• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI METODE SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SURAT KABAR HARIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "APLIKASI METODE SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SURAT KABAR HARIAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – SM141501

APLIKASI METODE SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SURAT KABAR HARIAN

FENDY FITROH APRIANTO 1208100038

Dosen Pembimbing :

Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes

JURUSAN MATEMATIKA

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2017

(2)

FINAL PROJECT– SM141501

APPLICATION SIX SIGMA METHOD FOR QUALITY CONTROL OF THE PRODUCTION A DAILY NEWSPAPER

FENDY FITROH APRIANTO 1208100038

Supervisor :

Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes

Department of Mathematic

Faculty of Mathematics and Sciences Sepuluh Nopember Institute of Technologi Surabaya 2017

(3)

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(4)

v

(5)
(6)

vii

APLIKASI METODE SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SURAT

KABAR HARIAN

Nama : Fendy Fitroh Aprianto NRP : 1208100038

Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes

Abstrak

Six Sigma adalah suatu metode peningkatan kualitas menuju target kegagalan 3,4 produk per sejuta kesempatan untuk setiap produk barang. Six sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas yang merupakan terobosan baru dalam hal efisiensi suatu produksi barang. Dengan menggunakan metode six sigma dapat diketahui bahwa kualitas produk yang dihasilkan oleh PT. Temprina Media Grafika cukup baik. Implementasi peningkatan kualitas six sigma pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga penyebab produk cacat tertinggi yaitu warna kabur, tidak register, dan terpotong.

Kata kunci: six sigma, pengendalian kualitas.

(7)

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(8)

ix

APPLICATION SIX SIGMA METHOD FOR QUALITY CONTROL OF THE PRODUCTION a DAILY

NEWSPAPER Name : Fendy Fitroh Aprianto NRP : 1208100038

Department : Matematika FMIPA-ITS

Supervisor : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes

Abstract

Six Sigma is a quality improvement methods to the target product failures 3.4 per million opportunities for each product item. Six sigma is a method or technique for controlling and improving the quality of which is a new breakthrough in terms of the efficiency of the production of goods. By using six sigma can be seen that the quality of the products produced by PT. Graphic Media Temprina very good. Implementation of six sigma quality improvement in this study it can be concluded that there are three highest causes of defective products color blurring, no registers, and clipped.

Key words : six sigma, quality control.

(9)

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(10)

xi

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“APLIKASI METODE SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI SURAT KABAR HARIAN”

Dalam menyusun Tugas Akhir ini, penulis mendapat beberapa hambatan dan kesulitan yang dialami. Namun, berkat kerja keras dan dukungan dari semua pihak, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini semaksimal mungkin. Selesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT sebagai Ketua Jurusan Matematika FMIPA-ITS.

2. Ibu Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si sebagai Kaprodi S1 Jurusan Matematika.

4. Bapak Drs. Iis Herisman sebagai sekprodi jurusan matematika yang bersedia membantu penjadwalan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Suhud Wahyudi, M.Si, Ibu Dra. Sri Suprapti H., M.Si, Ibu Valeriana Lukitosari, S.Si, MT., serta Bapak Drs. Sadjidon, M.Si sebagai dosen penguji Tugas Akhir yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Pak Hendra PPIC Temprina yang telah membantu saya dan memperlancar dalam pencarian data.

7. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik yang selalu mendukung dan memberi semangat.

(11)

xii

8. Muhammad Syifaul Mufid, S.si, M.Si dan Kistosil Fahim, S.Si, M.Si yang sudah memberi masukan untuk tugas akhir ini.

9. Ida Karunia terima kasih atas dukungan dan penantiannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan ilmu kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih mempunyai banyak kekurangan, untuk itu pula dalam kesempatan ini penulis meminta maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada. Kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun juga sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.

Surabaya, Januari 2017

Penulis

(12)

xiii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 5

2.2 Pengertian Kualitas ... 5

2.3 Pengendalian Kualitas ... 6

2.4 Pengendalian Kualitas Statistik ... 7

2.5 Alat Dalam Pengendalian Kualitas Statistik ... 8

2.6 Six Sigma ... 15

2.7 Sejarah Singkat Perusahaan ... 17

2.8 Sistem Kerja ... 17

2.9 Kegiatan Produksi ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Pengambilan Data ... 21

(13)

xiv

Hal

3.3 Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Six Sigma ... 23

4.2 Define ... 23

4.3 Measure ... 23

4.4 Analyze ... 27

4.5 Improve ... 32

4.6 Control ... 33

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 39

BIODATA PENULIS ... 51

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Diagram Pareto ... 9

Gambar 2.2 Diagram Fishbone ... 10

Gambar 2.3 Bagan Proses Produksi ... 20

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ... 22

Gambar 4.1 Diagram Kontrol P-chart... 25

Gambar 4.2 Diagram Pareto ... 28

Gambar 4.3 Diagram Sebab Akibat Untuk Warna Kabur ... 29

Gambar 4.4 Diagram Sebab Akibat Untuk Tidak Register ... 30

Gambar 4.5 Diagram Sebab Akibat Untuk Terpotong ... 31

(15)

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Data Kecacatan PT. Temprina Media Grafika ... 39 Lampiran 2 Nilai DPU dan DPMO ... 42 Lampiran 3 Proporsi Cacat ... 46

(17)

xviii

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemajuan perkembangan industri di Indonesia sangat pesat dan ketat, tidak jarang terjadi persaingan antar perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang sama. Secara umum tujuan utama dari suatu industri adalah memproduksi suatu barang atau produk dengan secara ekonomis dan tepat waktu untuk memenuhi keinginan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang signifikan. Dengan kondisi sekarang ini perusahaan dituntut untuk lebih kompetitif sehingga mampu bersaing untuk mendapatkan konsumen. Banyak sekali perusahaan yang kalah dalam persaingan tersebut sehingga mendapatkan kerugian yang tidak sedikit. Kekalahan itu disebabkan karena produk yang dihasilkan tidak laku dipasaran atau kalah bersaing dengan produk lain yang sejenis sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Banyak faktor yang menyebabkan suatu produk tidak laku dipasaran, salah satunya adalah karena manajemen produksi suatu perusahaan yang buruk. Kurangnya kepedulian perusahaan terhadap hasil produksi sebelum dipasarkan kepada konsumen merupakan salah satu bentuk contoh buruknya manajemen produksi suatu perusahaan. Setiap konsumen tentunya ingin mendapatkan kepuasaan terhadap produk yang dibelinya.

Setiap konsumen yang dihadapkan pada beberapa pilihan produk yang sama dan harga yang relatif hampir sama maka yang dipilih adalah produk yang memiliki kualitas terbaik.

Sangat penting diperlukan adanya suatu manajemen pengawasan terhadap kualitas produk yang dihasilkan agar menjadi pilihan utama oleh konsumen. Sistem pengawasan kualitas tersebut didalam dunia produksi dikenal dengan istilah pengendalian kualitas produk (Quality Control). Pengendalian kualitas produk dalam proses produksi merupakan hal yang sangat penting karena dapat menjamin mutu hasil produksi.

Pengendalian kualitas yang baik dan dilakukan secara kontinu

(19)

2

dapat mendeteksi ketidaknormalan suatu produk secara cepat dan dapat segera dilakukan tindakan untuk mengantisipasinya.

