• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, mempunyai tanaman obat yang sangat beragam, sehingga tradisi penggunaan tanaman obat sudah ada dari nenek moyang yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Secara umum yang dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan dari tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua atau pengalaman.

Umumnya masyarakat memanfaatkan bahan-bahan asal tanaman obat masih dalam keadaan segar, maupun yang sudah dikeringkan sehingga dapat disimpan lama yang disebut dengan simplisia (Agus & Jacob, 1992 dalam Mumpuni, 2004). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Lusia, 2006).

Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut disamping tidak menimbulkan efek samping, juga ramuan tumbuh-tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, dan mudah dibuat Proses pengolahan obat tradisional pada umumnya sangat sederhana, diantaranya ada yang diseduh dengan air, dibuat bubuk kemudian

(2)

dilarutkan dalam air, ada pula yang diambil sarinya; cara pengobatan pada umumnya dilakukan peroral (diminum) (Pudjarwoto et al, 1992).

Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Komponen aktif yang terdapat pada tanaman obat yang menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan (Lusia, 2006)

2.1.1 Tujuan Umum Obat Tradisonal

Katno dan Pramono (2010) menjelaskan obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Menurut UU No. 23 (1992) tentang kesehatan dalam Zein (2005) bahwa yang dimaksud obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahanberupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional berasal dari tanaman obat. Obat tradisional ini masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan dari masa ke masa mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang berkepanjangan (Katno dan Pramono, 2010).

(3)

Obat tradisional yang lebih populer disebut jamu merupakan kebutuhan pokok dalam memenuhi tuntutan kesehatan di samping obat-obat farmasi.

Kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama yang ada di Desa-desa menggunakan jamu sebagai penyembuhan dan perawatan kesehatanya bukan suatu hal yang asing lagi. Hal disebabkan karena jamu merupakan warisan nenek moyang kita yang sejak dahulu kala telah menggunakan jamu untuk perawatan dan pengobatan. Di samping itu juga bahan-bahan untuk pembuatan jamu relatif mudah diperoleh di lingkungan sekitar (Nugroho, 1995).

Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Pengobatan tradisional merupakan manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat dalam menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui peranannya oleh berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Nurwidodo, 2003). Purwanto (1999) menambahkan pengungkapan pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan ini sangat rnenguntungkan baik secara ekonomis maupun waktu. Kita dapat rnembayangkan berapa besarnya biaya dan lamanya penelitian untuk rnendapatkan senyawa kirnia baru bahan aktlf obat-obatan modern seandainya tanpa adanya pengetahuan tradisional ini.

2.1.2 Macam Obat Tradisonal Ditinjau Dari Pemakaiannya

Obat tradisional biasanya diolah dengan cara menyeduh, merebus, menumbuk atau menggerus berbagai simplisia. Sampai sekarang yang lazim digunakan terutama untuk jamu produk pabrik adalah dengan cara menyeduh.

(4)

Namun jamu seduhan seringkali tidak disukai oleh konsumen karena rasa dan baunya tidak enak serta rasanya pahit. Sejalan dengan perkembangan masyarakat modern, jaman serta tuntutan penggunaan sediaan jamu tantangan yang kian meningkat, menghadapi baik manfaat, keamanan,bentuk sediaan maupun terhadap mutunya, Selain itu dalam penggunaannya dituntut pula obat-obatan yang praktis penyajiannya, hemat waktu,berkualitas tinggi, memenuhi selera dan dengan efek samping yang sekecil mungkin (Anggadiredja, 1992).

Berdasarkan bentuknya, jamu Madura sebagai mana jamu yang dibuat di pulau Jawa dapat dikelompokkan menjadi lima macam jamu sebagai berikut Riswan dan Roemantyo (2002):

a. Jamu Segar

Jamu segar dibuat dari bahan-bahan tumbuhan yang masih segar tanpa melalui proses apapun, bahan alami yaitu berasal dari tumbuhan obat yang hanya diambil cairan perasan yang diambil dari bagian dari tumbuhan obat tersebut seperti daun, umbi, batang, buah dan lain-lainya dan kemudian ditambahkan air secukupnya dan selanjutnya dapat di konsumsi langsung.

b. Jamu Godokan

Dalam bahasa Jawa berarti di rebus. Dalam jamu godokan bahan-bahan jamu (tumbuh-tumbuhan) direbus dengan air, dan air hasil rebusan tersebut digunakan untuk mengobati penyakit. Bahan bakunya dapat berupa bahan kering ataupun bahan yang masih segar.

