93
PERANCANGAN ALAT PENYARINGAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN METODE DUAL MEDIA FILTRASI ALIRAN
DOWNFLOW BERBASIS MIKROKONTROLER
Roy Farandi1,*, Slamet Supriyadi2, Agus Mokhtar3 Jurusan Teknik Mesin, Universitas PGRI Semarang Jl.Sidodadi Timur No.24 Kota Semarang, 50232
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Air buangan proses laundry dapat menimbulkan permasalahan serius dikarenakan kandungan bahan detergen yang dapat berakibat buruk bagi kehidupan didalam air, akibat penurunan kualitas air yang dihasilkan sisa buangan proses laundry dimungkinkan bahwa air tidak dapat digunakan untuk kebutuhan manusia bahkan untuk irigasi persawahan maupun untuk peternakan ikan sehingga diperlukan proses pengolahan/penyaringan air terlebih dahulu. Salah satu proses pengolahan/penyaringan air limbah laundry yaitu dengan menggunakan alat penyaringan air metode dual medium filtrasi beraliran downflow.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan alat penyaringan air metode dual medium filtrasi beraliran downflow dalam pengolahan air limbah laundry supaya dapat digunakan kembali untuk air kolam budidaya ikan air tawar dengan menggunakan media penyaringan berupa pasir silika dan batu apung dalam beberapa variasi susunan. Variabel susunan media terbagi menjadi 4 susunan dengan ketinggian media yang berbeda-beda yaitu, (V1) = Pasir silika 40cm → Batu apung 60cm, (V2) = Pasir silika 60cm → Batu apung 40cm, (V3) = Batu apung 40cm → Pasir sillika 60cm, (V4) = Batu apung 60cm → Pasir silika 40cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa V3 ( batu apung 40cm – pasir silika 60cm ) yang paling efektiv dalam melakukan penyaringan dilihat dari menurunnya tingkat kekeruhan dari awalnya sampel air limbah dengan tingkat kekeruhan 569,51 ntu dan setelah melewati penyaringan menjadi 92,90, juga memiliki nilai suhu memenuhi standar yaitu 29,87°C, sedangkan pada nilai Ph dan DO sama halnya seperti susunan variasi lainnya rata-rata memiliki nilai yang mendekati standar budidaya ikan air tawar akan tetapi belum terpenuhi.
Kata Kunci : Penyaring Air, Limbah Laundry, Dual Media, Turbidity
ABSTRACT
Laundry process wastewater can cause serious problems due to the detergent content which can be bad for life in the water, due to a decrease in the quality of water produced by the laundry process waste water, it is possible that water cannot be used for human needs, even for irrigation of rice fields and for fish farming so it is needed. processing / filtering water first. One of the laundry wastewater treatment / filtering processes is by using a downflow dual medium filtration method water filtration device. The purpose of this study was to determine the ability of a water filter with a downflow dual medium filtration method in the treatment of laundry wastewater so that it can be reused for freshwater aquaculture pond water using filtering media in the form of silica sand and pumice in several variations of the arrangement. Variable composition of the media is divided into 4 arrangements with different media heights, namely, (V1) = 40cm silica sand → 60cm pumice stone, (V2) = 60cm silica sand → 40cm pumice stone, (V3) = 40cm pumice stone → silica sand 60cm, (V4) = 60cm pumice stone → 40cm silica sand. The results showed that V3 (40cm pumice stone - 60cm silica sand) was the most effective in carrying out the filtering seen from the decrease in the turbidity level from the initial wastewater sample with a turbidity level of 569.51 ntu and after passing through the filtering to 92.90, also had a value. The temperature meets the standard, namely 29.87 ° C, while the Ph and DO values are the same as for other variations, the average value is close to the standard of freshwater fish cultivation but has not been fulfilled.
Keywords: Water Filters, Laundry Waste, Dual Media, Turbidity
94 PENDAHULUAN
Air buangan proses laundry dapat menimbulkan permasalahan serius dikarenakan kandungan bahan detergen yang dapat berakibat buruk bagi kehidupan didalam air, akibat penurunan kualitas air yang dihasilkan sisa buangan proses laundry dimungkinkan bahwa air tidak dapat digunakan untuk kebutuhan manusia bahkan untuk irigasi persawahan maupun untuk peternakan ikan sehingga diperlukan proses pengolahan/penyaringan air terlebih dahulu.
