• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB.I PENDAHULUAN. bertambah tiga kali lebih banyak dibanding tahun-tahun yang lalu. 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB.I PENDAHULUAN. bertambah tiga kali lebih banyak dibanding tahun-tahun yang lalu. 2"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB .I PENDAHULUAN

1.1 Latar .Belakang

Tiongkok ialah negara yang diperhitungkan pengaruhnya di dunia masa kini, dikarenakan Tiongkok selama 30 tahun belakangan ini memperlihatkan kekuatannya yang signifikan. Perkembangannya pada bidang pertanian, ekspor- impor, pendidikan, dan mendatangkan banyak perusahaan asing untuk mendirikan pabrik-pabrik di wilayahnya membuat nilai ekonomi Tiongkok meningkat tajam, seperti pada saat berakhirnya kuota tekstil internasional di tahun 2005 Tiongkok mengakuisisi setengah dari semua garmen yang diimport oleh Amerika Serikat dan pada tahun 2006 banyak perusahaan asing yang berinvestasi di Tiongkok dengan total investasi ratusan miliar dolar.1 Kemudian di akhir tahun yang sama Tiongkok berhasil mencapai nilai ekspor lebih dari 800 milliar USD, bisa dibilang jumlahnya bertambah tiga kali lebih banyak dibanding tahun-tahun yang lalu.2

Dengan memanfaatkan kekuatan ekonominya yang sudah maju, Tiongkok membuat kerjasama Belt Road Initiative (BRI) sebagai formasi baru dari Maritime Silk Road (MSR) di abad ke 21 ini.3 MSR atau Jalur Sutra yang dimaksud adalah

1 Bambang Santoso. (2017). Kebangkitan Ekonomi China dan Pengaruhnya Terhadap Beberapa Negara di Kawasan Asia. Global Insight Journal, 2(1). Doi: https://doi.org/10.52447/gij.v2i1.1657

2 Ibid

3 James D. Sidaway & Chih Yuan Woon. (2017). Chinese narratives on ‘One Belt, One Road’ (一 带一路) in geopolitical and imperial contexts. 591-603. The Professional Geographer, 69(4), 591- 603.

(2)

2

jalur perdagangan kuno di masa pemerintahan Dinasti Han (206 SM-220 M). MSR sendiri merupakan kejayaan masa lalu yang ingin diulang kembali oleh Tiongkok, karena MSR telah berhasil membuat konektivitas antara Timur-Barat, Asia Tenggara, Oceania, Samudra Hindia dan Afrika Timur sehingga menjadikan salah satu jalur perdagangan terbesar pada saat itu. Jalur Sutra sebenarnya tidak pernah ada dalam transkrip sejarah Tiongkok, tetapi Jalur Sutra sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Ferdinand von Richthofen, seorang peneliti Prancis pada abad ke 18.4

Untuk mengembangkan BRI, Tiongkok menjalin kerjasama antar negara dengan cara memberikan bantuan luar negeri, yang mana targetnya sebagian besar adalah negara-negara berkembang yang ada di hampir semua penjuru dunia seperti;

Kawasan Asia, Afrika, Karibia dan Amerika Latin. Apabila diakumulasikan, Tiongkok sudah memberi bantuan luar negeri terhadap 123 negara di dunia. 30 diantaranya ialah negara yang ada di wilayah Asia, bantuan kepada 51 negara di Afrika, bantuan kepada 18 negara di Amerika Latin-Karibia, bantuan kepada 12 negara di Eropa Timur , dan bantuan kepada 12 negara di Oceania. Yang bertujuan mendapatkan peran yang menguntungkan di tiap kawasan supaya inisiasi Belt Road Initiative (BRI) bisa terwujud.5

Adanya konektivitas ekonomi dalam inisiasi BRI menjadi penting, dikarenakan dengan adanya integrasi pasar dunia akan mempermudah kepentingan

4 Daniel C. Waugh. (2007). Richthofen’s ‘Silk Roads’: Toward the archaeology of a concept. The

Silk Road, 5(1), 1-10.

https://faculty.washington.edu/dwaugh/publications/waughrichthofen2010.pdf

5 State Council. (2011). White Paper on China’s Foreign Aid.

https://www.asienhaus.de/upload/pdf/nachrichten/2011-04-21Chinas-ForeignAid-WhitePaper.pdf

(3)

3

Tiongkok ketika menyebarluaskan produk-produknya dan juga mempermudah Tiongkok mengawasi kapal-kapalnya sebagai transpoter guna memenuhi kebutuhan energinya yang kian meningkat. Kerjasama dalam proyek BRI pada suatu negara tidak hanya berfokus pada satu bidang saja, tetapi negara yang menjadi partner kerjasama akan mendapatkan bantuan dalam bidang lainnya, seperti di Sri Lanka sendiri Tiongkok ikut membantu dalam resolusi konflik sipil Sri Lanka dan beberapa proyek besar berupa pembangkit listrik, jalan raya, bandar udara sampai pembangunan pelabuhan-pelabuhan seperti: Colombo South Harbour, Port City Colombo, serta di Hambantota Port.6

Kedekatan Tiongkok-Sri Lanka sudah terjalin lama ditandai dengan adanya jalur sutra yang mencakup wilayah Sri Lanka pada abad 200 SM. Dibuktikan dengan penemuan koin-koin kuno dan barang-barang peninggalan China (pada saat itu) yang ditemukan oleh arkeolog.7 Hubungan selanjutnya adalah kehadiran Duta Besar Tiongkok yang ada di Kolombo serta kehadiran dari Duta Besar Sri Lanka di Beijing yang bertepatan pada tahun 1957. Kemudian hubungan Tingkok-Sri Lanka menjadi lebih dekat dengan andil Tiongkok atas penyelesaian perang sipil di Sri Lanka pada tahun 2008 berupa bantuan Militer dan dana sebesar 1 M USD8, terlebih waktu itu terdapat krisis ekonomi global yang sangat berdampak bagi Sri Lanka dan

6 Belt and Road News. (2019). Financing and Funding for the Belt & Road Initiative. Diambil kembali dari Belt and Road News: https://www.beltandroad.news/2019/05/17/financing-and- funding-for-thebelt-road-initiative/

7 Nipuni Perera. (2016). China’s One Belt One Road Initiative: Implications for Sri Lanka.

Education, 8(28).

8 Nyoman End Triana Gayatri, dkk. (2018). Strategi Pemerintah Sri Lanka dalam Menangani Kelompok Liberation Tigers of Tamil Ealam(LTTE). Jurnal Hubungan Internasional, 1(1), 1-13

(4)

4

semakin menyulitkan terealiasinya pembangunan ekonomi maupun infrastruktur seperti yang disebutkan sebelumnya.

