3 Prodi di UNAIR Siap Akreditasi Tingkat ASEAN
UNAIR NEWS – Berbagai upaya terus digalakkan oleh Universitas Airlangga untuk mencapai target menuju 500 kampus kelas dunia di tahun 2020. Salah satunya yakni dengan meningkatkan jumlah Program Studi (Prodi) yang mendapatkan akreditasi.
Kali ini tim akreditasi ASEAN University Network (AUN) siap untuk menilai perkembangan tiga prodi di UNAIR. Tiga prodi yang diakreditasi yaitu Manajemen, Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Sastra Inggris. Akreditasi tingkat ASEAN tersebut akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 20 hingga 22 Desember 2016.
Acara pembukaan yang dilangsungkan di Ruang 301 Gedung Kahuripan, pada Selasa (20/12) dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. bersama jajaran pejabat di lingkungan kantor manajemen dan fakultas di lingkungan UNAIR. Di hadapan para asesor, Prof. Nasih menyatakan bahwa akreditasi AUN ini menjadi sebuah kehormatan besar bagi UNAIR. Pasalnya, tidak semua perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk dinilai oleh AUN.
Guru Besar FEB UNAIR tersebut juga menambahkan bahwa hingga saat ini, ada enam prodi tingkat S1 di UNAIR yang telah diakreditasi oleh AUN. Keenam prodi tersebut yakni Pendidikan Dokter, Ilmu Hukum, Pendidikan Dokter Hewan, Pendidikan Apoteker, Biologi, dan Kimia.
“UNAIR telah merencanakan bahwa nantinya lebih banyak program S1 yang akan diakreditasi oleh AUN. Sehingga lebih banyak prodi yang akan diakui secara internasional di kawasan ASEAN,”
jelas Prof. Nasih. “Dengan ini saya harap nantinya akan membawa beberapa dampak terutama untuk peringkat UNAIR di tingkat internasional,” imbuhnya.
Ditemui seusai acara pembukaan, salah satu asesor dari University of Santo Tomas Filipina Dr. Patricia Empeleo mengungkapkan, kali ini pihaknya sangat memberikan apresiasi dengan berlangsungnya akreditasi AUN di UNAIR.
“UNAIR telah menyiapkan dengan baik untuk penilaian AUN ini, dan selamat atas pencapaiannya selama ini. UNAIR sudah berada di langkah yang tepat,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu asesor dari Srinakharinwirot University Thailand Prof. Dr. Kunyada Anuwong. Baginya, UNAIR telah memiliki berbagai keunggulan, utamanya dalam nilai berbagai akreditasi yang telah dilakukan UNAIR selama ini.
“Saya melihat kalau UNAIR sudah dapat nilai tinggi dalam penilaian MBA QA. Tidak banyak universitas yang saya lihat di dunia ini punya nilai yang tinggi,” jelasnya.
Mewakili prodi yang diakreditasi, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR Corie Indria Prasasti, S.KM., M.Kes, mengungkapkan, dengan adanya akreditasi AUN ini prodi yang dipimpinnya tersebut bisa terus berkembang lebih baik.
Baginya, dengan peningkatan kualitas prodi, hal itu akan berdampak pada kualitas mahasiswa dan lulusan yang akan terjun di dunia kerja.
Disinggung mengenai target skor yang didapat, Corie pun optimis bisa mencapai angka yang baik. “Semoga bisa dapat skor 5, atau mendekati itu,” pungkasnya. (*)
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Sembuh dari Kanker, Rahma
’Berhadiah’ Lulus Terbaik S-2 FEB
UNAIR NEWS – Rahma Nuryanti,S.Si., MA., tidak henti-hentinya mengungkapkan rasa syukur kepada Allah yang Maha Kuasa.
Pasalnya, dalam perjalanan menempuh studi magister di UNAIR, wisudawan kelahiran Surabaya 14 Maret 1985 ini harus menjalani perawatan kemoterapi di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo karena kanker yang dideritanya. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak-NYA, karena itu ia terus berusaha dan rajin kontrol.
Tahun 2015 Rahma dinyatakan sembuh, bahkan di semester III itu juga dinyatakan hamil.