Air limbah laundry juga relatif belum begitu terjangkau oleh teknologi pengolahan air limbah, dan mahalnya harga pengolahan air limbah yang ada, sehingga diperlukan sistem pengolahan limbah rumah tangga yang murah dan mudah diterapkan, dan dapat memberi hasil optimal. Salah satu sistem pengolahan air limbah yang sering digunakan adalah penyaringan air limbah multimedia dengan menggunakan bermacam bahan atau media dalam beberapa susunan yang menggunakan berbagai jenis bahan, seperti kerikil sungai, arang tempurung kelapa, batu zeloit dan pasir silika. Sistem tersebut dianggap cukup efektif karena bahan-bahan anorganik yang digunakan rata-rata memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar bahan pencemar di dalam air limbah, baik melalui prosese filtrasi maupun proses
penyerapan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Membuat alat penyaringan air limbah laundry dengan mengggunakan metode dual medium filtrasi aliran downflow berbasis mikrokontroler. (2) Menganalisa hasil kualitas air dari variasi susunan media pasir silika dan batu apung.
METODE PENELITIAN
Pendekatan ini menggunakan penelitian dan pengembangan (Research &
Development). Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah - langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah laundry dengan metode penyaringan dual media filtrasi batu apung dan pasir silika yang mengvariasikan susunan media.
Alat dan Bahan Penelitian a. Peralatan penelitian
1. Sepeda motor 4 tak 150 cc 2. Mesin Gerinda
3. Mesin Pemotong 4. Mesin Bor 5. Penggaris
6. Meteran kapasitas 5M 7. Obeng
8. Kunci Ring pas 9. Solder
95 b. Bahan Penelitian
1. Besi siku tipe AA 2. Baut dan mur 3. Pipa paralon 4 inch 4. Pipa paralon ¾ inch 5. Pipa paralon ½ inch 6. Tutup pipa drat 7. Sock pipa
8. Sock drat luar dalam 9. Knee 90 derajat 10. Lem pipa paralon 11. Amplas
12. Cat pylok 13. Mata gerinda 14. Mata bor
15. Bak penampung
Gambar 1. Desain alat penyaring air
Agar mempermudah prosedur penelitian, berikut adalah rancangan eksperimen yang akan digunakan, Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah identivikasi variable.
Tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi susunan media yang terbagi menjadi dua Gambar 2. Rancangan Eksperimen
Desain Perancangan Sistem Filtrasi
Perakitan Komponen Alat dan Bahan
Analisis Pengujian
Kesimpulan
Selesai Mulai
Studi pustaka
Persiapan Alat dan Bahan
96 susunan dan empat ketinggian yang berbeda antara lain,
Tabel 1.Variabel bebas No. Variasi Susunan Tinggi Media 1 Pasir Silika –
Batu Apung
a. 60 cm b. 40 cm a. 40 cm b. 60 cm 2 Batu Apung –
Pasir Silika
a. 60 cm b. 40 cm a. 40 cm b. 60 cm
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah parameter pengujian yang meliputi,
Tabel 2. Variabel Terikat No. Parameter Pengujian Ket.
1 Suhu
2 Oksigen Terlarut 3 Kekeruhan
4 Power Of Hidrogen (PH)
2. Tahap Pengujian
a. Peneliti mempersiapkan air limbah laundry sebagai sempel air yang digunakan dalam penelitian proses penyaringan air.
b. Peneliti mempersiapkan media yang digunakan dalam proses penyaringan berupa pasir silika dan batu apung.
c. Peneliti mencoba kinerja alat penyaringan air dengan cara melewatkan air kedalam tabung media penyayringan dengan menggunakan pompa air berkecepatan 4000L perjam.
b. Peneliti memasang rangkaian penyaringan air dilengkapi rangkaian control mikrokontroller.