Pengendalian kualitas sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan mutu suatu produk. Pengendalian kualitas secara statistik tidak menekankan pada hasil produk yang harus terbaik tetapi produk yang memiliki kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah mengetahui dengan cepat sebab-sebab terduga terjadinya pergeseran proses yang tidak semestinya dan melakukan tindakan pembetulan sebelum terlalu banyak produk yang tidak sesuai diproduksi[1].

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas produk adalah Six Sigma. Six Sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi yang aktual. Six sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan memerhatikan kemampuan proses produksi. Pencapaian six sigma hanya terdapat 3,4 produk cacat per sejuta kesempatan[2]. Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistem industri semakin membaik.

DMAIC merupakan jantung analisis dari metode Six Sigma yang menjamin suara konsumen berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan konsumen.

DMAIC adalah singkatan dari Define, Measure, Analyze, Improve dan Control[2]. Define adalah fase untuk menentukan masalah, Measure adalah fase untuk mengukur tingkat masalah, Analyze adalah fase untuk menganalisis sebab-sebab masalah pada proses, Improve adalah fase untuk meningkatkan proses dan menghilangkan sebab-sebab terjadinya masalah dan Control adalah fase untuk mengawasi kinerja proses sehingga masalah yang sama tidak akan muncul kembali.

Industri percetakan surat kabar adalah salah satu industri yang berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan yang bersaing dalam industri ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(20)

3

Tentunya perusahaan percetakan surat kabar harus selalu memperhatikan dan menjaga kualitas produknya agar selalu dapat memenuhi keinginan konsumen.

PT. Temprina Media Grafika yang menjadi tempat penelitian penulis adalah salah satu perusahan yang bergerak dalam bidang media massa dan percetakan. Surat kabar harian Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar yang di produksi oleh PT. Temprina Media Grafika setiap harinya. Dari hasil data sekunder yang didapatkan oleh penulis dari kepala PPIC PT.

Temprina Media Grafika didapatkan adanya kecacatan selama proses produksi berlangsung. Hal ini yang menjadikan penulis mengangkat judul “Aplikasi Metode Six Sigma Untuk Pengendalian Kualitas Produksi Surat Kabar Harian’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut munculah permasalahan bagaimana menganalisa produk cacat hasil produksi surat kabar harian dengan menggunakan metode six sigma pada PT.

Temprina Media Grafika.

1.3 Batasan Masalah

Agar lebih fokus dan terarah sesuai dengan kondisi maka permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi:

1. Pengendalian kualitas hanya menekankan pada surat kabar harian yang mengalami cacat pada saat proses produksi.

2. Metode Six Sigma yang digunakan pada fase Define, Measure dan Analyze.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan tugas akhir ini adalah menganalisa faktor utama penyebab kecacatan pada produksi surat kabar harian PT. Temprina Media Grafika.

1.5 Manfaat

Hasil tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam perbaikan kualitas produksi PT. Temprina Media Grafika.

(21)

4

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang kualitas, pengendalian kualitas, pengendalian kualitas statistik, diagram kontrol p-chart, six sigma.

BAB III Metode Penelitian, menjelaskan tentang jenis penelitian, pengambilan data, dan teknik analisis data dalam pengendalian kualitas.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan, menjelaskan tentang analisis data dan pembahasan secara keseluruhan dengan menggunakan diagram kontrol p-chart.

BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari seluruh pengerjaan tugas akhir.

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan tema yang diambil.

Salah satunya adalah penelitian tentang analisis pengendalian kualitas di PT. Mascom Graphy menggunakan alat bantu statistik[3]. Metode yang digunakan adalah diagram control p dengan diagram sebab akibat (fishbone) sebagai bagian dari penggunaan alat statistik untuk melakukan pengendalian kualitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya penyimpangan mutu disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pada proses pembuatannya yaitu material, teknik pembuatan, dan faktor pekerja. Dengan melaksanakan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat menurunkan persentase terjadinya kesalahan dalam proses produksi.

2.2 Pengertian Kualitas

Dalam industri percetakan surat kabar tentunya akan melibatkan pihak produsen selaku pembuat dan pihak konsumen selaku penikmat atau pembaca surat kabar. Baik produsen maupun konsumen tentu akan berbeda persepsi mengenai kualitas suatu produk sesuai dengan standart kualitas yang ditetapkan dan dimiliki oleh masing-masing pihak. Oleh karena itu definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif yaitu dari pihak produsen dan dari pihak konsumen. Namun pada hakekatnya pengertian kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan [1].

Dalam sebuah perusahaan, kualitas produk yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa merupakan faktor yang sangat menentukan baik atau buruknya perusahaan tersebut. Usaha untuk menjaga reputasi (nama baik) ini dapat dilakukan melalui kualitas

(23)

6

dari barang atau jasa yang dihasilkan. Karena kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih suatu produk [4].

2.3 Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas yang telah sesuai.

Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan oleh konsumen. Pengendalian kualitas dapat digunakan juga untuk memperbaiki kualitas suatu produk apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan konsumen.

2.3.1 Pengertian Pengendalian Kualitas

Pengertian pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan tindakan yang terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen [5].

2.3.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan dari pengendalian kualitas adalah [5]:

1. Produk/barang yang dihasilkan memiliki standar kualitas yang telah ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin tetapi tetap dengan kualitas produk yang telah ditetapkan.

3. Efisiensi dalam melakukan proses produksi untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan.

(24)

7

2.3.3 Langkah-langkah Pengendalian Kualitas

Proses pengendalian kualitas dapat dilakukan melalui penerapan PDCA (plan-do-check-action) yang diperkenalkan oleh seorang pakar kualitas ternama berkebangsaan Amerika Serikat.

Tahap-tahap PDCA adalah sebagai berikut [6]:

1. Mengembangkan rencana (Plan)

Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang baik, memberi pengertian kepada bawahan pentingnya kualitas suatu produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

2. Melaksanakan rencana (Do)

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata dengan kemampuan setiap personil. Selama dalam melaksananakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.

3. Memeriksa hasil yang dicapai (Check)

Memeriksa penetapan apakah pelaksanaannya sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang telah direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan menganalisa penyebab kegagalannya.

4. Melakukan tindakan penyesuaian (Action)

Penyesuaian dilakukan bila diperlukan, yang didasarkan dari hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi produk baru untuk menghindari timbulnya kembali masalah yang sama.

2.4 Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian kualitas statistik adalah suatu system yang digunakan untuk menjaga standar kualitas hasil suatu produksi pada tingkat biaya yang minimum untuk mencapai suatu efisiensi dalam proses produksi.

(25)

8

Pada dasarnya pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk serta proses mengunakan metode – metode statistik.

Beberapa manfaat melakukan pengendalian kualitas statistik adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan, di mana penyelidikan yang diperlukan mengharuskan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa kesulitan tertentu baik dalam spesifikasi maupun dalam proses.

2. Dengan dijalankannya pengontrolan maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan dalam suatu proses. Akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses dengan spesifikasi, sehingga banyaknya barang-barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat dikurangi. Dalam perusahaan sekarang ini, biaya bahan sering kali lebih besar dari biaya pekerja sehingga dengan perbaikan yang dilakukan dapat memberikan penghematan yang menguntungkan perusahaan.

