• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Kaolin Sebagai Bahan Pengisi Resin Polymethylmethacrylate Terhadap Peningkatan Kekerasan Untuk Aplikasi Mahkota Jaket.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Kaolin Sebagai Bahan Pengisi Resin Polymethylmethacrylate Terhadap Peningkatan Kekerasan Untuk Aplikasi Mahkota Jaket."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

Resin akrilik (PMMA) heat-cured umumnya digunakan di bidang kedokteran gigi, diantaranya sebagai mahkota jaket akrilik. Salah satu sifat mekanis dari resin akrilik yang sering menjadi masalah adalah resistensi pemakaian yang buruk yang menghasilkan durabilitas yang rendah, ini dikarenakan kekerasan akrilik yang lebih rendah dibandingkan dari bahan restoratif lainnya. Maka untuk meningkatkan kekerasannya, ditambahkan bahan pengisi yang dapat menggunakan material inorganik diantaranya keramik. Salah satu bahan keramik dan banyak terdapat di Indonesia dalam bentuk mineral adalah kaolin. Kaolin secara struktur memiliki partikel kaolinit yang tidak dapat dengan mudah rusak dan terpisahkan sehingga tidak mudah terdegradasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambahkan bahan pengisi kaolin pada resin akrilik agar didapatkan nilai kekerasan resin akrilik yang lebih baik. Metode yang digunakan adalah bubuk kaolin yang sudah dikalsinasi dicampurkan dengan PMMA menggunakan alat ultrasonic homogenizer dalam tiga rasio berbeda (20%, 35% dan 50%) kemudian pengujian dilakukan menggunakan alat uji Micro-vickers Hardness untuk mendapatkan nilai kekerasan dan alat uji Scanning Electron Microscope untuk melihat mikrostruktur komposit.

Hasil yang didapatkan, terdapat peningkatan nilai kekerasan yang berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi bahan pengisi kaolin dengan peningkatan paling signifikan didapat dari kelompok dengan bahan pengisi kaolin 50% dimana distribusi bahan pengisi terlihat homogen setelah dilakukan analisa foto SEM dari komposit yang dibuat.

Kesimpulannya adalah bahan pengisi kaolin dapat digunakan sebagai bahan pengisi resin akrilik untuk meningkatkan sifat kekerasan resin komposit.

(2)

v ABSTRACT

Acrylic resin (PMMA) heat-cured is commonly used in dentistry, one of them is for acrylic jacket crown. Acrylic resin properties which is often become a problem is their poor wear resistance that result in low durability, this is because the hardness of acrylic is lower when compared to other restorative materials.Thus, to increase the hardness by added fillers that inorganic materials such as ceramics can be used. One of the ceramic materials and widely available in Indonesia in the form of mineral is kaolin. Kaolin has stucturally kaolinite particles can not be easily broken and separated so it can not easily degraded.

The objective of this study is to added kaolinite filler particles to acrylic resin and measure its hardness. The method that used is a powder of kaolin that has been calcined mixed with PMMA using an ultrasonic homogenizerin three different ratios (20%, 35% and 50%) and then testing was conducted using a Micro-vickers Hardness Test for hardness value and Scanning Electron Microscope testing instruments to view composite microstructure.

The result is the hardness of acrylic resin propotionally increase to the percent amount of filler particle, whereas a the most significant improvement obtained with a group with 50% kaolin which looks homogeneous in distribution of filler material after analysis SEM of the composite.

The conclusion is kaolin filler particles can be used as filler material to improve acrylic resin composite hardness materials to significantly increase its hardness.

