PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BEI
Disusun Oleh Hendy Arif Setiadi 0712010175 / FE / EM
Telah Dipertahankan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada
Tanggal 25 Agustus 2011
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si Sekretaris
Dra. Ec. Mei Retno, M.Si Anggota
Drs. Ec. R.ASuwaidi, MS.
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sejak tahap persiapan hingga tahap akhir yaitu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyakya kepada :
1. Allah SWT beserta Junjungan-NYA Nabi Muhammad SAW atas segala kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan materi dan semangat serta dorongan yang tiada habisnya.
3. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Drs. Ec. R.A Suwaidi, MS Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan banyak waktunya intuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” yang telah memberikan bekal pengetahuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” , serta seluruh karyawan yang ada di Fakultas Ekonomi.
8. Seluruh kru DetEksi Jawa Pos yang telah banyak memberi dukungan berupa fasilitas selama pengerjaan skripsi ini.
Dengan keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, September 2011
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...9
1.3. Tujuan Penelitian...10
1.4. Manfaat Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN PUSATAKA... 13
2.1. Penelitian Terdahulu...13
2.2. Landasan Teori...15
2.2.1. Merger Dan Akuisisi...15
2.2.1.1 Merger...15
2.2.1.2 Akuisisi...20
2.2.1.3 Motif Merger dan Akuisisi…...23
2.2.2. Pasar Modal...24
2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal...24
2.2.2.2 Lembaga Pendukng Pasar Modal...25
2.2.3 Saham...28
2.2.3.1 Pengertian Saham...28
2.2.3.2 Jenis-jenis Saham...29
2.2.3.3 Penilaian Harga Saham...29
2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan...31
2.3.2.Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan..31
2.3.3. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan...33
2.4. Rasio Keuangan...35
2.4.1. Pengertian Rasio Keuangan...35
2.4.2. Menentukan Rasio Standar…...36
2.4.3. Keunggulan Rasio Keuangan...36
2.4.4. Keterbatasan Analisa Rasio…...37
2.4.5. Jenis Rasio...38
2.4.5.1 Rasio Likuiditas...38
2.4.5.2 Rasio Solvabilitas...38
2.4.5.3 Rasio Profitabilitas...39
2.4.5.4 Rasio Leverage...39
2.4.5.5 Rasio Aktivitas...40
2.4.5.6 Rasio Pertumbuhan...40
2.4.5.7 Market Based Ratio...40
2.4.5.8 Rasio Produktivitas...40
2.5 Rasio Profitabilitas...40
2.5.1. ROA (Return On Asset)...41
2.5.2. ROE (Retrun On Equity)...41
2.5.3. NPM (Net Profit Margin)...42
2.5.5. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham...43
2.5.4. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham...43
2.6 Kerangka Pikir...44
2.7 Hipotesa……...45
BAB III METODE PENELITIAN...46
3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...46
3.2 Teknik dan Penetuan Populasi...48
3.2.1. Populasi...48
3.2.2. Sampel...48
3.3 Teknik Pengumpulan Data...49
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...50
3.4.1. Teknik Analisis...50
3.4.2. Uji Hipotesis...51
3.5 Uji Asumsi Klasik...52
3.5.1. Autokorelasi...52
3.5.2. Multikolinieritas...53
3.5.3. Heteroskedastisitas...53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...54
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………...54
4.1.1. Informasi Umum Bursa Efek Indonesia…...54
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia...55
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian...65
4.2.1. Return On Asset (X1)...65
4.2.2. Return On Equity (X2)...66
4.2.3. Net Profit Margin (X3)...68
4.2.4. Harga Saham (Y)...69
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis...71
4.3.1. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda…...71
4.3.2. Koefisien Determinasi (R2)...73
4.3.3. Pengujian Hipotesis Dengan Uji t...73
4.3.4. Uji Asumsi Klasik………...77
4.3.4.1 Hasil Pengujian Autokorelasi...77
4.3.4.2 Hasil Pengujian Multikolinieritas...77
4.3.4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas...78
4.4 Pembahasan………...80
4.4.1. Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham………..80
4.4.2. Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham……….82
4.4.3. Pengaruh NPM Terhadap Harga Saham………84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…...86
5.1 Kesimpulan………...86
5.2 Saran………...87 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Daftar Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi...3
Tabel 2: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia...7
Tabel 3 : Data Return on Asset (X1) periode 2007-2010 (%)……...65
Tabel 4 : Data Return on Equity (X2) periode 2007-2010 (%)………...67
Tabel 5 : Data Net Profit Margin (X3) periode 2007-2010 (%)…………...68
Tabel 6: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia...70
Tabel 7: Data Uji Analisis Regresi………...71
Tabel 8: Hasil Pengujian Multikolinierita…...78
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 2 : Tabel t
Lampiran 3 : Performance Summary Report Bursa Efek Indonesia
EFFECT OF THE RETURN OF ASSETS, RETURN ON EQUITY AND NET MARGINS TO THE STOCK PRICE OF BANKING COMPANIES THAT REALIZE MERGERS AND ACQUISITIONS AND ALSO LISTED
IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE Hendy Arif Setiadi
Abstract
The research was conducted to determine the effect of the financial ratios of return on assets, return on equity and net margins partially on the price of shares in the banking companies involved in mergers and acquisitions of companies that are quoted on the Indonesian Stock Exchange.
Independent variables used in this study were return on assets (X1), return on equity (X2), and net profit margin (X3). While the dependent variable that used is the stock price (Y) of mergers and acquisitions of banking companies that listed in the Indonesia Stock Exchange. Summary of research data sourced from the official website of the Indonesian Stock Exchange on the performance of each company from 2007 until 2010 by taking a population of 17 banking companies that have joined and registered at the Indonesian Stock Exchange. The sample used for 10 banking companies. Analysis tools used in this study, is to use multiple linear regression. While the measurement of variables in the study, using a ratio scale.
