• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW OF LEGAL EXECUTION TESTAMENT AND IT S PROBLEM (Studi in Sunarto, SH Notary Public Office Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "REVIEW OF LEGAL EXECUTION TESTAMENT AND IT S PROBLEM (Studi in Sunarto, SH Notary Public Office Surakarta)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW OF LEGAL EXECUTION TESTAMENT AND IT’S PROBLEM

(Studi in Sunarto, SH Notary Public Office Surakarta)

SKRIPSI

ESSAY

Compiled and Proposal Requirement To Complement In Obtained Bachelor’s Degree in Legal Studies On Faculty of Law,

University of Slamet Riyadi Surakarta

Diajukan Oleh : KUSUMA AJI SAN AP

NPM: 13102145

FACULTY OF LAW

UNIVERSITY SLAMET RIYADI SURAKARTA

2017

(2)

JURIDIS REVIEW OF TESTAMENT IMPLEMENTATION AND PROBLEM (Study at Notary Office Sunarto, SH In Surakarta)

Submitted by : KUSUMA AJI SAN AP

NPM: 13102145

ABSTRACT

The problem background in this research is the granting of a will, not necessarily the heir command in the testament can be implemented. There are many factors that cause it. If it turns out that there is no barrier factor, the testament can be fulfilled. Part of the heir legacy that can be used to fulfill the contents of the testament is limited to the available parts only. Thus, the percentage of inheritance inherent to the fulfillment of the testament does not depend on the sound of the testament, but it depends on the amount of inheritance inherent to which the law or law is available to the heir.

The purpose of this study is for the process of making the Testament and the execution of the testament at Notary Office Sunarto, SH in Surakarta and to study the issues arising in the execution of the testament.

Research methods in the preparation of this thesis is including the type of juridical empirical or sociological research. This is because direct researchers obtain primary data or data first obtained in the field or in the community.

Understanding empirical juridical research itself is an unwritten positive legal research on the behavior of community members in the relationship of social life.

Descriptive nature, in which research is limited to an attempt to disclose an actual situation or event, so that the study is merely a disclosure of fact. By the way the author searched for data at Notary Sunarto, SH in Surakarta.

The result of this research is that the procedure of making the testament made by the person placed under the same capability as the manufacturing procedure made by the person who is not placed under the skill, the difference is only that each of his oratory will have to be attended or known by his or her counterpart and the Heritage Hall as supervisors. For those who submitted must complete the application attached a copy of death certificate on behalf of the will, death certificate (SKK) from Kelurahan. Implementation of the testament at Notary Sunarto, SH Surakarta is after the Certificate of Inheritance (SKW) signed by the Director of Civil Affairs, stating that SKW on behalf of registered and unregistered applicants. If registered can be used to obtain data about the wills made to be brought to the notary in question. The problem generally lies in the issue of division that is deemed unfair by either of the parties of the heirs or the determination of the part of the estate relates to the legitime portion of the rightful heir.

(3)

A. Pendahuluan

Manusia selain sebagai individu juga sebagai makhluk sosial, dimana dalam memenuhi kebutuhannya manusia tetap tergantung pada orang lain, walaupun sampai saat ia akan meninggal dunia. Pemenuhan kebutuhan manusia yang secara tidak langsung menyangkut berbagai kepentingan dimana kepentingan ini dapat dipenuhi dengan suatu cara, misalnya adanya suatu kerja sama antara notaris dengan pewaris untuk membuat suatu testament atau surat wasiat. Karena itu seseorang pada saat menjelang kematiannya jauh sebelumnya sering mempunyai maksud tertentu terhadap harta kekayaan yang akan ditinggalkannya.

Hal ini dikarenakan setelah seseorang itu meninggal dunia, maka harta warisan yang ditinggalkannya dapat menimbulkan berbagai masalah baik sosial maupun hukum. Oleh karena itu diperlukan pengaturan serta penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya apabila kehendak terakhir seseorang ingin diungkapkan dengan jelas dan tegas dapat dituangkan dalam akta otentik yang lazim disebut testament atau surat wasiat. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang, maka tata urutan pembuatan testament dari awal sampai akhir sangatlah diperlukan guna adanya kepastian hukum yang mengikat. Setiap testament harus dibuat oleh seorang Notaris. Karena notaris dalam pasal 1 huruf 1 Undang-undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang. Setiap testament yang dibuat di hadapan notaris berbentuk akta. Yang

(4)

disebut dengan Akta Notaris. Namun demikian dalam pembuatan akta wasiat oleh notaris dan pelaksanaannya wasiat tersebut terkadang ditemukan fakta-fakta yang diluar dugaan pada ahli waris seperti pernyataan pewaris yang menghendaki bagian waris untuk anak pertama lebih besar dibandingkan anak yang lain atau bagian si anak perempuan lebih kecil dibandingkan bagian ahli waris anak laki- laki dan sebagainya.

B. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis memilih lokasi pada Kantor Notaris Sunarto, SH di Surakarta, karena lokasi tersebut telah ada data mengenai pelaksanaan testament.

Penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis adalah termasuk jenis penelitian yuridis empiris atau sosiologis. Hal ini disebabkan peneliti langsung memperoleh data primer atau data yang pertama kali didapatkan di lapangan atau dalam masyarakat. Pengertian penelitian yuridis empiris sendiri adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat. Disini penulis mencari data di Kantor Notaris Sunarto, SH di Surakarta.

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai sifat deskriptif. Pengertian penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya terbatas pada suatu usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan peristiwa yang sebenarnya terjadi, sehingga penelitian ini hanya bersifat untuk mengungkapkan fakta. Hasil

(5)

penelitian ini ditekankan untuk memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

Data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer ini berupa berupa fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber data untuk tujuan penelitian sehingga diharapkan nantinya penulis dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau dengan kata lain data tersebut sudah ada sebelumnya. Data sekunder bisa diperoleh dari studi pustaka maupun turun langsung ke lapangan seperti dalam dokumen- dokumen, literature-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Pembahasan

Pelaksanaan surat wasiat (testament) adalah sebagai berikut: 1. Ahli waris datang kepada Notaris untuk mohon dibuatkan surat keterangan warisan dengan membawa syarat-syarat sebagai berikut: a. Syarat-syarat pewaris yang telah meninggal, antara lain: foto copy Akta Kelahiran, Akta Kematian, warna Negara Indonesia ganti nama dan surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (bentuk warga keturunan Cina), b. Syarat-syarat ahli waris, yang berupa: foto

(6)

copy KTP, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran serta data harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris (missal: foto copy sertifkkat jika ada yang ditinggalkan tersebut berupa tanah). 2. Notaris membuat surat permohonan untuk ditanyakan kepada Daftar Pusat Wasiat di Jakarta apakah pewaris semasa hidupnya meninggalkan wasiat atau tidak dengan disertai bukti-bukti berupa foto copy Akta Kelahiran, Akta Kematian, WNI ganti nama dan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (untuk warga keturunan Cina) dan membayar biaya melalui bank sebesar Rp 250.000,-. 3. Dalam waktu kurang lebih 1,5 bulan, Daftar Pusat Wasiat di Jakarta akan memberikan jawaban via pos. 4. Setelah mengetahui jawabannya apakah terdapat wasiat atau tidak, kemudian notaris membuatkan surat pernyataan para ahli waris dan membuat surat keterangan warisan. 5. Setelah notaris mengeluarkan surat keterangan warisan, baru para ahli waris dapat melaksanakan pembagian harta warisan. Besar kecilnya pembagian harta warisan dibagi sesuai dengan isi dari surat keterangan warisan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai pelaksanaan surat wasiat (testament) dapat simpulkan bahwa apabila pewaris telah meninggal dunia dan para ahli waris bermaksud untuk mengurusnya, maka seorang notaris wajib menanyakan kepada Balai Harta Peninggalan apakah pewaris meninggalkan wasiat. Setelah mendapatkan jawaban dari Balai Harta Peninggalan, apakah ada wasiat atau tidak, notaris membuat surat pernyataan para ahli waris dan kemudian notaris mengeluarkan surat keterangan hak waris. Apabila terdapat wasiat, notaris membacakan surat wasiat yang telah dibuat oleh pewaris sebelum meninggal dunia tersebut dihadapan para ahli waris. Setelah notaris mengeluarkan surat

(7)

keterangan hak waris, baru para ahli waris dapat melaksanakan pembagian harta warisan sesuai dengan isi pada surat wasiat (testament) yang dibuat oleh pewaris.

Adapun cara mendapatkan Surat Keterangan Wasiat (SKW), yaitu mengajukan permohonan ke Depkumham seksi pusat daftar wasiat. Bagi yang mengajukan harus melengkapi permohonan dilampirkan foto copy akta kematian atas nama pemilik wasiat, Surat Keterangan Kematian (SKK) dari kelurahan, SKK dari kedutaan bagi warga Negara Indonesia yang meninggal di luar negeri, KTP, KK, Akta Kelahiran Surat Ganti Nama (bagi warga Negara yang mengubah nama terutama orang Cina), Surat Keterangan Akta Nikah dan biaya pendaftaran Rp 250.000,-.