(5)

c. Jamu Seduhan

Seduahan berarti berbentuk powder atau bubuk. Bahan-bahan yang digunakan dalam jamu ini sebelumnya telah mengalami beberapa proses seperti pengeringan, penghancuran hingga penyaringan sehingga di dapatkan hasil sediaan jamu dalam bentuk bubuk halus. Dan selanjutnya dapat dikonsumsi langsung ataupun dikemas sedemikian rupa. Jenis jamu ini telah banyak dikembangkan oleh kalangan industri jamu karena bentuk sediaan yang praktis serta tahan lama dengan tidak mengurangi khasiat jamu tersebut.

d. Jamu Oles

Penggunaan jamu ini dilakukan dengan cara dioles pada tubuh bagian luar tubuh (tidak diminum). Bentuk jamu ini disebut pilis atau tapel.

Bentuk jamu ini seperti pasta atau koloid, dan biasanya dalam kondisi segar maupun kering. Pembuatan jamu ini tidak jauh berbeda seperi jamu seduh ataupun jamu segar akan tetapi cara penggunaanya cukup dengan dioleskan atau ditempelkan pada luar tubuh (kulit) yang terkena penyakit.

e. Jamu Dalam Bentuk Pil Tablet Dan Kapsul

Dalam upaya memenuhi selera konsumen saat ini, industri jamu telah membuat jamu dalam bentuk pil, tablet dan kapsul. Bentuk jamu ini sangat sederhana dan mudah untuk dikonsumsi seperti obat-obatan modern. Bahan jamu yang digunakan tetap menggunakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan akan tetapi proses pembutannya telah melalui

(6)

proses yang modern. Sehingga konsumen tidak merasa direpotkan untuk mengkonsumsinya.

2.1.3 Ketepatan Penggunaan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, bahan sediaan, sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan. Obat tradisional dari bahan tumbuhan menggunakan bagian-bagian tumbuhan seperti akar, rimpang, batang, buah, daun, dan bunga. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam penggunaan obat tradisional. Penelitian ditunjang dengan pengalaman empiris semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional (Sukmono,2009).

2.1.4 Ketepatan cara penggunaan

Suatu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung (Datura metel) jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan/mabuk. Selain itu, tanaman obat dan obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan tanaman obat dan obat tradisional tersebut. Contohnya, jamu pelancar datang bulan yang sering disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi terlahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi pada rahim, atau bahkan kematian.

(7)

2.2 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)

1.5.1 Klasifikasi Tumbuhan Sambiloto(Andrographis paniculata) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Scrophulariales Famili : Acanthaceae Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata (Tjitrosoepomo,2000) 1.5.2 Kandungan Kimia Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)

Daun sambiloto banyak mengandung senyawa Andrographolide, yang merupakan senyawa lakton diterpenoid bisiklik. Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid dan homoandrografolid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik dan damar.

Zat aktif andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat toksik) (Tjitrosoepomo, 2000).

Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian sambiloto Tjitrosoepomo(2000):

1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik pada Staphylococcus aurcus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli.

(8)

2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan infeksi. In vitro, air rebusannya merangsang daya fagositosis sel darah putih.

3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh pemberian vaksin yang menyebabkan panas.

4. Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan menghambat pertumbuhan trofosit plasenta.

5. Dari segi farmakologi, sambiloto mempunyai efek muskarinik pada pembuluh darah, efek pada jantung iskeniik, efek pada respirasi sel, sifat kholeretik, dan antibakteri.

6. Komponen aktifnya andrografolid, berkhasiat anti radang.

7. Pemberian rebusan daun sambiloto 40% sebanyak 20 milkg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah.

8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya dapat menurunkan suhu tubuh marmut yarrg dibuat demam.

9. Infus herba sambiloto mempunyai daya anti jamur terhadap Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, Candida albicans, dan Epidermophyton floccosum.

10. Fraksi etanol herba sambiloto mempunyai efek anti histaminergik.

Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan hambatan kontraksi ileum.

1.5.3 Manfaat Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)

Tanaman Sambiloto mempunyai banyak manfaat dan kegunaan, daunnya yang sangat pahit dibuat obat sakit demam dan obat menguatkan badan

(9)

seperti tonikum. Juga baik digunakan sebagai obat sakit perut atau dysentri dan typhus, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat untuk luka bekas gigitan ular.

Oleh sebab itu tanaman ini disebut Daun Ki ular atau Ki oray. Daunnya yang dikunyah bisa untuk menyembuhkan gatal-gatal pada kulit, dengan jalan membalurnya di atas kulit yang gatal atau luka(Widiarti, 1999).

