• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAGAL BOLEH, MENYERAH JANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAGAL BOLEH, MENYERAH JANGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

GAGAL BOLEH, MENYERAH JANGAN

Makassar 2010

Teringat, sudah saatnya untuk aku mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri. Aku merasa bahwa empat bulan masa belajar adalah masa yang cukup untuk menyongsong momen punca sebagai seorang mahasiswa. Tiga perguruan tinggi yang sudah siap menyambut perjuanganku, yaitu, STAN, Universitas Hasanuddin, dan Program Beasiswa di Jepang. Di sisi lain, aku begitu naif menganggap perjuangan sekecil dan sesingkat itu, aku mampu meraih semuanya. Ditambah dengan begitu sibuknya aku dengan hobi di panggung band antar sekolah.

Tibalah masa ujian saringan masuk perguruan tinggi, dari SNMPTN hingga USM STAN 2010. Aku masih begitu percaya diri dengan beranggapan bahwa aku akan bersekolah di Bintaro atau paling tidak aku akan bersekolah di Fakultas Kedokteran di UNHAS. Sedangkan program beasiswa dari pemerintah Jepang itu tak lagi begitu menarik sejak aku sadar bahwa aku tak sekalipun dipanggil untuk ujian lanjutannya. Dengan modal percaya diri dan belajar seadanya, aku mengharap banyak. Hasilnya, tak satupun yang menerimaku. Di saat lain, rasa sedih dan senang menggejolak dadaku ketika kawan sekolahku yang mendaftar STAN mengetahui kelulusannya melalui aku.

Setibaku di rumah, orang tuaku menghibur hatiku. Mereka menjamin pendidikanku kelak di perguruan tinggi swasta. Aku mengusulkan diri untuk mengambil jurusan yang bisa menambah kemampuanku dalam tes potensi akademik, yaitu Fakultas Matematika dan IPA. Sayangnya, mereka menolak permohonanku dan mendaftarkanku di jurusan Akuntansi.

Waktu terus berjalan, aku berusaha menguatkan jiwaku yang masih sedih karena kegagalanku. Hingga masuk masa kuliah, aku masih tak bisa bangkit dari kegagalan kemarin. Pengaruhnya ke mana-mana, akhirnya aku meminta kepada kedua orang tuaku untuk mengundurkan diri dari kampus itu. Permohonanku dikabulkan setelah diskusi panjang keluargaku. Tak cukup satu semester aku berkuliah di sana, merasakan sendu kegagalan yang pahit namun tak bisa kuatasi. Aku menganggur setelahnya meskipun hakikinya aku membantu orang tuaku di kedainya. Hikmahnya, aku banyak berdiskusi dengan orang tuaku tentang masa depanku. Di masa penantian, benakku berikrar untuk menebus kesalahanku karena tak bisa mengatasi kesedihanku.

(2)

Makassar 2011

Aku mengajukan permohonan kepada orang tuaku untuk mengikuti bimbingan belajar khusus USM STAN dan jika kelak aku tak bisa menembus perguruan tinggi negeri, aku akan bekerja. Permohonanku direstui, hingga aku bertemu kawan-kawan baru di bimbingan belajar yang ternama di kotaku. Kembali dengan rasa percaya diriku, aku seolah menyepelekan keberuntungan dari Tuhan. Menjelang USM STAN 2011, tak banyak dari kami di bimbingan belajar itu yang melanjutkan proses seleksi mengingat banyak di antara mereka yang terlebih dahulu lulus di universitas negeri selain STAN. Namun hal itu tidak berpengaruh besar padaku karena kursi yang disiapkan oleh STAN hanya untuk dua jurusan saja, sedangkan peminat kian bertambah tahun ke tahun. Aku gagal lagi.

Mengetahui itu, aku memenuhi ikrarku. Aku melamar kerja di berbagai tempat, mulai dari retail, konsultan bisnis di bursa berjangka, sales representatif, sales properti, hingga pelayan restoran. Dari situlah aku menemukan jalan menghilangkan kesedihan. Karena dengan bekerja, aku tak lagi menyusahkan orang tuaku.

