BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Kinerja Koperasi Unit Desa yang berbasis Koperasi telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu Nursepti (2012), Jayanti (2012) dan Arifianto (2015). Uraian mengenai penelitian yang telah dilakukan akan dibahas secara ringkas pada pembahasan di bawah ini.
Nursepti (2012) melakukan penelitian tentang Peranan Koperasi Simpan Pinjam dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Koperasi Jaya Artha Mulya Kecamatan Karangploso, Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan kuantitatif menggunakan regresi logistik, analisis pendapatan dan uji beda rata-rata. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada keputusan petani dalam meminjam modal di Koperasi Jaya Artha Mulya antara lain faktor umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan pengalaman berusahatani. Pinjaman modal yang diberikan oleh Koperasi Jaya Artha Mulya sebagian besar dilakukan kebutuhan usahatani.
Dari hasil analisis uji beda rata-rata diketahui bahwa keputusan petani meminjam modal di Koperasi Jaya Artha Mulya tidak berpengaruh terhadap pendapatan.
Jayanti (2012) melakukan penelitian tentang Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam ditinjau dari aspek kepuasan anggota, studi kasus pada PKP-RI Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah pengelolaan koperasi, kepuasan anggota koperasi dan faktor pendukung serta penghambat pengelolaan koperasi.
Proses analisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan fokus penelitiannya adalah pengurus selalu berperan aktif dalam pengelolaan koperasi sehingga anggota tidak merasa diacuhkan dan indikator kesuksesan koperasi dapat dilihat dari kenaikan jumlah anggota. USP tahunan PKP-RI mengalami kenaikan pendapatan dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima anggota semakin meningkat menjadi indikator kepuasan anggota. Perkembangan PKP-RI Ponorogo selalu dipengaruhi beberapa faktor seperti lancarnya perputaran dana dan tidak ada keterpaksaan pengurus
dalam melaksanakan tugasnya sehingga hasil pekerjaannya dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arifianto (2015) membahas tentang Peran Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Efektifitas Kredit dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota pada koperasi simpan pinjam Lestari Mandiri Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif pendekatan kualitatif. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah peran KSP Lestari Mandiri dalam menyejahterakan anggota dan efektifitas kredit yang diberikan KSP Lestari Mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan anggota.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kesimpulan yang didapat adalah KSP Lestari Mandiri memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, disamping memberikan kredit, KSP Lestari Mandiri juga memberikan pendampingan untuk memaksimalkan penggunaan kredit dalam usaha. Untuk hasil analisis efektivitas kredit yang diberikan, sebagian besar responden menyatakan efektif karena adanya sosialisasi dan transparansi informasi produk produk koperasi sehingga anggota dapat paham. Prosedur pengambilan kredit tidak teralu sulit dan biaya transaksi dan tingkat bunga tidak dirasa membebankan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya karena fokus dari penelitian ini adalah adanya hubungan faktor-faktor penentu kinerja KUD Anugerah dalam membantu menyejahterakan anggotanya yang dominan adalah petani kelapa sawit. Dalam penelitian ini akan dilihat faktor penentu apa saja yang menyatakan bahwa KUD Anugerah telah berperan dalam meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit. Penelitian ini akan dilakukan dengan analisis Mixed Methods dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
2.2 Tinjauan Teoritis Koperasi 2.2.1 Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang keperluan sehari hari dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung). Definisi Koperasi Indonesia menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian; Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Menurut Supriyanto (2015), koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama-sama melalui perusahaan koperasi yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.
Definisi koperasi menurut Chaniago (2001) koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggota. Badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota, yang merupakan pemakai jasa (users). Fakta ini membedakan koperasi dan badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya, pada dasarnya adalah para penanam modalnya (investor) (Ariffin, 2000). Baswir (2000) mengatakan bahwa koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengertian koperasi terdapat dua unsur yang berkaitan satu sama lain dalam koperasi, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi berusaha memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien. Sedangkan sebagai perkumpulan orang, koperasi memiliki watak sosial. Keuntungan bukanlah merupakan tujuan utama koperasi.