Pembangunan Pelabuhan Hambantota menjadi terget kerja sama Tiongkok atas Sri Lanka, dikarenakan letaknya strategis di Kawasan Asia Selatan yang berjarak hanya 10 mil laut saja dari rute maritim terpadat di dunia. Rencana pengembangan pelabuhan ini sudah ada dalam rencana resmi pembangunan Sri Lanka sejak tahun 2002 dan diklaim akan menjadi pelabuhan terbesar kedua setelah Pelabuhan Colombo, tetapi pelaksanaannya belum dapat direalisasikan karena kurangnya pendanaan. Pada tahun 2008 Tiongkok hadir untuk mengembangkan pelabuhan tersebut melalui perusahaan Tiongkok Harbour Engineering Company dan Sinohydro Corporation. Dua tahun kemudian pada tahun 2010 pelabuhan akhirnya diresmikan, dalam perkembangannya pemerintah Sri Lanka mencoba mengendalikan tata kelola Pelabuhan Hambantota secara mandiri. Bahkan banyak menolak tawaran kerjasama pihak ketiga, entah dari perusahaan lokal maupun perusahaan asing seperti Tiongkok. Tetapi hal tersebut malah menyebabkan Pelabuhan Hambantota mengalami kerugian sebesar 94.2 Juta USD. Untuk menyelesaikannya, tiga tahun setelahnya Sri Lanka bekerjasama dengan perusahaan Tiongkok guna merevitalisasi Pelabuhan Hambantota. Perusahaan Tiongkok tersebut kemudian berinvestasi sebesar 1.12 M USD di Pelabuhan Hambantota.

Kerjasama Tiongkok dan Sri Lanka pada awalnya bukan dari program BRI, tetapi berlanjut ketika Tiongkok meluncurkan kerjasama-kerjasama BRI pada tahun 2013. Dalam perkembangannya, Sri Lanka menerima bantuan berupa peminjaman

(5)

5

dana dari Tiongkok sebagai skema BRI. Namun perkembangan kerjasama antara Sri Lanka dan Tiongkok berubah menjadi sesuatu yang merugikan bagi Sri Lanka.

Hal tersebut bisa dilihat dari ketidakmampuan Sri Lanka dalam mengembalikan pinjaman dana yang diberikan oleh Tiongkok. Besaran uang yang dipinjam dari Pemerintahan Tiongkok menjadikan Pemerintahan Sri Lanka sadar jika tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut. Pemerintah Sri Lanka kemudian menawarkan bentuk pembayaran lain dengan menyewakan atau menyerahkan pengelolaan pelabuhan sebesar 85% kepada Tiongkok, kemudian penawaran tersebut diterima oleh Pemerintahan Tiongkok dan digunakan sebagai pelabuhan strategis dengan masa kontrak selama 99 tahun yang di disetujui pada tanggal 25 Juli tahun 2017.

Akuisisi Pelabuhan Hambantota ini diwakilkan oleh Cina Merchant Port Holding dan Sri Lanka Port Authuority.

Kerjasama ini menarik bagi penulis karena keberhasilan Tiongkok atas penerapan strategi bantuan luar negerinya ke pemerintahan Sri Lanka dalam beberapa bidang, khususnya pada proyek pembangunan Pelabuhan Hambantota.

Dibalik pemberian bantuan luar negerinya, Tiongkok mendapatkan peran besar atas Sri Lanka dan kawasan sekitarnya yang tentunya mendukung inisiasi BRI agar tercapai. Bantuan terselubung kepada Rezim Rajapaksa Sri Lanka ketika berkuasa menambah ketertarikan penulis untuk menelitinya, karena pada masanyalah kesepakatan besar Tiongkok dan Sri Lanka ditandatangani.9

9 Plamen Tonchev. (2018). Along the road: Sri Lanka’s tale of two ports. European Union Institute for Security Studies (EUISS). http://www.jstor.org/stable/resrep21477

(6)

6

Dari latar belakang tersebut, penulis hendak mengkaji lebih dalam mengenai tujuan Tiongkok dalam memberikan bantuan luar negerinya ke pemerintahan Sri Lanka. Urgensi dari penelitian ini adalah kepentingan Tiongkok untuk menguasai Pelabuhan Hambantota di kawasan Asia Selatan demi terwujudnya Belt Road Initiative yang merupakan konektivitas ekonomi dan pasokan energi antara Asia Tenggara, Afrika Timur , Samudra Hindia dan Oceania.

Maka dari itu, penelitian ini oleh penulis diberi judul “Upaya Tiongkok dalam Pembangunan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka melalui Bribery Strategy demi Terwujudnya Belt Road Initiative”.

1.2 Rumusan .Masalah.

Dalam sebuah bantuan luar negeri pasti memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai oleh tiap-tiap negara. Dari .penjelasan .latar .belakang .tadi .maka dari itu .peneliti .menentukan .rumusan .masalah .dari .penelitian .ini .yakni: “APA UPAYA TIONGKOK DALAM MEMBANTU SRI LANKA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PELABUHAN HAMBANTOTA?”.

1.3 Tujuan .dan .Manfaat .penelitian 1.3.1 Tujuan .Penelitian

Ditinjau dari penjelasan yang terdapat dalam point rumusan masalah serta latar belakang tersebut, oleh sebab itu penelitian ini mempunyai tujuan .guna .mengetahui alasan Tiongkok atas bantuan yang telah diberikan ke Sri Lanka dalam proyek pembangunan Pelabuhan Hambantota.

(7)

7 1.3.2 .Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut diharapkan tercapainya beberapa manfaat dari penelitian ini, yakni:

a. Manfaat Praktis

Praktisnya hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai wawasan baru tentang pemahaman terhadap bantuan yang diberikan oleh Tiongkok kepada Srilanka dalam hal pembangunan infrastruktur. Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi pemerintahan Indonesia, masyarakat umum dan juga para akademisi.

b. Manfaat Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu literasi akademis dan outputnya dapat membantu penelitian lanjutan ataupun kajian lanjutan dengan menggunakannya sebagai acuan sekunder dari kajian dengan arah yang sama, utamanya di aspek ilmu sosial dan ilmu politik.

Sehingga diharapkan mampu memperkaya perbendaharaan dan wawasan terhadap kajian Hubungan Internasional terutama untuk penelitian yang membahas isu dengan konsep Bantuan Luar Negeri maupun teori yang dipilih.

1.4 Penelitian Terdahulu

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai alasan Tiongkok atas bantuan yang telah diberikan ke Sri Lanka dalam proyek pembangunan Pelabuhan Hambantota, penulis terlebih dahulu mempelajari kemudian menjabarkan tentang

(8)

8

penelitian yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Penulis nantinya didukung dengan pernyataan-pernyataan resmi guna membantu studi kasus yang sudah diteliti. Penelitian terdahulu dapat mendukung penulis dalam menjelaskan hal-hal tersebut serta berguna untuk memperbanyak data. Dengan demikian penelitian terdahulu bisa membantu menjawab rumusan masalah, “mengapa Tiongkok membantu Sri Lanka dalam proyek pembangunan Pelabuhan Hambantota?” dan juga bisa mendalami penelitian tentang konsep Bantuan Luar Negeri dan issue sengketa ataupun issue utang piutang International.

Tiya Anugrah Esa dalam penelitiannya dengan judul Kepentingan Tiongkok Memberi Pinjaman Luar Negeri Kepada Venezuela. Dengan teori Neoliberal serta menggunakan konsep Pinjaman Luar Negeri, Tiya memaparkan jika adanya hubungan Negara Tiongkok dan Venezuela dimulai pada masa pemimpinnya yakni Hugo Chavez tepatnya pada tahun 1999. Dalam penelitian tersebut, Tiya melihat Hubungan Negara Tiongkok dengan Negara Venezuela yang dalam hal tersebut diberi nama strategic partnership of common developmen.

