• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

HIBRIDA MELON (

Cucumis melo

L.)

INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

Oleh : ISNAINI A34402010

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(2)

HIBRIDA MELON (

Cucumis melo

L.)

INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : ISNAINI A34402010

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(3)

for Tropical Fruit Studies (PKBT) IPB Melon (Cucumis melo L.) Hybrids. (Supervised by SOBIR and WILLY BAYUARDI SUWARNO)

The objective of this experiment was to evaluate and characterize horticultural traits of introduced and PKBT’s melon hybrids and to identify the potential PKBT’s hybrids compare to those of the commercial introduced hybrids. The evaluated hybrid varieties consist of introduction hybrids are Ten Me, Angel, Honey Globe, New Charm, New Century and Apollo and PKBT’s melon are H150 and H7.

The experiment was conducted at KP IPB Tajur 2 from September to November 2006 using Randomized Complete Block Design with three replications. The genotype variability was analyzed using analysis of variance method.

The result showed that there are significant differences for all characters, except on days of male flowering dan days of hermaphrodite flowering. The experiment also shows a negative correlation between fruit length character and Total Solutable Solid (TSS) and a positive correlation between stem diameter character and TSS.

H150 is a PKBT’s Cantaloupe melon hybrid that had a good vegetative growth, orange flesh, high TSS (10.02%Brix) and skin hardness, round shaped fruit and perfect net. H7, an Inodorus cultivar, has some potential characteristics. This hybrid has good vegetative growth, good appearance of fruit, white flesh and the highest TSS (10.50%Brix) than the other Inodorus hybrids.

PKBT’s hybrids has higher stem diameter, harder fruit and higher TSS but has longer day to harvest than introduced hybrids. Var. Cantaloupensis has higher stem diameter and skin hardness but has lower fruit weight and longer harvest day than var. Inodorus.

(4)

L.) Introduksi dan Hasil Rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. (Dibimbing oleh SOBIR dan WILLY BAYUARDI SUWARNO)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik hortikultura delapan hibrida melon dan mengidentifikasikan adanya hibrida hasil rakitan PKBT yang lebih berpotensi dibanding dengan varietas komersial introduksi. Kedelapan hibrida yang diuji terdiri atas hibrida introduksi yaitu Ten Me, Angel, Honey Globe, New Charm, New Century dan Apollo dan hibrida hasil rakitan PKBT yaitu H150 dan H7

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Karakter yang diamati terbagi atas empat kelompok yaitu karakter vegetatif, generatif, kuantitatif buah dan kualitatif buah. Data dianalisis dengan analisis ragam dan apabila terdapat perbedaan nyata di antara hibrida pada karakter yang diamati, maka dilakukan uji lanjut kontras pada taraf 5%. Selain itu dilakukan analisis korelasi linear untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter terutama karakter produksi buah dan umur panen dengan karakter lainnya.

Sidik ragam memperlihatkan adanya perbedaan nyata di antara kedelapan hibrida untuk semua karakter yang diamati kecuali umur berbunga jantan dan umur berbunga hermaprodit.

Pengkarakterisasian lebih jauh menunjukkan bahwa hibrida H150 memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, warna daging jingga tua yang sangat menarik, jala yang penuh dan merata, beraroma wangi dan kadar Padatan Terlarut Total 10.02%Brix.

H7 untuk kultivar Inodorus memiliki bentuk buah bulat dengan kulit buah yang berwarna krem dan bercorak hijau tua, daging buah yang tebal dan berwarna putih dengan tekstur yang halus tidak berserat, beraroma wangi, rasa buah yang manis dengan kandungan Padatan Terlarut Total 10.50%Brix. Hibrida H7 juga memiliki diameter batang yang lebih besar dan ukuran buah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan keempat hibrida Inodorus lainnya.

Kedua grup varietas melon yang diuji memiliki keunggulan masing-masing. Hibrida PKBT memiliki diameter batang yang lebih besar, kulit buah yang lebih keras dan kadar Padatan Terlarut Total yang lebih tinggi tetapi memiliki umur berbunga hermaprodit dan umur panen yang lebih lama serta lingkar buah yang lebih kecil dibandingkan dengan hibrida introduksi. Varietas Cantaloupensis memiliki PTT, diameter batang dan kekerasan kulit buah yang lebih tinggi tetapi memiliki umur panen yang lebih dalam dan ukuran buah yang lebih kecil dibandingkan dengan varietas Inodorus.

Dalam penelitian ini diketahui bobot buah berkorelasi positif dengan lingkar buah, diameter buah, panjang buah dan tebal daging buah. Selain itu diketahui pula bahwa kadar Padatan Terlarut Total berkorelasi positif dengan diameter batang namun berkorelasi negatif terhadap panjang buah.

(5)

TROPIKA (PKBT) IPB N a m a : Isnaini N R P : A34402010 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Sobir, MSi.

NIP. 131 841 754

Dosen Pembimbing II

Willy Bayuardi Suwarno, SP., MSi.

NIP. 132 311 731

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(6)

ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Asmawi Bakrie dan Ibu Asmarawati M.A. Bakrie.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 20 Bengkulu pada tahun 1990 -1996, dilanjutkan dengan SLTP Negeri 2 Bengkulu (1996-1999) dan dilanjutkan ke SMU Negeri 2 Bengkulu (1999-2002). Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2005, penulis menerima penghargaan sebagai pemenang lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan oleh SP-4 Departemen Agronomi dan Hortikultura dan sebagai pemenang harapan lomba pembuatan poster ilmiah pada mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain itu penulis juga aktif di organisasi mahasiswa sebagai staf ahli Departemen Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian tahun 2004-2005. Penulis juga aktif sebagai panitia pada berbagai kegiatan di lingkungan departemen, fakultas maupun lingkungan institusi dan luar institusi.

(7)

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul Evaluasi Karakteristik Hortikultura Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Introduksi dan Hasil Rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Ir. Sobir, MSi. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi atas bimbingan dan perhatian selama penulis menempuh pendidikan di IPB dan selama pelaksanaan serta penulisan skripsi ini.

2. Willy Bayuardi Suwarno, SP., MSi. selaku Pembimbing Skripsi Kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas selaku dosen penguji atas saran-saran untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ayah dan ibu, Abang Hen dan Dang Nur, Abang Ijal, Dedek dan my big Farrel atas curahan kasih dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian serta selalu menghargai semua pilihan Dodo.

5. Dosen-dosen Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih IPB, Guru-guru SMUN 2 Bengkulu, SLTPN 2 Bengkulu, SDN 20 Bengkulu dan TK Witri I Bengkulu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tiada batas kepada penulis.

6. Bapak Asman (PT. Bina Inti Nusantara), atas dukungan dana penelitian. 7. Genta (miss you…) dan Fifin atas segala pengertian dan kekonyolan bersama.

Efi, Novy, Pipiet dan Yenny, my best gfs ever! Friendship will never end. 8. Mbak Lasih, Bu Liza, Pak Arif, Mbak Imay, Mas Endang, Pak Ibramsyah,

Hidayat, Khaidir dan Bu Yuyun atas segala masukan, bantuan dan kebersamaan selama penulis melaksanakan penelitian.

(8)

tidak dapat disebut satu persatu.

11.Gareulis Pondok Mawar Kencana (Febri, Nini, Aan, Uti’, Tiwi, Nisa, Desti, Leni, Rika) atas kebersamaan hampir empat tahun ini.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang banyak membantu menyelesaikan studi dan penelitian penulis.

Pada akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2007

(9)

Halaman PENDAHULUAN

Latar Belakang ... ...1

Tujuan...2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Melon...3

Syarat Tumbuh ...4

Pengembangan Varietas Melon...5

Melon Hibrida ...5

Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman ...6

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ...8

Bahan dan Alat...8

Metode Penelitian ...9

Pelaksanaan Penelitian ...9

Pengamatan ...11

Analisis Data ...12

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ...14

Analisis Ragam ...15

Karakter Vegetatif...16

Karakter Generatif...17

Karakter Kuantitatif Buah ...18

Perbandingan Karakter Kuantitatif Antar Grup Varietas...22

Karakter Kualitatif ...24

Korelasi Antar Peubah Kuantitatif ...26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...29

Saran...29

DAFTAR PUSTAKA...30

(10)

Nomor Halaman Teks

1. Hibrida Melon yang Dievaluasi ...8

2. Analisis Ragam untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)...13

3. Rata-rata Curah Hujan Bulan September 2006 hingga November 2006 ...14

4. Rekapitulasi Nilai Rataan dan Sidik Ragam Delapan Hibrida Melon ...16

5. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Batang Delapan Hibrida Melon ... 17

6. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Generatif Delapan Hibrida Melon... 18

7. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Panjang Buah dan Lingkar Buah Delapan Hibrida Melon ... 19

8. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Buah dan Tebal Daging Buah Delapan Hibrida Melon ... 20

9. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Bobot Buah, Kekerasan Kulit Buah dan PTT Delapan Hibrida Melon ...22

10.Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon PKBT dan Introduksi ... 23

11.Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon Varietas Cantaloupensis dan Varietas Inodorus ...24

