• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengarahkan pada proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah selaras dengan dokumen perencanaan di tingkat nasional dan provinsi.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mataram 2016-2021 merupakan dokumen perencanaan komprehensif sebagai penjabaran dari visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Mataram. Untuk mendukung keselarasan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tersebut, maka Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan visi, misi lembaga. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana program/kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh lembaga dalam rangka pencapaian tujuan lembaga yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sesuai peraturan perundangan, setiap Perangkat Daerah perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah di setiap Perangkat Daerah untuk jangka waktu lima tahun. Dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional, global serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rencana strategis (Renstra) Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Renstra merupakan suatu proses rumusan secara sistematis yang berkelanjutan dari serangkaian kegiatan, berupa rencana mendasar selama

(2)

kurun waktu 5 (lima) tahun menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran dengan mengenali lingkungan, melakukan berbagai analisis antisipatif dan mengorganisir secara sistematis untuk dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja dengan berorientasi pada pencapaian hasil.

Rencana strategis Perangkat Daerah berfungsi sebagai pedoman atau kerangka berpijakDP3AKota Mataram Tahun 2016-2021 dalam penyelenggaraan organisasi dengan dasar kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal. Kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal organisasidisusun dengan melibatkan stakeholder pada Dinas pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Mataram Tahun 2016-2021. Selanjutnya Renstra ini merupakan dasar penyusunan laporan akuntabilitas kinerja untuk diketahui keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan program kegiatan yang realistis.

Penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang merupakan pedoman pelaksanaan yang wajib diacu oleh seluruh Perangkat Daerah dalam menyusun renstra. Proses penyusunan renstra perangkat daerah meliputi: (1) Persiapan Penyusunan Renstra Perangkat Daerah; (2) Penyusunan rancangan Renstra Perangkat Daerah; (3) Penyusunan Rancangan Akhir Renstra Perangkat Daerah; dan (4) Penetapan Renstra Perangkat Daerah.

Tahapan penyusunan rancangan Renstra Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dapat digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut:

(3)

Analisis Gambaran pelayanan SKPD Perumusan

Isu-isu strategis berdasarkan

tusi

Perumusan Strategi dan kebijakan

Perumusan rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran

dan pendanaan indikatif berdasarkan rencana program

prioritas RPJMD

Pengolahan data dan informasi

Perumusan visi dan misi SKPD

Perumusan Tujuan

Perumusan sasaran

Rancangan Renstra-SKPD

· Pendahuluan

· Gambaran pelayanan SKPD

· isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi

· visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan

· rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif

· indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.

Perumusan indikator kinerja

SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran

RPJMD

SPM

Renstra-KL dan Renstra Kabupaten/

Kota

Penelaahan RTRW

Rancangan Renstra-SKPD

Nota Dinas Pengantar Kepala SKPD perihal penyampaian

Rancangan Renstra-SKPD kepada Bappeda

Penelaahan KLHS

Renstra-KL dan Renstra Kabupaten/

Kota Renstra-KL dan Renstra SKPD Provinsi

Gambar 1

Bagan Alir Penyusunan Rancangan Renstra Dinas pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A)Kota Mataram

Renstra perangkat daerah memiliki keterkaitan dengan dokumen perencanaan baik ditingkat nasional, provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Penyusunan Renstra Perangkat Daerah mengacu pada tugas dan fungsi perangkat daerah sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Perangkat Daerah Kota Mataram, Peraturan Kepala Daerah Kota Mataram tentang Tugas dan Fungsi Perangkat Daerah, RPJMD Kota Mataram, dan memperhatikan Renstra Kementerian/Lembaga, Renstra Perangkat Daerah Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram, dan Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD Kota Mataram.

Renstra Perangkat Daerah memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat strategis. Renstra Perangkat Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah yang disusun setiap tahun selama kurun waktu lima tahun. Selain itu Renstra Perangkat Daerah

(4)

menjadi acuan dalam pengendalian dan evaluasi pembangunan pada Perangkat Daerah, baik evaluasi Renstra maupun evaluasi Renja Perangkat Daerah.

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Renstra Perangkat Daerah tahun 2016 – 2021adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Ilo Convention No. 138 Concerning Minimum Age For Admission To Employment (Konvensi Ilo Mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 56; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835)

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentangPengesahan Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 3; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 208;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4026);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39);

(5)

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78;

Tambahan Lembaran Negara Ri Nomor4301);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4419;

12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

14. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);

15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

16. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Pedagangan Orang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);

17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

18. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

(6)

19. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Ratifikasi Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisir (UNLA TOL) (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4960 );

20. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan ProtokolMencegah, Menindak dan Menghukum Perdagangan Orang terutama Perempuan dan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4990);

21. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol Menentang Penyelundupan Migran Melalui Darat, Laut dan Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 54);

22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

23. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

25. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332);

26. Undang-Undang Nomor Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

28. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

(7)

29. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);

30. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

33. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2008 tentang Tatacara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4818);

34. Peraturan Presiden Nomor 69 tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 162);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

37. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

(8)

2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123);

40. Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539).

41. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3);

42. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentangPengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;

43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

45. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Mataram 2005- 2025;

46. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraaan Perlindungan Perempuan dan Anak dari tindak kekerasan;

(9)

47. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram;

48. Peraturan Walikota Mataram Nomor : 39 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) DP3A adalah menyediakan dokumen perencanaan DP3A untuk kurun waktu lima tahun yang mencakup gambaran kinerja, permasalahan, isu strategis tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan DP3A sebagai penjabaran dari RPJMD sesuai dengan tugas dan fungsi DP3A.

Tujuan dari penyusunan Renstra DP3AKota Mataram yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan arahan tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan selama kurun waktu lima tahun dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DP3A dalam mendukung Visi dan Misi kepala daerah

2) Menyediakan tolok ukur kinerja pelaksanaan program dan kegiatan DP3A untuk kurun waktu tahun lima tahun dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai dasar dalam melakukan pengendalian dan evaluasi kinerja DP3A.