Based on the test results can be seen that the return on assets and return on equity variable at most have a significant positive effect with a significance value of each of 0.095 and 0.002 against the company's share price. While the net profit margin variables, has a significant negative influence on stock prices with a significance value of 0.099.
PENGARUH RETURN ON ASSET, RETUN ON EQUITY, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Hendy Arif Setiadi
Abstraksi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan berupa return on asset, return on equity, dan net profit margin secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Variabel bebas atau variabel independen yang digunakan pada penelitian ini ialah return on asset (X1), return on equity(X2), dan net profit margin(X3). Sedangkan variabel terikat atau dependen yang digunakan ialah harga saham (Y) perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercacat di Bursa Efek Indonesia. Data pada penelitian ini bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia berupa summary performance tiap perusahaan dari tahun 2007 hingga 2010 dengan mengambil populasi sebanyak 17 perusahaan perbankan yang pernah melakukan merger dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 10 perusahaan perbankan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini, ialah menggunakan regresi linier berganda. Sedangkan cara pengukuran variabel pada penelitian, menggunakan skala rasio.
Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa variabel return on asset dan return on equity secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,095 dan 0,002 terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan variabel net profit margin, mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dengan nilai signifikansi sebesar 0,099.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perbankan adalah sektor yang berkembang pesat seiring dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah (kompas.com). Persaingan usaha yang ketat dalam bidang perbankan, menuntut perusahaan perbankan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar terus berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Strategi yang tepat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan ditempuh adalah dengan melakukan ekspansi baik itu internal maupun eksternal. Ekspansi internal dilakukan dengan menambah kapasitas produksi atau membangun divisi bisnis yang baru. Sedangkan ekspansi internal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan karena penggabungan usaha memiliki keunggulan.
minimal sebanyak 100 miliar rupiah. Dengan adanya regulasi ini, sejumlah bank pun melakukan berbagai langkah untuk dapat menjadi bank jangkar karena adanya regulasi Bank Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan melakukan merger atau akuisisi.
Moin (2003) mengatakan bahwa keunggulan penggabungan usaha yakni mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. Selain itu, keunggulan lainnya ialah dapat mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
Setiap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, pasti mempunyai motif atau alasan yang melatarbelakangi terjadinya merger dan akuisisi. pada prinsipnya, ada dua motif yang mendorong perusahaan melakukan merger dan akuisisi. motif itu ialah motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi, berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Tabel 1: Daftar Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi
Nama Bank Hasil merger/akuisisi/diakuisisi oleh: Tahun Bank Mandiri Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Pembangunan Nasional
1999
Bank Danamon Bank Tiara, Bank Duta, Bank Rama, Bank Tamara, Bank Nusa Nasional, Bank Pos Nusantara, Jayabank Int, Bank Risjad Salim Int.
2000
Bank Permata Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia, Bank Patriot
2002
Bank OCBC NISP Bank OCBC*, Bank NISP 2004
Bank Panin* Bank Harfa 2007
Bank ICB Bumiputera Bank Bumiputera, Bank ICB* 2007
Bank Victoria* Bank Swaguna 2007
Bank Artha Graha Int Bank Inter Pacific, Bank Artha Graha 2005 Bank Windu Kentjana Bank Multicor, Bank Windu 2008
Bank Swadesi Bank of India* 2007
Bank Nusantara Parahyangan
The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ*, Ltd, ACOM CO., LTD
Bank Bumi Arta Bank Duta Nusantara 1976 Bank CIMB Niaga Lippo Bank, Bank Niaga 2008
BII Maybank Bank BII, Maybank* 2008
Bank Kesawan Qatar National Bank* 2011
Bank Mutiara Bank Danpac, Bank CIC, Bank Pikko 2004 Bank UOB Indonesia Bank Buana Indonesia, Bank UOB* 2010 Bank Index Bank Harmoni, Bank Index 2008
Bank ICBC Indonesia* Bank Halim 2007
Commonwealth Ind* Bank ANK 2007
Bank Ekonomi Bank HSBC* 2008
Keterangan: *mengakuisisi Sumber : Bursa Efek Indonesia
Pada data diatas, terlihat fenomena merger dan akuisisi yang terjadi pada periode 2007-2008. Umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua tambah dua sama dengan empat, tetapi merger dan akuisisi harus menjadikan dua tambah dua sama dengan lima. Nilai tambah yang dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja.
usaha bisa berupa turun naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal.
Di indonesia, merger dan akuisisi menunjukkan skala peningkatan dalam beberapa tahun belakangan. Sementara itu, di negara-negara maju seperti amerika serikat, Kanada, dan Jerman, fenomena merger dan akuisisi, sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan, di Amerika, gelombang merger dan akuisisi telah dimulai sejak akhir abad 18.
Dalam konteks keilmuan, merger dan akuisisi bisa didekati dari dua perspektif yaitu disiplin keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi adalah bentuk keputusan investasi jangka panjang.
Peneliti telah menemukan fenomena yang terjadi pada beberapa perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi. Setelah dilakukan merger dan akuisisi, diharapkan saham perusahaan perbankan tersebut bisa meningkat. Namun, pada kenyataannya, ada beberapa perusahaan perbankan yang telah melakukan merger dan akuisisi, mengalami penurunan harga saham. Salah satunya, ialah Bank Victoria.