“Pada masa kehamilan saya mengalami hyperemesis, namun saya bersyukur karena bisa menyelesaikan semester III dengan IPK yang baik pula. Kemudian pada masa kehamilan 8-9 bulan saya menyusun proposal tesis, supaya bisa menyelesaikan studi sesuai waktu yang kami jadwalkan,” jelasnya.
Meski sempat divonis kanker, ia tak lantas berdiam diri.
Selama kuliah ia aktif menyibukkan diri dengan menjalani tugas di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. Bungsu dari dua bersaudara ini juga memiliki tips dan trik untuk merampungkan kuliahnya dengan baik. Mulai dari mengatur waktu dan memanfaatkan fasilitas kampus dengan maksimal.
”Jangan pernah membuang waktu dengan percuma,” pesannya.
Perihal karya ilmiah, perempuan hobi membaca ini selalu mengutamakan orisinalitas dan keunikan ide. Itulah yang m e n j a d i s a l a h s a t u a l a s a n t e s i s n y a y a n g b e r j u d u l
“Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern: Aspek Formal dan Aspek Informal (Studi Kasus BPS Provinsi Jawa Timur)” yang bisa menunjang menyabet gelar wisudawan terbaik dengan IPK 3.90. Alasan Rahma memilih judul tersebut dilandasi kondisi di
l a p a n g a n y a n g m a s i h s e d i k i t s e k t o r p u b l i k d a l a m penyelenggaraan sistem pengendalian intern.
“Penelitian ini saya ambil mengenai sistem pengendalian intern di sektor publik, karena masih sedikit dan hanya membahas mengenai aspek pengendalian formal saja. Tetapi belum menyentuh mengenai peranan manusia sebagai individu yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaan SPI,” demikian Rahma. (*)
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Faridah Hariani
Kuliah Sambil Dagang, Nisrina Firdaus Lulus Terbaik S-1 FEB UNAIR
UNAIR NEWS – Sibuknya menjalani kuliah sambil berwirausaha sama sekali tidak menghalangi langkah Nisrina Firdausi untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI). Bahkan, dara kelahiran Surabaya 10 Desember 1993 ini justru lulus sebagai yang terbaik atau jadi wisudawan terbaik periode Desember 2016. Ia memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,91.
”Ketika awal masuk kuliah, bapak waktu itu memasuki masa pensiun yang mengharuskan keluarga kami, mau tidak mau harus mempunyai penghasilan tambahan, jadi saya memutuskan untuk berjualan sambil kuliah,” kata Nisrina.
Selama kuliah, kesibukan belajar dan berwirausaha itu juga tidak mengganggu waktu perempuan penghobi traveling dan nonton ini untuk mengikuti beragam aktivitas yang bersifat kompetisi.
Bersama timnya, Nisrina tercatat pernah menyabet Juara III LKTEI (Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam) dalam Temu Ilmiah Regional Jawa Timur. Lalu Juara III LKTEI “Sehati KSEI Undip”, dan Juara III LKTEI Seventseas KSEI CIES Universitas Brawijaya.
Tidak hanya kompetisi, Nisrina juga tidak melupakan satu hal yang digandrungi mahasiswa, yakni berorganisasi. Selama kuliah, setidaknya ia pernah menjadi Anggota UKF (Unit Kegiatan Fakultas) AcSES (Divisi Islamic Business) dan MoSAIC (Divisi Kesejahteraan Umat), Bendahara Divisi Kewirausahaan MoSAIC FEB UNAIR, dan Sekretaris Divisi Islamic Business AcSES FEB UNAIR.
”Selain sibuk mengurusi hal-hal tersebut, waktu selebihnya saya gunakan untuk berdagang dengan membuka online shop khusus untuk pakaian muslim,” jelasnya.
Nisrina melakukan wirausaha semasa menjalani kuliah dengan tekun. Inilah yang membuat dirinya merampungkan skripsinya dengan mengambil objek penelitian yang tak jauh dari hal yang ia tekuni. Skripsi tersebut berjudul “Peran BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah) pada Lembaga ‘Aisyiyah Muhammadiyah Sidoarjo dalam Pemberdayaan Ekonomi Perspektif Maqashid Syariah”.
Disinggung alasannya mengambil objek penelitian tersebut, ia mengaku tertarik dengan dunia usaha dan memotivasinya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, Nisrina mengaku bahwa sembari penelitian itu ia juga belajar banyak tentang kiat sukses menjalankan roda bisnis.