Koperasi adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
2.2.2 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi sebagaimana tertulis dalam pasal 3 UU No. 25 tahun 1992 adalah koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Tujuan koperasi menurut UU tersebut masih tergolong umum. Karena itu, setiap koperasi perlu menjabarkannya ke dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Tujuan yang jelas dan dapat dioperasikan akan memudahkan pihak manejemen dalam mengelola koperasi. Pada kasus anggota juga bertindak sebagai pemilik, pelanggan dan pemodal akan dapat lebih mudah melakukan pengawasan terhadap proses pencapaian tujuan koperasi, sehingga penyimpangan dari tujuan tersebut akan lebih cepat diketahui.
Dari tujuan koperasi yang telah dipaparkan, dapat dimengerti bahwa koperasi mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Koperasi tidak hanya merupakan satu satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak di bangun di negeri ini, tapi juga dinyatakan sebagai sokoguru perekonomian nasional (Baswir, 2000).
2.2.3 Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi bermula dari aturan aturan umum pengelolaan Koperasi yang dikembangkan oleh pelopor pelopor koperasi di Rochdale, yang dikenal sebagai “Prinsip-prinsip Rochdale”. Dalam bukunya The Cooperative Sector, Baswir (2000) mengatakan bahwa setidaknya ada empat prinsip yang harus dipenuhi oleh setiap badan usaha yang menamakan dirinya Koperasi.
Prinsip-prinsip itu adalah : 1) Adanya pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan kesukarelaan. 2) Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota. 3) Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi anggota dalam ketatalaksanaan dan usaha koperasi. 4) Adanya ketentuan tentang perbandingan yang seimbang terhadap hasil usaha yang diperoleh, sesuai dengan pemanfaatan jasa koperasi oleh para anggotanya. Prinsip prinsip koperasi Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 UU No.
25 Tahun 1992 adalah : 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis, 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, 4) Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal, dan 4) Kemandirian (Baswir, 2000).
2.2.4 Fungsi dan Peran Koperasi
Seperti yang dikemukakan dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992, tujuan pendirian koperasi di Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Agar dapat mengemban tujuan tersebut, maka UU No. 25 Tahun 1992 menggariskan fungsi dan peran yang harus diemban koperasi dalam membangun perekonomian Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan peran Koperasi Indonesia pada garis besarnya adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.
2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (Baswir, 2000).
2.2.5 Jenis Koperasi
Menurut Baswir (2000), berdasarkan keragaman latar belakang dan tujuan, koperasi digolongkan ke dalam kelompok besar berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut : berdasarkan bidang usaha, berdasarkan jenis komoditi yang diusahakan, berdasarkan jenis anggota, dan berdasarkan daerah kerja. Koperasi berdasarkan bidang usaha terbagi atas koperasi konsumsi, koperasi produksi,
koperasi pemasaran dan koperasi kredit. Koperasi berdasarkan jenis komoditi terbagi atas koperasi pertambangan, koperasi pertanian dan peternakan, koperasi industri dan kerajinan, dan koperasi jasa jasa. Koperasi berdasarkan jenis anggota dikelompokkan menjadi : 1) Koperasi karyawan (Kopkar), 2) Koperasi Pasar (Koppas), 3) Koperasi Angkatan Darat (Prikompad), 4) Koperasi Mahasiswa (Kopma), 5) Koperasi Pondok Pesantren ( KOPPONTREN), 6) Koperasi Peranserta Wanita ( Koperwan), 7) Koperasi Pramuka (Kopram) dan lain sebagainya. Koperasi berdasarkan daerah kerja terbagi menjadi koperasi primer, koperasi sekunder dan koperasi tertier.
Macam macam koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah : 1. Koperasi Produsen
2. Koperasi Konsumen 3. Koperasi Simpan Pinjam 4. Koperasi Pemasaran 5. Koperasi Jasa
2.2.6 Manajemen Koperasi
Menurut Yusuf dan Gustomo (2007), terdapat 11 fungsi manajemen koperasi secara umum ditinjau dari sumberdaya manusianya, diantaranya adalah : 1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan kepengurusan koperasi secara
efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan koperasi. Dari perencanaan inilah terlihat seperti apa skenario atau desain awal pendirian koperasi ini dapat dipahami oleh anggota dan pengurus.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua pengurus dan anggota dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi, wewenang, integrasi dan koordinasi dalam beban organisasi.
3. Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan anggota agar terlibat dalam kegiatan koperasi dan bekerjasama, dengan demikian muncul rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.
4. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan anggota agar mentaati kesepakatan bersama yang telah ditetapkan dalam rapat anggota, sehingga aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan syarat dan prosedur.
5. Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, peempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan pengelola/pengurus yang sesuai.
Dalam hal ini biasanya proses pengangkatan manajer sebagai ujung tombak koperasi.
6. Pengembangan (delevopment) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan ini merupakan stressing dari koperasi.
7. Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung. Pemberian kompensasi dalam koperasi diwujudkan melalui kemudahan dan peningkatan volume peminjaman dan juga pembagian sisa hasil usaha (SHU).
8. Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan koperasi dan anggota, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Untuk melihat efektifitas dari integrasi ini kita harus melihat sejauh mana koperasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik materi maupun non materi. Pengintegrasian merupakan hal yang sulit karena mempersatukan dua kepentingan yang sering kali berbeda.
9. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas anggota. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang didasarkan pada kebutuhan sebagian besar anggotanya.
10. Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi manajemen yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan. Kedisiplinan ini mengatur sejauh mana pengurus dan anggota mentaati aturan koperasi.
11. Pemberhentian (separation) adalah putusnya keanggotaan koperasi.
Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan sendiri atau diberhentikan oleh forum karena alasan alasan tertentu.
2.2.7 Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Koperasi
Laili, Sukidin, dan Widodo (2014) menyatakan bahwa keberhasilan koperasi terlihat melalui pertimbangan jumlah unit simpan pinjam, jumlah anggota, besarnya asset, dan besarnya sisa hasil usaha. Hal ini merupakan aspek penting dari ukuran keberhasilan koperasi, akan tetapi partisipasi anggota atau keterlibatan
langsung anggota dalam menabung, meminjam, dan kesadaran anggota mengikuti pendidikan dan pembinaan koperasi, serta penggunaan pinjaman untuk produktif merupakan faktor pendukung keberhasilan koperasi simpan pinjam, sehingga untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, pihak koperasi maupun anggota harus dapat memanfaatkan dana simpan pinjam yang diperoleh dengan sebaik-baiknya.
Menurut Ketaren (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi meliputi sisa hasil usaha, partisipasi keaktifan anggota, kepemimpinan pengurus, dan manajemen koperasi. Faktor pendorong kesuksesan lain dipengaruhi oleh beberapa hal menurut Widiyanti (2002), yaitu :
1. Koperasi aktif jika terdapat kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara umum.
2. Koperasi akan berkembang jika ada kebebasan dan otonomi dalam berorganisasi.
3. Kebebasan koperasi ditentukan oleh proses pengembangan pemahaman nilai- nilai perkoperasian.
4. Peran dan manfaat koperasi akan semakin dapat dirasakan oleh anggota dan masyarakat jika terdapat kesadaran dan keanggotaan yang jelas.
5. Koperasi akan eksis jika mampu mengembangkan usaha dengan kriteria : - Luwes dan sesuai dengan kebutuhan anggota.
- Berorientasi pada pemberian pelayanan yang baik dan maksimal kepada anggota.
- Berjalan dan berkembang bersamaan dengan usaha anggota.
- Efisien, atau biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non-koperasi. Mampu mengembangkan modal yang ada dalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri.
Aprilita (2004) mengungkapkan terdapat empat faktor penghambat keberhasilan koperasi, yaitu :
1. Sumberdaya manusia yang dalam hal ini berkaitan dengan pengurus dan karyawan yang menjadi peran utama dalam kesuksesan koperasi.
2. Kurangnya modal akibat dari sulitnya akses permodalan karena ruang lingkup koperasi masih terbatas, pada umumnya koperasi-koperasi di Indonesia masih tergantung pada instansi instansi pemerintah.
3. Regulasi perkoperasian yang belum sepenuhnya mendorong koperasi untuk maju dan berkembang.
4. Pandangan masyarakat Indonesia yang memandang koperasi sebelah mata dan mengesampingkan keberadaan ekonomi.
2.3 Tinjauan Teoritis Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa (KUD) dibentuk oleh warga desa atau sekelompok desa-desa yang disebut unit desa yang dapat merupakan satu kesatuan ekonomi masyarakat kecil. Pengembangan Koperasi Unit Desa diarahkan agar dapat menjadi pusat pelayanan kegiatan ekonomi di daerah pedesaan. Harapan terciptanya efisiensi ekonomi ekonomi yang didasari efisiensi sosial merupakan sifat positif koperasi.