Setelah melakukan akuisisi pada Bank Swaguna di tahun 2007, harga saham bank Victoria mengalami peningkataan sesaat di tahun yang sama. Kemudian, di tahun 2008. 2009, dan 2010 harga saham Bank Victoria terus mengalami penurunan. Bahkan, setahun setelah mengakuisisi Bank Swaguna, net income Bank Victoria mengalami penurunan dari Rp. 50 Miliyar di tahun 2007 menjadi Rp. 35 miliyar di tahun 2008.
Fenomena lainnya ialah turunnya harga saham Bank Swadesi sejak tahun 2007 hingga 2010. Seusai diakuisisi oleh Bank of India pada tahun 2007, harga saham Bank Swadesi terus mengalami penurunan. Di tahun 2008, harga saham bank Swadesi berada di kisaran Rp. 731 per lembar saham. Di tahun 2009 dan 2010, selama dua tahun berturut-turut harga saham Bank Swadesi berada di kisaran Rp. 600.
Tabel 2: Daftar Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang
Melakukan Merger / Mengakuisisi dan Diakuisisi Yang Tercatat Di BEI
no Nama Bank Kode 2007 2008 2009 2010
1 Bank Mandiri BMRI 3165 2638 3455 5888
2 Bank Danamon BDMN
7371 5169 3977 5565
3 Bank Permata BNLI 17 Bank Nusantara Parahyangan BBNP
Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena kecenderungan penurunan harga saham pada beberapa perusahaan perbankan setelah dilakukannya merger dan akuisisi. Diantaranya ialah Bank Artha Graha, Bank Mutiara, serta Bank BII Maybank. Dari tabel diatas pula, terlihat adanya fluktuasi harga saham yang terjadi pada semua perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Banyak fakor diduga mempengaruhi fluktuasi harga saham. Fluktuasi tersebut bisa terjadi karena faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi ialah kondisi diluar perusahaan, antara lain situasi politik dan keamanan, melemahnya nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bungan bank, dan sebagainya yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Faktor eksternal berupa risiko pasar secara sistemik yang dialami bursa-bursa di dunia dapat pula menurunkan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. (vivanews.com)
Dari uraian diatas maka perlu adanya analisis tentang perkembangan pengaruh rasi profitabilitas terhadap harga saham perusahaan. Pendekatan yang dilakukan untuk harga saham tersbeut adalah dengan menggunakan rasio keuangan berupa return on assets, return on equity, dan net profit margin. Ketiga rasio tersebut akan digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan fenomena merger dan akuisisi perusahaan perbankan serta adanya fenomena fluktuasi harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi, maka judul skripsi ini adalah:
”Pengaruh Return On Asset, Retun On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Melakukan Merger Dan Akuisisi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia.”
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah return on asset mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah return on equity mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah net profit margin mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisi yang tercatat di bursa efek Indonesia.
2. untuk mengetahui pengaruh return on equity terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisi yang tercatat di bursa efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian mengenai merger dan akuisisi ini adalah: 1. Bagi manajemen perusahaan
Memberi Informasi tentang adanya pengaruh ROA, ROE, dan NPM terhadap harga saham khususnya perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam operasional dimasa yang
akan datang secara tepat dan benar dalam dunia praktik
Mempertimbangkan pembuatan kebijaksanaan demi peningkatan kinerja perusahaan
2. Bagi Investor dan calon investor
merupakan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi
3. Bagi pihak lain diluar perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.
4. Bagi Peneliti
- memberi bukti empiris tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan merger dan akuisisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dipakai oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan
pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh:
Payamta dan Setyawan (2004) melakukan penelitian mengenai “pengaruh
merger dan akuisisi terhdap kinerja perusahaan”. Penelitian yang dilakukan
oleh Payamta dan Setyawan (2004) ini dilakukan terhadap perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi selama periode 1990-1996. Populasi penelitian
ini ialah 53 perusahaan manufaktur publik yang melakukan merger dan
akuisisi pada periode tahun 1990-1996. Sampel yang digunakan, ialah
perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun
1990-1996 yang menyediakan laporan keuangan auditan untuk dua tahun sebelum
dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Jumlah sampel sebanyak 16
perusahaan manufaktur. Hipotesa yang digunakan pada peneletian yaitu
tingkat kinerja perusahaan manufaktur pada masa sesudah merger dan akuisisi
berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut sebelum melakukan
merger. Dari hipotesa tersebut, Payamta dan Setyawan (2004) menggunakan
empat rasio keuangan keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Indikator yang digunakan pada rasio
total asset turnover, fixed asset turnover, ROA, ROE, NOM, dan OPM. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengukian secara serentak semua rasio
keuangan untuk satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pengumuman
merger dan akuisisi, dua tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman merger dan akuisisi, satu tahun sebelum dengan dua tahun
sesudah pengumuman merger dan akuisisi, dan dua tahun sebelum dengan dua
tahun sesudah merger dan akuisisi tidak berbeda secara signifikan. Jadi,
kinerja perusahaan manufaktur setelah melaukan merger dan akuisisi ternyata
tidak mengalami perbaikan dibandingkan sebelum melaksanakan merger dan
akuisisi. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa tujuan ekonomis
dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai.
Penelitian lain dilakukan oleh Timbul dan Nugroho tentang analisa
pengaruh economic value added (EVA), return on equity (ROE), return on
asset (ROA), dan persentase kepemilikan modal saham asing terhadap harga
saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang digunakan ialah
seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan sampel yang digunakan ialah sebanyak 20 bank yang konsisten
listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 hingga 2008. Hipotesa
yang digunakan ialah diduga ada pengaruh antara economic value added
(EVA), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan persentase
kepemilikan modal saham asing terhadap harga saham perbankan di Bursa
masing variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return
On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing )
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Sehingga, variabel – variabel EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return
On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing )
mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga Saham perusahaan
perbankan. Sebaliknya, ROE ( Return On Equity ) tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sehingga variable ROE (
Return On Equity ) tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga
Saham perusahaan perbankan. Hasil pengujian statistik secara bersama-sama
(simultan) variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA (
Return On Asset ),ROE( Return On Equity ) dan PKMSA ( Persentase
Kepemilikan Modal Saham Asing ) menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham.