“Sebenarnya karena saya tertarik dengan dunia bisnis, saya ingin meneliti seputar tentang dunia usaha, paling tidak narasumber saya adalah seorang pengusaha. Selama penelitian saya bertemu dengan pengusaha-pengusaha wanita yang bisnisnya sudah luar biasa dan sembari melakukan penelitian, jadi saya diam-diam belajar tentang kiat-kiat sukses mereka,” kata
Nisrina mengakhiri percakapan. (*) Penulis: Nuri Hermawan
Editor: Faridah Hariyani
Pasar Modal Syariah Membuka Peluang Baru
UNAIR NEWS – Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) bekerja sama dengan IDX, KPEI, dan KSEI menyelenggarakan Workshop Pasar Modal Syariah (SPMS level 2). Kegiatan yang dihelat di Aula Fajar FEB UNAIR pada Sabtu, (26/11), tersebut mengangkat tema
“Memiliki Perusahaan Bukan Sekedar Mimpi”. Kegiatan ini m e r u p a k a n r a n g k a i a n k e g i a t a n M E S d a l a m r a n g k a i a n memasyarakatkan ekonomi syariah.
Mengawali kegiatan yang dihadiri mahasiswa, dosen, pengusaha, perwakilan ICMI, dan lembaga keuangan syariah ini dibuka oleh Dr. Imron Mawardi, SP.,M.Si selaku Ketua Pengurus MES Jawa Timur. Lokakarya tersebut menghadirkan tiga pembicara, yaitu Doddy Prasetya Ardhana dari divisi pengembangan pasar modal syariah MES, Ah. Azharuddin Lathif dari DSN-MUI, dan Iman Widiyatma dari MNC Sekuritas.
Dalam pemaparannya, Doddy Prasetya mengibaratkan pasar modal sebagai supermarket. Terdapat investor sebagai pembeli, bursa efek sebagai penjual, dan emiten (badan pemerintah penerbit kertas berharga) sebagai suplier. Namun lebih ditekankan pada pasar modal syariah, yaitu pembelian produk pasar modal yang syariah.
“Terdapat 311 efek di daftar efek syariah (DES) yang telah diseleksi. Maka kriteria produk syariah ialah tidak terdapat
unsur MAGODIR, Maysir berarti judi, Gharar yang artinya tidak jelas statusnya, dan Riba,” Jelas Doddy.
Sementara itu, Azharuddin Lathif memandang bahwa bisnis atau bermuamalah adalah suatu kewajiban dan hukumnya boleh. Bisnis secara syariah merupakan bagian dari islam dan dewasa ini mulai dilirik oleh khalayak umum karena bersifat universal dan adil.
“Dalam Islam tidak melarang adanya bank, asuransi, dan pasar modal. Melainkan cara operasional yang tidak sesuai harus diislamkan. Bukan membuldoser dengan cara brutal,” tutur Azharuddin yang juga aktif di DSN-MUI.
Sesi penutup diakhiri oleh Iman Widiyatma memaparkan tentang online trading syariah, mulai dari tata cara pembuatan rekening hingga penjelasan seluruh ketentuannya.
Kedepannya, salah satu panitia Nurul Hidayah penyelenggara berharap kegiatan ini dapat mengenalkan pasar modal syariah karena mayoritas masyarakat hanya mengenal pasar modal konvensional.(*)
Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
Tingkatkan Kemajuan Sistem Informasi Manajemen Melalui
“Industri 4.0”
UNAIR NEWS ̶ Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui prodi Manajemen menyelenggarakan kuliah tamu di mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),
Jum’at lalu (25/11). Dr.-Ing. Hendro Wicaksono dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman memberi pemaparan tentang revolusi industri ke-4. Hadir sebagai moderator, T.
Aria Auliandri, M.Sc, yang juga dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) SIM.
Kuliah tamu diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tema yang diambil adalah Sistem Teknologi Informasi untuk Menghadapi Revolusi Industri ke-4, konsep aplikasinya di Jerman.
Mengawali pemaparan revolusi industri ke-4, Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana teknologi tumbuh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan sebesar 100 % maket selling rate produk berteknologi sejak 2005 sampai 2013.
