• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PENANGANAN, PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DAN HASIL SAMPING PETERNAKAN DR. IR. M. AMAN YAMAN, M. AGRIC. SC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNOLOGI PENANGANAN, PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DAN HASIL SAMPING PETERNAKAN DR. IR. M. AMAN YAMAN, M. AGRIC. SC"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TEKNOLOGI PENANGANAN, PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DAN HASIL SAMPING

PETERNAKAN

DR. IR. M. AMAN YAMAN, M. AGRIC. SC

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS 2019

(4)

Judul Buku :

Teknologi Penanganan, Pengolahan Limbah Ternak dan Hasil Samping Peternakan

Penulis :

Dr. Ir. M. Aman Yaman, M. Agric. Sc

ISBN : 978-623-7086-45-1

Pracetak dan produksi :

TIM SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit :

Syiah kuala university press

Jl. Tgk chik pante kulu no.1 kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah kuala. Banda aceh, Aceh

Telp : 0651 - 8012221

Email : upt.percetakan@unsyiah.ac.id unsyiahpress@unsyiah.ac.id Http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Cetakan : Pertama, 2019

ix + 254, ukuran (16cm x 23cm)

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

(5)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah Buku Ajar Mata Kuliah TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH DAN HASIL SAMPING PETERNAKAN (TPPHSP) telah dapt penulis selesaikan tanpa halangan yang berarti. Buku TPPHSP ini disusun dan bertujuan sebagai pelengkap referansi dalam perkuliah oleh kalangan internal maupun eksternal dalam pembelajaran matakuliah Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Ternak dan Hasil Samping Peternakan baik di lingkungan Universitas Syiah Kuala maupun dibidang yang terkait seperti Biologi, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kedokteran Hewan maupun bidang lainnya.

Buku TPPHSP ini beriskan materi yang membahas tentang teknologi penanganan dan pengolahan limbah ternak dari berbagai sumber yang disusun berdasarkan RPS pembelajaran Ilmu Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak- Jurudsan Peternakan, Universitas Siyah Kuala sehingga dapat digunakan sebagai salah satu buku referensi pembelajaran ditingkat Diploma dan Strata 1 Perguruan Tinggi. Komponen dan bagian dari isi buku ini juga merupakan bersumber dari hasil kajian tulisan dari berbagi pihak yang memiliki latar belakang terkait dengan Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak.

Kami sebagai penulis telah berupaya maksimal agar buku ini dapat tersaji dengan sempurna namun keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis sehingga sangat memungkinkan masih banyak hal yang memerlukan peningkatan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan buku ini di masa yang akan datang.

Darussalam, Juli 2019 Penulis

DR. IR. M. AMAN YAMAN, M. AGRIC. SC

(6)
(7)

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak v Hakikat limbah

adalah bahan sisa yang tidak akan

menjadi baru kalau tidak diperbaharui

Limbah tidak akan bermanfaat bila

tidak ditangani dan diolah

Limbah tidak akan bernilai ekonomis

bila tidak dimanfaatkan dengan teknologi

Limbah akan tetap limbah bila

dibiarkan

(8)
(9)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak vii

Limbah ternak adalah bahan buangan yang berasal dari ternak dapat berupa feses, urine, sisa pakan maupun sisa organ tubuh bagian dalam maupun luar baik dalam bentuk padat, cair maupun gas.

(10)
(11)

2019 M. AMAN YAMAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

BAB I.PENDAHULUAN 1

1.1 Deskripsi Mata Kuliah 1.2 Prasyarat Mata Kuliah 1.3 Petunjuk Penggunaan Buku

BAB II. PENGERTIAN LIMBAH TERNAK DAN HASIL

SAMPING PETERNAKAN 3

BAB III. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK 40 KANDANG, PUPUK CAIR DAN BAHAN BIOAKTIVATOR PENGURAI

BAB IV. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOGAS 54 BAB V. LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN LIMBAH 72

USAHA TERNAK UNGGAS

BAB VI. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH ISI RUMEN 90 BAB VII. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT 108

TELUR LIMBAH BULU AYAM

BAB VIII. LIMBAH RPH DAN LIMBAH TERNAK UNGGAS 142 BAB IX. LIMBAH USAHA TERNAK UNGGAS 168 BAB X. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH ISI RUMEN 180 BAB XI. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT TELUR 193 BAB XII. TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

