• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN MAKALAH PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN MAKALAH PANCASILA DI ERA GLOBALISASI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN MAKALAH

PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

NAMA ANGGOTA :

1.

FARISATUN NI’MAH (0911020045)

2.

KRISNA DIPAYANA (0911020054)

3.

ULWAN ZUHDI (0911020079)

4.

FAHMI AGUS PRIYO S. (0911023007)

5.

ANUNG NUGROHO J.L (0911023024)

6.

DWI DIYAN ARIMAD (0911023028)

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

2013

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi. Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang terus berkembang.

Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia, karena dengan adanya globalissi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.

Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar dan pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat diera globalisasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan globalisasi?

2. Dampak – dampak apa sajakah yang dapat ditimbulkan dengan adanya globalisasi?

3. Bagaimanakah sikap selektif yang harus dimiliki masyarakat untuk menanggapi pengaruh dari adanya globalisasi?

4. Bagaimana kedudukan Pancasila di masyarakat?

5. Bagaimana pentingnya pemasyarakatan Pancasila di era globalisasi?

6. Dan apa sajakah langkah – langkah dalam pelaksanaan upaya pemasyarakatan Pancasila diera globalisasi?

(3)

C. TUJUAN MAKALAH

1. Mahasiswa mampu memahami dan memaknai arti pentingnya pemasyarakatan Pancasila diera globalisasi.

2. Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air terhadap diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.

3. Mahasisiwa dapat membantu pemerintah dalam menyaring pengaruh-pengaruh buruk akibat adanya globalisasi.

D. MANFAAT MAKALAH

1. Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai globalisasi.

2. Mahasiswa dapat memahami kedudukan Pancasila dalam masyarakat serta dapat menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Mahasiswa dapat menerapkan nilai – nilai pancasila dalam kehidupan sehari – hari.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. GLOBALISASI

Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif, berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa, baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi informasi. Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.

Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

1. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.

2. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

(5)

3. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

4. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

5. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya.Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Untuk globalisasi itu sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut ; - Adanya perubahan dalam konsep ruang dan waktu.

- Pasar dan produksi ekonomi dan Negara yang berbeda menjadi saling terkait.

- Adanya peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.

- Meningkatnya masalah bersama misal, pada lingkungan hidup, krisis multinasional, dan inflasi regional dsb.

- Adanya perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.

- Adanya privatisasi atau swastanisasi atas Negara kesejahteraan.

B. DAMPAK GLOBALISASI

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain.

1. Dampak positif globalisasi

 Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.

 Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

(6)

 Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa kita.

2. Dampak negatif globalisasi

 Globalisasi mampu menyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.

Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.

 Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Globalisasi yang melanda dunia sekarang ini, berpengaruh pula pada bangsa Indonesia.

Kita sebagai bagian dari masyarakat dunia tidak bisa lagi menolak atau menghentikan proses global ini. Bangsa Indonesia telah membuka diri untuk selalu berhubungan dengan dunia lain di dunia. Untuk menghadapi arus tersebut bangsa Indonesia perlu memperhatikan dua hal yaitu bagaimana mengelola globalisasi dan bagaimana memperkuat akar kebangsaan. Dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini yang di butuhkan adalah memperkuat rasa kebangsaan dan kebanggaan warga Negara terhadap bangsa Indonesia sesuai dengan nilai- nilai Pancasila. Bila ini terwujud, adanya globalisasi tidak akan melunturkan semangat kebangsaan kita.

(7)

Untuk memperkuat akar kebangsaan Indonesia kita harus mampu menggali potensi dalam negeri di segala bidang. Contohnya, meningkatkan kualitas SDM mobilisasi daya dan dana dalam negeri antara lain melalui program jaminan nasional, lebih menggunakan produk dalam negeri serta membangun rasa solidaritas bangsa secara keseluruhan.

C. PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah- tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.

Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi.

Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.

Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar- dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal,

(8)

teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat.

Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain.

Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup,

(9)

suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut.

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita- citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

D. PENTINGNYA PEMASYARAKATAN PANCASILA DI ERA GLOBALISASI Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa & falsafah serta pandangan hidup bangsa, yang didalamnya terkandung nilai dasar (intrinsik), nilai instrumental & nilai praksis. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki 4 dimensi yaitu: dimensi realita, idealisme, fleksibilitas dan pembangunan nasional. Namun nilai-nilai yang dimiliki Pancasila pada saat ini kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai universal . Globalisasi bercirikan demokratisasi, hak asasi manusia & lingkungan hidup, selain itu pula kemajuan iptek berupa informasi & transformasi menjadikan dunia tanpa batas & era pasar bebas bercirikan liberalisme ekonomi kapitalis berdampak terhadap pergeseran peradaban.

Dari kenyataan tersebut Pancasila mengalami pengaruh yang cukup tajam, dimana di dalam kehidupan masyarakat nilai-nilai Pancasila banyak ditinggalkan bahkan dalam tindak tanduk, perilaku, moral warga negeri ini menyimpang dari nilai-nilai Pancasila.

Terabaikannya Pancasila juga dapat dilihat dari dicabutnya Tap MPR nomor 2/1978 tentang P4 & dibubarkannya BP7, yang berarti secara formal tidak ada lagi lembaga yang mengkaji dan mengembangkan Pancasila.