Gebrakan di bidang industri dicetuskan sejak penemuan mesin uap atau disebut industri 1.0.
Dalam tahap ini mechanical sangat berperan penting. Kemudian bergerak menuju industri 2.0, kali ini industri mulai merambah ke sektor electrification yang mengarah pada produksi massal.
Selanjutnya periode komputerisasi, yakni industri 3.0. Yang lantas mengantarkan pada revolusi industri 4.0 berbasis internet. Segala aktivitas beralih ke internet, sebagaimana peran buku digantikan Wikipedia, peran DVD digantikan Youtube.
“Inti dari industri 4.0, mesin dapat berkomunikasi dengan produknya. Misalnya, industri di Jerman saat terjadi kekurangan bahan baku atau suatu komponen, maka mesin tersebut dapat mengidentifikasi sendiri sehingga dapat menginstruksikan pada pemilik bahan baku,” Jelas Hendro Wicaksono yang juga dosen sekaligus peneliti di Karlsruhe Institute of Technology.
Salah satu bagian dari Industri 4.0 ialah big data. Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana big data analitis mendasari pengendalian objek di jalan raya tanpa pengemudi. Melalui sensor pada objek, dapat menggambarkan keadaan sekitar, seperti temperatur, suhu hingga kelembapan.
Aria Auliandri pun menambahkan bahwa dewasa ini pengguna smartphone berbasis android, iphone, dan windows, merupakan bagian dari big data. Segala informasi keberadaan, dapat diakses melalui smartphone karena aktivitas yang terekam dalam sistem smartphone tersebut. Misalnya, penggunaan GPS untuk menemukan lokasi.
Kendati mempermudah kegiatan sehari-hari, big data memiliki tantangan pada keamanannya, yaitu bagaimana suatu sistem mampu meyakinkan kepercayaan penggunanya. Sementara itu, sebagai upaya penanganan, dibuat deklarasi sebelum menginput data-data pribadi, sehingga pengguna tidak harus mengisi seluruh datanya.
“Di UNAIR sendiri terdapat dua hal mendasar yang harus ditingkatkan untuk mendukung big data dalam lingkup universitas. Pertama ialah integrasi konektivitas internet, internet yang terhubung membuat proses collecting data menjadi lebih mudah. Kedua, penyelarasan versi data antara berbagai pihak yang ada.” Jelas Hendro Wicaksono
Secara singkat, Aria Auliandri selaku moderator menyimpulkan tiga poin pemaparan, yaitu bagaimana industri 4.0 berkembang, transformasi teknologi, dan penggunaan aplikasi penunjang aktifitas sehari-hari. (*)
Penulis: Sri Nur Umami Editor: Rio F. Rachman
Pemilihan Duta FEB UNAIR
2016, Harus Berwawasan Luas
UNAIR NEWS ─ Pemilihan duta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR telah mencapai tahap akhir, pada Rabu (23/11).
Sebelumnya, serangkaian proses seleksi dimulai dengan tes tulis dan wawancara personal. Dalam tahap ini, 10 finalis yang terpilih dari prodi Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, Ekonomi Islam, dan Manajemen harus menyelesaikan butir demi butir soal pengetahuan umum.
Kapasitas para finalis dalam bidang ekonomi, pengetahuan seputar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta perkembangan era digital akan diuji dalam tahap tes tulis. Tidak hanya itu, masing-masing finalis pun menampilkan talentanya. Salah satunya seperti Sarah Savira, finalis dari prodi Ekonomi Pembangunan yang menunjukkan bakatnya dalam membacakan ayat- ayat suci Al-quran.
Tahap akhir dari pemilihan duta FEB dibuka secara umum di Aula ABC FEB UNAIR. Setiap finalis membawa visi dan misi masing- masing untuk membangun FEB menjadi lebih baik. Namun sebelum tahap akhir, seluruh finalis menjalani masa karantina untuk mempelajari fakultas ekonomi dan bisnis, public speaking, dan beauty class.
Diyas Indiastary Setelah Didaulat Menjadi Duta FEB UNAIR 2016.
(Foto: Istimewa)
“Saya lebih menekankan pada pengembangan aspirasi mahasiswa, terutama mengembangkan perekonomian. Banyak mahasiswa yang memiliki ide-ide, tapi belum memiliki wadah untuk menampung seluruh ide-ide tersebut,” tutur Sarah.