BULU AYAM 205

BAB XIII. PENGOLAHAN TULANG DAN LIMBAH DARAH TERNAK 230

DAFTAR PUSTAKA 240

Glosarium 246

Index 252

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak ix

(12)
(13)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Mata Kuliah

Matakuliah penanganan dan pengolahan limbah ternak dan hasil samping peternakan (PPLTHSP) adalah matakuliah wajib yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa S1 Program Studi Peternakan- Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala selama menyelesaikan studi 8 semester. Matakuliah PPLTHSP (Kode PTK 2016) mempunyai beban SKS 3 (2-1) dan dilaksanakan pada semster genap setiap semester.

Matakuliah ini adalah produk dari revisi kurikulum tahun 2015 yang lalu yang bertujuan agar peserta mata kuliah ini mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman serta penguasaan perihal penanganan dan pemanfaatan limbah dan ternak dan Hasil Samping Peternakan baik dari sisi teori, manajemen maupun penggunaan teknologi. Hasil ini sesuai dengan visi peternakan yaitu menerapkan manajemen dan teknologi peternakan dengan tetap menjaga lingkungan dari pencemaran akibat limbah ternak.

Selain itu diharapkan mahasiswa akan dapat menguasai teknologi pemanfaatan limbah ternak seperti, pupuk organik,

(14)

2019 M. AMAN YAMAN

40 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB III. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK KANDANG, PUPUK CAIR DAN BAHAN

BIOAKTIVATOR PENGURAI

Pada dasarnya seluruh bentuk dan jenis limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama sumber ternak penghasil limbah masih tersedia. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan dan masih kaya akan nutrient (zat makanan), seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak juga akan dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan bila ditangani dan diolah dengan teknologi yang berguna.

Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan.

Penanganan limbah ternak akan spesifik tergantung pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal

(15)

2019 M. AMAN YAMAN

54 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas.

Sektor peternakan menjadi potensi terbesar kedua setelah sektor pertanian, terutama ternak ruminansia (sapi perah dan sapi potong). Selain itu hampir setiap tahun ribuan ekor sapi impor membanjiri pasar ternak lokal yang siap bersaing dengan ternak ternak lokal. Dengan semakin mulai berkembangnya sektor peternakan diseluruh wilayah Indonesia, maka harus juga diimbangi dengan managemen pengolahan limbah ternak sehingga tidak menyebabkan permasalahn kedepan.

Gambar 13. Usaha ternak kambing banyak menghasilkan limbah padat dan sangat bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk kandang

BAB IV. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK KANDANG

(16)

2019 M. AMAN YAMAN

72 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

Secara alami, limbah ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan bioaktivator atau sering juga disebut biostater.

Mikroba yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks menjadi sederhana.

Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia sehingga mamnfaat bioaktivator sanagt berguna untuk mempercepat proses dekomposisi bahan limbah yang digunakan.

Kondisi ini memacu para ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah. Pemanfaatan pupuk kandang juga

BAB V. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN PEMBUAT BIOAKTIVATOR PENGURAI KOMPOS

(BAKTERI FERMENTASI)

(17)

2019 M. AMAN YAMAN

90 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

Dewasa ini dunia pertanian dan peternakan banyak disematkan dengan istilah ”organik”. Limbah hasil ternak yang asalnya tidak terpakai dan terbuang sia-sia serta mencemari lingkungan. Kini juga ikut andil dalam pagelaran istilah organik tersebut. Limbah ternak yang berupa padat, cair dan gas semuanya kini mulai di manfaatkan oleh peternak baik skala kecil menengah sampai skala besar. Sehingga terciptalah istilah ”zero waste”. Dengan adanya proses pengolahan, maka limbah hasil ternak dapat dkemas menjadi pupuk organik, yang memiliki keunggulan ganda selain bermanfaat bagi tumbuhan juga dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak dimilki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa dijaga.