Koperasi Unit Desa dibentuk sebagai wadah penggerak peranan dan tanggung jawab petani dalam rangka mengembangkan diversifikasi usahanya (Nasution, 2002). Menurut Purnomo dan Sudjana (2014), Koperasi Unit Desa adalah lembaga pedesaan yang memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian. Habibie (2010) mengatakan bahwa Koperasi Unit Desa (KUD) adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial yang merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan untuk masyarakat pedesaan guna meningkatkan pelayanan kepada anggota masyarakat dan masyarakat pedesaan.
2.3.1 Fungsi dan Peran Koperasi Unit Desa (KUD)
Menurut Nasution (2002), karakteristik yang harus dimiliki oleh KUD sabagai koperasi untuk dapat disebut sebagai pusat pelayanan masyarakat pedesaan adalah:
1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan dasar bagi masyarakat desa sesuai dengan kodratnya sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kegiatan konsumsi.
2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar mereka (masyarakat pedesaan) dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan.
3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk redistribusi faktor produksi dan pendapatan.
4. Lebih memberikan tekanan pada aspek kemanusiaan dan moral.
5. Pelayanan tidak hanya terbatas pada kebutuhan materi, tetapi mencakup juga hak asasi.
6. Merupakan salah satu unsur pembangunan dari penjabaran atas konsep pembangunan dari bawah ke atas (bottom up approach).
Habibie (2010) mengatakan bahwa KUD sebagai pusat pelayanan dalam kegiatan perekonomian pedesaan memiliki dan melaksanakan peran sebagai berikut:
1. Perkreditan, untuk keperluan produksi dan penyediaan kebutuhan modal investasi dan modal kerja/usaha bagi anggota KUD dan warga desa umumnya.
2. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi seperti sarana sebelum dan sesudah panen, sarana produksi untuk keperluan industri/kerajinan dan sebagainya, penyediaan dan penyaluran barang-barang keperluan sehari hari khususnya sembilan bahan pokok dan jasa-jasa lainnya.
3. Pengolahan dan pemasaran hasil produksi/industri dan sebagainya dari para anggota KUD dan warga desa umumnya.
4. Kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, pengangkutan, dan sebagainya.
2.3.2 Indikator Keberhasilan Koperasi Unit Desa (KUD)
Menurut Purnomo dan Sudjana (2010), terdapat lima indikator penting sebagai penggerak internal organisasi KUD (faktor endogen) untuk mencapai keberhasilan, yaitu :
1. Keberhasilan usaha 2. Pencapaian target
3. Pelayanan kepada anggota 4. Partisipasi anggota
5. Keanggotaan.
Tingkat keberhasilan usaha KUD dipengaruhi oleh kinerja finansial dan kinerja operasional yang hanya dapat diukur melalui variabel indikatornya.
Dibawah ini terdapat tabel indikator kunci pada usaha KUD.
Tabel 1. Indikator Kunci pada Usaha Koperasi Unit Desa (KUD)
No. Faktor Indikator
1. Kinerja Finansial 1. Keuntungan Kotor
2. Modal kerja dibanding asset total 3. Ratio uang terhadap Sisa Hasil Usaha 4. Jangka Waktu Penerimaan Hasil Penjualan 5. Nilai jual dibanding asset total
6. Pembagian Sisa Hasil Usaha 7. Perputaran Modal
2. Kinerja Operasional 1. Kualitas pelayanan kepada anggota 2. Sumberdaya manusia
3. Inovasi teknologi
4. Pemenuhan kapasitas produksi 5. Tingkat pertumbuhan keanggotaan 3. Keberhasilan Usaha 1. Profit margin
2. Rentabilitas ekonomis 3. Kepuasan
4. Pencapaian target
5. Pertumbuhan produktivitas 6. Partisipasi anggota
7. Keanggotaan Sumber : Purnomo dan Sudjana, 2010
2.4 Tinjauan Teoritis Kinerja 2.4.1 Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2007) mengatakan bahwa istilah kinerja dari kata-kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Mangkunegara (2007) juga menyatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja operasi. Menurut Simanjuntak (2005), kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Simanjuntak (2005) juga mengartikan kinerja individu sebagai tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja koperasi merupakan suatu pencapaian yang dihasilkan oleh koperasi dalam menyejahterakan anggotanya dalam mencapai tujuan koperasi dan memenuhi perannya sebagai wadah bagi para anggota. Kinerja koperasi dapat dilihat dan diukur melalui indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Pengukuran kinerja koperasi penting dalam proses perencanaan, pengendalian, serta proses transaksional yang lain, karena dengan pengukuran kinerja pengelola koperasi dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan asset, proses operasional organisasi manajemen dari koperasi. Selain itu, pengelola juga memperoleh informasi manajemen yang berguna untuk umpan balik dalam rangka perbaikan koperasi yang menyimpang. Pengukuran kinerja koperasi juga dapat membantu pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pendidikan pelatihan sumberdaya manusia (SDM), perencanaan, dan pengendalian dalam proses manajemen koperasi lebih lanjut (Ihsan, 2005).
