• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA KABUPATEN NUNUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA KABUPATEN NUNUKAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Article history: ©2022 at http://jfmr.ub.ac.id Diterima / Received 24 January 2022

Disetujui / Accepted 21 March 2022

KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA KABUPATEN NUNUKAN

Kurniawana*, Maxi Sondakha,, Cancy Alexianaa, Melina Maharani Wijayaa

aSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bulungan Tarakan, Jl Gunung Amal, Tarakan, Indonesia

*Koresponden penulis: Mahakaryakurniawanamir@gmail.com

Abstrak

Pembangunan daerah dan strategi bisnis yang berkelanjutan di sektor produksi komoditas perikanan menjadi kompleks dan kompetitif antar daerah dan pelaku usaha. Memahami kondisi dan potensi komoditas unggulan serta kehidupan ekonomi pekerja di sektor perikanan merupakan hal yang mendasar. Selanjutnya, sebagai dasar untuk mengembangkan dan mengintegrasikan kebijakan yang membantu pekerja sektor perikanan meningkatkan produksinya, yang mayoritas merupakan komoditas ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan sektor perikanan di Kabupaten Nunukan untuk memberikan informasi kepada pihak terkait dan investor yang berminat pada sektor tersebut. Kabupaten Nunukan adalah salah satu kabupaten yang strategis di provinsi Kalimantan Utara karena berada di wilayah perbatasan. Analisis data menggunakan Location Quotient dengan memanfaatkan data nilai produksi perikanan budidaya yang tersedia dari statistik Kalimantan Utara tahun 2018-2019. Hasil analisis menjelaskan bahwa komoditas unggulan sektor perikanan di kabupaten Nunukan adalah rumput laut (SLQ 2,31), ikan nila (SLQ 2,63), dan ikan mas (SLQ 3,38). Komoditas dengan nilai produksi terbesar adalah rumput laut. Tahun 2019 jumlah rumah tangga perikanan budidaya tercatat 3.885 rumah tangga perikanan. Data produksi komoditas Gurame, Kakap, dan Karapu tidak tersedia.

Kata Kunci: Komoditas Perikanan Budidaya, Location Quotient, Kabupaten Nunukan Abstract

The development of border areas and sustainable business strategies in the fishery commodity production sector has become complex and competitive between regions and business actors. Understanding the condition and potential of leading commodities and the economic life of workers in the fishery sector is fundamental. Furthermore, as a basis for developing and integrating policies that help fishery sector workers increase their production, the majority of which are export commodities. This study aims to identify the leading commodities of the fisheries sector in Nunukan Regency to provide information to related parties and investor who are interested in the sector. Nunukan Regency is one of the strategic districts in North Kalimantan province because it is located in the border area. Data analysis using Location Quotient by utilizing data on the value of aquaculture production data available from statistics North Kalimantan for 2018- 2019. The results of the analysis explain that the leading commodities of the fisheries sector in Nunukan regency are seaweed (SLQ 2,31), tilapia (SLQ 2,63), and carp (SLQ 3,38). The commodity with the largest production value is seaweed. In 2019, the number of aquaculture households was recorded at 3,885 fishery households. Production data for Carp, Snapper fish, and Groper Fish are not available.

Keywords: Aquaculture Commodity, Location Quotient, Nunukan Regency

PENDAHULUAN

Pembangunan daerah dan strategi bisnis berkelanjutan di masa setelah pandemi Covid- 19 di sektor produksi komoditas perikanan menjadi kompleks dan kompetitif antar daerah dan pelaku usaha. Komoditas perikanan yang menjadi unggulan di suatu daerah perlu mendapat dorongan besar (bigh push) dari

pemerintah pusat dan daerah. Dorongan besar (bigh push) tersebut berupa kebijakan yang membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga perikanan budidaya. Kondisi tersebut di tandai dengan meningkatnya jumlah produksi perikanan bedidaya.