12.Data Kualitatif Daun Delapan Hibrida Melon ...24

13.Data Kualitatif Buah Delapan Hibrida Melon ...25

14.Data Kualitatif Daging Buah Delapan Hibrida Melon...26

15.Koefisien Korelasi Pearson antar Pasangan Karakter pada Delapan Hibrida Melon ... 28

(11)

Nomor. Halaman Lampiran

1. Fenotipe Buah Hibrida H150 ...34

2. Fenotipe Buah Hibrida Ten Me...35

3. Fenotipe Buah Hibrida Angel ...36

4. Fenotipe Buah Hibrida H7 ...37

5. Fenotipe Buah Hibrida Honey Globe...38

6. Fenotipe Buah Hibrida New Charm...39

7. Fenotipe Buah Hibrida New Century...40

8. Fenotipe Buah Hibrida Apollo ...41

9. Fenotipe Daun Hibrida Melon ...42

10.Buah Melon yang mengalami Pecah Buah ...42

11.Serangan Penyakit ...43

(12)

Latar Belakang

Melon merupakan buah-buahan semusim yang kini berkembang sebagai komoditas agribisnis. Melon memiliki nilai ekonomi dan prospek yang cukup besar dalam pemasarannya namun memerlukan penanganan intensif dalam budidayanya. Komoditas ini diminati oleh masyarakat banyak dan mempunyai harga yang relatif tinggi baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Data ekspor menunjukkan bahwa melon merupakan komoditas penghasil devisa ke-5 dari kelompok buah-buahan. Dari aspek volume, melon menduduki peringkat ke-6. Volume ekspor melon Indonesia tahun 2002 mencapai 334.11 ton senilai US $ 173852 dengan tujuan Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, dan Hongkong (Departemen Pertanian, 2004).

Pada tahun 2003, luasan pertanaman melon di Indonesia adalah 3329 ha dengan produksi mencapai 70560 ton (Departemen Pertanian, 2004). Konsumsi buah melon diperkirakan meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan masyarakat Indonesia yang semakin membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi sehari-hari. Pada tahun 2005–2008 diperkirakan konsumsi buah melon akan meningkat mencapai 1.34–1.50 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian, 2004). Hal ini sangat mendukung pengembangan melon di Indonesia.

Salah satu kendala dalam produksi adalah ketersediaan benih. Hingga saat ini varietas melon yang beredar di Indonesia harus diimport dari Taiwan, Thailand dan Jepang. Kontinuitas atau ketersediaan benih tersebut tidak terjamin. Hal ini menyebabkan upaya memproduksi benih melon dalam negeri menjadi perlu dilakukan. Varietas yang dihasilkan harus unggul dan benihnya harus berkualitas, sehingga keberadaannya diharapkan dapat memsubstitusi benih impor.

Varietas unggul dihasilkan melalui suatu program pemuliaan tanaman. Perakitan varietas hibrida merupakan alternatif yang menjanjikan dalam upaya menghasilkan benih melon yang unggul. Melon hibrida memiliki keunggulan dalam hal keseragaman buah yang tinggi baik dalam bentuk maupun mutunya,

(13)

daya tumbuh yang cepat serta memungkinkan diperoleh kombinasi karakter yang diinginkan pada satu tanaman.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB telah melakukan serangkaian program pemuliaan melon. Program ini ditujukan ke arah pembentukan varietas hibrida. Hingga saat ini PKBT telah berhasil memperoleh beberapa hibrida yang berpotensi untuk dilepas sebagai varietas baru.

Kegiatan evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang ada. Dalam perakitan varietas hibrida, kegiatan evaluasi pada keturunan (F1) berguna untuk menilai kombinasi persilangan potensial (heterosis). Hibrida harapan yang dipilih kemudian dievaluasi karakteristiknya untuk mendapatkan deskripsi mengenai keragaan hibrida yang dipilih baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hibrida harapan kemudian diuji adaptibilitas serta stabilitasnya dan perlu diuji banding dengan varietas-varietas hibrida komersial yang telah beredar dan dikenal di masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui apakah hibrida yang dihasilkan dapat memiliki potensi yang lebih baik dan dapat bersaing dengan varietas-varietas komersial tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik hortikultura delapan hibrida melon dan mengidentifikasikan adanya hibrida hasil rakitan PKBT yang lebih potensial dibanding dengan varietas komersial introduksi

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Melon

Dari segi ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman melon (Cucumis melo L.)

tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Secara umum melon

dikelompokkan ke dalam dua tipe utama, yaitu netted melon (melon berjala) dan winter melon (melon tidak berjala). Dalam klasifikasi secara botani, melon yang

dibudidayakan terbagi dalam tiga grup varietas, yaitu Cucumis melo var. Reticulatus (muskmelon), Cucumis melo var. Cantaloupensis (cantaloup) dan Cucumis melo var. Inodorus. Varietas Reticulatus dan Cantaloupensis merupakan

tipe netted melon, sedangkan varietas Inodorus merupakan tipe winter melon

(Soedarsono, 1989).

Melon merupakan tanaman semusim (annual) dengan batang berbentuk

segilima tumpul, menjalar bercabang banyak, berbulu. Daun melon lebar bercanggap (berlekuk), bergelombang dan menjari agak pendek. Batang melon mempunyai alat pemegang (pilin) untuk memanjat (Tingle and Chandler, 2003). Tanaman melon mempunyai akar tunggang dan akar samping banyak serta agak dalam. Akar samping berupa serabut yang jumlahnya banyak, kuat, dan panjang (BPPT, 2005).

Tanaman melon pada umumnya bersifat andromonoecious (memiliki

bunga jantan dan bunga sempurna pada satu tanaman). Bunga jantan muncul berkelompok pada ketiak daun, sedangkan bunga sempurna muncul pada ruas pertama dari setiap cabang lateral (Harjadi, 1989). Meskipun menghasilkan bunga sempurna dengan putik dan benangsari, penyerbukan sendiri (self pollination)

tidak dapat terjadi. Lebah madu dan serangga berperan dalam penyerbukan bunga karena serbuk sari yang dihasilkan bunga melon terlalu berat untuk diterbangkan oleh angin. Menurut Delaphane dan Mayer (2000), jumlah, ukuran dan tingkat kemanisan melon meningkat dengan peningkatan jumlah penyerbukan yang dilakukan oleh serangga lebah madu.

Semua buah melon berbiji banyak, terkumpul dalam rongga buah yang diliputi lendir. Lendir tersebut terasa manis, kenyal (keras), dan tidak banyak

(15)

mengandung air (BPPT, 2005). Buah melon memiliki banyak variasi baik ukuran, bentuk, warna kulit dan daging serta bobotnya ( Paje dan van der Vossen, 1994).

Syarat Tumbuh

Tanaman melon lebih senang tumbuh di dataran menengah yang suhunya agak dingin, yakni pada ketinggian tempat antara 300-l000 m dpl (BPPT, 2005). Di dataran rendah yang elevasinya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair). Sesuai dengan daerah asalnya, tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering dengan suhu optimal 18-28oC (Paje dan van der Vossen, 1994). Tanaman ini lebih senang di daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak terlalu terik, cukup dengan penyinaran 70% dengan intensitas penyinaran 10-12 jam sehari. Pada tempat yang kelembapan udaranya rendah (kering) dan ternaungi, pembentukan bunga sempurna terhambat.

Jenis tanah Andosol atau tanah berpasir baik untuk pengembangan melon. Pertumbuhan melon akan optimal pada tanah dengan kisaran pH 6-7. Tanaman melon tidak akan berproduksi optimal apabila diusahakan pada daerah bertanah masam (pH<6) (East West Seed Indonesia, 2005). Pada kondisi masam, unsur-unsur seperti fosfor dan kalsium sulit diserap oleh tanaman karena terikat oleh unsur Aluminium, Mangan dan Besi. Penanaman pada tanah masam juga akan menyebabkan terjadinya ’Acid Yellowing’ dengan gejala pertumbuhan terhambat,

daun berwarna kuning dan tanaman kerdil (Harjadi, 1989). Kemasaman tanah dapat diturunkan dengan pemberian kapur pertanian.

Daerah yang bertipe iklim kering tidak disenangi oleh tanaman melon. Tanaman melon lebih peka terhadap air tanah yang menggenang atau kondisi aerasi tanah kurang baik daripada tanaman semangka (BPPT, 2005). Tanaman melon membutuhkan curah hujan antara 2000-3000 mm per tahun (East West Seed Indonesia, 2005). Kelembaban yang tinggi dapat merangsang perkembangbiakan hama dan penyakit.

(16)

Pengembangan Varietas Melon

Tanaman melon diperbanyak dengan biji yang telah diseleksi. Benih ini diproduksi secara khusus dengan mengisolasi tanaman. Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang dengan genotipe yang tidak dikehendaki. Bibit sambungan dengan labu air (Lagenaria sp.) juga dapat digunakan, tetapi

dalam praktek agribisnis melon tidak pernah dilakukan (BPPT, 2005). Pada melon tidak perlu menghasilkan benih yang seedless (tidak berbiji). Hal ini disebabkan

adanya biji yang mengumpul di rongga buah pada buah melon tidak menyulitkan konsumen. Budidaya melon dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem hidroponik (tanpa tanah) dan sistem tanah (lapangan). Biasanya pada satu tanaman hanya dipelihara satu atau dua buah saja untuk optimalisasi ukuran buah. Tanaman mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam. Dalam usaha agribisnis melon berorientasi komersial (pasar supermarket atau mengutamakan mutu) digunakan mulsa plastik hitam untuk mencegah tumbuhnya gulma dan menjaga kelembaban tanah.

