• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DALAM MENGKOORDINASIKAN DAN MENGKONSOLIDASIKAN PENGUMPULAN BAHAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DALAM MENGKOORDINASIKAN DAN MENGKONSOLIDASIKAN PENGUMPULAN BAHAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DALAM MENGKOORDINASIKAN DAN

MENGKONSOLIDASIKAN PENGUMPULAN BAHAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

MUH. IDRIS SARDI ISMAIL B121 14 021

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

i HALAMAN JUDUL

PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DALAM MENGKOORDINASIKAN DAN

MENGKONSOLIDASIKAN PENGUMPULAN BAHAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

MUH.IDRIS SARDI ISMAIL B121 14 021

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada Program Studi Hukum Administrasi Negara

PROGRAM STUDI

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi ABSTRAK

MUH. IDRIS SARDI ISMAIL (B121 14 021) Pelaksanaan Tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan, dibawah bimbingan dan arahan Bapak Prof.Dr.Aminuddin Ilmar,S.H.,M.H.

selaku pembimbing I dan Bapak Dr.Romi Librayanto,S.H.,M.H. selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dan untuk mengetahui dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif empiris dangan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan topik penelitian. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan melalui data-data dan buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yang kemudian dipaparkan secara deskriptif.

Adapun Hasil dari penelitian yaitu: (1) Pelaksanaan tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokemntasi dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan tidak sesuai dengan aturan. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya penyampaian PPID Utama ke PPID Pembantu untuk melakukan pengumpulan bahan Informasi dan Dokumentasi, sebaliknya PPID Pembantu tidak menyampaikan Informasi dan Dokumentasi secara berkala ke PPID Utama. (2) Faktor yang memengaruhi pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan yakni:

Faktor Hukum dan Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung.

Kata Kunci: PPID, Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi.

(8)

vii ABSTRACT

MUH. IDRIS SARDI ISMAIL (B121 14 021) Duty Implementation Of Placeman Manager Information and Documentation on Coordinated and Consolidated Accumulation Object Information and Documentation in Province South of Sulawesi. Under the guidance and direction of Mr. Prof.Dr.Aminuddin Ilmar,S.H.,M.H. as Adviser I and Mr. Dr.Romi Librayanto,S.H.,M.H. as Adviser II.

The purpose of the study to know and explain of Duty Implementation of PPID on Coordinated and Consolidated Accumulation Object Information and Documentation in Province South of Sulawesi and to knowing dan explaining about influence factor of Duty Implementation of PPID on Coordinated and Consolidated Accumulation Object Information and Documentation in Province South of Sulawesi.

This Study is normative empiric with accumulation data technique by way of interview with the parties who be related with the topic of study.

Besides, Author also study about literature by way of data and books which be related with the study topic. Next, the obtained data analyzed with qualitative and then to explain with descriptive.

The result of this study are : (1) Duty Implementation PPID on coordinated and consolidated accumulation object information and documentation in Province South of Sulawesi is not consistent with the regulation. This can be seen that PPID Utama not submitting to PPID Pembantu for accumulating object information and documentation. And otherwise PPID Pembantu not periodically submitting Information and documentation to PPID Utama. (2) Influence factor of Duty implementation of PPID on coordinated and consolidated accumulation object information and documentation in Province South of Sulawesi are:

Legal Factor and Vehicle and Supporting Facilities Factor.

Keywords: PPID, Coordinated and Consolidated Accumulation Object Information and Documentation.

(9)

viii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas Kasih Sayang, Rahmat dan yang telah melimpahkan ilmu yang bermanfaat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pelaksanaan Tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi Di Provinsi Sulawesi Selatan.”

penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna menyelesaikan program Sarjana Program Studi Hukum Administrasi Negara di Universitas Hasanuddin Makassar.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, Amin.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yakni Ayahanda Muhammad Ismail dan Ibunda Sardiani yang telah mendidik, mengurus dan senantiasa menyebut Penulis dalam setiap doa yang dipanjatkan ketika beribadah kepadaNya. Terima kasih juga kepada saudara penulis Wahyuni Ismail dan Fitriani Ismail.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dalam bentuk

(10)

ix penyajian, pelaksnaan penelitian, maupun sistematika penulisan, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.

Maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna perkembangan intelektual pribadi penulis. Pada proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak dan oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas Hasanuddin beserta jajarannya;

2. Ibu Prof. Dr. Farida Patitingi, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, beserta jajarannya;

3. Bapak Prof. Dr. Aminuddin Ilmar,S.H.,M.H. selaku pembimbing I dan Bapak Dr.Romi Librayanto,S.H.,M.H selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

4. Bapak Prof. Dr. Marten Arie, S.H.,M.Si, Bapak Dr.Anshori Ilyas,S.H.,M.H. dan Ibu Eka Merdekawati Djafar,S.H.,M.H, selaku tim penguji yang memberikan kritik dan saran untuk menjadikan skripsi penulis ini lebih baik;

5. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H.,M.H.selaku Ketua Program Studi Hukum Administrasi Negara dan sekaligus sebagai penasehat akademik penulis.

(11)

x 6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang dengan ikhlas membagikan ilmunya kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan di Fakultas Hukum Unhas.

7. Seluruh staf pegawai akademik Fakultas Hukum Unhas yang telah banyak membantu melayani urusan administrasi dan bantuan lainnya selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Komisioner Komisi Informasi Publik Sulawesi Selatan (KIP Sulawesi Selatan) Bapak Pahir Halim beserta jajarannya. Ibu Imha selaku Panitera, Ibu Weni dan Bapak Andrie yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian ini.

9. Para Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Dinas Komunikasi, Informatika, Statistika, dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan. Ibu Suryani dan Bapak Rusdi Sudin, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya selama proses penelitian ini. Dan juga PPID Pembantu di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan Bapak Andi Chairil Anwar kemudian PPID Pembantu di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Perumahan Provinisi Sulawesi Selatan Bapak Syafiuddin (Pak Pato’) atas waktunya dalam proses penelitian ini.

(12)

xi 10. Terima Kasih pula kepada Teman-teman KKN Kabupaten

Pinrang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kelurahan Padaidi.

Muhammad Safaat, Nurfajryanti, Try Fanny Aprilia, dan Sri Hartina Dj atas 44 harinya.