3. Karena pengendalian kualitas statistik dilakukan dengan cara pengambilan sampel maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu diperiksa. Hal ini dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.

2.5 Alat Dalam Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian kualitas statistik memiliki beberapa alat statistik yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas, diantaranya lembar pemeriksaan (check sheet), diagram pareto, diagram sebab akibat (fishbone), dan diagram kontrol.

2.5.1 Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang didesain untuk mencatat suatu data yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Manfaat dipergunakannya check sheet yaitu:

1. Sebagai alat untuk mempermudah pengumpulan data untuk mengetahui bagaimana suatu masalah bisa terjadi.

(26)

9

2. Sebagai alat untuk mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering terjadi.

3. Sebagai alat untuk menyusun data secara otomatis.

4. Sebagai alat untuk memisahkan antara opini dan fakta yang ditemukan.

2.5.2 Diagram Pareto

Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang ada, untuk mencari cacat terbesar dan yang paling berpengaruh. Pencarian cacat terbesar dan cacat yang paling berpengaruh dapat berguna untuk mencari beberapa cacat yang teridentifikasi. Bentuk diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Setelah diagram pareto dibuat maka langkah selanjutnya adalah mencari penyebab munculnya kecacatan serta mencari cara untuk mengurangi kecacatan suatu produk.

Gambar 2.1 Diagram Pareto 2.5.3 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat juga dikenal sebagai diagram tulang ikan (fishbone) yaitu sebuah alat untuk mengetahui penyebab- penyebab yang mungkin memberikan pengaruh terhadap terjadinya kecacatan pada suatu proses produksi produk. Diagram ini memiliki bentuk yang menyerupai tulang ikan dimana setiap tulang mewakili sumber kesalahan yang terjadi seperti pada Gambar 2.2.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut:

(27)

10

1. Mengidentifikasi masalah utama yang didapatkan dari data yang ada

2. Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram.

3. Mengidentifikasi penyebab mayor dan meletakannya pada diagram.

4. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada penyebab mayor.

5. Melakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya.

Gambar 2.2 Diagram sebab akibat (fishbone) 2.5.4 Diagram Kontrol

Diagram kontrol adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Diagram kontrol menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak

(28)

11

menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada diagram kontrol.

Diagram kontrol dapat digunakan dengan cara menetapkan batas-batas kendali. Batas kendali tersebut terbagi menjadi:

1. Batas Kendali Atas (BKA)

Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih dapat ditoleransi.

2. Garis Tengah (GT)

Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.

3. Batas Kendali Bawah (BKB)

Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.

Selama titik-titik terletak di dalam batas pengendali, proses dianggap dalam keadaan terkendali, dan tidak perlu tindakan apa pun. Tetapi, satu titik yang terletak di luar batas pengendali diinterpretasikan sebagai fakta bahwa proses tak terkendali, dan diperlukan tindakan penyelidikan untuk mendapatkan sebab- sebab yang menyebabkan tingkah laku itu. Diagram kontrol dapat dikatakan lebih sensitif dalam mendeteksi adanya pergeseran data apabila memiliki jumlah data out of control yang lebih banyak [7].

Untuk mengendalikan kualitas produk selama proses produksi, maka digunakan diagram kontrol yang secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis:

1. Diagram Kontrol Atribut

Model ini digunakan apabila produk yang akan dievaluasi kualitasnya dapat dibedakan atas baik dan jelek, cacat dan tidak cacat. Diagram kontrol atribut dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

a. Diagram Kontrol p

Jika unit yang cacat dapat dinyatakan sebagai proporsi dari banyaknya barang yang tidak sesuai yang ditemukan dalam pemeriksaan terhadap total barang, maka pengendalian

(29)

12

kualitasnya dapat dilakukan dengan menggunakan diagram kontrol p [6].

Diagram kontrol p memiliki rumus , , dan sebagai berikut:

(2.1)

(2.2)

(2.3)

dengan :

adalah proporsi ketidak sesuaian produksi, D : jumlah total produk yang tak sesuai,

: jumlah produksi.

b. Diagram Kontrol np

Model ini digunakan untuk menganalisis banyak unit yang tak sesuai, bukan pada bagian tak sesuai [6]. Diagram kontrol np memiliki rumus , , dan sebagai berikut:

dengan :

: banyak produk yang tak sesuai, : proporsi ketidak sesuaian produksi, : jumlah produksi.

c. Diagram Kontrol c

Model diagram kontrol c digunakan untuk menganalisis total banyaknya ketidaksesuaian. Andaikan bahwa cacat atau tak sesuai terjadi dalam unit pemeriksaan ini menurut distribusi Poisson [6], yaitu

dengan :

(30)

13 : banyak ketidak sesuaian,

: parameter distribusi Poisson.

Dengan demikian, rumus , , dan untuk diagram kontrol c adalah sebagai berikut:

̅ √ ̅

̅

̅ √ ̅

dengan :

̅ adalah proporsi cacat/ketidak sesuain per subgrup,

∑ : jumlah cacat/ketidak sesuain per subgrup, : banyaknya pengamatan/jumlah subgrup.

d. Diagram Kontrol u

Model ini digunakan untuk menganalisis ketidaksesuaian per unit. Diagram kontrol u biasanya digunakan pada situasi rata-rata banyak ketidaksesuaian ukuran unit sampel sangat bervariasi dari sampel ke sampel. Jika diperoleh c jumlah ketidaksesuaian rata- rata per unit pemeriksaan, maka banyak ketidaksesuaian rata-rata per unit pemeriksaan adalah

Dalam hal ini, u adalah variabel random Poisson [6]. Dengan demikian, rumus , , dan untuk diagram kontrol u sebagai berikut:

̅ √ ̅

̅

̅ √ ̅ dengan:

̅ : banyak ketidaksesuaian rata-rata per unit yang diamati, : banyaknya pengamatan/jumlah subgroup.

2. Diagram Kontrol Variabel

Diagram kontrol variabel digunakan untuk mengendalikan

(31)

14

kualitas produk selama proses produksi yang bersifat variabel dan dapat diukur. Seperti berat, ketebalan, panjang volume, diameter. Diagram kontrol ini biasanya digunakan untuk pengendalian proses yang didominasi oleh mesin.

Diagram kontrol variabel dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Diagram kontrol rentang ( ̅ chart)

Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai pengukuran yang terbesar dengan nilai pengukuran terkecil di dalam sub grup yang diperiksa. Rumus untuk mencari rata-rata rentang [5] yaitu:

̅ dengan:

̅ : rata-rata rentang,

: selisih antara ukuran maksimum sampel dengan minimum sampel,

: banyaknya sampel.

Dengan demikian, rumus , , dan untuk diagram kontrol ̅ sebagai berikut:

̅

̅

̅

b. Diagram kontrol rata-rata ( ̅ chart)

Digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran antar sub grup yang diperiksa. Rumus-rumus berikut digunakan untuk mencari total rata-rata.

̅

̿ ̅

dengan:

: ukuran sampel, ̅ : rata-rata sampel, : jumlah sampel, ̿ : rata-rata dari ̅.

