• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG (Study Kasus Proyek Retrofit Kantor Gubernur Sumatera Barat

Tahap )

Yurizky Fikri, Nasfryzal Carlo, Indra Khaidir

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta

E-mail: Civil_Emotion@yahoo.com, carlo@bunghatta.ac.id, Khaidirindra@yahoo.co.id

Proyek konstruksi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu. Keberhasilan dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan adalah salah satu tujuan terpenting. Proyek konstruksi melibatkan kontraktor, pemilik proyek, konsultan perencana dan konsultan pengawas yang saling terkait dalam sebuah perjanjian kerja. Pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh pihak-pihak yang terlibat.Salah satu konstruksi yang dilaksanakan di Sumatera Barat Pasca Gempa tahun 2009, adalah Proyek Retrofit Gedung Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat, mengalami keterlambatan. Penelitian dilakukan dengan menganalisa terhadap kontrak dan laporan bulanan. Hasil analisa di klarifikasi kepada kontraktor, konsultan pengawas dan owner (PPTK). Hasil di temukan faktor utama keterlambatan pekerjaan ini disebabkan (1).Owner: yaitu keterlambatan penandatanganan kontrak, perubahan tanggal mulai proyek tidak sesuai, keterlambatan proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh owner, keterlambatan pembayaran oleh owner, perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan, pekerjaan tambahan yang di minta owner. (2).Kontraktor yaitu: ketidak tersediaan material dipasaran, tidak tersediaan material dilokasi, kurangnya pengawasan terhadap Sub-Kontraktor dan Suplier. Disarankan agar owner memastikan tidak ada kekurangan gambar dan perencanaan di yang di buat oleh konsultan perencana, melakukan pengorderan material ketikan stok barang sudah mulai menipis.

Kata kunci: Keterlambatan, Proyek Konstruksi, Retrofit, Gedung

(2)

IDENTIFICATION OF THE OCCURRENCE CAUSES DELAYS IN CONSTRUCTION PROJECT BUILDING

(Case Study Retrofit Project Phase Office of the Governor of West Sumatra)

Yurizky Fikri, Nasfryzal Carlo, Indra Khaidir

Civil Engineering Department, Civil Engineering and Planning Faculty, Bung Hatta University

E-mail: Civil_Emotion@yahoo.com, carlo@bunghatta.ac.id, Khaidirindra@yahoo.co.id

Abstract

The construction project is one of the activities that take place within a limited period, with a particular resource. Success in carrying out the project on time, cost and quality that has been planned is one of the most important goals. The project involves the construction contractors, project owners, consultants, planners and consultants supervisors are interlinked in a work agreement. Implementation of the construction project frequent delays caused by the parties terlibat.Salah the construction carried out in West Sumatra Post Earthquake in 2009, is the Building Retrofit Project Office of the Governor of West Sumatra province, has been delayed. The study was conducted by analyzing the contract and monthly reports.

The results of the analysis in a clarification to contractors, consultants supervisor and owner (PPTK). Results found major factor in the delay is due to the work (1) .Owner: the delay in signing the contract, change the start date is not appropriate, the delay in processing the request and approval of working drawings by the owner, the late payment by the owner, change of design / detail work at the time of execution , the additional work requested owner. (2). Contractors are:

unavailability of material in the market, not availability of material in the location, the lack of supervision of Sub-Contractors and Suppliers. It is recommended that the owner ensure no shortage of images and planning made by consultant planners, perform material ordering typing stocks thinning.

Keyword: Delay, Construction Project, Retrofit, Building

(3)

IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG (Study Kasus Proyek Retrofit Kantor Gubernur Sumatera Barat

Tahap )

Yurizky Fikri1, Nasfryzal Carlo2, Indra Khaidir3

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta

E-mail: Civil_Emotion@yahoo.com, carlo@bunghatta.ac.id, Khaidirindra@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

Akibat gempa 10 September 2009 yang berpusat di Pariaman, terjadi banyak kerusakan yang terjadi pada bangunan dan fasilitas umum di Sumatera Barat. Salah satunya adalah kantor Gubernur Sumatera Barat, mengalami kerusakan parah sehingga tidak dapat digunakan lagi, perbaikan perlu dilakukan dengan tujuan mempertahankan Haritage yang terdapat dari gedung tersebut.