Banyaknya perjanjian di bermacam aspek serta bermacam pinjaman yang diberi Tingkok lewat Cina Development Bank (CDB), serta seluruh pinjaman investasi yang diberi Negara Tiongkok dibayarkan melalui ekspor minyak menuju Negara Tiongkok. Ketika harga minyak dunia saat itu turun tepatmya di tahun 2014, Negara Venezuela ialah negara yang pada saat itu tak siap dalam mengatasi masalah.

Ketidaksiapan tersebut disebabkan karena ketergantungan Negara Venezuela terhadap minyak yang sangat tinggi. Pada saat itu krisis tidak bisa terhinndari, sehingga berbagai modal asing saat itu ditarik keluar. Akan tetapi, saat krisis terjadi

(9)

9

yang ada di Negara Venezuela berlangsung, Negara Tiongkok masih terus memberi pertolongan ke Negara Venezuela. Dikarenakan kebutuhan minyak pada Negara Tiongkok yang tinggi untuk industri negara tersebut. Saat Venezuela mengalami krisis, Tiongkok meminjamkan pinjaman luar negeri ke Venezuela serta sebagai kompensasinya, Negara Venezuela membayar pinjaman yang diberikan oleh Negara Tiongkok dengan mengirimkan minyak yang merupakan kebutuhan dari Negara Tiongkok. Disamping disebabkan oleh kebutuhan minyak tersebut, Negara Tiongkok juga memberikan pinjaman luar negeri ke Venezuela karena guna memperluas pasarnya cotohnya diaspek transportasi serta aspek pertanian.

Dalam penelitian yang dipaparkan penulis ini dapat menunjukkan bahwa strategi Tiongkok dengan memberi bantuan luar negerinya kerap dibarengi dengan kepentingannya, yakni guna memperoleh pemasukan minyak untuk menambah produksi nasionalnya. Penelitian ini menjabarkan konsep Pinjaman Luar Negeri guna memenuhi kepentingan negara kreditur. Disamping itu juga terdapat perbedaan pada teori yang digunakan yaitu teori Neoliberal yang menjelaskan kerjasama antar dua negara.

Agustina dalam penelitiannya yang berjudul Kepentingan China dalam Pembangunan Rel Kereta Api di Kenya Tahun 2015. Dengan teori Bantuan Luar Negeri dan konsep Kepentingan Nasional, Agustina juga menjabarkan bahwasannya China mempunyai banyak peluang dalam memperbesar pengaruhnya di Kenya. Dengan membantu pembangunan yang terdapat di Negara Kenya, hal itu merupakan suatu peluang bagi China untuk mendapatkan sebuah kepentingan nasional dalam aspek ekonomi serta politik. a). Kepentingan dalam aspek ekonomi

(10)

10

ialah kehendak dari China dalam melebarkan pasar industrinya serta memperbesar ekspor Kenya. Diperolehnya kepentingan dalam aspek ekonomi China saat adanya pembangunan rel kereta api di Kenya dan di tandai dengan besarnya eksport Cina dari Ksh 48.64 M yang meningkat 29% pada tahun 2014 menjadi Ksh 320.88 M di 2015. b). Disamping itu kepentingan politik China di Kenya ialah guna mempererat hubungan bilateral antar kedua negara, memasukkan doktrin China terhadap Kenya, menghalangi pengaruh AS di Kenya, dan guna mendapatkan dukungan internasional yang diperlukan China dalam merealisasikan agenda-agenda internasionalnya. Tulisan ini mempunyai kesamaan pada konsep Bantuan Luar Negeri yang berujung pada kepentingan negara kreditur guna menguasai suatu negara ataupun kawasan. Kemudian perbedaannya terdapat dalam konsep Kepentingan Nasional.

Wiwit Tri Rahayu dengan penelitiannya yang berjudul Strategi Tiongkok dalam Mendominasi Hubungan Kerjasama Ekonomi Dengan Zimbabwe. Di dalamnya, Wiwit menggunakan teori Non-intervensi serta menggunakan Bantuan Luar Negeri, Wiwit juga menjabarkan adanya perjanjian diantara Tiongkok dengan Zimbabwe dimana pada perjanjian tersebut menghasilkan sebuah dominasi Tiongkok dibidang ekonomi atas Zimbabwe melalui strategi non-intervensi, walaupun Zimbabwe merupakan negara konflik dan negara-negara barat memberi sanksi berbentuk embargo pada negara tersebut, namun Tiongkok tidak menghiraukannya sebab fokusnya ialah memperoleh barang mentah dari Zimbabwe dan pasar ekspor dari hasil jadi Tiongkok. Hasilnya semakin terlihat seusai Zimbabwe menggunakan RMB selaku mata uang pasca Tiongkok menarik hutang

(11)

11

jatuh tempo negara tersebut sebanyak 40 juta USD. Pemakaian mata uang inilah yang menimbulkan dominasi serta pengaruh Tiongkok semakin banyak walaupun hanya “tamu” di Zimbabwe. Kesamaan dari penelitian ini terdapat dalam konsep Bantuan Luar Negerinya, yakni kerap mengarah pada negara-negara dunia ketiga yang pastinya mempunyai kesulitan ketika mengembalikan uang yang sudah dipinjam. Akan tetapi perbedaanya terdapat pada teori Non-intervensi yang dilakukan ke negara debitur. Studi kasus yang pada tulisan ini berfokus pada dominasi Tiongkok atas ekonomi Zimbabwe.

Purnendra Jain berjudul National Interest and Japan’s Foreign Aid Policy. menggunakan teori Bantuan Luar Negeri serta konsep Kepentingan Nasional. Menjabarkan kepentingan nasional yang dimiliki Jepang ketika memberi Bantuan Luar Negerinya. Sebagai kreditur tentunya mempunyai kepentingan nasional yang wajib terpenuhi pula, serta Bantuan Luar Negeri ialah instrumen pokok sebuah negara guna mencapai kepentingan nasional negara tersebeut.

Tulisan ini membantu penulis guna melihat penting dan tidaknya faktor-faktor pendukung guna mencapai kepentingan nasional. Contohnya faktor geografis serta geopolitik, faktor geografis berupa letak kawasan ketika memberi kebijakan, disamping itu faktor geopolitik bisa dipakai guna menganalisa motif dari bantuan tersebut. Persamaan dengan tulisan terletak pada kajian yang mendukung tercapainya kepentingan negara besar melalui strategi Bantuan Luar Negeri, ada pula yang jadi pembeda ialah konsep Kepentingan Nasional.

