BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANGKeselamatan kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industry Keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industry modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Berdasarkan penelitian Calvin dan modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Berdasarkan penelitian Calvin dan Joseph (2006) dinyatakan bahwa sistem kerja di industri garmen mempunyai risiko keselamatan Joseph (2006) dinyatakan bahwa sistem kerja di industri garmen mempunyai risiko keselamatan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, meliputi kecelakaan pada jari tangan (terjepit), kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, meliputi kecelakaan pada jari tangan (terjepit), terbakar, peledakan, dan lainnya. Menurut Cross (1998), risiko adalah kemungkinan suatu terbakar, peledakan, dan lainnya. Menurut Cross (1998), risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang akan menimbulkan dampak pada suatu objek. Risiko merupakan suatu ukuran kejadian yang akan menimbulkan dampak pada suatu objek. Risiko merupakan suatu ukuran yang meliputi kemungkinan suatu kejadian dan akibat yang terjadi. ILO memperkirakan yang meliputi kemungkinan suatu kejadian dan akibat yang terjadi. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaankecelakaan dan penyakit- penyakit akibat kerja kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaankecelakaan dan penyakit- penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Tingkat kecelakaan kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih (GDP). Tingkat kecelakaan kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding Negara-negara industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan tinggi dibanding Negara-negara industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan
pertambangan dan dan konstruksi.( konstruksi.( ILO, ILO, 2004). 2004). Sektor Sektor tekstil tekstil Eropa Eropa dan dan Amerika Amerika merupakanmerupakan produsen
produsen terbesar terbesar yang yang memenuhi memenuhi pangsa pangsa pasar pasar dunia, dunia, dimana dimana omset omset yang yang diperoleh diperoleh lebih lebih daridari EUR 200 miliar. Sektor 2 tekstil dan pakaian di Eropa dan Amerika berubah sebagai hasil dari EUR 200 miliar. Sektor 2 tekstil dan pakaian di Eropa dan Amerika berubah sebagai hasil dari pengembangan
pengembangan teknologi teknologi dan dan kondisi kondisi ekonomi, ekonomi, dengan dengan restrukturisasi restrukturisasi usaha, usaha, modernisasi modernisasi sertaserta beradaptasi
beradaptasi dengan dengan perubahan perubahan teknologi. teknologi. Ada Ada kecenderungan kecenderungan bergerak bergerak pada pada produksi produksi massalmassal produk
produk sederhana sederhana menuju menuju produk produk yang yang lebih lebih luas. luas. Berbagai Berbagai produk produk yang yang dihasilkan dihasilkan bernilaibernilai tambah yang tinggi. Teknis dan industri khususnya produk subsector adalah wilayah di mana tambah yang tinggi. Teknis dan industri khususnya produk subsector adalah wilayah di mana produsen Eropa
produsen Eropa mampu memimpin mampu memimpin pangsa pasar pangsa pasar dunia. Pedunia. Perkembangan ini rkembangan ini juga berdampak juga berdampak padapada kerja di sektor ini, dengan perubahan model kerja (misalnya subkontrak), dan sebagai hasil dari kerja di sektor ini, dengan perubahan model kerja (misalnya subkontrak), dan sebagai hasil dari teknik yang terlibat, dilakukan penilaian tentang bahaya dan risiko yang mungkin terjadi pada teknik yang terlibat, dilakukan penilaian tentang bahaya dan risiko yang mungkin terjadi pada pekerja
pekerja yang yang terkena terkena paparan paparan bahan bahan baku baku untuk untuk mencegah mencegah terjadinya terjadinya kecelakaan.(OSHAkecelakaan.(OSHA Team.europa, 2007)
1.2 PROFIL PERUSAHAAN 1.2 PROFIL PERUSAHAAN 1.2.1
1.2.1 Sejarah Perusahaan dan Kebijakan PerusahaanSejarah Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan PT Unitex Tbk menjadi perusahaan
PT Unitex Tbk menjadi perusahaan Go Public tanggal 12 Mei 1982 danGo Public tanggal 12 Mei 1982 dan merupakanmerupakan perusahaan ke-11
perusahaan ke-11 yang memasuki yang memasuki Bursa Efek Bursa Efek Indonesia. Pada Indonesia. Pada tanggal 26 tanggal 26 Maret 1997 Maret 1997 PerseroanPerseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk mendapatkan predikat hijau dari kementrian lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam mendapatkan predikat hijau dari kementrian lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam mengelola lingkungan hidup. Pada tahun
mengelola lingkungan hidup. Pada tahun 2003 perusahaan telah berhasil 2003 perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikasimendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah s
telah sesuai dengan esuai dengan standar standar internasional.internasional.
Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1 Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1 Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat. Visi perusahaan dikenal secara Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat. Visi perusahaan dikenal secara internasional sebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi dimana memproduksi produk yang internasional sebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi dimana memproduksi produk yang berkualias
berkualias tinggi. tinggi. Misi Misi perusahaan perusahaan adalah adalah meningkatkan meningkatkan nilai nilai bagibagi stakeholders stakeholders melaui operasimelaui operasi yang efisien, meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat. yang efisien, meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya didukung Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya didukung dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu:
dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu: 1. Mengutamakan keselamatan kerja
1. Mengutamakan keselamatan kerja
2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten 2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten 3. Pengiriman yang tepat waktu
3. Pengiriman yang tepat waktu 4. Biaya yang rendah
4. Biaya yang rendah
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu: 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu:
DisiplinDisiplin
5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)
KerjasamaKerjasama 1.2.3
1.2.3 Panitia Pembina Keselamatan Dan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Kesehatan Kerja (P2K3) PT Unitex TbkUnitex Tbk PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)(P2K3) yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang
yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang merupakanmerupakan karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan
karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan setelah diberisetelah diberi pengetahuan
pengetahuan dan dan pelatihan pelatihan sehingga sehingga memiliki memiliki keahlian keahlian dibidang dibidang K3. K3. Hal Hal iniini dalam rangkadalam rangka mengarahkan dan mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang sehat,
1.2 PROFIL PERUSAHAAN 1.2 PROFIL PERUSAHAAN 1.2.1
1.2.1 Sejarah Perusahaan dan Kebijakan PerusahaanSejarah Perusahaan dan Kebijakan Perusahaan PT Unitex Tbk menjadi perusahaan
PT Unitex Tbk menjadi perusahaan Go Public tanggal 12 Mei 1982 danGo Public tanggal 12 Mei 1982 dan merupakanmerupakan perusahaan ke-11
perusahaan ke-11 yang memasuki yang memasuki Bursa Efek Bursa Efek Indonesia. Pada Indonesia. Pada tanggal 26 tanggal 26 Maret 1997 Maret 1997 PerseroanPerseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Pada tahun 1995 PT Unitex Tbk mendapatkan predikat hijau dari kementrian lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam mendapatkan predikat hijau dari kementrian lingkungan hidup atas keberhasilanya dalam mengelola lingkungan hidup. Pada tahun
mengelola lingkungan hidup. Pada tahun 2003 perusahaan telah berhasil 2003 perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikasimendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah s
telah sesuai dengan esuai dengan standar standar internasional.internasional.
Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1 Lokasi kantor pemasaran dan pabrik PT Unitex Tbk terletak di jalan raya Tajur No.1 Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat. Visi perusahaan dikenal secara Desa Sindang Rasa Kecamatan Ciawi, Bogor Jawa Barat. Visi perusahaan dikenal secara internasional sebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi dimana memproduksi produk yang internasional sebagai perusahaan tekstil yang terintegrasi dimana memproduksi produk yang berkualias
berkualias tinggi. tinggi. Misi Misi perusahaan perusahaan adalah adalah meningkatkan meningkatkan nilai nilai bagibagi stakeholders stakeholders melaui operasimelaui operasi yang efisien, meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat. yang efisien, meningkatkan kepuasan pelanggan dengan harga bersaing dan pelayanan tepat. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya didukung Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dalam menjalankan proses produksinya didukung dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu:
dengan kebijakan perusahaan yang di kenal dengan lima pilar penyangga, yaitu: 1. Mengutamakan keselamatan kerja
1. Mengutamakan keselamatan kerja
2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten 2. Produk yang bermutu tinggi dan konsisten 3. Pengiriman yang tepat waktu
3. Pengiriman yang tepat waktu 4. Biaya yang rendah
4. Biaya yang rendah
5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu: 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Dan dilandasi dengan tiga pondasi, yaitu:
DisiplinDisiplin
5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)5-R (Ringkas,Rapih, Resik, Rawat,Rajin)
KerjasamaKerjasama 1.2.3
1.2.3 Panitia Pembina Keselamatan Dan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Kesehatan Kerja (P2K3) PT Unitex TbkUnitex Tbk PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT Unitex Tbk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)(P2K3) yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang
yang terdiri dari pemimpin dan pengurus akan dibantu oleh petugas K3 yang merupakanmerupakan karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan
karyawan pada perusahaan tersebut setelah di tunjuk oleh pemimpin perusahaan setelah diberisetelah diberi pengetahuan
pengetahuan dan dan pelatihan pelatihan sehingga sehingga memiliki memiliki keahlian keahlian dibidang dibidang K3. K3. Hal Hal iniini dalam rangkadalam rangka mengarahkan dan mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang sehat,
dan sejahtera. Adapun pelaksanaan penanggung jawab dari keselamatan dan
dan sejahtera. Adapun pelaksanaan penanggung jawab dari keselamatan dan kesehatan kerja dikesehatan kerja di lingkungan perusahaan adalah panitia pembina keselamatan kerja atau
lingkungan perusahaan adalah panitia pembina keselamatan kerja atau P2K3.P2K3. Struktur organisasiStruktur organisasi P2K3 PT Unitex Tbk terdiri dari direktur pabrik sebagai ketua
P2K3 PT Unitex Tbk terdiri dari direktur pabrik sebagai ketua yang dibantu oleh penasehat,yang dibantu oleh penasehat, pengawas
pengawas dan dan anggota anggota komite. komite. Pengawas Pengawas memegang memegang seluruhseluruh pekerjaan pekerjaan mengenai mengenai keselamatankeselamatan dan kesehatan kerja dalam pabrik dan bertanggung jawab
dan kesehatan kerja dalam pabrik dan bertanggung jawab terhadap direktur pabrik dan panitiaterhadap direktur pabrik dan panitia K3 lainya. Pengawas juga dapat menerima laporan
K3 lainya. Pengawas juga dapat menerima laporan mengenai kegiatan K3 di bagian masing-mengenai kegiatan K3 di bagian masing-masing. Penasehat dapat memberikan nasehat
masing. Penasehat dapat memberikan nasehat mengenai isi kegiatan keselamatan dan kesehatanmengenai isi kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja dibantu oleh kepala seksi dan
kerja dibantu oleh kepala seksi dan departemen.departemen. Peran serta dan juga partisipasi organisasi P2K3Peran serta dan juga partisipasi organisasi P2K3 sangat diharapkan dalam
sangat diharapkan dalam menciptakan dan melaksanakan usaha peningkatan keselamatan danmenciptakan dan melaksanakan usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat
kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dankerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan sertaterintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit
penyakit akibat akibat kerja,kerja, sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tercapainya sasaran
Tercapainya sasaran tersebut akan sejalan dengan tujuan pembangunan untuk memperlakukantersebut akan sejalan dengan tujuan pembangunan untuk memperlakukan manusia sesuai
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.dengan harkat dan martabatnya. Tujuan pelaksanaan K3 adalah agar tenaga kerjaTujuan pelaksanaan K3 adalah agar tenaga kerja yang berada ditempat kerja
yang berada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, agar sumber-sumberselalu dalam keadaan selamat dan sehat, agar sumber-sumber produksi
produksi dapat dapat digunakandigunakan secara efisien dan proses produksi berjalan dengan lancar tanpa adasecara efisien dan proses produksi berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Agar terdapat
hambatan. Agar terdapat keseragaman dalam pelaksanaan maka P2K3 mempunyai tugas sebagaikeseragaman dalam pelaksanaan maka P2K3 mempunyai tugas sebagai berikut:
berikut:
Mengetahui dan melaksanakan ketentuan pemakaian alat perlengkapan dan pelindung kerja di Mengetahui dan melaksanakan ketentuan pemakaian alat perlengkapan dan pelindung kerja di
setiap bagian. setiap bagian.
