• Tidak ada hasil yang ditemukan

Our office Jl. Pondok Hijau VI No 2, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Website:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Our office Jl. Pondok Hijau VI No 2, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Website:"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Coaching Indonesia is a Jakarta-based coaching firm supported by accredited coaches from the International Coach Federation (ICF) with commitment to help clients achieve sustainable results through application of coaching in various strategic areas of the organization.

Our Purpose

Our office

▪ Jl. Pondok Hijau VI No 2, Pondok Indah, Jakarta Selatan

Website:

www.coachingindonesia.com

We are driven by our aspiration to set the world-class standards, provide the best experience and to remain

inspirational in coaching industry by sustaining our core principles: quality, service, and values.

(3)
(4)

Coaching di Indonesia

Mengapa penting?

▪ Kesadaran terhadap peran human capital

▪ Perubahan budaya dan generasi

▪ Orientasi pada perilaku, bukan sekedar hasil.

▪ Memaksimalkan potensi

manusia.

(5)

Coach: Al Falaq Arsendatama, MIT, PCC

▪ Executive Coach

▪ Founder and Director of Coaching Indonesia

▪ Professional Certified Coach (PCC) of ICF

▪ Past President of ICF Jakarta Charter Chapter

▪ ICF Registered Mentor

▪ Over 1300 hours coaching experience

▪ Professional background: oil & gas, FMCG and consulting. Major clients include:

(6)

▪ Executive & Transformational Coach

▪ Associate Certified Coach (ACC) of ICF

▪ ICF Registered Mentor

▪ Chair of ICF Indonesia Coaching Summit 2013

▪ Over 700 hours coaching experience

▪ Professional background: Information Technology.

▪ Major clients include:

Coach: Laurencia Lina, ACC

(7)

Coach: Lia Yuldinawati,CEC

Entrepreneur, Startup & Student Coach

Head of CoCoDev (Coach Community Developer ) Jabar

ICF member

Member of Entrepreneurship Development Forum Bandung City Government

Telkom University Lecturer

PhD student Twente University, Netherland

Publications

Entrepreneur Emerge The Limit

Entrepreneurship Coaching – Cara Membangun Bisnis di Era Digital (to be released)

International Award

• Shortlisted Reimagine Education Award 2016 , Wharton University of Pennsylvania USA

• Certificate of Merit Indonesian World Record, 2017

(8)

Coach: Hasianna Isabella,CEC

▪ Life,Insurance,Youth Coach

▪ Secretary of CoCoDev (Coach Community Developer ) Jabar

▪ Agency Development Manager Sequis Life

▪ Sarjana Hukum UNILA

(9)

Coach: Candra Wijayangka, CEC

Candra Wijayangka, CEC

▪ Entreprenuer & Student Coach

▪ Certified Executive Coach

▪ Lecturer at Telkom University

▪ Over 100 hours coaching experience

(10)

Coach: Nancy ,CPC

▪ Business Coach

▪ Professional background :

✓ Business Development;

✓ Franchise Consultant

✓ Founder of Poinin (Customer Loyalty App)

CoCoDev (Coach Community Developer) Jabar team

Some of clients portofolio:

(11)

Introduce yourself:

• Nama?

• Role di organisasi?

Get to Know

(12)

Download this presentation at:

www.coachingindonesia.com/cfe/cfe.pdf

(13)

▪ Coaching Definition

▪ Active Listening

▪ Powerful Questioning

▪ Coaching Model

▪ Demo

▪ Coaching Practice

(14)

Definisi Coaching

 Apa itu coaching?

 Mengapa itu penting?

 Perbedaan coaching

dengan pendekatan

lainnya.

(15)

▪ Lidya (34 tahun), pengusaha muda.

▪ Belakangan agak stress.

▪ Omset bisnis menurun.

▪ Menghadapi masalah pribadi dengan suaminya.

▪ Diajak berbicara untuk mengetahui asal muasal persoalannya.

▪ Diberi nasihat untuk ikhlas dan sabar.