c. Peneliti melakukan pengambilan data yang terbaca oleh sensor kekeruhan dan sensor suhu pada lcd dan juga dilakukan pengukuran secara manual pengambilan data menggunakan Ph meter dan EC meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perancangan/desain yang sudah dibuat bahwa alat yang akan dibuat sama dengan perancangan/desain yang sudah dibuat pula. Material yang dipakai untuk pembuatan alat ini adalah besi siku berlubang tipe AA yang digunakan sebagai rangka, pipa pvc dan komponen-komponen pipa sebagai tabung penyaringan, bak penampung, rangkaian sensor kekeruhan dan sensor suhu untuk memonitor tingkat kekeruhan dan suhu setiap waktu, pompa air sebagai alat bantu untuk mengalirkan air, pipa paralon untuk jalur input maupun output air.
97 Alat penyaring air limbah ini menggunakan metode dual medium filtrasi yaitu dengan menggunakan dua media penyaring yang berbeda. Penggunaan pasir silika dan batu apung sebagai media dalam proses penyaringan metode dual medium filtrasi, alat ini juga menggunakan aliran downflow yaitu arah aliran filtrasi dari atas ke bawah secara gravitasi, pencucian membutuhkan tekanan.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan beberapa kali bahwa perbandingan antara perbedaan variasi susunan, jenis media penyaring, serta tinggi media yang akan berpengaruh terhadap hasil penyaringan air.
1. Berikut hasil pengujian air sampel limbah laundry sebelum penyaringan Tabel 3. hasil pengujian air sampel limbah
laundry sebelum penyaringan.
Parameter Pengujian
PH
Difused Oksigen (DO)
Suhu Kekeruhan
9,6 3,52 ppm 29,81°C 569,51 ntu
2. Berikut 4 pengujian dengan
menggunakan beberapa variasi susunan media filtrasi :
a. Pengujian 1 : variasi susunan Pasir silika 40cm → Batu apung 60cm, sampel air limbah laundry
Penelitian pertama menggunakan variasi susunan pasir silika dengan tinggi media 40cm dan diteruskan susunan batu apung 60cm pada tabung penyaring berukuran 4inch.
Dari pengujian di atas menghasilkan penurunan pH dari 9,6 menjadi 9,3, menaikkan kadar oksigen terlarut dari 3,52 ppm menjadi 4,25 ppm, menaikkan suhu dari 29,81°C menjadi 30,00°C, dan menurunkan tingkat kekeruhan dari 569,51 ntu menjadi 178,92 ntu.
Tabel 4. Pengujian 1 : variasi susunan Pasir silika 40cm → Batu apung 60cm
Parameter Pengujian
PH
Difused Oksigen (DO)
Suhu Kekeruhan
9,3 4,25 ppm 30,00 °C 178,92 ntu
b. Pengujian 2 : variasi susunan Pasir silika 60cm → Batu apung 40cm, sampel air limbah laundry
Penelitian kedua menggunakan variasi susunan pasir silika dengan tinggi
98 media 60cm dan diteruskan susunan batu apung 40cm pada tabung penyaring berukuran 4inch. Dari pengujian di atas menghasilkan penurunan pH dari 9,6 menjadi 9,3, menaikkan kadar oksigen terlarut dari 3,52 ppm menjadi 4,39 ppm, menaikkan suhu dari 29,81°C menjadi 30,12°C, dan menurunkan tingkat kekeruhan dari 569,51 ntu menjadi 164,59 ntu.
Tabel 5. Pengujian 2 : variasi susunan Pasir silika 60cm → Batu apung 40cm
Parameter Pengujian
PH
Difused Oksigen (DO)
Suhu Kekeruhan
9,3 4,39 ppm 30,12 °C 178,92 ntu
c. Pengujian 3 : variasi susunan Batu apung 40cm → Pasir silika 60cm, sampel air limbah laundry
Penelitian ketiga menggunakan variasi susunan batu apung dengan tinggi media 40cm dan diteruskan susunan pasir silika 60cm pada tabung penyaring berukuran 4inch.
Dari pengujian di atas menghasilkan penurunan pH dari 9,6 menjadi 9,5, menaikkan kadar oksigen terlarut dari 3,52 ppm menjadi 4,32 ppm,
menaikkan suhu dari 29,81°C menjadi 29,8°C, dan menurunkan tingkat kekeruhan dari 569,51 ntu menjadi92,90 ntu.