Lebih lanjut melihat kondisi yang ada pada saat ini dimana melambungnya harga pupuk an-organic atau pupuk kimia pabrikan, maka limbah kandang merupakan satu peluang usaha tambahan yang memiliki nilai jual

Hasil sampingan usaha ternak adalah berupa limbah padat (feses) dan limbah cair (urin) dimana selama ini baru limbah

BAB VI. PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK CAIR

(18)

2019 M. AMAN YAMAN

108 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB VII. LIMBAH TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOGAS

Tingginya harga dan permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia baik itu untuk keperluan industri, transportasi dan rumah tangga dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan ketersediaan bahan bakar menjadi terbatas, atau harga menjadi melambung. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upaya- upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis,ekonomi, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain sebagainya.

Sumber energi alternatip telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahanbakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa

(19)

2019 M. AMAN YAMAN

142 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB VIII. LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN LIMBAH USAHA TERNAK UNGGAS

Limbah rumah potong hewan/ternak (RPH/T) adalah buangan dari proses pemotongan hewan potong dan hasil ikutanyang tidak dimanfaatkan. Hasil ikutan adalah hasil samping dari pemotongan hewan potong yang dapat berupa darah, kulit, bulu, lemak, tanduk, tulang dan kuku (Manual Kesmavet, 1993). Industri RPH merupakan salah satu industri pangan. Ciri dan limbah industri panganadalah kandungan bahan organik yang cukup tinggi dan mudah terurai di perairan.

RPHmemiliki tiga sumber limbah utama, yaitu: tempat penampungan hewan (stock yard), tempat penyembelihan hewan (slaughter house) dan tempat pengolahan karkas atau daging ( packinghouse). Limbah utama dari RPH berasal dari penyembelihan, pemindahan, pembersihan rambut, penjadian (rendering ), pengaturan, pemrosesan, dan pembersihan.

Fasilitas Rumah Potong Hewan adalah (RPH) adalah suatu bangunan atau komplekbangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratanteknis dan higienis tertentu

(20)

2019 M. AMAN YAMAN

168 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB IX. LIMBAH USAHA PENGOLAHAN TERNAK UNGGAS

Secara umum, yang termasuk ke dalam jenis limbah limbah ayam ada 3 macam, yaitu limbah limbah/feses murni, limbah limbah campur sekam, dan limbah sekam saja. Limbah limbah murni biasanya diperoleh dari ayam yang dipelihara pada kandang baterai atau kandang panggung. Sedangkan limbah limbah campur sekam berasal dari kandang postal, terdiri dari 75% limbah ayam dan 25% sekam. Yang dimaksud limbah sekam adalah limbah yang lebih banyak mengandung sekam dibanding limbah ayam. Sampai saat ini limbah limbah ayam lebih banyak dijual langsung dalam bentuk segar. Jadi, limbah ayam dari kandang langsung dijual ke petani tanpa diolah terlebih dahulu. Memang tidak ada yang salah dengan hal ini.

Namun alangkah lebih baik jika limbah limbah yang dihasilkan bisa kita olah terlebih dahulu, sehingga manfaat dan nilai jualnya menjadi lebih tinggi. Terlebih jika limbah limbah segar sedang tidak laku dijual, maka tindakan pengolahan ini bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari penumpukan limbah dan timbulnya bau serta lalat di kandang.

(21)

2019 M. AMAN YAMAN

180 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB X. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH ISI RUMEN TERNAK RUMINANSIA

Salah satu limbah asal ternak ruminanasia yang popular dimanfaatkan adalah isi rumen mempunyai segudang manfaat untuk menopang rara bertani Sistem Organik , sebelum membahas panjang lebar mengenai manfaat isi perut binatang ternak memamah biak bagi pertanian organik. merupakan organ bagian dalam (bahasa jawa biasa di sebut Jeroan) sistem pencernaan seperti lambung pada ternak yang berjenis herbifora.

Rumen merupakan bagian penting , ruang pra-pencernaan untuk simbiosis mikroorganisme hidup, yang memiliki fungsi membantu pemecahan dan melunakkan dengan cepat pada makanan hewan ternak. Sistem pencernaan pada hewan seperti : sapi , kerbau , kambing , domba dan unta dan binatang yang herbifora sejenisnya ini biasa disebut sebagai ruminansia . Berkat banyaknya jumlah berbagai organisme hidup yang menghuni dalam rumen , telah di ketahui mempunyai peran penting dalam proses mempermudah pencernaan makanan ternak.