11. Teman-teman seperjuangan HAN 2014, Ahmad Ishak,S.H, Ahmad Yani,S.H., Alkalingga,S.H., A.Irvan Alamsyah,S.H, Kakanda Asrul,S.H, Kakanda Iqbal Maulana,S.H., Alfian Aan, Aditya Nugraha, Rizman Hadiwijaya dan teman-teman yang penulis tak dapat sebutkan namanya satu persatu.

12. Teman-teman Ena’Sayam, Mamat, Fikar, Anja, Nisa,S.Farm, Wasliah,S.M, Novry, Nanans, Kasma dan Indry. Yang selalu menjadi Rumah. Tempat Penulis untuk Kembali Pulang.

13. Kelurga Besar WIJANNA PASSONGKO’ CELLA’E yang selalu menjadi kerinduan penulis untuk dapat segara berjumpa kembali.

14. Dan seluruh pihak terkait yang dengan pelaksanaan penelitian ini.

Makassar, 15 Agustus 2018

Muh. Idris Sardi Ismail

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……… iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. v

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ………. vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 7

C. Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Informasi Publik……… 9

A.1. Pengertian Informasi Publik ……….. 9

A.2. Klasifikasi Informasi Publik Yang Terbuka……….. 10

A.2.1. Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala ……….. 11

A.2.2. Informasi Yang Wajib Diumumkan Serta Merta…….. 14

A.2.3. Informasi Yang Wajib Disediakan Setiap Saat………. 16

B.Hak Setiap Orang Dalam Memperoleh Informasi Publik ……….. 18

C.Badan Publik ……….... 21

C.1. Pengertian Badan Publik ………... 21

C.2. Pemerintah Daerah Provinsi Sebagai Bagian dari Badan Publik ………... 22

C.3. Kewajiban Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Menyediakan Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat ……….... 23

D.Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) ………… 26

D.1. Pengertian PPID ………. 27

D.2. Jenis-Jenis PPID ………... 28

D.3.Tanggungjawab PPID ………. 28

D.4. Tugas-Tugas PPID ………. 30

(14)

xiii E. Tugas PPID dalam Mengkoordinasikan dan

Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan

Dokumentasi………. 31

F.Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hukum ……….. 32

F.1. Faktor Hukum (Undang-Undang)……….. 33

F.2. Faktor Penegak Hukum……….. 35

F.3. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung……….. 38

F.4. Faktor Masyarakat………... 39

F.5. Faktor Kebudayaan ……… 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 45

B. Lokasi Penelitian ………. 45

C. Populasi dan Sampel ………. 45

D. Jenis dan Sumber Data ………. 46

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 46

F. Analisis Data ……… 47

BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tugas PPID dalam Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi ……… 48

1.Mengkoordinasikan dan Mengonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi……….. 49

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Tugas PPID dalam Mengkoordinasikan dan Mengumpulkan Bahan Informasi dan Dokumentasi ……….. 55

B.1. Faktor Hukum atau Peraturan Perundang-Undangan……... 57

B.2. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung……….. 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 64

B. Saran………. 66 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv DAFTAR TABEL

TABEL 1.1. Koordinasi dan Konsolidasi Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi oleh PPID

Utama………... 49 TABEL 1.2. Penyampaian Informasi dan Dokumentasi Secara

Berkala di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Sulawesi Selatan ………... 51 TABEL 1.3. Penyampaian Informasi dan Dokumentasi Secara

Berkala di Dinas Perumahan, Permukiman dan

Pertanahan Provinsi Sulawesi Selatan ……….. 53

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Dalam konteks hukum Indonesia, bentuk perlindungan hak-hak asasi manusia tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB XA Tentang Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari Pasal 28A-J. Salah satu hak asasi manusia yang dilindungi oleh konstitusi adalah hak memperoleh informasi, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28F Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa:

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Amanah dari perlindungan hak asasi manusia dalam Pasal di atas, kemudian dijabarkan melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disebut UU KIP) yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 3 April 2008.

Salah satu wujud penyelenggaraan Negara yang terbuka adalah diimplemetasikannya keterbukaan informasi publik melalui penggunaan hak publik untuk memperoleh informasi yang berdasar dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

UU KIP merupakan peraturan yang dibuat untuk menjamin pemenuhan hak-hak publik di bidang keterbukaan informasi. Di dalam UU

(17)

2 KIP ini memuat pokok-pokok materi yang terdiri atas pengertian- pengertian yang terkait dengan informasi dan badan-badan publik, hak dan kewajiban badan publik, hal-hal yang terkait dengan Komisi Informasi sebagai lembaga independen yang ditugaskan untuk mengawal pelaksanaan keterbukaan informasi, mekanisme memperoleh informasi dan sanksi hukum atas pelanggaran bagi badan publik. UU KIP ini juga mengatur tentang klasifikasi informasi sedemikian rupa sehingga memberikan kepastian hukum tentang informasi-informasi apa saja yang wajib dibuka kepada publik dan informasi apa yang dikecualikan. Seperti halnya mewajibkan badan publik menyediakan dan mengumumkan informasi publik yang kemudian terbagi atas tiga klasifikasi informasi yang wajib yakni: Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala (Pasal 9); Informasi yang Wajib Diumumkan secara Serta-merta (Pasal 10); dan Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat (Pasal 11).

Penjabaran dari kewajiban badan publik dalam menyediakan dan mengumumkan informasi publik dijelaskan lebih lanjut dalam bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh Komisi Informasi sebagai lembaga yang fungsinya menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik (Selanjutnya disebut PERKI SLIP) yang tujuan dari terbentuknya peraturan ini adalah selain menjamin pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh akses informasi publik juga untuk menjamin

(18)

3 terwujudnya tujuan penyelenggaraan keterbukaan informasi sebagaimana yang diatur dan dimandatkan dalam UU KIP.

Dalam peraturan ini, memuat peraturan Tentang Badan Publik, kewajiban Badan Publik dalam menyediakan informasi publik, tanggungjawab dan wewenang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sebagai pejabat yang bertanggungjawab dalam penyimpanan, pendokumetasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik dll.

Setelah UU KIP ini diundangkan, sesuai dengan amanatnya bahwa 2 (dua) tahun kemudian juga terbit Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (PP Nomor 61 Tahun 2010). Pada PP Nomor 61 Tahun 2010 diatur bahwa PPID sudah harus terbentuk paling lama 1 (satu) tahun setelah PP ini diundangkan dan pada Pasal 14 Ayat (1) huruf (a) bahwa PPID bertugas dan bertanggungjawab dalam:

(a) Penyediaan, Penyimpanan, Pendokumentasian, dan Pengamanan Informasi.