(32)

15

Dengan demikian, rumus , , dan untuk diagram kontrol ̅ [5] sebagai berikut:

̿ ̅

̿

̿ ̅

2.6 Six Sigma

Six Sigma merupakan salah satu metode pengendalian kualitas yang banyak diterapkan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan proses produksi. Six Sigma menekankan kepada kesempurnaan dalam memenuhi keinginan konsumen [2].

2.6.1 Pengertian Six Sigma

Six Sigma berasal dari kata six yang berarti enam dan sigma yang merupakan satuan dari standart deviasi yang juga dilambangkan dengan simbol σ. Six Sigma juga sering di simbolkan menjadi 6σ. Makin tinggi sigma-nya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi sigma-nya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya.

Six Sigma dilingkungan manajemen pengendalian kualitas merupakan suatu metode peningkatan kualitas menuju target 3,4 produk gagal per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa. Jadi six sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas secara drastis yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas [2].

Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu [2]:

1. Identifikasi pelanggan.

2. Identifikasi produk.

3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan.

4. Definisi proses.

5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan semua pemborosan yang ada.

(33)

16

6. Peningkatan proses secara terus menerus menuju target six sigma.

2.6.2 Tahap-Tahap Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma

Tahap-tahap implementasi peningkatan kualitas dengan six sigma terdiri dari lima langkah yaitu menggunakan metode DMAIC atau Define, Measure, Analyse, Improve, dan Control [8].

1. Define

Define adalah fase menentukan masalah. Dalam fase ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan prioritas masalah.

2. Measure

Fase Measure adalah fase untuk mengukur tingkat kecacatan suatu produksi dan tingkat kinerja. Dalam fase ini pengukuran dilakukan dengan menghitung nilai DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan DPU (Defect Per Unit).

DPMO =

(2.4) DPU =

(2.5)

3. Analyse

Fase Analyze adalah fase untuk menentukan penyebab dari masalah yang terjadi dalam proses produksi. Fase ini akan dibagi dalam dua tahapan yaitu menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat. Pada diagram pareto akan dilakukan penghitungan persentase jenis produk yang ditolak. Sedangkan pada diagram sebab akibat akan dilakukan analisa penyebab utama dari permasalahan yang ada.

% Kerusakan =

x 100% (2.6)

(34)

17

4. Improve

Fase Improve adalah fase untuk meningkatkan proses dan menghilangkan sebab-sebab kecacatan berdasarkan dari hasil fase Analyze.

5. Control

Fase Control adalah fase mengontrol kinerja proses dan menjamin permasalahan utama penyebab kecacatan tidak muncul kembali.

2.7 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Temprina Media Grafika adalah percetakan dalam bidang Web Rotary Offset Printing, Sheetfed Printing dan Finishing yang menghasilkan produk koran, tabloid, majalah, buku dan produk media cetak lainnya. PT Temprina Media Grafika didukung oleh SDM berkualitas yang tersebar di wilayah Surabaya, Bekasi, Cengkareng, Surakarta, Semarang, Nganjuk, Jember, dan Denpasar mulai dari tingkat Direksi, Operasional Manager, Manager, Kepala Seksi, Kepala Divisi, Kepala Regu, Wakil Kepala Regu, dan staff pelaksana serta operator.

Lahirnya PT. Temprina Media Grafika tidak bisa dilepaskan dari PT. Jawa Pos. Perkembangan PT. Jawa Pos yang semakin pesat perlu didukung oleh layanan percetakan yang harus mampu mendukung aspek mutu atau kualitas, ketepatan waktu, dan jumlah sesuai yang diminta. Untuk itu bagian percetakan yang awal mulanya merupakan bagian dari departemen produksi PT.

Jawa Pos kemudian dipisahkan menjadi perusahaan berbadan hukum sendiri dengan Akta Pendirian Perusahaan tertanggal 29 Nopember 1996.

2.8 Sistem Kerja

Bagian produksi Koran Jawa Pos bekerja setiap hari mulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB.

(35)

18

2.9 Kegiatan Produksi

PT. Temprina Media Grafika merupakan suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan di bidang usaha industri terutama percetakan media massa dan umum. Selain itu juga perusahaan menerima order cetak yang bersifat umum berdasarkan pesanan oleh konsumen, sehingga spesifikasi yang dibuat juga disesuaikan dengan keinginan konsumen baik dari segi bahan baku, desain, maupun modelnya. Dalam kegiatan produksi secara garis besarnya meliputi pengolahan bahan baku menjadi produk cetak media massa dan cetak umum yang siap pakai.

2.9.1 Hasil Produksi

Jenis produk yang dihasilkan dari proses produksi yang dilakukan oleh PT. Temprina Media Grafika adalah media massa dan umum.

2.9.2 Bahan Baku Produksi

Bahan-bahan utama yang digunakan dalam proses produksi diantaranya adalah :

1. Kertas gulungan (roll).

2. Tinta dengan 4 warna utama yaitu cyan, magenta, yellow, dan black.

3. Fountain atau cairan pemfilter tinta.

4. Plate aluminium.

2.9.3 Proses Produksi

PT. Temprina Media Grafika memiliki dua tipe produksi yaitu job shop dan job order. Hal ini dilakukan agar seluruh permintaan pelanggan dapat terpenuhi. Tipe job shop dilakukan pada divisi cetak koran, sedangkan untuk tipe job order dilakukan pada divisi cetak umum. Adapun proses produksi cetak Koran secara ringkas dapat dilihat pada bagan proses produksi Gambar 2.3.

1. Masa produksi pra cetak

a. Proses diawali dari penerimaan materi/ konten koran dari bagian redaksi untuk kemudian dibentuk menjadi film di bagian cetak koran.

(36)

19

b. Materi yang sudah berbentuk film kemudian disatukan menjadi lembaran film untuk selanjutnya di atur layoutnya sesuai dengan jumlah lembaran koran yang akan diproduksi.

c. Setelah layout film terbentuk, kemudian film tersebut akan dicetak kedalam plate dengan cara film tersebut dipressing diatas plate agar menempel dan menyatu dengan plate tersebut. Proses pressing ini juga memiliki peranan yang sangat penting karena pada proses ini bila ada film yang tidak menempel betul pada plate, maka gambar/ tulisan yang dihasilkan pada plate nantinya tidak begitu bagus dalam artian kurang jelas bahkan bisa tidak kelihatan. Maka proses ini harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipastikan gambar/ tulisan tadi menempel pada plate, maka proses selanjutnya adalah melakukan penyinaran. Selesai penyinaran plate masih harus diperiksa apakah teks dan gambarnya sudah lengkap dan apakah sesuai dengan film.

d. Plate yang telah disinari dimasukkan ke dalam mesin prosesor untuk dilakukan proses cleaning dan developing, plate tersebut kemudian dikeringkan.

e. Plate yang sudah dikeringkan selanjutnya didistribusikan kepada bagian produksi cetak koran dan dipasang pada mesin cetak.

2. Masa produksi cetak

a. Pada mulanya bagian ini menyiapkan bahan baku seperti kertas, tinta, fountain dan plate untuk dipasang pada mesin.

b. Setelah bahan baku cetak siap kemudian melakukan setting mesin awal. Setting yang dilakukan berupa brake, register warna, folder dan speed.

c. Setelah mesin dan seluruh tools dalam kondisi siap jalan, maka produksi cetak dimulai.

d. Update setting mesin dilakukan jika terdapat suatu ketidaksesuaian yang diakibatkan oleh mesin, maka

(37)

20

operator mesin kembali melakukan setting mesin sembari memperhatikan perubahan yang terjadi.

