• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put /PP/M.XIIIB/16/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put /PP/M.XIIIB/16/2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put- 86003/PP/M.XIIIB/16/2017 Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2013

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini koreksi negatif Pajak Masukan Masa Pajak September 2013 sebesar Rp77.612.594,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Terbanding

: bahwa Terbanding melakukan koreksi atas pengkreditan PPN Pemanfaatan BKP/JKP dari Luar Daerah Pabean yang SSP-nya diisi tidak sesuai dengan ketentuan dengan perincian sebagai berikut:

Nama Yang Menyerahkan JKP

Tanggal Setor

Nilai Keterangan

AAA 10/09/2013 54.408.183 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor

AAA 10/09/2013 23.204.411 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor 77.612.594

bahwa berdasarkan SSP tersebut diatas, diketahui bahwa Pada kolom "NPWP", "Nama WP" dan "Alamat WP" yang seharusnya NPWP diisi angka 0 kecuali kode KPP diisi kode KPP dari Pemohon Banding, nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, oleh Pemohon Banding diisi dengan nama PT BBB NPWP 0X.0X0.XXX.X-0XX.000 alamat: JI. QQQ No.XX, yang merupakan penerima BKP tidak berwujud/JKP dari Luar Daerah Pabean. Dan tidak ada nama&

NPWP penyetor;

bahwa berdasarkan PMK Nomor: 40/PMK.03/2010, Pasal 6 ayat (2) jo. SE147/PJ/2010 angka 8 bahwa sudah diatur pengisian kolom "Nama WP", dan "Alamat WP", Kolom "NPWP" dan kotak "Wajib Pajak/Penyetor";

bahwa berdasarkan SE-147/PJ/2010 Angka 9 disebutkan bahwa : Dalam hal pengisian Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean oleh Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 tersebut, maka pembayaran PPN tersebut tidak dapat dikreditkan;

bahwa alasan Pemohon Banding bahwa Pemohon Banding secara patuh telah membayar ke kas negara, menurut Terbanding tidak relevan karena koreksi Terbanding adalah terkait juga Kepatuhan Administrasi Wajib Pajak dalam melaksanakan ketentuan peraturan perpajakan agar SSP tersebut dapat dikreditkan;

bahwa dengan tidak mengurangi independensi Majelis Hakim, sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus sengketa ini, Terbanding sampaikan Putusan Pengadilan Pajak sebagai berikut:

1) bahwa Nomor Putusan 43260/PP/M.I/16/2013 dengan Putusan tetap mempertahankan koreksi, dengan pendapat Majelis sebagai berikut:

bahwa kesalahan penulisan Nama dan NPWP pada Surat Setoran Pajak Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negeri yang dilakukan oleh Pemohon Banding mengakibatkan Surat Setoran Pajak tersebut cacat, sehingga tidak dapat dikreditkan;

bahwa kesalahan penulisan NPWP dan Nama dalam Faktur Pajak Standar (dalam hal ini berupa Surat Setoran Pajak) dapat menimbulkan ketidakjelasan pihak mana yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak.

Seharusnya Pemohon Banding dapat menerbitkan Faktur Pajak Pengganti untuk memperbaiki Faktur Pajak yang cacat tersebut karena tindakan tersebut dilakukan oleh dan sepenuhnya berada dibawah kendali Pemohon Banding, namun Pemohon Banding tidak melakukan upaya ini;

2) bahwa Nomor Putusan 52722/PP/M.IIB/16/2014 dengan Putusan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, dengan pendapat berbeda (Dissenting Opinion) dari anggota Majelis secara garis besar sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding melakukan kesalahan dalam penulisan nama Wajib Pajak yang menyerahkan BKP/JKP dari luar daerah pabean pada SSP a quo, sehingga dikategorikan sebagai Faktur Pajak Standar yang cacat dan tidak dapat dikreditkan;

bahwa sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) huruf (d) Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 159/PJ/2006 ditetapkan:"Atas Faktur Pajak Standar yang salah dalam penulisan, Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak Pengganti";

bahwa berdasarkan aturan tersebut saya berpendapat, SSP yang diterbitkan Pemohon Banding diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu harus diisi secara lengkap, jelas dan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang PPN a quo;

bahwa sesuai dengan bukti pemindahbukuan dari Pemohon Banding masih mengandung kesalahan nama dan NPWP, yakni yang tercantum dalam bukti Pbk adalah Pemohon Banding (PT CCC Indonesia) dengan NPWP 0X.0XX.XXX.X-0XX.000 yang seharusnya atas nama DDD Co.