Melon Hibrida

Hibrida adalah generasi pertama (F1) dari persilangan sepasang atau lebih tetua galur silang dalam yang memiliki sifat unggul. Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosis. Pemulia berusaha memperolehnya untuk berbagai macam tanaman, baik menyerbuk silang maupun menyerbuk sendiri (Poespodarsono, 1988). Heterosis menurut Makmur (1992) didefinisikan sebagai peningkatan ketegaran (vigor) dan besar turunan (F1) melebihi kedua tetuanya, bila dua inbreed line disilangkan. Heterosis dikelompokkan berdasarkan ekspresi,

reproduktivitas dan adaptibilitas menjadi Pseudoheterosis dan Euheterosis

(Banga, 1998).

Makmur (1992) mengemukakan bahwa tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan varietas yang lebih baik atau varietas unggul. Menurut Paje dan van der Vossen (1994), tujuan pemuliaan tanaman melon adalah untuk mendapatkan kualitas buah (kadar PTT tinggi, rasa enak, bentuk buah bulat, berdaging tebal), ketahanan terhadap hama dan penyakit, dapat

(17)

beradaptasi pada lingkungan yang lebih lembab serta memiliki daya simpan buah (shelf-life) yang lama.

Menurut Alvarez (1998), melon memiliki nilai heterosis yang kecil. Oleh karena nilai heterosis yang kecil maka keunggulan utama yang diperoleh dalam perakitan varietas hibrida lebih diarahkan pada keseragaman tanaman, keseragaman buah yang tinggi serta adanya kombinasi karakter yang diinginkan pada satu tanaman (Paje dan van der Vossen, 1994). Melalui varietas hibrida dapat dilakukan juga proteksi benih secara biologis (Alvarez, 1998). Selain itu menurut Robinson (2000) karakter ketahanan terhadap penyakit dikendalikan oleh gen dominan sehingga varietas melon hibrida yang tahan hama dan penyakit dapat dibentuk secara cepat dibandingkan varietas bersari bebas (open pollinated cultivar).

Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman

Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan (keragaan) suatu genotipe. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan di awal, di tengah dan di akhir suatu program pemuliaan tanaman (Makmur, 1992).

Kegiatan evaluasi pada awal suatu program pemuliaan tanaman dilakukan pada koleksi plasma nutfah dan galur silang dalam yang dihasilkan. Hasil evaluasi berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi sehingga dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang dapat dijadikan varietas budidaya (Allard, 1960).

Selanjutnya hibrida yang diperoleh diuji daya hasil pendahuluan dan daya hasil lanjutan untuk melihat kemampuan daya gabung F1-nya. Pasangan dengan daya gabung tinggi dipertahankan untuk dijadikan tetua dalam kegiatan hibridisasi selanjutnya karena merupakan kombinasi pasangan yang potensial. Selain itu juga dilakukan uji multilokasi untuk melihat stabilitas dan adaptibilitas F1 yang diperoleh.

(18)

Menurut Makmur (1992) pengujian atau evaluasi merupakan langkah penting dalam program pemuliaan tanaman untuk meyakinkan apakah tanaman yang dimuliakan sudah memenuhi syarat untuk diperbanyak atau dilepas ke petani.

Sebelum dilakukan seleksi, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi terhadap genotipe-genotipe melon. Pengkarakterisasian ini dilakukan untuk mendeskripsikan populasi tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk melihat keragaman. Fisher (1992) menyatakan pengkarakterisasian akan membantu para pemulia untuk memecahkan rintangan hasil dalam merakit varietas-varietas baru. Pengkarakterisasian ini dilakukan untuk mendeskripsikan populasi tersebut baik secara kuantitaif maupun kualitatif untuk melihat keragaman yang berpengaruh terhadap kualitas buah.

Kunci keberhasilan produksi suatu tanaman tergantung pada penggunaan varietas yang cocok, kultur teknis yang baik dan pemberantasan hama dan penyakit yang teratur. Keunggulan calon varietas hibrida dapat diketahui dengan melakukan evaluasi perbandingan dengan varietas-varietas komersial.

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2006, bertempat di Kebun Percobaan IPB Tajur 2 Bogor yang terletak pada 06o37.583”LS dan 106o50.128”BT di ketinggian 487 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah Latosol. Suhu harian rata-rata 28.33oC dan kelembaban udara harian rata-rata 71%.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah dua hibrida harapan melon PKBT, yaitu H7 dan H150 dan enam varietas melon hibrida komersial yaitu Ten Me, Honey Globe, New Charm, Angel, New Century dan Apollo. Asal dan grup varietas masing-masing hibrida dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hibrida Melon yang Dievaluasi

No. Hibrida Asal Grup Varietas

1 H150 PKBT Cantaloupensis

2 Ten Me Introduksi Cantaloupensis

3 Angel Introduksi Cantaloupensis

4 H7 PKBT Inodorus

5 Honey Globe Introduksi Inodorus

6 New Charm Introduksi Inodorus

7 New Century Introduksi Inodorus

8 Apollo Introduksi Inodorus

Sarana produksi pertanian yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk majemuk NPK (10-21-21) dan 16-16-16), pupuk tunggal (Urea, KCl dan SP-36), KNO3 merah dan KNO3 putih, pupuk boron (B 10.6%), Multimikro, pupuk daun dan bunga Gandasil merah dan hijau, kapur pertanian Dolomit (CaCO3.MgCO3) serta insektisida (Diafentiuron 500g/l, Dimetoat 400 g/l, Imidakloprid 200 g/l), fungisida (Fenarimol 120 g/l, Klorotalonil 75 g/l, Benomil 50%, Propinep 70%). nematisida (Karbofuran 3%), antraktan (Methyl Eugenol 800 g/l), alkohol, polibag ukuran 7x10 cm dan mulsa Plastik Hitam Perak (PHP). Alat-alat yang digunakan yaitu alat pertanian umum, hand refraktometer, hand penetrometer,

(20)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari delapan hibrida melon yang ditempatkan secara acak, sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 32-34 tanaman sehingga total keseluruhan terdapat 804 tanaman. Model linier aditif dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

Yij =

μ

+

α

i + βj +

ε

ij Keterangan :

Yij = Respon pengamatan pada hibrida ke-i ulangan ke-j

μ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh hibrida ke-i, di mana i=1, 2, 3,...,8

βj = Pengaruh ulangan ke-j, di mana j=1, 2, 3

ε

ij = Pengaruh galat percobaan pada hibrida ke-i, ulangan ke-j

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian diawali dengan perkecambahan dengan cara merendam benih dalam larutan zat pengatur tumbuh dan air hangat bersuhu 30oC dengan dosis 2 ml/l selama 24 jam, kemudian dikecambahkan dalam kertas buram selama 36 jam. Selanjutnya kecambah dipindahkan ke polibag berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 serta karbofuran dengan dosis 2 g/tanaman. Pembibitan ini dilakukan selama 14 hari atau sampai tanaman telah memiliki 2-3 helai daun sejati.

Lahan disiapkan sesuai rancangan percobaan menggunakan sembilan bedengan dengan panjang 30 m, lebar 1.2 m dan tinggi 0.3 m, kemudian diberi kapur pertanian 100g/tanaman (10 kg/bedeng) dan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk kandang 2kg/tanaman (400kg/bedeng), Urea 10g/tanaman (1kg/bedeng), SP-36 45g/tanaman (5kg/bedeng) dan KCl 5g/tanaman (5kg/bedeng). Pemasangan mulsa plastik hitam perak dilakukan setelah penaburan pupuk selesai, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak 60 cm antar barisan dan 60 cm di dalam barisan. Pindah tanam dilakukan setelah bibit memiliki 2-3 daun sejati. Sebelum ditanam di lahan, bibit dari persemaian disterilkan dengan cara direndam dalam

(21)

larutan Propinep 70% selama beberapa menit. Pada setiap lubang tanam ditaburi nematisida (2 g/tanaman).