Makassar 2012

Aku mulai menikmati dunia kerjaku meskipun duniaku seolah hanya untuk bekerja. Bekerja selama 5 hari tiap pekan kemudian pulang mengunjungi ayah-ibu. Juga bekerja di tempat yang jika pulang ke rumah hanya untuk istirahat dan mandi serta bersedia menanggung risiko besar mengantarkan pembayaran yang berjuta-juta rupiah menembus gelapnya malam. Dari sinilah aku mengerti seberapa berharganya orang tua dan keluarga.

Aku beresolusi lebih maju. Aku meminta untuk kedua kalinya untuk kuliah di universitas negeri dengan syarat aku harus meninggalkan dunia kerjaku. Dan seperti sebelumnya, jika aku gagal lagi, aku akan kembali bekerja serta mengupayakan sendiri pendidikanku. Di sisi lain, aku mulai jatuh sakit karena jam terbang yang tinggi, orang tuaku mempertimbangkannya dan setuju. Dengan sisa penghasilanku yang cukup untuk pemuda seumuranku, aku mempersiapkan berbagai media belajarku.

Sayangnya, pemerintah mengeluarkan moratorium penerimaan pegawai negeri untuk tahun 2011 dan 2012, sehingga USM STAN 2012 tidak diselenggarakan. Di lain waktu, aku menemukan berita bahwa lulusan sekolah kedinasan ke depannya akan dites kembali sebelum memasuki dunia kerja. Akhirnya, aku memilih untuk di universitas negeri saja. Sebelum mendaftar, aku mengajukan syarat agar aku sendiri yang menentukan jurusan yang akan aku

(3)

pilih dan mereka hanya perlu memberi masukan. Akhirnya aku memilih jurusan Bahasa Inggris dengan harapan bisa melanjutkan pendidikanku di luar negeri.

Aku menjalani ujian tersebut dengan suka cita dan berharap banyak untuk penebusan kesalahanku atas kedua orangtuaku yang pernah aku kecewakan. Di hari pengumuman, aku sudah mempersiapkan diri menghadapi kesedihan yang terulang. Dengan berat langkah dan dada yang sempit, aku mengunjungi warung internet dekat rumahku. Sungguh, Allah Ta‟ala Maha Baik kepada makhluk-Nya, aku lulus universitas negeri. Setelah mengetahui kelulusanku, aku bergegas pulang dengan tetesan air mata. Setiba di rumah, aku memeluk ayah ibuku seraya menangis haru.

“Aku lulus negeri, Bu, Pak, di Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar.”

Demikian kataku. Haru menyelimuti keluargaku.

Dari sinilah, aku menemukan jalan yang baru menuju perubahan watak dan visiku mengejar pendidikan. Aku mulai terlupa dengan kesedihan yang saling bertumpuk sebelumnya. Di kampus tersebut, aku menemukan sahabat-sahabat baik yang saling menyemangati.

Makassar 2013

Aku sudah menikmati peranku sebagai calon guru dan membentuk pribadi pemimpinku sebagai ketua tingkat. Hampir setahun aku berkuliah di tempat itu, hingga akhirnya tersebar pengumuman USM STAN Tahun Ajaran 2013. Aku sedikit mengendurkan semangatku saat mengetahui informasi tersebut dan beranggapan bahwa aku takkan bisa mendaftar lagi mengingat aku lulus SMA tahun 2010. Dengan niat iseng, aku membuka pengumuman resmi USM STAN 2013 tersebut. Aku menemukan hal bahwa aku masih bisa mengikuti USM STAN untuk terakhir kali karena persyaratan tahun lulusan tak lagi diberlakukan dan persyaratan umur masih dapat kupenuhi. Bagai minyak bertemu api, semangatku membara.