Skenario 1: Persoalan Pribadi

(16)

Masa Lalu Masa Kini Masa Depan Counseling Coaching

(17)

▪ David (21 tahun), karyawan baru.

▪ Diberikan pembekalan untuk menguasai pekerjaan.

▪ Diberikan tugas-tugas kecil agar ia bisa praktek.

▪ Dipantau secara rutin untuk

mengetahui perkembangannya.

▪ Diajak berdiskusi untuk berbagi pengalaman.

Skenario 2: Karyawan Baru

(18)

Individu menyadari apa saja yang

menghambat

kemajuan, merangkai ide dan mengatasi tantangan.

Individu menyerap ilmu, mempraktekkan dan

menceritakan pengalaman.

Individu belajar dari

orang lain

Individu belajar dari

dirinya

Mentor membekali

Coach menfasilitasi

(19)

Tidak Tahu Tahu Lebih Tahu

Mentoring

▪ Individu belajar dari orang lain.

▪ Mentor mengajari.

Coaching

• Individu belajar dari dirinya.

• Coach menfasilitasi.

Tangga Pengembangan

Individu

(20)

▪ Radhit (35 tahun), sudah 5 tahun bekerja.

▪ Kinerja lumayan dan masih bisa ditingkatkan lagi.

▪ Minggu lalu membuat kesalahan

yang membuat orang lain complain.

▪ Diberitahu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

▪ Ia mengerti dan berkomitmen melakukan perubahan.

Skenario 3: Membuat Kesalahan

(21)

▪ Radhit (35 tahun), sudah 5 tahun bekerja.

▪ Kinerja lumayan dan masih bisa ditingkatkan lagi.

▪ Minggu lalu membuat kesalahan

yang membuat orang lain complain.

▪ Digali faktor-faktor yang menjadi penyebab.

▪ Ditanya untuk memikirkan alternatif solusi kedepan.

▪ Dipastikan ia berkomitmen melakukan perubahan.

Skenario 4: Mengembangkan Diri

(22)

Hubungan

kemitraan dengan individu melalui

proses kreatif yang ditujukan untuk

memaksimalkan

potensi personal dan profesional dirinya.

Coaching

(23)

Terminologi

Orang yang

memberikan coaching

Orang yang

mendapatkan coaching

Coach Coachee atau Klien

(24)

How Do You Do Coaching?

1-on-1 coaching

▪ Face-to-face atau via phone.

▪ Fokus pada agenda

si individual.

(25)

Group Coaching

▪ Face-to-face dalam format kelompok 3-8 orang.

▪ Focus pada agenda bersama.

(26)

Alur Percakapan Coaching

Mengatur proses

percakapan coaching

dalam alur yang logis dan

terstruktur.

(27)

▪ Ada kejelasan agenda dan tujuan yang ingin ingin

dicapai.

▪ Melibatkan pemetaaan,

penggalian dan membangun ide.

▪ Bila momennya tepat, ada sharing pengetahuan dan pengalaman.

▪ Diakhiri dengan kesepakatan action plan dan komitmen.

Percakapan Coaching

(28)

GROW Model

G R O W

Goal Reality

Options

Will

(29)

G Goal

▪ Jelaskan agenda yang dibicarakan.

▪ Tetapkan tujuan yang ingin dicapai dari percakapan ini.

Contoh pertanyaan:

“Apa yang ingin Anda bicarakan di sesi ini?”

“Apa yang ingin Anda dapat dari pembicaraan ini?”

“Bagaimana Anda tahu jika sesi ini berhasil?”

“Apa indikator keberhasilan dari sesi ini?”

(30)

R Reality

▪ Bertanya untuk menggali dan memetakan situasi.

▪ Mendengarkan aktif dan merespon dengan pertanyaan berikutnya.

Contoh pertanyaan:

“Apa yang Anda maksud dengan….?”

“Apa yang jadi pertimbangan?”

“Apa tantangannya?”

“Apa yang telah Anda lakukan?”

“Bagiamana hasilnya?”