Setelah data-data masuk, akan diproses dan muncul dua kemungkinan jawaban Depkumham “terdaftar” dan “tidak terdaftar”. Terdaftar wasiat sesuai yang didaftar ke kami, misalnya akte nomor berupa, pekerjaan waktu hidup, alamat dan informasi siapa notaris penyimpan protocol itu. Mungkin notaris yang sama kalau masih hidup, tapi kalau sudah meninggal siapa penyimpan protokolnya yang ditunjuk oleh notaris memang belum pernah membuat wasiat.

Dalam pemberian warisan melalui surat wasiat (testament), tidak serta merta perintah pewaris dalam testament dapat dilaksanakan, tetapi pembagian warisan dari harta peninggalan pewaris yang dapat digunakan untuk memenuhi isi testament hanya terbatas pada bagian yang tersedia saja. Dengan demikian, persentasi harta kekayaan peninggalan pewaris untuk pemenuhan testament tidak tergantung pada bunyi testament, tetapi sangat tergantung pada jumlah harta

(8)

peninggalan pewaris yang oleh hukum atau undang-undang tersedia untuk pewaris.

Bagi orang yang banyak harta tapi belum sempat membuat wasiat, maka tetap saja bisa dibagi, tetapi sudah banyak kejadian walaupun sudah diatur sedemikian rupa, tetap saja harta menjadi rebutan.

Pelaksanaan surat wasiat (testament) di Kantor Notaris Sunarto, SH Surakarta adalah setelah Surat Keterangan Waris (SKW) ditandatangani oleh Direktur Perdata, yang menyatakan bahwa SKW atas nama pemohon terdaftar dan tidak terdaftar. Kalau terdaftar bisa digunakan untuk mendapatkan data mengenai wasiat yang dibuat untuk dibawa ke notaris bersangkutan. Notaris berwenang membuat Surat Keterangan Hak Pewaris, yakni surat yang menyatakan siapa ahli waris yang meninggal untuk kemudian sebagai dasar membagi warisan sesuai ketentuan.

Wasiat akan berguna apabila yang membuat sudah meninggal. Begitu pentingnya peran wasiat, sehingga bagi notaris yang melanggar dalam arti tidak melaporkan surat wasiat sesuai aturan maka akan diberikan sanksi. Menurut pasal 84 UU No. 30/2004 tentang Jabatan Notaris, apabila terdapat wasiat yang tidak dilaporkan maka akta akan mempunyai kekuatan dibawah tangan atau batal demi hukum. Dengan demikian kepada para pihak yang dirugikan bisa menuntut biaya ganti rugi kepada notaris bersangkutan.

Tugas ini berkaitan erat dengan tugas Majelis Pengawas Notaris Wilayah (MPW) dan Majelis Pengawas Notaris Daerah (MPD). Dipundak merekalah tanggungjawab dibebankan untuk mendidik ketaatan notaris. Jadi diharapkan agar

(9)

MPW, MPD benar-benar melaksanakan pengawasan ketaatan notaris untuk melaporkan wasiat setiap bulan, MPW, MPD berwenang memeriksa kantor notaris.

Dengan demikian adanya pelaksanaan surat wasiat dapat disimpulkan bahwa: Jika tidak ada penunjukan pelaksana wasiat oleh pewaris maka yang biasanya menjadi pelaksana wasiat adalah ahli waris. Ketentuan tentang pelaksana wasiat iatur dalam Buku Kedua BW, Bab 14, Bagian 9, Pasal 1005-1018 KUHPerdata. Setiap pewaris memiliki wewenang untuk mengangkat seorang atau lebih pelaksana wasiat. Pengangkatan dilakukan dengan surat wasiat, kodisil atau akta notaris khusus (Pasal 1005).

Yang tidak dapat diangkat sebagai pelaksana wasiat: (Pasal 1006) KUHPerdata wanita nikah (ketentuan ini tidak berlaku lagi) orang dibawah umur, walaupun telah memperoleh pendewasaan; orang yang dibawah pengampuan;

mereka yang tidak berwenang membuat perikatan; kewajiban seorang pelaksana wasiat; mengusahakan pencatatan harta (boedelbeschrijving) yang dihadiri para ahli waris dan jika mereka tidak atau tidak semua hadir, sedikitnya mereka yang bertempat tinggal di Indonesia telah diundang secara sah dengan eksploit (Ps.