Gambar 2.3 Bagan Proses Produksi

(38)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi literatur. Literatur dapat berupa buku, makalah, jurnal, hasil penelitian sebelumnya, atau berbagai tulisan yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

3.2 Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan untuk pengerjaan tugas akhir ini adalah data primer dari PT. Temprina Media Grafika. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka mengenai jumlah produksi dan jumlah kecacatan. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi tertulis mengenai jenis kecacatan dan penyebab terjadinya kecacatan.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis dalam tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan teknik pendekatan statistik, agar kesimpulan dapat diperoleh secara tepat. Teknik statistik yang digunakan adalah analisis pengendalian kualitas dengan menggunakan metode DMAIC six sigma yang secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3.1. Metode six sigma digunakan karena pada saat ini metode ini belum digunakan oleh PT. Temprina Media Grafika. Tugas akhir ini menggunakan bantuan software yaitu Minitab.

Langkah-langkah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1.

Melakukan pengumpulan data.

2.

Melakukan implementasi six sigma pada fase Define melakukan identifikasi permasalahan terhadap data.

3.

Pada fase Measure membuat diagram control p-chart dan melakukan penghitungan DPMO maupun DPU

4.

Pada fase Analyze membuat diagram pareto dan fishbone untuk mengetahui banyaknya cacat dan penyebabnya.

(39)

22

5.

Pada fase Improve disusun suatu rekomendasi atau usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat kerusakan produk.

6.

Pada fase Control melakukan usulan tindakan perbaikan dalam hal ini sepenuhnya menjadi wewenang PT. Temprina Media Grafika.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

(40)

23 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Six Sigma

Penerapan pengendalian kualitas yang digunakan adalah dengan metode Six Sigma yang melalui lima tahapan analisis yaitu define, measure, analyze, improve, dan control.

4.2 Define

Dengan berdasarkan pada permasalahan yang ada, tiga penyebab produk cacat tertinggi dapat yaitu:

1. Warna kabur

Kurang tebalnya hasil cetakan pada kertas menjadikan gambar atau foto berwarna yang tercetak dikoran menjadi kabur atau ngeblur seperti samar-samar atau berbayang sehingga tidak terlihar jelas.

2. Tidak register

Posisi layout koran agak menggeser ditandai dengan simbol yang berbentuk lingkaran dan garis silang sebagai simbol acuan yang menjadi lipatan koran tidak berada tepat sejajar.

Kejadian tersebut dianggap oleh perusahaan sebagai produk rusak karena layout koran juga akan ikut menggeser dan menyebabkan gambar akan terlihat kabur.

3. Terpotong

Tahap pemotongan (cutting) oleh mesin dilakukan setelah proses pelipatan, yang disesuaikan dengan ukuran cut-off mesin. Apabila mesin memotong tidak tepat sesuai ukuran, maka akan menghasilkan koran yang terpotong tidak sesuai layout dimana terdapat tulisan maupun gambar yang terpotong tidak rapi.

4.3 Measure

Pada Lampiran 1 dapat dilihat jenis cacat yang sering terjadi adalah warna kabur dengan jumlah cacat sebanyak 26.676 eksemplar. Jumlah jenis cacat tidak register sebanyak 17.023

(41)

24

eksemplar. Selanjutnya adalah jenis cacat berupa rusak karena terpotong berjumlah 13.091 eksemplar. Dalam tahap measure, pengukuran dibagi menjadi dua tahap yaitu:

1. Analisis Diagram Kontrol (P-Chart).

Data diambil dari hasil pengawasan kualitas yang diukur dari jumlah produk akhir. Pengukuran dilakukan dengan Statistical Quality Control jenis P-Chart terhadap produk akhir.

Jumlah eksemplar yang dihasilkan sebesar 8931975 eksemplar dan ditemukan produk cacat sebesar 56790 eksemplar. Dari data- data tersebut dapat dibuat peta kendali p-charts adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:

a. Menghitung GT dengan menggunakan persamaan (2.2)

b. Menghitung nilai Batas Kendali Atas (BKA) dengan menggunakan persamaan (2.1)

0.01012173

c. Menghitung nilai Batas Kendali Bawah (BKB) dengan menggunakan persamaan (2.3)

0.002594382

Dari hasil perhitungan nilai GT, GTA, GTB maka selanjutnya dapat dibuat peta kendali p yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(42)

25

Gambar 4.1 Diagram Kontrol P-Chart

Berdasarkan diagram control p-chart pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik proporsi kecacatan yang diperoleh seluruhnya berada dalam batas kendali. Nilai-nilai titik proporsi kecacatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi menghasilkan produk cacat yang masih dalam batas toleransi. Akan tetapi dengan rata-rata 0,6358%

produk cacat yang dihasilkan dari setiap produksi artinya diperlukan adanya perbaikan untuk menurunkan tingkat kecacatan hingga menyentuh 0%.

2. Tahap Pengukuran DPMO dan DPU

Untuk mengukur tingkat Six Sigma dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung DPU (Defect Per Unit) dengan menggunakan persamaan (2.5).

Hari ke-1:

DPU = 0.006616034

(43)

26

Hari ke-2:

DPU = 0.005503495 Hari ke-3:

DPU = 0.004861483 Hari ke-4:

DPU =

0.008641576 Hari ke-5:

DPU = 0.007920941

Melalui proses penghitungan yang sama untuk hari ke-6 dan seterusnya maka akan didapatkan nilai DPU (Defect Per Unit) seperti pada Lampiran 2.

b. Menghitung DPMO (Defect Per Million Oportunities) dengan menggunakan persamaan (2.4).

Hari ke-1:

DPMO = 6616.033755 Hari ke-2:

DPMO = 5503.495463 Hari ke-3:

DPMO =

4861.483467 Hari ke-4:

DPMO = 8641.576482 Hari ke-5:

DPMO = 7920.94146

Melalui proses penghitungan yang sama untuk data ke 6 dan seterusnya maka akan didapatkan nilai DPMO (Defect Per Million Oportunities) seperti pada Lampiran 2.

Dari data pada Lampiran 2, dapat diketahui memiliki rata-rata nilai DPU sebesar 0.006332732 dan nilai DPMO sebesar 6332.731782. Hal ini menunjukkan bahwa akan ada sebanyak 6.333 produk yang rusak untuk setiap satu juta produksi Koran

(44)

27

Jawa Pos. Hal ini tentunya menjadi sebuah kerugian yang sangat besar apabila tidak ditangani sebab semakin banyak produk yang gagal dalam proses produksi tentunya akan mengakibatkan pembengkakan biaya produksi.

4.4 Analyze

Fase ini akan dibagi dalam dua tahapan yaitu:

1. Diagram Pareto

Data yang diolah untuk mengetahui persentase jenis produk yang ditolak. Dihitung menggunakan persamaan (2.6) sebagai berikut :

Persentase Jenis Produk yang ditolak : a. Warna kabur sebanyak 26676 eksemplar

Perhitungan :

% Kerusakan =

x 100%

= 46.97%

b. Tidak register sebanyak 17023 eksemplar Perhitungan :

% Kerusakan =

x 100%

= 29.97%

c. Warna kabur sebanyak 13091 eksemplar Perhitungan :

% Kerusakan =

x 100%

= 23.05%

Hasil perhitungan dapat digambarkan dalam diagram pareto yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Dari diagram pareto pada Gambar 4.2 dapat dilihat jenis kecacatan yang sering terjadi yaitu warna yang kabur dengan persentase 47%. Penyebab lainnya yaitu tidak register dan terpotong dengan persentase masing-masing 30% dan 23.1%.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memfokuskan pada 3 jenis kecacatan yang terjadi yaitu warna kabur, tidak register, dan terpotong.