Sehingga terbitlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kemeterian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, setelah peraturan yang sama yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kemeterian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dianggap tidak sesuai dan tidak berlaku lagi.

(19)

4 Dalam Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kemeterian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah inilah yang menjadi dasar dan pedoman dalam pelayanan informasi dan dokumetasi di Pemerintah Daerah termasuk di daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang kemudian membagi PPID kedalam 2 (dua) jenis yakni PPID Utama dan PPID Pembantu yang masing-masing mempunyai tugasnya masing-masing.

Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman umum bagi pemerintahan daerah dalam hal ini PPID (Utama dan Pembantu) dan masyarakat dalam upaya menciptakan penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih dan efektif terutama dalam hal penyediaan informasi dalam rangka menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk memperoleh informasi.

Informasi merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi kehiidupan masyarakat saat ini, terlebih jika berada di suatu negara yang demokrasi dan mengenal adanya pengakuan kebebasan dalam memperoleh informasi bagi masyarakatnya. Tertutupnya kebebasan dalam memperoleh informasi dapat berdampak pada rendahnya kualitas hidup suatu bangsa. Sementara itu dari segi penyelenggara pemerintahan, tidak adanya informasi yang dapat diakses oleh publik dapat berakibat pemerintahan yang tidak demokratis.

Penyediaan informasi oleh PPID untuk menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi dapat terlaksana apabila PPID Utama

(20)

5 melaksanakan tugasnya yang diatur dalam Pasal 12 huruf (c) Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang mengatur bahwa PPID Utama bertugas:

(c) mengkoordinasikan dan mengonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi dari PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional.

Selain tugas dari PPID utama ini, juga dibantu dengan pelaksanaan tugas yang saling berkaitan dari PPID Pembantu yang salah satu tugasnya diatur pada Pasal 14 ayat (1) huruf (b) Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yakni:

(1) PPID Pembantu bertugas:

(b) menyampaikan informasi dan dokumentasi kepada PPID Utama secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali atau sesuai kebutuhan.

Disisi lain, masalah yang kemudian terjadi yakni kewajiban penyediaan informasi publik yang notabenenya menjadi hak bagi masyarakat untuk diperoleh dan diketahui masih belum sepenuhnya dijalankan oleh PPID di Sulawesi Selatan.

Dari data yang diperoleh dari Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Selatan menyebutkan selama Tahun 2012-2015 jumlah sengketa informasi publik yakni sebanyak 18 sengketa mengenai informasi tentang keuangan yang menempatkan badan publik di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai termohon.

(21)

6 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sekelompok masyarakat yang merasa dirugikan akibat dari tidak tersedianya suatu informasi publik.

Dimana kelompok masyarakat tersebut yang menuai suatu kebuntuan kemudian mencari jalan keluar melalui sengketa di Komisi Informasi Sulawesi Selatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kemudian yang menjadi salah satu informasi publik yang sering dilakukan permintaan oleh masyarakat yakni informasi tentang keuangan berupa Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) di Badan Publik lingkup Provinsi Sulawesi Selatan.

Namun jika merujuk pada PERKI SLIP ditafsirkan bahwa RKA dan DPA ini termasuk kedalam Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat.

Hal ini Sesuai dengan yang diatur dalam PERKI SLIP Pasal 13 huruf (d) angka (3) yakni:

Anggaran badan publik secara umum maupun anggaran secara khusus unit pelaksana teknis serta laporan keuangannya.

Artinya informasi tentang akses RKA dan DPA ini, merupakan informasi yang sifatnya terbuka masuk kedalam kategori informasi yang tersedia setiap saat dan menjadi hak masyarakat untuk memperoleh atau mengetahuinya kemudian menjadi kewajiban dari PPID untuk menyediakannya.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya penyediaan informasi dikeranakan tidak terjalinnya koordinasi dan konsolidasi dalam pengumpulan informasi dari PPID Utama kepada PPID Pembantu, dan

(22)

7 tidak adanya penyampaian informasi secara berkala dari PPID Pembantu kepada PPID Utama.

Merujuk pada aturan-aturan yang mewajibkan suatu badan publik dalam hal ini Pemerintah Daerah Provinsi dalam menyediakan informasi publik terhadap kenyataan yang terjadi di Sulawesi Selatan, maka dari itu berdasar pada fakta yang ada mendorong penulis untuk membahasnya kedalam bentuk skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi Di Provinsi Sulawesi Selatan.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumusankanlah masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana faktor yang memengaruhi pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

(23)

8 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan tugas PPID

dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor yang memengaruhi pelaksanaan tugas PPID mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari adanya penelitian ini yakni:

1. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan tugas PPID dalam koordinasi dan konsolidasi pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan studi tentang pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi.

(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Informasi Publik.

UU KIP menjamin dan membuka akses informasi hingga keterlibatan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan proses transparansi dan keterbukaan, yang pada ujungnya akan bermuara kepada akuntabilitas semua badan publik.

Kehadiran UU KIP ini, menjadikan penyelenggara pemerintah tidak bisa lagi kemudian menolak permintaan masyarakat atas informasi publik yang menjadi hak masyarakat dengan berlindung pada alasan rahasia negara sepanjang aturan memperbolehkannya. Transparansi atau keterbukaan merupakan suatu proses tindakan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat diberikan dan didapatkan oleh masyarakat luas.

A.1. Pengertian Informasi Publik.

Informasi telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang dalam rangka pengembangan kualitas diri maupun dalam melakukan aktifitas dilingkungan sosialnya. Pada saat ini, kebutuhan akan hal informasi menjadi sangat penting dan kian berkembang karena telah kebutuhan dasar dalam pengambilan keputusan sosial maupun pribadinya.

Keberadaan UU KIP telah memperjelas jaminan konstitusi pemenuhah hak-hak kebebasan masyarakat dalam mengakses informasi, yang diharapkan dapat memajukan kinerja pemerintahan. Regulasi

(25)

10 keterbukaan informasi publik terhadap rencana kebijakan, proses dan alasan pengambilan keputusan publik yang mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik yang menjadi syarat terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, transparan, efektif, serta akuntabel.

