1. PENDAHULUAN
Jumlah kuesioner yang disebar untuk Jakarta berjumlah 203 kuesioner (Lampiran lb), sedangkan untuk Surabaya sejumlah 78 kuesioner (Lampiran Ic), sehingga total kuesioner yang disebar 281 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali untuk Jakarta sejumlah 36, untuk Surabaya sejumlah 31, sehingga total kuesioner yang kembali sejumlah 67 atau 24% dari kuesioner yang disebarkan (Lampiran Id).
Perhitunganjumlah sampel minimum ditentukan denganrumus (1), untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
0.15-
D = --- =0.005625
281*0.5*{\-0.5)
n = --- = 39 [{281-\y0.005625] + [0.5 *(1-0.5)]
Jumlah sampel yang terkumpul = 67 (Lampiran Id) lebih besar dari jumlah sampel minimum 39.
Analisa data dan pembahasan dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan kuesioner yang disebarkan kepada responden, yaitu umum yang berisi data perusahaan dan personil, krisis ekonomi di Indonesia, gedung bertingkat tinggi, upaya penghematan pada perencanaan proyek, pengetahuan tentang VE dan penerapannya. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan melakukan
peringkat terhadap penilaian responden dengan mempergunakan nilai mean dan melihat keseragamannya dengan melihat nilai varian.
Pemberian nilai terhadap jawaban responden dapat dilihat pada Lampiran 2.a. Sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, sangat tidak setuju diberi nilai 1. Peringkat teratas disusun berdasarkan nilai yang terbesar (mendekati penilaian sangat setuju). Kode faktor-faktor yang ditinjau dapat dilihat pada Lampiran 2.b. data penilaian responden dapat dilihat pada Lampiran 2c, d, e, f, g. Distribusi frekuensi dan histogram jawaban responden terhadap faktor-faktor yang ditinjau dapat dilihat pada Lampiran 3. Data penilaian responden secara keseluruhan terhadap faktor- faktor yang ditinjau diperingkat berdasarkan mean yang terbesar dapat dilihat pada Tabel di Lampiran 4 yang diperlengkapi dengan nilai varian untuk melihat keseragamannya.
Peringkat dan nilai mean untuk setiap pembahasan akan dipaparkan secara langsung berupa tabel dan histogram.
2. UMUM
Data perusahaan secara lengkap beserta personil pengisi kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 .d.
2.1. Data Perusahaan
a. Proyek yang sering ditangani
Sebagian besar proyek yang ditangani oleh para responden adalah proyek swasta (55%), sehingga pelaksanan VE bukan sekedar untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, tetapi ada upaya untuk melakukan penghematan.
Tabel 4.1. Proyek yang Sering Ditangani
Proyek Jumlah Prosentase
(%)
Pemerintah " 10 15 '
Swasta "37 55
Pemerintah & Swasta 20 30
TOTAL 67 100
iDPem erintah j
iBSwasta
lO Pemerintah & Swasta -
Gambar 4.1. Proyek yang Sering Ditangani
b. Keterlibatan pada industri konstruksi
Tabel 4.2. Keterlibatan Pada Industri Konstruksi
Jenis Jumlah Prosentase
(%)
Perencana 40 60
Kontraktor 12 18
Pengembang 15 22
TOTAL 67 100
jOPerencana iBKontraktor lOPengembanj
Gambar 4.2. Keterlibatan Pada Industri Konstruksi
c. Pengalaman perusahaan
Pengalaman responden paling besar-adalah > 25 th dan total pengalam an responden yang > 5 th m encapai 94%, hal ini m enunjukkan responden mempunyai pengalaman yang cukup dibidangnya.
Tabel 4.3. Pengalaman Perusahaan
Pengalaman
(tahun) Jumlah Prosentase (%)
0 - 5 3 6.0
> 5 - 1 0 11 22.0
> 1 0 - 1 5 8 16.0
> 1 5 - 2 0 7 14.0
> 2 0 - 2 5 5 10.0
>25 16 32.0
TOTAL 50 100.0
l Q O - 5 I
| B > 5 - 1 0 I
; D > 1 0 - 1 5 |
! □ > 1 5 - 2 0 !