Gubernur Sumatera Barat ketika itu menolak usulan dari PU Prajaltarkim Sumbar untuk merobohkan dan membangun bangunan yang baru dan lebih memilih untuk di renovasi dan melakukan perkuatan dan perbaikan struktur (retrofit) di beberapa titik yang di perkirakan lemah akibat

gempa tersebut.

Pekerjaan Retrofit Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat, memiliki nilai Kontrak Rp 22.104.465.000,- (dua puluh dua milyar seratus empat juta empat ratus enam puluh lima ribu rupiah) dengan waktu pelaksanaan 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender yaitu dimulai tanggal 5 juni 2015- 31 desember 2015.

Berdasarkan final report yang di peroleh pada akhir kontrak (31 Desember) pencapaian bobot baru 87,648%, ini berarti sudah terjadi keterlambatan sebanyak 12,352%

dari bobot perencanaan yang seharusnya 100%.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa saja yang

(4)

menyebabkan proyek ini terlambat.

2. Untuk memberikan solusi atas permasalahan pada proyek tersebut untuk pelaksanaan konstruksi kedepannya.

PEMBATASAN MASALAH Penelitian berupa studi kasus pada pelaksanaan proyek Retrofit Kantor Gubernur Sumatera Barat Tahap. Membahas tentang keterlambatan kerja di proyek tersebut, Responden yang akan penulis wawancarai yaitu yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen waktu proyek banguan gedung pada perusahaan kontraktor tersebut serta pelaku-pelaku dan proyek bangunan gedung tersebut. Seperti pengawas, pelaksana Kontruksi, Team Teknis, site manajer, Dll.

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah

atau di air. Bangunan biasanya di konotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau insfrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam

membangun peradapannya. Menurut Wulfram ( 2004) Proyek konstruksi dapat di bedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan yaitu :

a. Bangunan gedung dengan Ciri – ciri :(1). Proyek Konstruksi

menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.(2). Pekerjaan di

laksanakan pada lokasi yang relative sempit.(3). Manajemen di butuhkan, terutama untuk progressing

pekerjaan.

b. Bangunan Sipil dengan Ciri – ciri : (1)Proyek konstruksi di laksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan

manusia.(2). Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau

panjang.(3). Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Pengertian dari proyek kostruksi adalahsuatu usaha mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumberdaya yang tersedia untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau

(5)

infrastruktur (wardi,2009). Kriteria proyek konstruksi adalah:

1. Dimulai dan awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan di akhiri dengan akhir proyek (akhir kegiatan- kegiatan), serta

mempunyai waktu yang terbatas.

2. Rangkainan kegiatan proyek itu hanya satu kali (tidak berulang) walau pun jenis bangunan dan

infrastruktur sama dan kondisi lingkungan termasuk sosial pasti berbeda sehingga

menghasilkan produk yang bersifat unik.

3. Lerning process terbatas, selalu menghadapi hal yang baru , perencanaan dan pengen dalian sangat penting.

Menurut Saleh ( 2005)

Keterlambatan akan menyebabkan kerugian bagi pihak-pihak terkait terutama pemilik dan kontraktor, karen umumnya disertai konflik, tuntutan waktu dan biaya, serta penyimpangan kualitas penyelesaian

proyek. Kompleksitas proyek tergantung dari :

1. Jumlah macam kegiatan di dalam proyek.

2. Macam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek itu sendiri.

3.Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) di dalam proyek dengan pihak luar.

Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi.

