• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi Tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang berhubungan....(Lelly dkk.)

67

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi Tahun 2016

Lelly Andayasari1*, Rofingatul2, Sri Muljati1, Tince Jovina1, Lely Made Ayu Suratri1, Nurhayati1, Indirawaty1

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat2

*Email: andayasari@gmail.com

Abstract

Oral health must be considered since the growth of primary teeth. This is to avoid oral and dental problems such as dental caries, mouth sores or halitosis. Dental caries is still a major problem and about 60-90% of school age. To identify risk factors related to dental caries of kindergarten children ages in Bekasi Cross sectional study design was done in six Kindergarten in Bekasi. Selection kindergarten and respondents were purposive random sampling. Respondents have dental health status (def-t) <5. Total respondents were 171 children aged 4-5 years. Dental health status is determined by the presence of dental caries (Decayed / e), a missing tooth / revoked (extracted/e) and the teeth of filled (filled/f) or (def-t). Examination of dental health used standard diagnostic tools are sterile. Data child's characteristics, behavior and knowledge of dental health asked of parents using questionnaires. Univariate and bivariate analysis used SPSS software. Long term breastfeeding has a correlation to dental caries, and the habits of drinking milk in the bottle have a correlation to dental caries. Dental caries is more common in children who drink milk in bottle (ngedot). In this study the old breastfed for> = 24 months was associated with dental caries, but not significant. It is necessary to limit the drinking of milk in bottles and duration of breastfeeding not more than 24 months.

Keywords: dental caries, breast feeding, def-t

Abstrak

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang harus diperhatikan sejak pertumbuhan gigi susu. Hal ini untuk menghindari masalah gigi dan mulut seperti karies gigi, sariawan atau bau mulut. Karies gigi masih menjadi masalah utama dan mengenai 60-90% murid sekolah. untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi anak usia taman kanak-kanak di Kota Bekasi. Disain penelitian adalah cross sectional yang dilakukan di 6 (enam) sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Bekasi. Pemilihan sekolah TK dan responden dilakukan secara purposive random sampling. Responden adalah anak yang memenuhi kriteria inklusi yaitu memiliki status kesehatan gigi (def-t) <5. Total responden adalah 171 anak usia 4—5 tahun. Status kesehatan gigi ditentukan dengan adanya gigi yang karies (decayed/e), gigi yang hilang/dicabut (extracted/e) dan gigi yang ditumpat (filled/f) atau (def-t). Pemeriksaan kesehatan gigi anak menggunakan alat diagnostic standar yang steril. Data karakteristik anak, perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ditanyakan kepada orang tua dengan menggunakan kuesioner. Analisis univariat dan bivariat menggunakan software SPSS. Lama pemberian ASI mempunyai korelasi terhadap karies gigi (r= -0,124; p=0.105) dan kebiasaan minum susu dalam botol (ngedot susu) memiliki korelasi untuk terjadinya karies gigi (r=0.097; p=0,205). Karies gigi pada anak TK lebih banyak pada anak yang pernah minum susu dalam botol (ngedot). Dalam penelitian ini lama mendapatkan ASI selama >= 24 bulan berhubungan dengan karies gigi tetapi tidak bermakna.Perlu pembatasan minum susu dalam botol dan lama pemberian ASI tidak melebihi 24 bulan.

Kata Kunci: karies gigi, ngedot, ASI, def-t

Pendahuluan

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemui di masyarakat. Karies gigi banyak menyerang pada anak-anak karena anak-anak menyukai makanan yang manis yang bisa

menyebabkan karies gigi. Di Indonesia karies gigi masih menjadi masalah utama dan mengenai 60—90% murid sekolah.1 Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan 85% anak prasekolah sudah mengalami karies gigi.2 Karies gigi merupakan penyakit atau kelainan yang terjadi pada

(2)

68 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol 6.1. 2017 : 67-76

interaksi antara host (keadaan gigi dan saliva), mikroorganisme dalam mulut, subsrat (sisa makanan), bakteri dan host, serta waktu. Karies menyerang pada semua kelompok umur, baik pada dewasa maupun anak-anak. Kelompok umur balita merupakan kelompok rawan terjadinya karies gigi.