2.4.2 Indikator Kinerja Koperasi
Dalam Pedoman Pemeringkatan Koperasi (Kemen KUKM, 2008), pemeringkatan koperasi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap kondisi dan atau kinerja koperasi melalui sistem pengukuran yang obyektif dan transparan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang dapat menggambarkan tingkat kualitas dari suatu koperasi. Pedoman pemeringkatan dilihat dari berbagai aspek menurut buku Pedoman Pemeringkatan Koperasi (Kemen KUKM, 2008), yaitu :
1. Aspek Badan Usaha Aktif, ditunjukkan dengan berjalannya mekanisme manajemen koperasi, seperti rapat anggota tahunan (RAT), audit, proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, aktivitas bisnis berjalan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Aspek Kinerja Usaha yang Semakin Sehat, ditunjukkan dengan membaiknya struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan dana, penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan keuntungan.
3. Aspek Kohesivitas dan Partisipasi Anggota, ditunjukkan dengan keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap organisasi, dalam hal rasa tanggung renteng atau kemauan untuk berbagi risiko (risk sharing), tingkat pemanfaatan pelayanan koperasi, serta ukuran ukuran kuantitatif lainnya, seperti peningkatan jumlah anggota, persentase kehadiran dalam rapat anggota, persentase pelunasan simpanan wajib, dan persentase besaran simpanan sukarela.
4. Aspek Orientasi kepada Pelayanan Anggota, ditunjukkan dengan beberapa hal, seperti keterkaitan antara usaha koperasi dengan usaha anggota, kegiatan penerangan dan penyuluhan terkait dengan usaha anggota, kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi anggota serta besaran transaksi usaha yang dilakukan antara koperasi dengan usaha anggotanya.
5. Aspek Pelayanan kepada Masyarakat, ditunjukkan dengan seberapa jauh usaha yang dijalankan koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat serta seberapa banyak jumlah layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum termasuk peran koperasi ikut mereduksi kemiskinan masyarakat setempat.
6. Aspek Kontribusi terhadap Pembangunan Daerah, ditunjukkan dengan ketaatan koperasi sebagai wajib pajak dalam membayar pajak serta berbagai bentuk dukungan sumberdaya terhadap kegiatan pembangunan daerah (Mayasari, 2009).
2.5 Tinjauan Teoritis Kesejahteraan 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan
Menurut Maeswara (2010), kesejahteraan merupakan rasa tenteram rakyat akan terpenuhinya hajat hidup lahir dan batin. Kesejahteraan lahir didasarkan pada standar universal menyangkut kesehatan, sandang, pangan dan papan (kesejahteraan ekonomi dan sosial), sedangkan kesejahteraan batin menyangkut persepsi yang bersifat intelektual, emosional maupun spiritual, yakni rasa terlindungi dan terpenuhinya hak hak intelektual, emosional dan spiritual rakyat.
Kesejahteraan bukanlah suatu alat perjuangan, akan tetapi tujuan perjuangan.
Sedangkan dalam Mikkelsen (2011), dikatakan bahwa dengan adanya istilah “kesejahteraan”, maka terdapat rangsangan untuk orientasi ke arah “mutu hidup”. Miskin dalam artian materi tidak selalu berarti tidak sejahtera.
Kesejahteraan adalah nilai budaya yang spesifik dan sulit untuk bisa di kuantifikasi.