Ltd dengan NPWP 00.000.000.0-0XX.000 dan EEE Corp dengan NPWP 00.000.000.0-0XX.000 selaku pihak yang menyerahkan BKP/JKP dari luar daerah pabean;

bahwa menurut saya, oleh karena bukti pemindahbukuan masih terdapat kesalahan penulisan nama dan NPWP, Pemohon Banding sebagai penerbit Faktur Pajak Standar (SSP) seharusnya dapat menerbitkan Faktur Pajak Standar (SSP) Pengganti;

bahwa Pemohon Banding ternyata tidak menerbitkan Faktur Pajak (SSP) Pengganti, tetapi mengajukan pemindahbukuan yang kedua kalinya dan ditolak oleh Terbanding dengan alasan tidak terdapat SOP dan SSP asli yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar sudah di Cap TelahDipindahbukukan. Saya berpendapat penolakan Terbanding tersebut sudah benar karena Pemohon Banding tidak menunjukkan Faktur Pajak Standar (SSP) Pengganti;

bahwa dari uraian tersebut di atas, saya berpendapat sepanjang tidak diterbitkan Faktur Pajak Standar (SSP) Pengganti atas Pajak Masukan sebesar Rp 59.577.770,00 tidak dapat dikreditkan, sehingga koreksi Terbanding sebesar Rp 59.577.770,00 tetap dipertahankan;

bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka cara pengisian SSP yang dilakukan Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 tersebut, maka pembayaran PPN tersebut tidak dapat dikreditkan;

bahwa keputusan Terbanding telah benar dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku;

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dimohon kepada Majelis Hakim untuk menolak banding Pemohon Banding dan mempertahankan koreksi Terbanding;

bahwa dalam persidangan Terbanding memberikan penjelasan secara lisan sebagai berikut :

bahwa Pemohon Banding telah menyetorkan PPN dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) melalui kantor pos dan telah mendapatkan 16 digit Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN) namun pembayaran PPN ini tidak diakui Terbanding yang berakibat pembayaran PPN tersebut tidak dapat dikreditkan sesuai dengan SE-147/PJ/2010 Angka 9, hal ini dikarenakan ada kesalahan mengisi Nama WP, NPWP, alamat, tidak ada nama dan NPWP Penyetor, sehingga terdapat PPN Kurang Bayar sebesar Rp77.612.594,00;

bahwa dengan dikoreksinya PPN Masukan dengan nilai Rp77.612.594,00 maka berarti Pemohon Banding harus membayar lagi PPN senilai Rp77.612.594,00 ditambah sanksi kenaikan 100%;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put- 86003/PP/M.XIIIB/16/2017

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Pemohon: bahwa terdapat koreksi pajak masukan atas PPN Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan PPN Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean sebesar Rp.77.612.594;

No Nama Penjual BKP Tidak Berwujud/Pemberi JKP

NPWP Tanggal

Bayar SSP

PPN Keterangan

1 BBB Co.Ltd. 00.000.000.0- 000.000

10-Sep-13 54.408.183 PPN JKP LN ROYALTY 2 BBB Co.Ltd. 00.000.000.0-

000.000

10-Sep-13 23.204.411 PPN JKP

LNCOMMISSION 77.612.594

bahwa Pemohon banding keberatan dan berpendapat bahwa atas koreksi Pajak Masukan Impor atas Pembayaran Royalty dan Komisi sebesar Rp77.612.594,00 secara material Pemohon Banding telah menyetor PPN tersebut dengan SSP;

bahwa dengan demikian, PPN Masukan sebesar Rp77.612.594,00 dapat dikreditkan, karena telah Pemohon Banding setor dan Pemohon Banding tidak merugikan Negara;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor tanggal 19 Desember 2016 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut

a. Aspek Material

bahwa Pemohon Banding telah menyetorkan PPN dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) melalui kantor pos dan telah mendapatkan 16 digit Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN);

bahwa 16 digit NTPN ini menunjukkan bahwa SSP ini merupakan bukti pembayaran yang sah sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak yang berbunyi sebagai berikut:

1. Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak.

2. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

3. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila telah palidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).

b. Aspek Keadilan Pajak Masukan atas Pemanfaatan Jasa Luar Negeri

bahwa Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai memiliki tujuan seperti yang tercantum dalam Penjelasan Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN), sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan Nilai;

3. Mengurangi biaya kepatuhan;

4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak;

5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak Pertambahan Nilai;

6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan ekonomi;

bahwa salah satu prinsip perpajakan yang dianut secara universal adalah keadilan, sebagaimana telah ditegaskan juga oleh Penjelasan Undang-Undang PPN di atas, akan tetapi apa yang terjadi dalam kasus sengketa ini terdapat fakta yang bertentangan dengan Penjelasan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai di atas yaitu:

bahwa Pemohon Banding secara patuh telah membayar PPN ke Kas Negara, namun pembayaran PPN ini tidak diakui oleh Terbanding, sehingga terdapat PPN Kurang Bayar sebesar Rp77.612.594,00 (belum termasuk sanksi kenaikan 100%) dalam SKPKB PPN Nomor 00052/207/13/052/14 tanggal 20 Nopember 2014 Masa Pajak September 2013;

bahwa dengan dikoreksinya PPN Masukan dengan nilai Rp77.612.594,00 maka berarti Pemohon Banding harus membayar lagi PPN senilai Rp77.612.594,00 ditambah sanksi kenaikan 100% sebesar Rp77.612.594,00 sebagaimana dinyatakan dalam SKPKB PPN Masa Pajak September 2013. Dengan demikian, Pemohon Banding membayar PPN sebanyak 3 (tiga) kali untuk objek pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan JKP luar negeri yang sama;

bahwa pembayaran PPN yang telah Pemohon Banding lakukan sudah pasti tidak mengganggu penerimaan PPN Negara;

bahwa Pemohon Banding tidak mendapatkan keadilan karena Pemohon Banding telah membayar PPN ke Kas Negara, namun pembayaran PPN ini tidak diakui oleh Terbanding;

Proses Pemeriksaan

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor LAP-673/VVPJ.07/KP/0205/2014 tanggal 14 Nopember 2014 pemeriksa melakukan koreksi pajak masukan sebesar Rp77.612.594,00 atas SSP JLN.

Pemeriksa melakukan koreksi atas pengkreditan PPN Pemanfaatan BKP/JKP dari Luar Daerah yang SSP yang SSP-nya diisi tidak sesuai dengan ketentuan

Nama Yang Menyerahkan JKP

Tanggal Setor

Nilai Keterangan

AAA 10/09/2013 54.408.183 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor

AAA 10/09/2013 23.204.411 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor 77.612.594

Dasar Hukum

Proses Keberatan

bahwa pada proses keberatan Terbanding menolak keberatan Pemohon Banding dan tetap mempertahankan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00052/207/13/052/14, tanggal 20 Nopember 2014 Masa Pajak September 2013;

Pasal 9 (2) Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama Pasal 9 (9) UU PPN No.42 Tahun 2009

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan PajakKeluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

Peraturan Menteri Keuangan No.PMK-40/PMK.03/2010

Tentang Tata Cara Penghitungan, Pemungutan,Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dan/Atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean Pasal 6 ayat (2)

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-147/PJ/2010

Tentang Penjelasan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penghitungan,Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dan/Atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding pada sidang ke 4 pada hari Selasa tanggal 20 Desember 2016 menerima koreksi yang dilakukan oleh Terbanding sehingga sudah tida ada lagi sengketa Pajak Masukan Masa Pajak September 2013 sebesar Rp77.612.594,00;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put- 86003/PP/M.XIIIB/16/2017

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa sengketa banding ini terkait Koreksi pajak masukan atas PPN Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan PPN Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean sebesar Rp.77.612.594,00;

bahwa menurut Terbanding SSP-nya diisi tidak sesuai dengan ketentuan dimana Pada kolom "NPWP",

"Nama WP" dan "Alamat WP" yang seharusnya NPWP diisi angka 0 kecuali kode KPP diisi kode KPP dari Pemohon Banding, nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, oleh Pemohon Banding diisi dengan nama PT BBB, yang merupakan penerima BKP tidak berwujud/JKP dari Luar Daerah Pabean. Dan tidak ada nama & NPWP penyetor;

bahwa perincian SPPnya adalah sebagai berikut:

Nama Yang Menyerahkan JKP

Tanggal Setor

Nilai Keterangan

AAA 10/09/2013 54.408.183 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor

AAA 10/09/2013 23.204.411 Salah mengisi Nama

WP, NPWP, alamat, tidak ada nama &

NPWP Penyetor 77.612.594

bahwa dalam sengketa banding ini antara Terbanding dengan Pemohon Banding berbeda pendapat mengenai pembayaran PPN, yaitu menurut Terbanding pembayaran atas PPN Jasa Luar Negeri sesuai bukti sebanyak 2 lembar SSP senilai Rp.77.612.594,00 tidak dapat dikreditkan, karena Pemohon Banding dalam mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) tidak sesuai dengan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No.