(45)

28

Gambar 4.2 Diagram Pareto

Perbaikan dapat dilakukan dengan memfokuskan pada 3 jenis kecacatan yang terjadi yaitu warna kabur, tidak register dan terpotong.

2. Diagram Sebab Akibat (Fishbone)

Setelah diketahui jenis-jenis kecacatan yang terjadi, maka perlu diambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah timbulnya kecacatan yang serupa. Hal penting yang harus dilakukan dan ditelusuri adalah mencari penyebab timbulnya kecacatan tersebut. Sebagai alat bantu untuk mencari penyebab terjadinya kecacatan tersebut, digunakan diagram sebab akibat atau yang disebut fishbone chart. Adapun penggunaan diagram sebab akibat untuk menelusuri jenis masing-masing kecacatan yang terjadi adalah sebagai berikut:

a. Warna Kabur

Kurang tebalnya hasil cetakan pada kertas menjadikan gambar atau foto berwarna yang tercetak dikoran menjadi kabur atau ngeblur sehingga tidak terlihat jelas. Hal ini seperti yang

(46)

29

ditunjukkan pada Gambar 4.3 disebabkan dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Mesin

Merupakan sebab utama yang mengakibatkan kerusakan jenis ini. Hal ini disebabkan oleh pompa tinta rusak dan lapisan roll blanket yang lecet atau rusak.

2. Faktor Manusia

Salah dalam melakukan penyetelan mesin, hal ini mungkin disebabkan kurang terampilnya karyawan bagian operator mesin atau bisa juga diakibatkan oleh keteledoran yang dilakukan oleh karyawan.

3. Faktor Material

Kualitas tinta sangat berpengaruh besar dalam menghasilkan produk yang sempurna. Kualitas tinta yang baik tentu saja memiliki kepekatan tinta yang bagus.

4. Faktor Metode

Tidak adanya standar/ prosedur yang jelas mengenai takaran tinta yang sesuai akan menyulitkan pekerja ketika akan mengisi tinta kedalam mesin secara tepat.

Gambar 4.3 Diagram sebab akibat untuk cacat warna kabur

(47)

30

b. Tidak Register

Posisi layout koran agak menggeser atau tidak fokus, ditandai dengan simbol yang berbentuk lingkaran dan garis silang.

Kejadian tersebut dianggap oleh perusahaan sebagai produk rusak karena layout koran juga akan ikut menggeser. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 disebabkan dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Mesin

Salah satu penyebabnya adalah settingan mesin yang tidak benar. Selain itu letak plate yang bergeser juga akan mengakibatkan layout koran ikut bergeser sehingga akan dihasilkan cetakan koran yang tidak presisi.

2. Faktor Manusia

Pekerja yang kurang terampil dalam melakukan setting mesin dan register menjadi salah satu penyebab terjadinya cacat ini.

Selain itu kesalahan operator dalam memasang layout karena kurang teliti dan tidak fokus juga menjadi salah satu penyebab terjadinya cacat tidak register.

3. Faktor Material

Kualitas plate sangat berperan dalam kecacatan tidak register.

Plate dengan bahan yang baik tentu saja tidak akan mudah bergeser atau pecah sewaktu proses produksi.

Gambar 4.4 Diagram sebab akibat untuk cacat tidak register

(48)

31

c. Terpotong

Tahap pemotongan (cutting) oleh mesin dilakukan setelah proses folding atau pelipatan, yang disesuaikan dengan ukuran cut-off mesin. Apabila mesin memotong tidak tepat sesuai ukuran, maka akan menghasilkan koran yang terpotong tidak sesuai layout dimana terdapat tulisan maupun gambar yang terpotong tidak rapi. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 disebabkan dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Mesin

Tingkat ketajaman pisau pemotong pada mesin sangat mempengaruhi terjadinya cacat karena terpotong selain itu conveyor mesin yang tiba-tiba macet atau mati akan menyebabkan aliran distribusi koran dari tahap pelipatan ke pemotongan menjadi terhambat sehingga dapat menyebabkan koran yang terpotong tidak sesuai ukuran.

2. Faktor Manusia

Operator tidak teliti dalam mengecek kembali settingan mesin setelah sebelumnya digunakan.

3. Faktor Lingkungan

Suhu udara yang panas bisa mengganggu mood karyawan dalam bekerja sehingga banyak melakukan keteledoran.

Gambar 4.5 Diagram sebab akibat untuk cacat terpotong

(49)

32

4.5 Improve

Merupakan rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six sigma. Setelah mengetahui penyebab kecacatan atas suatu produk, maka disusun suatu rekomendasi atau usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat kerusakan produk sebagai berikut:

1. Faktor Manusia

Perbaikan untuk faktor manusia dapat dilakukan dengan cara, a. Membuat suatu bagian kerja baru yang bertugas melakukan

pengawasan dan pengecekan ulang terhadap kinerja karyawan sehingga dapat mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh human error.

b. Meningkatkan pelatihan agar karyawan lebih terampil dalam menjalankan tugas.

2. Faktor Metode

Perbaikan untuk faktor metode dapat dilakukan dengan cara, a. Membuat daftar pembentukan warna abu-abu atau yang

lebih sering disebut Grey Balance untuk menentukan standard ketebalan takaran tinta sehingga didapat hasil cetakan yang sesuai dengan warna yang dikehendaki.

3. Faktor Material

Perbaikan untuk faktor material dapat dilakukan dengan cara, a. Memeriksa kembali bahan baku yang diterima dari

pemasok dengan lebih teliti dan memeriksa apakah sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak.

b. Memisahkan bahan baku yang rusak dengan bahan baku yang berkualitas baik.

4. Faktor Mesin

Perbaikan untuk faktor manusia dapat dilakukan dengan cara, a. Melakukan pengecekan kesiapan mesin dengan teliti

sebelum digunakan dan juga ketika selesai digunakan.

(50)

33

b. Melakukan perawatan mesin secara rutin, tidak hanya dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan (preventive maintenance).

c. Menyediakan suku cadang mesin yang sering rusak agar tidak menghambat proses produksi.

5. Faktor Lingkungan

Menambah fasilitas di ruang produksi agar memberikan kenyamanan dalam bekerja.

4.6 Control

Merupakan tahap analisis terakhir dari proyek six sigma yang menekankan pada pendokumentasian dan penyebarluasan dari tindakan yang telah dilakukan meliputi:

1. Melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara berkala.

2. Melakukan pengawasan terhadap bahan baku dan karyawan bagian produksi agar mutu barang yang dihasilkan lebih baik.

3. Melakukan pencatatan dan penimbangan seluruh produk cacat setiap hari dari masing-masing jenis dan mesin, yang dilakukan oleh karyawan dalam proses produksi.