Kabupaten Nunukan adalah kabupaten yang terletak antara 115°33’ sampai dengan 118°03’ Bujur Timur dan 3°15’00” sampai

(2)

dengan 4°24’55” Lintang Utara merupakan wilayah paling utara dari Kalimantan Utara.

Posisinya yang berada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia menjadikan Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang strategis dalam peta lalu lintas antar negara. Wilayah Kabupaten Nunukan di sebelah Utara langsung dengan Negara Malaysia Timur-Sabah, sebelah Timur dengan Laut Sulawesi, sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau, sebelah Barat langsung dengan Negara Malaysia Timur-Serawak.

Kabupaten yang berdiri pada tahun 1999 ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bulungan dengan luas wilayah 14.247,50 km2.

Gambar 1. Peta administrasi kabupaten Nunukan (BPS, 2021)

Berdasarkan data [1] total kontribusi sektor perikanan di kabupaten Nunukan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) senilai Rp721.223,48 juta yang terdiri dari perikanan tangkap senilai Rp207.249,03 juta dan perikanan budidaya senilai Rp513.974,45 juta. Perikanan tangkap diklasifikasikan atas penangkapan ikan di laut dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan budidaya diklasifikasikan atas jenis budidaya yaitu

budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, dan sawah.

Kontribusi sektor perikanan budidaya terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten Nunukan menjelaskan potensi yang perlu mendapat dorongan besar (bigh push) dari pemerintah pusat dan daera.

Selanjutnya, nilai produksi perikanan budidaya tersebut menjelaskan permintaan yang cukup tinggi sehingga menarik investor untuk berinvestasi terutama beberapa komoditas yang bisa di ekspor. Meningkatnya produksi komoditas perikanan budidaya otomatis berdampak baik pada pertumbuhan

ekonomi kabupaten Nunukan.

Mengidentifikasi komoditas perikanan budidaya yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif selanjutnya perlu dilakukan sebagai dasar membuat kebijakan untuk mendorong produktifitas rumah tangga perikanan budidaya. Menurut [8] tipologi wilayah kabupaten Nunukan adalah daerah berkembang cepat dan mengalami transformasi struktural. Tipologi wilayah tersebut membantu dalam pembangunan suatu daerah.

Pertumbuhan sektor perikanan budidaya terkonsentrasi spasial di suatu daerah karena kedekatan geografi yang membantu pelaku usaha lebih kompetitif untuk menghasilkan limpahan inovasi. Daerah yang bisa menjadi spesialisasi pengembangan sektor perikanan budidaya yang memiliki potensi lebih cepat berkembang (agglomeration theory).

Sebaliknya, pengembangan komoditas yang beragam di suatu daerah mendorong lebih banyak limpahan inovasi karena perusahaan menerima ide-ide baru dan lebih baik dari perusahaan yang bekerja di banyak komoditas yang berbeda (externalities theory).

Tabel 1. Nilai produksi perikanan budidaya tahun 2019 menurut komoditas utama (ribu rupiah)

Komoditas Malina u

Bulunga

n Tana Tidung Nunukan Tarakan Kaltara

Gurame - - - -

Patin 3.575.60

0 312.400 328.650 2.115 36.855 4.255.620

Lele 359.700 1.190.000 - 249.415 1 069.065 2.868.180

(3)

Nila 434.455 146.200 118.755 1.373.645 20.670 2.093.725

Ikan Mas - 18.750 15.435 183.200 100 217.485

Kakap - - - -

Bandeng - 17.343.000 55.223.280 10.911.280 247.068 83.724.628 Rumput

Laut - - - 452.339.06

8

333.602.60

6 785.941.673

Karapu - - - - -

Udang - 338.861.60

0

791.353.68

0 48.906.103 1.783.540 1.180.904.92 3 Ikan

Lainnya - 2.950.800 20.265 9.752 836.000 3.816.817

Sumber: BPS, 2021

Berdasarkan Tabel 1 kabupaten Nunukan berpotensi menjadi pusat pertumbuhan (growth pole) produksi beberapa komoditas perikanan budidaya yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Industri penopang produksi perikanan budidaya di kabupaten Nunukan akan mengalami pertumbuhan pada akhirnya. Pusat pertumbuhan berawal dari fakta bahwa pertumbuhan tidak terjadi di berbagai daerah dalam waktu yang sama, tetapi hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas berbeda.

