• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musik populer yang pertama di Indonesia adalah kroncong. Musik itu muncul sebagai musik populer pada awal tahun-tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Musik populer yang pertama di Indonesia adalah kroncong. Musik itu muncul sebagai musik populer pada awal tahun-tahun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 ZAMAN KOLONIAL 3.1.1 Kroncong

Musik populer yang pertama di Indonesia adalah kroncong.

Musik itu muncul sebagai musik populer pada awal tahun-tahun 1900-an. ��ebelumnya sudah ada yang disebut��ebelumnya sudah ada yang disebut kroncong, tetapi pada waktu itu belum musik populer dalam pengertian yang kami berikan dalam buku ini.)� �ekarang�seratus tahun kemudian�� �ekarang�seratus tahun kemudian��

kroncong masih tetap dikenal dalam musik populer Indonesia, walaupun banyak bergeser dari kroncong gaya lama. �ampai seka- rang masih terdengar satu dua lagu yang menggunakan istilah kroncong dalam judulnya, seperti Kroncong Morisko �atau Moretsko, Moresko, dan lain sebagainya)�, atau Kroncong Kemayoran. Istilah kroncong dalam judul ini mengandung makna bahwa lagu tersebut memakai struktur yang �dahulu)� lazim untuk kebanyakan lagu kroncong, dan �dahulu)� dikenal sebagai struktur “kroncong” saja.

�ekarang, setelah beberapa jenis kroncong lain muncul, struktur tersebut kemudian dikenal sebagai struktur “kroncong asli.”

Bab 3

MUSIK POPULER DI INDONESIA SEBELUM 1960

Oleh PhILIP YAMPOLSKY

(2)

Dewasa ini, istilah kroncong umumnya bukan lagi merujuk pada segolongan lagu dengan struktur “kroncong asli,” melainkan pada suatu jenis ensambel dan suatu gaya permainan khas. Alat- alat musik standar dalam ensambel kroncong sekarang adalah biola, gitar, dua alat dawai �teknisnya: lut)� petik yang lebih ke- cil daripada gitar �misalnya satu mandolin dan satu ukulele)�, dan selo petik �gaya permainannya agak meniru ritme dan suara ken- dang)�. Flute �suling Barat dari logam)� adakalanya ditambahkan, dan biasanya ada penyanyi. Kadang-kadang alat-alat ini diganti atau ditambah dengan keyboard atau synthesizer.

Banyak lagu-lagu sekarang�yang sebetulnya bukan “kron- cong asli”� boleh pula dimainkan dengan “gaya kroncong.” Ciri khas gaya kroncong adalah permainan dari kedua alat dawai kecil

�misalnya mandolin dan ukulele)�, yang saling mengisi secara kait- mengait. Permainan ini sering disebut cak-cuk: seolah yang satu main cak dan yang lain menjawab cuk. �elain cak-cuk, ciri yang juga sering terasa khas gaya kroncong adalah “selo kendang.”

Mengenai lagu-lagu yang dimainkan dengan ensambel kro- ncong atau dengan gaya kroncong, dahulu dan sekarang, akan diuraikan kemudian.

3.1.1.1 Sebelum abad ke-20 Pengaruh Eropa

Riwayat kroncong panjang sekali. Mulai dengan kedatangan kapal-kapal Portugis di kepulauan Nusantara pada abad ke-16 untuk mencari rempah-rempah dan barang lain untuk diperda- gangkan ke Eropa. Diperkirakan pada kapal-kapal ini para pelaut membawa serta alat musik untuk menghibur diri mereka sela- ma dalam perjalanan. Di antaranya alat dawai �lut)� kecil sejenis ukulele, dengan senar empat. Alat inilah yang di kemudian hari disebut kroncong di Indonesia. �Barangkali istilah tersebut untuk menirukan gaya permainan dan bunyi khas alat itu.)� �elain alat musik, para pelaut itu diperkirakan membawa serta pula bebera- pa melodi Portugis dalam benaknya, yang dimainkan atau diiri- ngi dengan alat dawai itu. �esampainya di Nusantara, beberapa�esampainya di Nusantara, beberapa pelaut itu kebanyakan orang Afrika dan India �daripada orang Portugis tulen)� yang sengaja atau terpaksa ikut kapal Portugis, le- bih memilih menetap di sini daripada melaut lagi.