(31)

O Options

▪ Membangun ide.

▪ Memetakan alternatif pilihan.

▪ (optional) Coach bisa sharing pengalaman.

Contoh pertanyaan:

“Apa yang bisa Anda lakukan berbeda?”

“Apa yang perlu berubah?”

“Apa yang bisa jadi opsi?”

“Apa lagi?”

(32)

W Will

▪ Merumuskan action plan.

▪ Membangun komitmen.

Contoh pertanyaan:

“Apa yang akan Anda lakukan berikutnya?”

“Aktifitas apa yang bisa Anda kerjakan di minggu ini?”

“Perubahan kecil apa yang bisa Anda buat?”

“Kapan Anda akan melakukannya?”

“Bagaimana saya tahu perkembangannya?”

“Dukungan apa yang Anda butuhkan?”

(33)

Exercise (waktu: 10 menit)

1. Satu orang berperan sebagai Coachee.

Tugasnya menceritakan cita-citanya di tahun 2017.

2. Satu orang yang lain menjadi Coach yang menggali dengan pertanyaan:

• Apa yang menjadi tantangan?

• Apa yang Anda sudah lakukan?

• Bagaimana hasilnya?

• Apa yang akan Anda lakukan berbeda?

• Kapan Anda akan melakukannya?

(34)

2 Skill Dasar Coaching

Active Listening Powerful Questioning

(35)

Active Listening

 Elemen penting saat mendengarkan

 Mendengarkan

dengan RASA

(36)

Mengapa kita tidak mendengarkan?

“Tadi sudah saya bilang JANGAN jatuh!”

(37)

Bagus..! Luar biasa…

Kereen Lanjut

Bro..

(38)

Kita terbiasa berbicara dibanding

mendengarkan…

(39)

Noise di kepala kita seperti lalu

lintas yang tidak pernah berhenti

(40)

3 Hal yang Membuat Anda tidak Mendengarkan

Assumption

Judgment

Association

(41)

Penilaian kita terhadap orang lain dari sudut pandang pribadi.

Judgment

Klien Saya berpikir untuk menutup bisnis saya saja. Sudah banyak upaya saya lakukan, termasuk menanamkan modal tambahan.

Tapi tetap saja tidak menunjukkan hasil positif...

Coach Mmm...harusnya tidak begitu saja menutup bisnis, pasti ada yang salah dengan tata kelola bisnis Anda. (Judgmental).

(42)

Pikiran yang menghubungkan cerita si klien dengan pengalaman pribadi.

Asosiasi

Klien Saya berpikir untuk menutup bisnis saya saja. Sudah banyak upaya saya lakukan, termasuk menanamkan modal tambahan.

Tapi tetap saja tidak menunjukkan hasil positif...

Coach Saya kenal banyak orang yang berbisnis di tipe usaha yang sama dengan Anda.

Mereka akhirnya sukses juga setelah bertahun-tahun. Yang penting adalah konsistensi. (Asosiatif).

(43)

Anggapan yang ada di kepala kita yang belum tentu benar dengan realita yang sesungguhnya.

Asumsi

Klien Saya berpikir untuk menutup bisnis saya saja. Sudah banyak upaya saya lakukan, termasuk menanamkan modal tambahan.

Tapi tetap saja tidak menunjukkan hasil positif...

Coach Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres dengan diri Anda dalam menjalankan bisnis.

Harusnya dengan semua yang Anda telah lakukan, bisnis Anda tidak akan seperti ini.

(Asumtif).

(44)

Receive - Terima

Mendengarkan dengan RASA

R

A

S

A Ask - Tanya

Acknowledge - Hargai

Summarise - Ringkas

(45)

Receive - Terima

R

Dengarkan, simak dan tangkap kata-kata kunci yang mewakili esensi cerita.

Ciri-ciri kata kunci:

▪ Diucapkan dengan intonasi tertentu yang lebih: lambat, cepat, tinggi, rendah.

▪ Menggunakan istilah unik atau analogi.