(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

(4)

x

2.2 Resin Akrilik (PMMA) ... 9

2.3 Bahan Pengisi Kaolin ... 11

2.4 Uji Kekerasan ... 13

2.5 Karakterisasi Scanning Electron Microscope... 15

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat ... 17

3.1.1 Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bubuk Metakaolin... 17

3.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Spesimen Uji Mekanis ... 18

3.2 Metode Penelitian ... 19

3.2.1 Desain Penelitian ... 19

3.2.2 Variabel Penelitian ... 19

3.2.2.1 Variabel Bebas ... 19

3.2.2.2 Variabel Terikat ... 19

3.2.3 Definisi Operasional ... 20

3.2.4 Sampel Penelitian ... 20

3.3 Prosedur Penelitian ... 22

3.3.1 Proses Persiapan Bubuk Metakaolin ... 23

3.3.2 Prosedur Homogenisasi Serbuk Bahan Pengisi Metakaolin-PMMA ... 23

3.3.3 Prosedur Pembuatan Spesimen ... 24

3.3.4 Uji Kekerasan... 25

3.3.5 Uji Scanning Electron Microscope ... 26

3.4 Analisis Data... 27

(5)

xi

3.4.2 Kriteria Uji ... 27

3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Hasil Uji Kekerasan (Microvickers Hardness Test) ... 30

4.1.1.1 Hasil Analisis Statistik Uji Kekerasan ... 33

4.1.2 Hasil Karakterisasi Morfologi Mikrostruktur Spesimen ... 35

4.2 Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46

(6)

xii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Beberapa Perbedaan Sifat dari Akrilik

dan Porselen……… 8

Tabel 2.2 Karakteristik Kaolin……… 12

Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Vickers Kelompok

Kontrol……… 30

Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Vickers Kelompok

II………. 31

Tabel 4.3 Hasil Uji Kekerasan Vickers Kelompok

III………... 31

Tabel 4.4 Hasil Uji Kekerasan Vickers Kelompok

IV……… 32

Tabel 4.5 Rata-rata Kekerasan Spesimen dalam

Empat Kelompok Perlakuan…………... 33

Tabel 4.6 ANOVA Uji Kesamaan Rata-rata

(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Gambar 2.1 Foto fisik bubuk kaolin dan metakaolin….. 13

Gambar 2.2 Bentuk ujung alat pelekuk/indenter dan tekanan yang tertinggal pada permukaan bahan……… 15

Gambar 2.3 Gambaran Skematik Proses Analisis Menggunakan SEM………. 16

Gambar 3.1 Cress Electric Furnace……… 17

Gambar 3.2 Bahan Penelitian……….. 18

Gambar 3.3 Skema Alur Penelitian………. 22

Gambar 3.4 Ultrasonic Homogenizer UP50H / UP100H………... 24

Gambar 3.5 Rongga Cetak yang Terbentuk Setelah Prosedur Boiling Out Lilin Baseplate…… 25

(8)

xiv

No Teks Halaman

Gambar 4.2 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen Kontrol (kiri) dengan Kelompok Keempat 50% Kaolin (kanan) dalam Perbesaran

150x………. 36

Gambar 4.3 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen Kontrol (kiri) dengan Kelompok Keempat 50% Kaolin (kanan) dalam Perbesaran

500x………...………... 36

Gambar 4.4 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen Kontrol (kiri) dengan Kelompok Keempat 50% Kaolin (kanan) dalam Perbesaran

2500x………... 37

Gambar 4.5 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen Kontrol (kiri) dengan Kelompok Keempat 50% Kaolin (kanan) dalam Perbesaran

(9)

xv

DAFTAR GRAFIK

No Teks Halaman

Grafik 4.2 Hasil Rata-Rata Nilai Kekerasan Empat Kelompok setelah Micro-vickers

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

Lampiran 1 Percobaan Pendahuluan……… 44

Lampiran 2 Hasil Uji Kekerasan……… 46

(11)

46 LAMPIRAN 1

PENELITIAN PENDAHULUAN

Latar Belakang:

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu berapa jumlah persen berat yang akan mempengaruhi nilai kekerasan resin akrilik, dan mengetahui metode mana yang dapat diaplikasikan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian pendahuluan dilakukan melalui proses trial and error.