Menggalakkan cara hidup sehat dirumah dan ditempat kerja. Menggalakkan cara hidup sehat dirumah dan ditempat kerja.
Menciptakan suatu sistem untuk menetapkan karyawan yang bertangung jawab terhadap Menciptakan suatu sistem untuk menetapkan karyawan yang bertangung jawab terhadap keselamatan kerja.
keselamatan kerja.
Mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja melalui pembentukan suatu Mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja melalui pembentukan suatu sistem untuk merayakan dan memberikan pengahargaan kepada karyawan dari departemen sistem untuk merayakan dan memberikan pengahargaan kepada karyawan dari departemen yang berjasa terhadap keselamatan kerja.
yang berjasa terhadap keselamatan kerja.
Memberikan bimbingan spesifik dan terarah kepada karyawan yang bekerja di bagian Memberikan bimbingan spesifik dan terarah kepada karyawan yang bekerja di bagian pengangkutan
pengangkutan dan dan gudang gudang untuk untuk mencegah mencegah kecelakaan kecelakaan sewaktu sewaktu menjalankan menjalankan kendaraan kendaraan dandan pekerjaan bongkar muat.
pekerjaan bongkar muat.
Melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Program K3 perusahaan yang secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Agenda tahunan
2. Rapat K3
3. Pengelolaan lingkungan kerja 4. Perawatan alat
5. KYT(Kiken Yochi Training) 6. Patrol bagian dan patrol malam 7. Evaluasi
8. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja 9. Rewarddan punishment
10. Ergomoni
11. Penangulangan kebakaran
12. SOP (Standar Operasional Prosedur) 13. Pelayanan kesehatan
14. Klinik perusahaan
15. Program bantuan pengobatan 16. Perawatan kesehatan
17. Jaminan sosial tenaga kerja(Jamsostek)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANALISIS RISIKO
2.1.1 PENGERTIAN RISIKO
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau keuntungan. Juga, suatu takaran dari potensi kerugian yang mempertimbangkan besarnya kerugian dan kemungkinan
terjadinya.(Bird.1996).
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu:
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan
manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen risiko adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan.
Menurut Kolluru (1996), manajemen risiko merupakan sebuah proses evaluasi dan jika dibutuhkan dapat digunakan untuk mengendalikan sumber paparan dan risiko. Manajemen risiko adalah pendeskripsian sejumlah prosedur yang berhubungan dengan identifikasi risiko, penilaian risiko, upaya pengendalian, dan peninjauan kembali hasil pengendalian.
Gambar 2.1
2.2.2 Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat manajemen risiko menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, yaitu :
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Meningkatkan produktivitas kerja.
3. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif, lingkungan kerja, produksi, dan mencapai performa perusahaan yang lebih baik.
4. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset.
5. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
2.3 PROSES MANAJEMEN RISIKO 2.3.1 Identifikasi Risiko
Sebelum identifikasi resiko terlebih dahulu dilakukan penentuan ruang lingkup merupakan parameter dasar proses manajemen risiko. Ruang lingkup tersebut mencakup 3 komponen, yaitu ruang lingkup eksternal, internal, dan manajemen risiko di mana proses manajemen risiko akan diterapkan ( AS / NZS 4360 : 1999). Identifikasi risiko merupakan suatu tahapan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi hal-hal tertentu (hazard ) dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan sebuah risiko terjadi (Kolluru, 1996). Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 2004, identifikasi risiko adalah langkah dalam proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi apa penyebab atau kemungkinan terjadinya kegagalan dan bagaimana skenario dari kegagalan tersebut terjadi.
Identifikasi risiko dimulai dengan melakukan identifikasi semua sumber bahaya pada area konsekuensi atau dampak. Dalam melakukan sebuah identifikasi dibutuhkan metode yang logis dan terstruktur untuk memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang imajinatif tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana hal itu dapat terjadi (Cross, 1998).
Berdasarkan menurut PERMENAKER No: PER.05/ MEN/ 1996 standar tentang identifikasi resiko, antara lain:
Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3.
Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan K3.
Beberapa contoh metode identifikasi tersebut, yaitu : 1. Preliminary Hazard Analysis(PHA)
Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan sebagai analisis awal (Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada suatu informasi mengenai sistem (Colling, 1990).
2. Hazard and Operability Study(HAZOPS)
Hazard and Operability Study adalah suatu metode analisis yang lebih detail pada desain dan operasi (Budiono, 2003). Hazard and Operability Study digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses yang berhubungan dengan safety dan bahaya pada lingkungan, serta memproses masalah yang dapat berdampak pada efisisensi operasi (Kolluru, 1996).
