KERAGAMAN BOBOT LAHIR DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN DARI BANGSA BABI GALUR MURNI
AUSTRALIA DI BPTU SIBORONG-BORONG
SKRIPSI Oleh :
EVA DIANA MANIK 080306053
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
KERAGAMAN BOBOT LAHIR DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN DARI BANGSA BABI GALUR MURNI
AUSTRALIA DI BPTU SIBORONG-BORONG
SKRIPSI Oleh :
EVA DIANA MANIK 080306053
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
Judul Skripsi : Keragaman Bobot Lahir dan Jumlah Anak Per Kelahiran dari Bangsa Babi Galur Murni Australia di BPTU
Siborong-Borong
Nama : Eva Diana Manik
NIM : 080306053
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Hamdan SPt, Msi Usman Budi, S.Pt, M.Si.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ristika Handarini, MP.
Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
EVA DIANA MANIK: “Keragaman Bobot Lahir dan Jumlah Anak Per Kelahiran dari Bangsa Babi Galur Murni Australia di Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi dan Kerbau Siborong-Borong”, dibimbing oleh HAMDAN dan USMAN BUDI.
Peternakan babi merupakan usaha mayoritas penduduk kecamatan Siborong-borong, dimana sumber bibit ternak kebanyakan diperoleh dari BPTU, sehingga perlu diketahui besar keragaman yang terdapat diantara bangsa ternak babi. Penelitian ini dilaksanakan di BPTU Babi dan Kerbau Instalasi Siaro desa Siaro kecamatan siborong-borong mulai bulan Juni - September 2012 menggunakan metode survey. Parameter yang diamati adalah keragaman, bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran bangsa babi galur murni Australia tergolong rendah dan berpengaruh tidak nyata tiap tahun sehingga disarankan melakukan replanting untuk perbaikan genetik.
Kata kunci : keragaman, bobot lahir, jumlah anak per kelahiran
ABSTRACT
EVA DIANA MANIK: " Diversity Birth Weight and Litter Size of Australian Swine Pure Breed At Superior Livestock Breeding Center Pig and Buffaloes Siborong- borong", guided by HAMDAN and USMAN BUDI.
Pig is a business-majority in districts Siborong borong, where most sources of calves obtained from BPTU, so that must be known that there is a great diversity among the nation's pigs. This research was conducted at the Pig and Buffaloes Installation BPTU Siaro Siaro village sub-borong Siborong starting in June-September 2012 using a survey method. Parameters measured were diverse, weight and number of children born per litter
Results showed that diversity weights and litter size Australian Swine Pure Breed is low and did not significantly affect every years so it is advisable to do replanting for genetic improvement.
Keywords: diversity, birth weight and litter size
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Keragaman Bobot Lahir Dan Jumlah Anak Per Kelahiran Dari Bangsa Babi Galur Murni Australia di BPTU Siborong-Borong”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hamdan S.Pt, M.Si selaku Ketua komisi pembimbing dan Bapak Usman Budi, S.
Pt, M.Si selaku Anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan saran yang sangat berharga selama penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayah, Ibu, kakak abang dan adik-adikku serta seluruh keluarga atas segala doa dan perhatiannya. Serta rekan-rekan mahasiwa lainnya yang telah membantu penulis selama penulisan skripsi ini.
Penulis sadar masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parapat pada tanggal 06 Desember 1989 dari ayah Jhony C Damanik dan Ibu T. Rosita Sinaga. Penulis merupakan putri keempat dari delapan bersaudara
Tahun 2008 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Parapat dan pada tahun yang sama masuk sebagai mahasiswa peternakan USU melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Departemen Peternakan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai koordinator kreatifitas, minat dan bakat Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan. Dan juga penulis pernah mengikuti UKM-KMK Fakultas Pertanian USU.
Penulis melaksanakan Praktek Lapangan Kerja di desa Lobu Siregar Kecamatan Siborong-Borong dan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Babi Dan Kerbau Instalasi Silangit 21 juni sampai 21 juli.
DAFTAR ISI
... Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
Hipotesa Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Tapanuli Utara ... 5
Potensi Ternak Babi di Tapanuli Utara ... 5
Kondisi Umum BPTU Sinur Siborong-borong ... 7
Letak dan Lokasi ... 8
Keadaan Lingkungan ... 8
Fasilitas ... ... 9
Karyawan ... 9
Klasifikasi Bangsa Babi ... 9
Jumlah Anak Per Kelahiran ... 12
Bobot Lahir ... 15
Keragaman dan Koefisien Keragaman ... 17
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat Penelitian ... 21
Metode Penelitian ... 21
Analis Data ... 22
Pelaksanaan Penelitian ... 24
Parameter Penelitian ... ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Lahir ... 25
Jumlah Anak per Kelahiran ... 33
Rekapitulasi Parameter ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Rataan bobot lahir babi Landrace Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran) ... 25 2. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Landrace di BPTU Babi dan
Kerbau Siborong-borong ... 26 3. Rataan bobot lahir babi Yorkshire Australia di BPTU Babi dan Kerbau
Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran) ... 28 4. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Yorkshire di BPTU Babi dan
Kerbau Siborong-borong ... 29
5. Rataan bobot lahir babi Duroc Australia selama 4 tahun di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran) ... 29 6. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 30 7. Rataan bobot lahir, keragaman dan koefisien keragaman babi Berkshire
Australia selama penelitian ... 31 8. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Berkshire di BPTU Babi dan
Kerbau Siborong-borong ... 32 9. Rataan jumlah anak per kelahiran bangsa babi landrace selama 4 tahun
(ekor) di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 33 10. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Landrace di BPTU
Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 34 11. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman
bangsa babi Yorkshire Australia ... 34 12. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Yorkshire di
BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 35 13. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman
bangsa babi Duroc Australia ... 36 14. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Duroc di BPTU
Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 37
15. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Berkshire Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong- borong ... 37 16. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Berkshire di BPTU
Babi dan Kerbau Siborong-borong ... 38 17. Rekapitulasi Parameter ... 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi peliharaan (Sus scrofa) adalah anggota ungulata non-ruminansia dari family suidae. Babi adalah ternak ruminansia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar sekaligus (litter) dengan interval generasi yang lebih singkat daripada domba, sapi, kerbau atau kuda. Sifat-sifat tersebut membuat babi sebagai jenis ternak dengan potensi reproduksi yang tinggi untuk produksi ternak komersial ( Toelihere, 1993).
Ternak babi merupakan hewan politokus yang potensial memberikan sumbangan berarti bagi peningkatan produksi daging dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani asal ternak di Indonesia. Walaupun demikian, produktivitas ternak babi masih belum optimal yang tergambar dari masih tingginya kematian embrio selama periode kebuntingan dan kematian anak prasapih serta cenderung semakin tinggi jumlah anak sekelahiran semakin besar persentase anak yang lahir di bawah bobot normal (Geisert dan Schmitt, 2002). Oleh karena itu sangat diperlukan suatu langkah strategis untuk memperbaiki produksi babi yang antara lain dengan memperbaiki produktivitas induk.
Babi merupakan ternak yang sangat produktif dan efisien. Kecuali babi galur murni, banyak bangsa babi komersial yang mempunyai sifat-sifat unggul sesuai yang diinginkan, seperti: produktivitas tinggi, dan tahan penyakit. Masa perkembangbiakan babi ini tergolong cepat, dengan masa bunting 115 hari.
Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial
sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351 ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara (734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Papua (546,696 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942 ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri (185,663 ekor) (Ditjennak, 2011).
Bangsa babi memiliki sifat-sifat kualitatif yang berbeda antar bangsa dan relatif seragam dalam bangsanya. Diantara sifat-sifat tersebut yang diinginkan peternak adalah sifat yang bermanfaat dan bermakna ekonomi, seperti daya produksi, jumlah dan bobot anakan saat lahir, disapih dan dibesarkan atau pertumbuhan, mortalitas rendah serta efisiensi penggunaan makanan yang tinggi.