Prevalensi dan keparahan karies pada anak usia bawah lima tahun di beberapa negara di dunia cukup tinggi dan cenderung meningkat.1 Di Amerika Serikat, prevalensi Early Childhood Caries (ECC) atau karies dini pada anak usia 3—

5 tahun sebesar 90%.1 Prevalensi ECC di Australia pada tahun 2009 pada anak usia 0—4 tahun sebesar 56,1%,3 sedangkan di Thailand, pada tahun 2004 prevalensi ECC pada anak usia 15—19 bulan sebesar 82,8%.4 Penelitian yang dilakukan oleh RJ Schroth pada anak usia di bawah 72 bulan di Canada tahun 2010, prevalensi ECC 53%.5 Sekitar satu dari empat anak usia 3- 5 dan 6-9 tahun hidup dalam kemiskinan memiliki karies gigi yang tidak diobati. 6

Status karies gigi sulung dapat dilihat dengan indikator def-t, yang merupakan penjumlahan dari indeks d (decayed), e (extracted), dan f (filled). Kategori perhitungan DMF-T dan def-t menurut WHO adalah: 1) Sangat Rendah: 0,0 – 1,1;

2) Rendah: 1,2 – 2,6; 3) Moderat: 2,7 – 4,4; 4) Tinggi: 4,5 – 6,5, dan 5) Sangat Tinggi: > 6,6. Indikator untuk emngukur tingkat kebersihan mulut adalah Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) dari Green and Vermillion. Indeks OHIS merupakan penjumlahan enam gigi (gigi 55, 51, 65, 85, 71, 75). Kategori perhitungan indeks OHIS dari Green and Vermillion adalah: 1) Baik= 0,0—1,2;

Sedang= 1,3—3,0; Buruk 3,1—6,0. 7 Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian Uji pengaruh intervensi menggunakan Pedoman Edukasi Kesehatan gigi pada anak usia taman kanak-kanak di Kota Bekasi tahun 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

usia Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi tahun 2016.

Metode

Disain penelitian menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan di enam sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016. Pemilihan sekolah TK dan responden dilakukan secara purposive random sampling yang memenuhi kriteria inklusi yaitu memiliki status kesehatan gigi <5. Populasi adalah seluruh anak TK di Provinsi Jawa Barat. Sampel adalah murid TK A yang tinggal di Kota Bekasi dan kecamatan terpilih yang memenuhi kriteria. Besar sampel minimal dihitung menggunakan rumus uji beda dua proporsi (satu arah) dari Lwanga dan Lemeshow, 1991. 8 Dengan derajat kemaknaan 90%

(α=10%), kekuatan 85% (β=85%), proporsi kelompok kontrol (P1) disepakati 0,30 merujuk pada prevalensi hasil Riskesdas 2013, dan proporsi kelompok intervensi (P2) disepakati 0,15 maka besar sampel minimal untuk setiap kelompok adalah 85.

Status kesehatan gigi atau indeks def-t merupakan penjumlahan dari komponen d- t, e-t dan f-t yang menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami anak.

Kriteria sekolah TK adalah sekolah TK yang lebih dari 50% muridnya memiliki status kesehatan gigi (def-t) < 5. Kriteria murid TK A adalah anak usia 4-5 tahun, sehta fisik saat wawancara dan pemeriksaan gigi serta mempunyai status kesehatan gigi anak (def0t) < 5.

Data karateristik responden dan pengetahuan orang tua dikumpulkan melalui wawancara kepada orang tua kandung dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba. Selain kuesioner data responden dikumpulkan melalui pemeriksaan kesehatan gigi dengan menggunakan indikator angka karies (def- t). Pengukuran indeks kebersihan gigi atau

(3)

Faktor-faktor yang berhubungan....(Lelly dkk.)

69 oral hygiene index menggunakan plak

kontrol. Plak kontrol diteteskan pada 6 gigi responden (gigi 55, 51, 65, 85, 71 dan 75) lalu diamati perubahan warna plaknya.

Tenaga pengumpul data adalah dokter gigi peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI yang dibantu oleh dokter gigi puskesmas di wilayah lokasi terpilih. Variabel bebas adalah yaitu usia, jenis kelamin, perilaku menyikat gigi, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang menyebabkan karies (makanan kariogenik), periksa rutin kesehatan gigi ke fasilitas kesehatan, kebiasaan minum susu dalam botol (ngedot), lama menerima ASI dan pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi. Variabel terikat adalah karies gigi.

Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Persetujuan etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dengan nomor.