Menjelang ujian semester di kampusku saat itu, aku berbicara pribadi dengan ibuku tentang USM STAN ini. Ibuku dengan mantap berkata, “TIDAK”. Ibuku memintaku untuk fokus di kampusku ini. Di satu sisi, aku yakin ibuku tak ingin melihatku bersedih lagi andai saja aku gagal.

(4)

Aku melawan nuraniku untuk patuh, aku bersikukuh untuk mendaftar walaupun tanpa sepengetahuan mereka. Toh, kalaupun tidak lulus, aku sudah berkuliah di universitas negeri. Akhirnya, aku meminta bantuan finansial kepada kakakku yang dulunya lulusan STAN dan

alhamdulillah, ia membantuku. Aku mendiskusikan ini dengan seluruh kakakku agar berita ini tak terdengar oleh kedua orang tuaku. Dengan niat membahagiakan orang tua, aku maju menghadapi USM STAN chapter 3, the last chapter. Aku belajar sekeras mungkin, “secantik” mungkin merencanakan bahagia untuk orang tuaku. Di satu sisi, aku maju sesenyap mungkin, setenang mungkin, tanpa sepengetahuan pihak lain di luar keluargaku sebelum aku mengikuti ujian.

Sebelum berangkat ke tempat ujian, aku bingung setelah mengetahui tetanggaku juga akan mengikuti ujian itu. Sedangkan saat itu, setiap peserta diminta untuk memakai pakaian kemeja putih lengan panjang dengan bawahan hitam. Mengatasi kekhawatiran informasi pendaftaranku diketahui oleh orang tuaku, aku melapisi kemejaku dengan baju batik.

Dan saat ditanya oleh ibuku, “ Fahri mau ke mana?” Aku menjawab dengan diplomatis, “Mau ke kampus, Bu.”

Ibuku membiarkanku pergi, sedangkan aku harus bertanggung jawab atas kata-kataku. Menuju lokasi ujian yang cukup jauh dari rumahku, aku memotong jalurku menuju kampus terlebih dahulu. Cukup dengan masuk ke lingkungan kampus kemudian keluar lagi, aku berharap telah memenuhi kata-kataku dan tidak berbohong. Ujian tertulisnya dapat aku selesaikan dengan baik. Aku pun bertemu dengan beberapa sahabatku yang baru sadar bahwa aku ikut USM STAN lagi.

Sehari sebelum pengumuman kelulusan tahap pertama, aku menerima telepon dari sahabatku yang kutemui di tempat ujian.

“Fache, kamu lulus!” Katanya dari seberang telepon.

“Lulus apaan?” Bingung memelukku di pagi yang dingin.

“Lulus STAN!” Sahutnya.

“Masa sih, „kan besok pengumumannya? Kalau kamu?” Balasku tak percaya.

(5)

“Sabar yah, kawan! Aku nomor urut berapa?” Aku masih tak percaya.

“Nomor urut 63. Coba deh dicek, sudah ada pengumuman, kok.” Usulnya padaku. Aku terterima kasih padanya setelah itu dan mengakhiri pembicaraan kami. Aku membenak dengan jantung berdegup kencang, “Beneran gak, yah?”

Aku bergegas melihat pengumuman kelulusan ujian tertulis dan benar, aku lulus. Aku berusaha menahan gejolak haru dan senang di dadaku, juga jari-jariku yang gemetar menahan girangku. Aku sampaikan ini kepada kakak-kakakku.

Berselang itu, aku mulai membuat heran kedua orang tuaku dengan mulai berolahraga pagi dan sore di Bulan Ramadan. Aku persiapkan banyak hal untuk ujian kebugaran dan kesehatan yang akan aku hadapi. Juga menyiapkan berbagai hal menyongsong ujian wawancara. Hingga tibalah hari ujian yang saling berdekatan. Di hari pertama aku mendapat jadwal wawancara dengan seorang widyaiswara kampus STAN Bintaro. Alhamdulillah, aku melewatinya dengan baik.

