• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. adalah deskriptif. teori belajar lebih menekankan pada hubungan variable-variabel dari hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. adalah deskriptif. teori belajar lebih menekankan pada hubungan variable-variabel dari hasil"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran

2.1.1 Teori pembelajaran

Menurut Bruner dalam Thobroni (2016:49) mengemukkan bahwa dalam teori pembelajaran yaitu perspektif. Bruner mengemukakan bahwa teori perspektif adalah mempunyai7tujuan yaitu menjalakan metode pembelajaran yang optimal sedangkan teori belajar adalah deskriptif. teori belajar lebih menekankan pada hubungan variable-variabel dari hasil belajar. Sedangkan, teori7pembelajaran lebih menekankan bagaimana seseorang yang melakukan pembelajaran dapat mengajak dan mendorong orang lain untuk menciptakan proses belajar. Jadi pembelajaran ada kaitannya dengan mengontrol variable yang dimuat dalam teori supaya mudah dalam proses belajar.

Menurut Thobroni ( 2016:52) terdapat empat hal yang terkait dengan teori pembelajaran, yaitu sebagai berikut

a. Bahwa teori pembelajaran harus melihat kondisi kecenderungan siswa sebelum mereka melakukan kegiatan belajar dan memperhatikan proses belajar siswa.

b. Terdapat struktur sosial, yaitu struktur pengetahuan yang dapat mengantarkan siswa ke dalam hal- hal yang baru dan dapat menyederhanakan suatu informasi yang luas sehingga dapat dimengerti dan struktur pengetahuan harus mampu membuat cara berpikir siswa lebih luas .

(2)

10

c. Teori pembelajaran mempunyai kaitan dengan hubungan yang maksimal, maka seorang pendidik diharapkan dengan mudah untuk mencari strategi agar siswa dapat menangkap informasi lebih cepat dan lebih mudah.

d. Teori pembelajaran berkaitan dengan penghargaan dan hukuman.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mulyono dalam Sagala (2003:62). Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang telah didesain dan diprogram untuk menciptakan proses belajar secara aktif sehingga meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Thobroni (2016:323) mengatakan terdapat isu-isu mutakhir pembelajaran dalam negeri ini, yaitu: (1) pembelajaran berwawasan multikultural; (2) pendidikan berwawasan7lingkungan; (3) pendidikan berwawasan entrepreneurship; (4) pendidikan berwawasan gender; (5) pendidikan berwawasan anti-korupsi. Dimana isu-isu pembelajaran tersebut mempunyai tujuan untuk mempersiapkan warga negara yang cinta terhadap bangsa dan negara, mandiri, berwawasan luas serta jujur dalam melakukan sesuatu.

Menurut Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2003: 63) menyatakan bahwa terdapat empat interaksi variable dalam proses pembelajaran: (1) variabel pertanda berupa pendidik; (2) variabel konteks berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variable pendidik; (4) variabel produk yang berupa perkembangan jangka pendek dan jangka panjang untuk peserta didik. Kemudian Dunkin dan Bidle mengemumakan bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mempunya dua kompetensi, yaitu: (1) kompetensi materi pembelajaran atau penguasaan materi pembelajaran; dan (2) kompetensi metedologi pembelajaran. Jadi guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik serta menggunakan metode pembelajaran yang dikuasai oleh guru, agar

(3)

11

dalam penyampaian materi menjadi maksimal, apabila guru tidak dapat menggunakan metodologi dengan baik dan maksimal maka dalam penyampaian materi juga tidak berjalan dengan baik.

Pembelajaran yang akan berjalan dengan maksimal, aktif dan efektif adalah belajar dengan menggunakan seluruh elemen yang mendukung seperti dalam proses pembelajaran, kemudian guru juga harus memperhatikan metode pembelajaran dan materi pembelajaran yang ingin disampaikan. Dalam menyampaiakan materi pembelajaran diharapkan guru dapat mempermudah siswa dalam menangkap informasi yang ada, sehingga siswa bisa mengerti dengan mudah.