(3)

Pada awal abad ke-17 masuk pendatang baru dari bebera- pa daerah di India dan Afrika yang sebelumnya pernah dikuasai Portugis, tetapi kemudian direbut Belanda. Kebanyakan dari pen- datang ini juga bukan orang Portugis tulen, melainkan peranakan Portugis dan bekas budak yang telah dibebaskan oleh Portugis.

Karena itu mereka disebut Mardijkers. Para Mardijkers ini seha- ri-hari menggunakan bahasa Portugis dan membawa serta bebe- rapa unsur budaya yang agaknya berasal dari budaya Portugis, termasuk lagu-lagu dan alat musik. Kebanyakan para Mardijkers ini menetap di dua kota, yaitu Batavia dan Ambon. Dan selama abad ke-17 dan ke-18, bukan hanya bahasa Belanda, bahasa Me- layu, dan bahasa-bahasa lokal yang bisa didengar di kedua kota itu, melainkan juga bahasa Portugis.

Akibat kawin campur dengan golongan-golongan lain, lama- kelamaan orang yang mempertahankan unsur-unsur kebudayaan Portugis mulai lenyap sebagai golongan tersendiri. �ejak awal abad ke-19, bahasa Portugis malah tidak terdengar lagi di kota Batavia dan Ambon sebagai bahasa sehari-hari. �ekalipun demi- kian, sampai sekarang masih terdapat jejak-jejak budaya Portugis di Indonesia: beberapa nama keluarga �Michiels, Quiko, dan lain- lain)�, dan beberapa istilah Portugis yang telah masuk bahasa Indo- nesia �lemari, sepatu, bangku, boneka, Sabtu, Minggu, dan lain-lain)�.

Dan satu lagi: alat-alat dan lagu-lagu yang dibawa oleh pelaut dan Mardijkers itu masih terdengar dalam konteks musik kroncong, walau dengan banyak perubahan.

�ekalipun demikian, bukan hanya orang Portugis dan awak kapalnya saja yang pernah membawa alat-alat musik dan lagu Eropa ke Nusantara. Alat yang disebut kroncong barangkali me- mang pertama kali dibawa oleh kapal-kapal Portugis, tetapi alat lain seperti biola dan gitar barangkali pertama kali dibawa oleh pendatang dari Inggris, �panyol, dan, tentu saja, Belanda. Mung- kin tidak perlu bersusah payah menentukan dari negara mana biola atau gitar pertama kali sampai di Nusantara; yang penting alat tersebut sudah lama menetap di sini dan sudah menjadi “alat

1 Bandingkan istilahBandingkan istilah merdeka dalam bahasa Indonesia.

 Persisnya bahasa Portugis yang dalam hal gramatik sudah berubah menjadi Portugis Kreol.

(4)

musik Indonesia.” �emua alat dan lagu tersebut sudah lama ber- baur dalam kebudayaan kota maritim di Hindia Belanda, teruta- ma di Batavia dan Ambon.

Kroncong Tugu

�ejak abad ke-17, banyak Mardijkers dan keturunannya me- netap di Desa Tugu, sekarang termasuk Jakarta Utara. Di Desa Tugu itu, sampai sekarang para penghuni masih mengenal sua- tu tradisi musikal yang mereka sebut sebagai “kroncong Tugu”.