Produktivitas inilah yang selalu diusahakan ditingkatkan melalui perbaikan genetis dengan jalan seleksi dan perkawinan serta melalui perbaikan lingkungannya. Untuk mencapai sasaran tingkat produktivitas yang diinginkan maka semua faktor penentu dikaji potensinya dan melalui tehnik pelaksanaan diramalkan prospeknya melalui penerapan syarat-syarat mutu bibit yang lazim dilakukan pada pusat pembibitan ternak (Anonimous, 1982).
Keberhasilan di dalam usaha ternak babi adalah juga sangat tergantung kepada pemeliharaan induk dan pejantan yang memiliki sifat-sifat baik. Oleh karena itu para peternak yang maju, tentu saja akan selalu mengadakan seleksi terhadap ternaknya. Seleksi berarti memilih hewan ternak yang bernilai tinggi, yakni memilih babi-babi yang menguntungkan. Dengan seleksi itu diharapkan ada perbaikan karakter ekonomi tertentu. Di dalam suatu usaha untuk memajukan dan
mengembangkan ternak babi, para peternak bukanlah sekedar memperbanyak atau mengembangbiakkan ternaknya, melainkan sekaligus memuliakan ternak (mengupgrade). Di sini pada semua babi induk dan pejantan yang hendak dikawinkan harus dilakukan seleksi terlebih dahulu. Dengan demikian perkawinan bukan terjadi secara kebetulan atau liar, melainkan diatur dan terarah (Sihombing, 1997).
Produktivitas babi dinilai dari jumlah dan bobot anak lahir dan disapih, laju pertumbuhan dan mortalitas. Efisiensi makanan di nilai dari jumlah makanan yang diberikan selama laktasi oleh tiap induk yang dibebankan per ekor atau tiap kilogram kenaikan bobot badan anak selama laktasi. Peningkatan produktivitas babi biasanya dengan jalan persilangan, dengan maksud untuk mendapatkan pengaruh heterosis terutama terhadap jumlah anak seperlahirannya. Bangsa babi yang sering digunakan adalah bangsa Landrace dan Yorkshire terhadap babi jawa.
Di Bali kadang-kadang ada yang menggunakan babi Saddleback dan Berkshire ( Hardjosubroto, 1994).
Tujuan Penelitian
Mengetahui keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran dari berbagai bangsa babi galur murni Australia dan bagaimana besar pengaruh manajemen pemeliharaan terhadap keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran ternak babi di Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi dan Kerbau Siborong-borong, Tapanuli Utara.
Kegunaan Penelitian
Memberikan informasi bagi dunia pendidikan, penelitian dan masyarakat umum tentang keragaman jumlah anak per kelahiran dan bobot lahir sebagai acuan dalam menentukan bangsa ternak mana yang lebih unggul (produktivitasnya) untuk dipelihara dalam upaya perlindungan dan pelestarian plasma nutfah yang dimiliki Indonesia khususnya Siborong-borong.
Hipotesa Penelitian
Manajemen pemeliharaan per tahun bangsa babi galur murni Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong dapat meningkatkan keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran.
TINJAUAN PUSTAKA
Profil Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu dari 25 unit daerah kabupaten /kota di provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Tapanuli terletak pada ketinggian antara 300 – 1500 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu tergolong datar (3,15%), landai (26,86%), dan terjal (44,35%). Secara astronomis Tapanuli Utara berada pada posisi 10 20’ – 20 41’Lintang Utara dan 980 05’ – 990 16’ Bujur Timur.
Sedangkan letak geografis kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu,sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Toba Samosir, sebelah timur berbatasan dengan Labuhan Batu, sebelah selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Luas wilayah kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3800,3 km2 terdiri dari daratan 3793,71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 km2.
Potensi Ternak Babi di Tapanuli Utara
Keseriusan pemerintah dalam sektor peternakan di Sumatera Utara salah satunya melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 288/KPTS/OT.210/4/2002 Tentang Organisasi Dan Tatakerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi Dan Kerbau. Keputusan ini merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Pertanian Nomor 313/Kpts/Org/5/1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Keputusan ini tetap menegaskan adanya sentralisasi peternakan babi dan kerbau yang intensif di Propinsi Sumatera Utara yang dipusatkan di Siborong-borong. Perubahan Keputusan pada dasarnya hanya
meningkatkan struktural dan kinerja dari dinas peternakan dan instansi yang berkaitan akan peningkatan produksi babi dan kerbau.
Tapanuli utara khususnya daerah Siborong-borong merupakan daerah potensial untuk memelihara ternak babi karena penduduk yang mayoritas suku batak toba dan berada di daerah yang jauh dari penduduk. Daerah yang jauh dari penduduk ini sangat tepat untuk menghindari babi dari pencemaran bau dan kebisingan dari peternakan babi. Limbah ternak babi di daur ulang sebagian besar menjadi pupuk dan sebagian ada yang mengolahnya untuk menghasilkan biogas.
Pupuk yang dihasilkan dipakai untuk memupuk tanaman yang bermanfaat untuk sumber bahan pakan ternak babi itu sendiri. Peternakan babi dikelola secara lebih baik sehingga tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan (Ditjennak, 2011).
Dukungan dan kondisi tersebutlah yang menambah minat masyarakat Tapanuli Utara untuk terus mengusahakan peternakan babi. Hal ini dapat dilihat dari populasi ternak babi yang cukup menonjol di daerah Tapanuli utara dan perkembangannya dari tahun ke tahun terus meningkat. Populasi babi terbesar terdapat di Kecamatan Siborong-borong dengan jumlah 8.266 ekor, sementara untuk jumlah total ternak babi Tapanuli utara adalah 29.465 ekor tahun 2004.
Tahun 2010 populasi ternak babi Tapanuli Utara meningkat dari 35.566 ekor pada tahun 2009 menjadi 36.101 ekor.
Kondisi Umum BPTU Sinur Siborong-borong Sejarah
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Babi dan Kerbau Siborong-borong merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan
sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 288/Kpts/OT.210/4/2002, diresmikan pada tanggal 16 April 2002 yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Pembibitan.
Sebelumnya BPTU merupakan Balai Pembibitan Ternak Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) berdiri tahun 1987 dengan bermacam – macam ternak seperti : babi, kerbau, domba, dan kelinci. BPTU dipimpin dan dibantu oleh Kepala Balai, serta dibantu oleh Kepala Sub.Bag, Tata Usaha , Ka. Sie Pelayanan Tekhnik Pemeliharaan Bibit, Ka. Sie Pelayanan Teknik Produksi dan Ka. Sie Jasa Produksi.
Pada tahun anggaran 2002 BPTU Babi dan Kerbau Siborong – borong melalui dana APBN telah mengimpor empat bangsa ternak babi Grand Parent Stock (GPS) yaitu : Duroc, Yorkshire, Landrace, dan Berkshire jantan dan dan betina dengan tujuan menghasilkan bibit unggul, meningkatkan produksi dan kualitas genetik ternak babi masyarakat.
Disamping babi, jenis ternak yang dikembangkan di BPTU adalah ternak kerbau yang terdiri atas kerbau Lokal dan Murrah. Ternak babi dipelihara di instalasi Siaro, sedangkan ternak kerbau berada di Instalasi Silangit dan Bahal Batu.
Selain berfungsi untuk menghasilkan ternak unggul babi dan kerbau, BPTU juga sangat berperan sebagai wadah ilmu pengetahuan dan informasi
terapan di lapangan yang berguna untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik bagi masyarakat petani peternak dan kelompok tani maupun bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Hal tersebut dilakukan dengan cara Praktek Kerja Lapangan (PKL), studi banding, magang, dan lain-lain.
Kegiatan tersebut harus dilakukan setiap tahun sebagai realisasi dari visi dan misi Balai.