LB.02.01/5.2/KE.318/2016 tanggal 13 Mei 2016.

Hasil

Pemeriksaan kesehatan gigi dilakukan pada 171 anak-anak usia 4—5 tahun.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa sebagian besar anak berusia 5 tahun (64,9%).

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar adalah perempuan (53,8%).

Perilaku menyikat gigi yang benar adalah apabila anak menyikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sesaat sebelum tidur. Tabel 1 menunjukkan bahwa hanya 5,8% yang menyikat gigi dengan benar.

Konsumsi makanan yang merusak gigi atau makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung tinggi gula misalnya permen, coklat dan makanan manis lainnya yang dapat menyebabkan karies gigi.

Makanan manis merupakan makanan yang digemari oleh anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengkonsumsi makanan kariogenik 53,8%.

Pengetahuan orang tua tentang pemeliharaan kesehatan gigi sangat penting dalam mendasari terbentuknya sikap dan perilaku yang mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.

Pengetahuan tentang kesehatan gigi ditanyakan pada orang tua kandung.

Pertanyaan terdiri dari 13 pertanyaan yang dikompositkan ke dalam 2 kategori yaitu pengetahuan baik dan kurang baik dengan cut off mean. Rerata pengetahuan orang tua adalah 12,8. Kategori pengetahuan baik bila nilai komposit pengetahuan >

12,8, sedangkan pengetahuan kurang baik bila nilai kompositnya <12,8. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi tergolong dalam kategori baik sebesar 62,0%.

(4)

70 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol 6.1. 2017 : 67-76

Karakteristik n %

Umur

4 Tahun 60 35,1

5 Tahun 111 64,9

Jenis Kelamin

Laki-Laki 79 46,2

Perempuan 92 53,8

Perilaku menyikat gigi dengan benar

Benar 10 5,8

Tidak benar 161 94,2

Konsumsi makanan yang merusak gigi

Tidak konsumsi 79 46,2

Konsumsi 92 53,8

Kategori_pengetahuan

Baik 106 62,0

Kurang 65 38,0

Apakah periksa gigi secara berkala/ 2 kali setahun?

Ya 35 20,5

Tidak 136 79,5

Apakah anak pernah minum susu dalam botol?

Ya 143 83,6

Tidak 28 16,4

Lama pemberian ASI

>=24 bulan 61 35,7

< 24 bulan 110 64,3

Status Karies

Tidak karies 73 42,7

Karies 98 57,3

Total 171 100

Pemeriksaan kesehatan gigi ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) secara rutin adalah biasa memeriksakan kesehatan gigi ke fasilitas kesehatan rutin enam bulan sekali. Hasil penelitian diperoleh hanya 20,5% anak yang memeriksakan kesehatan gigi secara rutin.

Sebagian besar anak mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol

(ngedot) yaitu 83,6%. Lama pemberian ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu lama pemberian ASI > 24 bulan dan < 24 bulan. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar anak menerima ASI selama < 24 bulan sebesar 64,3%. Kondisi karies gigi sebagian besar dialami oleh sebagian besar siswa yaitu sebesar 57,3%.

(5)

Faktor-faktor yang berhubungan....(Lelly dkk.)

71 Tabel 2. Hubungan variabel dengan Status Karies Gigi Siswa Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi Tahun 2016

Variabel

Status Karies

Total p

Tidak karies Karies

n % n % n %

Umur 0,440

4 tahun 28 46,7 32 53,3 60 100

5 tahun 45 40,5 66 59,5 111 100

Jenis Kelamin 0,481

Laki-Laki 36 45,6 43 54,4 79 100

Perempuan 37 40,2 55 59,8 92 100

Perilaku menyikat gigi benar 0,630

Benar 5 50,0 5 50,0 10 100

Tidak benar 68 42,2 93 57,8 161 100

Konsumsi kariogenik 0,481

Tidak konsumsi 36 45,6 43 54,4 79 100

Konsumsi 37 40,2 55 59,8 92 100

Pengetahuan orang tua 0,300

Baik 42 39,6 64 60,4 106 100

Kurang 31 47,7 34 52,3 65 100

Rutin periksa gigi 0,685

Ya 16 45,7 19 54,3 35 100

Tidak 57 41,9 79 58,1 136 100

Pernah minum susu dalam botol 0,203

Ya 58 40,6 85 59,4 143 100

Tidak 15 53,6 13 46,4 28 100

Lama pemberian ASI 0,104

>=24 bulan 21 34,4 40 65,6 61 100

< 24 bulan 52 47,3 58 52,7 110 100

Tabel 2 memperlihatkan hasil analisis bivariat antara usia anak terhadap karies gigi diperoleh anak usia 5 tahun sedikit lebih banyak (59,5%) mengalami karies gigi. Namun demikian tidak ada perbedaan yang bermakna antara usia anak dengan kejadian karies gigi (p=0,440).