(22)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 193

BAB XI. TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT TELUR

Salah satu limbah produk hasil ternak adalah kulit telur atau sering disebut kerabang telur. Kulit telur yang kaya akan kalsium ini dapat menjadi elemen dekoratif seperti wadah lilin, pembersih perabotan dapur dan penyubur tanaman. Cangkang telur merupakan salah satu limbah peternakan yang menjadi masalah egg breaking plant dan industri pengolahan pangan yang berbahan baku telur. Tidak ada data yang memuat angka pasti jumlah cangkang telur yang dihasilkan pertahun di Indonesia, akan tetapi jika dilihat dari jumlah produksi telur ayam ras dan industi pengolahan pangan yang berbahan baku telur maka dapat dipastikan jumlah limbah cangkang telur juga akan cukup besar.

Cangkang telur dapat diberikan sebagai bahan pakan ternak karena tidak berbahaya dan dalam cangkang telur masih banyak terdapat zat-zat, serta mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh unggas. Limbah cangkang telur dapat dimanfaatkan menjadi kerupuk cangkang telur sebagai sumber protein dan kalsium yang tinggi dimana cangkang telur tersusun atas senyawa protein sederhana yang berupa albumin dan memiliki struktur yang kuat.

(23)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 205 Salah satu masalah yang berasal dari peternakan adalah Iimbah usaha pemotongan ayam yaitu bulu ayam yang merupakan sebahagian sisa dari pengolahan daging ayam. Hasil pemotongan ternak unggas ini dihasilkan rata-rata bobot bulu 4 - 9 % dari bobot hidup. Kandungan protein bulu ayam cukup tinggi,yaitu antara 80 - 90 %, sehingga berpotensi sebagai pakan altematif bagi industri ayam potong. Kendala utama penggunaan tepung bulu ayam sebagai pakan adalah adanya ikatan keratin dengan kandungan 85-90% dari kandungan proteinnya dengan sifat sukar larut dalam air dan sukar dicerna. Untuk memecahkan ikatan keratin tersebut guna meningkatkan kecemaan tepung bulu ayam dilakukan dengan beberapa teknik pengolahannya.

Bulu ayam merupakan limbah peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif pengganti sumber protein hewani dalam formulasi ransum ayam (unggas). Hal ini disebabkan karena bulu ayam memiliki kandungan protein cukup tinggi., protein kasar tepung bulu ayam mencapai 86,5% dan

XII. PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM

(24)

2019 M. AMAN YAMAN

230 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

BAB XIII. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TULANG DAN LIMBAH DARAH TERNAK

hewan/ternak, sehingga tidak mudah diuraikan oleh decomposer yang mengakibatkan tulang tersebut menjadi limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah tulang tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan dapat dimanfaatkan secara maksimal, salah satu penangannya adalah dengan cara ditepungkan. Hal ini disebabkan tingginya kandungan mineral yang ada pada tulang, sehingga sayang apabila dibuang dengan percuma. Selain itu dengan cara pengolahan lebih lanjut pada limbah tulang ini akan memberikan nilai ekonomis.

Tepung tulang telah di kenal secara luas sebagai salah satu penyusun bahan pakan konsentrat untuk pertumbuhan ternak. Selama ini tulang di anggap limbah,padahal jumlahnya A. Tepung Tulang

Tulang merupakan komponen yang keras organ tubuh

(25)

2019 M. AMAN YAMAN

240 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Peranan konsorsium dalam limbah sapi.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/limbahsapi.pdf Diakses tanggal 5 Desember 2011.

Aminah Asngad dan Suparti, 2005. Model Pengembangan Pembuatan Pupuk Organik Dengan Inokulan (Studi Kasus Sampah Di Tpa Mojosongo Surakarta). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6, No. 2, 2005: 101-113.

Barber, S.A. 1984. Soil Nutrient Bioavailability. A Mechanistic Approach. Printed in United States of America.

Bewick, M.W.M. 1980. Handbook of Organic Waste Conversion.

Van Nostrand Reinhold Company, Canada.

Budiyanto, Agus Krisno. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Budihardjo, M. A. 2006. Studi Potensi Pengomposan Sampah Kota sebagai Salah Satu Alternatif Pengelolaan Sampah di TPA dengan menggunakan Aktivator EM4 (Effective Microorganism). Jurnal Presipitasi 1 (1): 25-31.