Tugas pokok BPTU Babi dan Kerbau Siborong – borong adalah melaksanakan pemuliaan dan produksi bibit babi dan kerbau unggul serta pemasarannya. Hasil pemasaran (pendapatan yang diperoleh) diberikan ke pusat sebagai khas negara dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Letak dan Lokasi
BPTU Babi dan Kerbau Siborong – borong terletak di Desa Siaro, Kecamatan Siborong – borong Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara. Adapun PKL dilaksanakan di 2 lokasi, antara lain sebagai berikut :
1. Kantor Pusat , terletak di Desa Siaro Siborong – borong dengan luas wilayah +
2. Instalasi Silangit , Terletak di Desa Silangit Kecamatan Siborong – borong dengan luas lahan + 23 Ha.
17 Ha.
Keadaan Lingkungan
Kantor Pusat terletak dengan pemukiman penduduk , namun pembuangan limbah ternak tidak menimbulkan polusi terhadap penduduk karena limbah tersebut mengalami beberapa proses penyaringan, salah satunya dengan pengendapan kotoran ternak.
Balai ini dekat dengan lahan pertanian ( perkebunan, kopi, sayur-sayuran dan lain-lain) sehingga kotoran ternak dapat dibeli oleh masyarakat yang dimanfaatkan langsung sebagai pupuk.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di BPTU dapat mendukung usaha peternakan, antara lain : kandang, perumahan karyawan, kantor, sumur bor, mobil truk, gudang pakan, laboratorium, tower, mess, alat-alat berat seperti beko dan sekop, peralatan pembersihan kandang seperti sapu lidi dan ember.
Perumahan karyawan terdapat di dalam lokasi bangunan yang pada umumnya diperuntukkan bagi karyawan tetap serta pimpinan. Di samping itu terdapat mess yang diperuntukkan bagi tamu atau mahasiswa yang sedang PKL, magang di Siborong – borong.
Karyawan
Jumlah staf Balai terdiri atas PNS sebanyak 89 orang, tenaga harian lepas sebanyak 24 orang dan tenaga Satuan Pengamanan (SATPAM) sebanyak 2 orang.
Dari keseluruhan tenaga kerja /karyawan yang bergelar sarjana 17 orang, sementara karyawan lain merupakan tamatan SNAKMA, STM, SMU, SMEA, SLTP, dan SD. Latar belakang pendidikan hanya diperhatikan pada posisi tertentu. Pemberian gaji karyawan diberikan setiap bulan.
Klasifikasi Bangsa Babi
Salah satu cara untuk meningkatkan kemajuan ternak babi di Indonesia adalah dengan introduksi bibit unggul dari luar negeri. Umumnya bangsa babi yang paling banyak masuk ke Indonesia adalah bangsa babi Duroc, Yorkshire,
Landrace, dan Hampshire. Keempat bangsa babi tersebut menunjukkan performan yang berbeda satu sama lain (Aritonang, 1993).
Para pembibit ternak (breeders) membedakan satu bangsa dari bangsa babi yang lain dengan karateristik fisiknya melalui pengelihatan, terus berlanjut dan warna bulu, tegak atau rebahnya daun telinga (Siagian, 1999).
Yorkshire
Ciri-ciri dari bangsa babi Yorkshire atau sering disebut juga dengan Large White adalah berwarna putih. Meskipun umumnya terdapat bintik-bintik hitam pada kulit, dan tidak merupakan suatu kelainan, akan tetapi keadaan demikian tidak diinginkan oleh pembibit. Bagian muka sedikit melebar, daun telinga tegak dan mengarah ke depan. Induk babi Yorkshire terbukti sebagai salah satu bangsa babi yang baik dalam memelihara anak. Bangsa babi ini tidak hanya mempunyai jumlah anak lahir dan disapih yang banyak, tetapi juga sangat baik dalam menyusui anaknya. Babi Yorkshire sering disebut “bangsa ibu” karena babi Yorkshire betina terkenal litter sizenya banyak dan kemampuan keindukannya bagus (Blakely dan Bade, 1991).
Landrace
Bangsa babi Landrace berwarna putih meskipun bintik-bintik hitam pada kulit sering dijumpai. Bangsa babi ini ditandai dengan badan yang panjang, bagian paha segi empat, kaki relatif pendek, daun telinganya berukuran sedang sampai besar dan rebah. Induk babi tercatat sebagai induk yang mempunyai jumlah anak yang banyak per kelahiran, dan mempunyai kemampuan baik untuk memelihara anaknya. Akan tetapi, kaki dan paha bangsa babi ini tidak begitu kuat, badan tidak
dalam dan mempunyai masalah dalam menyesuaikan diri pada kondisi yang tidak baik terutama dengan kualitas makanan yang jelek. Bobot badan jantan dewasa 220-300 kg sedangkan betina antara 180-200 kg (Siagian, 1999).
Duroc
Babi bangsa Duroc berwarna merah dengan variasi warna dari terang sampai berwarna gelap. Daun telinga berukuran sedang dan agak rebah kedepan dua pertiga tegak dan sepertiga rebah. Induk bangsa babi ini subur dan merupakan induk yang baik. Bobot babi jantan dewasa mencapai 150 kg sedangkan betina dewasa antara 110-120 kg (Siagian, 1999).
Babi Duroc cepat bertumbuh dewasa dan babi betina mempunyai litter size yang tinggi dan merupakan induk yang baik. Babi Duroc dikembangkan di Amerika dengan ciri berwarna merah dan merupakan hasil persilangan babi lokal Afrika atau Spanyol dan Portugis dengan babi Tamworth. Babi jantan dewasa mencapai berat 150 kg sedangkan betina antara 110-120 kg (Aritonang, 1993).
Berkshire
Bangsa ternak babi Berkshire berwarna hitam dengan enam bintik putih-empat pada kaki, pada bagian muka dan satu pada bagian ekor. Bagian muka lebar dan melebar diantara kedua mata. Daun telinga berukuran sedang, terletak baik, tegak dan rebah ke depan dan bertumbuh dengan semakin tuanya atau bertambahnya umur ternak babi. Berkshire dikenal dari potongan atau coraknya dan sangat dapat menyesuaikan diri pada kondisi yang kurang baik. Bangsa babi ini mempunyai panjang badan yang diinginkan, dalam dan tubuh yang seimbang, akan tetapi mempunyai pertumbuhan dan efisiensi merubah makanan menjadi daging yang
kurang baik. Induk bangsa babi ini tidak sesubur bangsa babi lain, tetapi dapat berproduksi baik apabila disilangkan (Siagian, 1999).
Rata-rata paritas untuk bangsa murni Berkshire berkisar antara 5-14 ekor babi.
Jika ditangani dengan manajemen yang baik, maka rata-rata litter size untuk jenis babi Berkshire adalah 9,0 ekor (McMullen, 2006).
Jumlah Anak Per Kelahiran
Ternak babi merupakan ternak yang potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan daging karena mempunyai kemampuan berkembangbiak yang cepat dalam menghasilkan anak seperindukan yang tinggi. Jumlah anak babi yang dilahirkan dan hidup, menentukan banyaknya sapihan yang nanti dapat dijual. Upaya untuk menghasilkan litter size yang tinggi sampai disapih diperlukan manajemen yang baik dalam pengawinan (inseminasi buatan maupun alami), penanganan induk dan anaknya yang lahir, umur penyapihan, pemeliharaan babi sapihan dan memperhatikan paritas induk (Parakkasi, 1990).
Jumlah anak seperlahiran pada ternak babi perlu diperhatikan, karena sifat ini mempengaruhi sifat bobot lahir. Makin banyak jumlah anak sepelahiran maka makin rendah bobot lahirnya. Jika anak babi yang digunakan sebagai materi percobaan berasal dari berbagai jumlah anak sepelahiran yang bervariasi, maka materi percobaan tersebut memiliki keragaman yang tinggi dalam merespons suatu perlakuan yang sama (Gordeyase, 1990).
Paritas atau frekuensi ternak dalam melahirkan anak adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi litter size. Semakin sering induk melahirkan, maka semakin besar litter lahir, mencapai puncak kemudian stabil dan selanjutnya diikuti penurunan secara bertahap. Salah satu usaha untuk meningkatkan paritas
dihasilkan akan semakin banyak atau produktivitas tahunan induk semakin meningkat (Toelihere, 1993).