2.2Landasan Teori
2.2.1 Merger dan Akuisisi
2.2.1.1Merger
Merger mempunyai definisi yang hampir sama yang digunakan
oleh beberapa pihak. Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi
berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode
didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah
menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan
perusahaan lain. Dari definisi tersebut, akuntansi membedakan penyatuan
usaha dalam dua kategori yaitu penyatuan kepentingan atau penyatuan
kepemilikan dan akuisisi. Penyatuan kepentingan memiliki makna
yang sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan
(pooling of interest) sebagai suatu penggabungan usaha dimana para
pemegang saham perusahaan yangtergabung bersama-sama menyatukan
kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi
perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama
segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga
tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi.
Sedangkan menurut Moin, 2003, merger adalah penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang
tetap hidup sebagai badan hukum, sedangkan yang lainnya menghentikan
aktivitasnya atau bubar. Peraturan pemerintah republik Indonesia no. 27
tahun 1988 tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
perseroan terbatas menyebut merger sebagai penggabungan.dan
konsolidasi perusahaan sebagai peleburan.
Dalam peristiwa merger, perusahaan yang lebih besar dan kuat
ukurannya leih kecil akan bubar. Namun demikian, tidak selalu
perusahaan yang ukurannya besar yang dipertahankan hidup. Dalam yang
yangterjadi sebaliknya yaitu perusahaan yang lebih kecil justru
dipertahankan hidup, sementara perusahaan yang lebih besar dibubarkan.
Dalam kondisi ini, merger yang dilakukan disebut pula dengan reverse
merger atau merger terbalik. Dalam klasifikasi berdasar aktivitas
ekonomik, merger terbagi atas lima tipe (Moin, 2003) berupa:
1. Merger Horisontal
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan
yang bergerak dalam industri atau bidang yang sama. Sebelum terjadi
merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam
pasar/industri yang sama. Contoh merger horisontal ini ialah merger
anatara PT. Cold Rolling Mill Indonesia dengan PT. Krakatau Baja
Permata pada tahun 1991 yang kemudian berubah nama menjadi PT.
Krakatau Steel. Merger bank di Jepang antara Bank of Tokyo dengan
Mitsubishi Bank menjadi Tha Bank of Tokyo-Mitsubishi Ltd telah
mendudukannya sebagai bank tersbesar dunia dalam kepemilikan aset.
Salah satu tujuan utama merger horisontal ialah mengurangi
persaingan usaha atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan
aktivitas produksi, pemasaran, dan distribusi. Efek dari merger
itu, dapat pula menimbulkan monopoli pasar bila dua perusahaan besar
yang bersaing pada bidang yang sama melakukan merger horisontal.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau
operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada
industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya dari industri hilir
ke industri hulu. Merger vertikal dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya
terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilitas
pasokan dan pengguna. Tidak semua usaha memiliki bidang usaha
yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran.
Misalnya perusahaan minyak goreng tidak memiliki perkebunan sawit,
atau maskapai penerbangan tidak memiliki biro atau agen perjalanan
untuk menyediakan tiket pesawat. Untuk menjamin bahwa pasokan
input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa
mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dalam
dua bentuk integrasi, yakni merger ke bawah (backward/downward
3. Merger Konglomerat
Merger konglomerat ialah merger dua atau lebih perusahaan
yang masing-masing bergerak dalam industri yang berbeda. Merger
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha
mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bisnis yang semula. Apabila merger
konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka
terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki
bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda,
misalnya manufaktur, perbankan, pertambangan, otomotif, perhotelan
ritel, asuransi, dan lainnya.
4. Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua
perusahaan atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama
memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat
jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger
ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lintas
negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi. Strategi ini dilakukan
untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus
membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki.
karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk. Terhadap
konsumen luar negeri.
5. Merger Ekstensi Produk
Merger Ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh
dua perusahaan untuk meperluas lini produk masing masing
perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih
banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen
yang lebih luas.
2.2.1.2Akuisisi
Akuisisi, ialah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian
atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan peristiwa
ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis
sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi merupakan bentuk
pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakusisi
(acquirer) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih (acquiree), dengan memberikan aktiva
tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Yang
dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan
mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan
mengangkat dan memberhentikan manajemen
mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat
Dengan adanya pengendalian ini maka pengakusisi akan
mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda
dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar
sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yangterlibat dalam akuisisi
secara yuridis masih tetap beridiri dan beroperasi secara independen tetapi
telah terjadi pengalihan pengandalian oleh pihak pengakuisisi.
Beralihnya kendali berarti pengakusisi memiliki mayoritas
saham-saham berhak suara (voting stick) yang biasanya ditujukan atas
kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Meskipun
demikian ada kemungkinan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari
jumlah itu, pengakuisisi bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas
jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang
demikian. Berdasarkan obyek yang diakuisisi, klasifikasi akuisisi terbagi
atas dua jenis yakni akuisisi saham dan akuisisi aset.
1. Akuisisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarakan suatu
transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan
beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.
ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada
pembeli/pengakuisisi. Pada peristiwa ini, pengakuisisi tidak harus
meminta persetuajuan dari pihak manajemen target, tetapi ada kalanya
pembelian saham tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan negosisasi dan penawaran dengan pihak manajemen atau
dewan direksi perusahaan target. Jika manajemen perusahaan target
setuju akan terjadi proses akuisisi.
2. Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan
lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset
perusahaan lain tersebut. Jika Pembelian tersebut hanya sebagian dari
aktiva perusahaan, maka hal ini disebut akuisisi parsial. Akuisisi aset
dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang
tanggung jawab oleh perusahaan target. Berbeda dengan akuisisi
saham dimana kewajiban atau hutang target yang ada ditanggung oleh
pemilik baru, akuisisi aset dimaksudkan untuk menghindari tanggung
jawab ini. Namun demikian kalau proporsi aset yang dibeli melebihi
batas tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah, maka
pembeli harus ikut menanggung kewajiban perusahaan target. Contoh
Semen Mandiri yang lokasinya berhimpitan dengan pabrik Semen
Gresik Unit IV di Tuban Jawa Timur.
2.2.1.3Motif Merger dan Akuisisi
Dalam upaya melakukan merger dan akuisisi, perusahaan
mempunyai motif atau motivasi tertentu dibalik tujuannya tersebut. Pada
prinsipnya, terdapat dua motif yang mendorong perusahaan untuk
melakukan merger dan akuisisi terhadap perusahaan lainnya (Moin, 2003).
Motif tersebut berupa motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif
ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan peruahaan yaitu untuk
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham. Motif lain yang berkaitan dengan motif ekonomi, ialah
motif untuk mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategis.
1. Motif Ekonomi
Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan,
adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value
creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi
memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu, seluruh aktivitas dan
2. Motif Non Ekonomi
Ada kalanya merger dan akuisisi dilakukan bukan
didasarkan pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi didasarkan
pada pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi. Motif non
ekonomi ini berasal dari kepentingan personal baik dari
manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
2.2.2 Pasar Modal
2.2.2.1Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi jual beli aset
keuangan berjangka panjang. Pasar modal memiliki tempo lebih dari satu
tahun. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal
adalah obligasi, saham preferen, dan saham biasa. Husnan (1998)
mendefiniskan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.Pasar modal menjadi suatu
mekanisme ekonomi yang penting bagi suatu perusahaan untuk
mendapatkan dana dari para investor dengan cara penawaran surat
berharga di pasar modal.
Fungsi pasar modal ialah menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari pihak yang mempunyai dana kepada pihak yang
bisa menjadi alternatif penghimpun dana selain perbankan dan
memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa surat tanda
hutang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham) manfaat yang lain
adalah memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.
Weston dan Brigman (1991) mengklasifikasikan pasar modal
menjadi dua, yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah
penawaran surat berharga untuk pertama kali kepada pemodal saham
dengan masa tertentu sebelum saham tersebut dicatat pada bursa.
Penawaran surat berharga primer dilakukan oleh penjamin emisinya
dengan dibantu agen penjualan yang menjadi anggota bursa dan ditunjuk
oleh penjamin pelaksanan emisi.
Pasar sekunder ialah penawaran surat berharaga kepada pemodal
setelah surat berharga tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham pada
penawaran pasar sekunder tidak lagi ditentukan oleh perusahaan dana
penjamin emisinya saja, tapi lebih ditentukan oleh kondisi saat itu.
2.2.2.2Lembaga Pendukung Pasar Modal
Lembaga pendukung pasar modal perlu bekerja secara profesional
dan bisa diandalkan sehingga emisi dan transaksi efek bisa berlangsung
secara cepat, efisien, serta bisa dipercaya. Lembaga pendukung pasar
a. BAPEPAM
BAPEPAM merupakan kependekan dari Badan Pengawas Pasar
Modal. Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi
pasar modal indonesia. BAPEPAM dientuk agar dapat
mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur dan efisien serta
dapat melindungi pemodal dan masyarakat. Perlindungan yang
dimaksud, bukanlah perlindungan terhadap fluktuasi harga,
melainkan perlindungan dari perlakukan tidak baik dalam
bertransaksi dengan emiten (misalnya informasi yang diberikan
oleh emiten tidak benar) atau lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan pasar modal.
b. Bursa Efek
Lembaga yang menyelanggarakan perdagangan efek adalah bursa
efek. Di Indonesia, Bursa Efek dibentuk secara perseroan.
Awalnya, terdapat dua bursa efek di Indonesia, yakni Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Saat ini keduanya melebur dan
menjadi Bursa Efek Indonesia.
c. Lembaga Kliring dan Penjamin
Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian
transaksi bursa. Fungsi dari lembaga kliring ialah untuk melakukan
jasa kliring jual beli efek di bursa efek. Sehingga, setiap transaksi
d. Akuntan Publik
Akuntan publik memiliki peran utama yaitu memeriksa laporan
keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan.
Di pasar modal akuntan publik dituntut memberikan pendapat
wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang
telah terdaftar di bursa. Pendapat wajar tanpa syarat meliputi
laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.
e. Wali Amanat
Wali Amanat merupakan pihak yang secara profesional ditunjuk
untuk melakukan pengawasan bagi kepentingan seluruh kreditur
efek bersifat utang. Dengan keberadaan lembaga penunjang pasar
modal ini, semua permasalahan para kreditur sebagaimana tersebut
di atas dapat diminimalisir. Dengan kemampuan profesional dari
Wali Amanat, biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pengawasan ditanggung oleh lembaga ini. Perbedaan
kemampuan melakukan pengawasan antar kreditur dapat
dijembatani oleh keahlian Wali Amanat, dan penyebaran informasi
menjadi lebih merata karena Wali Amanat akan memberitahukan
setiap perkembangan Emiten kepada seluruh kreditur dalam waktu
f. Notaris
Jasa notaris dibutuhkan untuk membuat berita acara Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan
keputusan-keputusan RUPS. Notaris juga perlu meneliti keabsahan
penyelenggaraan RUPS tersebut.
g. Konsultan Hukum
Jasa konsultan hukum diperlukan agar tidak terjadi persengketaan
hukum antar pihak di pasar modal. Selin itu, konsultan hukum juga
memeriksa keabsahan dokumen-dokumen perusahaan.