3. Failure Modes and Effects Analysis(FMEA)
Failure Modes and Effects Analysisadalah suatu metode analisis yang
mendalam sebagai akibat kegagalan peralatan dan pengaruhnya (Budiono, 2003). Failure Modes and Effects Analysis secara sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem tersebut dapat mengalami kegagalan, kemudian mengevaluasi efek yang terjadi dari kegagalan tersebut dan tingkat bahaya yang dihasilkan akibat kegagalan sistem, serta bagaimana kegagalan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi (Colling, 1990).
4. Fault Tree Analysis(FTA)
Fault Tree Analysis adalah suatu model analisis desain, prosedur, dan kesalahan pada faktor manusia (Budiono, 2003). Fault Tree Analysis dapat digunakan untuk memprediksi dan mencegah terjadinya kecelakaan atau alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan (Geotsch, 1996).
5. Job Safety Analysis(JSA)
Menurut Soeripto (1997), Job Safety Analysis adalah suatu cara yang digunakan untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan di dalam rancang bangun masin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja, dan proses kerja.
Terdapat 4 langkah dalam membuat Job Safety Analysis:
a. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisa. Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya di analisis terlebih dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk di analisis dan dalam menyusun tata cara analisis, pengawasan utama yang harus diikuti adalah :
Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan. Kecelakaan yang menghasilkan luka berat.
Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat.
Pekerjaan baru dengan perubahan di dalam peralatan kerja atau proses.
b. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah atau kegiatan. Sebelum penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus di bagi ke dalam beberapa langkah yang menggambarkan
apa yang telah selesai dikerjakan. Untuk menghindari 2 kesalahan umum, yaitu : Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu
menghasilkan sejumlah banyak langkah.
Membuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak tertulis. c. Melakukan identifikasi terhadap bahaya dan kecelakaan yang potensial.
d. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan. Mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman untuk:
Mencegah timbulnya kecelakaan.
Mencari data baru untuk melakukan pekerjaan itu. Merubah kondisi fisik yang menimbulkan risiko.
Mehilangkan bahaya yang masih ada dan mengganti prosedur. Mengurangi frekuensi melaksanakan tugas.
Menurut Diberardinis (1999), beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode Job Safety Analysisadalah :
a. Pendekatan Job Safety Analysissangat mudah dipahami dan tidak membutuhkan suatu tahapan training , serta dapat dengan cepat disesuaikan dengan pandangan individu yang berpengalaman.
b. Proses pada Job Safety Analysis dapat memberikan kesempatan pada individu untuk mengenali atau memberikan pengetahuan mengenai operasi.
c. Hasil dari analisis dapat digunakan untuk dokumentasi yang dapat digunakan untuk melatih pekerja baru.
d. Dokumentasi Job Safety Analysis juga dapat digunakan sebagai bahan audit.
Menurut Colling (1990) , Job Safety Analysis berisikan beberapa informasi yang berkaitan dengan suatu proses pekerjaan, yaitu :
a. Job(Pekerjaan), berisikan mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan dalam unit produksi untuk diidentifikasi risikonya.
b. Task (Rincian Kegiatan), berisikan penjelasan mengenai rincian kegiatan yang dilakukan untuk masing-masing tahapan kegiatan yang dapat menggambarkan faktor-faktor terjadinya dampak.
c. Hazard (Bahaya), untuk mengetahui jenis bahaya apa yang ditimbulkan dari kegiatan pekerjaan.
d. Probability (Kemungkinan), berisikan tentang kemungkinan pekerja untuk terkena cidera dari bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan pekerjaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka berfikir
Kerangka konsep ini berdasarkan kepada teori tahapan manajemen risiko yang ditetapkan Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko pada proses pemintalan di departemen spinning bagian produksi PT Unitex Tbk. Kerangka berpikir tersebut di gambarkan pada table 3.1. Peneliti ini dimulai dengan melakukan wawancara dengan informan bersangkutan untuk menentukan batasan ruang lingkup dan tahapan proses kerja yang ada di departemen spinning . Kemudian di lanjutkan dengan identifikasi risiko pada setiap tahapan proses spinning . Setelah itu baru dilakukan analisis risiko dengan menilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan berdasarkan standar yang ditetapkan Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999. Selanjutnya mengevaluasi hasil analisis tersebut dengan membandingkan estimasi nilai risiko dengan kriteria yang terdapat dalam standar. Dari tahap tersebut di dapat kategori tingkat risiko dari setiap tahapan pekerjaan di departemen spinning dan dilakukan kajian mendalam mengenai tingkat risiko kecelakaan kerja secara kualitatif.
3.2 DEFINISI ISTILAH
3.2.1 Menentukan Ruang Lingkup
Merupakan sebuah proses penentuan ruang lingkup internal, ruang lingkup eksternal, dan ruang lingkup manajemen risiko di mana proses manajemen risiko akan diterapkan ( AS / NZS 4360 : 1999).
Cara ukur : Wawancara dan observasi.
Alat ukur : Pedoman wawancara, lembar observasi dan kamera
Hasil ukur : Struktur organisasi dan tahapan pekerjaan proses pemintalan( spinning ) di bagian produksi PT Unitex Tbk Bogor Jawa Barat.
3.2.2 Identifikasi Risiko
Merupakan kegiatan dengan melakukan identifikasi terhadap setiap tahapan pekerjaan dengan mencari risiko baik yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan yang pernah terjadi kecelakaan, penyebab, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan pada proses pemintalan( spinning ) di bagian produksi.( AS / NZS4360 : 1999).
Cara Ukur : Wawancara dan observasi.