Percobaan:

I. Percobaan pertama (lampiran 2 nomor 1 [Kontrol] dan 2 [Kitosan]) :

Percobaan dilakukan dengan menambahkan kitosan cair pada kelompok uji sebanyak 0,1 ml dalam inisiator yang berjumlah 0,1 ml untuk membasahi bubuk resin akrilik, lalu prosedur dilakukan seperti anjuran pabrik untuk mendapatkan spesimen akrilik. Hasil memperlihatkan nilai kekerasan tidak berbubah pada kelompok kontrol ataupun kelompok perlakuan.

II.Percobaan kedua (lampiran 2 nomor 3)

Percobaan dilakukan dengan menambahkan metakaolin bubuk sebesar 20% dan 40% kedalam resin akrilik dengan metode pengadukan secara manual menggunakan mortar dan alu, lalu dilakukan prosedur seperti anjuran pabrik untuk mendapatkan spesimen akrilik. Hasil memperlihatkan terdapat peningkatan kekerasan pada kelompok perlakuan terutama dengan konsentrasi 40% metakaolin.

Lalu dilakukan penambahan kitosan cair pada kelompok perlakuan (metakaolin 40%) sebagai coupling agent dengan harapan didapatkan peningkatan kekerasan yang signifikan, jumlah kitosan cair yang ditambahkan adalah 30% dan 60%, lalu saat dilakukan uji kekerasan terjadi penurunan nilai kekerasan.

III. Percobaan ketiga (lampiran 2 nomor 4 [metakaolin 30% + Zr 10%])

Percobaan dilakukan dengan tidak hanya menambahkan metakaolin tapi juga menambahkan zirkonia dengan tujuan untuk mendapatkan nilai kekerasan yang lebih baik, metode pencampuran masih dilakukan secara manual, setelah uji kekerasan hasil yang didaptkan tidak memperlihatkan peningkatan kekerasan.

IV. Percobaan keempat (lampiran 2 nomor 5-8)

Percobaan dilakukan mensimulasikan percobaan yang sebenarnya dengan 4 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol, 20% metakaolin, 40% metakaolin dan 60% metakaolin. Proses pencampuran dilakukan secara mekanis, lalu dilakukan uji kekerasan dan didapatkan peningkatan nilai kekerasan tetapi terlalu besar seperti percobaan sebelumnya, hal ini diduga karena perbedaan jenis akrilik yang digunakan.

(12)

47

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui metode homogenisasi yang lebih baik dari proses pencampuran secara manual, prosedur dilakukan dengan menggunakan alat ultrsonic homogenizer. Tabel pertama (40%k + 60%p) adalah kelompok perlakuan dimana bubuk metakaolin dan pmma digabungkan terlebih dahulu sebelum dilakukan prosedur homogensiasi, sedangkan tabel kedua (40%k) prosedur homogensisasi dilakukan terlebih dahulu pada bubuk metakaolin sebelum dilakukan homogenisasi dengan bubuk pmma. Hasil yang didapatkan setelah uji kekerasan adalah kelompok pertama (40% k + 60%p) memiliki nilai kekerasan lebih tinggi.

VI. Percobaan keenam (lampiran 2 nomor 10 [bukan metakaolin 40%])

Pada percobaan ini bahan pengisi yang ditambahkan bukan metakaolin melainkan kaolin. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh proses kalsinasi (pemanasan kaolin untuk menghasilkan metakaolin) kaolin terhadap kekerasan. Hasil uji kekerasan memperlihatkan komposit dengan bahan pengisi kaolin memiliki kekerasan yang lebih rendah dari kelompok dengan bahan pengisi metakaolin.