2.2.3 Saham
2.2.3.1Pengertian Saham
Saham adalah yanda penyertaan modal pada suatu perseroan
terbatas. Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham ialah Deviden,
Capital Gain, dan manfaat non finansial. Deviden adalah bagian dari
keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang biasanya
dibagikan pada akhir buku. Capital Gain ialah keuntungan yang diperoleh
dari selisih positif harga beli dan harga jual saham. Sedangkan manfaat
non finansial, umumnya berupa hak suara dalam menentukan arah dan
kebijakan perusahaan. Saham yang diterbitkan emiten ada dua macam
yaitu berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred
saham tersebut. Hal ini meliputi hak atas menerima deviden, memperoleh
bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi kewajiban
perusahaan.
2.2.3.2Jenis-jenis saham
ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat dibedakan menjadi:
a. Saham biasa (common stock)
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan
yang paling akhir dalam perusahaan yang dilikuidasi, sehingga
resikonya adalah yang paling besar. Karena resiko yang besar,
biasanya jika usaha perusahaan berjalan lancar maka pembagian
deviden dapat lebih besar dari saham preferen.
b. saham Preferen (preferred stock)
Saham preferen atau saham prioritas merupakan saham yang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan saham biasa.
Pembagian deviden yang pertama kali harus dibagikan pada pemilik
saham prioritas. Setelah itu, bila ada kelebihan deviden, barulah
dibagikan pada pemegang saham biasa oleh perusahaan.
2.2.3.3Penilaian Harga Saham
Analisis terhadap saham melalui manajemen investasi aktif dapat
1. Pendekatan Teknikal
Penedekatan teknikal merupakan suatu teknik analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu
atau pasar secara keseluruhan.
Pendekatan ini menggunakan data yang sudah dipublikasikan
serta faktor-faktor lain yang sasarannya adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham maupun
indikator pasar. Penekanan analisis adalah pada perubahan harga
daripada tingkat harga untuk meramalkan tren perubahan harga
tersebut.
2. pendekatan fundamental
analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa
setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai
nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental
perusahaan penerbit saham. Nilai intrinsik ialah nilai yang tersermin
pada faktor seperti pendapatan, deviden, prospek perusahaan, aspek
2.3Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian laporan keuangan
Menurut Harahap(1998), laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengetahui aktivitas keuangan dalam suatu perusahaan. Laporan
keuangan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan (stake holder).
2.3.2 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan
suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui melalui
laporan keuangan yang berbentuk neraca, laporan laba rugi, dan laporan
keuangan lainnya. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap
laporan keuangan tersebut ialah: ‘
a. Pemilik Perusahaan
Dengan laporan keuangan, pemilik perusahaan dapat menilai sukses
tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya. Kesuksesan
seorang manajer dapat diukur dengan besarnya laba yang diperoleh
b. manajer perusahaan
Dengan mengetahui kondisi keuangan periode sebelumnya, maka
manajer dapat menyusun sebuah kebijakan-kebijakan pada perusahaan
agar kinerja keuangan perusahaan tersebut meningkat.
c. kreditur, Bank, dan Investor
Kreditur maupun lembaga keuangan berupa bank perlu mengetahui
laporan keuangan sebuah perusahaan sebagai pertimbangan dalam
menanamkan modal di perusahaan tersebut.
d. Pemerintah
Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan
besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Laporan
keuangan ini juga diperlukan oleh biro pusat statistik, dinas
perindustrian, perdagangan, dan tenaga kerja sebagai dasar
perencanaan pemerintah.
e. Karyawan
Dengan melihat laporan keuangan dimana mereka bekerja maka
mereka dapat mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan
upah dan jaimnan sosial yang lebih baik. Selain itu, dengan meilhat
perkembangan keuangan dan hasil-hasil operasinya, karyawan dapat
menentukan langkah yang harus ditempuh sehubungan dengan
2.3.3 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Sebelum melakukan analisa terhadap laporan keuangan, seorang
analis harus mempunyai pengertian yang mendalam mengenai laporan
keuangan. Pengertian yang mendalam tersebut berupa pemahaman
terhadap bentuk maupun prinsip penyusunan laporan keuangan serta
masalah-masalah yang timbul dala penyusunan laporan tersebut. Macam
laporan keuangan terbagi atas (Harahap, 1998):
a. Neraca
Neraca ialah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi, tujuan neraca
adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup
dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun
kalender, sehingga neraca sering disebut pula balanca sheet. Dengan
demikian, neraca terdiri atas:
1. Aktiva
Aktiva terbagi atas dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva
lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan
menjadi uang tunai pada periode berikutnya. Aktiva tidak
permanen atau jangka panjang (dapat dipakai atau tidak akan
habis dalam satu periode).
2. Hutang
Hutang ialah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada
pihak lain yang belum terpenuhi. Hutang atau kewajiban
perusahaan dapat dibedakan menjadi hutang lancar (hutang
jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar atau
hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan
yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam
jangka pendek. Sedangkan hutang jangka panjang ialah
kewajiban keuangan yang pembayarannya dilakukan dalam
waktu yang lama (lebih dari satu periode atau satu tahun
neraca).