▪ Kadang diucapkan lebih dari satu kali.

▪ Tidak jarang disertai emosi.

(46)

Saya sedang mempertimbangkan untuk membuka cabang baru di kota sebelah.

Tapi saya ragu apakah timing-nya sudah tepat untuk melakukannya dalam waktu dekat ini.

Saya sudah bicara dengan beberapa orang tapi hingga saat ini masih belum ada

keyakinan akan membuka cabang atau tidak.

Apa kata kuncinya?

(47)

Acknowledge - Hargai

A

▪ Sesekali melakukan kontak mata dan menganggukkan kepala.

▪ Menyondongkan kepala sebagai tanda Anda mendengarkan.

▪ Memberikan ruang kepada dia untuk

menuntaskan kata-katanya, tanpa interupsi.

Hindari/kurangi:

▪ “Baik....baik....baik...” atau sejenisnya.

▪ Angkat telepon, membalas pesan singkat.

▪ Sibuk mencatat.

▪ Menoleh ke kiri dan ke kanan.

(48)

Summarise - Ringkas

Istilah lainnya Paraphrase, yaitu

menyampaikan kembali apa yang Anda dengar dari lawan bicara dalam bahasa yang lebih

singkat dengan maksud memperjelas pemahaman Anda.

Catatan:

▪ Tidak semua ucapan si klien harus di- paraphrase.

▪ Tidak berbahasa yang cenderung berkonotasi judmental, asosiatif, dan asumtif.

▪ “Betul begitu?”

S

(49)

Saya sedang mempertimbangkan untuk membuka cabang baru di kota sebelah.

Tapi saya ragu apakah timing-nya sudah tepat untuk melakukannya dalam waktu dekat ini.

Saya sudah bicara dengan beberapa orang tapi hingga saat ini masih belum ada

keyakinan akan membuka cabang atau tidak.

Lakukan paraphrasing

(50)

Ask - Tanya

Gali lebih dalam dengan mengajukan pertanyaan:

▪ Bersifat terbuka: diawali dengan “Apa”,

“Seberapa” bukan “Mengapa”, “Apakah?”

▪ Hasil mendengarkan aktif.

▪ Ajukan satu pertanyaan dalam satu kesempatan bertanya.

A

(51)

Saya sedang mempertimbangkan untuk membuka cabang baru di kota sebelah.

Tapi saya ragu apakah timing-nya sudah tepat untuk melakukannya dalam waktu dekat ini.

Saya sudah bicara dengan beberapa orang tapi hingga saat ini masih belum ada

keyakinan akan membuka cabang atau tidak.

Apa saja pertanyaannya?

(52)

Listening Exercise

(53)

Karir saya…..

(54)

Powerful Questioning

 Mengajukan pertanyaan berbobot

 Memancing berpikir kreatif

 Contoh-contoh

pertanyaan

(55)

Nyetir, asyik ngobrol,

menyerempet motor

(56)

Apakah Anda sudah berhati- hati?

Reaksi supir:

Menjawab iya, menyalahkan pemotor.

Mengapa Anda tidak berhati- hati?

Reaksi supir:

Defensif, merasa dikritisi.

Lain kali hati-hati ya?

Reaksi supir:

OK (tapi tidak menjamin berubah perilaku.)

▪ Apa saja yang Anda perlu perhatikan di jalan?

▪ Seberapa jauh sebaiknya Anda menjaga jarak dengan mobil di depan?

▪ Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk berkendara aman?

▪ Bagaimana memastikan keselamatan tetap terjaga?

▪ Keadaan apa saja yang perlu diantisipasi?

Mengubah Perilaku

Bandingkan 2 tipe pertanyaan ini:

Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan Terbuka dan Obyektif

(57)

Pertanyaan Berbobot

Berupa pertanyaan terbuka:

▪ Diawali dengan “Apa…?”,

“Seberapa…?”,

“Bagaimana…?”, “Siapa…?”,

“Dimana….?”, “Kapan…?

▪ Digunakan untuk menggali dan memetakan.