Bila merujuk pada hukum positif di Indonesia, UU KIP Pasal 1 angka (1) mengatur bahwa:

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda- tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

Sedangkan UU KIP Pasal 1 angka (2) mengatur bahwa:

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

A.2. Klasifikasi Informasi Publik Yang Terbuka.

Keterbukaan informasi merupakan elemen bagi publik untuk turut mengambil bagian dalam mengawasi setiap langkah atau kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Yang kemudian menjadi pertemuan antara keterbukaan informasi dengan suatu penyelenggaraan negara yang baik.

Keberadaan UU KIP ini menjadi sebuah elemen penting sebagai landasan hukum yang salah satunya berkaitan dengan pembagian atau pengklasifikasian informasi publik. Informasi apa saja yang dikecualikan

(26)

11 dan informasi apa saja yang memang terbuka dan wajib untuk disediakan.

Dalam UU KIP mengkategorikan tiga (3) informasi yang dapat terbuka dan diakses oleh umum. Yakni dalam bentuk Informasi Publik Yang Wajib atau terbuka yang terdiri dari: Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala, Informasi Yang Wajib Diumumkan Serta Merta, dan Informasi Yang Wajib Disediakan Setiap Saat.

A.2.1. Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala.

Penjabaran mengenai Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala tertuang dalam Pasal 9 UU KIP:

(1) Setiap badan publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.

(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. informasi yang berkaitan dengan badan publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

(3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.

(4) Kewajiban menyebarluaskan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di badan publik terkait.

(6) Ketentuan tentang kewajiban badan publik memberikan dan menyampaikan informasi publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

(27)

12 Ketentuan pada ayat (6) diatas kemudian mengamanatkan pada Komisi Informasi untuk mengatur tentang informasi-informasi apa saja yang termasuk dalam informasi yang wajib diumumkan secara berkala oleh Badan Publik. Maka untuk melaksanakan ketentuan tersebut, maka keluarlah Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik (PERKI SLIP). Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala dapat dilihat dalam peraturan ini pada Pasal 11 yang mengatur bahwa:

(1) Setiap badan publik wajib mengumumkan secara berkala Informasi Publik sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. informasi tentang profil badan publik yang meliputi:

1. informasi tentang kedudukan atau domisili beserta alamat lengkap, ruang lingkup kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi badan publik beserta kantor unit-unit dibawahnya.

2. struktur organisasi, gambaran umum setiap satuan kerja, profil singkat pejabat struktural

3. laporan harta kekayaan bagi setiap pejabat negara yang wajib melakukannya yang telah diperiksa, diverifikasi, dan telah dikirim oleh KPK ke Badan Publik untuk diumumkan;

b. Ringkasan informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkup Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. nama program dan kegiatan

2. penanggungjawab, pelaksanan program dan kegiatan serta nomor telepon dan/atau alamat yang dapat dihubungi

3. target dan atau/capaian program dan kegiatan 4. jadwal pelaksanaan program dan kegiatan

5. anggaran program dan kegiatan yang meliputi sumber dan jumlah

6. agenda penting terkait pelaksanaan tugas badan publik 7. informasi khusus lainnya yang berkaitan langsung

dengan hak-hak masyarakat

8. informasi tentang penerimaan calon pegawai dan/atau pejabat Badan Publik Negara

(28)

13 9. informasi tentang penerimaan calon peserta didik pada

Badan Publik yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk umum;

c. ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkup badan publik berupa narasi tentang realisasi kegiatan yang telah maupun sedang dijalankan beserta capaiannya;

d. ringkasan laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. rencana dan laporan realisasi anggaran 2. neraca

3. laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntasi yang berlaku

4. daftar aset dan investasi;

e. ringkasan laporan akses informasi publik yang sekurang- kurangnya terdiri atas:

1. jumlah permohonan Informasi Publik yang diterima

2. waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap permohonan Informasi Publik

3. jumlah permohonan informasi publik yang dikabulkan baik sebagian maupun seluruhnya dan permohonan informasi yang ditolak

4. alasan penolakan permohonan informasi publik;

f. informasi tentang peraturan, keputusan, dan atau kebijakan yang mengikat dan/atau berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh badan publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau kebijakan yang sedang dalam proses pembuatan.

2. daftar Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau kebijakan yang telah disahkan atau ditetapkan;

g. informasi tentang hak dan tata cara memperoleh informasi publik, serta tata cara pengajuan keberatan serta proses penyelesaian sengketa Informasi Publik berikut pihak-pihak yang bertanggungjawab yang dapat dihubung;

h. informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran yang dilakukan baik oleh pejabat badan publik maupun pihak yang mendapatkan izin atau perjanjian kerja dan badan publik yang bersangkutan;

i. informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait;

j. informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi keadan darurat disetiap kantor badan publik.

(29)

14 A.2.2. Informasi Yang Wajib Diumumkan Serta Merta.

Klasifikasi informasi publik berikutnya adalah Informasi wajib diumumkan secara serta merta. Informasi yang wajib diumumkan serta merta juga merupakan salah satu informasi publik yang harus dapat diketahui oleh masyarakat karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum dan wajib diumumkan secara serta merta tanpa penundaan.

Begitu informasi yang dimaksud dikuasai oleh badan publik, serta merta harus diumumkan kepada publik. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mengantisipasi keadaan darurat atau bahaya sehingga dapat meminimalisir akibat/dampak buruk yang dapat ditimbulkan.

Informasi serta merta ini dijelaskan dalam UU KIP pada Pasal 10 yang mengatur bahwa:

(1) Badan publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

(2) Kewajiban menyebarluaskan informasi publik sebagaimana dimkasud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

PERKI SLIP juga mengatur mengenai Informasi yang wajib diumumkan serta merta. Dalam PERKI SLIP Pasal 12 mengatur bahwa:

(1) Setiap badan publik yang memiliki kewenangan atas suatu informasi yang dapat mengancam hidup orang banyak dan ketertiban umum dan/atau badan publik yang berwenang memberikan izin dan/atau mengajukan perjanjian kerja dengan pihak lain yang kegiatannya berpotensi mengancam hidup orang banyak dan ketertiban umum wajib memiliki standar pengumuman informasi serta merta.