Kegiatan ekonomi di suatu daerah cenderung beraglomerasi pada daerah tertentu yang memiliki keunggulan lokal (growth pole theory).

Permasalahan peningkatan ekonomi wilayah perbatasan berbasis sektor kelautan dan perikanan di kabupaten Nunukan, yaitu:

(1) produktivitas perikanan tangkap dan budidaya yang rendah; (2) lemahnya peran kelembagaan ekonomi; (3) pasokan BBM tidak lancar dan mahal harganya; (4) maraknya illegal fishing; (5) ketergantungan perekonomian terhadap negara luar; (6) dukungan penyediaan input produksi berupa benih dan pakan yang kurang dan (7) kurangnya frekuensi angkutan laut [6].

Kabupaten Nunukan dapat mengembangkan ikan nila [4].

Pengembangan budidaya rumput laut di kabupaten Nunukan cukup berkembang dengan pusat kawasan pengembangannya di kecamatan Nunukan Selatan. [10].

Karakteristik dimensi ekologi perairan kabupaten Nunukan sangat cocok untuk area

budidaya rumput laut khusus untuk jenis Eucheuma sp [7]. Usaha penangkapan ikan dan budidaya rumput laut yang terdapat di kabupaten Nunukan berkembang menurut kelompok masyarakat dengan etnis tertentu.

Pada budidaya rumput laut, usaha ini dimaksudkan juga untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan di desa asalnya bahkan menampung TKI yang di deportasi dari daerah Tawau Malaysia. Perilaku bisnis yang dilakukan nelayan dan pembudidaya rumput laut adalah untuk menjamin agar usaha penangkapan ikan dan budi daya rumput laut dapat berkelanjutan serta skala usahanya dapat ditingkatkan. Upaya tersebut dilakukan dengan selektif oleh pelaku usaha [11]. Pengembangan usaha budidaya rumput laut di Pulau Sebatik layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Diperlukan dukungan pemerintah dalam kebijakan pemasaran, perkembangan teknologi, mengadakan bibit varietas baru, mengoptimalkan ketersediaan tenaga kerja terampil, dan ketersediaan lahan [12].

Memahami komoditas unggulan perikanan budidaya di kabupaten Nunukan penting untuk investor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan perikanan budidaya di kabupaten Nunukan.

Informasi tersebut bermanfaat untuk menjelaskan komoditas unggulan perikanan budidaya yang menjadi spesialiasi dan despesialiasi kepada pemerintah sebagai dasar dalam mengembangkan dan mengintegrasikan kebijakan yang membantu rumah tangga sektor perikanan budidaya meningkatkan produksi

(4)

secara berkelanjutan. Selanjutnya memberikan informasi kepada investor yang tertarik berinvestasi.

METODE

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Nunukan yang mencakup 19 kecamatan, 8 kelurahan, dan 232 desa. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Kalimantan Utara tahun 2018-2019 berdasarkan ketersediaan data saat penelitian dilakukan. Data yang digunakan adalah nilai produksi perikanan budidaya. Perikanan budidaya dipilih karena lebih berkelanjutan dari perikanan tangkap. Data statistik perikanan merupakan data sekunder yang bersumber dari direktorat jenderal perikanan tangkap dan direktorat jenderal budidaya kementerian kelautan dan perikanan.