Luke Fletcher berjudul A Debt-for-Development Swap with Indonesia memakai teori Bantuan Luar Negeri. Menjabarkan mengenai penerapan kebijakan

(12)

12

penukaran piutang yang dilakukan Australia selaku negara pemberi hutang dan Indonesia selaku negara penerima hutang. Penukaran tersebut dinaungi oleh program debt to halth swapss, berdasarkan dari piutang sebanyak 1.16 M USD di tahun 2016, Indonesia memohon untuk dilaksanakan persetujuan keduanya mengenai penukaran hutang dari kerjasama penanganan kasus kemiskinan, yang mana kemiskinan ialah fokus penting dalam program Bantuan Luar Negeri dari Australia kepada Indonesia. Tulisan ini membantu penulis dalam melihat program penukaran utang piutang dengan jauh lebih terperici. Yang mana Australia memperoleh benefit dari aspek politik yakni terjaganya keharmonisan kerjasama bilateral diantara kedua belah pihak serta disamping itu menghalau negaranya dari persebaran penyakit di Indonesia. Dari tulisan ini terdapat kesamaan dalam Bantuan Luar Negeri, yang mana dalam hal ini penulis menjabarkan hubungan baik kedua negara walaupun terdapat masalah bilateral yang ada. Selain itu perbedaanya terdapat di aspek studi kasus, peneliti lebih menitikberatkan pada debt-to-swaps.

Ayu Aditriya dengan judul Upaya Penyelesaian Utang Luar Negeri Sri Lanka terhadap China dalam Menyelesaikan Pembangunan Pelabuhan Hambantota, dengan menggunakan teori Negosiasi dan konsep Hutang Luar Negeri. Ayu menjelaskan Upaya penyelesaian hutang luar negeri Sri Lanka kepada China yang terjalin dalam kerjasama pembangunan pelabuhan Hambantota.

Mulanya dianalisa melalui konsep restrukturisasi hutang dengan memakai mekanisme debt to equity swaps, akan tetapi selama pelaksanaannya berlangsung mekanisme tersebut menjadi kontra dari yang dilakukan oleh China. Hal tersebut dilandasi dengan tidak adanya regulitas hukum nasional China dengan jelas

(13)

13

sekaligus detail dalam mengatur restrukturisasi hutang luar negeri yang memiliki sifat government to government. Guna menangani hal tersebut Sri Lanka selanjutnya memberi usulan mekanisme Public Private Partnership (PPP) ataupun kemitraan pemerintah swasta pada China, yang kemudian disepakati keduanya.

Pada mekanisme PPP, China mengikutsertakan pihak ketiga guna bekerjasama dengan BUMN Sri Lanka untuk mengatur pelabuhan Hambantota. Saat pengelolaan tersebut Sri Lanka serta China memutuskan menggunakan sistem bagi hasil bersama yang mana semua bentuk perincian serta pembagian tugas tertulis dalam bentuk Disclosable Transaction Concesion Agreement in Relition to Hambantota Port. Persamaan yang ditemukan penulis ialah peran China ketika memberi bantuan luar negerinya dan di dalamnya meliputi pembahasan kepentingan China atas Sri Lanka. Dan perbedaannya yakni tujuan dari bantuan yang diberikan oleh China.

Putri Dumora Nasution dengan judul Motif Bantuan Luar Negeri Tiongkok ke Sudan Pasca Merdeka (2011-2014). Penelitian ini membahas tentang

bantuan China terhadap Sudan dengan motif yang memberi keuntungan ke pihak China. Bantuan yang diberikan China kepada Sudan dan Sudan Selatan meskipun keduanya sedang dalam keadaan konflik. Bantuan China kepada kedua negara tersebut berupa kerja sama teknis, pemberian dan pinjaman dana. Adapun motif yang mendorong China dalam memberikan bantuan yakni motif ekonomi, kemanusiaan, dan politik. Dalam peneitian ini ditemukan bahwa motif ekonomi merupakan dorongan China untuk memberikan bantuan kepada kedua negara

(14)

14

tersebut, yaitu dengan upaya perluasan pasar, kamanan suplai energi dan hubungan kerjasama baru.

Penjabaran dari ketujuh penelitian terdahulu sangatlah relevan dengan apa yang menjadi pembahasan pada penelitian ini, hal ini membuktikan bahwasannya adanya keterkaitan satu dan yang lain. Namun, keterkaitan itu turut disertai dengan bermacam perbedaan. Penjelasan tersebut juga membuktikan bahwasannya terdapat sebuah perbedaan serta kebaharuan mengenai pembahasan yang ada pada penelitian ini.

Tabel 1.1 Penelitian Tedahulu NO. NAMA DAN

JUDUL PENELITI

TIPE

PENELITIAN &

KONSEP/TEORI

HASIL PENELITIAN

1. Nama : Tiya Anugrah Esa

Judul :

KEPENTINGAN TIONGKOK MEMBERI

PINJAMAN LUAR NEGERI KEPADA VENEZUELA TAHUN 2010-2016

Neoliberal &

Konsep Pinjaman Luar Negeri

Tiongkok memberikan bantuan luar negeri kepada Venezuela disebabkan karena kebutuhan minyak Tiongkok yang besar untuk industrinya dan juga semenjak tahun 2009 Tiongkok menjadi negara importir minyak terbesar kedua setelah Amerika Serikat yang membuatnya harus mencari cara agar selalu dapat memenuhi

(15)

15

kebutuhan minyak

negaranya.

2. Nama : Agustina

Judul:

KEPENTINGAN CINA DALAM PEMBANGUNAN REL KERETA API DI KENYA 2015

Teori bantuan luar negeri & Konsep Kepentingan

Nasional

Cina memberikan bantuan kepada Kenya untuk mencapai kepentingan nasionalnya yaitu a) Kepentingan ekonomi Cina sendiri merupakan keinginan Cina untuk memperluas pasar industri dan meningkatkan ekspor di Kenya. b) kepentingan politik Cina di Kenya adalah untuk meningkatkan hubungan bilateral antara China dan Kenya, menanamkan pengaruh China di Kenya, menghalau pengaruh AS di Kenya, serta untuk mencari dukungan internasional yang dibutuhkan China guna mendukung agenda-agenda internasionalnya.

3. Nama : Wiwit Tri Rahayu

Judul : STRATEGI TIONGKOK

Teori bantuan luar negeri & Teori non- intervensi

Tiongkok berhasil mendominasi sector ekonomi di negara Zimbabwe dengan strategi non-intervensi, meskipun ada peringatan dari dunia

(16)

16 DALAM

MENDOMINASI HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI DENGAN ZIMBABWE

internasional karena Zimbabwe adalah negara konflik dan negara-negara barat menjatuhkan sanksi berupa embargo terhadap negara tersebut tetapi China tidak memperdulikan hal tersebut karena fokus China adalah untuk mendapatkan barang mentah dari Zimbabwe dan pasar ekspor dari hasil jadi China sehingga China melakukan melakukan bantuan luar negeri dan bantuan luar negeri kepada negara tersebut.

4. Nama : Purnendra Jain

Judul : NATIONAL INTEREST AND JAPAN’S

FOREIGN AID POLICY

Deskriptif Bantuan Luar Negeri &

Kepentingan Nasional

Kepentingan Jepang yaitu : 1) Kepentingan ekonomi dan perdagangan dicapai melalui yen-loan programs berupa pasar potensial bagi produk- produk Jepang di negara- negara penerima bantuan tersebut. 2) Kepentingan

keamanan berupa

pembubaran Junta militer Myanmar dan pembebasan Aung San Suu Kyi merupakan satu diantaranya.

(17)

17

3) Kepentingan lain yang dicapai melalui kebijakan bantuan internasional adalah kontribusinya pada isu Humanitarian Global.