Dalam tradisi itu, terdapat beberapa lagu dengan kata-kata dalam bahasa Portugis �di antaranya lagu Nina Bobo dan Kafrinyo)�. Di Tugu, lagu-lagu ini dinyanyikan dengan iringan sebuah ensambel yang terdiri dari biola, bas, selo, beberapa gitar, dua alat dawai petik �kroncong)�, dan sebuah rebana. Kita tidak bisa menyimpul- kan bahwa musik yang dimainkan di Tugu sekarang persis sama dengan musik yang dimainkan para Mardijkers tiga ratus tahun yang lalu. Dalam proses transmisi �penerusan)� dari generasi keDalam proses transmisi �penerusan)� dari generasi ke generasi pasti telah terjadi perubahan. Kemungkinan besar, lagu- lagu dengan kata-kata Portugis itu memang berasal dari zaman dulu, saat budaya Portugis masih dikenal di Batavia. Dan instru- mentasi ensambel itu mungkin mengandung unsur yang dahulu dipakai pula untuk mengiringi lagu-lagu itu�terutama alat kron- cong sendiri dan rebana, dan barangkali biola juga. Tetapi alat-alat lain, seperti gitar, selo, dan bas merupakan tambahan yang lebih baru. Jadi, meski tradisi kroncong Tugu agaknya mengandung be- berapa unsur yang bertahan dari “zaman Portugis” tiga atau em- pat abad yang lalu, namun ada pula unsur-unsur yang lebih baru yang akhirnya menyatu dengan unsur Portugis.

3.1.1.2 Kroncong pada awal abad ke-20 di Batavia3

Musik rakyat perkotaan

Dari tulisan-tulisan di surat kabar Batavia pada tahun-tahun 1880-an, kita tahu bahwa pada waktu itu sudah ada satu jenis musik

 Fokus tulisan ini lebih dititikberatkan pada perkembangan kroncong di Batavia, karena belum banyak informasi mengenai perkembangan kroncong di Ambon atau di kota-kota lain.

(5)

�bukan sekedar nama alat�)� yang disebut kroncong. Jenis musik itu dimainkan oleh pemain “Eurasia” atau “Indo” �campuran Indo- nesia dan Eropa)� pada pesta perkawinan dan kegiatan hiburan lain­­n­­ya. Juga ada tulisan­­ ken­­an­­g-ken­­an­­gan­­ dan­­ otobiografi dari masa 1900-190 yang menceritakan bahwa di kampung-kampung Batavia remaja laki-laki suka berjalan-jalan pada malam hari di kampung sambil menyanyikan lagu kroncong untuk merayu ga- dis. Dalam tulisan itu, laki-laki ini kadang-kadang dijuluki “buaya kroncong.”

Musik kroncong pada zaman itu bisa dianggap sebagai se- buah musik rakyat perkotaan. Arti “musik rakyat” di sini adalah musik yang menjadi milik umum�siapapun berani dan sanggup menyanyikan atau memainkannya, bukan hanya spesialis atau profesional saja. Berbeda dengan musik populer �menurut penger- tian kami dalam buku ini)�. Pada musik populer sekarang, pemain dan penyanyi yang dihargai biasanya yang profesional, atau “bin- tang” yang lebih “istimewa”�lebih kaya, lebih glamor�dari pa- da sembarangan orang. �ementara pada zaman itu, belum ada bin- tang kroncong, dan musiknya pun tidak sulit dimainkan, sehingga musisi profesional tidak perlu. Alatnya juga sederhana�minimal ada satu alat kroncong �ukulele)� atau gitar. Dan biasanya hanya satu atau dua melodi/lagu saja yang dipakai, jadi semua orang hapal betul melodi lagunya. Dan nyaris semua orang hapal bebe-Dan nyaris semua orang hapal bebe- rapa bait yang bisa dinyanyikan dengan melodi-melodi itu. Ar- tinya kalau ada beberapa orang sedang bernyanyi lagu kroncong, orang lain�temannya, tetangganya, atau orang yang hanya kebe- tulan lewat�bisa saja ikut bernyanyi dan mungkin juga akan ber- main kroncong atau gitar atau rebana.

Dasar musik kroncong�pada waktu itu dan seterusnya�

dari segi peralatan, tangga nada, dan harmoni �akor)�, adalah musik Barat. Dalam kroncong tidak terdapat tangga nada khas Indonesia seperti slendro dan pelog Jawa/Bali; juga tidak terdapat alat musik seperti gong atau kendang dua-sisi atau alat bambu atau metalo- fon berbilah. Belakangan, memang muncul beberapa nuansa yang

 Kecuali dalam langgam Jawa, yang akan dibicarakan nanti. Langgam Jawa merupakan suatu gaya musik yang dengan sengaja mengimpor unsur dari karawitan Jawa untuk dimainkan pada alat-alat ensambel kroncong.