Dalam proses konstruksi pihak-pihak yang terlibat dapat dari perorangan / perusahaan sebagai pelaku utama, Pemilik, bisa swasta / swastaperorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas konsepsi proyek. Pemilik adalah pihak yang paling menentukan. Pemilik dibantu oleh Engineering / designer, seperti arsitek atau consultan engineering.

Untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor spesialis.

Keterlambatan (delay) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai

(6)

dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncana.

Terjadinya keterlambatan (delay)dapat disebabkan oleh kontraktor dan faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi. Delay dapat juga disebabkan oleh pemilik proyek (owner), perencana (designer), kontraktor utama, subkontraktor, pemasok (supplier), serikat pekerja (Labour Unions), perusahaan fasilitas dan organisasi lain yang ambil bagian dalam proses konstruksi. Menurut Bordat et al.

(2004) bahwa keterlambatan waktu pelaksanaan proyek adalah perbedaan antara pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal dan selang waktu penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek ini berdampak pada progres proyek dan tertundanya aktifitas pelaksanaan proyek dan kegiatan pelaksanaan proyek serta mengakibatkan terjadinya perselisihan (disputes) antara kontraktor dan pemilik.

Menurut Narbuko (2007),

mengatakan seluruh kegiatan sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaiannya harus merupakan satu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh, menuju kepada satu tujuan yang tunggal, yaitu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah- masalah.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan penyedia jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama yang telah ditetapkan dikarenakan suatu alasan tertentu.

Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan bertambahnya durasi konstruksi, sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat. Penyebab umum yang sering terjadi adalah terjadinya perbedaan kondisi lokasi (differing site condition), perubahan disain, pengaruh cuaca, tidak terpenuhinya kebutuhan pekerja, material atau peralatan, kesalahan perencanaan atau spesifikasi,

(7)

pengaruh keterlibatan pemilik proyek. Penggaruh keterlambatan (delay) yang terjadi tidak hanya menyebabkan meningkatnya biaya konstruksi.

Menurut (Wulfram I.

Ervianto) Schedule proyek berperan sangat penting dalam pengelolaan proyek konstruksi. Keterlambatan (delay) kegiatan dalam proyek dapat didefinisikan, didefinisikan dan digambarkan dengan jelas melalui media schedule. Dengan memasukkan data lapangan kedalam sebuah aplikasi komputer (MS - Project), maka dapat dihasilkan pengaruh – pengaruh keterlambatan dalam proyek konstruksi terutama terpengaruhnya waktu penyelesaian proyek. Keadaan ini dapat juga memperlihatkan pengaruh penundaan (delay) yang akan terjadi dimasa yang akan datang, sehingga pihak penyelengara proyek dapat mengantisipasi keterlambatan yang akan terjadi.

Proyek sering mengalami keterlambatan, bahkan bisa dikatakan hampir 80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya

keterlambatan berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi. Beberapa jenis – jenis keterlambatan yang terjadi pada proyek konstruksi yang dikutip dari Wahyudi (2006) menyatakan keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu :

1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays)

(Non Excusable Delays) adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakkan, kelalaian atau kesalahan oleh pihak kontraktor.

Penilaian penundaan (delay) diatur dalam dokumen kontrak. Berbagai kontrak standar mempunyai cara penilaian/ pengelompokkan sendiri. Salah satu bentuk dokumen kontrak standar adalah American Institute Of Architects (AIA), dalam kontrak A201, General Condition Of The Construction Contract, mengijinkan perpanjangan waktu akibat penundaan yang

(8)

terjadi disebabkan oleh kelalaian Kontraktor.

Non Excusable Delays dapat berakibat pemutusan hubungan kerja/ kontrak, jika dalam perjanjian klausa liquidate damages maka pemilik proyek dapat menerapkannya terhadap kontraktor. Pada umumnya Non Excusable Delays tidak akan pernah mendapat perpanjangan wakru, akan tetapi konraktor akan melakukan markup dalam schedule dengan melakukan percepatan pekerjaan.