< ■ > 2 0 - 2 5 1
| D > 2 5
Gambar 4.3. Pengalaman Perusahaan
2.2. Data Personil Pengisi Kuesioner a. Jabatan personil
Tabel 4.4. Jabatan Personil
Jabatan Jumlah Prosentase
(%) Direktur/Direktur Utama 25 37.3
Manajer 10 14.9
Manajer Proyek 6 9.0
Site Manager/Site Engineer 6 9.0
Staf Teknik 20 29.9
TOTAL 67 100.0
ID D ire k tu r/D ire k tu r U tam a '■ M a n a je r lO M a n a je r P ro ye k '□ S it e M a n a g e r/S ite E n g in e e r iHStafTeknik
Gambar 4.4. Jabatan Personil
b. Pengalaman personil
Tabel 4.5. Pengalaman Personil
Pengalaman Jumlah Prosentase {%)
0 - 5 5 7.5
> 5 - 1 0 14 20.9
> 1 0- 1 5 23 34.3
> 1 5 - 2 0 11 16.4
> 2 0 - 2 5 6 9.0
>25 8 11.9
TOTAL 67 100.0
i D O - 5 i « > 5 - 1 0
;d>i o-i5
□ > 1 5 - 2 0 ' I B > 2 0 - 2 5 >
: D > 2 5
Gambar4.5. Pengalaman Personil
c. Pendidikan terakhir personil
Tabel 4.6. Pendidikan Terakhir Personil
Pengalaman Jumlah Prosentase (%)
STM 0 0.0
D3 3 4.5
S1 48 71.6
S2 15 22.4
S3 1 1.5
Lainnya 0 0.0
TOTAL 67 100.0
| O D 3 | l a s i I
‘ □S2 1 i D S 3 '
Gambar 4.6. Pendidikan Terakhir Personil
d. Latar belakang disiplin ilmu personil
Tabel 4.7. Latar Belakang Disiplin Ilmu Personil
Disiplin Ilmu Jumlah Prosentase (%)
Arsitektur 12 17.9
Teknik Sipil 48 71.6
Teknik Elektro 1 1.5
Teknik Mesin 4 6.0
Lainnya 2 3.0
TOTAL 67 100.0
4: 6%— '
48; 72%
{□ A rs ite k tu r iB T e k n ik SipH
□ T e k n ik B e k tro
□ T e k n ik M esin L a inn ya______
Gambar 4.7. Latar Belakang Disiplin Ilmu
3. KRISIS EKONOMI DI INDONESIA
Tabel 4.8. dan Gambar 4.8. menunjukkan peringkat, nilai mean dan nilai varian untuk faktor-faktor yang ditinjau dalam upaya menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Faktor LA. melakukan upaya penghematanbiayaproyek adalah peringkat teratas (4.57), disusul faktor I.D. melakukan upaya optimalisasi fungsi bangunan yang sudah diopersikan (4.45), kedua faktor tersebut menunjukkan indikasi adanya upaya untuk melakukan VE. Nilai varian untuk LA. adalah 0.31 dan I.D. adalah 0.50 menunjukkan jawaban para responden cukup seragam. Faktor I.C. melakukan upaya menekan upah atau gaji pada peringkat ke 4 dan variannya adalah 0.90, menunjukkan sangat kecil upaya tersebut dan lebih tidak seragam.
Tabel 4.8. Peringkat Dalam Upaya Menghadapi Krisis Ekonomi.
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 I.A Melakukan upaya penghematan biaya proyek 4.57 0.31
2
I.D
Melakukan upaya optim alisasi fungsi bangunan
yang sudah dioperasikan ■ 4.45 0.50
3
I.B
Melakukan upaya pengurangan biaya dengan
mencari bahan yang kualitasnya lebih rendah 2.20" ■ 0.96
4 I.C Melakukan upaya menekan upah/gaji 2.11 0.90
5 I.E Tidak melakukan apa-apa (tetap seperti sebelum krisis) 1.57 0.59
•Gambar 4.8. Nilai Mean Upaya Menghadapi Krisis Ekonomi.
4. GEDUNG BERTINGKAT TINGGI
4.1. Indikasi yang Ditemui Dalam Pembangunan Gedxmg Bertingkat Tinggi.
label 4.9 dan Gambar 4.9. menunjukkan penilaian responden terhadap faktor-faktor yang ditinjau. Penilaian responden di atas “Netral”, artinya secara umum responden “Setuju” terhadap indikasi yang ditemui dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi dengan peringkat pertama n.l.D. analisa biaya harus dilakukan dengan teliti dan disusul faktor II. 1 .A. banyak elemen yang dapat dilakukan penghematan.
label 4.9. Peringkat Faktor-Faktor Dalam Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi.
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode - Nama
1 11.1.D Analisa biaya harus diiakukan dengan teliti 4.58 0.25
2 II.1.A Banyak elemen yang dapat dilakukan penghematan 4.02 0.63 3 II.1.C Prosentase biaya bangunan bertingkat lebih tinggi
terhadap biaya total proyek 3.74 0.76
4 II.1.B Rumit/Kompleks 3.42 0.96
Gambar 4.9. Nilai Mean Faktor-Faktor Dalam Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi
4.2. Sasaran yang Paling Periting Untuk Dicapai Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi
Tabel 4.10 dan Gambar 4.10. menunjukkan penilaian responden hampir berimbang terhadap faktor kualitas, keselamatan kerja, biaya dan waktu dengan penilaian yang cukup seragam (nilai varian antara 0.23 hingga 0.31), sedangkan penilaiannya antara nilai mean 4.47 hingga 4.64 (antara “Setuju” dengan “Sangat Setuju”).
Tabel 4.10. Peringkat Pada Sasaran yang Paling Penting Untuk Dicapai Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi.
Peringkat Variabel faktor
, Mean Varian
Kode Nama
1 II.2.C Kualitas 4.64 0.23
2 II.2.D Keselamatan kerja 4.62 0.24
3 II.2.B Biaya 4.55 0.31
4 II.2.A Jadual/waktu 4.47 0.28
Gambar 4.10. Nilai Mean Pada Sasaran yang Paling Penting Untuk Dicapai Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi.
4.3. Jenis Pekerjaan yang Paling Sering Dilakukan Penghematan Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi.
la b e l 4.11. dan Gambar 4.11. m enunjukkan faktor II.3.G.
dipusatkan pada jenis pekeijaan yang biayarelatif tinggi (Persentasi tinggi terhadap biaya total) pada peringkat pertama sedangkan faktor II.3.H.
semua jenis pekeijaan pada peringkat terakhir. Hal ini menunjukkan upaya penghematan sering dipusatkan pada jenis pekeijaan yang biayanya relatif tinggi {high cost area) tidakpada semua jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang biayanya relatif tinggi bisa berupa pekerj aan yang berkaitan dengan estetika yaitu pekeijaan arsitektural/finishing, bisa juga berupa pekeijaan yang berkaitan dengan fungsional yaitu pekerjaan elektrikal, mekanikal, sanitasi dan plumbing, struktur bawah (pondasi), dan struktur atas.