Babi adalah ternak yang sangat subur dibandingkan dengan ternak mamalia lainnya, tetapi efisiensi reproduksinya tidak tinggi apabila diukur berdasarkan litter yang dihasilkan pada saat kelahiran. Litter size pada saat lahir adalah jumlah
anak yang lahir per induk per kelahiran. Seekor induk babi dapat menghasilkan litter sebanyak 8-12 ekor anak babi setelah periode kebuntingan selama 112-120
hari (Eusebio, 1980). Litter size lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pejantan dan induknya (Kingston, 1983), banyaknya sel telur yang dilepaskan indung telur (ovulasi), laju hidup embrio selama berkembang (Sihombing, 1997), laju pembuahan atau persentase sel telur yang dapat dibuahi dan dapat terus hidup (Siagian, 1999), umur induk (Singh dan Earl, 1982) dan paritas (Shostak dan Metodiev, 1994), selain itu juga dipengaruhi oleh manajemen (Babot et al., 1994) dan kemampuan kapasitas uterus (Leymaster dan Johnson, 1994). Induk yang mengalami cekaman selama kebuntingan dapat menurunkan litter size sehingga perlu manajemen yang benar untuk meminimalkan cekaman induk terutama satu minggu sebelum beranak (Garndner et al., 1990).
Bangsa babi juga dapat mempengaruhi jumlah litter size lahir, babi Duroc
dengan litter size 10,24 ekor, bangsa babi Landrace 10,94 ekor dan 11 ekor (Devendra dan Fuller, 1979), sedangkan untuk bangsa babi Yorkshire adalah 9,57 ekor (Park dan Kim, 1983). Menurut Sihombing (1997), bangsa babi Landrace menghasilkan litter size lahir sekitar 10,94 ekor, babi Duroc 10,24 ekor, dan bangsa babi Yorkshire sebesar 9,57 ekor.
Jumlah anak yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh faktor kesuburan induk, umur induk, kondisi induk waktu kawin, pejantan yang dipakai dan cara mengawinkan. Juga dari faktor bangsa ternak itu sendiri dimana faktor dari babi pure dengan cross breed hasilnya berbeda, dan biasanya babi hasil silangan lebih banyak menghasilkan anak daripada babi yang murni. Induk yang subur adalah induk yang pada setiap kali birahi mampu mengovulasikan sel telur dalam jumlah besar (14-18 buah), dan sejumlah besar diantaranya bisa ditunasi sehingga pada saat melahirkan jumlah anaknya banyak (Anonimous, 1981).
Menurut Barrick dan Harmon (1998), jumlah anak lahir tergantung pada tiga faktor yaitu jumlah telur yang diproduksi, angka fertilisasi dan kematian embrio.
Jumlah ovum diproduksi betina menentukan batas tertinggi jumlah anak yang hidup dilahirkan. Babi induk biasanya memproduksi 14-20 ovum yang dilepaskan ke sistim reproduksi. Sementara babi dara biasanya memproduksi 10-18 ovum.
Kematian embrio juga akan mengurangi jumlah anak per kelahiran. Ovum yang dibuahi bisa mati sebagai akibat dari penyakit, mutu nutrisi betina, temperature dan manajemen peternakan. Jika semua ovum dibuahi menghasilkan anak yang hidup dilahirkan, rata-rata anak per kelahiran 15 anak babi. Beberapa pendapat menyatakan bahwa dengan memakai pejantan lain pada perkawinan yang kedua menaikkan jumlah anak lahir lahir rata-rata 1,0 – 1,5 setiap kelahiran (Wiliamson dan Payne, 1993).
Pada kondisi normal tiap estrus dihasilkan 12-20 ovum dan kebanyakan fertile. Namun 30% ovum ini tidak berkembang normal pada fertilisasi dan implantasi. Pada fase zygote atau embrio selama periode kebuntingan ada yang mati. Hal ini menyebabkan jumlah anak yang lahir kurang dari jumlah ovum yang
diovulasikan. Litter size yang paling tinggi biasanya dicapai bila babi itu dikawinkan pada birahi kedua. Juga babi betina dikawinkan lebih dari satu kali dengan pejantan yang telah diuji dan yang kualitasnya baik (Aritonang, 1993).
Faktor genetik akan mempengaruhi jumlah anak per kelahiran dan diallel cross biasanya akan memberikan pengaruh positif terhadap jumlah anak
per kelahiran tersebut. Jumlah anak babi per kelahiran pada kelahiran pertama bervariasi antara 6,71-9,45 ekor bagi bangsa murni dan angka ini akan naik sampai induk berumur 3 tahun atau kelahiran ke 5 yang bervariasi antara 8,32 – 12,43 ekor (Babot et al., 1994). Selanjutnya dibandingkan dengan bangsa babi murni di Inggeris Hill dan Webs (1982) melaporkan pengamatannya bahwa jumlah anak lahir hidup adalah Yorkshire 10,2; Duroc 9,8; Landrace 9,4 dan Hampshire 8,6 ekor sedang dari jumlah itu yang dapat disapih berturut turut adalah 7,2; 8,6; 8,1 dan 7,5 ekor, ternyata jumlah anak lahir maupun disapih tidak berbeda. Demikian juga hasil penelitian Dewani (1989) di Indonesia melaporkan untuk bangsa babi ini (Yorkshire, Duroc, Landrace, dan Hampshire) menghasilkan jumlah anak lahir berturut-turut sebanyak 8,48; 7,13; 8,84 dan 6,67 ekor, sedang yang dapat disapih adalah 7,89; 6,05; 8,44 dan 6,43 ekor .
Bobot Lahir
Bobot lahir adalah bobot anak babi yang ditimbang segera setelah dilahirkan. Bobot lahir ini sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti genetik, makanan, jumlah anak dalam kandungan, jenis kelamin anak serta sudah berapa kali induk babi tersebut beranak ( Millagres et al., 1983).
Berat lahir dari anak-anak babi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
- Pengaruh pada saat didalam uterus, semua faktor yang memberikan dan menjaga pertumbuhan dari foetus di dalam uterus dapat mempengaruhi berat lahir anak-anak babi
- Pengaruh jenis kelamin, jenis kelamin jantan umumnya lebih berat daripada betina
- Breed induk dan pejantan, makanan dan umur induk.
(Widodo dan Hakim, 1981).
Faktor yang mempengaruhi berat lahir yang lain yaitu: jumlah anak yang lahir, semakin banyak induk itu melahirkan anaknya, maka bobot masing-masing anak babi yang dilahirkan akan lebih ringan dibanding masing-masing anak babi yang dilahirkan oleh induk dengan anak yang sedikit (Nugroho dan Whendrato, 1990).
Jumlah embrio (calon anak) yang terdapat dalam uterus induk babi akan berpengaruh terhadap bobot anak yang dilahirkan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan embrio dalam bertahan hidup dan menyerap zat-zat makanan yang disalurkan melalui umbilicus placentalis (tali pusar). Semakin banyak embrio yang terdapat di dalam uterus induk maka persaingan dalam menyerap zat-zat makanan akan semakin besar, sehingga hal ini dapat mempengaruhi bobot anak yang dilahirkan (Anderson, 2000). Namun dalam manajemen pemeliharaan induk bunting yang tepat serta mengurangi cekaman/stress pada induk yang sedang bunting akan menghasilkan bobot anak per kelahiran yang cukup tinggi, antara 1,04-1,10 (Sihombing, 2006).
Faktor genetik turut menentukan bobot badan saat lahir, kekurangan
saat lahir yang diikuti dengan perkembangan pertumbuhan anak sampai saat disapih. Faktor lain seperti makanan, keturunan dan jumlah anak yang dikandung juga mempengaruhi besarnya bobot lahir anak babi. Jika jumlah anak yang dikandung sedikit misalnya 6 ekor, maka berat pada saat lahir dari setiap ekor anak akan lebih besar dari pada jumlah anak 12 – 14 ekor. Besarnya rataan bobot lahir anak babi bervariasi antara 1,09 – 1,77 kg. Bangsa babi Duroc mempunyai bobot anak lahir yang lebih berat yaitu 1,52 kg diikuti oleh bangsa babi Landrace 1,49 kg dan Yorkshire 1,34 kg (Sihombing, 1997).