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays)

Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian – kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor, pada kejadian ini kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

Contoh penerapan konsep ini adalah kontraktor harus

memaafkan pemilik proyek dan disainer terhadap waktu yang digunakannya.

Kompensasi dari hal ini adalah kontraktor mendapatkan tambahan waktu untuk menyelesaikan pekerjaanya.

3. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delays)

Compensable Delays adalah keterlabatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanyanya mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu tambahan biaya operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut.

METODOLOGI PENELTIAN Untuk memperoleh hasil yang tepat sesuai dengan fakta dilapangan, maka penulis melakukan hal hal sebagai berikut : (1).Penggumpulan dari data – data

(9)

proyek Pembangunan Retrovit Kantor Gubernur Sumatera Barat:

(a). Data Sekunder berupa : (+)Kontrak (+)Laporan Bulanan (b).Data Primer : Wawancara dengan melakukan Wawancara kepada Kontraktor, Konsultan Pengawas, Owner (PPTK). (2). Menganalisa dan mengolah data yang sudah diperoleh.

(3).Kesimpulan dan Saran.

Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah pada data sekunder yaitu Kontrak dan Laporan Bulanan proyek tersebut, setelah ditemukanya penyebab dari keterlambatan kerja dari data sekunder, penulis mencoba menganalisa data tersebut berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan keterlambatan kerja dengan tujuan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang akan di tanyakan melalui wawancara langsung kepada Konsultan Pengawas, Kontraktor dan Owner.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah jenis

keterlambatan menurut

pengelompokkannya masing –

masing :

Tabel Non Excusable Delays (Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan)

Non Excusable Delays (Keterlambatan yang tidak dapat

dimaafkan) 1 Kekurangan material

dilokasi proyek

2 Keterlambatan pengiriman material

3 Kerusakkan material 4 Kekurangan tenaga kerja 5 Produktifitas tenaga kerja

rendah

6 Operator alat berat kurang terampil

7 Terjadinya kecelakaan kerja 8 Mobilisasi sumber daya

yang lambat

9 Tidak ketersediaannya peralatan

10 Ketidaksesuaiannya peralatan

(10)

11 Kerusakkanalat berat 12 Keterlambatan

subkontraktor

13 Ketidak sesuaian metode kerja

14 Kesulitan pendanaan oleh kontraktor

15 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antara bagian – bagian dalam organisasi kerja kontraktor

16 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/

diulang karenA tidak benar

Tabel. Excusable

Delays(Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya)

Excusable Delay (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi

waktu dan biaya)

18 Perencanaan/gambar yang salah/ tidak lengkap 19 Perubahan desain/ detail

pekerjaan pada waktu

pelaksanaan

20 Persiapan dan persetujuan shop drowing yang lambat 21 Pengambilan keputusan

yang lambat oleh pemilik 22 Adanya permintaan

perubahan atas pekerjaan yang telah selesai

23 Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh pemilik

24 Keterlabatan pembayaran oleh pemilik

25 Penghentian pekerjaan oleh pemilik

26 Campur tangan pemilik yang bukan wewenangnya 27 Koordinasi lapangan yang

tidak sesuai dugaan 28 Akses jalan kelokasi

proyek yang sulit

Tabel Compensable Delays

(Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu )

(11)

Compensable Delays (Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu)

29 Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll 30 Adanya pemogokan buruh,

demo, kerusuhan

Berdasarkan analisa para ahli di diatas dan setelah pengolahan data sekunder, untuk mendapatkan data yang akurat dari hal yang terjadi sebenarnya di proyek penulis memutuskan untuk melakukan wawancara secara lisan narasumber untuk mengetahui faktor-faktor jenis – jenis keterlambatan yang terjadi pada proyek Retrovit Gedung Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat.