Tabel 4.11. Peringkat Jenis Pekeijaan yang Paling Sering Dilakukan Penghematan Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 II.3.G Dipusatkan pada jenis pekerjaan yang biayanya relatif
tinggi (Persentasi tinggi terhadap total biaya) 4.02 0.72 2 II.3.F Pekerjaan ArsWekturallFinishing (antara lain: keramik,
cat, kusen, daun pintu-jendela, plafon, dll) 3.84 0.77
3 I1.3.D Pekerjaan Elektrikal 3.71 0.64
4 II.3.C Pekerjaan Mekanikal 3.70 0.68
5 II.3.E Pekerjaan Sanitasi & Plumbing 3.48 0.78
6 II.3.B Pekerjaan Struktur Atas 3.36 1.34
7 II.3.A Pekerjaan Struktur Bawah (pondasi) 3.09 1.83
8 II.3.H Semua Jenis Pekerjaan 2.69 0.90
Gambar 4.11. Nilai Mean Pada Jenis Pekerjaan Yang Paling Sering Dilakukan Penghematan Pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi
5. UPAYA PENGHEMATAN PADA PERENCANAAN PROYEK
5.1. Hambatan Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek
Tabel 4.12 dan Gambar 4.12 menunjukkan faktor III.l.B. kurang pengetahuan disusul faktor III.l.I. kurang sumber daya m anusia merupakan hambatan yang tertinggi. Faktor III.I.E. keseganan untuk merubah perencanaan awal dan faktor III. 1 .D. keseganan untuk membuat alternatif baru merupakan hambatan-hambatan dengan peringkat berikutnya. Penilaian responden kurang seragam melihat nilai varian.
H am batan-ham batan memang ada sew aktu upaya penghem atan dilakukan, hambatan-hambatan tersebut berupa pengetahuan, sumber daya manusia, waktu dan pihak-pihak yang terlibat.
Tabel 4.12. Peringkat Hambatan Upaya Pengheraatan Pada Perencanaan Proyek
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 II1.1.B Kurang pengetahuan untuk melakukan penghematan
(pengetahuan tentang bahan, jenis pondasi, jenis struktur) 3.42 1.17 2 III.1.I Kurang SDM (Sumber Daya Manusia) untuk menerapkan
upaya penghematan 3.29 1.32
3 III.1.E Segan untuk membah perencanaan awal 3.23 1.04
4 III.1.D Kecenderungan mengulangi disain yang lalu, segan untuk
membuat altematif baru 3.03 1.08
5 III.1.C Kurang waktu untuk melakukan penghematan 2.98 1.18
6 III.1.G Pemilik hanya ingin satu tipe konstruksi 2.88 1.08
7 III.1.F Sulit mengatakan perubahan pada pemilik 2.71 0.98
8 III.1.H Top management segan menerapkan upaya penghematan 2.46 1.10 9 II1.1.A Lebih baik mengurangi biaya dengan mencari bahan
yang kualitasnya lebih murah 2.45 0.89
Gambar 4.12. Nilai Mean Hambatan Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek
5.2. Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek
Tabel 4.13 dan Gambar 4.13. menunjukkan faktor III.2.A, B, F, D menduduki 4 peringkat pertama dengan nilai mean 4.3 hingga 4.5 dengan nilai varian 0.31 hingga 0.41 (cukup seragam), keempat faktor tersebut merupakan upaya penghematan (VE) yang benar, kemudian disusul dengan upaya VE yang keliru. Walaupun hambatan-hambatan ditemui, namun upaya penghematan secara benar telah dilakukan.
Tabel 4.13. Peringkat Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek yang Dilakukan.
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 III.2.A Melakukan evaluasi dari pra-rencana untuk menentukan
yang efisien 4.50 0.41
2 III.2.B Merumuskan arahan pemilik melalui identifikasi fungsi dari
elemen yang direncanakan 4.42 0.31
3 III.2.F Melakukan analisa fungsi, sehingga meniadakan biaya
yang tidak perlu tanpa mengurangi fungsi elemen 4.33 0.41 4 III.2.D Melakukan pengumpulan informasi perencanaan proyek
kemudian mencari sejumlah altematif dan menganalisa
alternatif-alternatif tersebut untuk menentukan yang terbaik 4.30 0.34 5 III.2.G Berusaha mengoreksi kelalaian dari perencana, kemudian
menghitung ulang biaya 3.95 0.54
6 III.2.C Melakukan evaluasi untuk penghematan. Setelah proses
pelelangan/tender selesai (pemenangnya telah ditentukan) 3.21 1.25 7 III.2.E Melakukan pengurangan biaya dengan mencari barang
yang kualitasnya lebih murah 2.38 0.87
FAKTOR-FAKTOR
Gambar4.13. Nilai Mean Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek yang Dilakukan.
5.3. Waktu yang Paling Tepat Untuk Melakukan Upaya Penghematan Tabel 4.14 dan Gambar 4.14. menunjukkan tahap perencanaan dan tahap pra rencana (tahap kon.sep) merupakan waktu paling tepat untuk ' melakukan upaya penghematan. Hal ini sesuai potensi penghematan : yaitu pada tahap awal proses perencanaan. (Kelly and Male, 1988).
Tabel 4.14. Peringkat Waktu yang Paling Tepat untuk Melakukan Upaya Penghematan
Peringkat Variabel fakto r
Mean Varian
Kode Nama
1 MI.3.B Tahap perencanaan 4.51 0.28
2 1I1.3.A Tahap konsep (pra rencana) 4.38 0.70
3 I1I.3.C Tahap konstruksi (kontraktor pemenang telah ditentukan) 2.83 1.34
Gambar4.14. Nilai Mean Waktu yang Paling Tepat Untuk Melakukan Upaya Penszhematan.