Menurut Hutapae(1991) Sambiloto ini berkhasiat untuk mengatasi:

1. Hepatitis, infeksi saluran empedu

2. Disentri basiler, tifoid, diare

3. Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru (pnemonia), radang saluran napas (bronkitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi

4. Demam, malaria

5. Kencing nanah (gonore)

6. Kencing manis (DM)

7. TB Paru, batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma)

8. Darah tinggi (hipertensi)

9. Kusta (morbus hansen = lepra)

10. Leptospirosis

11. Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut

12. Kanker.

Sambiloto dapat berhasiat untuk Hepatitis, infeksi saluran empedu, diare, Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, radang paru

(10)

(pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma, batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), leptospirosis, darah tinggi (hipertensi), kusta (morbus hansen=lepra), keracunan jamur, singkong, makanan laut, Kanker, dan tumor ganas(Fauziah, 1999).

Secara turun-temurun, orang sudah menggunakan rebusan daun sambiloto untuk mencegah masuk angin atau influenza, menurunkan demam, sakit kuning, serta mengobati luka. Untuk mengobati luka, biasanya orang menumbuk daun sambiloto kering, dan menaburi luka atau korengnya dengan bubuk sambiloto.

Selain itu pahitnya sambiloto juga dipercaya manjur untuk meredakan kencing manis. Sambiloto merupakan herbal yang mempunyai efek anti-infeksi / anti radang paling baik diantara tanaman obat lainnya. Penyakit-penyakit infeksi terutama infeksi pada jaringan mucus atau lendir, seperti infeksi tenggorokan penyebab influenza, infeksi saluran kemih, keputihan pada wanita maupun infeksi pada koreng, bisa diobati dengan sambiloto(Medatama, 1991).

Daun kering seberat 5 gr, yang direbus bersama air 2 gelas sampai sisa 1 gelas untuk satu hari (diminum 3 x 1/3 gelas). Jika menggunakan daun segar, dosisnya adalah sekitar 30 lembar daun dengan cara yang sama seperti merebus daun kering. Dalam bentuk ekstrak, mengkonsumsi sampai dengan 1500 mg per hari masih dianggap aman. “Berdasarkan pengalaman saya, sambiloto dalam bentuk ekstrak ternyata terbukti lebih efektif mengatasi berbagai penyakit radang/infeksi” demikian dr Sidhajatra menambahkan(Medatama, 1991).

(11)

Namun mengingatkan bahwa penggunaan sambiloto untuk meredakan kencing manis, juga harus disertai dengan diet rendah karbohidrat dan gula.

Sangat positif mengenai sambiloto. Di padukan dengan herbal lain seperti temulawak, sambiloto jadi lebih efektif untuk mengobati penyakit saluran pernafasan bagian atas (ISPA). Sambiloto juga berfungsi sebagai imuno stimulator, dan obat herbal untuk penderita diabetes melitus, juga sebagai perangsang nafsu makan pada anak-anak(Medatama, 1991).

Manfaat sambiloto bagi manusia menurut Tunas (1999) adalah untuk mengobati penyakit :

1. Tipus: Petik 10-15 lembar daun sambiloto segar. Tambahkan air secukupnya dan rebus hingga mendidih. Untuk mengatasi rasa daun yang amat pahit, sewaktu meminum dapat dicampur dengan madu.

2. TBC paru-paru: Daun sambiloto segar dikeringkan, lalu digiling halus hingga menjadi bubuk. Setelah itu, ditambah sedikit madu dan dibuat bulatan-bulatan pil berdiameter sekitar 0,5 cm. Sebaliknya pil ini diminum dengan air matang 2-3 kali sehari. Sekali minum dapat 15-30 pil.

3. Batuk rejan atau pertusis: Tiga lembar daun sambiloto diseduh dengan air panas dan tambahkan sedikit madu. Minum larutan ini 3 kali sehari.

4. Kencing nanah: Petik 3 batang sambiloto berikut daun-daunnya.

Cuci bersih lalu rebuslah dengan 4 gelas air minum hingga tersisa 2,25 gelas saja. Dinginkan air terlebih dahulu, baru disaring. Jika

(12)

hendak diminum tambahkan madu seperlunya. Lakukan 3 kali sehari masing-masing 3/4 gelas.

5. Demam: Daun sambiloto segar ditempelkan ke badan atau dahi penderita.

6. Penambah nafsu makan: Siapkan daun sambiloto 10 helai. Selain itu, siapkan pula kulit dan batang tanamannya sebanyak 50 g. Bahan- bahan ini dicuci hingga bersih, kemudian rebus dengan 3000 cc air.

Airnya cukup diminum segelas sehari. Untuk menghilangkan rasa pahit dapat ditambahkan sedikit madu.

7. Hidung berlendir, sakit gigi: Sebanyal 9-15 g tanaman segar direbus dan lainnya diminum.

8. Obat tetes telinga: Tanaman segar dilumatkan dan diperas airnya.

Teteskan air tersebut ke telinga.