Analisis jenis kelamin terhadap karies gigi sebagian besar perempuan yang menderita karies gigi sebesar 59,8%. Namun demikian tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi (p=0,481).

Berdasarkan analisis bivariat antara

menyikat gigi dengan benar terhadap karies gigi hanya menunjukkan anak yang tidak menyikat gigi dengan benar sedikit lebih tinggi (57,8%) yang mengalami karies gigi dibandingkan yang menyikat gigi dengan benar (50,0%). Namun secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,630). Hasil analisis kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik terhadap karies gigi diperoleh 59,8% anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik mengalami karies gigi. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,481).

Hasil analisis pengetahuan orang tua terhadap karies gigi menunjukkan karies gigi lebih banyak dialami oleh anak yang orang tuanya memiliki pengetahuan baik terhadap kesehatan gigi 60,4%. Namun demikian tidak ada perbedaan yang

bermakna antara pengetahuan orang tua dengan kejadian karies gigi (p=0,300).

Hasil analisis periksa rutin ke fasilitas kesehatan terhadap karies gigi diperoleh anak yang mengalami karies gigi sedikit lebih banyak dialami oleh anak yang tidak

(6)

72 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol 6.1. 2017 : 67-76

hubungan antara rutin periksa kesehatan gigu di fasyankes dengan kejadian karies gigi (p=0,685).

Hasil analisis kebiasaan anak minum susu pakai botol (ngedot) terhadap karies gigi diperoleh anak yang pernah ngedot lebih banyak yang mengalami karies gigi.

karies gigi (p=0,203). Lama pemberian ASI terhadap karies gigi menunjukkan bahwa karies gigi lebih banyak dialami anak yang mendapat ASI > 24 bulan sebesar 56,6% dan tidak ada hubugan yang bermakna (p=0,104).

Tabel 3. Nilai Korelasi Variabel dengan Status Karies Gigi Anak Taman Kanak- kanak di Kota Bekasi Tahun 2016

Variabel

Status karies

r p

Umur anak 0,059 0,443

Jenis kelamin 0,054 0,483

Konsumsi merusak gigi 0,054 0,483 Pengetahuan orang tua -0,079 0,303

Periksa rutin 0,031 0,687

Menggunakan susu botol 0,097 0,205

Lama pemberian ASI -0,124 0,105

Pada Tabel 3 menunjukkan nilai korelasi lama pemberian ASI memiliki korelasi paling besar diantara variabel yang lain.

Meskipun sebenarnya nilai korelasi yang dihasilkan termasuk dalam kategori korelasi yang lemah dan tidak searah.

Tabel 4. Gambaran Rerata Status Kesehatan Gigi Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bekasi Tahun 2016

Status kesehatan gigi Rerata + SD

Gigi karies (d-t) 1,68 + 1,78

Gigi hilang (e-t) 0,04 + 0,18

Gigi ditambal (f-t) 0,07 + 0,34

def-t 1,76 + 1,88

Pada tabel 4 menunjukkan rerata karies gigi adalah 1,68 dan status kesehatan gigi (def-t) adalah 1,76. Ini menunjukkan bahwa anak TK di lokasi penelitian

mempunyai pengalaman karies rata-rata dua buah gigi dan termasuk dalam kategori baik menurut WHO.

(7)

Faktor-faktor yang berhubungan....(Lelly dkk.)