40/PMK.03/2010 dan penjelasannya yaitu Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-147/P1/2010 angka 8 dan angka 9 yaitu:

1) Pada kolom "Nama WP" dan "Alamat WP" diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, melainkan diisi dengan Nama dan Alamat Pemohon Banding sendiri.

2) Pada kolom "NPWP" diisi dengan angka 0 (nol), kecuali kode Kantor Pelayanan Pajak diisi dengan kode Kantor Pelayanan Pajak dari pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak, melainkan diisi dengan NPWP Wajib Pajak sendiri (PT BBB).

3) Pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan tanpa Nomor Pokok Wajib Pajak pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak;

sedangkan menurut Pemohon Banding karena kedua SSP sudah dibayar termasuk dalam dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak, sudah disetor dan dilaporkan pada SPT Masa, maka seharusnya pajak masukannya dapat dikreditkan sehingga hak Pemohon Banding atas pembayaran pajak ke kas negara tidak hilang;

bahwa Majelis akan meneliti apakah pajak masukan atas pembayaran PPN yang sudah disetor ke kas negara dan dilaporkan pada SPT Masa tidak boleh dikreditkan dapat dibenarkan?

bahwa berdasarkan Pasal 3A ayat (3) Undang-undang No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN) sebagaimana diubah dengan Undang- undang No.42 Tahun 2009 ditetapkan orang pribadi atau badan yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan pajak pertambahan nilai yang terutang yang perhitungan dan tatacaranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.40/PMK.03/2010 tentang tatacara perhitungan, pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean, pasal 2 ditetapkan: PPN dikenakan atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean; Pasal 6 ayat (1) disebutkan: PPN yang terutang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, wajib dipungut dan disetorkan ke kas negara melalui kantor pos atau bank persepsi dengan menggunakan SSP; dan ayat (2) diatur Surat Setoran Pajak (SSP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan SSP sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tatacara perpajakan dengan ketentuan pengisian sebagai berikut:

1) Pada kolom "Nama WP" dan "Alamat WP" diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean,

2) Pada kolom "NPWP" diisi dengan angka 0 (nol), kecuali kode Kantor Pelayanan Pajak diisi dengan kode Kantor Pelayanan Pajak dari pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak,

3) Pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan tanpa Nomor Pokok Wajib Pajak pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak bahwa mengenai status SSP, sebagaimana dimasud dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-undang No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana diubah dengan Undang-undang No.42 Tahun 2009 ditetapkan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak;

bahwa sesuai dengan pasal 1 huruf (J) peraturan Direktur Jenderal Pajak No.10/PJ/2010 tanggal 9 Maret 2010 tentang dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak, ditetapkan bahwa dokumen yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak adalah SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean.

bahwa Pasal 4 disebutkan dokumen tertentu sebagai dokumen dalam pasal 1 huruf (I) dan huruf (J) dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

bahwa dokumen tertentu (SSP) yang dipersamakan dengan faktur pajak harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) huruf a dan b Undang- Undang No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana diubah dengan Undang-undang No.42 Tahun 2009, ditetapkan: dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan Jasa kena pajak yang paling sedikit memuat, antara lain:

a. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak;

b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak;

bahwa faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan, dalam pasal 9 ayat (8) huruf (f) UU a quo, ditetapkan pengkreditan pajak masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk perolehan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan nomor pokok wajib pajak pembeli barang kena pajak atau jasa kena pajak;

bahwa pajak masukan untuk pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf g Undang-undang a quo, dinyatakan: pengkreditan pajak masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diperlakukan bagi pengeluaran untuk pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6):

bahwa dari ketentuan tersebut Majelis berkesimpulan bagi wajib pajak yang memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daerah pabean wajib memungut PPN, menyetorkan dan melaporkan dengan menggunakan formulir SSP, PPN yang dilakukan pembayaran disetorkan ke kas negara melalui kantor pos atau Bank Persepsi. Kedudukan SSP tersebut dipersamakan dengan faktur pajak yang dapat digunakan sebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukan, maka SSP harus diisi minimal memuat antara lain: Nama , alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan jasa kena pajak; dan Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak penerima jasa kena pajak;