5. Nama: Luke

Fletcher

Judul :

A DEBT-FOR- DEVELOPMENT

SWAP WITH

INDONESIA

Deskriptif &

Bantuan Luar Negeri

Dalam temuan IMF menyebutkan Indonesia merupakan satu diantara negara-negara negara yang berpotensi untuk menerima program debt-to-health swap. Melalui program ini Australia mendapat beberapa keuntungan yaitu penukaran utang yang dilakukan oleh Australia terhitung sebagai ODA, yang mana akan meningkatkan posisinya sebagai negara donor dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Kedua, program yang dicetuskan Global Fund Project merupakan program multilateral, sedangkan Australia umumnya lebih memilih mendanai suatu program secara bilateral.

Melalui program penukaran utang dengan Indonesia,

(18)

18

secara langsung juga telah menurunkan resiko penyebaran penyakit menuju Australia.

6. Nama : Ayu Aditya

Judul : UPAYA PENYELESAIAN HUTANG LUAR NEGERI SRI LANKA

TERHADAP

CHINA DALAM MENYELESAIKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN HAMBANTOTA

Teori Negosiasi &

Konsep Utang Luar Negeri

Sri Lanka mengusulkan mekanisme (PPP) public- private partnership atau kemitraan-pemerintah swasta terhadap Cina, yang selanjutnya disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam mekanisme PPP Cina melibatkan pihak ketiga yakni Swasta Cina untuk bersama dengan BUMN Sri Lanka mengelola pelabuhan Hambantota. Dalam pengelolaan tersebut Sri Lanka dan Cina menetapkan sistem bagi hasil bersama dimana segala bentuk perincian dan pembagian tugas semua tertuang kedalam Discloseable Transaction Concession Agreement in Reltion to Hambantota Port.

7 Nama : Putri Dumora Nasution

Kualitatif – Deskriptif

China memberikan bantuan luar negeri ke Sudan dan Sudan Selatan.

(19)

19 Judul : MOTIF

BANTUAN UAR NEGERI

TIONGKOK KE SUDAN PASCA MERDEKA (2011- 2014)

Teori Bantuan Luar Negeri dan Motif Bantuan Luar Negeri

Hal ini disebabkan oleh konflik dari dua negara tersebut. Bantuan China berupa kerjasama teknis, pemberian dan pinjaman dana. Motif yang mendorong China dalam bantuannya yaitu motif ekonomi.

1.5 Teori dan Konsep

Kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menyelesaikan masalah yang dialami, yang mana kerangka teori nantinya menjadi pokok-pokok pikiran saat menjabarkan permasalahan yang nantinya dihadapi serta mempermudah dalam menemukan penyelesaian permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori bantuan luar negeri dan konsep jebakan hutang.

1.5.1 Teori Bantuan Luar Negeri

Dalam sebuah proses terjadinya hubungan kerjasama antar negara terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi bagaimana prosesnya dan bagaimana hasil akhir dari sebuah proses kerjasama antar negara. Secara umum para peneliti biasanya menggunakan salah satu dari dua tipe teori atau konsep yang tersedia untuk menjelaskan fenomena politik internasional.10

10 Kenneth N. Waltz. (1979). Theory of International Politics. (Massachusetts: Addison Wesley Publishing Company). Hal 18.

(20)

20

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, penulis menggunakan teori bantuan luar negeri, karena dianggap bisa membantu penulis dalam menjabarkan alasan pemberian bantuan luar negeri Tiongkok terhadap pembangunan pelabuhan Hambantota di Srilanka. Bantuan Luar Negeri ialah cara yang banyak dipakai negara maju terhadap negara yang berkembang dalam mendukung hubungan kedua negara. Umumnya Bantuan Luar Negeri bisa diartikan dengan transfer sumber daya yang dilakukan oleh satu negara ke negara lain baik berupa barang ataupun uang.

Bantuan Luar Negeri yang digagas Hans Morgenthau dalam karyanya “A Politycal Teory of Foreign Aid” ialah pindahnya barang, jasa , serta kapital dari suatu pemerintahan atau negara ke pemerintahan yang lain, selanjutnya Bantuan Luar Negeri dikelompokkan kedalam berbagai macam yakni:

subsistence forign aid, humanitarian foreign aid, , bribery, foreign aid for economic development, military foreign aid dan prestige foreign aid.

1. Morgenthau memaparkan bahwasannya hanya humanitarian foreign aid yang tidak dianggap dengan bantuan politik sembunyi-sembunyi, disebabkan pemerintah negara pendonor memberi bantuan terhadap negara yang dianggap sebagai korban dari bencana alam. Walaupun humanitarian foreign aid tidak dianggap dengan Bantuan Luar Negeri yang tidak mempunyai tujuan politik, namun hal bisa memiliki fungsi politik apabila hal tersebut berjalan secara konteks politik.

2. Subsistence foreign aid didefiniskan oleh Morgenthau layaknya bantuan yang memiliki tujuan guna menutupi defisit negara penerima.

(21)

21

Bantuan ini pada hakikatnya tidak jauh beda dengan humanitarian foreign aid dikarenakan memiliki tujuan guna menghalau perpecahan keteraturan dari masyarakat ke kepala negara penerima. Bantuan luar negeri ini juga mempunyai fungsi politik guna menjaga status quo dari rezim yang berkuasa di negara penerima, apabila ada rezim politik negara penerima yang tidak dapat bertahan maka bantuan luar negeri ini dapat membantu dalam pencegahannya.

3. Bribery ataupun sogokan yang diberikan oleh sebuah pemerintahan ke pemerintahan lainnya dengan tujuan guna memperoleh keunggulan politik, bribery atau suap yang disodorkan oleh satu pemerintahan ke pihak lain demi keuntungan negara pemberi juga termasuk bagian dari diplomasi. Tidak ada keraguan untuk mengakui bahwa praktik umum bantuan luar negeri terdapat pemberi dan penerima sogokan. Seperti yang dilakukan Tiongkok kepada rezim yang berkuasa di Sri Lanka pada saat proyek Pelabuhan Hambantota, dimana Tiongkok membantu Rajapaksa dengan sogokan dana untuk berkampanye pada pemilihan presiden selanjutnya, sehingga Rajapaksa mau menerima bantuan dari Tiongkok untuk proyek Hambantota. Morgenthau mempunyai keakuratan dalam pengambilan sudut pandang penulisan, dikarenakan dalam implementasinya pemberian Bantuan Luar Negeri yang diberikan oleh Tiongkok kepada Sri Lanka mempunyai unsur yang jelas contohnya seperti sogokan yang diterima Rajapaksa supaya

(22)

22

setuju akan tawaran dari Tiongkok Sehingga dengan terwujudnya bantuan ini Sri Lanka kerap berada di bawah hegemoni Tiongkok.

4. Bantuan Luar Negeri dalam konteks militer ini memiliki tujuan yang memiliki fungsi untuk memperkokoh kekuatan militer negara penerima. Bantuan Luar Negeri ini umumnya diperuntukkan ke negara-negara yang beraliansi dengan negara pendonor. Jika dilihat dari aspek tradisionalnya bantuan militer bisa dimaknai sebagai pembagian pekerjaan antar negara yang beraliansi serta mengumpulkan sumber daya yang dimiliki. Dalam pelaksanaanya salah satu negara menyediakan uang, pelatihan, dan material.