Darsono, W.W. 2011. Isi Rumen sebagai Campuran Pakan. Dalam:http://darsonoww.blogspot.com/2011/11/isi- rumen-sebagai-campuran-pakan.html(tanggal akses : 31 Oktober 2012).

(26)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 241 DeRouchey, J.M, M. D. Tokach, J. L. Nelssen, R. D. Goodband, S. S. Dritz, J. C. Woodworth, and B. W. James.

2002. Comparison of spray-dried blood meal and blood cells in diets for nursery pigs. Department of Animal Sciences and Industry Kansas State University, Manhattan.

Faraliana Che Lah, Ernieenor, Mariana Ahamad, Mohd Subail Haron, and Ho Tze Ming. 2012. Establishment of a molecular tool for blood meal identification in Malaysia.

Acarology Unit, Infectious Diseases Research Centre, Institute for Medical Research, Jalan Pahang, 50588 Kuala Lumpur, Malaysia.

Fogarty, W.M. 1983. Micobial Enzymes and Biotecnology.

Applied Science Publisher, Ltd. Printed in Nortern Ireland at The Universities Press (Belfast) Ltd.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah.

Penerbit Yayasan Dayu. Jakarta. Harianto, Bagus, 2007.

Cara praktis membuat kompos. Agromedia. Jakarta Selatan.

Hadiwijoto,S, 1999. Penanganan dan pemanfaatan sampah.

Yayasan Idayu. Jakarta.

Hogan, J. 1996. Ruminant Nutrition and Production in the Tropics and Subtropics. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra.

(27)

2019 M. AMAN YAMAN

242 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

Indriani, Y. H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya.

Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

Jeong, C.Y; C.W. Park; J.G. Kim; dan S. K. Lim. 2007.

Carboxylic Content of Humic Acid Determined by Modeling, Calcium Acetate, and Precipitation Methods.

Soil Science Society of America Journal; 71 (1): 86-94. 57 Jehansyah, 1999. Peduli lingkungan dengan daur ulang. Seminar

Nasional Teknik Kesehatan.

Kastaman, R. 2007. Sistem Pengelolaan raktor sampah terpadu.

Humaniora. Bandung.

Kusnaidi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lilis Sulistyorini, 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.

Muhtarudin dan Ali H, 2004. Pengaruh Suplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Organik terhadap Kecernaan Zat Makanan, Pertambahan Bobot Badan, dan Efisiensi Ransum Kambing Peranakan Etawah Jantan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi.UNILA.

(28)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 243 Murbandono, 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Papadopoulos, M. C., A.R . El Boushy And E.H .Ketelaars. 1985.

Effect of different processing condition on amino acid digestibility of feather Meal Determined by Chicken Assay.

Poultry Sci . 64: 1729-1741.

Permana. D. 2011. Kualitas Pupuk Organik Cair dari limbah Sapi pedaging yang diferrmentasi menggunakan mikroorganisme Lokal. Skripsi S1. IPB. Bogor.

Pramatmaja, W. A, 2008. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta.

UUI. Jogyakarta.

Praptinasari. 2009. Penerapan MOL (mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostarter Pembuatan Kompos.

PKM-P. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Puastuti, W dan U. Adiati. 2003. Bulu Unggas untuk Pakan Ruminansia. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Rahmawati, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada PertanianOrganik.(Online).(http://library.usu.ac.id/download /fp/05013941.pdf,diakses tanggal 23 Desember 2011).

Rao. N. S. S. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan tanaman. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

(29)

2019 M. AMAN YAMAN

244 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

Richard C. Wahlstrom and George W. Libal. 1977. Dried Blood Meals as a protein Source in Diets for Growing-Finishing Swine. Soutb Dakota State University, Brookings.

Saeni,M.S dan I.diah.2003. Pengolahan limbah Bahan Kuliah Pengolahan Limbah : Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional.

Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Schlegel, H. G. dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum.

Edisi Keenam. UGM Press. Yogyakarta.

Setianingsih, R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam Priming, Umur Bibit dan Peningkatan Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.): Uji Coba penerapan System of Rice Intensification (SRI). BPSB. Propinsi DIY. Yogyakarta.