3) Memberikan pedoman bagi seluruh aparatur DP3A dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) DP3A yang merupakan dokumen perencanaan DP3A tahunan dalam kurun waktu lima tahun.

(10)

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana Strategis DP3A tahun 2016 - 2021 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, sistematika penulisan Rencana Strategis DP3A.

Bab II Gambaran Pelayanan DP3A

Bab ini berisi tentang tugas, fungsi, dan struktur organisasi DP3A, sumber daya DP3A, kinerja pelayanan DP3A, serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan DP3A.

Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Bab ini berisi tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan DP3A, telaahan Renstra Kementerian/lembaga, telaahan Renstra DP3A Provinsi, telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), telaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), dan Penentuan Isu-isu Strategis.

Bab IV Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Bab ini berisi tentang tujuan dan sasaran jangka menengah DP3A, strategi dan kebijakan DP3A.

Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif

Bab ini berisi tentang Rencana Program dan Kegiatan, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif DP3A.

Bab VI Indikator Kinerja DP3A yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

Bab ini berisi tentang indikator kinerja DP3A Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD.

Bab VIIPenutup

Bab ini berisi tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan Renstra DP3A

(11)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DP3A

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi DP3A 2.1.1 Struktur Organisasi DP3A

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kota Mataram.Sedangkanrinciantugaspokokdan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kota

Mataram ditetapkan dalam Peraturan Walikota Mataram Nomor : 39 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas

dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram. Susunan organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:

1) Kepala Dinaseselon II/b 2) Sekretariatterdiridari:

a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b) Sub Bagian Keuangan.

c) Sub Bagian Perencanaan.

3) Bidang Pengkajian, Pengembangan dan Pengarusutamaan Gender (PUG)terdiri dari:

a) Seksi Pengkajian dan Pengembangan Model Informasi Data.

b) Seksi Penguatan Kelembagaan dan Pelaksanaan Pengarusutumaan Gender (PUG).

c) Seksi Pemantauan Evaluasi Serta Pelaporan.

4) Bidang PeningkatanKualitasHidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak terdiri dari:

a) SeksiPeningkatan Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi Perempuan.

b) SeksiPerlindungan Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak.

c) SeksiPemantauan dan Evaluasi.

(12)

5) Bidang PemberdayaanLembagaMasyarakatterdiri dari:

a) Seksi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha

b) Seksi Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan.

c) SeksiKesejahteraan dan Perlindungan Anak.

2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi 1. Kepala Dinas

Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kota Mataram dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan tugas pokok memimpin, merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Kepala Dinas mempunyai fungsi :

a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan rencana strategis serta program kerja Dinas.

b. Perumusan Kebijakan Teknis dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja Tahunan, Rencana Kerja Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA) danPenetapan Kinerja Dinas.

d. Penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta bimbingan dibidang keuangan daerah.

e. Penyelenggaraan koordinasi, informasi dan sinkronisasi pelaksanaan tugas Dinas dengan perangkat daerah dan instansi terkait.

f. Pelaksanaan kerjasama dengan pihak lain baik Instansi Pemerintah, Lembaga Organisasi Swadaya Masyarakat dan/atau swasta.

g. Pemberian pertimbangan dan rekomendasi teknis dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

h. Pelaksanaan pembinaan manajemen kepegawaian lingkup Dinas.

i. Pengkoordinasian pengelolaan ketatausahaan Dinas.

j. Pelaksanaan pembinaan teknis dan administratif terhadap UPTB.

(13)

k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

l. Pelaporanpelaksanaan tugas kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dilimpahkan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Sekretariat Dinas

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas.Adapun fungsi Sekretaris adalah:

a. Pelaksanaan penyusunan Rencana Strategis, Rencana Kerja Tahunandan Penetapan Kinerja lingkup Dinas.

b. Pelaksanaanpenyusunan Rencana Kerja Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran(RKA/DPA) dan Program Kerja Dinas.

c. Pelaksanaan kegiatan penyusunan program dan anggaran, keuangan dan perlengkapan dan ketatausahaan Dinas yang meliputi urusan perbendahaaraan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi, tindak lanjut LHP, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, hukum dan organisasi, serta hubungan masyarakat.

d. Pelaksanaan pelayanan Teknis Administratif kepada seluruh Unit Kerja lingkup Dinas.

e. Perumusanpedoman dan petunjuk tata laksana administrasi umum.

f. Pengkoordinasian penyusunan Standar Pelayanan Minimal dan Standar Prosedur Tetap Pelaksanaan kegiatanlingkup Dinas.

g. Perumusan dan penjabaran kebijakan teknis penyelenggaraan administrasi umum, perencanaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan.

h. Pengkoordinasian penyusunan laporan pelaksanaan tugas Dinas.

i. Pengkoordinasian pelaksanaan pengembangan sistem informasi manajemen pendidikan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(14)

j. Pelaksanakoordinasi, konsultasi dan sinkronisasi penyelenggaraan tugas kesekretariatan dengan Perangkat Daerah dan/atau Instansi terkait.

k. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan dan pengelolaan administrasi umum, perencanaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan.

l. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas kesekretariatan.

m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

3. BidangPengkajian, Pengembangan dan PengarusutamaanGender (PUG)

Kepala Bidang Pengkajian, Pengembangan Dan Pengarusutamaan Gender mempunyai tugas pokok: memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan dan administrasi dibidang Pengkajian, Pengembangan Dan Pengarusutamaan Gender (PUG) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Untuk melaksakan tugas pokok tersebut Kepala Bidang Pengkajian, Pengembangan dan Pengarusutamaan Gender (PUG) mempunyaifungsi :

a. Perumusan dan penetapan program kerja dan penetapan kinerja sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Penyusunan perencanaan pengkajian, pengembangan dan Pengarusutamaan Gender (PUG).