1.5.4 Morfologi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)

Sambiloto atau dikenal juga dengan sebutan Kalmegh, Kalafath, Kan- jang, Alui, Charita, Sambilata, Andrograpidis banyak ditemukan dan dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis Asia, Asia Tenggara dan India (Benoy et al., 2012). Tanaman sambiloto memiliki tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau tegak tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang

(13)

bunga 3 mm sampai 7 mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga bibir bentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning di bagian atasnya, bibir bunga bawah lebar, berwarna ungu.

Gamabar 2.1 Foto tanaman sambiloto (sumber dokumentasi pribadi)

Gambar 2.2 Morfologi tanaman sambiloto Keterangan:

1. Tanaman sambiloto

2. Bunga sambiloto yang berpigmentasi 3. Bunga sambiloto dengan warna ungu 4. Buah berbentuk jorong

(14)

Menurut Setiawan(1999)Syarat tumbuh dari tanaman sambiloto adalah:

a. Iklim

Ketinggian tempat : 1 m - 700 m di atas permukaan laut, Curah hujan tahunan : 2.000 mm - 3.000 mm/tahun, Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan. Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan - 7 bulan, Suhu udara : 250 C - 320 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang.

b. Tanah

Tekstur : berpasir, Drainase : baik, Kedalaman air tanah : 200 cm - 300 cm dari permukaan tanah, Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari permukaan tanah, Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,5, Kesuburan : sedang – tinggi.

1.5.5 Aktivitas Farmakologi Andrografolid

Andrografolid adalah komponen aktif yang diisolasi dari herba sambiloto dan dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan serta berperan dalam pencegahan proses inflamasi lebih lanjut (Azlan, et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, andrografolid memiliki beberapa aktivitas farmakologi. Ekstrak hidroalkohol mengandung komponen andrografolid, andrografsid dan neoandrografolid pada dosis 100 mg/kg berat badan yang diberikan secara intraperitoneal selama tujuh hari secara signifikan dapat meningkatkan komponen antioksidan seluler dan menurunkan proses peroksidasi lipid di hati yang merupakan indikator aktivitas antioksidan secara in vivo (Singh,

(15)

et al., 2001). Ekstrak metanol dari A. paniculata yang diberikan secara peroral pada tikus terbukti dapat menurunkan kadar MDA pada pemeriksaan sampel urine 24 jam (Akowuah, et al., 2008). Aktivitas lainnya kandungan dari herba sambiloto memiliki aktivitas lainnya sebagai aktivitas sebagai antihiperlipidemia, antihiperglikemi, hepatoprotektif, dan neuroprotektif (Thakur et al., 2014).

2.2.6 Kegunaan dan Bioaktivitas

Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees merupakan salah satu tanaman yang paling sering dalam sistem tradisional Unani dan obat-obatan Ayurveda (Akbar, 2011). Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), Andrographis paniculata sering digunakan sebagai ”cold property” untuk menurunkan panas (Kumar et al., 2012). Beberapa dari hasil penelitian secara empiris, ekstrak terpurifikasi Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees dan isolatnya (andrografolid) diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida dan LDL pada tikus yang diberi diet tinggi fruktosa dan lemak (Nugroho et al., 2012). Selain itu, pada penelitian in vitro andrografolid dilaporkan dapat meningkatkan degradasi protein iNOS sehingga mencegah inflamasi pada pembuluh darah dan mencegah pembentukan aterosklerosis (Azlan et al., 2013).

Gambar

Gambar 2.2 Morfologi tanaman sambiloto  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, jika masih dalam jangka waktu 30 hari, riwayat medis dapat dipergunakan dan apabila telah lebih dari 30 hari harus

Kurang lebih, demikian proses mengurus surat nikah secara umum. Di beberapa tempat mungkin ada beberapa aturan yang berbeda sedikit. Setelah proses mengurus

The robust hydro-thermal power system controller design with the ECS is proposed in order to improve system stability under wind power disturbance with 5% variation of

Dengan menggunakan input fetch efektif untuk masing-masing arah dan kecepatan angin tiap jam, maka dari hasil proses hindcasting didapat data gelombang terbesar untuk tiap

Berdasarkan isu, permasalahan yang terdapat di Kelurahan Tode Kisar diantaranya, adalah masih terjadinya degradasi terhadap terumbu karang, menurunnya hasil tangkapan, abrasi,

(7) Imum Mukim mengajukan Rancangan Peraturan Mukim tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Mukim tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan alasan perubahan

Pembahasan dalam penelitian ini Dibatasi hanya pada perkembangan bentuk dan tata ruang rumah Kampung Margasari dari sudut pandang pengembangan bentuk pada lingkungan sekitar

Umur masak genotipe yang diuji menunjukkan perbedaan di semua lokasi, kecuali di lokasi L3 (di bawah tegakan tanaman karet umur 3.5 tahun di Lampung Timur, dengan