Alat ukur : Tabel identifikasi risiko Job Safety Analysis(JSA), lembar Observasi dan kamera Hasil Ukur : Diketahuinya Risiko yang telah terjadi dan berpotensi terjadi kecelakaan, Penyebab, dan Upaya Pengendalian yang telah dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan( spinning ) di bagian produksi
3.2.3 Analisis Risiko
Merupakan suatu proses ilmiah untuk menentukan tingkat konsekuensi, paparan, dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja secara sistematik dengan menggunakan informasi seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi dan besarnya tingkat kerugian yang dihasilkan, bertujuan untuk memisahkan risiko yang dapat diterima dan risiko yang memerlukan penanganan yang terdapat di setiap tahapan pekerjaan proses pemintalan( spinning ) di bagian produksi. Pada penelitian ini analisis risiko yang dilakukan menggunakan metode semi
3.3 IDENTIFIKASI RISIKO PADA TAHAPAN BLOWING DAN CARDING BAGIAN PRODUKSI PEMINTALAN(SPINNING) PT UNITEX Tbk
Seksi Blowingdan Carding
`Tugas seksi ini merupakan proses dalam pembuatan benang, dimana bahan baku kapas atau polyester dimasukkan dalam mesin Blowing untuk diuraikan gumpalangumpalan seratnya, dibersihkan kotoran-kotorannya, dan diaduk sehingga terjadi pencampuran yang merata antara beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan“Lap” yang selanjutnya diproses dalam mesin
Carding dan menghasilkan"Sliver".
Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja pada proses produksi Spinning dilakukan dengan menggunakan metode JSA ( Job Safety Analysis) pada 2 tahapan tersebut yaitu :
3.3.1 Tahap Blowing
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja di bagian ini, tahap proses kerja blowing terdiri dari mencampur serat baik dari polyester atau campuran kapas dan kapas murni. Kemudian membuka gumpalan serat dan membersihkan serat.
a. Proses blowing pada tahap membuka gumpalan serat padat, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu tertimpa gumpalan serat padat, yang mengakibatkan kaki luka/lebam karena tertimpa atau kejatuhan gumpalan serat padat yang berukuran cukup besar, dengan gumpalan serat berbentuk kotak/persegi yang memiliki berat kurang lebih 50 kg/ gumpalan serat. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah Bekerja sesuai dengan SOP,menggunakan safety shoesdan bekeja hati-hati b. Proses blowing pada tahap membersihkan serat di mesin blowing dan mengurai serat padat di
mesin Blowing , terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari tangan terjepit mesin Blowing , yang mengakibatkan jari tangan terluka/ memar karena terjepit mesin Blowing.Pada tahap ini tidak terdapat potensi risiko jari terputus, karena gerak mesin searah atau parallel (ritasi ganda).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
c. Proses blowing pada tahap mencampur serat pada mesin Blowing dan mencampurnya agar homogen, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu telapak tangan terjepit mesin Blowing , yang mengakibatkan telapak tangan terluka/ memar
karena terjepit mesin Blowing. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekerja hati-hati
d. Proses blowing pada tahap memindahkan serat kapas yang telah digulung/ sliver ke mesin carding dengan menggunakan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki remuk terlindas roli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan bekeja hati-hati
e. Proses Blowing pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena kondisi tangan dalam keadaan basah. Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP.
3.3.2 Tahap Carding
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sub-departemen dan pekerja di bagian ini, dapat diketahui bahwa tahap proses kerja Carding adalah membersihkan serat,
memisahkan serat pendek dan membentuk sliver.
a. Proses Carding pada tahap merangkap sliver dan meletakkan dalam mesin untuk di gabung dengan sliver yang lain, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari terluka atau remuk terjepit double silinderyang berputar berlawanan arah pada mesin Carding .
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
b. Proses Carding pada tahap memisahkan serat pendek dan panjang serta membersihkan serat di mesin Carding , terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari tangan tergores putaran sisir mesin Carding.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah bekerja sesuai dengan SOP dan bekeja hati-hati
c. Proses Carding pada tahap memindahkan sliver ke mesin pre drawing dengan roli, terdapat potensi bahaya yang akan menimbulkan risiko keselamatan kerja yaitu jari kaki luka /lebam
tertimpa sliver dan jari kaki luka/remuk terlindasroli.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan safety shoes dan mengatur jarak aman.
d. Proses Carding pada saat menyalakan dan mematikan mesin pada saat produksi sedang berjalan, terdapat potensi bahaya yang menimbulkan risiko tersengat listrik/ kesetrum karena
kondisi tangan dalam keadaan basah.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah menyiapkan lap kering di washtaffel dan bekerja sesuai dengan SOP
3.4 ANALISIS RISIKO PADA TAHAPAN BLOWING DAN CARDING
Setelah dilakukan identifikasi risiko, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis risiko dari setiap tahapan pekerjaan proses spinning . Analisis risiko dalam penelitian ini menggunakan metode analisis semi kuantitatif berdasarkan AS / NZS4360 : 1999.
3.4.1 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap blowing a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat
Pada saat membuka gumpalan serat padat, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari kaki terluka atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang memiliki berat kurang lebih 50 kg, namun permukaannya tidak tajam, sehingga nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan dilakukan sekali dalam sehari yaitu dengan nilai paparan 6 dengan kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan
kategor unusual. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 18 dengan kategori Acceptable.
b. Membersihkan serat di mesin blowing 1.Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada saat membersihkan serat di mesinblowing , risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan terjepit atau jari memar akibat terjepit antara roller pencampur di mesin blowing yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategoricontinuously,sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategoriunusual.Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding 1.Kaki terlindas roli
Pada saat memindahkan serat kapas yang telah digulung/ sliver ke mesin carding dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategori Substansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi 1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringan/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 0.5 dengan kategoriConceivable. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan kategori Acceptable.