73 Tabel 5. Uji T indeks kebersihan gigi (OHIS) berdasarkan status karies gigi

Status karies n Mean + SD p

Tidak karies 73 0,301 + 1,088 0,009

Karies 98 1,010 + 2,103

Pada tabel 5 menunjukkan nilai Oral Hygiene Index Status (OHIS) pada siswa dengan karies gigi berbeda bermakna.

dengan siswa yag tidak karies, dimana indeks OHIS pada siswa karies lebih tinggi dibanding pada siswa tidak karies

Pembahasan

Pada penelitian ini diperoleh sebagian besar adalah perempuan (53,8%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian di Provinsi Banten lebih banyak yang mengeluh sakit gigi (57,4%) dari pada anak TK di Provinsi Yogyakarta (39%).9 Kathy melaporkan hasil penelitiannya, dimana persentase pengalaman karies gigi diperoleh 75,8%.10 Hasil penelitian pada anak usia dini di Pineleng, Minahasa yang menunjukkan karies gigi terjadi pada 76,56% anak.11 Hal yang sama juga terjadi pada gigi yang berlubang anak TK di Provinsi DI Jogjakarta (4,72%), lebih sedikit daripada Provinsi Banten (7,2%).9

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar dari responden adalah perempuan (53,8%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sintawati di DI Jogjakarta dan Banten Tahun 2014. 9 Namun berbeda dengan hasil penelitian dari Zander pada tahun 2013 di Australia dan Kathy dalam Indian Health Service Data Brief dilaporkan sebagian besar responden adalah laki-laki.10,12 Berdasarkan usia responden sebagian besar responden berumur 5 tahun (64,9%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sintawati yang diperoleh sebagian besar adalah usia 5 tahun (72,2%).9

Kejadian karies lebih banyak pada anak dengan usia lebih tua, yaitu 5 tahun.

Hasil ini sesuai Dilaporkan dalam hasil penelitian Iida pada anak di Amerika yaitu karies gigi lebih banyak dijumpai pada anak usia 5 tahun dengan prevalensi 44,3%.13 Sesuai dengan hasil penelitian pada anak di kawasan urban di India, yaitu karies gigi meningkat seiring dengan meningkatnya usia.14 Hasil penelitian Kathy tahun 2015 pada anak usia 1-5 tahun diperoleh sebagian besar responden berusia 4 tahun (33,7%).10 Adanya peningkatan karies gigi pada anak usia 2 sampai dengan 5 tahun.15 Dalam penelitian ini diketahui bahwa faktor umur tidak berpengaruh pada terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.

Penelitian ini diperoleh rerata skor def-t adalah sebesar 1,76, yang berarti bahwa rata-rata seorang murid TK memiliki 2 gigi yang telah dan atau sedang mengalami karies. Berdasarkan kategori WHO terlihat bahwa indeks def-t pada murid TK di Kota Bekasi termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Zander yaitu rerata def-t adalah 1,5, tetapi lebih rendah dibandingkan pada anak-anak Aborigin, def-t umur 5-6 tahun adalah 2,3.12 dan def-t diperoleh 1,97.10 Dalam 2014-2015 di Inggris, anak-anak berusia lima tahun memiliki rerata def-t 3,4.13

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden menyikat gigi setiap hari (94,7%), dimana berdasarkan frekuensinya sebagian besar menyikat gigi dua kali setiap hari. Hal ini sesuai dengan

(8)

74 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol 6.1. 2017 : 67-76

2013 mendapatkan hanya setengah dari anak-anak (49%) menyikat gigi lebih dari 1 kali per hari.12 Sedangkan waktu menyikat gigi yang benar yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur hanya 10,5%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan Riskesdas 2013 yang hanya 2,3% pada semua kelompok usia.17

Berdasarkan analisis bivariat antara menyikat gigi terhadap karies gigi, diketahui yang menyikat gigi kurang benar dan mengalami karies gigi sebesar 57,8%.

Namun secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,630). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Alim tahun 2014 pada murid SD di Kabupaten Luwu yang mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi (p=0,007).18

Konsumsi gula merupakan faktor risiko terjadinya karies gigi dan obesitas.19 Dalam laporan The Scientific Advisory Committee on Nutrition menyebutkan konsumsi gula yang tinggi berkaitan dengan risiko yang lebih besar untuk terjadinya karies gigi.20 Ada hubungan yang kuat antara obesitas dan karies gigi pada anak.21 Penelitian ini mendapatkan sebagian besar anak mengkonsumsi makanan kariogenik sebesar 53,8%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sumini pada Anak TK B di Kabupaten Magetan tahun 2014, sebagian besar anak sering mengkonsumsi makanan manis sebesar 78,8%.22 Hasil analisis konsumsi kariogenik terhadap karies gigi diperoleh 56,1% anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik mengalami karies gigi. Namun demikian tidak ada hubungan antara mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi (p=0,481).