Penulis melakukan

wawancara terbuka secara langsung terhadap perwakilan kontraktor dan konsultan pengawas proyek Retrofit Gedung Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat. Pertanyaan – pertannya yang di lontarkan

berdasarkan analisa dan wawancara dari para ahli di atas.

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahu faktor-faktor real

yang membuat terjadinya keterlambatan kerja serta jenis keterlambatan apa saja yang terjadi, gambaran secara umum menurut ketiga belah pihak keterlambatan kerjadi proyek tersebut.

Pelaksanaan pekerjaan yang mengalami keterlambatan 16 minggu berdasarkan rencana jumlah bobot perminggu dan realisasi jumlah bobot perminggu : Tabel 4.9.bobot mingguan pekerjaan terlambat

N O

MIN GGU

PEKERJAAN DEV

IASI

1 I Pek. Pendahuluan

Pek. Periapan -

0,35 8 2 II Pek. Pendahuluan

Pek. Persiapan -

0,68 2 3 III Pek. Pendahuluan

Pek. Persiapan -

0,53 1 4 IV Pek. Pendahuluan

Pek. Persiapan -

0,94 8 5 V Pek. Pendahuluan

Pek. Pondasi Jack-in Pile

- 2,61

1 6 VI Pek. Lantai, Dinding,

Plest -

3,70

(12)

3

7 VII

HARI RAYA IDUL FIRI

-2,9

8 VIII -1,76

9 IX

Pek. Lantai, Dinding, Plest

Pek. Pondasi Jack-in Pile

Pek. Angkut dan Buang

-1,57

1 0

XXI V

Pek.

Kusen,Jendela,pintu,j alusi

Pek. Rangka Atap,Atap, Plafon Pek. Pengecatan Pek. Alumunium Composite Panel Pek. Shearwall, Balok Penghubung Pek. Penebalan Plat Lantai 2,3,4 Pek. Shaft dan Perkuatan Rooftank Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting Pek. Plumbing

- 2,52

1

1 1

XXV

Pek. Rangka Atap,Atap, Plafon Pek. Pengecatan Pek. Shearwall, Balok Penghubung Pek. Penebalan Plat Lantai 2,3,4 Pek. Shaft dan Perkuatan Rooftank Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting

-2,73

1 2

XXV

II Pek. Pengecatan Pek. Penebalan Plat Lantai 2,3,4

Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting

-1,41

1 3

XXV

III Pek. Pengecatan Pek. Penebalan Plat

Lantai 2,3,4 -5,34

Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting 1

4 XXI

X Pek. Pengecatan Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting Pek. Pemadam Kebakaran

-9,16

1 5

XXX Pek. Pengecatan Pek. Pengangkutan dan Buang

Per. Struktur dengan Serat Carbon Per. Kerusakan Struktur Eksisting Pek. Pemadam Kebakaran

- 12,3

4

1 6

XXX I

Pek. Pengangkutan dan Buang

- 12,3

5

 Hasil Wawancara

Hasil wawancara penulis dengan konsultan pengawas dan kontaktor serta Owner (PPTK) memengakui keterlambatan kerja ini dimulainya dari keterlambatan penandatangan kontrak dan pencairan dana yg cukup memakan waktu serta ketika perencanaan tidak sesuai dengan dilapangan, PPTK selaku perwakilan Owner agak lama membuat keputusan dengan alasan butuh waktu untuk merapatkan keputusan tersebut. Banyak pekerjaan tambahan yang diluar kontak yang di minta owner serta