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Al Hakim (2016:7)) pendidikan kewarganegaraan beberapa mengalami perubahan nama, dahulu pendidikan kewarganegaraan bernama kewiraan, dan berlabel kewarganegaraan atau kewiraan, didalam perubahan nama tersebut mengalami perkembangan dan mempengaruhi bagi perjalanan sistem pendidikan nasional. Terbukti pendidikan kewarganegaraan selalu ditemukan sebagai mata kuliah wajib secara akademik. Fungsi dari pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan, membina dan membimbing untuk menumbuhkan kesadaran bagi bagi warga negara untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang sesuai dan berlaku dalam UUD 1945.

Menurut Al Hakim (2016:9)

Secara programatik, Pendidikan Kewarganegaraan ditujukan pada garapan garapan akhir yaitu pembentukan warga negara yang baik (good citizen atau good citizenship) sesuai dengan jiwa dan nilai Pancasila dan UUD 1945.

Rasionalnya, bahwa Pancasila dan UUD 1945 ditempatkan sebagai norma dan parametric kehidupan nasional Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ditinjau dari cara kerjanya yang bergerak dalam lingkungan pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan membentuk kualitas kepribadian (desirable personal qualitity) warga negara yang baik.

(4)

12

Penjelasan tersebut dapat disimpulkan tujuan pendidikan kewarganegaran adalah menciptakan keseimbangan hak dan kewajiban7serta sadar arti pentingnya akan berbangsa dan bernegara, melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak lupa akan jati dirinya sebagai warga negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta mentaati7peraturan yang berlaku, serta pendidikan kewarganegaraan adalah pengetahuan dasar yang berhubungan dengan setiap warga negara dan merupakan pengetahuan pendidikan utama bela negara sebagai bentuk usaha bela negara sesuai dengan yang diamanatkan di dalam UUD 1945 serta membentuk kualitas kepribadian warga negara yang baik dan berpasrtisipasi aktif dalam masyarakat.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan menutur Wahab ( 2011: 346) adalah warga negara yang berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik, tanggung jawab serta taat dada nilai-nilai7dan prinsip-prinsip dasar demokrasi Indonesia. Untuk menciptakan partisipasi, warga negara juga memerlukan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan rasa tanggung jawab untuk ikut berperan serta, dan mendukung setiap individu untuk meningkatkan kemampuannya sebagai bentuk ikut serta, mendukung dan ikut mengawasi setiap proses dan system politik yang baik, sehat serta menciptakan perubahan nilai yang lebih baik.

Tujuan pembelajaran menurut Syahri (2012:8) diharapkan ilmu-ilmu yang terdapat dalam materi kewarganegaraan dapat meningkatkan keberhasilan menuju masarakat Indonesia 2020 yang nyata dan bermanfaat secara langsung ssebagaimana yang telah tercantung dalam visi pendidikan tinggi sebagai berikut:

1. Penghormatan martabat manusia tumbuh

2. Berperilaku positif dan menerima perbedaan dan kemajemukan perkembangan budaya

3. Meningkatkan kerukunan bangsa dan semangat persatuan dan meningkatkan toleransi kepedulian serta tanggung jawab di dalam kehidupan masyarakat.

4. Pastisipasi politik diwujudkan untuk kedaulatan rakyat dan kontrol masyarakat 5. Berkembangnya politik yang bersifat bebas terbuka dan martabat dab

berkembangnya organisasi sosial

(5)

13

6. Mampu meningkatkan daya asing agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Al Hakim (2016: 9) tujuan pendidikan kewarganegaran adalah mewujudkan cita cita dan UUD 1945 untuk menciptakan warga negara yang baik dan mengacu terhadap tujuan7pendidikan nasional sebagaimana yang telah terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, Pasal 37 (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa Pendidikan Kewarganegaraan untuk membantuk pserta didik memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air serta mengemban misi dalam mempersiapkan Bangsa Indonesia memiliki7kompetensi kognitif (civic knowledge), kompetensi psikomotorik (civic skills) dan karakter pribadi (civic depositions) yang dapat berkontribusi bagi negara dan bangsanya.

