilihat dari denyut jantung diketahui mayoritas bayi mengalami