1010); Berita Acara Pencatatan Harta tidak perlu notarial, asalkan semua ahli waris setuju; mengusahakan agar warisan disegel apabila ada ahli warus dibawah umur atau dibawah pengampuan yang tidak ada ahli waris dibawah umur atau dibawah pengampuan yang tidak ada wakil hukumnya (wali atau pengampu) atau jika ahli waris yang tidak ada wakil hukumnya (wali atau pengampu) atau jika ada ahli waris yang tidak dapat hadir tanpa mengajukan wakilnya (Pasal 1009).

(10)

Hal ini sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW), bahwa hukum waris adalah hukum harta kekayaan dalam lingkungan keluarga, karena wafatnya seseorang maka akan ada pemindahan harta kekayaan yang akan ditinggalkan oleh orang yang meninggal dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka maupun antara mereka dengan pihak ketiga.

Dengan demikian uraian di atas disimpulkan bahwa pelaksanaan Surat Wasiat (testament) pada Kantor Notaris Sunarto, SH di Surakarta bahwa kewenangan notaris mengenai surat wasiat hanya pihak notaris membacakan apa isi surat wasiat (testament) dihadapan para ahli waris yang tercantum dalam isi surat wasiat (testament) kemudian pelaksana diserahkan kepada para pihak ahli waris dengan cara melakukan apa yang menjadi perintah dalam surat wasiat tersebut demi tidak ada permasalahan-permasalahan dalam pembagian warisan melalui surat wasiat (testament).

Masalah harta peninggalan terkadang seseorang lebih memilih bentuk pembagian harta peninggalannya kepada ahli warisnya dalam bentuk surat wasiat (testament). Kecenderungan untuk memilih wasiat dalam pembagian harta peninggalan, umumnya dipilih untuk menghindari konflik yang berkepanjangan atas harta peninggalan tersebut. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya pula, pewaris tidak ingin harta peninggalannya dapat dinikmati oleh pihak-pihak lain selain ahli warisnya. Pewaris biasanya berkeinginan hanyalah garis keturunan ke bawah yang dapat menikmati harta peninggalannya.

(11)

Secara praktek, memang lebih mudah melakukan pembagian harta peninggalan yang berdasarkan pada surat wasiat dibandingkan dengan pembagian harta peninggalan berdasarkan pewarisan mengingat dalam pewarisan sering timbul suatu perselisihan sekitar soal siapakah ahli warisnya dan siapakah yang berhak memperoleh hak milik atas harta warisan. Jika persoalan tersebut tidak dapat dipecahkan mau tidak mau harus menempuh jalur litigasi yang pada prakteknya pengadilan sebelum memutus pihak mana yang berhak sebagai ahli waris akan memerintahkan terlebih dahulu kepada pemegang harta warisan tersebut untuk ditaruh terlebih dahulu di Balai Harta Peninggalan. Alih-alih untuk menikmati harta peninggalan pada akhirnya para ahli waris harus mengganti segala biaya, rugi dan bunga serta meminta kepada pengadilan yang bersangkutan untuk mencabut penyegelan dan penghapusan datar harta peninggalan yang singkat kata biaya-biaya tersebut belum tentu sebanding dengan nilai harta warisan yang didapat oleh para ahli waris.

D. Kesimpulan

Adapun proses pembuatan dan pelaksanaan surat wasiat dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Permohonan Pewasiat: Dalam tahap ini pewasiat datang ke kantor notaris dengan membawa surat bukti identitas diri berupa KTP yang masih berlaku, foto copy sertifikat (apabila harta yang akan diwasiatkan berupa tanah); Pewasiat mengutarakan keinginannya yang terakhir kepada notaris untuk dibuatkan surat wasiat; Notaris mencatat semua yang dikehendaki oleh pewasiat dan membuatnya dalam sebuah akta otentik yaitu surat

(12)

wasiat; Notaris membacakan akta tersebut dihadapan pewasiat dengan dihadiri oleh 2 orang saksi; Apabila akta tersebut sudah sesuai dengan kehendak pewasiat, maka pewasiat menandatangani akta tersebut; Notaris membuatkan salinan aktanya untuk diberikan kepada pewasiat, sedangkan asli akta yang

ditandatangani oleh pewasiat disimpan oleh Notaris yang biasa disebut minuta.