Sedangkan yang lainnya memfasilitasi sumber daya manusia.

Bertolak belakang dengan praktik tradisionalnya, bantuan militer pada dewasa ini tidak melulu ditujukan kepada negara yang beraliansi dengan negara pendonor namun juga kepada negara yang tidak mempunyai komitmen kepada satu aliansi. Dalam hal ini tujuan dari bantuan militer di masa kini telah perlahan berubah menjadi ke arah politik guna memperoleh keunggulan politik yang ditukarkan dengan bantuan militer. Seperti yang dilakukan pemerintahan Tiongkok atas konflik yang ada di Sri Lanka pada tahun 2008.11

5. Prestige aid dalam penjelasan Morgenthau memiliki jenis bantuan luar negeri yang sebenarnya kurang lebih sama dengan aktifitas penyogokan modern dalam ihwal tujuan pokoknya yang dikemas

11 Nyoman End Triana Gayatri, dkk. (2018). Op., Cit.

(23)

23

dalam bantuan ekonomi maupun militer. Ketika bantuan dalam prestige aid yang diberikan, seperti pembangunan infrastruktur ataupun dukungan investasi sebenarnya lebih condong pada ketidakpunyaan dalam fungsi ekonomi Hal tersebut dapat diartikan bahwa nihilnya profit yang didapatkan bagi negara penerima (negara berkembang). Namun bagi negara berkembang tersebut, bantuan- bantuan yang diberikan itu tidak memiliki fungsi dan juga fokus secara ekonomi, melainkan lebih berfokus pada sisi psikologis dan juga dalam sesi politik. Keuntungan yang diperoleh dari si pemberi prestige aid antara lain adalah keunggulan politik. Kemudian, prestige aid juga menciptakan hubungan yang paten dari kemurah hatian negara pemberi dengan harga diri dari negara penerima.12

Selaras dengan Morgenthau, Michel Todaro berpendapat bahwasannya bantuan luar negeri merupakan arus modal yang mengalir dari Negara Maju ke negara Dunia Ketiga, dengan kriteria:

a. Dilihat dari segi negara pendonor (pemberi bantuan), dengan tujuan wajib non komersial.

b. Bantuan yang diberikan wajib memenuhi syarat-syarat konsesional, dengan suku bunga dan jangka waktu pengembalian modal yang lunak ataupun tidak membebani negara peminjam.

12 Hans Morgenthau. (1962). A political theory of foreign aid. American political science review, 56(2), 301-309. Doi: https://doi.org/10.2307/1952366

(24)

24

c. Bertolak belakang dengan syarat-syarat pinjaman poin (b), yang mana pinjaman komersial dengan suku bunga yang lunak dan jangka pengembalian berjangka pendek atau menengah.13

Dari pendapat serta penjabaran pakar-pakar diatas tentang teori bantuan luar negeri, hal tersebut telah memberikan pandangan terhadap penulis bahwa bantuan luar negeri dalam pelaksanaannya kerap diikuti dengan kepentingan terselubung dari negara pendonor seperti yang dilakukan pemerintahan Tiongkok terhadap Srilanka, dengan memberikan bantuan pinjaman uang yang besar seakan-akan Tiongkok sudah mengetahui bahwa pemerintahan Srilanka akan kesulitan dalam mengembalikan dana pinjaman yang telah diterima, sehingga berakibat pada penyerahan tata kelola Pelabuhan Hambantota itu sendiri selama 99 tahun. Dengan mengakuisisi tata kelola pelabuhan tersebut, maka cita-cita Tiongkok untuk menguasai kawasan Asia Selatan dapat tercapai, sehingga inisiasi BRI lebih dekat realisasinya.

Teori bantuan luar negeri bertipe bribery yang dikemukaan oleh Morgenthau memiliki arti bahwasannya pelaksanaan bantuan luar negeri mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan pada suatu negara. Seperti Lord Robert Cecil menteri Elizabeth menerima suap dari Spanyol, Sir Henry Wotton Duta Besar Inggris untuk Venesia pada abad ketujuh belas menerima suap dari Savoy. Kemudian di sisi lain pemerintahan Sri Lanka

13 Yanuar Ikbar. (2007). Ekonomi Politik Internasional 2 (Implementasi Konsep dan Teori).

(Bandung: PT Refika Aditama).

(25)

25

pada rezim Rajapaksa meminta bantuan ke Tiongkok agar membantunya dalam pemilihan presiden selanjutnya, hal ini kemudian di manfaatkan Tiongkok sebagai sarana suap agar kedepannya Sri Lanka selalu berada di bawah bantuan Tiongkok. Bentuk suap yang dilakukan Tiongkok berupa pinjaman dana yang digunakan oleh Mahinda Rajapaksa untuk berkampanye yang seharusnya merupakan bantuan untuk proyek Hambantota. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa strategi pemberian bantuan luar negeri Tiongkok untuk pembangunan pelabuhan Hambantota di Srilanka merupakan sogokan pemerintahan Tiongkok kepada pemerintahan Srilanka demi mendapatkan kepentingan nasionalnya berupa pengaruh kekuasan pemerintah Sri Lanka agar mendukung kepentingan Tiongkok demi terwujudnya inisiasi BRI.

Mendukung teori Morgenthau, bribery atau bentuk suap yang di kemukakan oleh Biegelman M. T. menyatakan bahwa suap dan korupsi merupakan unsur berbahaya dalam sisi gelap dunia bisnis. Pembayaran ilegal oleh tokoh publik atau perusahaan swasta ke pejabat pemerintahan asing dalam mendorong transaksaksi bisnis maupun kepentingan pribadi prakteknya sudah terjadi sejak lama. Suap disini dalam bentuk uang tunai dan sejumlah cara lain termasuk pemberian hadiah, gratifikasi, perjalanan, hiburan, pengampunan utang dan kontribusi amal.14 Seperti yang terjadi pada bantuan yang diberikan Tiongkok ke Sri Lanka merupakan bentuk lain

14 Martin T. Biegelman & Daniel R. Biegelman. (2010). Foreign Corrupt Practices Act compliance guidebook: protecting your organization from bribery and corruption (Vol. 8). John Wiley & Sons.

(26)

26

dari sogokan itu sendiri. Dengan memberikan banyak kontribusi di setiap rancangan pembangunan Sri Lanka maupun kegiatan dari rezim yang berkuasa, Tiongkok secara tidak langsung menamkan modal ekonomi dan model kekuasaan agar Sri Lanka senantiasa mendukung setiap kebijakan yang diambil oleh Tiongkok.

Dalam memberikan Bantuan Luar Negeri, negara pemberi tentunya memiliki dorongan atau motif yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan yang harus dipenuhi. Dalam Bantuan Luar Negeri terdapat dua pandangan yang berbeda, yakni altruism dan self-interest.