Tabel 3.4.1
Hasil analisis pada tahap blowing di departemen spinning PT. Unitex Tbk Tahun 2010
Sumber : Hasil Observasi dan wawancara dengan supervisor dan operator Dept. Spinning PT.Unitex Tbk. 2010
3.4.2 Hasil Analisis Risiko Pada Tahap carding a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesinCarding
Pada saat merangkap sliver di mesin Carding , risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Carding yang memiliki nilai konsekuensi 5 (important ) , karena pada risiko tersebut membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan
kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategoriSubstansial.
b. Memisahkan dan membersihkan serat 1.Jari tangan tergores
Pada saat memisahkan dan membersihkan serat di mesin Carding , risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan tergores karena gesekan silinder mesinCarding yang memiliki nilai konsekuensi 1 dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Untuk tingkat pemaparan terjadi secara terus - menerus setiap hari dengan nilai paparan 10 dan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategoriunusual.Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 30 dengan kategori Priority 3.
c. Mengirim sliverke mesin pre drawi ng 1.Kaki terlindas roli
Pada saat mengirim sliver ke mesin pre drawing dengan menggunakan roli, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka/remuk terlindas roli yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali
tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 3 dengan kategori unusual. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 90 dengan kategoriSubstansial.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Pada saat menyalakan dan mematikan mesin Carding ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringat/air yang memiliki nilai konsekuensi 5 dengan kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari dengan nilai paparan 6 dan termasuk dalam kategori Frequently, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga di beri nilai 0.5 dengan kategoriConceivable. Dari ketiga hal tersebut , maka dapat diketahui tingkat risiko yang diperoleh dengan mengalikan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai tingkat risiko 15 dengan kategori Acceptable
.
Tabel 3.4.2
Hasil analisis risiko pada tahap carding di departemen spinning PT.Unitex Tbk Tahun 2010
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses Pemintalan/ Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk
Hasil identifikasi risiko keselamatan di lakukan dengan menggunakan data primer berupa wawancara dan observasi kepada supervisor departemen, operator mesin di bagian pemintalan/ spinning, P2K3 departemen spinning dan petugas klinik perusahaan(dokter perusahaan). Di dapatkan hasil bahwa 2 tahapan proses kerja yang ada di departemen spinning
adalah blowing, carding,. Dari risiko keselamatan yang telah di identifikasi, risiko keselamatan yang terdapat pada departemen spinning PT Unitex Tbk ini berdasarkan kelompok bahaya keselamatan (safety hazard) yang dibedakan menjadi :
1. Bahaya mekanik (mechanical hazard) yaitu, jari tangan terjepit mesin, jari tangan tergores benang, jari tangan terjepit atau jari memar terjepit silinder mesin, kaki terlindas roli, terjepit mesin ring spinning atau tergores dan luka jari atau remuk, jari tangan tergores atau lecet terkenan mesin gulung simplex frame, jari kaki luka atau lebam tertimpa sliver, jari kaki luka atau remuk terlindas roli, luka gores tergesek gigi-gigi mesin , atau memar atau luka lebam dan lain-lain. Bahaya - bahaya ini diakibatkan oleh benda-benda atau mesin serta proses yang bergerak.
2. Bahaya elektrik (electrical hazard) yaitu: terkena aliran listrik (kesetrum). Bahaya ini berasal dari arus listrik yang digunakan pada mesin pemintal.
6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Pada Setiap Tahapan Pekerjaan Proses Pemintalan/
Spinning di Departemen Spinning Bagian Produksi PT Unitex Tbk 6.3.1 Tahap blowing
a. Membuka gumpalan serat padat
1. Tertimpa gumpalan serat padat Pada tahap awal membuka gumpalan serat, pekerja berisiko jari kakinya terluka atau lebam akibat tertimpa gumpalan serat padat yang memiliki berat kurang lebih 50 kg dari satu gulung berat serat tersebut. Namun, serat tersebut memiliki permukaan yang rata dan sedikit licin, sehingga jika gulungan tersebut menimpa pekerja maka hanya dapat
meyebabkan luka lebam tanpa perdarahan. Oleh karena itu tahap ini termasuk dalam konsekuensi dengan kategori Noticeable, karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan pada kegiatan ini termasuk dalam kategori Frequently karena hanya dilakukan sekali dalam sehari, karena dalam satu hari waktu produksi, penguraian dilakukan sekali sehari sesuai dengan target harian produksi. Sedangkan untuk kemungkinan terjadinya risiko ini, termasuk dalam kategori unusuall yaitu mungkin terjadi tapi jarang, hal tersebut karena pekerja yang sudah cukup terlatih untuk melakukan kegiatan penguraian dan mampu mengatur kapasitas berat gumpalan serat yang akan diurai , dan jika hal tersebut masih terjadi umumnya disebabkan karena kelalaian pekerja atau tidak konsentrasi. Dari ketiga analisis tersebut , maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Acceptable yaitu intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin agar risiko tidak timbul atau terjadi lagi.
Dari pembahasan diatas, faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko adalah handling material kapas dan penyimpanannya yang mungkin kurang tepat, apalagi bentuk material yang licin dan cukup berat. Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang
terlalu padat dan sesak dan pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. Meskipun hanya dilakukan sekali dalam sehari, namun hal tersebut akan menimbulkan dampak serius jika perkerja telah melakukan pekerjaan tersebut bertahun-tahun
b. Membersihkan serat di mesin blowing 1.Jari tangan terjepit mesin blowing
Pada tahap kedua prosesblowing, yaitu pada saat membersihkan serat di mesin blowing , risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah jari tangan terjepit atau jari memar akibat terjepit antara roller pencampur di mesin blowing yang sedang berputar paralel, sehingga risiko ini termasuk dalam kategori konsekuensi Noticeable,karena pada risiko tersebut terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat. Tingkat pemaparan dari risiko tersebut terjadi secara terus - menerus setiap hari sehingga termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, risiko tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar
kerja atau SOP yang ditetapkan setiap proses kerja yang sedang dikerjakanya, sehingga termasuk dalam kategori unusual . Dari ketiga analisis tersebut, maka tingkat risikonya termasuk dalam kategory Priority 3, yaitu risiko atau penyebabnya perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko atau hal-hal yang menyebabkan risiko tersebut bisa terjadi dapat di kendalikan sesuai dengan prosedur kerja dan standar keamanan bagi pekerjanya.