(30)

15 (2) Informasi yang dapat mengancam hidup orang banyak dan

ketertiban umum sebagai mana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:

a. informasi tentang bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan karena factor alam, hama penyakit tanaman, epidemik, wabah, kejadian luar biasa, kejadian anatariksa atau benda-benda angkasa;

b. informasi tentang keadaan bencana non-alam seperti kegagalan industry atau teknologi, dampak industry, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksan;

c. bencana social seperti kerusuhan social, konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror;

d. informasi tentang jenis, persebaran, dan daerah yang menjadi sumber penyakit yang berpotensi menular;

e. informasi tentang racun pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dan/atau

f. informasi tentang rencana gangguan terhadap utilitas publik.

(3) Standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

a. Potensi bahaya dan/atau besaran yang dampak yang dapat ditimbulkan;

b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat maupun pegawai badan publik yang menerima izin perjanjian kerja dari badan publik tersebut;

c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi;

d. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan;

e. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;

f. pihak-pihak yang wajib mengumumkan informasi yang dapat mengancam hidup orang banyak dan ketertiban umum;

g. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi;

h. upaya-upaya yang dilakukan oleh badan publik dan/atau pihak-pihak yang berwenang dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.

(4) Badan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mematuhi pelaksanaan standar pengumuman informasi serta merta serta sebagaiman dimaksud pada ayat (3) serta memastikan pelaksanaanya oleh pihak yang menerima izin dan/atau melakukan perjanjian kerja.

Karena sifatnya yang mengancam hajat hidup dan keselamatan banyak orang, maka kewajiban badan publik untuk memastikan informasi

(31)

16 ini tersampaikan ke masyarakat yang terdampak menjadi hal yang sangat penting.

A.2.3. Informasi Yang Wajib Disediakan Setiap Saat.

Informasi Publik yang dapat diakses oleh masyarakat yang ketiga yakni Informasi yang wajib disediakan setiap saat. Yang berarti informasi yang dibutuhkan harus sudah ada atau tersedia apabila dilakukan permohonan sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada. Informasi yang wajib tersedia setiap saat ini kemudian terdapat dalam UU KIP pada Pasal 11 yang mengatur bahwa:

(1) badan publik wajib menyediakan informasi publik setiap saat yang meliputi:

a. daftar seluruh informasi publik yang berada dibawah penguasaannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan;

b. hasil keputusan badan publik dan pertimbangannya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;

d. rencana kerja proyek termasuk didalamnya perkiraan pengeluaran tahunan badan public;

e. perjanjian badan publik dengan pihak ketiga;

f. informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;

g. prosedur kerja pegawai badan publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat;

h. laporan mengenai pelayanan akses informasi publik sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

(2) Informasi publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dalam Pasal 48, 49 dan 50 dinyatakan sebagai informasi publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban badan publik menyediakan informasi publik yang dapat diaskes oleh pengguna informasi publik sebagimana yang dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis Komisi Informasi.

(32)

17 Pada ayat (3) kembali mengamanatkan Komisi Informasi untuk mengatur lebih lanjut tentang informasi yang wajib tersedia setiap saat ini.

Informasi ini kemudian dicantum dalam PERKI SLIP Pasal 13 yakni:

(1) Setiap badan publik wajib menyediakan informasi publik setiap saat yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. daftar informasi publik yang sekurang-kurangnya memuat:

1. nomor

2. ringkasan isi informasi

3. pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi 4. penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi 5. waktu dan tempat pembuatan informasi

6. bentuk informasi yang tersedia

7. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;

b. informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau kebijakan badan publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau pertimbangan yang mendasari terbitnya peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut

2. masukan-masukan dari berbagai pihak atas peraturan, keputusan atau kebijakan

3. risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut

4. rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut 5. tahap perumusan peraturan, keputusan atau kebijakan

tersebut

6. peraturan, kepetusan dan/atau kebijakan yang telah diterbitkan;

c. seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

d. informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan keuangan, antara lain:

1. pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personil dan keuangan

2. profil lengkap pimpinan dan pegawai yang meliputi nama, sejarah karir atau posisi, sejarah pendidikan, penghargaan, dan sanksi berat yang pernah diterima 3. anggaran badan publik secara umum maupun anggaran

secara khusus unit pelaksana teknis serta laporan keuangannya

4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh badan publik.

e. surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga berikut dokumen pendukungnya

(33)

18 f. surat-menyurat pimpinan pejabat badan publik dalam rangka

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya;

g. syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan dan/atau dikeluarkan berikut dokumen pendukungnya, dan laporan penataan izin yang diberikan;

h. data pembendaharaan atau inventaris;

i. rencana strategis dan rencana kerja badan publik;

j. agenda kerja pemimpin satuan kerja;

k. informasi mengenai kegiatan pelayanan informasi publik yang dilaksanakan, sarana dan prasarana layanan informasi publik yang dimiliki beserta kondisinya, sumber daya manusia yang menangani layanan informasi publik serta kualifikasinya, anggaran layanan informasi publik serta laporan penggunaannya;

l. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan dalam pengawasan internal serta laporan penindakannya;

m. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang dilaporkanoleh masyarakat serta laporan penindakannya;

n. daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;

o. informasi publik lain yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 UU KIP;

p. informasi tentang standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bagi badan publik yang diberikan izin dan/atau melakukan perjanjian kerja dengan pihak lain yang kegiatannya berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum;

q. informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum.

B. Hak Setiap Orang Dalam Memperoleh Informasi Publik.

Peranan penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak atas informasi menjadi sangat penting karena semakin terbuka penyelengaraan negara yang diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan.

(34)

19 Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak setiap untuk memperoleh Informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak atas informasi menjadi sangat penting karena terbukanya penyelenggaraan negara ditambah partisipasi masyarakat untuk turut mengambil bagian didalamnya, dapat menjadikan penyelenggaraan negara tersebut semakin akuntabel.

Hak setiap orang untuk memperoleh Informasi diatur dalam UUD NRI 1945 yang merupakan salah satu bagian dalam penjaminan Hak Asasi Manusia. Dalam UUD NRI 1945 Pasal 28F mengatur bahwa:

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Untuk memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh Informasi inilah yang menjadi dasar dalam pembentukan UU KIP. Fungsi maksimal ini diperlukan, mengingat hak untuk memperoleh Informasi merupakan hak asasi manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Hak setiap orang untuk memperoleh informasi juga relevan untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik. Partisipasi atau pelibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan ketebukaan informasi publik. Partispasi diperlukan untuk mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam

(35)

20 menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.1

UU KIP juga mengatur tentang hak setiap orang dalam memperoleh informasi. UU KIP Pasal 4 mengatur bahwa:

Hak Pemohon Informasi Publik adalah:

(1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

(2) Setiap Orang berhak:

a. melihat dan mengetahui informasi publik;

b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik;

c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau

d. menyebarluaskan informasi publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut.