Penelitian lain pada anak usia 8—10 tahun di Sukoharjo menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dari pola jajan kariogenik (p=0,00, r=0,553) terhadap karies gigi.23 Demikian pula hasil penelitian Sumini hampir seluruh responden yang sering mengkonsumsi

signifikan antara konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi (p=0,00, r=0,609). 22 Sukrosa merupakan makanan utama untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri penyebab karies gigi yaitu Streptococcus mutans.

Bakteri akan memfermentasikan karbohidrat (sukrosa) yang menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH akan turun dalam waktu 1—3 menit sampai pH 4,5—5,0. Akibatnya gigi akan menjadi rapuh dan mudah berlubang (karies). Jika karies gigi tidak ditangani secara tepat dan cepat maka akan menjalar ke jaringan yang lebih dalam (dentin dan pulpa) sehingga memerlukan perawatan yang lebih kompleks.

Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam menentukan sikap seseorang untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Orang tua yang memiliki pengetahuan rendah tentang kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari sikap dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.24 Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dengan kejadian karies gigi anak.

Kejadian karies gigi lebih banyak pada anak yang pernah minum susu dalam botol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Slabsinskiene yang menunjukkan 75%

anak dengan karies gigi menggunakan botol saat minum susu.25 Kejadian karies lebih tinggi terutama pada anak yang minum susu dalam botol pada malam hari.26

Karies gigi lebih banyak terjadi pada anak yang mendapat ASI lebih lama. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Lithuania yang menunjukkan persentasi karies lebih tinggi pada anak yang mendapat ASI lebih lama (lebih dari satu tahun). 2,13,26 Lama pemberian ASI tidak berhubungan signifikan dengan kejadian karies gigi.

(9)

Faktor-faktor yang berhubungan....(Lelly dkk.)

75 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak usia taman kanak kanak di Kota Bekasi adalah kebiasaan ngedot atau minum susu dalam botol dan lama pemberian ASI.

Saran

Orang tua untuk tidak membiasakan anaknya minum susu dengan botol (ngedot) dan lama pemberian ASI tidak melebihi 24 bulan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada responden, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, UPTD PNFI Kecamatan Rawalumbu dan Bekasi Selatan, Kepala Puskesmas Kecamatan Rawalumbu dan Bekasi Selatan, Kepala Sekolah TK di lokasi penelitian. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat atas pemberian ijin dan pembiayaan terhadap penelitian ini.

Daftar Rujukan

1. What is the Burden of Oral Disease?http:/www.who.intl/oral heath/disease burden/global/en/index.html.diunduh

padatanggal 13 Januari 2014.

2. Setiawati F. Peran Pola Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam Pencegahan Early Chilhood Carries (ECC) di DKI Jakarta (Disertasi).

Jakarta:Universitas Indonesia; 2012.

3. Seow WK. Clifford H. Battistuta D.

Moranoska A. Case Control Study of Early Childhood Carries in Australia Res. 43 (1): 25- 35. 2009

4. Vahirarojpisan T. Shinada K. Kawaguchi Y et al. Early Childhood Caries in Children Aged 6—19 months. Community Dental Oral Epidemiology. 32 (2):133—42. 2004.

5. Schroth R. Dahl P. Haque M. et al. Early Childhood Caries among Hutterite Preschool Children in Manitoba Canada. Rural Remote Health. 10 (4): 1535; 2010.

6. Dye AB, Li Xi, Evans GT. National Center for Health Statistics Data Brief. Oral Health Disparities as Determined by Selected Healthy People 2020 Oral Health Objectives for the United States, 2009—2010. No.104. August 2012:1—8.

7. Silness. J, and Loe. H. Periodontal Disease in Pregnancy II Correlation Between Oral Hygiene and Periodontal Condition. Acta Odontology. Scandinavia. 22:121. 1964.

8. Lwanga SK and Lemeshow S. Sample size determination in health studies. A Practical manual. Geneva, WHO. Sofware version by KC Lun and Peter Chiam, National University of Singapore; 1991.

9. Suratri M, Sintawati, Andayasari L.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia

Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Banten Tahun 2014. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 26 No. 2, Juni 2016: 119—126. 2016

10. Kathy R. Phipps, Dr.P.H. and Timothy L.

Ricks. The Oral Health of American Indian and Alaska Native Children Aged 1-5 years:

Results of the 2014 HIS Oral Health Survey.