(13)

perubahan-perubahan perencanaan serta spesifikasinya, ketidak cermatan konsultan perencana dalam membuat gambar rencana juga menjadi faktor utama atas keterlambatan ini sehingga membuat kontraktor dan konsultan pengawas cukup kesulitan dalam memahami gambar rencana dan harus melengkapi gambar tersebut dan menghasilkan pengajuan pekerjaan tambah dan kurang, sehingga menghasilkan Adendum, atas adendum tersebut terjadilah penambahan nilai kontrak sebanyak 10% tetapi tidak menambah waktu pekerjaannya. sehingga memaksa kontraktor untu melakukan percepatan pekerjaan dengan lembur dan penambahan unit alat dan pekerja tetapi keterlambatan yg di mulai dari minggu awal pekerjaan tidak bisa ditutupi sampai akhir pekerjaan sehinga menimbulkan keterlambatan kerja senilai 12,35% , bobot pekerjaan yang tidak dikerjakan dikarenakan terjadinya pembekakan biaya ketika percepatan pekerjaan ketika setelah terjadinya adendum. Dapat penulis simpulkan keterlambatan kerja ini terjadi tidak

sepenuhnya terjadi atas kelalaian kontraktor tetapi lebihnyak di sebabkan kelalaian Owner dan konsultan perencana.

Hasil analisa penulis atas analisa data sekunder dan wawancara terhadap kontraktor, konsultan dan Owne (PPTK). terhadap keterlambatan pekerjaan proyek retrofit gedung kantor gubernur provinsi Sumatera Barat melalui wawancara terbuka kepada pelaku- pelaku proyek tersebut seperti Kontraktor, Konsultan Pengawas, PPTK.

Menurut Alaghbari et. Al (2007), keterlambatan yang disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan kesalahan pemilik. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari pemilik. Oleh karena itu, keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor.

(14)

Faktor Keterlambatan

Hasil dari wawancara faktor – faktor penyebab utama keterlambatan menurut pandangan Kontraktor, Konsultan Pengawas dan PPTK (owner) :

Tabel. Hasil Wawancara NO FAKTOR- FAKTOR

KETERLAMBATAN 1. Keterlambatan

penandatanganan kontrak 2. Perubahan tanggal mulai

proyek tidak sesuai 3. Keterlambatan proses

permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh Owner 4. Keterlambatan pembayaran

oleh Owner

5. Perubahan Desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan

6. Pekerjaan tambahan yang diminta Owner

7. Ketidak tersediaan material dipasaran

8. Ketersediaan material di lokasi

9. Kurangnya pengawasan terhadap Sub-Kont dan

Suplier

9 faktor tersebut sama – sama dialami oleh kedua pihak, namun ke 9 faktor tersebut memiliki peringkat yang berbeda tiap masing – masingnya, sesuai mana yang lebih dahulu terjadi.

Berdasarkan hasil analisa faktor – faktor penyebab keterlambatan diatas, dapat dilihat 9 kesamaan faktor penyebab keterlambatan yang di akui pihak Owner, Kontraktor dan Konsultan Pengawas yaitu :

Tabel. Faktor hasil wawancara

Owner

1. Keterlambatan penandatanganan kontrak

2. Perubahan

tanggal mulai proyek tidak sesuai

3. Keterlambatan proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh owner

4. Keterlambatan pembayaran oleh

(15)

owner 5. Perubahan

desain/detail pekerjaan pada waktu

pelaksanaan 6. Pekerjaan

tambahan yang di minta owner

Kontra ktor

Material

1. Ketitak tersediaan material di pasaran

2. Ketersediaan material dilokasi Sumber Daya

1. Kurangnya pengawasan terhadap Sub- Kont dan suplier

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisa dapat disimpulkan, proyek retrofit Gedung Kantor Gubernur Sumatera Barat mengalami keterlambatan, ditemukan faktor keterlambatan yaitu :

A. faktor keterlambatan berasal dari owner :

1. Keterlambatan

penandatanganan kontrak 2. Perubahan tanggal mulai

proyek tidak sesuai

3. Keterlambatan proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh owner 4. Keterlambatan pembayaran

oleh owner

5. Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan

6. Pekerjaan tambahan yang di minta owner

B. faktor keterlambatan berasal dari kontraktor :

1. Ketidak tersediaan material di pasaran

2. Ketersediaan material dilokasi

3. Kurangnya pengawasan terhadap Sub-Kontr dan Suplier.

Saran

Adapun beberapa saran yang

(16)

ingin disampaikan adalah agar perbaikan pada proyek yang akan dating adalah :

1. Owner memastikan tidak ada kekurangan gambar dan perencanaan di yang di buat olek konsultan perencana.

2. Hendaknya pihak kontraktor memiliki dana cadangan selain dana yang di tunggu dari pencairan termen sehingga tidak menghambat dalam pengadaan material dan keperluan lainnya.