3. modal
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),
surplus, dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
b. laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
bunga dan pajak, hingga pendapat setelah hutang dan pajak oleh suatu
perusahaan pada periode tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Merupakan laporan yang digunakan untuk memberi informasi
mengenai penggunaan kas dalam satu periode. Para ahli
mendefinisikan laporan arus kas sebagai laporan yang menggambarkan
keadaan di masa yang akan datang. Sedangkan laporan neraca ialah
laporan yang menggambarkan masa kini dan laporan laba rugi
digambarakan sebagai laporan yang menggambarkan masa lalu.
d. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal ialah laporan yang menjelaskan tentang
perubahan modal baik saham perusahaan perseroan maupun modal
dalam perusahaan perseroan.
2.4Rasio Keuangan
2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang
menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam
laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan alat analisis yang
dinyatakan dalam artian relatif dan absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu
2.4.2 Menentukan Rasio Standar
Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang
dipublikasikan, maka analisis dapat dilakukan dengan membuat standar
sendiri. Rasio standar, dapat ditentukan dengan cara berikut:
a. mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan (dalam
industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut hendaknya
mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur
akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening dan
metode penyusunan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dakan
penilaian aktiva dan kebijaksanaan manajemen.
b. menghitung angka-angka rasio yang telah dipilih dari perusahaan.
c. Menyusun rasio tersebut dari yang tertinggi hingga terendah
d. menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
e. menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediannya (ini
merupakan rasio standar yang dicari)
2.4.3 Keunggulan rasio keuangan
Analisa rasio memiliki keunggulan, dibandingkan teknik analisa
a. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca atau ditafirkan
b. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan mudah
c. mengetahui posisi perusahaan di tengah kompetitor lain.
d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model pengambilan
keputusan dan model prediksi. (Z score)
e. menstardisasi ukuran perusahaan.
f. lebih mudah membandingkan sebuah perusahaan dengan perusahaan
lain atau melihat perusahaan secara periodik dan melakukan prediksi
di masa yang akan datang.
2.4.4 Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping memiliki keunggulan, rasio juga memiliki keterbatasan.
Adapun keterbatasan dari analisa rasio ialah:
1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan oleh
pemakaianya.
2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan dari penggunaan analisa rasio berupa:
a. banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan menggunakan
b. nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan, bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio
d. metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
4.5.2 Jenis Rasio
2.4.5.1Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas ialah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang
modal kerja yaitu pos-pos aktiva dan hutang lancar.
2.4.5.2Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas ialah rasio digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya
dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnay jangka panjang seperti aktiva
tetap dan hutang jangka panjang.
2.4.5.3Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ialah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini terbagi atas
a. Gross profit margin ialah perbandingan antara penjulan
dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan penjualan
b. Net profit margin (NPM) ialah perbandingan antara laba
operasi dengan laba bersih
c. Earning Per Share (EPS) ialah hasil kali net profit margin
dengan perputaran aktiva.
d. Return on Asset (ROA) ialah perbandingan antara laba bersih
dengan total aset.
e. Return on Asset (ROE) ialah perbandingan antara laba bersih
dengan modal sendiri.
2.4.5.4Rasio Leverage.
Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara
hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang maupun pihak luar dengan
Perusahaan yang baik umumnya memiliki komposisi modal lebih besar
daripada hutang.
2.4.5.5Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ialah rasio yang digunakan untuk mengukur
aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.
2.4.5.6Rasio Pertumbuhan
Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan perusahaan dari
tahun ke tahun.
2.4.5.7Market Based Ratio (penelitian pasar)
Rasio ini merupakan salah satu rasio yang lazim dan khusus
dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan
presrasi perusahaan di pasar modal.
2.4.5.8Rasio Produktivitas
Rasio produktivitas diguanakan untuk menilai produktivitas
unit-unit dalam perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari
unit atau kegiatan yang dinilai.
2.5 Rasio Profitabilitas
Analisa profitabilitas biasanya dilakukan dengan tujuan mengukura
tingkat efektifitas penggunaan dan yang dapat dicapai oleh perusahaan.
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khusunya dalam jangka
panjang.
2.5.1 ROA (Return On Assets)
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran aktiva yang dilihat dari volume penjualan. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar
dan meraih laba (Harahap,1998).
Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas
ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Return
on assets dapat diukur dengan rumus berikut (Sawir, 2001):
Return on assets (ROA) = EBIT x 100 %
Total aktiva
Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi semua investor.
2.5.2 ROE (Return on Equity)
Return on equity ialah rasio yang mengukur kemampuan
tertentu. Rasio juga menunjukkan berapa persen laba yang diperoleh bila
diukur dari modal pemilik. Untuk mengukur return on equity, digunakan
rumus berikut
Return on Equity (ROE)= EAT x 100%
modal sendiri
Semakin besar hasil rasio ini, semakin baik ukuran laba yang
diperoleh diukur dari modal pemilik.
2.5.3 Net Profit Margin
Net profit margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi.
Rumus yag digunakan ialah:
Net Profit Margin (NPM)= EAT x 100%
penjualan
2.5.4 Pengaruh return on assets terhadap harga saham
Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas ekonomi yang
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan Penelitian Timbul dan
Nugroho (2009), ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
2.5.5 Pengaruh Return on Equity terhadap harga saham
Retun On Equity ialah Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi. Timbul dan Nugroho (2009) menyimpulkan
bahwa Return on Equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan.