Tabel 6. Pengujian 3 : variasi susunan Batu apung 40cm → Pasir silika 60cm
Parameter Pengujian
PH
Difused Oksigen (DO)
Suhu Kekeruhan
9,5 4,32 ppm 29,87°C 92,90 ntu
d. Pengujian 4 : variasi susunan Batu apung 60cm → Pasir silika 40cm, sampel air limbah laundry
Penelitian keempat menggunakan variasi susunan batu apung dengan tinggi media 60cm dan diteruskan susunan pasir silika 40cm pada tabung penyaring berukuran 4inch. Dari pengujian di atas menghasilkan penurunan pH dari 9,6 menjadi 9,5, menaikkan kadar oksigen terlarut dari 3,52 ppm menjadi 4,29 ppm, menurunkan suhu dari 29,81°C menjadi 28,56°C, dan menurunkan tingkat kekeruhan dari 569,51 ntu menjadi 100,07 ntu.
99 Tabel 7. Pengujian 4 : variasi susunan Batu
apung 60cm → Pasir silika 40cm
Parameter Pengujian
PH
Difused Oksigen (DO)
Suhu Kekeruhan
9,5 4,29 ppm 28,56°C 100,07 ntu
3. Berikut perbandingan hasil 4 kali pengujian dengan variasi sususan yang berbeda
Variasi Susunan
Parameter Pengujian
PH DO Suhu Kekeruhan
V 1 Pasir Silika 40cm ↓ Batu Apung 60cm
9,3 4,25 30,00 178,92
V 2 Pasir Silika 60cm ↓ Batu Apung 40cm
9,3 4,39 30,12 164,59
V 3 Batu Apung 40cm
↓
Pasir Silika 60cm
9,5 4,32 29,87 92,90
V 4 Batu Apung 60cm
↓
Pasir Silika 40cm
9,5 4,29 28,56 100,07
Standar Parameter Budidaya Ikan
6,5 - 8 5 – 6 ppm
20 – 30 °C
25 – 400 ntu
Gambar 3. Perbandingan semua pengujian
9,3 9,3 9,5 9,5
8 8 8 8
7 8 9 10
V 1 V 2 V 3 V 4
Variasi Susunan
Perbandingan pH
Ph pengujian
standar parameter budidaya ikan
30 30,12 29,87
28,56
30 30 30 30
27 28 29 30 31
V 1 V 2 V 3 V 4
Variasi Susunan
Perbandingan Suhu
Suhu pengujian
standar parameter budidaya ikan
4,25 4,39 4,32 4,29
5 5 5 5
3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 5 5,2
V 1 V 2 V 3 V 4
Variasi Susunan
Perbandingan DO
Do pengujian
standar parameter budidaya ikan
178,92 164,59
92,9 100,07
400 400 400 400
0 200 400 600
V 1 V 2 V 3 V 4
Variasi Susunan
Perbandingan Tingkat Kekeruhan tingkat kekeruhan pengujian standar parameter budidaya ikan
100 Pembahasan
1. PH ( derajat keasaman )
Derajat keasaman (pH) adalah ukuran tentang besarnya konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan apakah air itu bersifat asam atau basa dalam reaksinya. Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
Alat untuk mengukur derajat keasaman menggunakan pH meter.
Sesuai Perpem RI No 20 Tahun 1990 Tanggal 5 Juni 1990 bahwa nilai Ph yang baik untuk budidaya ikan air tawar adalah 6,5 – 9.
Berdasakan hasil penelitian sampel air limbah laundry diperoleh data pH yang bervariasi berdasarkan perbedaan susunan variasi. Pada susunan variasi yang paling efektif dalam menurunkan pH adalah susunan variasi 1 ( pasir silika 40cm – batu apung 60cm ) dan susunan variasi 2 ( pasir silika 60cm – batu apung 40cm ) dimana nilai Ph pada susunan tersebut menurun dari 9,6 ( air limbah ) menjadi 9,3 ( setelah penyaringan ), akan tetapi nilai tersebut tidak memenuhi kualitas standar air untuk budidaya ikan air tawar.