(6)

berbau Indonesia, misalnya teknik kait-mengait cak-cuk, dan selo yang meniru suara kendang, tetapi dasar melodi, harmoni, dan instrumentasinya tetap musik Barat. Tetapi, kenyataan iniTetapi, kenyataan ini tidak bermakna bahwa musik kroncong bukan musik Indonesia� �emua budaya jelas bisa saja meminjam unsur-unsur dari budaya lain.

Jadi, sekalipun dasar-dasar musik kroncong berasal dari Barat, na- mun lagu dan gaya kroncong sebagai keseluruhan tidak dikenal di Barat. Kroncong merupakan suatu perkembangan unik yang ter- jadi di Indonesia, dari unsur yang berasal dari luar.

Syair dan pantun

Lirik lagu untuk kroncong pada zaman itu ada dua macam:

syair �waktu itu, ejaannya sair)� dan pantun. Keduanya memiliki bentuk bait yang disebut kwatrin �bahasa Inggris: quatrain)�, yaitu bait yang terdiri dari empat baris. �etiap baris biasanya terdiri dari 8-1 suku kata. Pada syair, setiap baris dalam suatu bait diakhiri dengan bunyi yang sama:

Diri nona umpama kembang, Dan saya yang jadi kumbang.

Pergi datang saya yang terbang, Ibarat pohon saya jadi cabang.

Dalam contoh ini, semua baris diakhiri dengan bunyi ang.

�edangkan pada pantun, baris pertama dan ketiga berakhir dengan bunyi x dan baris kedua dan keempat berakhir dengan bunyi y:

Dari mana datangnya lintah?

Dari sawah turun ke kali.

Dari mana datangnya cinta?

Dari mata turun ke hati.

Dalam contoh ini, baris pertama dan ketiga berakhir dengan bunyi a, dan baris kedua dan keempat berakhir dengan bunyi i. �ecara abstrak, pola ini bisa disebut pola xyxy atau abab.

 Dalam sastra Melayu, Minangkabau, dan lain sebagainya, terdapat pantun dengan lebih dari empat baris, tetapi pantun yang dinyanyikan untuk kroncong selalu berbaris empat saja.

(7)

Perbedaan lain berkaitan dengan isi liriknya. �yair sering mengandung satu ide yang mulai pada baris pertama dan berakhir pada baris keempat. Oleh sebab itu, syair sangat cocok dirangkai- kan untuk membawakan suatu cerita. Di bawah ini ada bagian awal cerita dalam sebuah syair, yang bercerita mengenai kunjung- an suatu rombongan teater �Komedi Bangsawan)� ke Batavia pada tahun 190.6 �Bahasanya berdasarkan bahasa sehari-hari zaman itu, bukan bahasa resmi. Di sini kami hanya mengubah ejaan lama yang menggunakan oe, tj, dan sebagainya.)�

Keramaian di Betawi tiada berwaktu, Bulan Augustus tersebut tentu,

Seribu sembilan ratus lima tahunnya itu, Komedi Bangsawan datang di situ.

Alamat Bangsawan Komedi Opera Semarang-Surabaya punya negara, Masukin rekest di kantor bicara, Tuan Ass.-Resident ijinken suda kentara.

Memberi ijin bermain pasti,

Di Mangga Besar tempat yang musti.

Urusken tempatnya sampe teliti, Buat komedi bermain nanti....

Bentuk syair juga cocok untuk sindir-menyindir, dan dahulu sindiran memang sering dinyanyikan dengan lagu kroncong:

Kalu ada nona Bekasi, Janda tidak punya laki, Mau ditegor masi sangsi, Takut si nona nanti memaki.

Pantun menggunakan pola bait yang berbeda dengan syair.