Pengaruh bangsa terhadap bobot lahir anak babi adalah sangat nyata.
Bobot lahir anak babi juga dipengaruhi oleh sudah berapa kali induk babi tersebut beranak (parity), dan biasanya bobot lahir anak babi pada kelahiran anak pertama akan lebih rendah dibanding kelahiran berikutnya. Semua faktor yang memberikan dan menjaga pertumbuhan dari foetus dalam uterus dapat mempengaruhi bobot lahir anak babi . faktor genetik dan efek keindukan dari betina sebagian besar akan memberikan respon terhadap bobot lahir anak (Eins et al., 1984).
Keragaman dan Koefisisen Keragaman
Sering dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang serupa betul. Demikian juga pada dua ekor babi tidak akan pernah sama betul sifat-sifatnya. Variasi atau keragaman antara individu adalah akibat dari warisan (genetis) ataupun lingkungan. Variasi warisan (genetis) diakibatkan oleh kombinasi pasangan kromosom yang disumbangkan oleh seekor ternak ke turunannya. Dalam pembentukan suatu sel telur, ataupun sel sperma, anggota setiap pasangan yang akan masuk dalam sel sepenuhnya ditentukan oleh adanya kesempatan, dan setiap
anggota pasangan dapat mengandung gen yang berbeda sedikit. Pada babi dengan 19 pasang kromosom yang berbeda telah dihitung bahwa ada kemungkinan lebih dari satu juta kombinasi kromosom yang mungkin. Hal ini menunjukkan besarnya variasi sifat-sifat yang mungkin diwariskan pada babi dan menjelaskan kecilnya kesempatan dua individu benar-benar serupa meskipun sesama sekelahiran dari induk. Keragaman oleh lingkungan tidak dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya namun dapat mengaburkan gambaran genetik dan menutupi hasil seleksi. (Sihombing, 1997).
Keragaman Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) merupakan hal penting untuk semua sistem produksi ternak. Keragaman SDGT menyediakan bahan baku bagi perbaikan breed, dan untuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Sebagaimana diperlihatkan dalam studi molekular, belakangan ini, keragaman hayati dari populasi ternak asli dan breed jauh melebihi daripada yang ditemukan dari breed komersialnya. Pengungkapan asal dan distribusi dari keragaman ternak merupakan sentra untuk pemanfaatannya saat ini, dan konservasinya untuk jangka panjang (Hanotte et al., 2006).
Keragaman
Ukuran keragaman ialah suatu nilai atau ukuran yang menunjukan besarnya simpangan data dari pusatnya. Ukuran keragaman dapat menunjukan pula homogenitas atau kehomogenan data. Semakin besar nilai suatu ukuran keragaman maka semakin rendah homogenitas data artinya data semakin tidak homogen. Sebaliknya semakin kecil nilai ukuran keragaman maka semakin tinggi homogenitas data (data semakin homogen) (Noor, 2000). Subandriyo dan Setiadi (2003) menyatakan bahwa keragaman genetik pada ternak penting dalam rangka
pembentukan rumpun ternak modern dan akan terus berlanjut sampai masa yang akan datang. Punahnya keragaman plasma nutfah ternak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan bioteknologi hingga sampai saat ini, sehingga pelestarian sumber daya genetik ternak perlu dilakukan
Ragam atau variansi dan simpangan baku merupakan ukuran penyebaran data yang lebih umum digunakan dalam statistika inferensi. Ragam dinyatakan dalam S2 dan simpangan baku dinyatakan dalam S. Rata-rata dari jumlah nilai simpangan dikenal dengan ragam (varians). Setelah nilai ragam diperoleh, selanjutnya nilai ragam tersebut diakarkan untuk mendapatkan kembali satuan asal dari variabel tersebut . Cara pengukuran keragaman seperti ini dikenal dengan Standar deviasi (http://www.ilmustatistik.com, 2012).
Koefisien keragaman adalah simpangan relative terhadap pusatnya.
Koefisien keragaman juga dapat diartikan seberapa jauh keragaman yang terdapat di dalam satu populasi pada suatu percobaan. Nilai koefisien keragaman (KK) yang dianggap baik sampai sekarang belum dapat di bakukan karena banyak faktor yg mempengaruhinya. Tetapi sebagai gambaran awal adalah jika koefisien keragaman semakin kecil berarti derajat ketelitian juga semakin tinggi dan semakin tinggi pula validitas atau keabsahan dari kesimpulan yang diperoleh. Jika koefisien keragaman terlalu kecil akan menyebabkan terlalu banyak perlakuan- perlakuan yang menonjol, sebaliknya jika terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol. Jadi nilai koefisien keragaman yang baik sebenarnya tidak bergantung pada nilainya berapa, tapi yang penting koefisien keragaman tersebut dapat menonjolkan suatu pengaruh perlakuan yang menonjol secara logis (Gaspersz, 1991).
beberapa kriteria untuk menentukan koefisien keragaman penelitian apakah termasuk besar, sedang, atau kecil (Hanafiah, 1991) yaitu :
a) Koefisien Keragaman Besar; Jika nilai koefisien keragaman minimal 10% pada kondisi homogen atau 20% pada kondisi heterogen.
b) Koefisien Keragaman Sedang; Jika nilai koefisien keragaman minimal 5 - 10%
pada kondisi homogen atau 10 - 20% pada kondisi heterogen.
c) Koefisien Keragaman Kecil; Jika nilai koefisien keragaman maksimal 5% pada kondisi homogen atau 10% pada kondisi heterogen.
Ada beberapa faktor yg mempengaruhi Nilai Koefisien Keragaman (KK), yaitu : a) Heterogenitas bahan, alat, media, lingkungan percobaan. Artinya semakin
heterogen, maka nilai koefisien keragaman semakin besar, begitu sebaliknya.
b) Selang perlakuan; semakin lebar selang perlakuan anda, maka nilai koefisien keragaman percobaan semakin besar, begitu sebaliknya.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Unggul (BPTU) Sinur, desa Siaro, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, sekitar 255-260 km dari kota Medan dengan ketinggian lokasi sekitar 1250 m diatas permukaan laut, dengan suhu berkisar 20-250 C. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangsa babi galur murni Australia di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sinur, desa Siaro dan data time series jumlah anak per kelahiran selama 5 tahun.
Alat penelitian
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan kapasitas 10 kg untuk menimbang bobot lahir ternak yang baru lahir, kamera digital sebagai alat dokumentasi pada saat penelitian dilaksanakan, buku dan alat tulis untuk mencatat hasil penimbangan, dan kalkulator untuk menghitung data sementara.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan secara acak untuk masing-masing bangsa babi melalui recording.
Sebagai dasar pengambilan adalah dengan mengambil 10 data dari kartu recording untuk tiap parameter yang digunakan pada setiap bangsa babi. Data sekunder ini
diperoleh dari instansi terkait dengan menggunakan data time seri, yaitu menggunakan data recording jumlah anak per kelahiran selama 5 tahun. Data primer diperoleh dengan dengan pengamatan dan pengukuran langsung terhadap sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus dari keempat bangsa babi galur murni yang ada di BPTU Sinur Siborong-borong. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan beranak keempat bangsa ternak babi. Setiap anak babi yang baru lahir dari keempat jenis babi tersebut akan dilakukan penanganan seperlunya, yaitu segera membersihkan dari selaput lendir yang menutup mulut dan hidung, di potong tali pusat dan gigi susunya lalu kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan.
Analisis Data
Pengolahan data bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran ternak babi dihitung dengan menggunakan rumus Ragam. Sebelum dihitung besar
keragamannya, maka terlebih dahulu dihitung besar rataan masing-masing bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran.