2.3 Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Winarno (2013:25) menjelaskan materi pembelajaran atau bahan ajar mempunyai garisbesar yang meliputi7pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Jadi materi pembelajaran terdiri dari materi yang bersifat pengetahuan (fakta, konsep, preposisi, prinsip, teori) materi7bersifar keterampilan ( tata cara, prosedur) dan materi bersifat nilai.

Komponen pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menurut Stimman Branson dalam Winarno (2013:26) yaitu:

Civic Skills adalah keterampilan yang dimiliki warga negara, yang meliputi:

keterampilan partisipasi dan keterampilan intelektual. civic knowledge berkaitan dengan sesuatu yang diketahui oleh warga negara. Civic dispotion berkaitan dengan demokrasi konstitusional yang berhungan dengan karakter privat serta publik dari warga negara yang perlu di pelihara dan ditingkatkan.

Udin S. Winataputra dalam Winarno (2013:26) menyatakan bahwa unsur-unsur yang mengingkat dalam membangun tatanan pendidikan kewarganegaraan adalah civic knowledge,

(6)

14

yaitu pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan; civic disposition; yaitu nilai, komitmen, dan7sikap kewarganegaraan; dan civic skills, yakni keterampilan intelektual social, personal kewargangeraan yang seharusnya dilakukan oleh setiap individu warga negara

2.4 Wawasan Kebangsaan 2.4.1 Konsep Bangsa

Martodirdjo (2008:2) menungkapkan bahwa konsep wawasan kebangsaan dari beberapa ahli, menurut pandangan dari Ernest Renan pada intinya mengartikan bangsa “sebagai jiwa yang mengandung kehendank bersatu”, menurut Otto Bauer mengartikan sebagai “ satu kesatuan peragai yang timbul karena senasib”, Muhammad Hatta7mengartikan bangsa sebagai anggota masyarakat yang mempunyai kesadaran sebagai gabungan yang satu karena satu kesamaan, tujuan dan nasib. Soekarno menjelaskan bahwa bangsa sebagai anggota masyarakat yang hidup dan tinggal dalam suatu wilayah yang sama.

Secara umum, sesuatu dapat dikatakan sebagai bangsa adalah terdapat keinginan manusia untuk hidup berdampingan dan hidup bersatu serta adanya kesamaan nasib. Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep bangsa yang sesungguhnya adalah terletak dalam manusia itu sendiri, apabila seseorang sadar dan faham akan kesamaan hidup bersama serta senasib maka yang harus dilakukan adalah berjuang bersama-sama untuk melangsungkan kehidup berbangsa dan bernegara sesuai Undang-Undang dan hukum yang berlaku di Indonesia.

2.4.2 Wawasan

Kamus bahasa Indonesia menjelaskan wawasan adalah hasil memawas; tinjauan;

pandangan dan konsepsi cara pandang. Wawasan dapat dijabarkan sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Misalkan wawasan tentang agama, artinya seseorang memandang sebagai pengetahuan yang menjadi pedoman hidup manusia baik kehidupan baik hubungan dengan

(7)

15

manusia dan Tuhan dan bagaimana cara memandang kehidupan yang dianjurkan dan dilarang oleh agama sebagai bekal di dunia dan kehidupan yang abadi.

2.4.3 Wawasan Kebangsaan

Martodirdjo (2008:2) wawasan7kebangsaan adalah cara pandang seseorang atau cara melihat eksistensi yangutuh atau dalam konteks timbal balik pada lingkungan sekitar. Wawasan atau cara pandang ini akan menghasilkan adanya semangat dan rasa kebangsaan sebagai kekuatan untuk mempertahankan identitas dan harga diri bangsa yang berhubungan dan bersangkutan dalam rangka hubungan dan pergaulan antar bangsa-bangsa. Setiap bangsa memiliki cara pandang atau wawasannya mengenai jati dirinya, bukan hanya karena proses kehiduan (social, ekonomi, seni, moral spiritual, dsb) dan bahkan menyangkut tentang proses dan psikis keseluruhan warga didalamnya.