(4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Ini.

Disaat sekarang ini, keterbukaan dalam mengakses informasi adalah sebuah kewajiban bagi pemerintah yang harus dilaksanakan karena telah timbul kesadaran masyarakat akan haknya dalam memperoleh informasi. Karena menjadi salah satu cara untuk publik mengawasi penyelenggaraan pemerintahan.

Maka dari itu, sebagai bentuk komitmen pelaksanaan UU KIP, maka pada Tahun 2016 di Provinsi Sulawesi Selatan diatur mengenai hak setiap orang untuk memperoleh informasi. Yang diatur dalam bentuk

1 Muin Fahmal, Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan yang layak dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, (Yogyakarta:Total Media), hlm.96.

(36)

21 Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Transparansi, Partisipasi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pemda. Pada Pasal 8 mengatur bahwa:

Dalam penyelenggaan Pemerintah Daerah, setiap orang berhak:

a. Memperoleh informasi publik dengan cara yang mudah, akurat, benar, dan tidak menyesatkan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

b. Menyebarluaskan informasi publik;

c. Mengahadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum;

d. Mendapatkan salinan informasi melalui permohonan; dan mengajukan keberatan apabila mendapatkan hambatan dalam memperoleh informasi publik.

C. Badan Publik.

UU KIP menjamin serta membuka akses Informasi hingga partipasi masyarakat diharapkan lebih bisa mengembangkan proses keterbukaan yang pada gilirannya akan berdampak pada akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama pada badan publik.

UU KIP ini mengatur kewajiban semua badan publik dan pada lembaga pemerintahan, BUMN/BUMD, LSM, Parpol dan sebagainya selama masih menggunakan keuangan negara untuk membuka akses informasinya kepada masyarakat.

C.1. Pengertian Badan Publik.

Keberdaan UU KIP ini untuk kemudian menciptakan pelaksanaan pemerintahan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan atau akuntabel, baik badan publik yang ada ditingkat pusat sampai ke bawah dituntut untuk berkomitmen dalam menjalankan UU ini, sehinnga kemudian terciptanya pemerintahan yang baik.

(37)

22 Keberadaan UU KIP sangat penting sebagai landasan hukum yang keterkaitannya tentang kewajiban badan publik menyediakan dan melayani permintaan informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana. UU KIP Pasal 1 angka (3) mengatur bahwa:

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi nonpemerintahan sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

C.2. Pemerintah Daerah Provinsi Sebagai Bagian dari Badan Publik.

Subjek penguasa informasi dalam regulasi yang mengatur akses atau hak atas infomasi penyebutannya berbeda sesuai dengan lingkup masing-masing. Namun di UU KIP disebut dengan Badan Publik.

Pengertian dari Badan Publik seperti yang telah dijelaskan pada point sebelumnya, Bahwa Badan Publik yang terdiri dari unsur Eksekutif Legislatif, dan Yudikatif. Termasuk didalamnya unsur Pemerintah Daerah dan dapat kemudian dilihat dalam PERKI SLIP Pasal 3 mengatur bahwa:

(1) Ruang lingkup badan publik sesuai dengan peraturan ini mencakup:

a. Lembaga eksekutif;

b. Lembaga legislatif;

c. Lembaga yudikatif;

d. Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

(38)

23 e. Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh

dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri;

f. Partai politik; dan

g. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

(2) Badan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran 1 tentang Badan Publik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Bila kemudian merujuk pada Lampiran 1 dalam peraturan ini, badan publik yang masuk daftar pada lembaga eksekutif misalnya:

1. Kementerian Negara;

2. Lembaga Pemerintah Nonkementerian;

3. Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4. Tentara Nasional Indonesia;

5. Pemerintah Daerah:

a. Pemerintah Daerah Provinsi b. DPRD Provinsi

c. Pemerintah Kab/Kota d. DPRD Kab/Kota 6. Pemerintahan Desa.

Dari penguraian aturan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah merupakan bagian dari Badan Publik. Maka dari itu, dalam penelitian ini kemudian yang menjadi perhatian khusus yakni pada lingkup Pemerintah Daerah Provinsi selaku Badan Publik Eksekutif yang mempunyai tugas dan kewajiban dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik di Sulawesi Selatan melalui penyediaan informasi publik.

C.3 Kewajiban Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Menyediakan Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat.

KIP menjamin dan membuka akses informasi sehingga peran serta masyarakat nantinya akan lebih membuka proses transparansi yang

(39)

24 implikasinya kemudian berupa akuntabilitas seluruh badan publik.

Sebagaimana diatur dalam UU KIP ini menunjukkan bahwa Badan Publik diamanahkan untuk menjalankan keterbukaan informasi dalam bentuk kewajiban menyediakan informasi publik.

Dalam UU KIP Pasal 7 mengatur bahwa:

(1) Badan publik wajib menyediakan, dan memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik yang berada dibawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai ketentuan.

(2) Badan Publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.

(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

(4) Badan publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik.

(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.

(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban ayat (1) sampai dengan ayat (4) badan publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan nonelektronik.

Dalam bentuk komitmen pelaksanaan aturan UU KIP, dan merujuk pada Lampiran 1 PERKI SLIP yang mengatur bahwa Pemda Provinsi merupakan suatu Badan Publik, maka kewajiban Pemda dalam menyediakan informasi setiap saat diatur pada Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Transparansi, Partisipasi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pemda. Pada Pasal 11 mengatur bahwa:

Penyelenggara Pemerintahan Daerah berkewajiban untuk:

(40)

25 a. Menumbuh kembangkan semangat transparansi;

b. Menyampaikan informasi yang wajib tersedia dan diumumkan secara berkala;

c. Menyampaikan informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara serta merta;

d. Menyampaikan informasi yang wajib tersedia setiap saat;

e. Melayani permintaan informasi dengan baik, cepat dan mudah;

f. Memberikan informasi yang benar, akurat, mutakhir dan tidak menyesatkan;

g. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan/atau kesepakatan lainnya yang mengikat bagi para pihak yang terkait;

h. Menyediakan sarana yang dapat diakses publik dengan mudah untuk memperoleh informasi.