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengkajian dan pengembangan model informasi data (mediasi dan advokasi), penguatan kelembagaan dan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG), pemantauan, evaluasi serta pelaporan.

d. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan di bidang pengkajian dan pengembangan model informasi data (mediasi dan advokasi), penguatan kelembagaan dan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG), pemantauan, evaluasi serta pelaporan.

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengkajian dan pengembangan model informasi data (mediasi dan advokasi),

(15)

penguatan kelembagaan dan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG), pemantauan, evaluasi serta pelaporan.

f. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran(RKA/DPA)dan Program Kerja Seksidibawahnya.

g. Pelaksanaan koordinasi, informasi dan sinkronisasi denganPerangkat Daerah dan Instansi terkait dalam rangka keterpaduandan sinkronisasi pelaksanaan programsesuai dengan bidang tugasnya.

h. Pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

i. Pengkoordinasian pengumpulan, pengolahan dan analisa data sesuai dengan bidang tugasnya sebagai bahan penyusunan rencana, dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan.

j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Bidang.

k. Pelaksanaan tugas-tugaslain yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan bidangtugasnya.

4. Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Perempuan dan Anak

Kepala Bidang PeningkatanKualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Dan Anak mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan dan administrasi dibidang peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Untuk memelaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Dan Anak mempunyaifungsi :

a. Perumusan dan penetapan program kerja dan penetapan kinerja sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Penyusunan perencanaan perlindungan anak.

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan ekonomi perempuan, perlindungan

(16)

tindak kekerasan perempuan dan anak serta pemantauan dan evaluasi peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

d. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan ekonomi perempuan, perlindungan tindak kekerasan perempuan dan anak serta pemantauan dan evaluasi peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

e. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan ekonomi perempuan, perlindungan tindak kekerasan perempuan dan anak serta pemantauan dan evaluasi peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

f. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan ekonomi perempuan, perlindungan tindak kekerasan perempuan dan anak serta pemantauan dan evaluasi peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan ekonomi perempuan, perlindungan tindak kekerasan perempuan dan anak serta pemantauan dan evaluasi peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

h. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran(RKA/DPA)dan Program Kerja Seksidibawahnya.

i. Pelaksanaan koordinasi, informasi dan sinkronisasi dengan Perangkat Daerah dan Instansi terkait dalam rangka keterpaduan dan sinkronisasi pelaksanaan programsesuai dengan bidang tugasnya.

j. Pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(17)

k. Pengkoordinasian pengumpulan, pengolahan dan analisa data sesuai dengan bidang tugasnya sebagai bahan penyusunan rencana, dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan.

l. Pengkajian dan pemberian pertimbangan teknis terhadap permasalahan sesuai dengan bidang tugasnya.

m. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

n. Pelaksanaanmonitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Bidang.

o. Pelaksanaan tugas-tugaslain yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan bidangtugasnya.

5. Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat

KepalaBidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan dan administrasi dibidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Kepala Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat mempunyaifungsi :

a. Perumusan dan penetapan program kerja dan penetapan kinerja sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Penyusunan perencanaan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pemantauan dan evaluasi pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

(18)

d. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pemantauan dan evaluasi pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

e. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan di bidang pemantauan dan evaluasi pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

f. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemantauan dan evaluasi pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi swasta dan sosial politik serta pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan PUG, kesejahteraan dan perlindungan anak.

h. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja Anggaran/Dokumen Pelaksanaan Anggaran(RKA/DPA)dan Program Kerja Seksidibawahnya.

i. Pelaksanaan koordinasi, informasi dan sinkronisasi dengan Perangkat Daerah dan Instansi terkait dalam rangka keterpaduandan sinkronisasi pelaksanaan programsesuai dengan bidang tugasnya.

j. Pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(19)

k. Pengkoordinasian pengumpulan, pengolahan dan analisa data sesuai dengan bidang tugasnya sebagai bahan penyusunan rencana, dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan.

l. Pengkajian dan pemberian pertimbangan teknis terhadap permasalahan sesuai dengan bidang tugasnya.

m. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

n. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Bidang.

o. Pelaksanaan tugas-tugaslain yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan bidangtugasnya

6. Susunan Organisasi DP3A Kota Mataram

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN

KEUANGAN

BIDANG PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT BIDANG

PENINGKATAN KUALITAS HIDUP DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BIDANG

PENGKAJIAN, PENGEMBANGAN DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

SEKSI LEMBAGA PROFESI DAN DUNIA USAHA SEKSI

PENINGKATAN PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN EKONOMI

PEREMPUAN SEKSI PENGKAJIAN DAN

PENGEMBANGAN MODEL INFORMASI DATA

SEKSI

ORGANISASI KEAGAMAAN DAN KEMASYARAKATAN SEKSI

PERLINDUNGAN TINDAK KEKERASAN PEREMPUAN DAN

ANAK SEKSI PENGUATAN

KELEMBAGAAN DAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

SEKSI

KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK SEKSI PEMANTAUAN,

EVALUASI SERTA LAPORAN

SEKSI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

U P T D

SUB BAGIAN PERENCANAAN

(20)

7. Sumber Daya Manusiaia

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kota Mataram didukung oleh 31 orang pegawai yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Dinas, 1 (satu) Orang Sekretaris, 3 (tiga) orang Kepala Bidang, 12 (sebelas) orang Kasi/Kasubbag dan 8 (delapan) orang staf serta 8 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT) sebagai berikut :

Tabel 1

Komposisi Pendidikan PNS Lingkup DP3A Kota Mataram tahun 2017

NO TINGKAT

PENDIDIKAN JUMLAH % KET

1 Magister (S-2) 3 12

2 Sarjana (S-1) / D.IV 17 68

3 Sarjana Muda (D.III) 1 4

4 SLTA 3 12

5 SLTP/SD - - -

JUMLAH 25 100

Sumber : DP3A Kota Mataram

Kondisi pegawaiDP3A Kota Mataram berdasarkan tingkat pendidikan lebih di dominasi oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S1 dengan jumlah 17 orang (68%). Sedangkan jumlah pegawaiDP3A Kota Mataram berdasarkan golongan di DP3A di dominasi oleh pegawai golongn III, sebanyak 18 orang (72%) sesuai tabel berikut:

(21)

Tabel 2

Jumlah PNS BerdasarkanGolongan DP3AKota MataramTahun 2017.