3. melakukan pengorderan material ketikan stok barang sudah mulai menipis, agar ketika stok material sudah habis, material yang di order sudah datang tepat waktu.

4. Kontraktor harus memilki lebih dari satu suplayer per jenis barang.

DAFTAR PUSTAKA Alaghbari, W., (2007), The

Significant Factor Causing Delay of Building Construction in Malaysia, Engineering

Construction and Architectural

Management, Vol 14, No 2, pp 192- 206.

Bordat, C., McCullouch, B.G., Labi, S., dan Sinha, K.C. (2004) 'Analisis kelebihan biaya dan penundaan waktu proyek INDOT. Publikasi ada.

FHWA / IN / JTRP-2004/7, SPR- 2811 ',Washington, DC: Badan Riset Transportasi.

Dannyanti, E., 2010. Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT dan CPM.Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ervianto, Wulfram I : 2004. Teori – Teori Manajemen Proyek Konstruksi, Graha Abdi, Indonesia

Header, Tubagus Ali, : 2012. Prinsip – Prinsip Network Planning, PT.

Gramedia Jakarta

Jumas . Dwifitra Y. ST,. MSCE, : 2004.Manajemen Konstruksi, Bung Hatta University Press

Jurnal Teknik Sipil, Vol. II, No. 2,

(17)

September 2013 Kajian Penyebab Keterlambata Pelaksanaan Konstruksi

Nabuko, C : 2007 Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara

Nazir, Moh Ph. D, : 1993. Metode Penelitian, Graha Indonesia

Soeharto, Iman : 1995Manajemen Proyek Industri (Persiapan, Pelaksanaan, Pengolahan), Gramedia Jakarta

Saleh, N. (2005), Faktor Yang Menyebabkan Klaim dan Penyelesaiannya Pada Industri Konstruksi. Faculty of

CivilEngineering University TeknologiMalaysia

Wahyudi, R dan Indra Yono, C;

2006.Pengaruh Keterlambatan Proyek terhadap Pembekakan Biaya Proyek. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Gambar

Tabel  Non  Excusable  Delays  (Keterlambatan  yang  tidak  dapat  dimaafkan)
Tabel Compensable Delays

Referensi

Dokumen terkait

skenario partial connected penggunaan bandwidth Babel masih lebih kecil, untuk delay diungguli oleh B.A.T.M.A.N-adv, sedangkan jitter dan packet loss.. nilai Babel

(2) Bakal calon Kepala Daerah dan bakal calon Wakil Kepala Daerah yang memenuhi persyaratan sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan, sebagaimana

Mlaran ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila frkemudian hariterdapat kekeliruan akan diadakan peninjauan kembali

Pengguna dalam pemodelan sistem ini terdiri dari administrator, administrator adalah orang yang mengolah data (menambah, mengedit dan menghapus) serta user (masyarakat)

Pelabuhan Indonesia II khususnya bagian pelayanan barang, bagian inti tersebut telah menerapkan sistem informasi pada proses operasionalnya, namun sistem yang ada pada

Pergaulan Mahasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tentunya akan menghasilkan pola perilaku yang menarik untuk dicermati. Mahasiswa yang tinggal

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadiratAllah SWT atas limpahan berkat, rahmat serta Karunianya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi dengan judul

Berdasarkan uraian kasus diatas, diketahui bahwa Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini tidak dapat melakukan perbuatan apa-apa dikarenakan tidak dapat memberikan