Kemudian pada Pasal 12 mengatur bahwa:

(1) Penyelenggara Pemerintah daerah wajib menyediakan informasi publik, meliputi:

a. perencanaan, kebijakan dan program pemerintah daerah;

b. kegiatan dan kinerja Pemerintah Daerah;

c. proses, penetapan, subtansi, penggunaan dan pertanggungjawaban APBD;

d. penggunaan APBN dalam pelaksanaan tugas pembantuan e. kesepakatan dan komitmen kerjasama dan kemitraan, kecuali

dalam hal informasi yang dikecualikan dan informasi yang tidak dapat diberikan;

f. rancangan Peraturan Daerah, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Keputusan Gubernur, Peraturan DPRD, dan Keputusan DPRD;

g. laporan keuangan daerah

h. laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ);

i. laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD);

j. informasi laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD);dan

k. proses pengisian jabatan Aparatur Sipil Negara

l. pengadaan barang dan jasa, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, informasi publik lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah menyediakan informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui:

a. pelayanan publik yang diinformasikan secara jelas yang dapat diakses dengan mudah, cepat dan tepat;

b. sosialisasi proses penyusunan kebijakan publik;

(41)

26 c. penyebarluasan informasi publik yang genting dan mendesak

dengan cara pengumuman secara serta merta;

d. pemenuhan hak publik atas informasi publik yang utuh; dan e. transparansi dalam proses penyusunan perencanaan

pembangunan daerah, dan tata ruang, sesuai peraturan perundang-undangan.

D. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

Dalam Upaya Pelaksanaan penyediaan informasi dilingkup Lembaga Eksekutif terkhusus Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, diperlukan adanya penambahan struktur, infrastruktur dan staf yang khusus bertugas dalam melakukan pemberian dan pengelolaan informasi publik. Struktur tersebut harus sederhana dan efisien, sehingga permohonan informasi publik tidak membutuhkan waktu yang lama dan berbelit-belit pula.

Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap badan publik menujuk Pejabat Pengelola Informasmasi dan Dokumentasi (PPID) yang dibantu oleh pejabat fungsional serta membuat dan mengembangkan sistem penyedia layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan informasi kepada publik.

Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya dalam keterbukaan informasi publik yakni PPID sebagai pejabat yang mempunyai tanggung jawab dalam pendokumentasian, penyimpanan dan penyediaan informasi publik disuatu badan publik.

(42)

27 D.1. Pengertian PPID

PPID mempunyai banyak tugas dan tanggung jawab di berbagai hal mulai dari mengelola semua informasi yang ada di satuan kerjanya, hingga mengatur cara pelayanan informasi yang baik, cepat, sederhana dan benar. Kalau ada permohonan informasi pun PPID yang kemudian menjadi poros terdepan dalam hal penyedian agar tidak terjadi sengketa informasi publik.

UU KIP Pasal 1 angka (9) mengatur bahwa:

PPID adalah Pejabat yang bertanggungjawab dibidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.

Terbentuknya PPID tentunya tidak tanpa dasar hukum. UU KIP ini juga yang menjadi dasar peraturan perundang-undangan yang dalam pembentukan PPID ini.

UU KIP Pasal 13 ayat (1) mengatur bahwa:

Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap badan publik menunjuk Pejabat Pengelola Informasi Publik.

Dari regulasi ini kemudian Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berkomitmen dengan turut mengambil bagian dalam penyelenggaraan keterbukaan informasi dengan mengatur pembentukan PPID dalam Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Transparansi, Partisipasi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pada Pasal 6 diatur bahwa:

(1) Pengelolaan pelayanan informasi dan dokumentasi dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Badan Hukum Publik dengan membentuk atau menetapkan PPID.

(43)

28 (2) PPID sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melekat pada pejabat

struktural yang membidangi tugas dan fungsi pelayanan informasi dan/atau kehumasan.

D.2. Jenis-Jenis PPID.

Adapun jenis-jenis PPID Didalam lingkup Pemerintah Daerah, terbagi menjadi 2 jenis PPID. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah pada Pasal 10 ayat (1) diatur bahwa:

(1) PPID Utama dilingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dibantu oleh PPID Pembantu yang berada dilingkungan Perangkat Daerah dan/atau pejabat fungsional.

Dari uraian Pasal diatas, dipahami bahwa PPID di Lingkup Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan terbagi atas 2 (dua) yakni PPID Utama dan PPID Pembantu yang masing-masing mempunyai tugas tersendiri.

D.3.Tanggungjawab PPID.

Pesatnya perkembangan teknologi di saat sekarang ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah saat ini mengenai keterbukaan informasi publik bagi badan publik pemerintah sesuai amanah UU KIP yang mewajibkan setiap badan publik untuk selalu menyediakan informasi publik bagi masyarakat luas. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi hak- hak publik dalam memperoleh informasi publik pada setiap badan publik.

Oleh karena itu, melalui pembentukan PPID yang melekat dimasing-masing badan publik untuk terus mendorong keterbukaan

(44)

29 informasi publik terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

Mengenai tugas dan tanggung jawab disuatu Badan Publik, dalam mengawal keterbukaan akses informasi publik disuatu badan publik dapat dilihat dalam PERKI SLIP Pasal 6 yang mengatur bahwa:

PPID bertanggungjawab di bidang layanan informasi publik yang meliputi proses penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan pelayanan informasi publik.

Kemudian pada Pasal 7 mengatur bahwa:

(1) PPID bertanggungjawab mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian seluruh Informasi Publik yang berada di badan publik.

(2) Dalam rangka tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas mengkoordinasikan pengumpulan seluruh informasi publik secara fisik dari setiap unit/satuan kerja yang meliputi:

a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;

b. Informasi yang wajib tersedia setiap saat;

c. Informasi yang terbuka lainnya yang diminta pemohon informasi publik.

(3) Dalam rangka tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai setiap unit/satuan kerja diBadan Publik dalam rangka pembuatan dan pemuktahiran Daftar Informasi Publik setelah dimutakhirkan oleh pemimpin masing- masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

Jika berdasar pada Pasal di atas, bahwa telah diatur kemudian yang menjadi tanggung jawab dari PPID yakni Tentang koordinasi pengumpulan informasi publik baik itu sifatnya Berkala, Serta Merta, maupun Setiap Saat.