NO GOLONGAN

RUANG GAJI

JUMLAH %

A B c d

1 IV 2 1 1 - 4 16

2 III 2 2 5 9 18 72

3 II - 2 1 - 3 12

4 I - - - - -

JUMLAH 4 5 7 9 25 100

Sumber : DP3A Kota Mataram

2.2.2 Sarana dan Prasarana (Asset)

Guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pada DP3A Kota Mataram sangat dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai.

Untuk lebih jelasnya 8. Sarana dan Prasarana

Guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pada DP3A Kota Mataram sangat dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai. Untuk lebih jelasnya sarana dan prasarana kerja pada Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kota Mataram dapat dilihat pada tabel3berikut ini:

(22)

Tabel 3

Sarana dan Prasarana Penunjang pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram Tahun 2017

NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/

LUAS

KONDISI KET

BAIK RUSAK

1 Ruangan / Gedung - - -

Alat - alat Angkutan Unit Unit

1 Kendaraan Roda 4 4 Unit 4 Unit -

2 Kendaraan Roda 2 10 Unit 8 Unit 2 unit Alat Kantor dan Rumah Tangga Unit Unit Unit

1 Rak Kayu 1 Unit 1 Unit -

2 Filling Besi/Metal 1 Unit 1 Unit -

3 Lemari Kaca 6 Unit 6 Unit -

4 Papan Nama Instansi Unit Unit -

5 Papan Pengumuman Unit Unit -

6 White Board 3 Unit 3 Unit -

7 Alat Penghancur Kertas Globe Unit Unit -

8 Mesin Absensi 1 Unit 1 Unit -

9 Kursi Lipat 7 Unit 6Unit 1 Unit

10 Sofa 4 Unit 4 Unit -

11 AC Unit 8 Unit 6 Unit 2 Unit

12 PC Unit 6 Unit 6 Unit -

13 Laptop 9 Unit 9 Unit -

14 Note Book 3 Unit 3 Unit -

17 Printer

8 Unit 8 Unit 1 Rusak berat 18 Meja Kerja Pejabat Esselon II 1 Unit 1 Unit -

19 Meja Kerja Pejabat Esselon III 5 Unit 5 Unit - 20 Meja Kerja Pegawai Non Struktural 2 Unit 2 Unit - 21 Meja Kerja Biro 14 Unit 14 Unit 22 Kursi Kayu/Busa 16 Unit 16 Unit 23 Kursi Pejabat Esselon IV Busa/Besi 7 Unit 7 Unit 24 Kursi Pejabat Esselon III Busa/Besi 4 Unit 4 Unit 25 Kursi Pejabat Esselon II Busa/Besi 1 Unit 1 Unit

26 Penyedot Debu 1 Unit 1 Unit

27 Dispenser 4 Unit 4 Unit

28 Mesin Ketik Manual 2 Unit 2 Unit

29 LCD Proyektor 1 Unit 1 Unit

30 Layar Tripod LCD 1 Unit 1 Unit

31 Televisi 1 Unit 1 Unit

32 Meja Rapat 1 Unit 1 Unit

33 Kursi Rapat 20 Unit 20 Unit

34 Kursi Torendi 15 Unit 15 Unit

35 Genset 1 Unit 1 Unit

36 Stabiliser 1 Unit 1 Unit

(23)

Dari data tersebut diketahui bahwa kondisi sarana/prasarana kerja yang tersedia kurang memadai, sehingga berdampak pada belum optimalnya pelaksanaan program kerja dan kinerja pegawai.

a) Kinerja Pelayanan DP3A

Gambaran mengenai pencapaian kinerja DP3A dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Pencapaian kesetaraan dan keadilan gender dapat dilihat dari indikator utama yaitu Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Secara khusus IPG telah berubah cara menghitung, yaitu selain tidak lagi digunakan angka melek huruf sebagai indikator pembentuk IPG, juga cara merumuskan IPG berubah yaitu memperbandingkan IPM perempuan dibagi IPM laki-laki kali 100.

Cara membacanya juga berubah yaitu dengan cara membandingkan antara hasil IPG dengan angka 100. Semakin jauh atau semakin rendah dari angka 100 maka semakin tinggi kesenjangan.

IPG Kota Mataram menunjukan lebih tinggi, dibandingkan capaian nasional. Dari angka penyesuaian IPG dibawah ini dapat dilihat angka IPG terus meningkat dari waktu ke waktu :

Gambar 2 Grafik Persandingan capaian IPG Kota Mataramdengan IPG Nasional

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2015.

88 88,5 89 89,5 90 90,5 91 91,5 92 92,5 93 2011

2012 2013 2014 2015

2011 2012 2013 2014 2015

IPG Kota Mataram 89,60 89,83 90,48 92,13 92,35

IPG Nasional 89,52 90,07 90,19 90,34 91,03

IPG Kota Mataram

(24)

2. Perlindungan Perempuan a. Jumlah perempuan (Jiwa)

Tabel 4

Jumlah perempuan usia 18 tahun keatas tahun 2015

NO KOTA USIA 18 TAHUN KEATAS

1 KOTA MATARAM 143.199

Sumber: Dukcapil 2015

b. Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan tahun 2015 seperti pada tabel berikut.

Tabel 5

Jumlah kekerasan terhadap perempuan tahun 2015

NO Jumlah kekerasan terhadap perempuan(org)

JUMLAH KASUS KASUS DITANGANI

1 89 89 89

Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena global yang terjadi sepanjang abad kehidupan manusia. Bentuk kekerasan, khususnya terhadap perempuan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), dan kejahatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Korban kekerasan perempuan, harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, dan perlakukan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.

Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara pernikahan dini dengan kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan yang menikah dini karena umumnya tidak memiliki pendidikan yang memadai dan belum matang secara psikis, lebih berisiko dipukul atau diancam, dan

(25)

sangat mempercayai bahwa suami mereka dibenarkan untuk memukul dan melakukan kekerasan terhadap istri dan anak-anak mereka.Sebagaimana yang kita ketahuikasus-kasus perempuan dan anak yang tercatat hanya jumlah dari fenomena gunung es. Angka kekerasan pada perempuan dan anak yang cukup memprihatinkan mencapai 54 kasus pada tahun 2015 di kota mataram. Tidak semua kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat terungkap, tidak terungkapnya kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di masyarakat antara lain disebabkan persepsi masyarakat tindak kekerasan terhadap perempuan sebagai hal yang “biasa”, bahkan perempuan korban kekerasan berusaha merahasiakan kekerasan yang menimpanya, sehingga kekerasan tersebut merupakan kejadian yang tersembunyi dalam masyarakat.

3. Perlindungan Anak

a. Jumlah Penduduk Anak (Jiwa)

Tabel6

Jumlah AnakTahun 2015

NO

KABUPATEN/

KOTA

USIA 0 – 17 TAHUN

ANAK DALAM KANDUNGAN

IBUNYA

JUMLAH

1 Mataram 138.219

2 NTB 1.714.907

Tabel 7

Kepemilikan Akta Kelahiran

NO KECAMATAN 2013 2014 2015

1 Mataram 18.110 21.337 22.137

2 Selaparang 18.199 20.701 20.871

3 Sandubaya 14.328 16.438 18.026

4 Ampenan 22.575 26.044 24.819

5 Cakranegara 14.378 17.028 19.873

6 Sekarbela 8.787 11.329 16.922

Jumlah 96.377 112.867 122.648

Sumber Data : Mataram Dalam Angka, 2016

(26)

b. Kekerasan pada anak

Data kekerasan anak kota mataram, seperti pada gambar berikut Gambar 3.

KEKERASAN TERHADAP ANAKKOTA MATARAM TAHUN 2015

Data: NTB Dalam Angka 2016 c. Perkawinan dini/muda

Perkawinanadalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Untuk memudahkan pemahaman tentang perkawinan dibagi 2 kategori yaitu:

Perkawinan dini/muda yaitu perkawinan yang dilaksanakan pada usia antara 10-19 tahun bagi perempuan.

Tabel 8

PERSENTASE USIA KAWIN PERTAMA PEREMPUAN TAHUN 2015

NO KOTA USIA

10-14 TH

USIA 15-17 TH

USIA 18-19

TH

JUMLAH

1 Kota Mataram 1.96 21.21 15.40 38.57

2 NTB 1.76 23.28 26.15 51.19

Sumber data: BPS NTB

Anak: Usia 10-17 Tahun 25,04%

KM=26

Pr= 12 Lk= 14

(27)

a) Perkawinan Ideal

Perkawinan ideal yaitu perkawinan yang dilaksanakan oleh perempuan yaitu usia antara 20-35 tahun. Rata-rata usia kawin pertama perempuan menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh perempuan usia 10 tahun keatas dalam menjalani perkawinan. Penghitungan rata-rata usia kawin pertama perempuan menggunakaan penghitungan tersendiri yang dikeluarkan BPS yaitu total dari jumlah sampel di bagi sampel, seperti diagram 3.5 berikut.

Diagram

PERSENTASE USIA KAWIN PERTAMA PEREMPUAN (10-19 TH) TAHUN 2015

Sumber data: BPS NTB

Anak: Usia 10-19 Tahun 51,19% dan Usia di atas 36 Tahun 0,45%

menunjukan bahwa perempuan yang kawin pertama pada usia 20- 35 tahun yaitu 48,36% dari target kinerja 60,00%, angka ini

disumbang oleh 6 Kabupaten yang masih dibawah target yaitu kuadran 1 lombok timur 37,91, lombok tengah 39,91%, lombok barat 48,68%, kuadran 2 lombok utara 50.16%, Dompu 55,35%

dan Sumbawa 57,89%. Sedangkan kabupaten/kota yang sudah diatas target yaitukuadran 3 bima 62,99% dan kota mataram

Lotim 37,91%

Loteng 39,35%

Lobar 48,68%

LU 50,16%

Dompu 55,35%

Sumbawa 57,89%

Bima 62,99%

Mataram 62,13%

Kota Bima 65,78%

KSB 65,71%

KUADRAN 2 KUADRAN 1

KUADRAN 3 KUADRAN 4

(28)

62,13%. Dan kuadran 4 kota bima 65,78%, sumbawa barat 65,71%.

Sedangkan yang di evaluasi dari rata-rata usia kawin pertama perempuan menunjukan bahwa angka provinsi 20,15 tahun dari target 20,50 tahun dan capain ini masih dibawah target atau 0,35%

seperti pada tabel 9 berikut

Tabel 9

RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA PEREMPUAN (USIA 10 TAHUN KEATAS) TAHUN 2015

NO KABUPATEN/

KOTA

SATUAN JUMLAH

1 Lobar Tahun 20.24

2 Loteng Tahun 19.57

3 Lotim Tahun 19.14

4 Sumbawa Tahun 21.21

5 Dompu Tahun 20.75

6 Bima Tahun 21.23

7 KSB Tahun 21.39

8 KLU Tahun 20.25

9 Mataram Tahun 21.09

10 KTB Tahun 21.41

11 NTB Tahun 20.15

Data: BPS NTB Tahun 2016

Faktor Penyebab Perkawinan Dini/Muda antara lain sebagai berikut:

o Masyarakat Lombok memiliki budaya kawin lari atau dikenal dengan istilah “Merarik”. Tradisi ini biasa dilakukan oleh anak- anak di usia sekolah, jika ada anak perempuan dilarikan oleh laki-laki maka konsekwensinya perempuan tersebut harus menikah.