Menurut Suardi (2005), dalam melakukan langkah-langkah untuk mengatasi risiko saat membersihkan serat di mesin blowing, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat membantu dalam pemilihan pengendalian salah satu pengendalian yang mungkin dapat di lakukan diantaranya adalah pengendalian administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya. Oleh karena itu, dari tingkat risiko dalam tahap ini penerapan prosedur kerja dan stansar kerja yang tergolong dalam pengendalian administratif dinilai
mampu menanggulangi risiko dalam tahap ini.
c. Memindahkan serat kapas yang telah digulung/sliver ke mesin carding 1.Kaki terlindas roli
Pada proses ketiga dalam tahap Blowing, yaitu pada saat memindahkan serat kapas yang telah digulung menjadi bentuk sliver ke mesin carding dengan menggunakan roli dengan maksimal kapasitas 250 kg, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kaki luka atau remuk terlindas roli yang digolongkan dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu merugikan, namun harus tetap diperhatikan karena jika keterpaparanya terus meningkat dari waktu ke waktu, hal itu bisa menjadi masalah serius atau bahkan bisa meningkat ke kategori yang lebih serius. Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari sehingga termasuk dalam kategori Frequently,hal tersebut terjadi karena sliver yang dihasilkan perharinya di sesuaikan dengan kapasitas produksi dalam satu hari. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar kerja yang aman atau komunikasi dengan pekerja lain kurang optimal, sehingga kegiatan pemindahan sliver hanya dilakukan sendiri yang kemudian berdampak pada ketidakmampuan dalam melakukan pekerjaan secara baik dan benar. Dalam hal ini, risiko tersebut termasuk dalam kategori unusual. Dari ketiga
kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya perbaikan secara teknis untuk mengurangi potensi terjadinya risiko yang bisa menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan dan pekerja pada khususnya. Selain itu, peningkatan komunikasi antar pekerja sehingga tercipta hubungan kerja yang baik memungkinkan untuk menciptakan suasana kerja yang produktif sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko kejadian kecelakaan dimana pekerjaan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan pekerja lain atau bekerja dalam tim, terutama pekerjaan memindahkan sliver yang relatif cukup berat. Menurut Agustina(2009) hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja di setiap jenis pekerjaan.
d. Menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi
1.Terkena aliran listrik
Proses ke empat dalam tahap blowing ini adalah pada saat menyalakan dan mematikan mesin ketika beroperasi, risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah tekena aliran listrik/ kesetrum karena tangan basah oleh keringan/air yang masuk dalam kategori important, karena pada risiko tersebut terjadi luka yang butuh penanganan medis dan efeknya tidak terlalu
merugikan, hal itu terjadi karena aliran listrik yang digunakan untuk mesin ini cukup besar. Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi sekali dalam sehari dan termasuk dalam kategori Frequently , dimana mesin akan dinyalakan pada saat pekerjaan dimulai, yaitu pukul 08.00 pagi dan dimatikan pada shift terakhir sesuai dengan jadwal shift setiap operator mesin. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut tidak pernah terjadi meskipun terpapar bertahun-tahun namun mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori Conceivable. Maka tingkat risikonya tergolong dalam kategori Acceptable intensitas yang menimbulkan risiko tersebut dikurangi seminimal mungkin, apalagi jika pekerja aware dan care terhadap kondisi lingkungan dan fisiknya sendiri, sehinga hal tersebutdapat dihindari. Dari pembahasan di atas, risiko yang mungkin dan berpotensi terjadi pada keempat tahap dalam proses blowing yang pertama adalah jari kaki terluka atau lebam karena kelalaian pekerja dan tidak konsentrasi. Menurut menurut Lucas & Wilson (1989) tidak konsentrasi dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari stress kerja yang tergolong dalam gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun, produktivitas atau prestasi kerja menurun, dan mutu kerja
rendah. Oleh karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja dapat memicu terjadinya risiko yang berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja yang berdampak pada produktifitas
kerja itu sendiri. Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap blowing yaitu jari tangan terjepit atau jari memar akibat terjepit antara roller , hal itu bisa terjadi jika pekerja tidak mengikuti standar kerja (SOP) yang ada karena merasa sudah biasa melakukan sehingga dapat meningkatkan potensi terjadinya risiko dalam proses tersebut. Tidak mengikuti SOP ini umumnya juga terjadi pada saat memindahkan sliver.
Menurut Miner(1994) hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal tersebut merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan. Demikian pula dengan hasil wawancara dengan pekerja pada tahap blowing umumnya pekerja berpendapat bahwa ia sudah merasa ahli dan terbiasa melakukan pekerjaan tersebut dan belum pernah mengalami kecelakaan. Pekerja berpendapat bahwa selama ini bekerja dengan caranya sendiri(unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus berubah. Pertanyaan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja. Peningkatan disiplin dan komunikasi kerja di rasa cocok untuk mengendalikan hal tersebut di atas supaya dapat mengurangi potensi risiko yang ada diprosesblowingdengan kedua masalah yang dominan tersebut.