▪ Memancing cara berpikir

kreatif.

(58)

BUKAN Pertanyaan Berbobot

Pertanyaan Tertutup

▪ Apakah? Pernahkah? Sudahkah? Ya atau tidak?

▪ Pertanyaan tertutup sesekali digunakan hanya untuk mengecek kebenaran. Bukan untuk menggali.

Pertanyaan Menjurus (Leading Question)

▪ Dipengaruhi oleh judgment/asumsi pribadi.

▪ Bertendensi menghakimi.

(59)

Pertanyaan Tertutup vs. Terbuka

Kenapa pekerjaan kamu belum selesai?

Apa yang bisa membantu

kamu agar pekerjaan selesai?

Ada pertanyaan tentang topik ini?

Bagaimana kamu memahami topik ini?

Kenapa hal itu sampai terjadi?

Tolong ceritakan latar belakang kejadiannya?

Apakah ini benar atau salah?

Bagaimana menurut kamu?

(60)

Contoh Pertanyaan Berbobot

Mendapatkan Kejelasan

“Apa yang dimaksud dengan….?”

“Apa yang menjadi pertimbangan?”

“Apa yang menjadi prioritas Anda?”

“Apa yang melatarbelakangi tindakan Anda?”

Mencari Substansi

“Apa yang menjadi kendala?”

“Apa yang menjadi tantangan?”

“Apa yang sesungguhnya terjadi?”

“Apa yang menghalangi Anda untuk….?”

(61)

Menggali

“Apa yang mendorong Anda melakukannya?”

“Apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini?”

“Apa yang Anda tuju dari tindakan itu?

“Apa yang Anda rasakan ketika itu terjadi?”

“Apa yang menjadi kriteria dari…….?”

Keinginan

“Apa yang Anda harapkan?”

“Apa yang Anda inginkan?”

“Idealnya seperti apa?”

“Apa yang penting bagi Anda?”

(62)

Perencanaan

“Apa rencana Anda?”

“Selanjutnya bagaimana?”

“Tindakan apa yang akan Anda ambil?”

“Langkah apa yang Anda akan ambil di minggu ini?”

Review

“Apa yang sudah dikerjakan?”

“Bagaimana hasilnya?”

“Apa yang dianggap sulit?”

“Apa yang menghalangi pencapaian?”

“Apa yang Anda pelajari?”

(63)

Membangun Ide

“Apa ide Anda?”

“Opsi apa saja yang tersedia?”

“Apa yang bisa Anda lakukan berbeda?”

“Bagaimana Anda akan mengatasinya?”

Implementasi

“Kapan Anda akan melakukannya?”

“Seberapa sering?”

“Bagaimana mengukur keberhasilannya?”

“Support apa yang Anda butuhkan?”

(64)

Practice 1 (15’)

(65)

1. Gunakan alur GROW.

2. Awali dengan 2 pertanyaan dasar:

“Apa yang Anda ingin bicarakan?”

“Apa yang ingin Anda dapat dari sesi ini?”

3. Dengarkan aktif:

▪ Tangkap kata kunci.

▪ Rasakan emosi.

▪ Fokus pada coachee, bukan pada solusi.

4. Ajukan pertanyaan berbobot untuk menggali ceritanya lebih dalam (gunakan template

pertanyaan di formulir).

Roleplay 1 (waktu: 15 menit)

(66)

Debrief

1. Apa yang sudah berhasil?

2. Apa yang masih perlu

ditingkatkan?

(67)

Ciri-Ciri Pertanyaan Berbobot

▪ Merupakan hasil mendengarkan aktif.

▪ Tidak dipengaruhi asumsi/judgment pribadi.

▪ Mulai dengan apa, seberapa,

bagaimana, kapan, siapa, dimana.

▪ Membuat lawan bicara (coachee)

berpikir: mengingat, merenung,

merangkai ide.

(68)

Pertanyaan Berskala

1 10

“Dari skala 1 sampai 10, seberapa yakin Anda mampu mengatasi tantangan ini?”