Penobatan duta FEB diumumkan usai tahap akhir proses pemilihan. Diyas Indiastary dari prodi Ekonomi Islam menyabet gelar Duta FEB 2016, disusul Natasya Devi dari prodi Akuntansi sebagai runner up Duta FEB 2016, dan Frida Anggraini dari prodi Manajemen menjadi Duta Favorit.
“Bagi saya, seorang duta itu tidak hanya mengandalkan fisik, tapi harus berwawasan luas dan mengetahui cara bersikap, entah terhadap orang lain, karyawan, hingga kemahasiswaan,” tutur Diyas saat ditemui di tempat berbeda.
Ke depan, seluruh finalis duta akan tergabung dalam sebuah paguyuban. Selain itu, mereka akan menyalurkan kontribusi bagi fakultas dan ikut andil pada program kerja Badan Eksekutif
Mahasiswa FEB.(*)
Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
IDSC, Ajang Internasional Menemukan Ide Stabilitas Finansial
UNAIR NEWS ̶ Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga menyelenggarakan call for paper dan Internasional Development Student Conference (IDSC), pada Senin (21/11).
Tahun lalu, ajang ini masih dalam lingkup nasional, sedangkan tahun ini dibuka untuk lingkup internasional.
Kali ini, IDSC mengangkat tema “Realizing the ASEAN Financial Stability Amidst Global Economic System Dynamics”. Kerentanan sektor finansial lebih tinggi dibandingkan dengan sektor non- finansial menjadi latar belakang pentingnya mengkaji bagaimana kestabilan finansial di era masyarakat ekonomi ASEAN ini.
“Banyak konferensi tentang MEA, berbagai upaya menghadapi MEA.
Namun, IDSC lebih terfokus pada kestabilan finansial karena sektor finansial sangat volatile (mudah berubah,red) dan menarik untuk dikaji.” Jelas Zakka Farisy, Ketua acara yang juga mahasiswa jurusan Ekonomi Islam.
Para Juara Call for Paper IDSC 2016 dalam Awarding Night di Aula Fajar FEB UNAIR (Foto : Istimewa)
Call for paper ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri. Dari keseluruhan peserta yang mendaftar, terpilih 15 tim terbaik untuk mempresentasikan gagasannya. Tiga dari peserta terpilih berasal dari luar negeri, yaitu Nina Greig-Towers dari Australia, Sinatrya Shrestha dari Nepal, dan Valencia Joshua Brent S dari Filipina.
Pada hari kedua, Selasa (22/11), presentasi secara keseluruhan menggunakan Bahasa Inggris. Tak sedikit penonton yang terlihat mengapresiasi kemampuan berbahasa Inggris para peserta. Tidak hanya itu, gagasan yang dikemukakan pun bervariasi dan kreatif.
“Berbagai ide yang dipaparkan merujuk pada stabilitas finansial. Salah satu dari ide yang dipaparkan adalah menyamakan currency. Upaya ini dirasa mampu menstabilkan finansial antar negara,” ujar Adindha, salah satu penonton.
Esok harinya, Rabu (23/11), peserta diajak ke wisata Bromo untuk melihat sunrise. Tidak hanya jalan-jalan, para peserta juga menjalin keakraban satu sama lain. Sebelumnya, pada hari pertama mereka saling mengenalkan budaya daerah masing-masing di welcome party.
Setelah field trip, panitia dan peserta melakukan awarding night di Aula Fajar FEB UNAIR. Pada saat itu, diumumkan pemenang dari call for paper. Hasilnya, tim Ajeng Pratiwi dari Universitas Negeri Jember di daulat sebagai juara I. Tim Iqbal Makbul Taher dari Universitas Indonesia meraih juara II, sedangkan juara III diraih oleh Tim Mohammad Zeqi Yasin dari Universitas Airlangga. Ada juga penghargaan Best Delegate yang diperoleh Muhammaf Mulfi dari Universitas Brawijaya, Best Speaker diperoleh Rahmah Yulia Dari Universitas Airlangga, dan Best Paper diraih tim Fajriansyah Hendra dari Institut Pertanian Bogor.