Indian Health Service Data Brief. April 2015.

11. Winda S., Gunawan P., Wicaksono. Gambaran Karies Rampan pada Siswa Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Pineleng II Indah. Jurnal e- Gigi (eG). Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015.

12. A Zander, S Sivaneswaran, J Skinner, R Byun, B Jalaludin. Risk Factor for Dental Caries in Small rural and Regional Australian Communities. The International Electronic Journal of Rural and Remote Health Research, Education, Practice and Policy. 2013.

13. Iida, H., Auinger, P., Billings, R.J, Weitzman, M. Association Between Infant Breastfeeding and Eaarly Chilhood Caries in the United States. PEDIATRICS volume 120, number 4, October 2007.

14. Prakash, P., Subramaniam,P., Durgesh, B., Konde, S. 2012. Prevalence of early childhood caries and associated risk factors in preschool children of urban Bangalore, India: A cross- sectional study. European Journal of Dentistry, volume 6, April 2012.

15. Virginia. Prevention of Dental Caries in Children From Birth Through Age 5 Years: US Preventive Servicess Task Force Recommendation Statement. 2014.

16. Public Health England. National Dental Epidemiology Programme for England: oral health survey of five-year-old children 2015.

London; May 2016.

(10)

76 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol 6.1. 2017 : 67-76 2013. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. 2013.

18. Alim S dan Fatimah. Pola Makan dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak. Journal of Pediatric Nursing. Vol.1(3).Juli 2014. Hal. 131—136.

2014.

19. Naidoo. Oral Health and Nutrition for Children under Five Years of Age: a Paediatric food- Based Dietary Guideline. South Africa Journal of Clinical Nutrition. 26(3): S150—S155. 2013 20. Scientific Advisory Committee on Nutrition.

Carbohydrats and Health (internet). London:

Stationary Office; 2015. Available from:

https://www.gov.uk/government/publications/s acn-carbohydrates-and-health-report.

21. Public Health England. The relationship between caries and obesity in children: an evidence summary. London; October 2015.

22. Sumini, Amikasari B, Nurhayati D. Hubungan Konsumsi Makanan Manis dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejo Desa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan.

Jurnal Delima Harapan. Vol 3, No. 2.

Agustus—Januari 2014; 20—27. 2014

Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8—10 Tahun di SDN 01 Gumpang Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. 2015.

24. Hamadi DA, Gunawan PN, Mariati NW.

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Pencegahan Karies Dan Status Karies Murid Sd Kelurahan Mendono Kecamatan nKintom Kabupaten Banggai. Jurnal e-Gigi (eG).

Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015.

25. Slabsienkiene, E., et.al. Severe early childhood caries and behavioral risk factors among 3- year-old children in Lithuania. Medicina (Kaunas) 2010; 46(2). 2010.

26. Prakash, P., Subramaniam,P., Durgesh, B., Konde, S. Prevalence of early childhood caries and associated risk factors in preschool children of urban Bangalore, India: A cross- sectional study. European Journal of Dentistry, volume 6, April 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Standar kompetensi lulusan ini menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, bahan ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi

BBA, dimana pada sampel BBA intensitas puncak semakin tinggi yang belum teridentifikasi fasanya. Kemungkinan yang terjadi adalah zat pengotor tersebut tidak larut dalam

Dalam mengumpulkan data untuk penulisan proposal skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Sumber data yang dikumpulkan

Pengukuran produktivitas menjadi suatu alat penting untuk menilai kenerja seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan bagi pihak

Laporan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai hasil dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan selama 2 bulan pada periode 16 Juli 2018 –

DATA NAMA SISWA YANG MENGISI ANGKET TANGGAPAN TERHADAP PEMBELAJARAN MEMBATIK DI SMP NEGERI 3. SOREANG KELAS

Apabila tidak ada sanggahan dan/atau sanggahan banding (hasil sanggahan dapat dilihat pada tabulasi sanggahan di aplikasi SPSE sesuai paket pekerjaan), selanjutnya

126 Penentuan Koefisien Momen Inersia Benda Tegar Berbasis Arduino (Rustan, Linda handayani) Penentuan nilai k dapat dilakukan dengan menggunakan kalkulus melalui metode