VII.Percobaan ketujuh (lampiran 2 nomor 11 [polimerisasi])

Pada percobaan terdapat dua kelompok berbeda dengan proses polimerisasi berbeda berdasarkam anjuran pabrik. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bentuk yang berbeda dengan rata-rata yang digunakan dalam gigi tiruan makan polimerisasi yang dianjurkan dari pabrik adalah jenis polimerisasi B dimana kuvet dimasukan kedalam air yang sedang dipanaskan lalu setelah mendidih, pemanas dimatikan dalam waktu 20 menit kemudian dipanaskan kembali 20 menit kemudian. Sedangkan kelompok lainnya diberi perlakuan polimerisasi A dimana kuvet dimasukan kedalam air mendidih, setelah air mendidih waktu baru dihitung sampai 20 menit, pengujian kekerasan menunjukan polimerisasi B menghasilkan nilai kekerasan yang lebih tinggi.

Kesimpulan:

(13)

48

LAMPIRAN 2

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

56

LAMPIRAN 3

HASIL ANALISIS STATISTIK

Spesimen pada penelitian ini berjumlah 20 yang terbagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 replikasi. Kelompok pertama adaalah kelompok kontrol, kelompok kedua adalah kelompok dengan jumlah persen berat bahan pengisi 20% kaolin, kelompok ketiga 35% kaolin dan kelompok keempat 50% kaolin. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Anova one-way karena variable bebas dikalsifikasi dengan satu cara. Tabel berikut ini menhelaskan mengenai rata-rata nilai kekerasan setiap spesimen masing-masing kelompok dari setiap perlakuan:

Tabel

Analisis Kekerasan Komposit 4 perlakuan (VHN)

Sampel Kontrol 20% 35% 50%

1 7.16 8.44 8.82 10.94

2 6.68 7.98 8.86 10.38

3 6.86 7.74 8.72 10.54

4 6.58 8.18 8.38 10.24

5 6.44 8.14 8.92 10.12

Data dari kekerasan setiap kelompok dilakukan pengambilan rata-rata kemudian diuji dengan metode uji ANOVA one-way untuk mengetahui apakah h1 diterima atau ditolak.

Uji Anova One Way

Rata-rata N Std. Dev Kel.

6.74400 5 0.2784 Kontrol

8.09600 5 0.2586 20%

8.74000 5 0.2140 35%

10.44400 5 0.3186 50%

8.50600 20 1.3876 Total

Sumber SS df MS F p-value

Treatment 35.4167 3 11.80557 161.92 3.52E-12

Error 1.1666 16 0.07291

(22)

57

Analisis post hoc (2-tail p-values for pairwise independent groups t-tests)

Kontrol 20% 35% 50%

6.74400 8.09600 8.74000 10.44400

Kontrol 6.74400

20% 8.09600 4.54E-05

35% 8.74000 1.38E-06 .0027

50% 10.44400 4.86E-08 1.31E-06 8.96E-06

(23)

58

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hernindya Dwifulqi

NRP : 0912004

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 09 Oktober 1991

Alamat : Komplek Mega Asri 2 Nomor B 11 Bandung

Riwayat Pendidikan :

- TK Yaqin Bandung (1996-1997)

- SD Angkasa 3 Bandung (1997-2003)

- SMPN 9 Bandung (2003-2006)

- SMAN 2 Bandung (2006-2009)

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Karies gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi pulpa dan abses pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan beberapa masalah diantaranya, hilangnya efisensi mastikasi, terganggunya estetik dan terganggunya fungsi bicara. Restorasi dibutuhkan untuk menjaga fungsi serta keutuhan struktur gigi, pada keadaan dimana terdapat kerusakan struktur gigi yang besar diindikasikan restorasi indirek. Restorasi indirek adalah restorasi yang dikerjakan tidak secara langsung di dalam rongga mulut untuk menggantikan kehilangan struktur gigi dengan berbagai cara diantaranya mahkota penuh, mahkota sebagian, inlay, onlay, jembatan dan veneer.1-5

Mahkota jaket diindikasikan saat terdapat kerusakan mahkota klinis dimana defeknya tidak dapat dikoreksi dengan restorasi direk. Bahan yang digunakan untuk membuat mahkota jaket adalah bahan logam dan bahan non-logam (porselen dan akrilik) atau kombinasi keduanya.6