Metode analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis location quotient. Tujuan dari analisis deskriptif adalah menelaah data nilai produksi perikanan budidaya, jumlah produksi perikanan budidaya, subsektor perikanan budidaya, dan jumlah rumah tangga perikanan budidaya.

Menurut [9] indeks location quotient (LQ) merupakan ukuran yang digunakan untuk mengukur sektor dan subsektor unggulan (komoditas). Secara sederhana, indeks LQ yang juga dikenal sebagai indeks static location quotient (SLQ).

Menurut [3] komoditas unggulan adalah komoditas suatu daerah yang memiliki permintaan dari dalam daerah dan ekspor.

Komoditas non unggulan adalah komoditas di suatu daerah yang memiliki pangsa pasar lokal.

Secara sederhana, SLQ diukur dengan formulasi sebagai berikut [1]:

𝑆𝐿𝑄 = 𝑞𝑖 𝑞𝑟 𝑄𝑖 𝑄𝑛

Keterangan:

qi : Produksi total komoditas perikanan budidaya i di kabupaten Nunukan

𝑞r : Produksi total komoditas perikanan budidaya di kabupaten Nunukan

Qi : Produksi total komoditas perikanan budidaya i di provinsi Kalimantan Utara Qn : Produksi total komoditas perikanan budidaya di provinsi Kalimantan Utara

Indikator penilaian.

1. SLQ > 1 : Komoditas perikanan budidaya i merupakan komoditas unggulan di kabupaten Nunukan

2. SLQ < 1 : Komoditas perikanan budidaya i tidak merupakan komoditas unggulan di kabupaten Nunukan

HASILDANPEMBAHASAN

Gambaran umum sektor perikanan budidaya di Kabupaten Nunukan

Berdasarkan data [1] tahun 2019 jumlah produksi perikanan budidaya di kabupaten Nunukan tercatat sebanyak 338.127,08 ton.

Produksi ikan mencakup semua hasil penangkapan/budidaya ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang ditangkap/dipanen dari sumber perikanan alami atau dari tempat pemeliharaan, baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan. Produksi yang dicatat tidak hanya yang dijual saja tetapi termasuk juga yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau yang diberikan kepada nelayan/pekerja sebagai upah. Tidak termasuk ikan yang diperoleh dalam rangka olah raga atau rekreasi, juga ikan yang dibuang kembali ke laut setelah ditangkap atau ikan yang dibuang karena terkena racun, pencemaran, atau penyakit.

Tabel 3. Produksi perikanan budidaya kabupaten Nunukan menurut jenis budidaya (ton).

Komoditas 2018 2019

Budidaya Laut 349.865.70 337.123.67

Tambak 914,84 962,00

Kolam 31,8 41.34.00

Keramba - -

Sawah - 1.50

Total 350.812,34 338.128,51 Sumber: BPS, 2021

(5)

Berdasarkan data Tabel 3 produksi perikanan budidaya kabupaten Nunukan menurut jenis budidaya mengalami penurunan.

Produksi komoditas perikanan budidaya terbesar adalah budidaya laut, tambak, dan kolam. Data prosuksi budidaya keramba tidak tersedia. Berdasarkan data [1] tahun 2019 nilai produksi perikanan budidaya di kabupaten Nunukan tercatat senilai Rp924.197.596 ribu rupiah. Nilai produksi adalah nilai pada waktu hasil penangkapan/budidaya didaratkan. Jadi harga yang digunakan adalah harga produsen.

Tabel 4. Nilai produksi perikanan budidaya kabupaten Nunukan menurut komoditas utama (ribu rupiah)

Komoditas 2018 2019

Gurame - -

Patin 6.868 2.115

Lele 177.707 249.415

Nila 611.503 1.373.645

Ikan Mas 11.457 183.200

Kakap - -

Bandeng 3.547.381 83.724.628 Rumput

Laut

784.788.83

5 785.941.673

Karapu - -

Udang 1.034.424 48.906.103 Ikan

Lainnya - 3.816.817

Total 790.178.17

5 924.197.596 Sumber: BPS, 2021

Berdasarkan data Tabel 4 nilai produksi perikanan budidaya kabupaten Nunukan menurut komoditas utama mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan nilai produksi mencakup seluruh komoditas. Komoditas dengan nilai produksi terbesar adalah rumput laut, udang, dan ikan bandeng. Data prosuksi komoditas Gurame dan Kakap tidak tersedia.