Di hari kedua, ujian kebugaran dan kesehatan. Seperti hari sebelumnya, aku berangkat dengan doa saudara-saudaraku dan semangatku membahagiakan orang tuaku. Saat berlari, aku sangat semangat karena berfikir aku telah mencetak sebuah gol ke gawang lawan hingga aku menembus jarak kurang lebih 1.500 meter di menit ke-7. Di situ, aku sudah mulai lelah, namun aku memiliki kartu ace yang menguatkanku, yaitu foto ibuku. Aku merogoh kantongku dan menatap fotonya sambil terus berlari. Energiku meledak-ledak seraya aku berteriak, “Tahun ini aku pasti lulus, Bu, pasti lulus.”Alhamdulillah, aku mampu menembus jarak 2.300 meter lebih dan memimpin di kloter lariku.

Tengah malam memasuki tanggal 05 September 2013, juga tepat setahun usia kelasku di Universitas Negeri Makassar, ketua tingkatnya dinyatakan lulus di STAN. Alhamdulillah, aku lulus jurusan Kepabeanan dan Cukai di BDK Makassar, berselang tak lama sejak pesan-pesan singkat bahagia anniversary kelas kami. Esok harinya, aku menemui ibuku.

Di depannya, aku bersimpuh memeluk kakinya saat ia duduk di kamarnya. Lagi-lagi, aku menangis haru.

“Bu, maafin Fahri, Bu. Fahri mau berhenti dari UNM.” Pengakuanku.

(6)

“Maafin Fahri, Fahri gak bilang-bilang.” “Kamu kenapa, Nak?” Ibuku makin heran.

“Fahri lulus STAN, Bu. Jurusan bea cukai, Bu.” “Ah, masa? Kamu „kan gak daftar.” Ibuku terkejut.

Aku mengakui rencanaku dan semua yang terlibat di dalamnya. Hingga akhirnya, ibu dan ayahku merestui perjalanan baruku di STAN yang saya impikan sejak dulu. Di kampus ini, aku menemukan banyak hal yang luar biasa, termasuk berani menerbitkan buku antologi cerpen romansa pertamaku sebagai penulis utama.

Makassar 2014

Semester II di STAN, ada hal lucu yang kutemui. Di sela-sela jadwal kuliah, aku menerima telepon dari sebuah restoran bento.

“Benar ini Fahri Mansyur?” Tanya seorang wanita di seberang telepon.

“Iya, benar, ada apa?”

“Masih berniat kerja di restoran bento kami, Pak?” Tawarnya.

Aku sadar bahwa di tahun 2011, aku pernah melamar kerja di tempat itu.

”Maaf Bu, saya sudah kuliah. Terima kasih atas tawarannya, Bu.”

Kami menutup pembicaraan dan aku melanjutkan kuliah sambil tersenyum mengingat perjuanganku dulu.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan multi representasi pada materi Fluida Statis terhadap hasil belajar siswa dan untuk

Membuat model prediksi kondisi perkerasan jalan dengan menggunakan metode Dynamic Bayesian Network. Data

Program ini merupakan Program Leadership Development bertujuan untuk membentuk karyawan secara khusus untuk memiliki kompetensi pada level supervising dan menjadi

Dari hasil analisis pada sistem yang dibangun, dapat disimpulkan bahwa ruang warna HSV (hue, saturation, value) memiliki performa yang lebih baik dalam proses temu kenali

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan cara penerapan teknik pencegahan kecelakaan kerja dengan metode program observasi terhadap penerapan

Penambahan asam sulfat secara perlahan ini bertujuan agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes sekali, sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan

(3) HTCK Kasetum Polri dengan Asisten Kapolri Bidang Perencanaan dan Anggaran (Asrena Kapolri), bersifat Horizontal dan bentuk hubungan adalah (garis) koordinasi

Komponen ‘proses’ yang dominan pada teks menunjukkan bahwa seluruh nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakatnya merujuk kepada ajaran Islam dan setiap ungkapan-ungkapan Melayu