Sri Indah Z. 1993. Pengaruh lama pengolahan dan tingkat pemberian tepung bulu terhadap performans ayam jantan broiler. Skripsi . Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sutiamiharjo, Nurhalijah. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase. Gramedia. Bandung.

Tchobanoglous, G. 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues. Printed in Singapore.

(30)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 245 Tisdale, S.L. and W.L. nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers.

Third Edition. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

Tombe, M. dan H. Sipayung. 2010. Kompos Biopestisida: Pupuk Organik Generasi Terbaru. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Triyanto, S. 2005. Produksi Kompos dari Limbah Penyulingan Limbah Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendron Linn.) oleh Efective Microorganism pada Berbagai Kadar Urea.

Skripsi S1. Fakultas Teknobiologi. UAJY. Yogyakarta Widawati, S. 2005. Dayu pacu aktivator Fungi asal Kebun

biologi Wamena terhadap kematangan hara kompos, serta jumlah mikroba pelarut fosfat dan penambat nitrogen.

Biodiversitas. 6(4): 238-241.

William, L.M., L.G . Lee, J.D. Garlich And Jason C.H. Shih . 1991 . Evaluation of a Bacterial Feather Fementation Product, Feather-lysate as a Feed Protein. Poultry Sci. 70 : 85-95.

Wulandari D.,D.N. Fatmawati, E.N. Qolbaini, K.E. Mumpuni, and S. Praptinasari. 2009. Penerapan MOL (mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya.. Jakarta.

(31)

2019 M. AMAN YAMAN

246 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

GLOSARIUM

1. Limbah Ternak merupakan limbah yang berasal dari ternak baik dari limbah maupun organ tubuh dalam bentuk padat, cair dan gas.

2. Protein Kasar (PK) merupakan semua ikatan yang mengandung Nitrogen (N), baik protein sesungguhnya(true protein) maupun zat-zat yang mengandung protein, tapi bukan protein.

3. Bahan Kering (BK) adalah komponen pakan ternak yang sudah tidak mengandung air. Pengetahuan mengenai bahan kering pada pakan ternak diperlukan untuk perhitungan Penyusunan dan pemberian pakan ternak.

4. Abu merupakan zat pakan anorganik, abu mengadung unsur- unsur yang dibutuhkan oleh ternak seperti, Ca, K, Na, Mg, Fe, P, dan CL.

5. Lemak Kasar(LK), kadar lemak dalam pakan dapat diketahui melalui ekstrak yang dilarutkan dalam ether, meski zat-zat lain juga larut di dalamnya. Karena itu, kadar lemak yang menjadi acuan perhitungan lebih tepat disebut lamak kasar(LK).

(32)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 247 6. Karbohirat, dalam analisih proksimat, yang termasuk karbohidrat adalah ekstrak tanpa nitrogen(BETN). BETN merupakan komponen karbohidrat yang mudah dicerna dan sumber energi yang baik bagi ternak ternak. Nilai BETN didapatkan dari 100% dikurangi persentase abu, serat kasar, lemak, dan protein kasar.

7. Serat Kasar merupakan komponen karbohidrat yang terdiri atas polisakarida yang tidak larut (selulosa dan hemiselulosa) serta lignin. Dalam ikatan lignoselulosa lignin memiliki koefisiensi cerna sangat rendah. Semakin tua tanaman, kandungan ligninnya semakin tinggi. Jerami padi termasuk bahan pakan dengan kandungan lignin tinggi sehingga sulit dicerna.

8. Konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan bungkil (kedelai dan kelapa). Konsentrat untuk ternak umumnya disebut makanan penguat atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, dan mudah dicerna. Pakan jerami padi fermentasi bersama dengan konsentrat untuk ternak memungkinkan setiap bahan akan saling menutupi

(33)

2019 M. AMAN YAMAN

248 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

kekurangannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh. Untuk mengetahui zat makanan yang dapat diabsorbsi oleh tubuh maka diperlukan pengukuran daya cerna.

9. Konsentrat dapat dibagi dua bagian yaitu:

 Konsentrat sebagai sumber protein adalah sumber konsentrat yang mengandung nilai protein lebih dari 18%, dan TDN(Total Digestablenya) adalah 60%.