2.5.6 Pengaruh Net profit margin terhadap harga saham
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Net Profit Margin mempunyai pengaruh yang signifikan
2.6Kerangka pikir
Kecenderungan penurunan/fluktuatif terhadap harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi, maka penelitian ini bermaksud memadukan pengaruh rasio keuangan (variabel ROA, ROE, dan NPM) pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Timbul dan Nugroho (2009): Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar
Return on Equity merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis.ROE digunakan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing (Timbul dan Nugroho, 2009).
Menurut Payamta dan Setyawan (2004): Net Profit Margin mengalami penurunan setelah dilakukannya merger dan akuisisi yang mengindikasikan bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai.
2.7 Hipotesis
1. Diduga ada pengaruh antara return on asset terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga ada pengaruh antara return on equity terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
3. Diduga ada pengaruh antara net profit margin terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan yang melakukan merger dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan pengukuran variabel
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa variabel. Variabel tersebut ialah berupa:
1. Variabel terikat (Y) adalah harga saham
Harga saham merupakan harga saham per lembar saham
perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Harga per lembar saham ditentukan
berdasarkan rata-rata penutupan (closing price) setiap bulan dari
periode 2006 hingga 2010 yang dinyatakan dalam rupiah.
2. Variabel Bebas (X) yang digunakan terdiri dari:
a. Variabel ROA (X1)
Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Rasio ini menggambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Skala pengukuran
rasio ini menggunakan ukuran persen (%).
Return on assets (ROA) = EBIT x 100 %
b. Return on Equity (X2)
Return on equity ialah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio juga menunjukkan berapa persen laba yang
diperoleh bila diukur dari modal pemilik. Untuk mengukur return
on equity, digunakan rumus berikut dengan menggunakan skala
pengukuran berupa persen (%)
Return on Equity (ROE)= EAT x 100%
modal sendiri
c. Net Profit Margin (X3)
Net profit margin digunakan untuk menunjukkan berapa besar
persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Skala
pengukuran rasio ini menggunakan ukuran persen (%)
Net Profit Margin (NPM)= EAT x 100%
3.2Teknik dan penentuan sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan ialah
perusahaan perbankan yang pernah melakukan aktivitas merger,
mengakuisisi dan diakuisisi oleh perusahaan perbankan lainnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dari perusahaan perbankan
yang melakukan merger, dan akuisisi ialah sebanyak 17 perusahaan.
3.2.2 Sampel
Dari populasi sebanyak 17 perusahaan yang dijadikan objek
penelitian, diambil sampel sebanyak 10 perusahaan perbankan yang
melakukan merger dan akuisisi. Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan ialah teknik purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara
sengaja yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dengan
2. Perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi yang
akif memberikan laporan keuangan pada tahun 2007 – 2010 di
Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan kriteria diatas, terdapat sepuluh perusahaan perbankan
yang melakukan merger dan akuisisi yang menjadi sampel penelitian
yaitu:
1. PT. Bank Mandiri Tbk.
2. PT. Bank Danamon Tbk.
3. PT. Bank Permata Tbk
4. PT. Bank OCBC NISP Tbk.
5. PT. Bank Artha Graha International Tbk
6. PT. Bank Pan Indonesia,Tbk
7. PT. ICB Bumiputera, Tbk
8. PT. Bank Victoria International, Tbk
9. PT. Bank Swadesi, Tbk
10.PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk
3.3Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang terdiri dari
a. data ringkasan laporan keuangan pada periode 2007 – 2010 perusahaan
b. Data harga saham perusahaan perbankan yang melakukan merger dan
akuisisi yang tercatat di bursa Efek Indonesia pada periode 2007 –
2010.
Data penelitian ini bersumber pada situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id)
3.4Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda yaitu digunakan untuk
mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel
terikat. Adapun model analisis regresi linier berganda yang digunakan
ialah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮i
Keterangan:
Y : Harga Saham
X1 : Return On Assets (ROA)
X2 : Return On Equity (ROE)
X3 : Net Profit Margin (NPM)
β0 : Konstanta
β1,β2,β3 : koefisien regresi
3.4.2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji t yang Digunakan untuk melihat pengaruh masing–
masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur
sebagai berikut:
1. H0 : β1,β2, β3 = 0 (tidak ada pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y)
H1 : β1, β2, β3≠ 0 (ada pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y)
2. Tingkat Signifikan = 10 % dengan dengan derajat bebas = (n-k)
Dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas
3. t hitung = β
Se (β1)
Keterangan:
t hitung : t hasil penelitian
β1 : koefisien regresi
Se (β1) : Standart Error
4. Kriteria Pengujian
a. Jika | thitung | > ttabel,, maka H0 ditolak dan H1 diterima (yang
menandakan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat)
b. Jika | thitung | < ttabel,, maka H0 diterima dan H1 ditolak (yang
menandakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
3.5 Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiassed Estimator) yang artinya pengambilan keputusan F tidak boleh
bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi
tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier:
1. Tidak boleh ada autokorelasi
2. Tidak boleh ada multikolinieritas
3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
regresi yang diperoleh tidak bersifat BLUE.
3.5.1 Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dala sebuah model regresi
linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pedoman regresi untuk mendeteksi
autokorelasi menurut Durbin Watson (D-W) ialah:
a. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3.5.2 Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya.
Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya
pembuktian atau identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinieritas
yang dapat dilakukan dengan cara menghitung Variance Inflaction Factor (VIF).
FIV menyatakan tingkat variance. Apabila nilai VIF lebih dari 10, maka terdapat
multikolinieritas.
3.5.3 Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan
lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas
karena menghimpun data yang terwakili dari berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan cara uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara
residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. nilai probabilitas > 0,05 menandakan bebas heteroskedastisitas