5.4. Kepuasan Terhadap Hasil Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek Tabel 4.15 menunjukkan tingkat kepuasan dengan nilai mean 3.65 dan nilai varian 0.85. Terlihat walaupun upaya penghematan menghadapi hambatan-hambatan. namun hasil upaya penghematan tersebut dirasakan cukup memuaskan.
Tabel 4.15. Peringkat Kepuasan Dengan Hasil Penerapan Upaya Penghematan Pada Perencanaan Proyek
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 III.4 Kepuasan dengan hasil penerapan upaya penghematan
pada perencanaan proyek 3.65 0.85
6. PENGETAHUAN TENTANG VE DAN PENERAPANNYA.
6.1. Telah/Pemah Mendengar Istilah VE
Tabel 4.16. menunjukkan semua responden pemah mendengar istilah VE, sedangkan Tabel 4.17. dan Gambar 4.15 menunjukkan sumbemya.
Tabel 4.16. Telah/Pemah Mendengar Istilah VE
Proyek Jumlah Prosentase
(%)
Ya 67 100
Tidak 0 0
TOTAL 67 . 100
Tabel 4.17. Sumber Mendengar Istilah VE
Meialui Jumlah Proisentase X
Kuliah 20 14%
Seminar 29 21 %
Tempat Bekerja 46 33%
Teman 13 9%
Majaiah/Journal 27 19%
Lainnya 5 4 %
TOTAL 140
TELAH/PERNAH MENDENGAR ISTILAH VE MELALUl
Majalah/Journal 19%
HTempat Bekerja 33%
Ea Seminar 21%
Gambar 4.15. Sumber Mendengar Istilah VE
6.2. Pengetahuan Terhadap VE
Pengetahuan terhadap VE yang mendengar, m engerti dan melaksanakan sejumlah 40 orang atau 60% (Tabel 4.18. dan Gambar 4.16 ). Dari jumlah tersebut Perencana 22 dari 40 responden atau 55%, Kontraktor 7 dari 12 responden atau 58% dan Pengembang 11 dari 15 orang atau 73% (Tabel 4.19.).
Tabel 4.18. Pengetahuan Terhadap YE
Pengetahuan Terhadap VE Jumlah Prosentase (%) ^
Hanya dengar 1 2
Dengar dan Mengerti 25 38
Dengar, Mengerti, Melal<sanal<an 40 60
TOTAL 66 100
3 Dengar, Mengerti Melaksanakan
60%
□ Hanya dengar 2%
E] Dengar dan Mengerti
38%
Gambar 4.16. Pengetahuan Terhadap VE
Tabel 4.19. Prosentase Dengar, Mengerti, Melaksanakan VE Jenis Keterlibatan Jumlah Responden Dengar, Mengerti,
Melaksanakan VE
Prosentase?t (%):
Perencana 40 22 55
Kontral<tor 12 7 58
Pengembang 15 11 73
TOTAL 67 40
6.3. Persepsi Pada VE
label 4.20 dan Gambar 4.17 menunjukkan faktor IV. 1. A, Q B, E, merupakan persepsi yang benar terhadap VE berturut-turut menduduki peringkat 1 sampai dengan 4 dengan nilai mean 3.95 hingga 4.2 dengan nilai varian yang cukup seragatn antara 0.51 hingga 0.82. Peringkat berikutnya merupakan persepsi VE yang salah.
label 4.20. Peringkat Persepsi Pada VE
Peringkat Variabet faktor
Mean Varian;
Kode ; .r.Nama- •
1 IV.1.A VE adalah alat untuk menghemat sekaligus meningkatkan
nilai Derencanaan (fungsi dan kualitas) 4.20 0.60 2 IV.1.G VE adalah alat untuk mencapai nilai perencanaan yang
optimal terhadap uang yang dikeluarkan oleh pemilik 4.19 0.58 3 IV.1.B VE adalah alat untuk mengurangi/meniadakan biaya yang
tidak perlu dalam suatu perencanaan (biaya yang tidak perlu : bahan mahal yang tidak menunjang fungsi,
kesulitan dalam pengetjaan) 4.14 0.82
4 IV.1.E VE merupakan alternatif pendekatan untuk penghematan
biaya 3.95 0.51
5 IV.1.D VE sangat mudah dilaksanakan dan hasilnya berarti 3.08 0.90 6 IV.1.C VE merupakan suatu usaha pemotongan biaya proyek 3.03 1.34
7 IV.1.F VE sama seperti perencanaan biaya 2.69 1.07
8 IV.1.H VE dapat diterapkan di negara maju, tetapi sulit
diterapkan di Indonesia 2.29 1.08
< 2.50
SUJ 3 2.0 0
0.50
0.00 4.20
3.96
3.03
2.69
1V.1.A IV.1.B IV.1.C IV.1.D IV.1.E IV.1.F IV.1.G IV.1.H
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.17. Nilai Mean Persepsi Pada VE
6.4. Penerapan VE Secara Formal
Penerapan VE secara formal bukan sekedar upaya penghematan tetapi lebih mendalam dan mempunyai ciri-ciri adanya jumlah penghematan yang dicapai, adanya biaya melakukan jasa VE, adanya tim VE, adanya dokumen-dokumen pelaksanaan VE. label 4.21 menunjukkan jumlah dan prosentase yang pemah menerapkan VE secara formal.