bahwa menurut Terbanding maupun Pemohon Banding sepakat atas SSP sebanyak 3 (tiga) lembar senilai Rp.77.612.594,00 untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean telah disetorkan ke kas negara dan dilaporkan pada SPT Masa PPN;

bahwa dalam persidangan Majelis meneliti dokumen pendukung yang disampaikan oleh para pihak berupa 2 (dua) lembar SSP, terbukti dalam pengisian SSP a quo nama, alamat dan NPWP yang seharusnya diisi dengan atas nama pihak yang memberi jasa dari luar daerah pabean melainkan diisi dengan atas nama Pemohon Banding sendiri sebagai penerima/memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Sehingga Terbanding tidak dapat menentukan dokumen tertentu (SSP) tersebut kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak;

bahwa dari uraian dan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis berpendapat walaupun terdapat kekeliruan/salah mencantumkan nama, alamat dan NPWP dalam SSP, namun sebagai Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN oleh Pemohon Banding telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga tidak terdapat PPN terutang yang belum dipungut maupun belum disetorkan dan dilaporkan;

bahwa Majelis memahami, jika PPN atas pembayaran pemanfaatan jasa dari luar daerah pabean sudah dibayarkan menggunakan SSP namun pengisiannya belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga tidak dapat ditentukan kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak sebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukan. Demi keadilan dalam sengketa banding ini Majelis berkeyakinan dan sesuai dengan azas subtance over form bahwa kekeliruan/salah dalam pengisian SSP disebabkan oleh ketidakcermatan Pemohon Banding, (CULPA). Dengan demikian koreksi Terbanding atas pajak masukan masa pajak September 2013 sebesar Rp.77.612.594,00 oleh Majelis tidak dipertahankan;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put- 86003/PP/M.XIIIB/16/2017

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa Tarif Pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa adalah sebagai berikut :

Uraian sengketa Nilai sengketa Dipertahankan Majelis

Tidak dapat Dipertahankan Majelis

Pajak Masukan Rp.77.612.594,00 - Rp.77.612.594,00

bahwa dengan demikian perhitungan Pajak Masukan menjadi sebagai berikut:

Pajak Masukan menurut Terbanding Koreksi Tidak dipertahankan Pajak Masukan menurut Majelis

Rp1.974.842.885,00 Rp 77.612.594,00 Rp2.052.455.479,00

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruh banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini,

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-426/WPJ.07/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Masa Pajak September 2013 Nomor 00052/207/13/052/14 tanggal 20 November 2014, atas nama PT XXX, dengan perhitungan sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:

- Ekspor

- Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri

- Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN

- Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut - Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN

- Jumlah

Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri

Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Jumlah perhitungan PPN Kurang / (Lebih) Bayar

Rp 9.053.213.038,00 Rp 9.291.610.189,00 Rp - Rp - Rp - Rp 18.344.823.227,00 Rp 929.161.022,00 Rp 2.052.455.479,00 (Rp ( 1.123.294.457,00)

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Selasa tanggal 17 Januari 2017 Majelis XIIIB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:

Drs. ABC, S.H., M.PKN DEF, S.H., M,M.

GHI, AK dengan dibantu oleh JKL, S.E., M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2017 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Pemohon Banding maupun Terbanding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.010/2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah berupa Kendaraan

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.05/2013 tentang Mekanisme Pengawasan terhadap Pemotongan/Pemungutan dan Penyetoran Pajak

Penelitian ini membahas pendekatan fuzzy time series Markov chain untuk menganalisis data linguistik atau data time series sampel kecil diusulkan supaya keakuratan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 620/PMK.03/2004 TENTANG JENIS BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN

5,0 8,3 8,3 6,7 13,3.. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit

bahwa sesuai ketentuan Pasal 14 ayat (7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tata cara pembayaran Pajak Penghasilan

Taman kota tidak hanya harus tersedia dalam jumlah yang memadai yang sebanding dengan kebutuhannya, tetapi juga dirancang sesuai dengan peruntukan dan fungsinya dan

Bali Gendis dalam mempromosikan produk teh bunga rosela adalah dengan menggunakan metode personal selling (penjualan perorangan) dan informasi dari mulut ke mulut