Indikasi kemiskinan dan distribusi kesejahteraan atau kekayaan, merupakan keharusan dalam studi pembangunan sosial-ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan perubahan perubahan sosial, hubungan hubungan kekuasaan ketidaksetaraan, dan lain-lain. Ranking kekayaan atau ranking kesejahteraan adalah rangking untuk keluarga; merupakan perbandingan yang relatif atas kekayaan, biasanya mencakup beberapa konsep kesejahteraan dan tidak menuntut studi mendalam mengenai penghasilan absolut atau harta lain.
2.5.2 Indikator Kesejahteraan
Fahrudin (2012) menyatakan dimensi kesejahteraan disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat dilihat jika dari satu aspek tertentu. Indikator-indikator dari kesejahteraan adalah : 1) Kependudukan, 2) Kesehatan dan gizi, 3) Pendidikan, 4) Taraf dan Pola Konsumsi, 5) Perumahan dan Lingkungan, 6) Sosial dan Budaya.
Menurut Sugihartono (2007), indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Menurut Kementan (2015), tingkat kesejahteraan petani diukur dari : 1. Pendapatan per kapita
2. Tingkat kemiskinan
3. Tingkat kerawanan pangan rumah tangga pertanian
2.6 Hubungan Koperasi dan Kesejahteraan
Sesuai dengan tujuan koperasi dalam memajukan kesejahteraan para anggota, maka koperasi kerap ada hubungannya dengan kesejahteraan. Koperasi memberikan sumbangan besar terhadap pembangunan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah. Secara sektoral koperasi memberikan sumbangan terhadap sektor pertanian secara luas (pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan). Co-operative share koperasi secara regional meliputi salah satunya dalam suatu wilayah jumlah desa yang tergabung dalam koperasi bertambah besar.
Pernyataan bahwa koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengandung arti bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota adalah program utama koperasi melalui pelayanan usaha.
Dengan demikian, keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari peningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang tidak pernah merasa puas, karena itu kesejahteraan akan terus dikejar tanpa batas. Keberhasilan koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggota dilakukan melalui koperasi.
Dalam pengertian ekonomi, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut meningkat pula. Dengan demikian, pengertian kesejahteraan yang bersifat abstrak dan relatif tersebut dapat diubah menjadi pengertian yang lebih konkrit dalam bentuk pendapatan, sehingga pengukurannya dapat dilakukan secara nyata (Sitio dan Tamba, 2001).
2.7 Tinjauan Teoritis Pendapatan 2.7.1 Pengertian Pendapatan
Menurut Sudremi (2007), pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi. Adji (2004) menyatakan bahwa pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan seperti kesehatan dan pensiun.
Menurut Tohar (2000) terdapat dua segi pendapatan, yaitu dalam arti riil dan dalam arti jumlah uang. Pendapatan dalam arti riil adalah nilai jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan pendapatan dalam arti jumlah uang diartikan sebagai penerimaan.
2.8 Tinjauan Teoritis Alat Analisis Korelasi Rank Spearman
Sugiyono (2011) menyatakan bahwa korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Santosa dan Hamdani (2007) menyatakan bahwa analisis Rank Spearman pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar bidang ilmu statistika Charles Spearman. Rumus yang diterapkan untuk melakukan perhitungan nilai koefisien korelasi ini adalah :
𝑟𝑠 = 1 − 6Ʃ𝑑𝑖2 𝑛(𝑛2− 1)
r adalah nilai koefisien korelasi Spearman, d adalah perbedaan atau selisih peringkat antara variabel bebas dan terikat, n adalah jumlah frekuensi, dan 6 adalah bilangan konstanta. Korelasi Rank Spearman bekerja dengan data ordinal, maka data yang pada awalnya digunakan dengan data ratio harus diubah terlebih dahulu menjadi data ordinal dalam bentuk ranking. Untuk menginterpretasikan hasil r, maka nilai r perlu dibandingkan dengan tabel nilai nilai r yang disesuaikan dengan jumlah n dan taraf kesalahan yang digunakan (Sugiyono, 2011). Kaidah pengujian korelasi Rank Spearman adalah :
- Jika 𝑟𝑠 hitung > 𝑟𝑠 tabel, maka terdapat korelasi positif antar variabel yang diuji.
- Jika 𝑟𝑠 hitung < 𝑟𝑠 tabel, maka tidak terdapat korelasi positif antar variabel yang diuji.