Prosentase pemah menerapkan VE secara formal untuk Perencana 23 dari 40 Responden atau 58%, Kontraktor 8 dari 12 Responden atau 67%, Pengembang 11 dari 15 Responden atau 73% (Tabel 4.22).
Tabel 4.21. Penerapan VE secara formal
Proyek Jumlah Prosentase
{%)
Pemah 42 63
Tidak Pernah 25 37
TOTAL 67 100
Tabel 4.22. Prosentase Pemah Menerapkan VE secara Formal
Jenis Keterlibatan Jumlah Responden Pernah Menerapkan VE secara Formal
Prosentase (%)
Perencana 40 23 58 .
Kontraktor 12 8 67
Pengembang 15 11 73
TOTAL 67 42
6.5. Alasan Untuk Melakukan VE
Tabel 4.23 dan Gambar 4.18 menunjukkan faktor-faktor yang dinilai oleh responden di antara “Netral” dan “Setuju” kecuali faktor IV.2.J merupakanperaturanpemerintah, sedangkan faktor IV.2. A. alasan pemilik mengharuskan mempunyai nilai varian yang besar yaitu 1.21.
Tabel 4.23. Peringkat Alasan untuk Melakukan VE
Peringkat Variabel faktor
Mean Varian
Kode Nama
1 IV.2.G Memenuhi kebutuhan pemilik 3.80 0.76
2 1V.2.E Meningkatkan kualitas perencanaan 3.74 0.83
3 IV.2.B Manajemen Konstruksi mengharuskan VE 3.61 0.84
4 IV.2.F Meningkatkan kualitas konstruksi 3.57 0.84
5 IV.2.A Pemilik mengharuskan VE 3.49 1.21
6 IV.2.D Kontraktor mengusuikan VE 3.45 0.87
7 IV.2.1 Merupakan keungguian perusahaan 3.44 0.85
8 IV.2.C Perencana mengusuikan VE 3.30 1.04
9 IV.2.H Merupakan kebanggaan perusahaan 3.27 0.75
10 IV.2.J Merupakan peraturan pemerintah 2.68 0.77
0.00 IV.2.A
3.74
3.30
IV.2.B IV.2.C IV.2.D 1V.2.E 1V.2.F FAKTOR-FAKTOR
IV.2.G IV.2.H
Gambar 4.18. Nilai Mean Alasan Untuk Melakukan VE
IV.2.1 IV.2J
6.6. Penghematan yang Dicapai Dari Melakukan VE
Tabel 4.24. Penghematan yang Dicapai
WIelalui Jumlah^ Prosentase
(%)
0 -1 % 2 4
1 - 5 % 10 20
5 - 1 0 % 20 39
1 0 - 2 0 % 15 29
20 - 30 % 4 8
TOTAL 51 100
110-20%
29%
15-10%
39%
20 - 30 % 8%
□ 0- 1 %
4%
0 1 - 5 % 20%
Gambar4.19. Penghematan yang Dicapai
6.7. Prosentase Biaya Melakukan Jasa VE
Penghematan yang dicapai dalam menerapkan VE dan prosentase biaya melakukan jasa VE dari Tabel 4.24 dan Tabel 4.25 adalah cukup memuaskan, karena beberapa contoh dari studi VE yang sukses menghemat 5-20% dari biaya proyek dan biaya dari VE adalah maksimum
10% dari penghematan (Dell’ Isola, 1982)
Tabel 4.25. Prosentase Biaya Melakukan Jasa VE
Prosentase Biaya Jumlah Prosentase
(%)
1 - 2 % 15 41
2 - 3 % 9 24
3 - 4 % 9 24
4 - 5 % 4 11
TOTAL 37 100
13-4%
24%
0 2 - 3 % 24%
Gambar 4.20. Prosentase Biaya Melakukan Jasa VE
□ 1 - 2 % 41%
6.8. Struktur Tim VE
Potensi VE di dapati pada proyek yang kompleks, maka tim yang menangani hams ahli dan berpengalaman. Tim yang terlibat adalah tim gabungan dari multidisipiin ilmu bisa terdiri dari: VE Spesialis, Ahli Struktur, Arsitek, Mechanical Engineering, Ahli Sipil, Ahli Listrik, Quantity Surveyor. (Male, 1993). Tim yang pernah dibentuk oleh responden dalam melakukan VE dapat dilihat pada Tabel 4.26. dan Gambar 4.21.
Tabel4.26. Struktur Tim VE
Struktur Tim VE Jumlah Prosentase {%)
Tim Perencana Asal 4 5
Tim Gabungan dari l\/lulti Disiplin 12 14
Tim Intem (in house) 2 2
Tim Gabungan dengan Pemilik 14 17
Tim Gabungan dengan Perencana 15 19
Tim Gabungan dengan Kontraktor 12 14
Tim dari VE Spesialis 17 21
Tim Manajemen Konstruksi 7 8
TOTAL 100
I Tim dari VE Spesialis
21%
a Tim Gabungan dengan Kontral<tor
14%
I Tim Gabungan dengan Perencana
19%
Gambar4.21. Struktur Tim VE
■ Tim IVIanajemen Konstruksi
8%
□ Tim Perencana Asal
5%
UTim Gabungan dari iVlulti Disiplin
14%
E T im Intern (in
— house)
2%
Tim Gabungan dengan Pemilik
17%
6.9. Keputusan Dirjen Cipta Karya 1992 dan 1997 Tentang Pelaksanaan VE Keputusan Diijen Cipta Karya 1992 dan 1997 tentang pelaksanaan VE pada Proyek Pemerintah untuk gedung 8 lantai lebih yang telah tahu/
m endengar adalah 67% sedang sebanyak 33% tidak tahu/tidak mendengar.