(25)

2

Resin polymethylmethacrylate telah digunakan untuk pembuatan Acrylic Jacket Crown (AJC) untuk waktu yang lama. Keuntungan dari bahan ini adalah proses

pembuatan yang mudah dan tampilannya yang alami, tapi salah satu kerugiannya adalah rendahnya resistensi abrasi dikarenakan rendahnya nilai kekerasannya yang hanya sekitar 20 VHN. Rendahnya nilai kekerasan mengindikasikan bahan tersebut dapat dengan mudah tergores dan mengalami abrasi.6, 8-10

Bahan pengisi saat ini banyak dibuat dalam bentuk material komposit dimana telah teruji dan merupakan material utama dalam penggunaan polimer komersial. Salah satu alasan utama menggunakan bahan pengisi adalah untuk meningkatkan sifat mekanis dan resistensi abrasi. Mineral yang umum digunakan sebagai bahan pengisi diantaranya adalah almunium trihidrat, kalsium karbonat, kalsium sulfat, feldspar, dan kaolin. Kaolin adalah mineral yang paling sering digunakan sebagai bahan pengisi dalam bidang industri secara umum.11-14

Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O) kata sinonim dari china clay, bahan ini merupakan tanah liat yang paling murni, mendekati mineral tanah liat kaolinite yang ideal. Kaolinite adalah istilah yang tepat untuk struktur kristal tertentu yang berada pada sebuah material, china clay. Partikel kaolinite tidak mudah pecah dan lapisan kaolinite tidak dapat dengan mudah dipisahkan. Kaolinite bisa membentuk sebuah barrier yang tidak mudah terdegradasi.15, 16

(26)

3

bubuk pada high-impact akrilik juga pernah dilakukan dengan penggunaan zirconate coupling agent untuk meningkatkan beberapa sifat mekanis diantarnya

kekerasan, tetapi tetap tidak terdapat peningkatan kekerasan yang signifikan.17, 18

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah penambahan kaolin sebagai bahan pengisi pada resin PMMA dapat meningkatkan kekerasan komposit tersebut?

2. Berapa komposisi kaolin sebagai bahan pengisi yang paling baik ditambahkan pada resin PMMA untuk mendapatkan kekerasan komposit yang maksimal? 3. Apakah morfologi komposit dengan bahan pengisi kaolin memperlihatkan

gambaran distribusi partikel yang merata?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kaolin sebagai bahan pengisi terhadap kekerasan resin akrilik PMMA.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji ada tidaknya pengaruh penambahan kaolin sebagai bahan pengisi pada kekerasan resin PMMA

(27)

4

3. Mengetahui morfologi distribusi partikel bahan pengisi kaolin pada komposit dengan matriks PMMA.

1.4Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis yang akan diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi dengan menyumbangkan pengetahuan mengenai pengaruh penambahan kaolin sebagai bahan pengisi terhadap kekerasan komposit dengan matriks PMMA.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penambahan kaolin sebagai bahan pengisi pada komposit dengan matriks PMMA diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah kebutuhan masyarakat akan bahan restorasi gigi tiruan yang cukup murah dengan memanfaatkan bahan pengisi dari sumber alam indonesia yang melimpah.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

(28)

5

Bahan pengisi secara luas digunakan dalam produk-produk berbasis polimer untuk meningkatkan sifat mekanik dimana kombinasi secara fisik dua atau lebih bahan pengisi dari kategori bahan yang sama atau berbeda (salah satu diantaranya harus berupa polimer) untuk membentuk sebuah sistem dalam meningkatkan sifat dari komponen indiviual tanpa menghilangkan identitasnya disebut sebagai komposit polimer. Bahan pengisi mineral diantaranya adalah china clay yang disebut juga kaolin.19, 20