(45)

30 Mengingat bahwa sangat kompleksnya tugas dan tanggung jawab dari PPID, sehingga diharapkan PPID disetiap badan publik ini dapat melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya dalam rangka pengumuman dan atau/ penyediaan informasi publik.

Karena pada dasarnya PPID lah yang menjadi garda terdepan dalam mengawal keterbukaan informasi di masing-masing Badan Publiknya.

D.4. Tugas-Tugas PPID

Adapun Tugas dari PPID Utama diatur dalam Pasal 12 Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yakni:

PPID Utama bertugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan informasi dan dokumentasi;

b. menyusun laporan pelaksanaan kebijakan informasi dan dokumentasi;

c. mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi dari PPID Pembantu dan atau Pejabat Fungsional;

d. menyimpan, mendokumentasikan menyediakan dan memberi pelayanan informasi kepada publik;

e. melakukan verifikasi bahan informasi publik;

f. melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan;

g. melakukan pemutakhiran informasi dan dokumentasi;

h. menyediakan informasi dan dokumentasi untuk diakses oleh masyarakat;

i. melakukan pembinaan, pengawasan, evaluasi, dan monitoring atas pelaksanaan kebijakan informasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh PPID Pembantu;

j. melaksanakan rapat koordinasi secara berkala dan/atau sesuai kebutuhan;

k. mengesahkan informasi dan dokumentasi yang layak untuk dipublikasikan;

(46)

31 l. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional

untuk mengumpulkan, mengelola dan memelihara informasi dan dokumentasi;

m. membentuk tim fasilitasi penanganan sengketa informasi untuk menangani sengketa informasi yang ditetapkan melalui Keputusan Atasan PPID.

Dalam melaksanakan tugasnya, PPID Utama dibantu oleh PPID Pembantu yang di lingkungan Perangkat Daerah dan/atau pejabat fungsional. Adapun Tugas dari PPID Pembantu juga diatur dalam Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Pasal 14 yang mengatur bahwa:

PPID Pembantu bertugas:

a. membantu PPID Utama melaksanakan tanggungjawab, tugas dan kewenangannya;

b. menyampaikan informasi dan dokumentasi kepada PPID Utama secara berkala dan sesuai kebutuhan;

c. melaksanakan kebijakan teknis informasi dan dokumentasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

d. menjamin ketersediaan dan akselerasi layanan informasi dan dokumentasi bagi pemohon informasi secara cepat, tepat, berkualitas dengan mengedapankan prinsip-prinsip pelayanan prima;

e. mengumpulkan, mengolah, dan mengompilasi bahan dan data lingkup komponen di lingkungan Pemerintahan Daerah masing- masing menjadi informasi publik;

f. Menyampaikan laporan pelaksanaan teknis dan pelayanan informasi dan dokumentasi kepada PPID Utama secara berkala dan sesuai kebutuhan.

E. Tugas PPID dalam Mengkoordinasikan dan Mengkonsolidasikan Pengumpulan Bahan Informasi dan Dokumentasi.

Jika merujuk pada uraian tugas dari PPID, pada penelitian ini berfokus pada salah satu pelaksanaan tugas yang dapat dilihat dari Pasal 12 huruf (c) yang mengatur bahwa PPID utama bertugas:

(47)

32 c. Mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan

informasi dan dokumentasi dari PPID Pembantu dan atau Pejabat Fungsional.

Kemudian jika melihat tugas dari PPID Utama dalam mengkoordinasikan, mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi maka hal ini berkaitan dengan tugas dari PPID Pembantu dalam menyampaikan informasi secara berkala. Hal ini dapat dilihat pada Permendagri Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Pasal 14 huruf (b) yang mengatur bahwa Tugas PPID Pembantu:

b. Menyampaikan informasi dan dokumentasi kepada PPID Utama secara berkala dan sesuai kebutuhan.

Maka dalam penelitian ini, menjadi fokus yang akan dibahas yakni terkait pelaksanaan tugas PPID dalam mengkoordinasikan, mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi.

F. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hukum.

Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi hukum menurut Soerjono Soekanto yakni:

1. Faktor hukumnya sendiri, yang akan dibatasi oleh undang- undang saja.

2. Faktor penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang membentuk dan menerapkan hukum.

3. Faktor sarana dan fasilitas, yang mendukung penegakan hukum.

(48)

33 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku atau ditetapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta,dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.2 Kelima faktor yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut, tidaklah disebutkan faktor mana yang sangat dominan berpengaruh, semua faktor tersebut harus mendukung untuk membentuk efektifitas hukum.

Berdasarkan faktor-faktor penegakan hukum tersebut penulis berpendapat bahwa untuk membangun efektifitas hukum harus diawali untuk mempertanyakan bagaimana hukumnya, kemudian disusul bagaimana penegak hukumnya lalu bagaimana sarana dan fasilitas yang menunjang, kemudian bagaimana masyarakat merespon serta kebudayaan yang terbangun.

F.1. Faktor Hukum (Undang-Undang)

Undang-undang dalam arti materil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya Undang-Undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya agar Undang-Undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain:

1) Undang-Undang tidak berlaku surut; artinya, Undang-Undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut dalam

2Soerjono Soekanto, 2010, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Rajawali Pers;Jakarta). Hlm.8

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik bagi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan mengundang PPID

Layanan Informasi Publik, pada pasal 4 dan Bab VII pasal 36, bahwa badan publik wajib membuat dan menyediakan laporan layanan informasi publik paling lambat 3 (tiga) bulan

Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah untuk diakses masyarakat yaitu dengan memberikan pelayanan (sesuai jadwal) atas setiap permintaan/permohonan informasi publik

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih-Nya, Laporan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pembantu Satuan

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS TENAGA KERJA TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BULELENG TAHUN

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 24 April 2013 pukul 08.00 WIB adalah mengkaji ulang nyeri, dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan nyeri pada

Adapun latar belakang tersebut adalah: (1) politik identitas gerakan Ajeg Bali muncul sebagai bentuk pemertahanan kebudayaan Bali dari penerapan politik kebudayaan Orde

Bermacam-macam kesetiaan inilah yang menarik bagi penulis untuk mengangkat tema kesetiaan dengan bahan rujukan yaitu komik Shanaou Yoshitsune, dengan judul “ANALISIS KESETIAAN