Pemupukan tambahan diberikan dalam bentuk larutan dan butiran. Pemberian pupuk larutan dilakukan dengan menuangkan larutan pupuk sebanyak 250 ml pada lubang tanam atau lubang yang ditugal pada sekitar tanaman. Pemberian pupuk susulan dimulai dari 7 HST berupa larutan NPK (16-16-16) dengan dosis 10g/tanaman di lubang tanam. Pada 14 HST, diberikan butiran NPK (16-16-16) 10 g/tanaman di lubang kanan. Pupuk NPK (16-16-16) dalam bentuk butiran kembali diberikan pada 21 HST di lubang kiri dan 28 HST di lubang tengah dengan dosis 15 g/tanaman. Pupuk larutan KNO3 diberikan dengan konsentrasi 2g/l di lubang kanan pada 45 HST, di lubang kiri pada 50 HST dan di lubang kanan pada 55 HST. Pupuk daun yang diberikan yaitu Gandasil B dan Gandasil D. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida, bakterisida sesuai dengan kondisi lapang. Penyemprotan pestisida dihentikan lebih kurang dua minggu sebelum panen.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengikatan batang utama dan pengikatan buah, pemangkasan daun dan cabang lateral kecuali cabang ke-9 sampai ke-12, pengairan, menjaga sanitasi kebun dan pengendalian hama dan penyakit secara kimia. Pemangkasan dilakukan untuk mengatur pertumbuhan tanaman, mengurangi kelembaban, memperlancar sirkulasi udara, merangsang pertumbuhan tunas produktif dan penerimaan sinar matahari menjadi lebih efektif dan efisien. Pembentukan buah dilakukan pada cabang ke-9 sampai ke-12. Selain cabang-cabang tersebut, cabang lateral lainnya dipangkas. Pemangkasan daun dilakukan dengan menyisakan sekitar 26 helai daun setiap tanaman dan untuk buah disisakan dua buah. Seleksi buah dan pengikatan buah dilakukan setelah buah berukuran kira-kira sebesar bola tenis. Pemanenan dilakukan pada buah yang telah menampakkan ciri-ciri umum untuk dipanen, antara lain terjadi perubahan warna kulit, terdapat rekahan pada daerah tangkai dan pangkal buah, beraroma wangi dan terjadi kemunduran pada penampakan fisik tanaman.

(22)

Pengamatan

Karakter yang diamati dibedakan menjadi empat kelompok yaitu karakter vegetatif, generatif, kuantitatif buah dan kualitatif buah.

1. Karakter vegetatif yaitu pengamatan diameter batang utama yang diukur di antara ruas ke-9 sampai ruas ke-12 setelah buah dipanen.

2. Karakter generatif terdiri atas;

a. Umur berbunga jantan (Hari Setelah Tanam, HST), dihitung dari mulai pindah tanam sampai mekarnya bunga jantan pertama pada 50% populasi. b. Umur berbunga hermaprodit (HST), dihitung dari mulai pindah tanam

sampai mekarnya bunga hermaprodit di antara buku ke-9 sampai ke-12 pada 50% populasi.

c. Umur panen (HST), dihitung dari mulai pindah tanam sampai buah dipanen.

3. Karakter kualitatif dilakukan dengan mengacu pada Descriptors for Melon

(IPGRI, 2003) terdiri atas :

a. Bentuk batang, dibedakan menjadi bulat, persegi, segilima dan pipih. b. Warna batang, dibedakan menjadi hijau, coklat dan kehijauan.

c. Bentuk daun, diklasifikasikan menjadi entire, trilobate, pentalobate, 3-palmately lobed dan 5-palmately lobed.

d. Warna daun, dibedakan menjadi hijau muda, hijau dan hijau tua. e. Tepian daun, digolongkan menjadi rata, gerigi dan ombak. f. Ujung daun, dibedakan menjadi tumpul dan membulat.

g. Permukaan daun, dibedakan menjadi mengkilap, suram, kasap, berkerut, berbulu, bersisik dan berlilin.

h. Bentuk buah, diklasifikasikan menjadi bulat dan lonjong.

i. Warna kulit buah muda, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang, krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, hijau kehitaman.

j. Warna kulit buah tua, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang,

cream, hijau pucat, hijau, hijau tua, hijau kehitaman.

k. Warna daging buah, dibagi menjadi putih, hijau muda, hijau, jingga dan jingga tua.

(23)

l. Tekstur daging buah, dibedakan menjadi halus tidak berserat, berserat halus, berserat kasar.

m. Kerenyahan daging, dibedakan menjadi lunak, sedang dan renyah. n. Rasa buah, dikelompokkan menjadi hambar, manis dan sangat manis. o. Aroma buah, diklasifikasikan menjadi tidak wangi, wangi dan sangat

wangi.

p. Jala, dengan klasifikasi 0 untuk tidak berjala dan 5 untuk berjala penuh. 4. Karakter kuantitatif terdiri atas :

a. Bobot buah (gram), diukur menggunakan timbangan kasar. b. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah.

c. Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah sebelum dibelah. d. Diameter buah (cm), diukur melintang pada bagian tengah buah setelah

dibelah.

e. Kekerasan kulit buah (kg/cm2), diukur menggunakan hand penetrometer

pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.

f. Tebal daging buah (cm), diukur menggunakan jangka sorong pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.

g. Kadar Padatan Terlarut Total (%Brix), diukur menggunakan hand refractometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.

Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Bila terdapat perbedaan di antara hibrida yang dievaluasi berdasarkan Uji-F pada taraf nyata 5% maka dilanjutkan dengan uji perbedaan nilai tengah menggunakan Uji Kontras pada taraf nyata 5%. Pengolahan dari analisis data statistik menggunakan Software SAS (Statistical Analysis System) versi 6.12.

Analisis ragam digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan di antara nilai rataan perlakuan pada karakter yang diamati. Analisis ragam disusun seperti pada Tabel 2.

(24)

Tabel 2. Analisis Ragam untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) SK db JK (KT)x F Hitung Genotipe (G) Ulangan (R) Galat g – 1 r – 1 (g-1)(r-1) JKG JKR JKE KTGx KTRx KTEx KTGx/ KTEx KTRx/ KTEx Keterangan : SK=sumber keragaman, db=derajat bebas, KT=kuadrat tengah, JK=jumlah kuadrat

Dari data kuantitatif juga dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman (KK) dalam hibrida pada setiap karakter untuk menunjukkan tingkat keseragaman antar individu dalam hibrida tersebut. Perhitungan nilai KK menggunakan rumus:

KK =

x

2

σ

x 100%

Analisis Korelasi Linear dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter terutama karakter produksi buah dan umur panen dengan karakter lainnya. Analisis dilakukan pada taraf 5% yang dihitung menurut rumus :

r(xy) = )) ( ) (( )) )( (( 1 2 1 1 y y x x y y x x i n i i i n i − − ∑ − − ∑ = = Keterangan :

r (xy) = korelasi karakter x dan y

xi = Nilai pengamatan ke-i pada karakter pertama x = Nilai rata-rata karakter pertama

yi = Nilai pengamatan ke-i pada karakter kedua y = Nilai rata-rata karakter kedua.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Pada awal masa pertumbuhan, keadaan cuaca cukup kering ditandai dengan rendahnya curah hujan. Pada awal masa generatif, curah hujan mulai meningkat hingga akhir panen. Curah hujan yang tinggi menyebabkan adanya genangan air di sekitar pangkal batang sehingga menyebabkan terjadinya busuk pangkal batang. Curah hujan yang tinggi diselingi dengan panas mengakibatkan terjadinya pecah buah (cracking) (Gambar Lampiran 10). Pada Tabel 3 terlihat

bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2006 dengan jumlah curah hujan mencapai 464 mm/bulan.

Tabel 3. Rata-rata Curah Hujan Bulan September 2006 hingga November 2006 Suhu (oC)

Bulan

Min Max Rata-rata

Curah Hujan (mm/bulan) Kelembaban Udara (%) September 20.80 32.90 28.33 51.50 66.67 Oktober 23.10 33.50 28.80 269.80 69.33 November 23.40 32.60 27.87 464.60 77.00

Sumber : Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB

Selama penelitian frekuensi curah hujan cukup tinggi. Dalam seminggu dapat terjadi empat sampai tujuh kali hujan. Kondisi ini kurang mendukung pertumbuhan tanaman karena berdampak pada serangan hama penyakit dan tingkat kemanisan buah. Curah hujan yang tinggi dapat menggugurkan calon buah sehingga hasil panen kurang optimal karena meskipun menghasilkan buah tetapi memiliki rasa yang kurang manis. Penanaman melon di daerah Ciawi mempunyai pembatas permanen, salah satunya adalah curah hujan yang tinggi tetapi hal ini dapat diatasi dengan drainase yang baik.

Serangan hama dan penyakit yang terjadi cukup ringan dan masih dapat dikendalikan. Penyakit yang menyerang pertanaman melon yaitu penyakit embun tepung (powdery wildew) yang disebabkan oleh cendawan Erysiphe cichoracearum dan penyakit Antraknosa oleh cendawan Colletotrichum lagenarium (Gambar Lampiran 11). Curah hujan yang tinggi dan terus menerus

(26)

menyebabkan tingginya penyakit busuk pangkal batang oleh cendawan

Mycosphaerella melonis (Gambar Lampiran 11). Penyakit ini ditandai dengan

pangkal batang menjadi gelap kemudian menjadi lunak dan busuk.

Hama yang menyerang pertanaman melon di antaranya lalat buah (Bactocera dorsalis) yang menyerang buah melon pada saat buah masih muda

(Gambar Lampiran 12). Buah menjadi busuk di dalamnya walaupun penampakan di luarnya masih bagus. Serangan lalat buah ditandai oleh adanya lubang kecil dan jika buah dipecah maka dagingnya sudah berubah menjadi air (juicy) dan berbau

tidak enak (Harjadi, 1989). Hama lain adalah oteng-oteng atau kumbang daun (Aulacophora femoralis Motschulsk) yang menimbulkan luka berbentuk lingkaran

pada daun dan ulat gerayak (Spodoptera exigua) yang menyerang pada bagian

daun dan bunga (Gambar Lampiran 12).