Selain itu UU nomor 20/2003 tentang pendidikan nasional tidak lagi menyebut Pancasila sebagai pelajaran wajib. Sehingga kedepan generasi muda akan kehilangan makna Pancasila, sebagai jati diri bangsa yang digali dari bumi sendiri. Nilai-nilai luhur Pancasila dalam implementasinya antara harapan & kenyataan masih jauh dari apa yang diharapkan, hal tersebut dapat dilihat pada dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara saat ini yang antara lain :

 Aturan negara yang belum memadai & mencapai sasaran yg diinginkan.

 Penyelenggaraan negara yang belum sesuai dengan komitmen yang telah disepakati.

 Masyarakat apatis menerima Pancasila.

Oleh karena itu perlu adanya pemasyarakatan Pancasila terutama dalam mengimplementasikan nila-nilai luhur Pancasila. Selain itu, Pancasila sangat penting untuk dimasyarakatkan kepada seluruh bangsa Indonesia agar budaya bangsa Indonesia tidak luntur

(10)

dan musnah seiring dengan perkembangan – perkembangan baru yang ditimbulkan karena adanya globalisasi.

Sebab nilai- nilai pancasila itulah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia yang menentukan cara berfikir, bersikap, dan berbuat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan adanya pemasyarakatan pancasila maka bangsa Indonesia akan tetap dapat bersatu dalam nuansa kebangsaaan yang utuh, tetap teguh dan selalu mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi.

E. PARADIGMA PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI Dalam menghadapi era globalisasi, yang merupakan tantangan dan sekaligus peluang yang harus diraih berdasarkan pada budaya bangsa. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus memperteguh akar budaya bangsa yang menjadi pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu, Pancasila. Isu globalisasi, seperti demokratisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup yang melanda dunia harus dilihat dan dikaji oleh bangsa Indonesia bertitik tolak pada paradigma atau sudut pandang Pancasila. Karena, pancasila itulah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia yang menentukan cara berfikir, bersikap, dan berbuat. Setiap individu bangsa Indonesia di kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menghadapi era globalisasi.

F. UPAYA PEMASYARAKATAN PANCASILA

 Selektif terhadap pengaruh dari globalisasi dalam segala bidang yang masuk ke Indonesia.

 Menumbuhkan semangat nasionalisme pada bangsa Indonesia. Yang dapat diwujudkan dalam semangat dalam produk dalam negeri.

 Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada diri bangsa Indonesia.

 Memahami dan menerapkan bahwa Pancasila sebagai dasar dan ideologi yang merupakan filter bagi masuknya budaya luar ke Indonesia.

 Menerapkan dan menegakkan hukum secara tegas dan seadil - adilnya.

 Pasal 32 UUD 1945 “ bahwa kebudayaan nasional harus menuju ke arah kemajuan adat budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa sendiri. Kita harus benar – benar selektif dalam menerima budaya global”.

 Memperteguh agama dan ajarannya sebagai sumber moral dan pedoman hidup manusia.

 Kerja sama pemerintah dengan para tokoh agama, para pendidik, badan sensor, produsen, media cetak dan elektronik yang memberikan contoh terhadap pemahaman nilai – nilai Pancasila serta adanya dukungan masyarakat sendiri.

(11)

 Dalam bidang pendidikan, para pendidik memberikan pelajaran pendidikan Pancasila / pendidikan kewarganegaraan, tidak hanya dalam segi kognitifnya melainkan juga menerapkan dalam kegiatan yang mengarah kepada afektif peserta didik.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Globalisasi merupakan suatu tantangan sekaligus peluang yang harus diraih. Namun, globalisasi tersebut akan menimbulkan dampak – dampak pengiring akibat perkembangan–

perkembangan dari proses globalisasi baik secara positif maupun negatif.

Untuk menghadapi dampak globalisasi diperlukan nilai–nilai Pancasila yang luhur agar bangsa kita tidak kehilangan kepribadian atau jati diri sebagai bangsa Indonesia. Maka dengan demikian, perlu adanya pemasyarakatan Pancasila pada bangsa Indonesia.

Selain itu, untuk mewujudkan hal tersebut bangsa Indonesia harus memiliki langkah-langkah dalam mengantisipasi arus globalisasi. Hal itu, ditujukan agar globalisasi tidak dapat mengikis dan mengubah nilai nasionalisme bangsa Indonesia.

B. SARAN

Saran kami sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi,serta bisa mengambil hal-hal positif dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan perkembangan negara.

Referensi

Dokumen terkait

This result support the first result that speech through video recording as an assessment in the Interpreting subject represent the students‟ speaking skill

Prognosis trauma mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun trauma tembus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo. 2) prinsip-prinsip yang belum terlaksana dalam

di urutan ketujuh di Indonesia untuk tingkat kemiskinan pada tahun 2012. Walaupun secara umum dari tahun ke tahun, Aceh telah berhasil menekan angka kemiskinan terutama sejak

waktu/daluwarsa 1 satu tahun lebih , sebagaimana yang di tentukan dalam Pasal 82 Undang- Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004, di mana Pemutusan Hubungan Kerja di lakukan pada

Ghozali dan Chariri (2007:335) menyatakan bahwa apabila perusahaan menggunakan prinsip ini, segala biaya, rugi, maupun hutang yang telah atau mungkin akan terjadi

MUSTOFA HAKIM dan EKA MULYANA). Menganalisis perilaku petani dalam memasarkan hasil panen nanas di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir,

Setelah dilakukan wawancara dengan subjek penelitian, diperoleh tambahan informasi mengenai jawaban siswa pada tes kemampuan berpikir kreatif yaitu: sebagian besar