6.10. Tahap Pelaksanaan VE yang Dilakukan
Tahap pelaksanaan VE yang di;lakukan sesuai dengan keputusan Dirjen Cipta Karya 1992 dan 1997 tentang pelaksanaan VE adalah 33%
pada Tahap Perencanaan 67% pada Tahap Setelah Pelelangan.
7. BEDA H ASIL PERINGKAT RESPO NDEN SURABAYA DAN JAKARTA.
Hasil peringkat untuk responden Surabaya dan Jakarta akan diuji secara statistik untuk memastikan ada atau tidak ada perbedaan hasil peringkat dari faktor-faktor yang ditinjau. Untuk menguji maka dipakai program statistik SPSS 10.0.5 dengan memakai Kruskal-Wallis Test. Langkah awal dengan menentukan Hipotesis Null (Ho): tidak ada perbedaan hasil peringkat antara Surabaya dan Jakarta, dan Hipotesis Alternatif (Hi): ada perbedaan hasil peringkat antara Surabaya dan Jakarta. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5 dan sebagai hasilnya terdapat perbedaan pada faktor III.2.A dan IV.2.A serta IV.2.J dengan angka signifikan lebih kecil 0.05 (a = 5%), maka tolak Ho berarti ada perbedaan hasil peringkat antara Surabaya dan Jakarta.
(Tabel4.27).
Tabel 4.27. Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berbeda Untuk Surabaya Dan Jakarta.
Kode Faktor Angka
Signifikan Hasil Uji III.2.A. Upaya penghematan pada perencanaan
proyekyang dikerjakan dengan melakukan evaluasi dari pra-rencana untuk menentu
kan yang efisien.
0,010 Tolak Ho
IV.2A. Alasan melakukan VE karena Pemilik. 0,028 Tolak Ho IV.2.J. Alasan melakukan VE karena merupakan
peraturan Pemerintah.
0,049 Tolak Ho
Upaya penghematan dengan melakukan evaluasi dari pra-rencana untuk menentukan yang efisien (faktor in.2.A) lebih banyak dilakukan oleh responden Jakarta, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.22. Alasan melakukan VE karena pemilik (IV.2.A) dan karena merupakan Peraturan Pemerintah (IV.2.J) lebih banyak dilakukan oleh responden Jakarta, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan Gambar 4.24. Dari 59 faktor yang ditinjau melalui uji statistik hanya 3 yang berbeda untuk faktor lokasi Surabaya dan Jakarta, hal ini sangat kecil yaitu 5%..
Dari uji beda hasil peringkat Surabaya dan Jakarta didapat responden Jakarta lebih awal melakukan penghematan dengan memulainya pada pra- rencana. Di Jakarta faktor Pemilik dan Peraturan Pemerintah lebih besar merupakan alasan untuk melakukan VE dibanding dengan di Surabaya.
111.2^
FAKTOR^AKTOR
Gambar 4.22. Nilai M ean Upaya Penghematan Dengan M elakukan Evaluasi Dari Pra-rencana
5.00
4.50
4.00
3.50
^ 3.00
I
1 2.50
<
^ 2 .0 0
1.50
1.00
0.50
0.00
Jakarta (3.78)
Surabaya (3,11)
IV.2.A FAKTOR^AKTOR
Gambar 4.23. Nilai Mean Alasan M elakukan VE Karena Pemilik Mengharuskan VE.
FAKTOR-fAKTOR
Gambar 4.24. Nilai Mean Alasan Melakukan VE Karena Merupakan Peraturan Pemerintah.
8. BED A HASIL PEREVGKAT RESPONDEN FERENC AN A, KONTRAK- TOR DAN PENGEMBANG.
Hasil peringkat untuk responden Perencana, Kontraktor dan Pengembang akan diuji secara statistik untuk memastikan ada atau tidak ada perbedaan hasil peringkat dari faktor-faktor yang ditinjau. Untuk menguji maka dipakai program Statistik SPSS 10.0.5 denganmemakaiZrw5fet/-ff^j///5 Test. Langkah
awal dengan menentukan Hipotesis Null (Ho): Tidak ada perbedaan hasil peringkat antara Perencana, Kontraktor dan Pengembang, dan Hipotesis Altematif (Hi): Ada perbedaan hasil peringkat antara Perencana, Kontraktor d m Pengembang. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6 dan sebagai hasilnya terdapat perbedaan pada faktor LB, II.3.H, III.l.A, III.l.G, IV.l.D, IV.I.E, IV.2.D (Tabel 4.28) dengan angka signifikan lebih kecil 0,05 (a = 5%), maka tolak Ho berarti ada perbedaan hasil peringkat antara yang terlibat pada industri konsruksi yaitu Perencana, Kontraktor, Pengembang (Tabel 4.28).
Tabel 4.28. Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berbeda Dengan M emperhatikan Keterlibatan Pada hidustri Konstruksi: Perencana, Kontraktor, Dan Pengembang.
Kode Faktor Angka
Signifikan Hasil Uji
I.B. Upaya yang dilakukan setelah terjadi krisis ekonomi di Indonesia dengan upaya pengurang- an biaya dengan mencari bahan yang kualitas lebih rendah
0,013 Tolak Ho
II.3.H. Jenis pekerjaan yang paling sering dilakukan penghem atan pada Pembangunan Gedung Bertingkat Tinggi adalah penghematan pada semua jenis pekerjaan.
0,047 Tolak Ho
III.l.A. Hambatan upaya penghematan karena anggapan lebih baik mengurangi biaya dengan mencari bahan yang kualitasnya lebih rendah.