Pemanenan buah perdana dilakukan pada delapan minggu setelah tanam (minggu pertama bulan November 2006). Pemanenan tidak dilakukan secara serempak karena waktu pematangan setiap hibrida berbeda. Pemanenan dilakukan setiap hari pada buah yang telah memperlihatkan ciri-ciri buah siap panen.

Analisis Ragam

Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara hibrida pada semua karakter kuantitatif, kecuali umur berbunga jantan dan umur berbunga hermaprodit (Tabel 4). Perbedaan tersebut nyata pada taraf 1%, kecuali untuk lingkar buah yang berbeda nyata pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada karakter-karakter tersebut memang berasal dari kedelapan hibrida yang ditanam.

Tingkat ketepatan perlakuan dan indeks percobaan terhadap karakter yang diamati ditunjukkan oleh nilai Koefisien Keragaman (KK) delapan hibrida. Dari Tabel 4 diketahui nilai KK total untuk semua karakter dari delapan hibrida yang diamati berkisar antara 2.07% hingga 9.79%. Menurut Matjjik dan Sumertajaya (2002) untuk bidang pertanian, nilai KK yang dianggap wajar adalah 20%-25%.

(27)

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Rataan dan Sidik Ragam Delapan Hibrida Melon

Peubah Kisaran Rataan Uji F KK (%)

Umur Berbunga Jantan (HST) 15.00 - 20.00 16.13+1.19 0.98 7.73 Umur Berbunga Hermaprodit (HST) 24.00 - 27.00 25.42+1.06 2.70 3.45 Umur Panen (HST) 55.44 - 65.38 60.23+2.38 7.33** 2.34 Bobot Buah (kg) 0.87 - 1.67 1.27+0.22 8.05** 9.79 Lingkar Buah (cm) 36.19 - 44.21 39.63+2.23 4.25* 4.05 Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) 0.87 - 1.00 0.94+0.03 6.43** 2.07

Diameter Buah (cm) 11.12 - 13.93 12.53+0.79 5.35** 4.07 Tebal Daging Buah (cm) 3.07 - 4.81 3.88+0.41 10.04** 5.38 Panjang Buah (cm) 12.64 - 20.26 15.50+2.26 37.41** 4.18 PTT (%Brix) 8.00 - 12.53 9.57+1.23 5.5** 8.12 Diameter Batang (cm) 0.75 - 1.16 1.03+0.11 11.87** 4.98 Keterangan : **= tingkat signifikan 1%, *= tingkat signifikan 5%

Kriteria dan persyaratan tertentu perlu diketahui dalam upaya memasyarakatkan jenis buah melon. Petani biasanya menghendaki tanaman yang bersifat genjah, berproduksi tinggi dan memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik serta optimal yang dapat mendukung pembentukan buah yang maksimal.

Karakter Vegetatif

Hasil uji kontras (Tabel 5) menunjukkan dalam populasi varietas

Cantaloupensis tidak terdapat perbedaan nyata antara ketiga hibrida yang diuji.

Pada varietas Inodorus, hibrida H7 hasil rakitan PKBT IPB memiliki rataan

diameter batang 1.12 cm yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan Honey Globe (0.97 cm), New Charm (0.85 cm) dan New Century (0.93 cm).

Pertumbuhan tanaman merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil dari tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Keadaan pertumbuhan vegetatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum pertumbuhan tanaman. Pada umumnya panjang dan diameter batang utama digunakan sebagai ukuran pertumbuhan karena dapat dilihat dengan mudah.

Nilai Koefisien Keragaman (KK) dalam hibrida menunjukkan tingkat keseragaman antar individu dalam hibrida tersebut. Nilai KK dalam hibrida tertinggi untuk karakter diameter batang adalah hibrida H7 (17.74%) dan terendah

(28)

adalah hibrida Honey Globe (10.80%). Menurut Paje dan van der Vossen (1994), manfaat dari hibrida adalah keseragaman tanaman dan tipe buah, serta kombinasi dari karakter-karakter yang bagus dari tipe-tipe melon yang berbeda dalam satu genotipe.

Tabel 5. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Batang Delapan Hibrida Melon

Hibrida Diameter Batang (cm) KK (%)

---Var. Cantaloupensis--- H150 1.12 13.96 Ten Me 1.08 11.05 Angel 1.12 15.43 ---Var. Inodorus--- H7 1.12 17.74 Honey Globe 0.97b 10.80 New Charm 0.85b 13.14 New Century 0.93b 14.31 Apollo 1.04 11.91

Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a=nyata lebih tinggi dari H150 dan b=nyata lebih rendah

dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%

Karakter Generatif

Fase generatif terdiri dari pembentukan kuncup bunga, penyerbukan, pembentukan buah dan biji. Delapan hibrida melon yang diuji tidak memiliki perbedaan yang nyata pada umur munculnya bunga jantan dan bunga hermaprodit (Tabel 4). Di antara kedua jenis hibrida, hasil uji kontras (Tabel 6) menunjukkan bahwa semua hibrida varietas Cantaloupensis introduksi yang diuji memiliki

umur panen yang nyata lebih genjah dibandingkan dengan H150. Rataan umur panen hibrida H150, Ten Me dan Angel berturut-turut yaitu 65.01 HST, 60.49 HST dan 59.25 HST. Keempat hibrida varietas Inodorus tidak ada yang berbeda

nyata dengan H7. Nilai KK tertinggi untuk karakter umur panen adalah hibrida New Century (5.86%) dan nilai KK terendah dimiliki oleh hibrida H150 (3.96%)

(29)

Tabel 6. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Generatif Delapan Hibrida Melon

Umur Panen Hibrida Umur Berbunga Jantan (HST) Hermaprodit (HST) Umur Berbunga

(HST) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 16.67 26.33 65.01 3.96 Ten Me 16.33 25.33 60.49b 4.52 Angel 15.00 25.33 59.25b 4.57 ---Var. Inodorus--- H7 17.33 26.67 59.27 4.60 Honey Globe 16.33 25.00 59.13 4.89 New Charm 15.67 25.00 60.34 4.46 New Century 15.67 24.00 60.90 5.86 Apollo 16.00 25.67 57.48 4.86

Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih

rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata

lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%

Karakter Kuantitatif Buah

Dari Tabel 7 diketahui bahwa panjang buah hibrida H150 tidak berbeda nyata dengan Angel. Tetapi H150 (13.28 cm) memiliki buah yang nyata lebih pendek dibandingkan Ten Me (15.23 cm). Semua melon varietas Inodorus

introduksi nyata memiliki buah yang lebih panjang dibandingkan dengan H7 kecuali hibrida Honey Globe. Berturut-turut panjang buah H7, Honey Globe, New Charm, New Century dan Apollo adalah 14.04 cm, 14.88 cm, 17.20 cm, 19.99 cm dan 16.25 cm.

H150 memiliki rataan lingkar buah dan diameter buah yang tidak berbeda nyata dengan Ten Me dan Angel untuk varietas Cantaloupensis (Tabel 7 dan

Tabel 8). Pada hibrida varietas Inodorus, hibrida New Charm nyata memiliki

rataan lingkar buah dan diameter buah lebih kecil dari H7. Berturut-turut rataan lingkar buah dan diameter buah yaitu 41.14 cm dan 12.94 cm untuk H7 serta 37.71 cm dan 11.89 cm untuk New Charm.

Berdasarkan Tabel 8 diketahui juga hibrida H150 memiliki tebal daging buah yang tidak berbeda nyata dengan tebal daging buah Ten Me dan Angel. Pada varietas Inodorus, Honey Globe (4.65 cm) memiliki daging buah yang nyata lebih

tebal daripada H7 (4.18 cm). Sebaliknya, hibrida New Charm (3.68 cm) dan Apollo (3.49 cm) memiliki daging buah yang lebih tipis dibandingkan dengan H7.

(30)

Ukuran buah (panjang buah, lingkar buah, diamater buah, tebal daging buah dan bobot buah) dapat menggambarkan produksi yang dihasilkan oleh masing-masing hibrida melon yang diuji. Menurut Wehner (2005) ukuran buah sangat berperan penting dalam program pemuliaan melon saat kebutuhan konsumen terhadap ukuran buah melon relatif tidak sama. Perbedaan ukuran buah pada umumnya bervariasi tergantung posisi buah pada batangnya. Dalam satu tanaman melon sebaiknya dipelihara maksimal dua buah yang berasal dari ruas ke-9 hingga ke-14 sehingga didapatkan buah dengan ukuran optimal.

Nilai KK untuk karakter panjang buah (Tabel 7) dimiliki oleh hibrida Honey Globe (9.69%) dan tertinggi oleh hibrida Ten Me (14.66%). Untuk karakter lingkar buah nilai KK tertinggi dan terendah berturut-turut dimiliki oleh hibrida Honey Globe (12.18%) dan New Charm (5.85%). Untuk karakter diameter buah dan tebal daging (Tabel 8), koefisien keragaman hibrida New Charm memiliki nilai terendah. Berturut-turut nilai KK kedua karakter yaitu 6.12% dan 10.14%. Hibrida yang memiliki nilai KK tertinggi untuk karakter diameter buah adalah H150 (11.31%) dan untuk karakter tebal daging buah adalah H7 (14.40%).