2. Do ( oksigen terlarut )
Oksigen terlarut dalam air dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Sumber utama oksigen dalam air adalah udara melalui proses difusi dan dari proses fotosintetis fitoplankton. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama kehidupan di laut dan indikator kesuburan perairan.
Kadar oksigen terlarut semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya limbah organik di perairan. Hal ini disebabkan oksigen yang ada, dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik menjadi zat anorganik.
Alat untuk mengukur kadar oksigen terlarut yaitu menggunakan DO meter yang. Pada pengujian kadar oksigen terlarut ini dilakukan di Dinas kelautan dan perikanan Semarang.
Untuk kadar oksigen terlarut yang baik sesuai Perpem RI No 20 Tahun 1990 Tanggal 5 Juni 1990 yaitu 5 – 6 ppm.
Berdasakan hasil penelitian sampel air limbah laundry diperoleh data DO yang bervariasi berdasarkan perbedaan susunan variasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar DO yang paling efektif untuk budidaya ikan air tawar adalah pada susunan variasi 2 ( pasir silika 60 –
101 batu apung 40 ) dengan kadar DO 4,39 ppm mendekati nilai standar kualitas air 5 – 6 ppm.
3. Suhu
Suhu air kolam budidaya ikan air tawar mempengaruhi system metabolisme dan perkembangan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme. Suhu air juga dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan stress pada benih dan ikan, sementara suhu yang terlalu rendah dapat mempengaruhi kemampuan organisme dalam mengikat oksigen sehingga menghambat pertumbuhan ikan.
Pengukuran suhu
menggunakan sensor thermometer.
Suhu air yang dapat ditolerir untuk budidaya ikan air tawar sesuai Perpem RI No 20 Tahun 1990 Tanggal 5 Juni 1990 yaitu berkisar 20 – 30°C.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data pengukuran suhu yang bervariasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 variasi susunan yang memenuhi kualitas standar suhu yang
baik untuk budidaya ikan air tawar yaitu V1 ( pasir silika 40cm – batu apung 60 cm ) dengan nilai suhu 30 °C , V3 ( batu apung 40 – pasir silika 60 ) dengan nilai suhu 29,87 °C , V4 ( batu apung 60 – pasir silika 40 ) dengan nilai suhu 28,56 °C. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan stress pada benih dan ikan, Sementara suhu yang terlalu rendah dapat mempengaruhi kemampuan organisme dalam mengikat oksigen sehingga terhambat pertumbuhannya.
4. Kekeruhan
Air dapat dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Pengeruhan pada dasarnya terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali.
Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan yaitu turbidity sensor, Sensor ini merupakan salah satu alat untuk mendeteksi kekeruhan air dengan membaca sifat optik air akibat disperse sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Tingkat kekeruhan yang ditolerir
102 untuk budidaya ikan air tawar sesuai Perpem RI No 20 Tahun 1990 Tanggal 5 Juni 1990 yaitu berkisar 25 – 400 NTU.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data pengukuran tingkat kekeruhan yang bervariasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan pada semua variasi susunan sudah memenuhi kualitas standar air budidaya ikan air tawar.
Nilai tingkat kekeruhan yang didapat yaitu V1 ( pasir silika 40cm – batu apung 60cm ) dengan nilai kekeruhan 178,92 NTU, V2 ( pasir silika 60cm – batu apung 40cm ) dengan nilai kekeruhan 164,59 NTU, V3 ( batu apung 40cm – pasir silika 60cm ) dengan nilai kekeruhan 92,9 NTU, V4 ( batu apung 60cm – pasir silika 40cm ) dengan nilai kekeruhan 100,07 NTU. Variasi susunan yang paling efektif menurunkan tingkat kekeruhan adalah V3 karena memiliki nilai kekeruhan yang paling rendah, kolam budidaya ikan air tawar harus selalu dijaga tingkat kekeruhan airnya, dampak air yang keruh dapat menyebabkan terganggunya perkembangan fisik ikan tersebut bahkan kematian.
KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian dan analisis data maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni :
1. Alat penyaring air limbah laundry metode dual media filtrasi menggunakan pasir silika dan batu
apung sebagai media
filtrasi/penyaringan, dilengkapi sensor kekeruhan dan suhu untuk memudahkan pengguna saat memonitoring tingkat kekeruhan dan suhu air setelah melewati proses penyaringan.
2. Desain Alat penyaring air limbah laundry menggunakan software Solidworks 2016, sehingga memudahkan peneliti dalam merancang, menghitung kebutuhan bahan baku dan komponen – komponen lain yang akandi bangun.
3. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa V3 ( batu apung 40cm – pasir silika 60cm ) yang paling efektiv dalam melakukan penyaringan dilihat dari menurunnya tingkat kekeruhan dari awalnya sampel air limbah dengan tingkat kekeruhan 569,51 ntu dan setelah melewati penyaringan menjadi 92,90, juga memiliki nilai suhu memenuhi standar yaitu 29,87°C, sedangkan pada parameter Ph dan DO sama halnya seperti susunan variasi lainnya rata-rata memiliki nilai yang
103 mendekati standar budidaya ikan air tawar akan tetapi belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Apriliana,A. Dkk. 2014. Rancang Bangun Alat Penjernih Air Berbasis PLC. Surabaya: Elsains Untag.
[2] Edwardo, A. Dkk., 2016. Pengolahan Air Gambut dengan Media Filter Batu Apung. Riau: Jurrnal Ilmiah Teknik Sipil Universitas Riau.
[3] Nilasari, Dkk., 2016. Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Dengan Menggunakan Proses Gabungan Saringan Bertingkat Dan Bioremediasi Eceng Gondok. JPS Mipa Uniersitas Sriwijaya
[4] Ratnawati, R Dan Kholif, M., 2018.
Aplikasi Media Batu Apung Pada Biofilter Anaerobik Untuk Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Ayam.
Suabaya: Jurnal Sains Dan Teknologi ingkungan.
[5] Ronny Dan Saleh, M., 2018.
Penurunan Kadar COD dengan metode filtrasi multimedia filter pada limbah laundry. Makasar : Higiene Vol.4 [6] Setyobudiarso, H. Dan Yuwonno, E.,
2014. Rancang Bangun Alat Penjernih Air Limbah Cair Laundry dengan menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir dan Arang Aktif.
Malang: Jurnal Neutrino ITN.
[7] Sugiyono, 2016. Metode Penelitian
Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[8] Susanto, D. Dkk., 2014. Alat Penyaringan Air Kotor menjadi Air Bersih menggunakan Mikrokontroller Atmega 32. Jurnal Media Infotama Universitas Dehasan Bengkulu.
[9] Trianasri, Dkk., 2017. Analisis dan Karakterisasi Kandungan Silika (SiO2) Sebagai Hasil Ekstraksi Batu Apung (Pumice). Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika Universitas Lampung.
[10] Eswanto, Satri JP Sitompul,Tony Siagian, Iwan Gunawan, Aminur. 2020.
Aplikasi PLTMH Penghasil Energi Listrik Di Sungai Lawang Desa Simbang Jaya Kecamatan Bahorok.
Dinamika : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
Vol. 11, No. 2, Mei 2020: 56-64. DOI:
10.33772/djitm.v11i2.11678
[11] Barita, Esron Rudianto Silaban, Zainuddin, Eswanto, 2018, Pengaruh Kinerja Kompresor Pada Mesin Pendingin Dengan Penggunaan Variasi Bahan Refrigran, Jurnal Ilmiah
“MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol.
4 No. 1, Mei 2018 : 48 – 55
[12] Quddus, R., 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih Dengan Sistem Saringan Pasir Lambat ( Downflow ) yang bersumber Dari Sungai Musi. Riau:
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Sriwijaya.
[13] Wadu, R.A., Ada, Y.S.B. and
104 Panggalo, I.U., 2017. Rancang Bangun Sistem Sirkulasi Air Pada Akuarium/Bak Ikan Air Tawar Berdasarkan Kekeruhan Air Secara Otomatis. Jurnal Ilmiah Flash, 31, pp.1-10.