Keterangan:
fi = frekuensi kelas ke-i xi = data ke -i
n = banyak data
Ragam ialah rata-rata jumlah kuadrat simpangan data dari pusatnya. Rumus dari ragam ialah sebagai berikut:
Keterangan :
S2 = ragam (variance) n = ukuran data
n-1 = derajat bebas (degrees of freedom) 𝑋𝑋� = rataan hitung
Xi = data ke-i dari X1, X2, X3, ..., Xn
(Sastrosupardi, 2000).
Selanjutnya dihitung besar Koefisien Keragamannya. Koefisien Keragaman Standar deviasi dihitung dengan formula berikut:
Dengan:
S = simpangan baku 𝑋𝑋� = rataan
Koefisien Keragaman merupakan ukuran yang bebas satuan dan selalu dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai KK yang kecil menunjukkan bahwa data tidak terlalu beragam dan di katakan lebih konsisten. KK tidak dapat diandalkan apabila nilai rata-rata hampir sama dengan 0 (nol). KK juga tidak stabil apabila skala pengukuran data yang digunakan bukan skala rasio.
Pelaksanaan penelitian
- Anak babi yang baru lahir segera dibersihkan dari selaput lendir yang menutup mulut dan hidung
- Setelah dibersihkan, maka tali pusat dan gigi susunya dipotong lalu ditimbang dan diberi nomor kemudian dilepas untuk mendapatkan susu kolostrum dari induknya
- Kemudian dihitung berapa jumlah anak sekelahiran pada tiap induk babi melahirkan.
Parameter Penelitian
Parameter dalam penelitian ini adalah : keragaman, jumlah anak per kelahiran dari satu induk yang melahirkan (ekor/induk/kelahiran) dan bobot lahir dari keempat bangsa babi di BPTU Sinur Siborong-borong, yang ditimbang waktu anak lahir sebelum menyusui (kg).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Lahir
Bobot lahir adalah bobot yang dari hasil penimbangan anak babi pada waktu lahir yang dihitung dalam kilogram.
Landrace
Bangsa babi Landrace merupakan bangsa babi paling banyak digunakan sebagai pembibit setelah bangsa babi Yorkshire di BPTU Babi dan Kerbau Instalasi Siaro. Hal ini dikarenakan Masyarakat lebih percaya bahwa bangsa babi Landrace merupakan bibit unggul, mudah dipelihara dan naluri keindukannya yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siagian (1999), yang menyatakan bahwa Induk babi Landrace tercatat sebagai induk yang mempunyai jumlah anak yang banyak per kelahiran, dan mempunyai kemampuan baik untuk memelihara anaknya. Berikut rataan bobot lahir dari berbagai induk bangsa babi Landrace selama kurun waktu 4 tahun ditunjukkan dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1. Rataan bobot lahir babi Landrace Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran)
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 15.78 1.58 0.32 0.101 20.14
2011 14.02 1.40 0.21 0.042 14.70
2010 14.25 1.42 0.19 0.039 13.90
2009 14.71 1.47 0.28 0.077 18.91
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan bobot lahir babi bangsa Landrace tertinggi selama 4 tahun berada pada tahun 2012 yaitu 1,58 kg/ekor/kelahiran.
Sementara keragaman bobot lahir paling tinggi pada bangsa babi Landrace sebesar 0.101 terdapat pada induk babi Landrace tahun 2012 dengan koefisien
keragaman sebesar 20,14 %. Bobot lahir dengan berat 1,58 kg/ekor/kelahiran tergolong tinggi sesuai dengan pernyataan (Sihombing, 1997), yang menyatakan bahwa besarnya rataan bobot lahir anak babi bervariasi antara 1,09 – 1,77 kg.
Keragaman bobot lahir yang rendah berarti hampir homogennya bobot lahir sekelahiran yang dihasilkan induk babi Landrace. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya nilai keragaman yang dihasilkan masing-masing induk babi per tahunnya. Hampir homogen menjelaskan bahwa sifat dua ternak babi itu tidak benar-benar serupa dan seragam karena masih ada pewarisan-pewarisan sifat yang berbeda antara induk yang satu dengan yang lain terhadap turunannya, sesuai dengan pernyataan Sihombing (1997), yang menyatakan bahwa besarnya variasi sifat-sifat yang mungkin diwariskan pada babi menjelaskan kecilnya kesempatan dua individu benar-benar serupa meskipun sesama sekelahiran dari induk.
Berikut analisis varians bobot lahir terhadap nilai keragaman bobot lahir bangsa ternak Landrace di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yag dianalisis dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah bobot lahir dan variabel terikat adalah keragaman bobot lahir. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 1.2. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Landrace di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 4,09 4.815* 0,034a
Residual 38
Total 39
Sumber : Lampiran
* : Nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), bobot lahir landrace
Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa besar bobot lahir berpengaruh nyata terhadap keragaman bobot lahir bangsa babi Landrace di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong. Hal ini didukung dengan nilai F hitung (4.815) yang lebih besar dari F tabel (4,09). Hasil berpengaruh nyata dikarenakan induk babi Landrace masih dalam keadaan produksi maksimal.
Yorkshire
Bangsa babi Yorkshire adalah bangsa babi paling digemari masyarakat Siborong-borong. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan bibit akan babi bangsa ini. Babi Yorkshire selain menghasilkan karkas dengan persentase tinggi juga memiliki jumlah anak per kelahiran yang tinggi dan kemampuan keindukan yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Blakely dan Bade (1991),yang menyatakan bahwa induk babi Yorkshire terbukti sebagai salah satu bangsa babi yang baik dalam memelihara anak. Bangsa babi ini tidak hanya mempunyai jumlah anak lahir dan disapih yang banyak, tetapi juga sangat baik dalam menyusui anaknya. Babi Yorkshire sering disebut “bangsa ibu” karena babi Yorkshire betina terkenal litter sizenya banyak dan kemampuan keindukannya bagus.
Daerah Tapanuli Utara khususnya Siborong-borong yang masyarakatnya mayoritas bersuku batak dan beragama Kristen menyebabkan bangsa babi ini sangat digemari dan paling banyak dipelihara karena ternak babi kebanyakan dipakai untuk upacara adat. Berikut tabel rataan bobot lahir dari berbagai bangsa induk babi Yorkshire .
Tabel 1.3. Rataan bobot lahir babi Yorkshire Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran)
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 14,77 1,64 0,40 0,163 24,57
2011 16,25 1,62 0,17 0,028 10,38
2010 16,54 1,65 0,18 0,034 11,16
2009 11,76 1,47 0,02 0,043 14,14
Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa rataan bobot lahir babi Yorkshire tertinggi pada tahun ke tiga (2010) yaitu 1,65 kg/ekor/kelahiran, dengan total rataan bobot lahir sebesar 16,54 kg. Sementara keragaman dan koefisien keragaman tertinggi dari bobot lahir bangsa babi Yorkshire Australia sebesar 0.163 dan 24,57% terdapat pada tahun 2012. Bobot lahir yang tinggi tergantung pada Jumlah embrio (calon anak) yang terdapat dalam uterus induk babi, sesuai dengan pernyataan Anderson (2000), yang menyatakan bahwa Jumlah embrio (calon anak) yang terdapat dalam uterus induk babi akan berpengaruh terhadap bobot anak yang dilahirkan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan embrio dalam bertahan hidup dan menyerap zat-zat makanan yang disalurkan melalui umbilicus placentalis (tali pusar).
Berikut analisis varians bobot lahir terhadap nilai keragaman bobot lahir bangsa ternak yorkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yag dianalisis dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah bobot lahir dan variabel terikat adalah keragaman bobot lahir. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 1.4. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Yorkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 4,12 2.098tn .156a
Residual 35
Total 36
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), bobot lahir yorkshire b. Dependent variabel : ragam bobot lahir
Duroc
Bangsa babi Duroc tidak begitu digemari masyarakat Siborong-borong karena sifat keibuannya yang buruk. Hal ini terlihat dari ketersediaan bibit dan permintaan akan bangsa babi ini yang paling sedikit.