o Adat Istiadat diangap sebagai salah satu penyumbang legalisasi pernikahan dini atau tradisi merarik tadi, walaupun pemahaman adat yang benar tidak seperti praktek yang saat ini dilakukan

(29)

oleh masyarakat. Tetapi pemangku adat secara tidak langsung harus meresmikan perkawinan tersebut, walaupun perempuan akan menjadi istri ke-2 atau ke – 3 dari laki-laki yang melarikannya tersebut.

o Tokoh desa, adat dan agama sering kali menjadi pelaku yang melegalkan kondisi tersebut, orang tua pasangan seringkali pasrah dan setuju dengan tindakan merarik tersebut.

o Keluarga dari kalangan miskin, seringkali mendorong anak perempuan mereka bisa menikah dengan tokoh adat, agama atau dari kalangan kaya untuk membantu beban keluarga.

Dalam tradisi masyarakat dipedesaan, keluarga miskin akan sangat terbantu menaikkan status keluarga mereka saat anak perempuan mereka menikah dari kalangan status yang berbeda dari keluarga merekaanak perempuan dari keluarga miskin, seringkali tidak melanjutkan pendidikan mereka karena tidak memiliki biaya dan pada akhirnya mereka berorentasi menikah.

Dampak negatif dari pernikahan dini terhadap masyarakat khususnya perempuan sangat besar. Seperti yang sudah diperlihatkan oleh beberapa penelitian dan dikutip dari International Center for Research on Women (ICRW), pernikahan dini membatasi keterampilan, sumberdaya, pengetahuan, dukungan sosial, mobilitas dan kemandirian kaum perempuan.

Wanita yang menikah muda umumnya tidak memiliki posisi tawar yang baik dalam hubungan dengan suaminya. Sehingga, mereka lebih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga1. Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan dari pernikahan dini adalah dalam bidang kesehatan,penelitian membuktikan bahwa perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun lima kali lebih berisiko meninggal dunia saat melahirkan di bandingkan perempuan yang berumur 20 tahunan2. Situasi dan kondisi perempuan di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan seperti yang telah diuraikan di atas salah satu penyebabnya adalah terjadinya perkawinan dini.

(30)

b) Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan DP3A

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi DP3A selaku Dinas yang melakukan perlindungan terhadap perempuan dan anak, mempunyai peluang sekaligus kendala dalam meningkatkan kualitas capaian kinerja antara lain :

a. Analisis Lingkungan Strategis

Pelaksanaan Lingkungan Strategis merupakan bagian dari komponen perencanaan Strategis dan merupak suatu peroses untukk selalu menempatkan organisasi pada posisi strategis sehingga dalam perkembanganya akan selalu berada pada posisi yang menguntungkan. Lingkup analisis lingkungan strategis meliputii Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan External (ALE).

· Analisis Lingkungan Internal (ALI) (1.) Kekuatan

DP3A Kota Mataram mempunyai faktor Kekuatan yang menjadi pendukung dalam pengembangan pelayanan DP3A .faktor kekuatan tersebut adalah :

1. Sumberdaya manusia yang handal dalam melaksanakan tugas. DP3A di dukung oleh kualitas SDM yangg memadai, diantaranya 72% yang berpendidikan Sarjana.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas. Dengan ketersedian sarana dan prasarana yang memadai tentu sangat membantu dalam pelaksanaan tugas untuk mempercepat peroses penganalisaan dan pengolahan laporan

3. Adanya kerjasama antar unit kerja baik secara internal dan external

4. Adanya dasar hukum dengan ditetapkanya Perda Nomor : 15 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, adanya Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

(31)

Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG)

5. Visi dan Misi DP3A Kota Mataram yang mejadi pedoman dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

(2.) Kelemahan

1. Kelembagaan pengarusutamaan gender belum berjalan secara efektif dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan.

2. Partisipasi masyarakat juga perlu ditingkatkan dalam mendukung upaya peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan perempuan serta upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.

3. Sinkronisasi dan integrasi inter dan antar BP3AKB dan DP3A se Provinsi NTB perlu ditingkatkan. Kelembagaan dan jaringan di tingkat provinsi dan kabupaten/Kota terutama yang menangani masalah-masalah pemberdayaan perempuan dan anak perlu ditingkatkan.

4. Terbatasnya anggaran untuk merealisasikan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pemberdayaan perempuan perlindungan anak.

5. Data pembangunan yang terpilah menurut jenis kelamin dan data statistik gender.

(3.) Tantangan

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pelayanan DP3A pada lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

a. Komitmen stakeholder bahwa pemberdayaan perempuan merupakan prioritas, perlu ditingkatkan.

b. Program pemberdayaan perempuan merupakan program lintas bidang, maka diperlukan koordinasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi.

(32)

c. Kelembagaan pengarusutamaan gender belum berjalan secara efektif dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan.

d. Partisipasi masyarakat juga perlu ditingkatkan dalam mendukung upaya peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan perempuan serta upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.

· Analisis Lingkungan External (ALE) i. Peluang

Peluang yang dimiliki dalam pengembangan pelayanan DP3A pada lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan kesetaraan gender dan keadilan gender telah tertuang dalam RPJMD yang memberikan peluang untuk meningkatkan kesetaraan gender di daerah.

b. Banyaknya potensi kelembagaan yang memiliki kepedulian terhadap kasus-kasus perempuan dan anak yang dapat dioptimalkan perannya dalam penanganan kasus terkait perempuan dan anak.

c. Adanya dukungan kebijakan dalam pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak memberikan peluang dalam peningkatan kualitas pemenuhan hak anak.

d. Banyaknya potensi organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dunia usaha yang dapat dioptimalkan untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

ii. Ancaman a. Ego Sektoral

Masih adanya Dinas/ Instansi Unit Kerja yang hanya mengedepankan sektor yang menjadi tanggung jawabnya tanpa memperhatikan Dinas/ Instansi Unit lain.hal ini tentu saja menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan tugas karena bagaimanapun juga sektor-sektor lainya tidak dapat terlepas antara satu dengan lainya.