0,014 Tolak Ho
III.l.G. Hambatan upaya penghematan karena pemilik ingin satu tipe konstruksi.
0,031 Tolak Ho
IV.l.D. Persepsi pada VE dengan anggapan VE sengat mudah dilaksanakan dan hasilnya berarti.
0,049 Tolak Ho
IV.I.E. Persepsi pada VE dengan anggapan VE merupa- kan altematif pendekatan untuk penghematan biaya.
0,044 Tolak Ho
IV.2.D. Alasan melakukan VE karena Kontraktor me- ngusulkan VE.
0,016 Tolak Ho
Upaya penghematan setelah teij adi krisis ekonomi di Indonesia dengan upaya pengurangan biaya dengan mencari kualitas bahan yang lebih rendah relatif lebih banyaJc dilakukan secara berurutan oleh Pengembang, Kontraktor dan kemudian Perencana, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.25, berarti Pengembang lebih cenderung untuk melakukan pemotongan biaya bukan VE kemudian Kontraktor dan Perencana. Pada pembangiman gedung bertingkat tinggi penghematan pada semua jenis pekerjaan relatif lebih banyak dilakukan secara berurutan oleh Pengembang, Perencana, Kontraktor, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.26. sekaligus m enunjukkan K ontraktor lebih menerapkan Pareto’s Law yaitu dengan melakukan penghematan pada jenis pekerjaan yang berpengaruh besar pada biaya. Hambatan upaya peng
hematan karena anggapan pengurangan biaya dengan menurunkan kualitas relatif lebih sering dihadapi secara berurutan oleh Pengembang, Kontraktor, Perencana, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.27, hal ini sesuai upaya yang dilakukan mereka dalam menghadapi krisis ekonomi. Sedangkan hambatan karena pemilik hanya ingin satu tipe konstruksi relatif lebih sering dihadapi secara berurutan oleh Kontraktor, Perencana, Pengembang, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.28. Persepsi pada VE dengan anggapan VE sangat mudah dilaksanakan dan hasilnya berarti relatif lebih banyak dipunyai secara berurutan oleh Pengembang, Perencana, Kontraktor, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.29, anggap mudah oleh Pengembang bisa didasari konsep VE yang keliru yaitu pemotongan biaya. Sedangkan persepsi pada VE dengan anggapan VE merupakan alternatif pendekatan untuk penghematan biaya relatif lebih banyak dipunyai secara berurutan oleh Pengembang, Perencana, Kontraktor, hal ini dapat dilihat pada G am b^
4.30, sesuai denganupaya pemotongan biaya, maka Pengembang beranggapan VE merupakan sekedar alteraatif. Alasan melakukan VE karena Kontraktor mengusulkan VE relatif lebih banyak diberikan secara berurutan oleh Kontraktor, Perencana, Pengembang, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.31.
Hal ini sangat mungkin karena pada saat pelaksanaan dirasakan oleh Kontraktor ada peluang untuk penghematan.
Dari 59 faktor yang ditinjau melalui uji statistik terdapat 7 faktor yang berbeda untuk faktor yang terlibat pada industri konstruksi; Perencana, Kontraktor, Pengembang, hal ini cukup kecil yaitu 12%.
l.B
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.25. NilaiMean Upaya Setelah Terjadi Krisis Ekonomi Dengan Pengurangan Biaya D engan M encari Bahan yang Kualitasnya Lebih Rendah.
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.26. Nilai Mean Jenis Pekerjaan yang Paling Sering Dilakukan Penghematan Adalah Pada Semua Jenis Pekerjaan.
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.27. Nilai Mean Hambatan Upaya Penghematan Lebih Baik Mengurangi Biaya Dengan Mencari Bahan yang Kualitas- nya Lebih Rendah.
4.00
3.50
3.00
z 2.50
1 2.0 0
^ 1.50
1.00 0.50
0.00
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.28. Nilai Mean Hambatan Upaya Penghematan Karena Pemilik Hanya Ingin Satu Tipe Konstruksi.
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.29. Nilai Mean Persepsi Pada VE Dengan Anggapan VE Sangat Mudah Dilaksanakan dan Hasilnya Berarti.
FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.30. Nilai Mean Persepsi Pada VE Dengan Anggapan VE Merupakan Alternatif Pendekatan Untuk Penghematan Biaya.
IV.2.D FAKTOR-FAKTOR
Gambar 4.31. Nilai Mean Alasan Melakukan VE Karena Kontraktor Mengusulkan VE.
Tabel 4.29. menunjukkan peringkat 7 faktor yang berbeda terlihat Pengembang paling berkepentingan pada upaya penghematan baik pada waktu menghadapi krisis ekonomi, maupun pada pembangiman gedung bertingkat tinggi, walaupun dilakukan dengan tidak tepat dengan piemotongan biaya dengan mencari bahan yang kualitasnya lebih rendah. Peringkat berikutnya ' adalah Kontraktor kemudian Perencana. Hal ini sangat mungkin karena hasil dari upaya penghematan paling besar dirasakan oleh Pengembang, sedangkan Kontraktor dan Perencana memperoleh jasa melakukan VE, biia terlibat dalam melakukan VE. Sehubungan Pengembang lebih berupaya penghematan dengan pemotongan biaya dengan mencari bahan yang kualitasnya lebih rendah, maka dari hasil uji beda Pengembang juga paling mempunyai persepsi VE adalah mudah dan merupakan altematif.
Tabel 4.29. Peringkat 7 Faktor yang Berbeda.