6.3.2 Tahap Carding a. Merangkap sliver
1. Jari tangan terjepit mesin Carding
Proses pertama pada tahap Carding yaitu pada saat merangkap sliver di mesin Carding , risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin Carding dengan konsekuensiimportant,karena pada saat membetulkan kerataan serat yang akan di bentuk sliver menggunakan tangan tanpa pelindung dan mesin masih berjalan, jadi jika risiko tersebut terjadi membutuhkan penanganan medis. Untuk tingkat pemaparan terjadi sekali dalam sehari karena umumnya memeperbaiki kerataan benang tersebut dilakukan ketika sliver baru masuk ke dalam mesin, dan dalam proses ini sliver hanya sekali diganti, dengan demikian maka tingkat pemaparanya termasuk dalam kategori Frequently. Sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dengan demikian, tingkat risiko dalam tahap ini termasuk dalam kategori Substansial yaitu mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis untuk mengendalikan potensi terjadinya risiko yang lebih tinggi. Potensi risiko pertama yang muncul pada saat merangkap sliver di proses carding adalah luka jari atau remuk akibat terjepit mesin carding karena saat menggunakan tangan tanpa pelindung. Menurut Miner(1994) hal ini termasuk dalam unsafe behavior dimana pekerja melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan yang pada proses ini memerlukan sarung tangan atau gloves untuk mencegah timbulnya risiko terjepit.
b. Memisahkan dan membersihkan serat 1.Jari tangan tergores
Proses kedua pada tahap Carding adalah pada proses memisahkan dan membersihkan serat di mesin Carding , risiko yang berpotensi terjadi pada tahapini adalah jari tangan tergores karena gesekan silinder mesin Carding, karena biasanya saat menarik serat pendek yang tersangkut, mesin Carding tidak dimatikan, jika pekerja tidak konsentrasi atau hati-hati jari tangan bisa tergesek putaran silinder ,sehingga konsekuensi dalam proses ini termasuk dalam kategori Noticeable, karena pada risiko dari proses tersebut hanya terjadi luka ringan, memar atau penyakit ringan dan kerugian setempat yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat karena
silindernya berukuran kecil dengan diameter kurang lebih 5 sampai 10 cm. Tingkat pemaparan pada proses ini terjadi secara terus -menerus setiap hari, karena selama sliver belum habis pekerjaan pemisahan ini dilakukan terus menerus sampai sliver habis, dengan demikian paparan termasuk dalam kategori continuously, sedangkan untuk tingkat kemungkinannya, hal tersebut mungkin saja terjadi jika pekerja tidak mematuhi peraturan dan standar kerja yang ada, sehingga termasuk dalam kategori unusual. Dari analisa tersebut maka tingkat risikonya termasuk dalam kategori Priority 3 yaitu perlunya pengawasan dan diperhatikan secara berkesinambungan agar risiko tersebut dapat dikendalikan dan di cegah sedemikian mungkin agar tidak terjadi. Dalam proses kerja ini, risiko yang berpotensi terjadi disebabkan karena kondisi pekerja yag berkerja pada mesin yang berpitar sentral dan tidak dapat dimatikan ketika ada proses perbaikan serat, namun juga tidak memakai alat pelindung saat bekerja.
Menurut Miner (1994) hal ini termasuk dalam unsafe behavior dimana pekerja melakukan pekerjaan namun dengan menyingkirkan alat-alat keselamatan yang pada proses ini memerlukan sarung
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
1. Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex Tbk, yaitu : jari tangan terjepit mesin, jari kaki terlindas roli, tangan
tergores mesin, terkena aliran listrik, jari tangan tergores benang.
2. Konsekuensi risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang terbesar adalahdisaster yaitu saat penguapan di mesin heat setter . Kemudian terkecil adalah Noticeable yaitu luka gores di jari tangan, Paparan risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang paling sering terjadi yaitu tergores benang, terjepit mesin, terlindah roli dan tersengat listrik. Kemungkinan risiko keselamatan kerja pada proses spinning yang tidak biasa terjadi tetapi mungkin yaitu Jari kaki remuk terlindas roli, Jari tangan tergores atau lecet terkenan mesin, Jari tangan tergores benang/serat.
4. Evaluasi risiko keselamatan kerja pada proses spinning adalah melakukan safety talk sebelum memulai pekerjaan, mengatur jarak aman dengan mesin , menjaga roli agar selalu dalam jalur lintasan , menjaga housekeeping lingkungan kerja, warning sign untuk menunjukkan adanya bahaya listrik dan menjaga proses kerja dalam keadaan aman.
5. Tingkat risiko keselamatan kerja pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex Tbk, yaitu :
Very high (sangat tinggi) yaitu risiko peledakan pada heat setter/pengupan dengan bejana tekan.
Substansial (penting) yaitu luka jari tangan atau kaki karena terlindas, terjepit mesin, tertimpa, tergesek benda, bahan atau mesin yang ada di dept spinning.
Priority 3 (prioritas 3) yaitu tersengat listrik/ kesetrum, luka gores di jari akibat kontak dengan gerigi mesin, benang yang berputar dll.
7.2 SARAN
1. Perusahaan perlu melakukan identifikasi dan penilaian risiko keselamatan kerja di masing-masing tahapan yang ada pada proses spinning di bagian produksi PT Unitex Tbk, sehingga perusahaan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Untuk meminimalisir risiko pada masing-masing tahapan proses kerja spinning perlu dilakukan upaya pengendalian, yaitu dengan cara :
EngineeringControl( House keeping , pengecekan listrik, mengatur jarak aman)
Administrative Control (bekerja sesuai SOP, safety talk, komunikasi antar pekerja dan
warning sign)
Alat Pelindung Diri/APD(Memakai sarung tangan/ gloves, menggunakan safety shoes,