Kaolin banyak digunakan dalam bidang industri global seperti industri keramik, karet, plastik dan kertas. Kaolin di bidang kedokteran gigi digunakan sebagai salah satu bahan dasar porselen yang memberi sifat tidak bening (opak).14, 21 Umumnya kaolin yang dipergunakan dalam industri bahan pengisi plastik diproses terlebih dahulu dengan cara pembakaran (kalsinasi). Kaolin yang mengalami kalsinasi bertransformasi dari bentuk kristalin ke metakaolin yang mengandung partikel yang sangat keras dengan tepi yang kasar (amorf).Struktur yang amorf akan mempermudah pembentukan short-range order karena jarak ikatan silika dan alumina akan lebih mudah terlepas dari struktur dasarnya, sehingga mineral akan menjadi sangat reaktif.14, 22-24

Berdasarkan hal-hal tersebut hipotesis penilitian ini adalah kaolin sebagai bahan pengisi meningkatkan kekerasan dari resin PMMA.

1.6Metode Penelitian

(29)

6

Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan uji one way ANOVA dengan perangkat lunak SPSS, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 dan analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

(30)

41 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

1. Kaolin dapat digunakan sebagai bahan pengisi resin akrilik untuk meningkatkan kekerasannya dimana peningkatan kekerasan yang terjadi berbanding lurus dengan jumlah bahan pengisi yang ditambahkan.

2. Peningkatan kekerasan paling signifikan terdapat pada kelompok uji dengan persen berat bahan pengisi 50%.

3. Distribusi bahan pengisi terlihat homogen setelah dilakukan analisa foto SEM dari PMMA yang telah ditambahkan bahan pengisi kaolin.

5.2Saran

1. Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengatasi perubahan warna yang terjadi (keruh keabu-abuan) dan dilakukan uji degradasi partikel pada spesimen dengan penambahan kaolin sebagai bahan pengisi.

(31)

42 DAFTAR PUSTAKA

1. Jacobsen P. Restorative Dentistry: An Intergrated Spproach. 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing; 2008: 54, 55.

2. Rivas AMB. The Evolution of Social Hierarcy in Muisca Chiefdom of The Northen Andes of Colombia. Colombia; Instituto Colombiano de Antropologia e Historia; 2007: 43.

3. Smithson J, Newsome P, Reaney D. Direct or Indirect Restoration. International Dentistry African Edition. [serial online] 2011 Juni [cited 26 Desember 2012]; 1(1): 70. Available from: URL: http://www.moderndentistrymedia.com/

4. Sherwood IA. Essential of Operative Dentistry. New Delhi; Jaypee Brothers Medical Publisher: 2010: 130, 327.

5. Phinney DJ, Halstead JH. Delmar’s Dental Assisting a Comprehensive Approach. 2nd ed. New York; Delmar Learning: 2004: 532

6. Sorator SH. Essentials of Prosthodontics. New Delhi; Jaypee Brothers Medical Publisher: 2006: 173,179.

7. O’Brien WJ. Dental Materials and Their Selection. 3rd ed. Michigan; Quintessence; 2002: 42, 367.

8. McCabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th ed. Oxford; Blackweel Munksgaard: 2008: 119, 133-134.

9. Anusavice. Kenneth J. Philips’ Science of Dental Material. 11thed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2003: 43, 96, 97, 144, 145, 155, 730, 735.

10.Powers JM, Ronald LS. Craig’s Restorative Dental Materials. 11th ed. Missouri; Mosby; 2002: 636, 645, 652.

(32)

43

12.Harper CA, Petrie EM. Plastics Materials and Processes: A Concise Encyclopedia. New Jersey, Canada; John Wiley & Sons Inc: 2003: 192.

13.Katz HS, Milewski JV. Handbook of Fillers of Plastics. New York; Van Nostrand Reinhold; 1987: 144.

14.Harjanto S. Lempung, Zeolit, Dolomit dan Magnesit: Jenis, Sifat fisik, Cara Terjadi dan Penggunaannya. Jilid 2. Direktorat Sumberdaya Mineral; 2001: 37, 42, 45.