Pada umumnya baris pertama dan kedua dalam pantun menyata-

6 Dikutip dari Sair Opera Bangsawan Semarang—Soerabaja: sair tjerita jang amat bagoes dan anéh dan betoel soeda kedjadian di Betawi koetika tahon 905. Terka- rang oleh Merk Tek Liong & Co. Batavia: Kho Tjeng Bie, 191.

7 Dikutip dari: Dikutip dari: Sair orang moeda dan roepa-roepa sindiran. Batavia: Kwee

�eng Tjoan [tanpa tahun].

(8)

kan sesuatu yang agak umum, tanpa merujuk ke pengalaman atau perasaan pribadi, sedangkan baris ketiga dan keempat seolah men- ceritakan suatu riwayat atau emosi atau hasrat si penyanyi sen- diri. �Kami mengatakan “seolah” karena sering bukan penyanyi sendiri yang menciptakan pantunnya�)� Pasangan baris pertama biasanya disebut sampiran �gantungan)�, dan pasangan kedua dise- but isi. Di bawah ini ada beberapa contoh pantun:Di bawah ini ada beberapa contoh pantun:

Di mana bulan, di mana bintang, Di mana tempat lah matahari;

Di mana pulang di mana tinggal, Di mana tempat saya yang cari.

Anjing belang bernama Si Dayung, Kena ditembak pangkal giginya;

Hati di dalam merasa terayun, Ibarat ombak banting dirinya.

Nona-nona naik sepeda, Kebetulan liwat di Tongkangan, Kita berdua sama muda, Minta jadi satu pasangan.

Apa hubungan antara sampiran dan isi? �ering ada debat�ering ada debat mengenai hal ini. Ada peneliti yang mencari-cari hubungan artiAda peneliti yang mencari-cari hubungan arti antara kedua pasangan baris. �ementara ada juga �termasuk kami)�

yang merasa bahwa keduanya tidak harus ada hubungan arti �wa- laupun kadang-kadang memang ada)�, yang penting harus ada hubungan bunyi. Bunyi terakhir pada baris satu dan dua masing- masing diulangi dengan urutan yang sama pada baris tiga dan empat, sehingga pasangan pertama hanya merupakan suatu per- siapan dalam bunyi �biasanya, bukan dalam arti)� untuk pasangan kedua.

Yang perlu diingat adalah bahwa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-0 kemampuan berkesenian lewat pantun dan syair

8 Pantun ini dan yang sebelumnya dikutip dari: A. Th. Manusama, Pantun ini dan yang sebelumnya dikutip dari: A. Th. Manusama,Manusama, Krontjong als muziekinstrument, als melodie en als gezang. Batavia: G. Kolff & Co., 1919.

9 Dikutip dari: Dikutip dari: Sair orang moeda dan roepa-roepa sindiran �lihat catatan 7)�.

(9)

sangat lazim. �aman itu, kalau ada yang menyanyikan sebuah�aman itu, kalau ada yang menyanyikan sebuah bait yang ditujukan kepada kita, kita akan merasa malu kalau ti- dak mampu membalas. Atau kalau ada nyanyian tanpa ditujukan kepada siapa-siapa tetapi gilirannya berpindah-pindah, kita juga akan malu kalau tidak bisa mengangkat suara pada saat giliran kita tiba. Jadi kita harus mempunyai perbendaharaan pantun dan syair di luar kepala yang kelak bisa kita nyanyikan. Untuk meme- nuhi kebutuhan itu, tersedia buku-buku yang laris terjual di kota pada zaman itu, yaitu kumpulan pantun dan syair dengan judul seperti: Sair Nona Bujang; Sair Orang Muda dan Rupa-rupa Sindir- an; Pantun dan Sair “Dimana Saya Misti Cari”; dan Sair dan Pan- tun Kroncong Terang Bulan serta Sair Sindir-menyindir Nona Manis.

Kumpulan-kumpulan ini dibeli bukan hanya sebagai bacaan dan hiburan, melainkan supaya si pembaca bisa menambah cadangan bait yang dihapal.