Tabel. 1.5. Rataan bobot lahir babi Duroc Australia selama 4 tahun di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong (Kg/ekor/kelahiran)
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 6,935 1,39 0,521 0,272 37,60
2011 3,807 1,25 0,103 0,011 8,186
2010 5,101 1,70 0,308 0,090 18,12
2009 8,001 1,33 0,185 0,034 13,90
Dari tabel 1.5 dapat dilihat bahwa rataan bobot lahir bangsa babi Duroc secara berurut adalah 1,39, 1,25, 1,70 dan 1,33 kg/ekor/kelahiran. Sementara keragaman secara berurut adalah 0,272, 0,011, 0,90 dan 0,034. Nilai keragaman paling tinggi sebesar 0,272 yaitu pada induk DR tahun 2012. Nilai Koefisien Keragaman (KK) paling tinggi 37,60 % pada tahun 2012. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat sebanyak 37,60 % keragaman diantara bobot lahir bangsa babi duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong. Bangsa babi duroc terkenal
dengan performansnya yang bagus. Hal ini terlihat dari bobot lahir yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 1,77 kg/ekor/kelahiran. Bobot lahir yang tinggi dapat dipengaruhi oleh jumlah anak per kelahirannnya yang sedikit dan faktor genetiknya. Selain itu, hal lainnya yang mempengaruhi besar kecilnya bobot lahir adalah Breed induk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Eins et al (1984), yang menyatakan bahwa pengaruh bangsa terhadap bobot lahir anak babi adalah sangat nyata. Bobot lahir anak babi juga dipengaruhi oleh sudah berapa kali induk babi tersebut beranak (parity), dan biasanya bobot lahir anak babi pada kelahiran anak pertama akan lebih rendah dibanding kelahiran berikutnya. Semua faktor yang memberikan dan menjaga pertumbuhan dari foetus dalam uterus dapat mempengaruhi bobot lahir anak babi.
Berikut analisis varians bobot lahir terhadap nilai keragaman bobot lahir bangsa ternak Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yag dianalisis dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah bobot lahir dan variabel terikat adalah keragaman bobot lahir. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 1.6. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 4,54 .097tn .759a
Residual 15
Total 16
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), bobot lahir duroc b. Dependent variabel : ragam bobot lahir
Berkshire
Bangsa babi Berkshire meski tidak begitu populer dikalangan masyarakat Siborong-borong, namun masih tergolong banyak dipelihara. Hal ini terlihat dari ketersediaan bibit babi Berkshire di BPTU Babi dan Kerbau instalasi Siaro yang masih dipertahankan jumlahnya. Babi Berkshire berwarna hitam sekilas mirip dengan babi lokal yang selama ini dipelihara oleh masyarakat Siborong-borong sebelum adanya BPTU. Berikut ini tabel rataan bobot lahir bangsa babi Berkshire.
Tabel 1.7. Rataan bobot lahir, keragaman dan koefisien keragaman babi Berkshire Australia selama penelitian
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 10,48 1,49 0,286 0,081 19,08
2011 6,993 1,39 0,124 0,015 8,913
2010 6,090 1,52 0,045 0,002 2,985
2009 11,45 1,43 0,217 0,047 0,152
Dari tabel 1.7 dapat dilihat bahwa rataan bobot lahir paling tinggi bangsa babi Berkshire adalah 1,52 kg/ekor/kelahiran yaitu terdapat pada tahun 2010.
Rataan bobot lahir babi Berkshire secara berurut adalah 1,49 kg, 1,39 kg, 1,52 kg dan 1,43 kg. Besar kecilnya bobot lahir ternak babi ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya jumlah anak per kelahiran. Tahun 2010 total rataan bobot lahir adalah 6,090 kg, yang berarti bahwa jumlah anak per kelahiran pada tahun ini rendah sehingga rataan bobot lahir tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihombing (1997), yang menyatakan bahwa faktor keturunan dan jumlah anak yang dikandung mempengaruhi besarnya bobot lahir anak babi. Jika jumlah anak yang dikandung sedikit misalnya 6 ekor, maka berat pada saat lahir dari setiap ekor anak akan lebih besar dari pada jumlah anak 12 – 14 ekor. Besarnya rataan bobot lahir anak babi bervariasi antara 1,09 – 1,77 kg. Faktor genetik turut
menentukan bobot badan saat lahir, kekurangan protein pada induk selama kebuntingan dapat mempengaruhi bobot badan anak saat lahir yang diikuti dengan perkembangan pertumbuhan anak sampai saat disapih.
Keragaman paling tinggi sebesar 0.08 yaitu pada tahun 2012 dengan koefisien keragaman sebesar 19,08 %. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat 19,08 % keragaman pada tahun 2012 diantara bobot lahir anak babi bangsa Berkshire. Keragaman pada bangsa babi diatas tergolong rendah, walau begitu hal ini tidak berarti bahwa data bobot lahir per tahun bangsa babi Berkshire tergolong seragam (homogen).
Berikut analisis varians bobot lahir terhadap nilai keragaman bobot lahir bangsa ternak Berkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yag dianalisis dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah bobot lahir dan variabel terikat adalah keragaman bobot lahir. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 1.8. Analisis varians bobot lahir bangsa babi Berkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 4,30 1.44tn .242a
Residual 22
Total 23
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), bobot lahir berkshire b. Dependent variabel : ragam bobot lahir
Jumlah Anak Per Kelahiran Landrace
Jumlah anak per kelahiran diperoleh dari banyaknya jumlah anak pada saat kelahiran. Rataan jumlah anak per kelahiran dapat dilihat pada tabel .
Tabel 2.1. Rataan jumlah anak per kelahiran bangsa babi landrace selama 4 tahun (ekor) di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 73 7,3 2,26 5,12 30,958904
2011 70 7 2,11 4,44 30,142857
2010 61 6,1 1,85 3,43 30,327869
2009 79 7,9 1,97 3,88 24,936709
Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah anak per kelahiran babi Landrace Australia secara berurutan yaitu 7,3 ekor, 7 ekor, 6,1 ekor dan 7,9 ekor.
Jumlah anak per kelahiran selama penelitian tergolong rendah karena semua induk babi dalam keadaan replanting (induk baru) sesuai dengan pernyataan Babot et al (1994), Jumlah anak babi per kelahiran pada kelahiran pertama bervariasi antara 6,71-9,45 ekor bagi bangsa murni dan angka ini akan naik sampai induk berumur 3 tahun atau kelahiran ke 5 yang bervariasi antara 8,32 – 12,43 ekor.
Berikut analisis varians jumlah anak per kelahiran terhadap nilai keragaman jumlah anak per kelahiran bangsa ternak Landrace di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yag dianalisis dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah jumlah anak per kelahiran dan variabel terikat adalah keragaman jumlah anak per kelahiran. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 2.2. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Landrace di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 10.13 .394 tn .594a
Residual 2
Total 3
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), jumlah anak per kelahiran landrace b. Dependent variabel : ragam jumlah anak per kelahiran Yorkshire
Kualitas bibit unggul dari BPTU harus benar-benar unggul sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang ntuk mengetahui seberapa meningkatnya rataan jumlah anak per kelahiran dari tahun ke tahun. Berikut tabel rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Yorkshire.
Tabel 2.3. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Yorkshire Australia
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 69 7.67 1.66 2.75 21.64
2011 79 7.9 2.28 5.21 28.86
2010 80 8 1.94 4.44 24.25
2009 72 9 2.56 6.57 28.44
Berikut analisis varians jumlah anak per kelahiran terhadap nilai keragaman jumlah anak per kelahiran bangsa ternak yorkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yang diolah dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah jumlah anak per kelahiran dan variabel terikat adalah keragaman jumlah anak per kelahiran. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 2.4. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Yorkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 10,13 6.061tn 0,133a
Residual 2
Total 3
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), jumlah anak per kelahiran yorkshire b. Dependent variabel : ragam jumlah anak per kelahiran
Dari data time seri diatas menunjukkan bahwa dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan jumlah anak per kelahiran secara signifikan di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong. Rataan jumlah anak secara berurut bangsa Landrace selama 4 tahun adalah 7,67 ekor (2012), 7,9 ekor (2011), 8 ekor (2010) dan 9 ekor (2009). Rataan jumlah anak per kelahiran yang paling tinggi berada pada bangsa babi Yorkshire yaitu 9 ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Blakely dan Bade (1991) yang menyatakan bahwa induk babi Yorkshire terbukti sebagai salah satu bangsa babi yang baik dalam memelihara anak. Babi Yorkshire sering disebut
“bangsa ibu” karena babi Yorkshire betina terkenal litter sizenya banyak dan kemampuan keindukannya bagus.