15.Hammer F, Hammer J. The Potter’s Dictionary of Material and Techniques. 5th ed. London; A&C Black Publishers: 2004: 199.

16.Miransa-Trevino JC, Coles CA. Kaolinite Properties, Structure and Influence of Metal Retention on pH. Elsevier; 2003: Applied Clay Science 23: 134.

17.Angela E. Sintesis dan Analisis Mikrostruktur Al2o3-SiO2-ZrO2 Berukuran Nano Sebagai Bahan Pengisi Restorasi Mahkota Jaket Resin Polymethylmethacrylate Heatcured Serta Uji Sifat Mekanisnya. Universitas Padjajaran Bandung: 2010: 92.

18.Ayad NM, Badawi MF, Fatah AA. Effect of Reinforcement of High-Impact Acrylic Reson with Zirconia on Some Physical and Mechanical Properties. Rev Clin Pesq Odontol; 2008: 4 (3): 145, 147.

19.Karak N. Fundamentals of Polymers Raw Materials to Finish Products. New Delhi, India; PHI Learning Private Limited: 2009: 58.

20.Saleh NJ, Mustafa SN. A Study of Some Mechanical, Thermal adn Physical Properties of Polymer Blend with Iraqi Kaolin Filler. Eng & Tech Journal; 2011; 29(11): 2115.

21.Martanto P. Teori dan Praktek: Ilmu Mahkota dan Jembatan: Fixed Partial Prosthodontics. Jilid 2. Penerbit Alumni Bandung; 1981: 61, 119.

(33)

44

23.Razie H. Studi Efek Penambahan Red Mud Sebanyak 5% dan 15% Berat pada Karakteristik Geopolimer Berbasis Metakaolin. Institut Teknologi Bandung; 2011: 48.

24.Xanthos M. Functional Filler Particle.2nd ed. Jerman;Willey-Vch; 2010: 247.

25.Martanto P. Teori dan Praktek: Ilmu Mahkota dan Jembatan: Fixed Partial Prosthodontics. Jilid 1. Penerbit Alumni Bandung; 1981: 4.

26.Shilingburg HT, Hobo S, Whitsett LD. Fundamentals of Fixed Prosthodontics. 3rd ed. Carol Stream; Quintessence:1997: 1.

27.Manappallil JJ. Basic Dental Materials. 2nd ed. New-Delhi, India: Jaypee; 2008: 362.

28.Roberson TM, Heyman HO, Swift JE. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 4th ed. Missori: Mosby; 2002: 136.

29.Noort RV. Introduction to Dental Materials. 2nd ed. London: Mosby; 2005: 8.

30.Pritchard. Novel and Traditional Fillers for Plastics. Shawbury,UK: Rapra Technology; 1999: 21.

31.Plesis HD. Fiberglass Boats: Construction Gel Coat Stressing Blistering Repair Maintenance.5th ed. London: Blackwell; 2010: 23.

32.Xie H, Golosinski TS. Mining Science and Technology ’99. Roterdam: 99’ ISMST; 1999: 277.

33.Heru H. Sintesis dan Karakterisasi Yttirum Stabilizeed Zirconia (YSZ) sebagai Dental Bridge Material. Universitas Institut Teknologi Bandung: 2010: 36.

34.Sibilia JP. Materials Characterization and Chemical Analysis. 2nd ed. New York: Wiley-Vch; 1996: 172.

35.Koleske JV. Paint and Testing Coating Manual. Philadelphia: ASTM; 1995: 810.

(34)

45

37.Reeves GM, Sims I, Ceipps JC. Clay Materials Use in Construction. Canada: Geological Society; 2006: 434.

38.Lee WE. Ceramic Microstructures. London, UK: Kluwer Academic; 1994: 255.

39.Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi, India: Jaypee: 259.

Gambar

Tabel Analisis  Kekerasan Komposit 4 perlakuan

Referensi

Dokumen terkait