Kode Faktor Peringkat
1 2 3
I.B. Upaya yang dilakukan setelah teijadi krisis ekonomi di Indonesia dengan upaya pengurangan biaya dengan mencari bahan yang kualitas lebih rendah
Pe (2.87)
K (2.33)
P (1.9)
II.3.H. Jenis pekerjaan yang paling sering dilakukan penghem atan p ada Pem bangunan G edung Bertingkat Tinggi adalah penghematan pada semua jenis pekerjaan.
Pe
(3)
P (2.74)
K (2.17)
III.1.A. Hambatan upaya penghematan karena anggapan lebih baik mengurangi biaya dengan mencari bahan yang kualitasnya lebih rendah.
Pe (3.07)
K (2.42)
P (2.22)
III.l.G. Hambatan upaya penghematan karena pemilik ingin satu tipe konstruksi.
K (3.50)
P (2.82)
Pe (2.53) IV.l.D. Persepsi pada VE dengan anggapan VE sengat
mudah dilaksanakan dan hasilnya berarti.
Pe (3.47)
P (3.08)
K (2.55) IV. I.E. Persepsi pada VE dengan anggapan VE merupakan
altematif pendekatan untuk penghematan biaya.
Pe (4.13)
P (3.97)
K (3.56) . IV.2.D. A lasan m elakukan VE karena K o n trakto r
mengusulkan VE.
K (4.25)
P (3.33)
Pe (3.09) Catatan : P = Perencana
K = Kontraktor Pe = Pengembang
9. BEDA BASIL PERINGKAT DENGAN MEMPERHATIKAN “YANG PERNAH” DAN “TIDAK PERNAH” MELAKUKAN VE FORMAL.
Hasil peringkat untuk responden “yang pemah” dan “tidak pemah” akan diuji secara statistik untuk memastikan ada atau tidak ada perbedaan hasil peringkat dari faktor-faktor yang ditinjau. Untuk menguji maka dipakai pro
gram statistik SPSS 10.0.5 dengan memakai Kruskal-Wallis Test. Langkah awal dengan menentukan Hipotesis Null (Ho): Tidak ada perbedaan hasil peringkat antara “yang pemah” dan “tidak pemah” melakukan VE formal, dan Hipotesis Altematif (Hi): Ada perbedaan hasil peringkat antara “yang pemah”
dan “tidak pemah” melakukan VE formal. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7 dan sebagai hasilnya terdapat perbedaan pada faktor II.2.D, II.3.C, II.3.D, II.3.E, II.3.G, III.4. (label 4.30) dengan angka signifikan lebih kecil 0.05 (a = 5%), maka tolak Ho berarti ada perbedaan hasil peringkat antara “yang pemah” melakukan VE formal (Tabel 4.30).
label 4.30. Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berbeda Dari “Pemah” Dan “Tidak Pemah” Melakukan VE Formal.
K ode F aktor A ngka
Signifikan H asil U ji
II.2.D. Keselamatan Kerja 0,041 Tolak Ho
II.3.C. Item yang Paling Sering Dilakukan Penghematan:
Pekerjaan Mekanikal.
0,013 Tolak Ho
II.3.D. Item yang Paling Sering Dilakukan Penghematan:
Pekerjaan Elektrikal.
0,016 Tolak Ho
II.3.E. Item yang Paling Sering Dilakukan Penghematan:
Pekerjaan Sanitasi Dan Plumbing.
0,022 Tolak Ho
II.3.G. Item yang Paling Sering Dilakukan Penghematan:
Dipusatkan Pada Pekerjaan yang Biayanya Relatif Tinggi.
0,033 Tolak Ho
III.4. Kepuasan Dengan Hasil Penerapan Upaya Penghematan. 0,047 Tolak Ho
Tabel 4.31. Faktor yang Berbeda dari “Pemah” Dan “Tidak Pemah” Melakukan VE Formal
Kode Faktor Pernah Tidak
Pernah
Keselamatan Kerja H (4.73) L (4.48)
n.3.c. Item yang Paling Sering Dilakukan Peng- hematan : Pekerjaan Mekanikal
H (3.63) L (2.92)
II.3.D. Item yang Paling Sering Dilakukan Penghematan: Pekerjaan Elektrikal
H (3.85) L (3.44)
II.3.E. Item yang Paling Sering Dilakukan Peng
hematan: Pekerjaan Sanitasi Dan Plumbing
H (3.85) L (3.48)
II.3.G. Item yang Paling Sering Dilakukan Peng
hematan: Dipusatkan Pada Pekerjaan yang Biayanya Relatif Tinggi.
H (4) L (3.58)
III.4. Kepuas.an Dengan Hasil Penerapan Upaya
Penghematan. H (3.05) L (2.48)
Catatan: H = High L = Low
Dari uji beda hasil peringkat, maka diperoleh hasil yang berbeda pada Tabel 4.31. Yang pemah melakukan VE secara formal hasil peringkat lebih tinggi terhadap yang tidak pemah, dengan hasil-hasil sebagai berikut:
• Yang pemah melakukan VE secara formal lebih memperhatikan faktor
“keselamatan kerja” tetap merupakan sasaran untuk dicapai di dalam melakukan upaya penghematan.
I
• Item yang paling sering dihemat ysing pemah meleikukan VE secara formal lebih memusatkan pada pekerjaan yang biaya relatif tinggi, juga lebih mem
perhatikan detail pekerjaan mekanikal, elektrikal, sanitasi dan plumbing.
Sehingga lebih menghemat waktu dan menyelumh untuk pekerjaan yang biayanya relatif tinggi.
• Hasil dari upaya penghematan yang pemah melakukan VE secara formal lebih memuaskan.