Pandangan altruism muncul dari kontruktivisme yang menyatakan bahwa suatu negara memiliki kewajiban secara moral untuk membantu negara yang lain, dengan memberikan bantuan secara sukarela tanpa memasukkan kepentingan nasionalnya. Sedangkan pandangan self-interest berawal dari pandangan realisme yang menyatakan bahwa negara-negara maju dalam memberikan bantuan ke negara lain memiliki kepentingan untuk memperkuat kemampuan, pengaruh, dan peningkatan ekonomi negara pemberi itu sendiri.15 Indikasi dari Tiongkok dalam memberikan Bantuan Luar Negerinya merupakan bentuk dari self-interest yaitu menjaga hubungan kedua negara, memperkuat pengaruhnya atas Sri Lanka, dan meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia Selatan.

15Onur Sen, Strategic Aid: Explaining the Motives and Choices of International Donors, Disertasi, Departement of Political Science, Georgia State University, hlm 39

(27)

27

Bantuan Luar Negeri merupakan instrumen diplomasi yang seringkali digunakan oleh negara maju guna mencapai keunggulan politik maupun ekonomi, terlebih semenjak berakhirnya Perang Dunia ke II.16 Dalam fenomena pemberian BLN yang penulis teliti merupakan instrumen diplomasi dalam suatu kebijakan yang diterapkan guna mengubah perilaku dan sikap negara penerima, baik itu kebijakan domestik maupun kebijakan luar negeri.17 Ketika perilaku Sri Lanka sesuai dengan yang diharapkan oleh Tiongkok, maka Tiongkok akan memberi bantuan yang berlanjut, namun ketika Sri Lanka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tiongkok, maka Tiongkok akan mengeluarkan sikap paksaan atau ancaman seperti pemberhentian bantuan, dengan harapan Sri Lanka akan mempertimbangkan sikapnya kembali. Melalui strategi itulah Tiongkok dapat memanipulasi bantuan luar negeri untuk tujuan politik atau aspek lain untuk mencapai kepentingan nasionalnya.18

1.5.2 Konsep Debt-Trap Diplomacy

Debt-Trap Diplomacy yang dikemukakan oleh seorang akademisi asal India yang bernama Brahma Chelanney. Pada saat Tiongkok menjadi pusat perhatian dunia dengan cara menjadikan dirinya sebagai negara pemberi pinjaman, baik sengaja maupun tidak negara peminjam akan

16 Sara Lengauer. tiongkok's foreign aid policy: Motive and method. (The Bulletin of the Centre for East-West Cultural and Economic Studies, 2011), p. 2.

17 R. Soeprapto. Hubungan Internasional Sistem, Interaksi dan Perilaku. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997), p. 167.

18 Ibid

(28)

28

terjerumus ke dalam jebakan utang yang di buatnya sendiri. Istilah diplomasi perangkap utang kemudian menjadi sorotan setelah diikuti oleh karya ilmiah dua mahasiswa pascasarjana Universitas Harvard berjudul 'diplomasi buku utang' yang kemudian menjadi berita utama oleh The Guardian dan New York Times serta beberapa portal berita lainnya sebagai bukti keberadaannya.19

Istilah debt-trap atau jebakan utang Tiongkok berawal dari pengenalan Belt and Road Initiative (BRI) oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 2013 dan dalam kasus yang penulis kaji tujuan utamanya adalah bahwa Tiongkok sebagai pemberi pinjaman akan menyalurkan uangnya untuk membangun infrastruktur di bidang transportasi, pasokan energy, dan sektor lainnya. Seiring berkembangnya inisiasi Tiongkok, dalam pelaksanaannya mendapat berbagai kritikan dari negara-negara dengan perekonomian industri maju. Salah satu kritik mendasarnya adalah bahwa inisiasi ini kurang terbuka, sehingga sulit untuk mengetahui secara jelas jumlah pinjaman dari Tiongkok untuk setiap proyek, ketentuan pinjaman, bagaimana kontraktor dipilih, dan resiko setelahnya yang akan terlibat seperti lingkungan dan sosial. Pinjaman yang diberikan Tiongkok juga dikritik sebagai upaya pengambilan model kekuasaan Tiongkok jika dilihat dari fakta bahwa mayoritas negara-negara yang dijadikan debitur mengalami kemunduran demokrasi dan kebebasan rakyat. Adapun tuduhan

19 Sam Parker. (2018). Debtbook diplomacy: China's strategic leveraging of its newfound economic influence and the consequences for US foreign policy. (Doctoral dissertation, Harvard University).

(29)

29

lain bahwa Tiongkok melakukan diplomasi debt-trap karena memberikan utang maupun pinjaman yang mengakibatkan beban bagi negara-negara debitur dengan suku bunga tinggi yang tidak dapat mereka bayarkan.

Kemudian hal ini akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Tiongkok.20 Dalam penelitian ini teori bantuan luar negeri yang dikemukakan oleh Morgenthau bertipe bribery akan digunakan sebagai alat analisa untuk menjelaskan proses pemberian bantuan luar negeri dari pemerintahan Tiongkok dalam mengakuisisi Pelabuhan Hambantota demi terwujudnya inisiasi BRI. Jika teori ini diaplikasikan terhadap proses bantuan luar negeri Tiongkok terhadap pemerintahan Sri Lanka, maka pandangan Morgenthau tentang bantuan luar negeri bertipe bribery atau sogokan tersebut ada dalam pemerintahan Tiongkok selaku aktor pemberi bantuan. Pelaksanaan pemberian bantuan telah dirancang sebagai salah satu strategi Tiongkok dalam menanamkan modal kekuasaan atas Sri Lanka, sehingga Sri Lanka tidak cukup memiliki kuasa atas operasional pelabuhan dan tidak cukup memiliki keuntungan dari hasil operasional pelabuhan untuk melunasi pinjaman yang digunakan untuk membiayai proyek. Dan hasilnya pemerintah Sri Lanka menyerahkan hak operasional pelabuhan ke pemerintahan Tiongkok. Dapat dilihat bahwa bantuan luar negeri Tiongkok tidak hanya tentang bantuan komersil maupun perdagangan tetapi juga tentang strategi dominasi Tiongkok, bahkan Tiongkok ingin mengatur jalur

20 Ashok K. Behuria. (2018). How Sri Lanka walked into a debt trap, and the way out. Strategic Analysis, 42(2), 168-178. Doi: https://doi.org/10.1080/09700161.2018.1439327

(30)

30

perdagangan dunia melalui inisiasi Belt Road Initiative yang diawali dengan pemberian bantuan kepada negara dunia ketiga. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis akan menggunakannya sebagai alat analisa pengkajian kasus atas strategi pemberian bantuan luar negeri Tiongkok untuk pembangunan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka demi terwujudnya inisiasi BRI Tiongkok.

1.6 Metodologi .Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Dari judul penelitian ini penulis bisa mengidentifikasi variabel- variabelnnya. Penelitian ini mempunyai dua variabel yakni pengaruh pemberian bantuan luar negeri pemerintahan Tiongkok sebagai unit eksplanasi atau variabel independennya dan pembangunan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka demi terwujudnya Belt Road Initiative sebagai unit analisa atau variabel dependennya.