(33)

b. Perubahan Regulasi yang begitu cepatseperti P2TP2A yang harus dilaksanakan oleh Lembaga Masyarakat (LM) di Dinas dan mengharuskan Dinas membentuk UPTD.

c. ...

(34)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan DP3A

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh DP3A dalam pelaksanaan tugas dan fungsi adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat

a. Belum tersedianya SDM yang memadai, sehingga kurang optimalnya pelaksanaan program kegiatan

b. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang pelaksaan kerja c. Masih kurangnya kompetensi SDM dalam memahami TUPOKSI

2. Bidang Pengkajian, Pengembangan Dan Pengarusutamaan Gender a. Masih banyaknya OPD yang belum melakukan PUG

b. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dilembaga legeslatif

c. Masih rendahnya kedudukan perempuan sebagai Manager, Profesional, Administrasi, Teknisi

d. Belum adanya pemberdayaan perempuan terhadap lansia perempuan e. Belum maksimalnya ketersediaan data gender dan anak

f. Belum efektifnya pelaksanaan Tugas-tugas Pokja PUG

3. Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Anak

a. Masih rendahnya sumbangan pendapatan perempuan dalam keluarga

b. Belum adanya pemberdayaan perempuan terhadap perempuan penyandang disabilitas

c. Masih tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak d. Belum optimalnya perlindungan perempuan pada situasi bencana

dan konflik

e. Belum maksimalnya penanganan dan perlindungan terhadap perempuan korban tindak kekerasan

f. Adanya kasus anak yang berhadapan dengan hukum dan penelantaran anak

(35)

g. Masih kurangnya partisipasi lembaga masyarakat dalam perlindungan khusus terhadap anak

h. Belum terlakasanya kegiatan perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM)

4. Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat

a. Masih kurangnya partisipasi lembaga masyarakat terhadap perempuan

b. Belum maksimalnya pemenuhan hak anak dan implementasi Kota layak anak

c. Masih kurangnya pembinaan terhadap Forum Anak tingkat Kecamatan dan Kelurahan

d. Masih terbatasnya Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) e. Belum adanya Pusat Kreativitas Anak (PKA) sesuai standar

f. Jumlah Sekolah Ramah Anak (SRA) (SD, MI, SMP, MTs) masih terbatas

g. Belum adanya Pusat Info Sahabat Anak (PISA) sesuai standar 3.2Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih

Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah Visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih yang disampaikan pada Pilkada serentak yang menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan Kota Mataram yang ingin dicapai dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan Visi pembangunan Kota Mataram Tahun 2016-2021 adalah:

“ TERWUJUDNYA KOTA MATARAM YANG MAJU, RELIGIUS DAN BERBUDAYA ”

Dalam visi tersebut terdapat 4 (empat) kata kunci, yaitu:

1. Kota Mataram, adalah sasaran pembangunan yaitu wilayah Kota Mataram termasuk didalamnya warga kota yang secara administrasi kependudukan menetap dan tinggal di wilayah Kota Mataram. Artinya Kota Mataram dan seluruh warganya yang berada dalam suatu kawasan dengan batas-batas tertentu dengan segala konsekuensi keberadaannya sebagai warga kota.

(36)

2. Maju, ditujukan untuk mewujudkan masyarakat kota yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk didalamnya seni dan sosial budaya, sehingga kemajuan yang dicapai dengan landasan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Mentaram.

3. Religius, diartikan sebagai terciptanya masyarakat kota yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan, mengedepankan muammallah serta toleransi yang tinggi antar umat beragama dalam suasana harmonis dalam kerangka penciptaan masyarakat madani.

4. Berbudaya, diartikan sebagai kondisi dimana nilai-nilai adiluhung dipertunjukan dalam sifat, sikap, tindakan masyarakat dalam aktifitas sehari-hari disemua tempat. Masyarakat yang menjunjung tinggi kesantunan, kesopanan, nilai-nilai sosial, dan adat istiadat.

Perilaku berbudaya juga ditunjukan melalui pelestarian tradisi kebudayaan warisan nenek moyang dengan merevitalisasi makna- maknanya untuk diterapkan dimasa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga tercipta keseimbangan antara kemajuan dan religiusitas yang saling berterima dalam kemajuan dan kemajemukan, menguatnya jati diri serta mantapnya budaya lokal yang ditandai dengan masyarakat yang bermoral, bermartabat dan berkesadaran hukum berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma, adat istiadat serta peraturan yang berlaku dalam bingkai masyarakat madani.

Visi Kota Mataram Tahun 2016-2021 yaitu “Terwujudnya Kota Mataram yang Maju, Religius dan Berbudaya” selaras dan sinkron dengan keadaan yang ingin dicapai Kota Mataram tahun 2025 sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2008 tentang RPJPD Kota Mataram Tahun 2005-2025 yang menjabarkan Visi Kota Mataram 2005-2025 yaitu “Terwujudnya Kota Mataram yang Religius, Maju dan Berbudaya sebagai Pusat Pemerintahan, Perdagangan dan Jasa Tahun 2025”.

Pusat Pemerintahan, Perdagangan dan Jasa Tahun 2025 dimaksudkan untuk percepatan dan pemantapan pembangunan dengan menekankan pemenuhan kebutuhan dasar pelayanan publik dan sarana prasarana sebagai pusat pemerintahan di NTB serta terbangunnya struktur

(37)

perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.

Analisis permasalahan, faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tercantum pada tabel 10. berikut ini.