Tabel 7. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Panjang Buah dan Lingkar Buah Delapan Hibrida Melon

Panjang Buah Lingkar Buah Hibrida (cm) KK (%) (cm) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 13.28 10.73 38.25 9.06 Ten Me 15.23a 14.66 39.03 9.99 Angel 13.16 12.86 37.53 8.20 ---Var. Inodorus--- H7 14.04 12.82 41.14 10.10 Honey Globe 14.88 9.69 42.79 12.18 New Charm 17.20a 10.22 37.71b 5.85 New Century 19.99a 11.59 41.30 8.85 Apollo 16.25a 12.30 39.27 10.96

Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih

rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata

(31)

Tabel 8. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Buah dan Tebal Daging Buah Delapan Hibrida Melon

Diameter Buah Tebal Daging Buah Hibrida (cm) KK (%) (cm) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 11.99 11.31 3.77 11.74 Ten Me 12.53 11.19 3.55 11.82 Angel 11.83 8.84 3.74 10.30 ---Var. Inodorus--- H7 12.94 10.11 4.18 14.40 Honey Globe 13.70 10.88 4.65a 11.05 New Charm 11.89b 6.12 3.68b 10.14 New Century 13.17 9.50 3.96 11.78 Apollo 12.20 11.17 3.49b 12.65 Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih

rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata

lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%

Untuk varietas Cantaloupensis, H150 memiliki bobot buah yang tidak

berbeda nyata dengan hibrida Ten Me dan Angel (Tabel 9). Sedangkan untuk varietas Inodorus, hanya hibrida New Century (1.6 kg) yang memiliki bobot buah

lebih tinggi dibandingkan H7 (1.34 kg).

Kerapatan jarak tanam juga mempengaruhi karakter produksi buah melon. Hal ini berkaitan dengan ketatnya persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu rapat menghasilkan buah yang berukuran kecil dan lebih mudah terserang hama penyakit. Dari penelitian Kultur et al. (2001)

diperoleh melon genotipe Birdnest 1, Birdnest 2 dan Mission (Vines Type) yang

ditanam dengan jarak tanam lebih rapat (35 cm dalam barisan) menghasilkan bobot buah lebih rendah dibanding dengan jarak tanam lebih lebar (70 cm dalam barisan) dan jumlah buah per hektar nya lebih banyak.

Hibrida H150 memiliki kekerasan kulit buah 0.99 kg/cm2 dan nyata lebih keras dibandingkan dengan dua hibrida lainnya pada uji kontras pada taraf 5% (Tabel 9).Ten Me dan Angel masing-masing memiliki kekerasan kulit buah 0.96 kg/cm2 dan 0.92 kg/cm2. Pada varietas

Inodorus, H7 memiliki kekerasan kulit

buah yang tidak berbeda nyata dengan keempat hibrida lainnya

Kualitas buah melon sangat erat kaitannya dengan kandungan PTT. Buah melon yang mempunyai tingkat kemanisan tinggi merupakan salah satu kriteria utama konsumen. Menurut standar Departemen Pertanian Amerika (USDA),

(32)

melon yang berkualitas tinggi memiliki kadar PTT 9%-11% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Dari Tabel 8 diketahui bahwa, H150 (10.02%Brix) memiliki tingkat kemanisan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan hibrida Ten Me (8.81%Brix) tetapi hibrida ini masih memiliki kemanisan lebih rendah daripada Angel (11.60%Brix). Hibrida Inodorus rakitan PKBT (H7) memiliki tingkat

kemanisan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan semua hibrida introduksi kecuali Apollo. Berturut-turut kadar PTT yaitu 10.50%Brix untuk H7, 8.99%Brix untuk Honey Globe, 8.97%Brix untuk New Charm, 8.53%Brix untuk New Century dan 9.15%Brix untuk hibrida Apollo.

Rendahnya nilai PTT dapat disebabkan oleh keadaan cuaca yang kurang menguntungkan, seperti hujan yang terus menerus sehingga lamanya penyinaran oleh matahari kurang dari 12 jam per harinya dan kondisi buah yang belum mencapai tingkat kemasakan optimal ketika panen dilakukan. Menurut Paje dan van der Vossen (1994), pematangan buah terjadi selama 10 hari menjelang panen ketika gula terakumulasi dalam daging buah kemudian jala di permukaan buah sudah terbentuk.

Dari Tabel 9 juga diketahui nilai KK tertinggi untuk karakter bobot buah dicapai oleh hibrida New Charm (20.9%) dan tertinggi oleh hibrida Apollo (29.66%). Hibrida H150 rakitan PKBT memiliki nilai KK terendah untuk karakter kekerasan kulit buah yaitu 1.23%. Sedangkan H7 memiliki nilai KK tertinggi (5.96%) untuk karakter yang sama. Selain itu hibrida H7 memiliki nilai KK yang paling rendah untuk karakter Padatan Terlarut Total yaitu 15.31%. Nilai KK paling tinggi untuk karakter ini dimiliki oleh hibrida Apollo (18.56%).

(33)

Tabel 9. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Bobot Buah, Kekerasan Kulit Buah dan PTT Delapan Hibrida Melon

Bobot Buah Kekerasan Kulit Buah PTT Hibrida (kg) KK (%) (kg/cm2) KK (%) (%Brix) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 1.06 27.74 0.99 1.23 10.02 17.54 Ten Me 1.24 29.46 0.96b 4.17 8.81b 16.78 Angel 1.00 26.92 0.92b 4.65 11.60a 16.35 ---Var. Inodorus--- H7 1.34 28.71 0.92 5.96 10.50 15.31 Honey Globe 1.49 24.11 0.93 4.60 8.99b 17.97 New Charm 1.21 20.69 0.93 5.09 8.97b 17.20 New Century 1.60a 24.82 0.94 5.88 8.53b 17.50 Apollo 1.21 29.66 0.90 4.88 9.15 18.56

Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih

rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata

lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%

Dari perhitungan KK dalam hibrida dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan tingkat sensitifitas dari setiap karakter kuantitatif yang diamati terhadap perubahan lingkungan. Secara keseluruhan karakter bobot buah merupakan karakter yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan dibandingkan dengan karakter kuantitatif lainnya. Hal ini dapat diketahui dari nilai KK untuk karakter tersebut memiliki rataan terbesar (26.51%). Karakter umur panen memiliki nilai rataan KK rendah menunjukan bahwa karakter tersebut kurang sensitif jika terjadi perubahan lingkungan.

Perbandingan Karakter Kuantitatif Antar Grup Hibrida

Kedua grup varietas melon yang diuji memiliki keunggulan masing-masing. Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa asal hibrida berpengaruh terhadap karakter diameter batang, umur berbunga hermaprodit, umur panen, kekerasan kulit buah, panjang buah dan PTT. Hibrida introduksi memiliki umur berbunga hermaprodit dan umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan hibrida rakitan PKBT serta memiliki lingkar buah yang lebih besar. Namun demikian, hibrida PKBT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan hibrida introduksi, antara lain diameter batang yang lebih besar, kulit buah yang lebih keras dan tingkat kemanisan yang lebih tinggi.

(34)

Tabel 10. Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon PKBT dan Introduksi Karakter Hibrida PKBT Introduksi Hibrida F Hit Kontras Uji Umur Berbunga Jantan (HST) 17.00 15.83 3.94 tn Umur Berbunga Hermaprodit (HST) 26.50 25.06 12.23 **

Umur Panen (HST) 62.14 59.60 14.61 **

Bobot Buah (kg) 1.20 1.29 2.63 tn

Lingkar Buah (cm) 39.70 39.60 0.01 tn

Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) 0.96 0.93 9.44 **

Diameter Buah (cm) 12.46 12.55 0.14 tn

Tebal Daging Buah (cm) 3.97 3.84 1.69 tn

Panjang Buah (cm) 13.66 16.12 64.74 **

PTT (%Brix) 10.26 9.34 6.29 *

Diameter Batang (cm) 1.12 1.00 24.85 **

Keterangan : **=tingkat signifikan 1%, *=tingkat signifikan 5%, tn=tidak berbeda nyata

Hasil uji kontras pada taraf 5% (Tabel 11) menunjukkan bahwa populasi varietas Inodorus memiliki rataan umur panen yang lebih genjah (59.43 HST)

dibandingkan dengan varietas Cantaloupensis (61.58 HST). Selain itu bobot buah,

lingkar buah, diameter buah, panjang buah dan tebal daging buah varietas

Inodorus nyata lebih tinggi daripada varietas Cantaloupensis. Varietas ini

memiliki diameter batang yang lebih kecil dibandingkan dengan varietas

Cantaloupensis. Varietas Cantaloupensis juga memiliki kulit buah yang lebih

keras dan tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas

Inodorus. Kekerasan kulit buah dan PTT untuk varietas Cantaloupensis yaitu

0.95 kg/m2 dan 10.14%Brix dan untuk varietas Inodorus yaitu 0.93 kg/m2 dan 9.23%Brix.