Nilai produksi komoditas yang mengalami penurunan adalah ikan Patin. Berdasarkan data [1] tahun 2019 rumah tangga perikanan budidaya tercatat 3.885 rumah tangga perikanan. Rumah tangga perikanan tangkap

adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan tujuan sebagian/seluruh hasilnya untuk dijual.

Tabel 5. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya menurut jenis budidaya di kabupaten Nunukan

Jenis 2018 2019 Budidaya Laut 2.551 2.696

Tambak 316 316

Kolam 540 813

Keramba - -

Sawah - 60

Sumber: BPS, 2021

Berdasarkan data Tabel 5 jumlah rumah tangga perikanan budidaya kabupaten Nunukan mengalami peningkatan. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya terbesar adalah budidaya laut, kolam, dan tambak. Data jumlah rumah tangga perikanan budidaya keramba tidak tersedia.

Hasil analisis

Hasil analisis data menggunakan static location quotient (SLQ) menjelaskan komoditas unggulan perikanan budidaya di kabupaten Nunukan berikut.

Tabel 6. Hasil perhitungan SLQ

Komoditas SLQ 2018 SLQ 2019

Gurame - -

Patin 0,01 0

Lele 0,29 0,35

Nila 1,28 2,63

Ikan Mas 0,21 3,38

Kakap - -

Bandeng 0,17 0,52

Rumput Laut 1,79 2,31

Kerapu - -

Udang 0 0,17

Ikan Lainnya - 0,01

Sumber: Hasil olah data

(6)

Tabel 6 tahun 2019 menjelaskan komoditas unggulan perikanan budidaya di kabupaten Nunukan adalah rumput laut, ikan Mas, dan ikan Nila. Indikator penilaian komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki SLQ > 1. Selanjutnya, indikator penilaian komoditas yang tidak unggulan adalah komoditas yang memiliki SLQ < 1. Komoditas perikanan budidaya di kabupaten Nunukan dengan nilai SLQ terbesar adalah ikan Mas (3,38). Komoditas perikanan budidaya di kabupaten Nunukan yang tidak unggulan adalah ikan Patin, ikan Lele, ikan Bandeng, dan Udang. Beberapa komoditas perikanan budidaya yang tidak memiliki data adalah ikan Karapu, ikan Kakap, dan ikan Gurame.

Komoditas utama perikanan budidaya di kabupaten Nunukan tahun 2019 dilengkapi dengan nilai SLQ ikan lainnya. Nilai SLQ pada tahun 2019 beberapa komoditas perikanan budidaya di kabupaten Nunukan mengalami peningkatan dari tahun 2018. Komoditas tersebut adalah rumput laut, ikan Mas, ikan Nila, ikan Lele, ikan Bandeng, dan Udang.

Berdasarkan SLQ tahun 2018 ikan Nila adalah komoditas yang berubah menjadi komoditas unggulan berdasarkan SLQ tahun 2019.

KESIMPULAN

Rumput laut (SLQ 2,31) menjadi spesialiasi komoditas perikanan budidaya kabupaten Nunukan. Nilai produksi rumput laut adalah yang terbesar. Beberapa komoditas perikanan budidaya menarik yang menjadi unggulan di kabupaten Nunukan adalah ikan Nila (SLQ 2,63), dan ikan mas (SLQ 3,38). Pemerintah dapat untuk fokus memberikan dorongan besar pengembangan komoditas unggulan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Investor dapat berinvestasi pada komoditas yang tumbuh cepat. Keterbatasan penelitian ini adalah data yang tersedia dari BPS Kalimantan Utara hanya 2 tahun.