Dengan berakhirnya awarding night, Zakka Farisy berharap, kegiatan ini mampu menjadi prime mover kegiatan-kegiatan bertaraf internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus mendukung visi Universitas Airlangga menuju 500 World Class University.(*)
Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
Kampus India Belajar Strategi
Bisnis di Magister Manajemen
FEB
UNAIR NEWS – Reputasi Universitas Airlangga (UNAIR) di level internasional tidak diragukan lagi. Salah satu buktinya, pada Senin (21/11) hingga Jumat (25/11), sebanyak dua belas mahasiswa dan seorang dosen dari Doon Business School (DBS) India berkunjung ke Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Tujuan mereka adalah melakukan pengayaan di bidang strategi dan manajemen bisnis lintas perspektif budaya.
Kaprodi MM FEB Dr. Gancar Chandra Premananto SE, MSi., mengungkapkan, program ini bertajuk International Class Program Strategic Journey. Kali ini, pihaknya sudah menyiapkan program khusus bagi para pelajar asing tersebut.
Ini juga merupakan program internasional perdana yang secara spesifik membahas tentang Manajemen Strategi. Kegiatan ini dilaksanakan atas dukungan penuh fakultas, Direktorat Pendidikan, dan International Office and Partnership (IOP).
Harapannya, program dengan DBS ini menjadi embrio untuk ditawarkan kepada sekolah bisnis lain dari luar negeri.
“Semoga semakin banyak mahasiswa ilmu bisnis asing yang datang ke MM FEB. Dengan demikian, reputasi internasional bisa makin tinggi. Terutama, dengan telah diakuinya MM oleh lembaga akreditasi internasional ABEST21,” kata Gancar.
Selain mendapat kuliah umum dari para pakar dari UNAIR, mahasiswa dan mahasiswi India itu juga melaksanakan city tour yang edukatif di sejumlah tempat. Antara lain, ke House of Sampoerna, Petrokimia Gresik, sentra belajar membatik Jemursari, Kenjeran, dan lain sebagainya. Pada hari terakhir, mereka diminta untuk melakukan presentasi kasus dan menikmati pertunjukkan seni.
Sementara itu, Navajyoti Singh Negi, PhD, dosen pendamping rombongan dari DBS mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan riset mendalam sebelum memilih UNAIR sebagai tujuan belajar.
“Kami melihat UNAIR memiliki karakter dan potensi yang besar di bidang pengembangan ilmu manajemen strategi. Yang berkaitan dengan khazanah kebudayaan Indonesia,” kata dia saat ditemui Rabu pagi (23/11) di House of Sampoerna.
Salah satu mahasiswa dari DBS bernama Sameer Chhetry mengapresiasi semua rangkaian kegiatan yang sudah ditata pihak MM FEB. “Kami bisa menerima banyak gambaran tentang bisnis dan manajemen strategi dengan baik,” urai dia.
Sehari sebelumnya, atau pada Selasa (22/11), para mahasiswa India dan mahasiswa FEB UNAIR mengikuti sesi kuliah umum.
Secara berurutan, pematerinya adalah Prof. Bambang Tjahyadi, menyampaikan tentang “Strategic Thinking for Non Profit Organization”, disambung oleh Dr. Gancar C. Premananto tentang
“5 C’s in the mind of Strategist”.
Juga, materi ” Strategy for Change Managemen” dari Dian Ekowati, PhD dan “Big Data Analysis for Strategic Purpose”
oleh Dr. Ing. Hendro Wicaksono. Dari India, Navajyoti Singh Negi, PhD, menutup dengan “Cross Cultural in Strategy Setting”. (*)
Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Tebar Wawasan Stabilitas Keuangan ASEAN Melalui Seminar Internasional
UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR menggelar International Development Student Conference bertajuk
“Realizing the Asean Financial Stability Amidst Global Economic System Dynamic”, Senin (21/11) di Aula Fadjar Notonagoro FEB UNAIR. Acara yang dihelat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB tersebut dihadiri kurang lebih 400 mahasiswa se-Indonesia, negara ASEAN, dan mahasiswa dari negara Timur Tengah.
Dalam seminar ini menghadirkan pembicara diantaranya Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dr. Ir. Budi Setiawan, M.MT, Staf Ahli Kementerian Keuangan RI Isa Rachmatarwata, perwakilan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, Wakil Presiden Valbury Asia Future Nico Omer dan juga Dr. Tika Widiyastuti, S. E., M.Si selaku moderator.