4. Melaporkan hasil penimbangan produk cacat berdasarkan type produk cacat kepada supervisor.

5. Total produk cacat dalam periode satu bulan dicantumkan dalam monthly manager. Scorecard atas pertanggungjawaban manajer produksi untuk dilaporkan kepada presiden direktur.

(51)

34

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(52)

35 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari jumlah produksi sebesar 8.931.975 eksemplar terjadi produk cacat sebesar 56.790 eksemplar. Hal ini menunjukkan bahwa akan ada sebanyak 6.333 produk yang cacat untuk setiap satu juta produksi Koran Jawa Pos.

Jenis-jenis kecacatan yang sering terjadi selama 90 hari yaitu disebabkan karena warna kabur sebanyak 26.676 eksemplar, tidak register sebanyak 17.023 eksemplar, dan karena terpotong berjumlah 13.091 eksemplar atau warna kabur (47 %), tidak register (30 %) dan terpotong (23 %).

5.2 Saran

Saran yang bisa diberikan sebaiknya PT. Temprina Media Grafika perlu menggunakan alat bantu statistik untuk dapat mengetahui kecacatan yang sering terjadi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satu alat yang dapat digunakan yaitu metode six sigma.

Untuk mengurangi terjadinya kecacatan, sebaiknya perusahaan perlu melakukan berbagai tindakan perbaikan, diantaranya adalah mengecek kinerja mesin, melakukan perawatan pada mesin secara berkala, melakukan pengawasan kepada operator mesin, pelatihan terhadap karyawan terkait proses produksi, dan mengecek kualitas bahan baku yang digunakan.

(53)

36

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(54)

37

DAFTAR PUSTAKA

[1] Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 “Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Jakarta : Bumi Aksara.

[2] Gasperz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

[3] Fakhri, Faiz (2010). “Analisis Pengendalian Kualitas Produksi di PT. Masscom Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk Menggunakan Alat Bantu Statistik”. Tugas Akhir Semarang Universitas Diponegoro.

[4] Ariani, DW., (2004). “Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas)”.

Yogyakarta: Andi.

[5] Pande, Neumann, Roland R.Cavanagh.2002. The Six sigma Way “Bagaimana GE, Motorola & Perusahaan Terkenal Lainnya Mengasah Kinerja Mereka”. Yogyakarta: Andi.

[6] Montgomery, DC., (1990). “Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

[7] Assauri, S., (2008). “Manajemen Produksi dan Operasi”.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

[8] Bain, LJ., dan Engelhardt, M., (1992). “Introduction to Probability and Mathematical Statistic”. California:

Duxbury Press.

[9] Pete & Holpp. 2002. What Is Six Sigma. Yogjakarta : Andi.

[10] Montgomery, DC., (2009). “Introduction to Statistical Quality Control 6th Edition”. New York: John Wiley &

Sons,Inc.

(55)

“halaman ini sengaja dikosongkan”

(56)

39 LAMPIRAN 1

Data Kecacatan PT. Temprina Media Grafika Hari

Ke-

Jumlah Produksi

Banyak Cacat

Warna Kabur

Tidak Register

Terpotong

1. 118.500 784 368 235 181

2. 107.568 592 278 178 136

3. 111.900 544 256 163 125

4. 99.056 856 402 257 197

5. 106.048 840 395 252 193

6. 96.244 552 260 166 126

7. 97.807 612 288 184 140

8. 98.723 534 251 160 123

9. 103.632 896 421 269 206

10. 100.200 740 348 222 170

11. 98.712 984 462 295 227

12. 97.200 512 241 153 118

13. 98.040 624 293 187 144

14. 102.373 344 162 103 79

15. 110.655 872 410 262 200

16. 107.100 504 237 151 116

17. 98.450 384 180 115 89

18. 98.530 736 346 221 169

19. 97.676 640 300 192 148

20. 98.381 728 342 218 168

21. 103.200 640 300 192 148

22. 98.079 600 282 180 138

23. 102.000 424 199 127 98

24. 96.000 552 259 166 127

25. 97.230 512 240 154 118

26. 97.654 744 350 223 171

27. 109.583 980 460 294 226

28. 116.100 880 414 264 202

29. 97.559 624 293 187 144

(57)

40

Lampiran 1 Lanjutan Hari

Ke-

Jumlah Produksi

Banyak Cacat

Warna Kabur

Tidak

Register Terpotong

30. 97.654 744 349 223 172

31. 98.396 808 379 242 187

32. 98.500 732 344 220 168

33. 97.421 832 391 250 191

34. 96.209 672 316 201 155

35. 96.686 680 319 204 157

36. 96.342 640 301 192 147

37. 97.216 542 255 162 125

38. 98.761 728 342 218 168

39. 96.050 720 338 216 166

40. 99.501 860 404 256 200

41. 98.853 568 267 170 131

42. 95.447 416 195 125 96

43. 95.910 476 224 143 109

44. 98.032 796 373 239 184

45. 96.250 528 248 158 122

46. 98.700 516 242 155 119

47. 94.750 508 239 152 117

48. 95.812 384 180 115 89

49. 97.672 548 257 164 127

50. 94.550 588 275 176 137

51. 97.584 624 293 187 144

52. 99.878 796 374 239 183

53. 98.874 744 350 223 171

54. 95.180 520 244 156 120

55. 95.133 760 357 228 175

56. 107.902 880 413 264 203

57. 108.476 896 421 269 206

58. 100.552 792 372 237 183

59. 97.659 772 363 231 178

60. 95.000 540 254 162 124

(58)

41

Lampiran 1 Lanjutan Hari

Ke-

Jumlah Produksi

Banyak Cacat

Warna Kabur

Tidak Regiter

Terpotong

61. 100.250 632 297 189 146

62. 97.750 528 248 158 122

63. 98.250 408 192 122 94

64. 96.250 480 226 144 110

65. 97.080 528 248 158 122

66. 97.246 616 289 185 142

67. 95.250 492 231 147 114

68. 96.300 342 161 102 79

69. 94.000 460 216 138 106

70. 98.950 408 192 122 94

71. 98.083 424 199 127 98

72. 119.647 1152 541 345 266

73. 96.072 532 250 160 122

74. 98.579 512 240 154 118

75. 97.150 768 361 230 177

76. 97.250 752 353 225 174

77. 97.250 552 259 165 128

78. 97.100 624 293 187 144

79. 98.750 636 299 191 146

80. 99.748 728 342 218 168

81. 97.000 448 210 134 104

82. 96.600 552 259 165 128

83. 94.000 324 152 97 75

84. 95.583 440 207 132 101

85. 95.750 312 147 93 72

86. 94.614 456 214 137 105

87. 98.437 768 361 230 177

88. 95.526 584 274 175 135

89. 96.498 720 338 216 166

90. 97.862 768 361 230 177

Jumlah 8.931.975 56.790 26.676 17.023 13.091

(59)