Metode kualitatif digunakan sebagai jenis penelitian ini. Metode kualitatif ialah sebuah cara yang digunakan untuk melakukan eksplorasi serta memahami makna oleh sejumlah individu ataupun kelompok- dianggap dari masalah sosial. Metode ini menitikberatkan pada bagaimana proses penelitian itu bekerja dengan layak serta seksama, tidak hanya dari melihat hasil akhir penelitian.21

21 Yanuar Ikbar. (2014). Metodologi & Teori Hubungan Internasional. (Bandung: PT. Reflika Aditama).

(31)

31

Ada tiga kelompok analisa yang dapat dilihat dari tiga peluang.

Pertama unit ekplanasinya lebih rendah maka disebut sebagai reduksionis..Kedua unit eksplanasinya berada pada tingkat yang sejajar atau dinamai korelasionis. Ketiga yaitu yang unit eksplanasinya lebih tinggi sehingga dinamai dengan induksionis.22 Dan dari klasifikasi tersebut sehingga penelitian ini termasuk pada analisa korelasionis.

1.6.2 Tipe .Penelitian

Penelitian eksplanatif digunakan sebagai tipe penelitian ini.

Penelitian eksplanatif ialah penelitian yang mengikutsertakan hubungan dua variabel ataupun lebih dengan menggunakan teori serta konsep saat menjabarkan sebuah fenomena.23

1.6.3 Ruang .Lingkup .Penelitian a. Batasan .Waktu

Rentan .waktu .yang digunakan di .penelitian .ini .dimulai .dari tahun 2008-2017, dikarenakan pada tahun 2008 Tiongkok mulai membiayai proyek pelabuhan Hambantota di Sri Lanka hingga akuisisi pelabuhan ke Tiongkok pada tahun 2017.

b. Batasan .Materi

22 Mochtar Mas’oed. (1990). Op., Cit.

23 Uber Silalahi. (2009). Op., Cit.

(32)

32

Agar pembahasan dalam .penelitian .ini tidak menimpang jauh,.penulis .akan .membahas mengenai .tujuan dari bantuan yang diberikan pemerintah Tiongkok ke Sri Lanka. Tujuan .yang .dimaksud .adalah bantuan yang mendorong pemerintah Tiongkok untuk mendapatkan hak operasional pelabuhan demi terwujudnya inisiasi BRI.

1.6.4 Teknik .Pengumpulan .Data

Studi kepustakaan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan dengan pengumpulan sumber – sumber dari buku, jurnal, situs internet atau bahan- bahan tertulis serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian yang penulis teliti. Sumber – sumber disini yakni sumber yang berkaitan dengan bantuan luar negeri Tiongkok ke Sri Lanka, yang difokuskan ke pelaksanaan pemberian bantuan dengan diikuti kepentingan Tiongkok di baliknya.

1.7 Hipotesa

Tiongkok memberikan bantuan (sogokan) ke Sri Lanka karena memiliki tujuan yang penting bagi pemerintahan Tiongkok. Tujuan didalamnya mencakup penanaman modal secara ekonomi dan penanaman model kekuasaan secara politik.

Dalam teori bantuan luar negeri yang penulis gunakan sebagai alat analisa strategi Tiongkok terhadap Sri Lanka akan menjelaskan jenis bantuan yang diberikan oleh Tiongkok seperti dorongan atau bentuk suap ke pemerintahan Sri Lanka agar selalu

(33)

33

mendukung kebijakan Tiongkok di kawasan Asia Selatan dan sebagai motif pemerintahan Tiongkok dalam mengakuisisi pelabuhan Hambantota.

Strategi bantuan luar negeri yang diberikan Tiongkok ke Sri Lanka menarik untuk diteliti, karena adanya faktor sogokan dalam pelaksanaannya. Tiongkok tentunya sudah memikirkan langkah-langkah yang berkaitan dengan strategi terwujudnya inisiasi BRI. Dengan mengakuisisi pelabuhan tersebut, Tiongkok akan leluasa dalam memainkan perannya di kawasan Asia Selatan.

1.8 Sistematika Penulisan

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

BAB ISI

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Teori dan Konsep

1.5.1 Bantuan Luar Negeri

1.5.2 Konsep Debt-Trap Diplomacy 1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa 1.6.2 Tipe Penelitian

1.6.3 Ruang Lingkup Peneltian 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

(34)

34 1.7 Hipotesa

1.8 Sistematika Penulisan

Bab II LATAR BELAKANG BANTUAN LUAR NEGERI

TIONGKOK UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN DI SRI LANKA

2.1 Hubungan Tiongkok dengan Sri Lanka

2.1.1 Kondisi Sri Lanka saat Penerimaan Bantuan Tiongkok 2.1.2 Krisis Ekonomi di Sri Lanka

2.2 Latar Belakang Pemberian Bantuan Tiongkok ke Sri lanka dalam Skema BRI

2.3 Proses Pemberian Bantuan Tiongkok ke Sri Lanka dalam Skema BRI

2.3.1 Masuknya Investasi Tiongkok dalam Proyek Infrastruktur Sri Lanka

2.3.2 Bantuan Proyek Pelabuhan Hambantota

2.3.3 Kondisi dan Perkembangan Proyek Pembangunan Pelabuhan Hambantota

Bab III ANALISA STRATEGI BRIBERY TIONGKOK DALAM PEMBERIAN BANTUAN KE SRI LANKA

3.1 Sogokan Tiongkok ke Pemerintahan Sri Lanka

3.1.1 Bantuan-bantuan Tiongkok untuk Memperkuat Sogokannya ke Sri Lanka

3.2 Analisa Strategi Hutang Tiongkok ke Sri Lanka

3.3 Kepentingan dan Hasil yang Didapatkan Tiongkok atas Upaya Pembangunan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka

(35)

35

3.3.1 Kegagalan Pemerintahan Sri Lanka dalam Membayar Hutang dan Menyerahkan Pelabuhan Hambantota ke Pemerintahan Tiongkok

3.3.2 Perkembangan dan Hasil yang Didapatkan Tiongkok Pasca Akusisi Pelabuhan Hambantota

3.3.3 Implementasi Strategis Tiongkok pada Pelabuhan Hambantota dalam Mendukung Inisiasi BRI

Bab IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Tedahulu  NO.  NAMA  DAN
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Konsep yang dipilih dalam perancangan logo ini adalah emas dan biru langit perpaduan antara tujuan dari visi misi dan sekolah tinggi ilmu kesehatan budi luhur yang menciptakan

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdiri dari sikap terhadap whistle-blowing, komitmen profesi, personal cost, dan tingkat keseriusan

Rumput lokal kumpai perlu dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak karena memiliki nilai biologis yang tinggi dengan kandungan protein kasar 14,11% di habitat aslinya (rawa)

Seiring bertambahnya mahasiswa setiap tahun maka Manajemen AKAMIGAS Balongan menambah karyawan agar pelayanan kepada mahasiswa dapat dilaksanakan dengan baik, bertambahnya

PENGEMBANGAN USAHA; dengan maksud : agar seluruh usaha perikanan budidaya dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara profesional dan berkembang dalam suatu kemitraan

Menimbang : Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka tujuan pemidanaan yang bersifat Restoratif Justice (keadilan sosiologis) yang menekankan

Mikrokontroller merupakan sebuah sistem komputer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (personal computer) yang memiliki

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah data rekapitulasi pasien keluar rawat inap bangsal kelas III di RSUD Kota Semarang pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012