UCAPANTERIMAKASIH

Terimakasih kepada keluarga atas dukungannya. Secara khusus, kepada ketua STIE Bulungan Tarakan yang telah banyak

memberikan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik. (2021). Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2021. Kabupaten Nunukan. Nunukan.

[2] Badan Pusat Statistik. (2021). Kalimantan Utara Dalam Angka 2021. Kalimantan Utara. Tanjung Selor.

[3] Bendavid-Val, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. (4th ed.). New York:

Praeger.

[4] Fattah, M., Purwanti, P., Susilo, E., Utama, T. N.,& Sofiati, D. (2021). Komoditas Unggulan Ikan Air Tawar Pulau Kalimantan. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), [S.l.], V. 5, No. 2, hal. 239-245.

[5] Kuncoro, M. (2010). Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik. Erlangga. Jakarta.

[6] Mira., Solihin, A., dan Tajerin. (2013).

Strategi peningkatan ekonomi wilayah perbatasan berbasis kelautan dan perikanan (Studi kasus di Nanusa, Natuna, dan Nunukan). Sosiokonsepsia Vol. 18, No. 03.

[7] Mustikasari, E., Ramdhan, M., Amry, S.

N., Heriati, A., Kadarwati, U. R., Yulius, Y.,Prihantono, J., Pryambodo, D. G.

(2019). Analisis karakteristik dimensi ekologi pulau-pulau kecil kabupaten nunukan, kalimantan utara. Jurnal Kelautan Nasional. Vol 14, No 1 .

[8] Pratiwi, M. C. Y., & Kuncoro, M. (2016).

Analisis Pusat Pertumbuhan dan Autokorelasi Spasial di Kalimantan:

Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000–2012. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 16 (2).

(7)

[9] Karyn Morrissey. (2014). A location quotient approach to producing regional production multipliers for the Irish economy. Papers in Regional Scienc.

[10] Radiarta, I, Y., Erlania., Haryadi., dan Rosdiana, A. (2016). Analisis pengembangan budidaya rumput laut di pulau Sebatik, kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. Vol. 8 No.1; 29-40.

[11] Shafitri, N., Zulham, A., dan Muawanah, A. (2020). Masyarakat pesisir

dan perilakunya terhadap jaringan usaha perikanan: studi kasus daerah perbatasan di kabupaten Nunukan. Buletin Ilmiah

“MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Vol. 6 No; 1; 61-71.

[12] Sarmin, S., Danganga, M. S., dan Malik, A.A. (2021). Strategi Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Daerah Perbatasan - Pulau Sebatik. Buletin Ilmiah

“MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Vol. 7 No. 2: 147-158.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui variabel yang memberikan nilai peningkatan daya dukung tanah pasir yang lebih dominan dari variabel rasio panjang pondasi (L/B) dan variabel rasio

Salah satu konsekuensi disahkannya Undang- Undang Desa adalah penarikan tanah plungguh atau bengkok yang selama ini menjadi sumber pendapatan perangkat desa. Hasil

Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas 2005-2006 (dalam Noor, 2008), ditemukan beberapa permasalahan berkaitan dengan kemampuan baca

Gagasan yang ingin diwujudkan dalam Desain Kompleks Studio Photography Etnik Kalimantan Timur Di Samarinda ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para masyarakat

Dengan demikian apabila suatu respon melibatkan kovariat, walaupun memiliki sebaran yang berbeda, maka metode KSP dengan selang kepercayaan bootstrap cocok

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan leverage terhadap efektivitas penerapan syariah governance dan pengaruh

Data berupa tata letak awal , luasan total depatemen upholstery, dan luasan setiap stasiun kerja digunakan untuk membuat koordinat block layout awal.. Data