Duroc
Jumlah anak per kelahiran bangsa babi Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong tergolong beragam. Berikut data rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman ternak babi duroc selama 4 tahun.
Tabel 2.5. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Duroc Australia
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 31 6.2 4.09 16.7 65.967742
2011 31 10.3 1.53 2.33 14.854369
2010 26 8.67 2.3 5.33 26.528258
2009 43 7.16 2.56 6.56 35.75419
Dari tabel 2.5 diatas terlihat bahwa rataan jumlah anak per kelahiran secara berurutan, 4 tahun adalah 6,2 ekor, 10,3 ekor, 8,67 ekor dan 7.16 ekor. Rataan jumlah anak per kelahiran paling tinggi terdapat pada induk babi bangsa Duroc tahun 2011 yaitu 10,3 ekor. Jumlah ini tergolong tinggi, dimana jumlah anak per kelahiran babi Duroc berkisar antara 7-10.24 ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewani (1989) bahwa di Indonesia untuk bangsa babi Yorkshire, Duroc, Landrace, dan Hampshire menghasilkan jumlah anak lahir berturut-turut sebanyak 8,48; 7,13; 8,84 dan 6,67 ekor. Sementara babi murni di Inggeris Hill dan Webs (1982) melaporkan pengamatannya bahwa jumlah anak lahir hidup adalah Yorkshire 10,2; Duroc 9,8; Landrace 9,4 dan Hampshire 8,6 ekor.
Kemudian menurut Sihombing (1997), bangsa babi Landrace menghasilkan litter size lahir sekitar 10,94 ekor, babi Duroc 10,24 ekor, dan bangsa babi Yorkshire sebesar 9,57 ekor.
Berikut analisis varians jumlah anak per kelahiran terhadap nilai keragaman jumlah anak per kelahiran bangsa ternak Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yang diolah dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah jumlah anak per kelahiran dan variabel terikat adalah keragaman jumlah anak per kelahiran. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 2.6 Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Duroc di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 10,13 6,189tn 0,131a
Residual 2
Total 3
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), jumlah anak per kelahiran duroc b. Dependent variabel : ragam jumlah anak per kelahiran Berkshire
Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Berkshire dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
Tabel 2.7. Rataan jumlah anak per kelahiran, keragaman dan koefisien keragaman bangsa babi Berkshire Australia di BPTU Babi dan Kerbau Siborong- borong
Tahun Total Rataan SD SD2 KK (%)
2012 53 7.57 1.27 1.62 16.77675
2011 37 7.4 1.67 2.8 22.567568
2010 31 7.75 2.36 5.58 30.451613
2009 61 7.63 2.13 4.55 27.916121
Rataan jumlah anak per kelahiran di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Siborong-borong secara berurutan adalah 7,57 ekor, 7,4 ekor, 7,75 ekor dan 7,63 ekor. Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa rataan jumlah anak per kelahiran paling tinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu 7,75 ekor per kelahiran. Namun jika ditinjau dari total anak lahir, yang paling tinggi adalah tahun 2009. Hal ini dikarenakan jumlah induk per tahun yang dapat bereproduksi dengan baik tidak sama banyak.
Berikut analisis varians jumlah anak per kelahiran terhadap nilai keragaman jumlah anak per kelahiran bangsa ternak Berkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara yang diolah dengan analisis regresi dimana yang menjadi variabel bebas adalah jumlah anak per kelahiran dan variabel terikat adalah keragaman jumlah anak per kelahiran. Data dianalisis dengan bantuan software SPSS versi 16.
Tabel 2.8. Analisis varians jumlah anak per kelahiran bangsa babi Berkshire di BPTU Babi dan Kerbau Siborong-borong
Sumber keragaman
Derajat bebas F Tabel F hitung Tingkat Signifikasi
Regresi 1 10,13 1,976 0,295a
Residual 2
Total 3
Sumber : Lampiran tn : tidak nyata
Keterangan: a. predictors: (constant), jumlah anak per kelahiran berkshire b. Dependent variabel : ragam jumlah anak per kelahiran Rekapitulasi Parameter
Hasil dari setiap parameter direkapitulasi dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1. rekapitulasi parameter
No. Bangsa Bobot Lahir Jumlah anak per kelahiran Analisis
varian
korelasi Analisis varian
korelasi
1 Landrace 4,815* 0,335 0.394tn 0,406
2 Yorkshire 2,098 tn 0,238 6,061 tn 0,867
3 Duroc 0.097 tn 0,078 6,189 tn -0,869
4 Berkshire 1,44 tn 0,248 1,976 tn 0,406
Ket: sumber : Lampiran
* : Nyata tn : Tidak nyata
Dari tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa yang paling berpengaruh nyata adalah bangsa babi landrace yaitu sebesar 4,815 dengan F tabel 4,09.
Sementara arti dari nilai korelasi yang terdapat dalam tabel adalah sebagai berikut.
1. Keragaman bobot lahir landrace berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,335 (r = 0,335)
2. Keragaman bobot lahir yorkshire berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,238 (r = 0,238)
3. Keragaman bobot lahir duroc berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,078 (r = 0,078)
4. Keragaman bobot lahir berkshire berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,248 (r = 0,248)
5. Keragaman jumlah anak per kelahiran landrace berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,406 (r = 0,406)
6. Keragaman jumlah anak per kelahiran yorkshire berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,867 (r = 0,867)
7. Keragaman jumlah anak per kelahiran duroc berhubungan secara negatif dengan bobot lahir sebesar -0,869 (r = -0,869)
8. Keragaman jumlah anak per kelahiran berkshire berhubungan secara positif dengan bobot lahir sebesar 0,705 (r = 0,705)
Semua korelasi diatas mempunya interval kekuatan yang berbeda. Korelasi dengan nilai 0,00 – 0,25 memiliki korelasi yang sangat lemah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah keragaman bobot lahir babi yorkshire dengan bobot lahirnya. Korelasi dengan nilai 0,25 – 0,50 memiliki korelasi yang cukup kuat, 0,50 – 0,75 memiliki korelasi kuat, 0,75 – 1 memiliki korelasi yang sangat kuat, dan korelasi dengan nilai 1 memiliki korelasi yang sempurna (Jonathan, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Balai Pembibibtan Ternak Unggul (BPTU) Babi dan Kerbau Sinur Siborong-borong dapat disimpulkan bahwa keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran ternak babi bangsa Landrace, Yorkshire, Duroc dan Berkshire selama 4 tahun tergolong rendah. Hal ini dudukung oleh nilai F hitung bobot lahir yorkshire 2,098tn, duroc 0,097 tn dan berkshire 1,44tn lebih kecil dari F tabel. Demikian halnya dengan jumlah anak per kelahiran yaitu Landrace 0,394tn, yorkshire 6,061tn, duroc 6,189tn dan 1,976tn. Keragaman bobot lahir dan jumlah anak per kelahiran tergolong rendah pada setiap bangsa ternak babi di BPTU Sinur Siborong-borong karena jenis babi yang di pelihara adalah bangsa babi galur murni dan kebanyakan induk masih induk baru.
Saran
Sebaiknya dilakukan replanting (penempatan induk baru) dari luar BPTU pada setiap bangsa ternak, sehingga dapat mendongkrak peningkatan produksi jumlah anak per kelahiran masing-masing bangsa babi dan keragaman genetiknya.