Tabel 10

Faktor Pendorong Dan Faktor Penghambat Dalam Pencapaian Visi Dan Misi Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah

No Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD

Permasalahan Pelayanan DP3A

Faktor

Penghambat Pendorong

1 Misi II:

Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia Melalui Pemenuhan

Pelayanan Sosial

Dasar Dan

Penguasaan Iptek Dalam Rangka Mewujudkan Daerah Yang Berdaya Saing

· Masih

banyaknya OPD yang belum melakukan PUG

· Belum

maksimalnya ketersediaan data gender dan anak

· Belum efektifnya system

perlindungan perempuan dan anak

· Belum efektifnya system

monitoring, evaluasi dan pelaporan PUG dan P2TP2A

· Belum

· Pelaksanaa n

Perencanaa

n dan

penganggar an responsif gender belum optimal.

· Terbatasnya anggaran program untuk mendukung PUG dan Perencanaa

n dan

penganggar an responsif gender

· Terbatasnya

· Adanya komitmen kepala daerah untuk

meningkatkan Pemberdayaan Perempuan

· Adanya kerjasama yang baik antara

pemerintah daerah dan instansi

terkait melalui lembaga

P2TP2A

· Adanya komitmen kepala daerah untuk

2 Tujuan:

Meningkatnya Kualitas

Perempuan dan Kesetaraan

Gender,

Meningkatnya Kualitas Kesejahteraan

(38)

No Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD

Permasalahan Pelayanan DP3A

Faktor

Penghambat Pendorong dan Perlindungan

Anak

maksimalnya pemenuhan hak

anak dan

implementasi Kabupaten layak anak

· masih kurangnya partisipasi lembaga

masyarakat dan dunia usaha terhadap

perempuan dan Anak

personil yang melayani penanganan kasus

kekerasan terhadap perempuan dan anak

· Kuarangnya sarana dan prasarana pendukung pelaksaan tugas

mengembangk an Kota Layak Anak

3 Sasaran:

Terwujudnya Kesetaraan

Gender secara menyeluruh, Terbinanya Kelembagaan Perempuan secara berkelanjutan, Tertanganinya permasalahan Anak sesuai situasi,

Terwujudnya Pelayanan yang berkualitas bagi Anak

(39)

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi 3.3.1 Telaahan Renstra K/L

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, DP3A Kota Mataram mendukung pencapaiantujuan dan sasaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang terkait dengan pelayanan DP3A Kota Mataram adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesetaraan gender dalam pembangunan

Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan ke satuadalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya capaian indeks pembangunan gender

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama (IKU):

Indeks Pembangunan Gender (IPG)

b. Meningkatnya capaian indeks pemberdayaan gender

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama: Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

2. Meningkatkan kualitas perlindungan hak perempuan.

Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya kasus kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO.

1) Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

Pravelensi kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO; dan rasio kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO.

2) Perbandingan antara jumlah kekerasan terhadap perempuan dibagi jumlah perempuan di atas 18 tahun.

b. Meningkatnya kualitas penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan termasuk TPPO

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

Persentase kabupaten/kota yang memberikan layanan komprehensif sesuai standar kepada seluruh (100%) perempuan korban kekerasan.

3. Meningkatkan perlindungan terhadap Anak dan pemenuhan hak anak bagi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus

Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kabupaten/kota yang mampu memenuhi hak anak.

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

Persentase kabupaten/kota Layak Anak

b. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan terkait perlindungan khusus kepada anak

(40)

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

1) Persentase anak yang membutuhkan perlindungan khusus yang memperoleh layanan sesuai dengan standar

2) Persentase kabupaten/kota yang menindaklanjuti seluruh (100%) pengaduan kasus anak yang membutuhkan perlindungan khusus yang sesuai dengan standar.

c. Meningkatnya kualitas sistem layanan perlindungan khusus kepada anak

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

Persentase lembaga penyedia layanan perlindungan khusus kepada anak yang mampu memberikan layanan komprehensif sesuai dengan standar.

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan sinergitas antar lembaga masyarakat dalam peningkatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya partisipasi dan sinergitas lembaga profesi dan dunia usaha, media, dan organisasi agama dan kemasyarakatan serta akademisi dan lembaga riset dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Capaian sasaran ini diukur dengan indikator kinerja utama:

Persentase Partisipasi Lembaga Masyarakat.

Analisis permasalahan, faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pencapaian sasaran Renstra Kementerian/Lembaga tercantum pada tabel 11. berikut ini.

Gambar

Tabel 2  Jumlah PNS BerdasarkanGolongan  DP3AKota MataramTahun 2017.  NO  GOLONGAN  RUANG GAJI  JUMLAH  %  A  B  c  d  1  IV  2  1  1  -  4  16  2  III  2  2  5  9  18  72  3  II  -  2  1  -  3  12  4  I  -  -  -  -  -  JUMLAH  4  5  7  9  25  100
Gambar 2 Grafik Persandingan capaian IPG Kota Mataramdengan  IPG Nasional
Tabel 13  Tujuan  Sasaran  Indikator Kinerja  Sasaran  Target  1.  Meningkatkan  kesetaraan  dan  keadilan  gender  dalam pembangunan  •  Terwujudnya kesetaraan  gender melalui strategi pengarusutamaan  gender (PUG)  Indeks  pembangunan gender  92.40%  2

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali Tahun 2020 – 2023 adalah menyediakan dokumen perencanaan

Maksud dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2021-2026 adalah untuk menyediakan dokumen perencanaan periode

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Kota Salatiga adalah menyediakan dokumen perencanaan perangkat

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Sidorejo adalah menyediakan dokumen perencanaan Kecamatan Sidorejo untuk kurun waktu Tahun 2017 – 2022 yang

mengumpulkan data/bahan yang diperlukan untuk penyusunan dokumen perencanaan dan pelaporan Dinas, yang meliputi Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kinerja

Penyusunan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Brondong tahun 2021-2026 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk 5 (lima)

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) ini adalah menyediakan dokumen perencanaan di Dinas Perumahan, Permukiman dan Perhubungan Kabupaten Blora untuk

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Argomulyo adalah menyediakan dokumen perencanaan Kecamatan Argomulyo untuk kurun waktu Tahun 2017 – 2022