2. Tahap kewajiban Notaris dalam proses pembuatan surat wasiat (testament) adalah setelah surat wasiat dibuat, notaris wajib melaporkan surat wasiat tersebut, yang ditujukan kepada: Kepala Balai Harta Peninggalan Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia Kantor Wilayah Jawa Tengah (BHP) dan Direktur Perdata, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum melalui Kepala Sub Direktorat Harta Peninggalan (seksi daftar pusat wasiat) Jakarta. Setiap bulan notaris wajib membuat laporan wasiat, baik itu nihil ataupun terdapat wasiat:

Laporan wajib dikirimkan maksimal tanggal 5 pada bulan berikutnya. Setelah proses pembuatan surat wasiat, adapun dalam pelaksanaannya surat wasiat tersebut adalah apabila pewaris telah meninggal dunia dan para ahli waris bermaksud untuk mengurusnya, maka seorang notaris wajib menanyakan kepada Balai Harta Peninggalan apakah pewaris meninggalkan wasiat. Setelah mendapatkan jawaban dari Balai Harta Peninggalan, apakah ada wasiat atau tidak, notaris membuat surat pernyataan para ahli waris dan kemudian notaris mengeluarkan surat keterangan hak waris.

Pembagian harta peninggalan dengan mendasarkan pada surat wasiat lebih mudah dibandingkan melalui warisan karena kematian, tidak tertutup kemungkinan terdapat konflik-konflik yang dapat memecah belah nilai-nilai

(13)

kekeluargaan diantara para ahli waris. Permasalahan-permasalahan pada umumnya terletak pada masalah pembagian yang dianggap tidak adil oleh salah satu pihak ahli waris dan penetapan bagian harta peninggalan tersebut bersinggungan dengan bagian mutlak (legitime portie) ahli waris.

Dari asumsi merasa tidak adanya keadilan atau penetapan bagian warisan yang tidak sama antara satu ahli waris dengan ahli waris yang lain, pada akhirnya bermuara pada tuntutan untuk membatalkan isi atau ketetapan wasiat tersebut.

Daftar Pustaka

Abdurahman, SH., 1984. Hukum Waris Adat Menurut Perundang-Undangan Republik Indonesia. Jakarta: Cendana Press.

Afandi Ali, 1997. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Jakarta:

Rineka Cipta.

Eman Suparman, 1991, Intisari Hukum Waris Indonesia, Bandung: Mandar Maju.

Hadari Nawawi, 1995, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Bulak Sumur.

Harahap, 1993, Kedudukan Janda, Duda dan Anak Angkat dalam Hukum Adat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hazairin, 1982, Hukum Waruisan Bilateral menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Tinta Mas Indonesia.

Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan Hukum Adat, Hukum Agama Hindu, Islam, Bandung: PT. Bina Aksara.

M. Indris Ramulyo, 1994, Studi Kasus Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dan Praktek di Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri, Jakarta: Ind-Hill.Co.

Muchlis Marwan dan Andri Prastowo, 1996, Hukum Adat (Modul 2), Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Muhammad Ali As-Shabuni, 1998, Hukum Waris dalam Syariat Islam, Bandung:

CV. Diponegoro.

(14)

R. Soepomo, 1983, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Pradnya Paramita.

Ramulyo HR., 2007, Beberapa Masalah Pelaksanaan Kewarisan Perdata Barat (Burgerlijk Wetboek), Jakarta: Sinar Grafika.

Ridwan HR., 2007, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

Subekti, 2008, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan dividen, ukuran perusahaan, leverage , dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata, dapat disimpulkan ada 28 jenis gaya bahasa, sebagai berikut: Gaya bahasa

Skripsi berjudul “Profil Interleukin-4 Pasca Injeksi Ekstrak Kelenjar Saliva Anopheles aconitus Pada Mencit BALB/c Sebagai Model Transmission Blocking Vaccine” telah diuji

Menurut teori Harrod Domar berpendapat bahwa walaupun kapasitas dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan

Penelitian ini menghasilkan bahwa Kosovo memiliki strategis politik yang mencakup Kosovo sebagai sebuah area abu-abu yang memberikan kesempatan besar bagi Amerika

[r]

• Dengan kodrat dan idarat-Nya Allah menetapkan dua macam hukum yang berkaitandengan hukumalam smesta dan hukum khusus bagi umat manusia: • Pertama hukum

Hasil wawancara penulis dengan dewan guru khususnya konselor bahwa dalam catatan kasus anak/ siswa di MA YPI Ciwangi kebanyakan adalah mereka siswa yang tidak