“Apa yang jadi kriteria di skala tersebut?”

“Idealnya Anda ada di skala berapa?”

“Apa yang perlu berubah untuk mencapai kondisi ideal itu?”

(69)

Practice 2 (15’)

(70)

1. Gunakan alur GROW.

2. Awali dengan 2 pertanyaan dasar:

“Apa yang Anda ingin bicarakan?”

“Apa yang ingin Anda dapat dari sesi ini?”

3. Dengarkan aktif:

▪ Tangkap kata kunci.

▪ Rasakan emosi.

▪ Fokus pada coachee, bukan pada solusi.

4. Ajukan pertanyaan berbobot untuk menggali ceritanya lebih dalam (gunakan template

pertanyaan di formulir).

Roleplay 1 (waktu: 15 menit)

(71)

6 Basic “Mistakes”

1. Tidak menanyakan apa yang ingin

didapat.

2. Tidak menangkap kata-kata kunci (keywords)

3. Terjebak pada drama si coachee

4. Terburu-buru memberi saran atau solusi

5. Bertanya close-ended 6. Terlalu banyak bicara

1. Tanya, “Apa yang ingin didapat dari sesi ini?”

2. Dengarkan kata-kata dan intonasi

3. Netral, obyektif, terus dengarkan

4. Dengarkan, fokus pada coachee, baru

bertanya.

5. Gunakan awalan “Apa”

6. Sabar, bangun rasa

ingin tahu.

(72)

Video

Menggunakan teknik

pertanyaan coaching di

praktek sehari-hari.

(73)
(74)

• Focus pada coachee, bukan pada solusi.

• Menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif.

• Menjaga kerahasiaan.

• Mendengarkan dan menggali.

• Bersikap obyektif, tidak judgmental.

Coaching Presence

(75)

• Tidak terpancing

membicarakan pihak lain yang mungkin menjadi alasan

penghambat.

• Yang perlu berubah adalah Coachee, bukan orang lain.

• Dengar dan tanyakan:

– Harapan, keinginan – Hambatan, tantangan – Skenario ideal

– Ide dan pemikirannya.

Fokus pada Coachee,

bukan pada Solusi

(76)

Layout Sesi Coaching

Meja

Kurang

Ideal

Tidak dianjurkan

Meja

Ideal

Meja

(77)

Practice 3 (15’)

(78)

Corporate Services

Coaching Academy

Coach Community Development

Corporate Coaching

Corporate Training

Personal Coaching

Coaching Certification

Continuing Education

Community Services

Strategic Alliances

Impact Movement

Making a Difference to a Million People through Coaching

Referensi

Dokumen terkait

(1) Kepala Laboratorium, Kepala Subbagian dan para Kepala Satuan Pelaksana, Ketua Subkelompok Jabatan Fungsional dan Pegawai pada Laboratorium Kebakaran dan Penyelamatan,

Modul hasil pengembangan dapat dianggap efektif untuk digunakan dalam pembelajaran jika jumlah siswa yang mencapai KKM adalah lebih dari 80%. Berdasarkan hasil pengembangan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian pengembangan ini adalah (1) Hasil pengem- bangan bahan ajar berupa Buku Kimia Koloid Berdasarkan Percobaan dengan

Dari analisis regresi didapatkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,982 artinya produksi susu sapi adalah 98 % dipengaruhi oleh variabel- variabel yang diteliti

Disamping itu perlu pula dicari kriteria mengenai batasan kewenangan dokter dalam melakukan profesinya, baik batasan secara hukum, moral, etik maupun disiplin (segi

Eksternalisasi merupakan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap kebiasaan, aturan, norma, tradisi dan budaya yang berkaitan dengan kehidupan perempuan di lingkungan

Untuk Agonis parsial mempunyai harga tersebut karena terdapat suatu senyawa atau obat yang memiliki aksi Agonis maupun Antagonis, Jadi aktivitas berdasarkan agonis

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu berupa data return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, data QR, ITO, DER, EPS, dan PBV selama tahun