Misalnya tepung ikan, tepung daging, tepung susu, tepung darah, tepung bulu, dan tepung cacing, tepung kedelai, bungkil kedalai, bunngkil kelapa, bungkil kelapa sawit.

 Kosentrat sebagai sumber energi adalah konsentrat yang mengadung nilai protein di bawah 18%, daya cerna(TDN) 60%, dan serat kasarnya lebih dari 10%, contohnya adalah dedak, bekatul, jagung, polar, dll.

10. Total Digestible Nutrient (TDN) dalam bahasai Indonesia adalan total nutrient tercerna. Jumlah persetase semua sumber pakan ternak yang dapat dicerna, seperti protein, karbohidrat, serat kasar dan lemak. Untuk minghitung TDN adalah dengan menjumlahkan presentase dari zat pakan tersebut.

(34)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 249 11. Ransum adalah bahan pakan campuran dua atau lebih bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari. Ransum adalah campuran bahan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang terdiri dari dua atau lebih bahan pakan dari berbagai jenis bahan pakan yang telah dihitung nilai energi dan nutrisinya yang diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam satu hari.

12. Complete Feed merupakan suatu aplikasi teknologi formulasi pakan dimana mencampur (mix) semua bahan pakan yang ada, seperti dari hijauan ( limbah pertanian ) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu tanpa atau hanya sedikit tambahan rumput segar. Pakan complete feed merupakan fomulasi ransum yang berimbang yang telah lengkap, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, seperti untuk pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi. Dalam aplikasi pemberiannya, ransum complete feed tidak memerlukan bahan tambahan lainnya kecuali air minum.

13. Sumber bahan Additive adalah bahan tambahan yang perlu atau biasa ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit dalam bahan pakan yang kadang kala diperlukan untuk melengkapi ransum yang disusun. Misalnya menambahkan aroma atau cita rasa, asam amino atau asam amino, vitamin.

(35)

2019 M. AMAN YAMAN

250 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

14. Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) >18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.

15. Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%, contohnya biji-bijian, kacang- kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah sisa penggilingan.

16. Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar >20% baik bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.

17. Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, grit kulit bekicot, grit kulit kerang dan grit kulit ikan.

18. Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi- umbian.

(36)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 251 19. Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan kedalam ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.

20. Biogas : gas yang dihasilkan dari limbah organik termasuk limbah limbah ternak.

(37)

2019 M. AMAN YAMAN

252 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

INDEKS

limbah ternak, 8 gas metan, 117 pencemaran,14 mix-farming, 11 pasar global, 12 ekonomi mikro, 12 agro ekosistem, 13 tercemar, 14 jenis limbah, 15

limbah cair, limbah padat, 16 feses sapi, 17

polusi air, 18 limbah organik, 20 limbah in organik, 21 pencemaran udara, 23 spora, 24

karakteristik limbah, 25 tersuspensi, 26

total limbah, 27 limbah gas, 28

(38)

M. AMAN YAMAN 2019

Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak 253 animal unit, 29

C/N, 93

Osmophores, 31 larva lalat, 32 BOD, 35 COD, 36 nitrogen, 37 fosfor, 38 TOC, 39

unidentified , 40 primer treatment, 43 secondary treatmen, 44 limbah, 55

CH4, 56

sustainable agriculture, 57 fitolitik, 58

pupuk kandang padat, 59 pupuk kandang cair, 60 pupuk kandang ayam, 61 pupuk kandang babi, 62

(39)

2019 M. AMAN YAMAN

254 Teknologi Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak

pupuk kandang kambing, 62 pupuk kandang sapi, 63 pupuk kandang kuda, 63 limbah inthil, 64

MOL. 70

bioaktivator, 73 kulit telur, 193 penyubur tanah, 196

kerupuk cangkang telur, 197 limbah bulu ayam, 205 RUP, 210

tepung bulu ayam, 212 browning reaction, 214 tepung tulang, 234 tepung darah, 236

(40)
(41)

Gambar

Gambar 13.  Usaha ternak kambing banyak menghasilkan limbah padat dan sangat  bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk kandang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

10 Penyuluhan dan Pendampingan Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Sido Mulyo Dusun Pulosari, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Menjelaskan pula tentang (2) konsep IPAL dan dasar-dasar pengolahan limbah pada industri peternakan (RPH,RPA), industri pakan, dan industri penetasan (hatchery), teknologi