(35)

Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon Varietas Cantaloupensis

dan Varietas Inodorus

Karakter Varietas Cantaloupensis Varietas Inodorus F Hit Uji Kontras

Umur Berbunga Jantan (HST) 16.00 16.20 0.14 tn

Umur Berbunga Hermaprodit (HST) 25.67 25.27 1.17 tn

Umur Panen (HST) 61.58 59.43 13.16 **

Bobot Buah (kg) 1.10 1.37 26.82 **

Lingkar Buah (cm) 38.27 40.44 10.29 **

Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) 0.95 0.93 13.04 **

Diameter Buah (cm) 12.11 12.78 9.57 **

Tebal Daging Buah (cm) 3.68 3.99 12.12 **

Panjang Buah (cm) 13.89 16.47 89.31 **

PTT (%Brix) 10.14 9.23 7.8 *

Diameter Batang (cm) 1.11 0.98 33.18 **

Keterangan : **=tingkat signifikan 1%, *=tingkat signifikan 5%, tn=tidak berbeda nyata

Karakter Kualitatif

Semua hibrida yang diuji memiliki vigor tanaman yang tinggi, batang utama yang berbentuk segilima dan berwarna hijau. Dari Tabel 12, diketahui semua hibrida memiliki bentuk daun Pentalobate (berlekuk lima) kecuali Ten Me,

Angel dan New Century yang memiliki bentuk daun Entire (hampir bulat). Daun

kedua hibrida rakitan PKBT dan Apollo bertepi gerigi yang dalam dan ujung daun yang tumpul, sedangkan kelima hibrida lainnya memiliki tepi daun bergerigi sedang dan ujung daun yang membulat (Gambar Lampiran 9). Kedelapan hibrida memiliki warna daun hijau dengan permukaan daun kasap dan berbulu.

Tabel 12. Data Kualitatif Daun Delapan Hibrida Melon Hibrida Bentuk

Daun Tepi Daun

Ujung Daun Warna Daun Permukaan Daun H150 Pentalobate Bergerigi Dalam Tumpul Hijau Kasap - Berbulu Ten Me Entire Bergerigi Sedang Membulat Hijau Kasap - Berbulu Angel Entire Bergerigi Sedang Membulat Hijau Kasap - Berbulu H7 Pentalobate Bergerigi Dalam Tumpul Hijau Kasap - Berbulu Honey Globe Pentalobate Bergerigi Sedang Membulat Hijau Kasap - Berbulu New Charm Pentalobate Bergerigi Sedang Membulat Hijau Kasap - Berbulu New Century Entire Bergerigi Sedang Membulat Hijau Kasap - Berbulu Apollo Pentalobate Bergerigi Dalam Tumpul Hijau Kasap - Berbulu

(36)

Berdasarkan Tabel 13, semua hibrida yang diuji memiliki warna kulit buah muda putih kehijauan kecuali Apollo yang memiliki warna kulit buah muda kuning cerah serta New Century dan H7 yang berwarna hijau tua. Hibrida Ten Me, Angel dan H7 akan berganti warna kulit buah menjadi krem di akhir masa pertumbuhannya. Honey Globe dan New Charm akan memiliki kulit buah tua berwarna putih. Sedangkan New Century, Apollo dan H150 akan tetap memiliki warna kulit buah yang sama dengan pada saat buah muda.

Hibrida H150, H7, Angel dan Honey Globe memiliki buah berbentuk bulat sedangkan hibrida lainnya berbentuk lonjong. Kecuali H150, H7 dan Ten Me, buah yang dipanen tidak memiliki aroma. Hibrida varietas Inodorus, New Charm

dan New Century memiliki jala buah yang halus tidak penuh. Sedangkan Honey Globe dan Apollo tidak memiliki jala pada permukaan buah (Tabel 13).

Tabel 13. Data Kualitatif Buah Delapan Hibrida Melon

Hibrida Warna Kulit Buah Muda Warna Kulit Buah Tua Bentuk Buah Aroma Buah Jala H150 Putih Kehijauan Putih Kehijauan Bulat Wangi Berjala Penuh Ten Me Putih Kehijauan Krem Lonjong Wangi Berjala Penuh Angel Putih Kehijauan Krem Bulat Tidak Wangi Berjala Penuh

H7 Hijau Tua Krem Bulat Wangi Berjala Penuh

Honey Globe Putih Kehijauan Putih Bulat Tidak Wangi Tidak Berjala New Charm Putih Kehijauan Putih Lonjong Tidak Wangi Berjala New Century Hijau Tua Hijau Tua Lonjong Tidak Wangi Berjala Apollo Kuning Cerah Kuning Cerah Lonjong Tidak Wangi Tidak Berjala

Hibrida H150 memiliki daging buah yang berwarna jingga tua sedangkan New Charm dan New Century memiliki warna daging jingga. Kelima hibrida lainnya memiliki daging buah berwarna putih. Menurut Li Liu, at al., (2004),

melon yang memiliki tipe daging buah berwarna jingga cenderung memproduksi zat etilen yang lebih banyak dan tingkat kerusakan pasca panen yang lebih tinggi daripada melon dengan daging buah yang berwarna hijau atau putih.

Ketiga hibrida tipe Cantaloupensis memiliki tekstur daging yang berserat

halus dan kerenyahan yang sedang. New Charm dan New Century memiliki daging buah berserat halus tetapi renyah. H7 memiliki tekstur daging yang halus

(37)

tidak berserat dengan kerenyahan sedang. Honey Globe dan Apollo memiliki tekstur daging yang sama yaitu halus tidak berserat dan renyah. Selain Angel dan New Century yang memiliki rasa buah sangat manis, hibrida melon lainnya memiliki rasa buah yang manis (Tabel 14).

Tabel 14. Data Kualitatif Daging Buah Delapan Hibrida Melon

Hibrida Warna Daging Tekstur Daging Kerenyahan Rasa Buah

H150 Jingga Tua Berserat Halus Sedang Manis

Ten Me Putih Berserat Halus Sedang Manis

Angel Putih Berserat Halus Sedang Manis Sekali

H7 Putih Halus Tidak Berserat Sedang Manis

Honey Globe Putih Halus Tidak Berserat Renyah Manis

New Charm Jingga Berserat Halus Renyah Manis

New Century Jingga Berserat Halus Renyah Manis Sekali

Apollo Putih Halus Tidak Berserat Renyah Manis

Korelasi Antar Karakter Kuantitatif

Analisis korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antar sifat satu dengan lainnya (Poepodarsono, 1988). Nilai koefisien korelasi digunakan berkisar antara -1 sampai 1. Semakin mendekati nilai tersebut maka antara sifat penduga dan sifat yang dituju memiliki hubungan yang semakin erat sehingga pekerjaan seleksi akan semakin efektif. Nilai koefisien korelasi negatif artinya semakin tinggi nilai suatu karakter maka nilai karakter lainnya semakin rendah dan sebaliknya. Nilai koefisien korelasi positif artinya semakin tinggi nilai suatu karakter maka semakin tinggi juga nilai karakter lainnya, demikian sebaliknya.

Berdasarkan Tabel 15, karakter bobot buah memiliki korelasi positif sangat nyata terhadap karakter lingkar buah (r=0.765), diameter buah (r=0.851), tebal daging buah (r=0.613) dan panjang buah (r=0.686). Karakter ini juga nyata berkorelasi negatif terhadap karakter umur berbunga hermaprodit r=-0.470. Karakter umur berbunga hermaprodit sangat nyata berkorelasi negatif terhadap panjang buah r=-0.622.

Korelasi negatif antara karakter umur berbunga hermaprodit dan ukuran buah (bobot buah dan panjang buah) menunjukkan bahwa semakin cepat keluarnya bunga hermaprodit, maka ukuran buah yang dihasilkan per tanaman

(38)

akan semakin besar. Hal ini diduga karena semakin lama fase generatif yang dimiliki dalam proses pembesaran buah semakin lama.

Karakter umur panen berkorelasi sangat nyata (r=0.893) terhadap kekerasan kulit buah. Karakter lingkar buah berkorelasi sangat nyata terhadap karakter diameter buah dan karakter tebal daging buah berturut-turut r=0.912 dan r=0.728. Diameter buah memiliki hubungan korelasi sangat nyata terhadap karakter tebal daging buah (r=0.792).

Pada penelitian ini juga diperoleh karakter panjang buah sangat nyata memiliki korelasi negatif terhadap karakter PTT (r=-0.519) dan karakter diameter batang (r=-0.624). Karakter PTT yang berkorelasi nyata negatif dengan karakter ukuran buah (panjang buah) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran buah maka tingkat kemanisannya akan semakin tinggi. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Andriyani (2006) yang menyatakan bahwa kadar PTT berkorelasi negatif terhadap karakter diameter buah, lingkar buah, tebal daging dan bobot buah pada hibrida melon varietas Inodorus. Korelasi negatif antara kadar PTT dan

ukuran buah berhubungan dengan laju respirasi dan laju absorpsi tanaman (Tjondronegoro, Harran dan Hamim, 1999). Pada suhu tinggi, kelembaban rendah dan intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan laju absorpsi rendah sedangkan laju respirasi tinggi sehingga mengakibatkan tanaman menarik air dari buahnya.

Karakter PTT juga berkorelasi sangat nyata (r=0.577) terhadap karakter diameter batang. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya daerah pembesaran sel-sel yang berada tepat di belakang titik tumbuh (Harjadi, 1989). Di mana apabila terjadi pembesaran sel, maka vakuola-vakuola juga akan membesar dan secara relatif mengisap air dalam jumlah besar serta membentuk dinding-dinding sel yang lebih tebal. Peningkatan kadar PTT akan meningkatkan kualitas buah dan karakter PTT sudah lama digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, rasa, kematangan buah melon (Harjadi, 1989).