42

LAMPIRAN 2 Nilai DPU dan DPMO

Hari Ke- Jumlah Produksi

Banyak Cacat

DPU DPMO

1. 118.500

784

0.006616034 6616.033755 2. 107.568

592

0.005503495 5503.495463 3. 111.900

544

0.004861483 4861.483467

4. 99.056

856

0.008641576 8641.576482

5. 106.048

840

0.007920941 7920.94146

6. 96.244

552

0.005735422 5735.422468

7. 97.807

612

0.006257221 6257.220853

8. 98.723

534

0.005409074 5409.073873

9. 103.632

896

0.008645978 8645.978076 10. 100.200

740

0.00738523 7385.229541 11. 98.712

984

0.009968393 9968.392901

12. 97.200

512

0.00526749 5267.489712

13. 98.040

624

0.006364749 6364.749082 14. 102.373

344

0.003360261 3360.261006 15. 110.655

872

0.007880349 7880.348832 16. 107.100

504

0.004705882 4705.882353 17. 98.450

384

0.003900457 3900.457085

18. 98.530

736

0.007469806 7469.80615

19. 97.676

640

0.006552275 6552.274868 20. 98.381

728

0.007399803 7399.802807 21. 103.200

640

0.00620155 6201.550388 22. 98.079

600

0.006117518 6117.517511 23. 102.000

424

0.004156863 4156.862745

(60)

43

Lampiran 2 Lanjutan Hari Ke- Jumlah Produksi

Banyak Cacat

DPU DPMO

24. 96.000

552

0.00575 5750

25. 97.230

512

0.005265864 5265.864445 26. 97.654

744

0.007618736 7618.735536 27. 109.583

980

0.008942993 8942.992982 28. 116.100

880

0.007579673 7579.672696

29. 97.559

624

0.00639613 6396.129522

30. 97.654

744

0.007618736 7618.735536 31. 98.396

808

0.008211716 8211.715923 32. 98.500

732

0.007431472 7431.472081 33. 97.421

832

0.008540253 8540.253128 34. 96.209

672

0.006984794 6984.793522 35. 96.686

680

0.007033076 7033.076143 36. 96.342

640

0.006643001 6643.000976 37. 97.216

542

0.005575214 5575.213957 38. 98.761

728

0.007371331 7371.330788 39. 96.050

720

0.007496096 7496.095783 40. 99.501

860

0.008643129 8643.129215 41. 98.853

568

0.005745906 5745.905537

42. 95.447

416

0.00435844 4358.439762

43. 95.910

476

0.004962986 4962.986133 44. 98.032

796

0.008119798 8119.797617 45. 96.250

528

0.005485714 5485.714286 46. 98.700

516

0.005227964 5227.963526 47. 94.750

508

0.005361478 5361.477573 48. 95.812

384

0.004007849 4007.848704

(61)

44

Lampiran 2 Lanjutan Hari Ke- Jumlah

Produksi

Banyak Cacat

DPU DPMO

49. 97.672

548

0.005610615 5610.61512

50. 94.550

588

0.006218932 6218.931782

51. 97.584

624

0.006394491 6394.4909

52. 99.878

796

0.007969723 7969.723062 53. 98.874

744

0.007524728 7524.728442 54. 95.180

520

0.005463333 5463.332633 55. 95.133

760

0.007988816 7988.815658 56. 107.902

880

0.008155549 8155.548553 57. 108.476

896

0.008259892 8259.891589 58. 100.552

792

0.007876522 7876.521601 59. 97.659

772

0.007905057 7905.057394 60. 95.000

540

0.005684211 5684.210526 61. 100.250

632

0.006304239 6304.239401 62. 97.750

528

0.005401535 5401.534527 63. 98.250

408

0.004152672 4152.671756 64. 96.250

480

0.004987013 4987.012987

65. 97.080

528

0.005438813 5438.81335

66. 97.246

616

0.006334451 6334.450774 67. 95.250

492

0.005165354 5165.354331 68. 96.300

342

0.003551402 3551.401869 69. 94.000

460

0.004893617 4893.617021 70. 98.950

408

0.004123295 4123.294593 71. 98.083

424

0.004322869 4322.869407 72. 119.647

1152

0.009628323 9628.323318

(62)

45

Lampiran 2 Lanjutan Hari Ke- Jumlah Produksi

Banyak Cacat

DPU DPMO

73. 96.072

532

0.005537514 5537.513532 74. 98.579

512

0.005193804 5193.803954 75. 97.150

768

0.007905301 7905.301081 76. 97.250

752

0.007732648 7732.647815 77. 97.250

552

0.005676093 5676.092545 78. 97.100

624

0.006426365 6426.364573 79. 98.750

636

0.006440506 6440.506329 80. 99.748

728

0.007298392 7298.391948 81. 97.000

448

0.004618557 4618.556701 82. 96.600

552

0.005714286 5714.285714 83. 94.000

324

0.003446809 3446.808511 84. 95.583

440

0.004603329 4603.329044

85. 95.750

312

0.003258486 3258.48564

86. 94.614

456

0.004819583 4819.582726 87. 98.437

768

0.007801944 7801.944391 88. 95.526

584

0.006113519 6113.518833 89. 96.498

720

0.007461295 7461.294535 90. 97.862

768

0.007847786 7847.785657

(63)

46

LAMPIRAN 3 Proporsi kecacatan

Hari Ke- Jumlah Produksi

Banyak Cacat

Proporsi cacat

1. 118.500

784

0.006616034

2. 107.568

592

0.005503495

3. 111.900

544

0.004861483

4. 99.056

856

0.008641576

5. 106.048

840

0.007920941

6. 96.244

552

0.005735422

7. 97.807

612

0.006257221

8. 98.723

534

0.005409074

9. 103.632

896

0.008645978

10. 100.200

740

0.00738523

11. 98.712

984

0.009968393

12. 97.200

512

0.00526749

13. 98.040

624

0.006364749

14. 102.373

344

0.003360261

15. 110.655

872

0.007880349

16. 107.100

504

0.004705882

17. 98.450

384

0.003900457

18. 98.530

736

0.007469806

19. 97.676

640

0.006552275

20. 98.381

728

0.007399803

21. 103.200

640

0.00620155

22. 98.079

600

0.006117518

23. 102.000

424

0.004156863

Gambar

Diagram  pareto  digunakan  untuk  mengidentifikasikan  beberapa  permasalahan  yang  ada,  untuk  mencari  cacat  terbesar  dan  yang  paling  berpengaruh
Gambar 2.2 Diagram sebab akibat (fishbone)  2.5.4  Diagram Kontrol
Gambar 2.3 Bagan Proses Produksi
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Metode Six Sigma pada Pengendalian Mutu Proses Produksi AMDK; Novi Ayu Permatasari, 091710201041; 2013: 76 halaman; Jurusan Teknik Pertanian

Diagram kontrol multivariat merupakan salah satu teknik utama pada proses pengendalian kualitas statistik yang digunakan untuk mengurangi variasi dalam proses dengan

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisa upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh PT.X, mengetahui jenis cacat apa saja

Pengendalian kualitas merupakan sebuah sistem bagi manajemen untuk mempertahankan kualitas produk yang sudah baik, serta memperbaiki produk yang belum mencapai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil pengujian kualitas air baku pada proses produksi memiliki kapabilitas 89,65% yang akan menghasilkan kegagalan

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian mutu secara statistika atau

Pengendalian kualitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecacatan produk dalam proses produksi dan menjaga,memelihara, memperbaiki dan mempertahankan kualitas

Arnoldus Nusa Indah, hal penting yang harus diperhatikan adalah seberapa tinggi pengendalian kualitas yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk agar memenuhi kriteria-kriteria