Ketua BEM FEB Rusdinal Muslih mengatakan bahwa mahasiswa yang hadir dalam seminar internasional tersebut dituntut untuk ikut berperan aktif menyumbangkan ide-ide pemikiran yang kreatif untuk didiskusikan bersama. “Kita semua harus mempunyai sumbangsih terkait ide ide pemikiran stabilitas keuangan di dunia, dan di Indonesia khususnya,” kata Rusdinal Muslih saat memberikan sambutan.
Wakil Dekan I FEB UNAIR Dr. Rudi Purwono, SE.,MSE juga menambahkan, ide-ide pemikiran dari para mahasiswa tersebut berguna untuk meningkatkan kondisi ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah ekualitas makro ekonomi di masa mendatang.
“Kita saling berbagi tentang bagaimana caranya agar Jawa Timur dapat mencapai output nasional 2016 dengan potensi marketnya.
Kita juga dituntut untuk meningkatkan ekualitas makro ekonomi dari Indonesia di masa mendatang,” ujar Rudi disambut tepuk tangan peserta seminar.
Selaku keynote speaker dalam seminar internasional tersebut, Budi Setiawan mengungkapkan, memasuki Triwulan ke-3, kondisi ekonomi makro di Indonesia tumbuh hingga 5,04 persen. “Kalau Indonesia hanya mengandalkan sektor primer saja, maka tidak
akan pernah kuat, karena link antar sektor itu harus nyambung dan berkembang. Sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran harus nyambung,” ungkapnya.
Menurut Budi, ada beberapa kendala yang masih menghambat perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya di Jawa Timur, yaitu, pendapatan pemerintah yang terbatas, tingginya biaya dana modal. “Selain itu, situasi global terkait permintaan luar negeri yang menurun dan defisit perdagangan luar negeri juga masih menjadi kendala kita,” jelasnya.
Solusinya, Budi mengatakan ada tiga hal yang perlu di restrukturisasi secara fundamental, yaitu dagang ecer kecil- kecilan, moneter (suku bunga satu digit), dan fiskal (meminimalkan pajak UKM). Selain itu, Budi juga mengajak kepada mahasiswa agar terus menyuarakan sumbangsihnya dalam bidang ekonomi. “Untuk adik – adik mahasiswa yang punya ide demi perkembangan ekonomi, silahkan sampaikan. Kita bisa kerja sama dan saling bantu,” serunya. (*)
Penulis : Dilan Salsabila Editor : Faridah Hari
Trio FEB Raih Predikat Harapan I Kompetisi Ide Bisnis Nasional
UNAIR NEWS – Tiga mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sukses membawa pulang penghargaan sebagai peringkat harapan I dalam sebuah event skala nasional. Gelaran yang dimaksud bertajuk Kompetisi Ide Bisnis FIFGroup. Sedangkan trio asal FEB yang sama-sama berasal dari Bojonegoro itu
adalah Andy Ahmad Alfian (Ekonomi Pembangunan, 2013), Elvinda Shella Maurisa (Manajemen, 2014), dan Willy Kumalasari (Manajemen, 2014).
Di lomba yang acara puncaknya diadakan di Jakarta pada 28 Oktober tersebut, mereka menggagas Aminah Financial Support, yang bergerak di bidang penyaluran modal usaha. Antara lembaga pembiayaan dan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) yang membutuhkan. “Ini semacam crowdfunding. Namun, dengan sistem marketing dan bagi hasil yang berorientasi pada kesejahteraan sosial di masyarakat,” kata Andy saat dihubungi tim UNAIR NEWS.
Mereka bertiga berharap, bisnis di masa datang tidak melulu memikirkan bagiamana menghasilkan profit sebesar-besarnya.
Namun mesti pula, mempertimbangkan seberapa baik dampak sosialnya. Dengan demikian, kesejahteraan berkeadilan yang merupakan cita-cita bangsa dapat tercapai.
Ide bisnis mesti berlandaskan kebersamaan dan bukan ego- sentris. Sebab, bangsa Indonesia memang sudah populer dengan azas gotong royong. Jangan sampai, disparitas atau kesenjangan ekonomi melingkupi elemen-elemen di masyarakat.
Penulis: Rio F. Rachman