Pada masa itu, untuk menyanyikan kroncong biasanya tidak ada aturan susunan bait yang harus diikuti. Artinya seorang pe-

Gambar 3.1a, b, c, d: Buku kumpulan syair dan pantun pada awal abad ke-20 di Batavia

(10)

nyanyi bebas memilih satu bait dari perbendaharaan yang dihapal- nya, kemudian memilih yang lain untuk bait berikutnya, lalu dilanjutkan bait yang lain lagi. Hubungan topik atau isi antara baitHubungan topik atau isi antara bait pertama, kedua, dan ketiga tidak harus ada.10 Kalau keesokan hari si penyanyi itu bernyanyi lagi, yang akan keluar barangkali bait- bait lain lagi, atau bait yang sama tetapi dengan urutan berbeda.

�yair dan pantun untuk kroncong dipilih �atau bisa juga dicipta- kan)� seketika oleh penyanyi�lain dengan lagu pop atau dangdut sekarang, di mana penyanyi dituntut untuk mulai dengan bait A kemudian bait B dan seterusnya.

Kuplet

�atu pantun biasanya dinyanyikan dengan kata-kata ulang- an dan juga frasa-frasa sisipan dari luar pantunnya, seperti nona manis, sayang disayang, dan sebagainya. Ulangan dan sisipan iniUlangan dan sisipan ini membuat teks pantun makin panjang sehingga tidak bisa selesai dalam satu putaran melodi kroncong. �ebuah pantun biasanya me- merlukan dua kali putaran melodi. Tetapi separuh pantun masih kurang panjang untuk mengisi satu putaran melodi. Oleh sebab itu, setiap putaran melodi biasanya mengandung separuh pantun

�dua dari empat baris)� ditambah dengan sebuah kuplet �sepasang baris)� lagi yang lepas dari pantun dan dinyanyikan tanpa sisipan dan ulangan. Misalnya, setelah paruh pertama pantun, kupletMisalnya, setelah paruh pertama pantun, kuplet berikut ini dinyanyikan:

Kue pancong warnanya putih Lagu keroncong rusakin ati.

�Ingatlah, pantunnya sama sekali tidak ada hubungan dengan kue pancong� Kata “pancong” barangkali dipilih justru karena ada per- samaan bunyi dengan “kroncong.”)�

Kemudian, sesudah paruh kedua pantun, kuplet berikut di- nyanyikan, sebagai jawaban dari kuplet pertama:

10 Ada pengecualian jika ada dua pemain yang berbalas pantun atau Ada pengecualian jika ada dua pemain yang berbalas pantun atau syair. Dalam situasi demikian, penyanyi B akan berusaha menjawab penyanyi A, menangkis ide atau sindiran yang diluncurkan oleh penyanyi A.

Gambar

Gambar	3.1a,	b,	c,	d:	Buku	kumpulan	syair	dan	pantun	 pada	awal	abad	ke-20	di	Batavia

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan untuk menganalisis pengaruh pencucian membran dan menentukan tegangan optimum pada proses elektrodialisis dalam pengolahan air payau menjadi air tawar dilihat dari

Dari temuan diatas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tertinggi diraih oleh bank syariah yang merupakan anak perusahaan dari pemerintah yaitu BSM adapun dua

Pada 11 Januari 2012, perseroan telah meraih utang US$ 1 miliar untuk akuisisi 51% saham Borneo Bumi Energi & Metal Pte Ltd, dan 49% saham Bumi Borneo Resources Pte Ltd dari

Pada saat bakufu mulai mengalami krisis ekonomi sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat, kebijakan Sankin Kotai dan upacara ritual yang menghamburkan uang negara

Simbol digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur yang tercantum di dalam peta. Simbol unsur-unsur peta rupa bumi skala 1:250.000 disajikan dalam Lampiran A. 1) Jika tidak

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan

temperatur tuang yang ditunjukan pada gambar 8, dapat dilihat pada temperatur tuang 650 o C menghasilkan kekasaran permukaan produk coran yang paling rendah

pengaplikasian Pupuk Organik Cair (POC) Bonggol Pisang dan sistem Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamn Kacng Hijau (Vigna radiata L. Willczek)