Wawasan kebangsaan menurut L.B. Moerdani dalam Wahyono (2007:69) memiliki beberapa unsure yang harus dipahami untuk menciptakan dan menumbuhkan kesadaran secara keseluruha demi mewujudkan suatu bangsa yang kokoh. Ketiga unsur tersebut adalah rasa, paham dan semangat kebangsaan. Rasa dan paham berwawasan kebangsaan adalah kesadaran yang timbul secara alamiah dari diri induvidu yang dapat dipengaruhi oleh setiap dari perkembangan kebudayaan, sosial dan sejarah perjuangan masa lampau. Rasa kebangsaan tersebut melahirkan paham dan pikiran-pikiran yang rasional dan lenih kritis terhadap suatu masalah dalam negara, hal tersebut dilakukan karena ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan ingin menyampaikan aspirasi untuk memberikan kritikan dan solusi terhadap negara. Semangat kebangsaan adalah kesadaran yang dimiliki individu untuk menunjukkan kesetian tertinggi kepada negara atau bangsa

Moekiyat (2017:2) mengartikan wawasa kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang di landasi oleh kesadaran

(8)

16

terhadap7system nasional yang bersumber dali Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, NKRI, danBhinneka Tunggal Ika demi mencapai masyarakat yang aman, sejahtera, adil dan makmur yang dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapi bangsa dan negara. Konsep kebangsaan merupakan kelompok yang beragam dan hidup secara bersama sama dengan ciri-ciri persaudaraan, kesetaraan, kesetiakawanan, kebersamaan, dan kesediaan berkorban. Wawasan kebangsaan harus tetap di tanamkan bagi warga negara serta ditumbuhkembangkan secara berkesinambungan pada tingkat kesadaran yang akan menjadikan semangat, tekad/komitmen kebangsaan

Menurut Moekiyat (2017:7) pelaksanaan pemantapan wawasan kebangsaan untuk pendidikan dan pembelajaran yaitu: (1) pendidikan formal melalui pendidikan terstruktur terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; (2) pendidikan nonformal melalui pelatihan bagi calon pekerja (3) pendidikan informal melalui pendidikan lingkungan, seperti keluarga, dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar mandiri; (4) pendidikan jabatan seperti prajabatan dan pendidikan jabatan, struktural di lingkungan pemerintahan.

Referensi

Dokumen terkait

Membayar biaya Administrasi sebesar Rp 11.200.000,- (rincian biaya terlampir). Konfirmasi pembayaran via SMS ke Panitia UM-MTA NURANI Usth. Berkas-berkas yang perlu dibawa

Melalui pernyataan ini dapat disebutkan bahwa ketidaksadaran kolektif merupakan bagian dari kepribadian manusia, dan ketidaksadaran kolektif juga berbeda

FARISA HAFIDHU PRIAMBODO, D1211032, Konstruksi Realitas Berita Pada Surat Kabar Nasional (Studi Analisis Wacana Tentang Konstruksi Realitas Teks Berita Headline Terkait

Pada penelitian ini dirancang sebuah prototipe alat keseimbangan tubuh manusia dan membuat perangkat lunak yang akan menghasilkan informasi yang dapat membantu seorang dokter

orang sungguh dikatakan dan diakui sebagai orang beriman katolik jika dia telah dibaptis atau menerima sakaramen baptis sehingga tidaklah cukup hanya mengatakan Saya percaya

Emulgator atau surfaktan dalam sediaan krim berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase yang tidak saling bercampur tersebut yang bekerja

Dari uraian di atas terlihat bahwa model pembelajaran problem solving sangat me- ndukung siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang dimiliki- nya terutama

Hasil analisis chi square menunjukkan nilai p value 0,014 (< 0,05) berarti latihan fisik mempunyai pengaruh yang signifikan dengan serangan jantung berulang