(39)

Tabel 15. Koefisien Korelasi Pearson antar Pasangan Karakter pada Delapan Hibrida Melon

Bunga

Hermaprodit Panen Umur Bobot Buah Lingkar Buah Kulit Buah Kekerasan Diameter Buah Daging Buah Tebal Panjang Buah PTT Diameter Batang Bunga Jantan 0.301 0.295 0.155 0.339 0.304 0.243 0.233 -0.185 -0.019 0.249 0.152 0.161 0.469 0.105 0.149 0.253 0.273 0.388 0.931 0.241 Bunga Hermaprodit - 0.128 -0.470* -0.324 0.120 -0.310 -0.107 -0.622** 0.310 0.401 0.552 0.021 0.123 0.575 0.141 0.620 0.001 0.140 0.052 Umur Panen - -0.150 -0.201 0.893** -0.176 0.025 -0.146 0.159 0.132 0.484 0.346 0.0001 0.411 0.908 0.497 0.458 0.538 Bobot Buah - 0.765** -0.121 0.851** 0.613** 0.686** -0.321 -0.320 0.0001 0.574 0.0001 0.001 0.0002 0.127 0.128 Lingkar Buah - -0.062 0.912** 0.728** 0.260 -0.273 -0.036 0.774 0.0001 0.0001 0.220 0.197 0.868 Kekerasan Kulit Buah --0.047 0.829 0.044 0.839 -0.171 0.424 -0.059 0.783 0.089 0.679 Diameter Buah 0.792** 0.322 -0.195 -0.049 0.0001 0.124 0.361 0.821

Tebal Daging Buah -0.011 0.162 -0.032

0.958 0.449 0.881

Panjang Buah -0.519** -0.624**

0.009 0.001

PTT 0.577**

0.003

Keterangan : Huruf tebal=nilai koefisien korelasi Pearson, Huruf tipis=nilai probability dari koefisien korelasi Pearson, **=tingkat signifikan 1%, *=tingkat signifikan 5%

(40)

Kesimpulan

Hibrida H150 memiliki potensi untuk dilepas sebagai varietas komersial karena memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, warna daging jingga tua yang sangat menarik, jala yang penuh dan merata, beraroma wangi, Padatan Terlarut Total dan kekerasan kulit yang tinggi.

H7 untuk kultivar Inodorus memiliki bentuk buah bulat dengan kulit buah yang berwarna krem dan bercorak hijau tua, daging buah yang tebal dan berwarna putih dengan tekstur yang halus tidak berserat, beraroma wangi, rasa buah yang manis dan kadar Padatan Terlarut Total yang paling tinggi dibandingkan dengan hibrida Inodorus lainnya.

Hibrida rakitan PKBT memiliki diameter batang yang lebih besar, kulit buah yang lebih keras dan kadar Padatan Terlarut Total yang lebih tinggi tetapi memiliki umur berbunga hermaprodit dan umur panen yang lebih lama dan lingkar buah yang lebih kecil dibandingkan dengan hibrida introduksi. Varietas Cantaloupensis memiliki PTT, diameter batang dan kekerasan kulit buah yang lebih tinggi tetapi memiliki umur panen yang lebih dalam dan ukuran buah yang lebih kecil dibandingkan dengan varietas Inodorus.

Karakter bobot buah memiliki tingkat sensitifitas paling tinggi terhadap pengaruh lingkungan dibandingkan dengan karakter kuantitatif lainnya. Dalam penelitian ini diketahui pula bahwa PTT berkorelasi positif dengan diameter batang. Selain itu PTT juga berkorelasi negatif terhadap panjang buah.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan bagi hibrida H150 dan H7 pada area yang lebih sesuai sehingga potensi karakter masing-masing hibrida tersebut terutama untuk karakter-karakter penting terlihat optimal.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York. 485p.

Alvarez, J. M. 1998. Muskmelo (p512-521) In: S. S. Banga and S. K. Banga (Eds.). Hybrid Cultivar Development. Narosa Publishing. New Delhi, India.

Andriyani. 2006. Uji stabilitas tujuh hibrida harapan melon (Cucumis melo L.) hasil rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB pada dua musim. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bahar, H. dan S. Zen. 1993. Parameter genetik pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat. 4(1):4-7

Banga, S. S. 1998. Heterosis; an introduction, p1-p6 In: S. S. Banga and S. K. Banga (Eds.). Hybrid Cultivar Development. Narosa Publishing. New Delhi, India.

BPPT. 2005. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan; Melon. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?id=238 [6 Desember 2006.

IPGRI. 2003. Descriptors for Melon (Cucumis melo L.). International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy.

Darjanto dan S. Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia, Jakarta.

Delaphane, K. S. and Mayer D. F. 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing, New York. 344p.

Departemen Pertanian. Direktorat Tanaman Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2004. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Buah-buahan Tahun 2003.

http://www.deptan.go.id/ditbuah/Komoditas/data_melon.htm [6 Desember 2006].

.2004. Melon, Buah Segar Berpotensi. http://www.deptan.go.id/ditbuah/Berita/melon.htm [6 Desember 2006].

East West Seed Indonesia. 2005. Sidang pelepasan varietas melon Cantika F1. East West Seed Indonesia. Campaka, Purwakarta. 35 hal. (tidak dipublikasikan).

(42)

Fisher, N. M. 1992. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman: Fase vegetatif, hal 156-213 Dalam: P.R. Goldworthy dan N. M. Fisher (Eds.). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajahmada University Press, Yogyakarta. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian

Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 698hal. Hallauer, A. R. and J. B. Miranda. 1995. Quantitative Genetic in Maize Breeding.

2nd. Iowa State University Press, Ames. United Statea of Amerika. 468p. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 506 hal.

Kultur, F., H. C. Harison and J. E. Staub. 2001. Spacing and genotype affect fruit concentration, yield and fruit size of muskmelo. Hort Science, 36(2):274-278.

Li Liu, F. Kakihara and M. Kato. 2004. Characterization of six varieties of Cucumis melo L. based on morphological and physiological characters, including shelf-life of fruit. Euphytica 135(3):305-313.

Long, R. L., K. B. Walsh, G. Rogers and D. J. Midmore. 2004. Source-sink manipulation to increase melon (Cucumis melo L.) Fruit biomass and soluble sugar content. Australian Journal of Agricultural Research, 55(12):1241-1251.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rieneka Cipta, Jakarta. 79 hal. Mattjik, A. A. 2005. Interaksi Genotipe dan Lingkungan dalam Penyediaan

Sumberdaya Unggul. Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Departemen Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Monforte, A.J., M. Oliver, M. J. Gonzalo, J. M. Alvarez, R. Dolcet-Sanjuan and P. Arus. 2004. Identification of quantitatifve trait loci envolved in fruit quality traits in melon (Cucumis melo L.). Theor Appl Genet. 108:750-758 Muhtar, M. A. 2005. Evaluasi karakteristik hortikultura 20 genotipe melon

(Cucumis melo L.) hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Oregonstate. 2004. Melons: Cantaloupe, Muskmelon, Honeydew, Crenshaw, Casaba, etc. http://oregonstate.edu/Dept/NWREC/melon.html. [6 Desember 2006].

Gambar

Tabel 1. Hibrida Melon yang Dievaluasi
Tabel 2. Analisis Ragam untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)  SK db JK  (KT)x F Hitung  Genotipe (G)  Ulangan (R)  Galat   g – 1 r – 1  (g-1)(r-1)  JKGJKRJKE KTGxKTRxKTEx KTGx/ KTExKTRx/ KTEx
Tabel 3. Rata-rata Curah Hujan Bulan September 2006 hingga November 2006  Suhu ( o C)
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Rataan dan Sidik Ragam Delapan Hibrida Melon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arah hubungan yang didapatkan diantara keduanya adalah positif, sesuai dengan prediksi teori Pecking Order bahwa semakin besar ukuran perusahaan (yang menunjukkan

Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan pada 6 kelompok, yaitu 4 kelompok yang diberi ekstrak etanol daun Notika dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg

Proses kedua pada tahap Carding adalah pada proses memisahkan dan membersihkan serat di mesin Carding  , risiko yang berpotensi terjadi pada tahapini adalah jari

wadah kritik dan saran pengguna yang bersifat membangun. Sehingga nantinya perpustakaan digital akan melakukan perbaikan layanan secara berkelanjutan. 5) Kualitas pelayanan

Analisa sistem dilakukan dengan cara membandingakan anatara data-data yang didapat dari pengujian dengan membandingkan pesanan yang masuk kedalam komputer koki dan

N.Budi Arianto Wijaya,SH.,M.Hum., selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, dorongan, tenaga, waktu, serta kesabaran dalam membimbing saya dalam perkuliahan

Dokumen ini harus menjadi rujukan semua pihak untuk menyiapkan landasan hukum yang memadai untuk pelaksanaan Reforma Agraria, menyediakan keadilan melalui kepastian tenurial

Hal ini berbeda dengan Mees yang memberikan pernyataan bahwa BI memiliki KR, terjadi interferensi bahasa Belanda ke dalam BI pada masa silam maka, antara lain pembentukkan KR