6 BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Numbered Head Together
Untuk mengembangkan potensi Numbered Head Together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Numbered Head Together (kepala bernomor). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005)model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.
Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
7
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Numbered Head Together pertama kali dikenalkan oleh SpencerKagan dkk (1993). Model Numbered Head Together adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran Numbered Head Together ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Lalu seperti apa langkah- langkah dalam menerapkan Numbered Head Together? Sintaks Numbered Head Together dijelaskan sebagai berikut a) Penomoran, ini hal yang utama di dalam Numbered Head Together, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok, b) Pengajuan Pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula, c) Berpikir Bersama, setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan
8
jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan, d) Pemberian Jawaban, langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model Numbered Head Together memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (kepala bernomor struktur) sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
9
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dan Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Head Together yaitu : 1) Hasil belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar belakang yang berbeda. 3) Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
2.1.1.2 Teori Belajar Yang Mendasari Numbered Head Together
Sunaryo dalam Aboe Dhari (1996 : 3) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu kegiatan di mana sesorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku positif yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Dan juga dikemukakan oleh Dimyati (2002:7) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri.
10
Sedangkan pendapat belajar yang dipandang sebagai proses seperti dikemukakan oleh Bahri Jamarah ( 2002 : 11) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bakat, pengalaman dan latihan. Dan juga dikemukakan oleh Hamalik (2004 : 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dengan jalan mengalami.
Belajar seperti yang dinyatakan oleh Chaplin dalam Syah (1995:89) menyatakan bahwa belajar dibatasi oleh dua rumusan, yaitu (1)belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, dan (2)belajar adalah proses memperoleh respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Belajar adalah merupakan suatu proses, untuk memperoleh suatu pengetahuan melalui latihan-latihan, pembentukan kebiasaan secara otomatis sehingga terjadi perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan.
Hamalik, (2003 : 36 – 37).
2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Numbered Head Together
Kelebihan Model Number Heads Together adalah 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dalam melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Dapat melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai, 4) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, 5) Siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, 6) Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan, 7) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan
11
Kekurangan Model Number Heads Together adalah 1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, 2) Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai, 3) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda -beda serta membutuhkan waktu khusus, 4) Guru tidak mengetahui kemampuan masing- masing siswa, 5) Waktu yang dibutuhkan banyak, 6) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, 7) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Numbered Head Together
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu : a) Pembentukan kelompok, b) Diskusi masalah, c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut : 1). Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. 2) Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. 3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
12
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. 4) Diskusi masalah, dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 6) Memberi kesimpulan, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar karena dengan model tersebut seluruh siswa dapat terlibat secara total. Model ini sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dalam kelompok. Model ini juga mengedepankan aktifitas siswa dalam mencari , mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
2.1.2 Hasil Belajar Matematika
Menurut Gagne (Sagala, 2010: 13) menyatakan bahwa belajar sebagai suatu proses organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Perubahan dalam perilaku dapat diartikan bahwa belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh individu (siswa). Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai.
Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Dari pengertian inilah maka hasil belajar tidak hanya menggambarkan kemampuan kognitif saja melainkan juga menggambarkan kemampuan sikap afektif maupun psikomotor. Sedangkan Hilgard dan Bower (Sagala, 2010: 51) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai
13
perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan yang merupakan hasil proses pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses kedewasaan.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, etika dan sikap.
Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar (hasil belajar) bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini hasil belajar dalam pencapaian kognitif siswa yang diukur dengan nilai dari tes.
2.1.2.1 Hakikat Hasil Belajar
Di masa lalu, kebanyakan sistem pendidikan di dunia cenderung untuk jalan di tempat dalam mentransfer pengetahuan dengan berlandaskan fakta dan rumus-rumus. Kemudian menggunakan dan menerapkan fakta serta rumus-rumus ini ke dalam model percobaan dan ujian. Sistem pendidikan semacam ini tentunya sudah usang untuk saat ini ketika tatanan ekonomi menekankan pada keunggulan inovasi dan kreativitas.
Indikator bagi individu yang kreatif adalah: 1) memiliki rasa ingin tahu, 2) sering mengajukan pertanyaan, 3) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, 4) merasa bebas dalam menyatakan pendapat, 5) memiliki langkah penyelesaian masalah buatan sendiri, 6) mencari dan menganalisis data yang diketahui dalam menyelesaikan masalah, 7) mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang, 8) memiliki rasa humor, 9) mempunyai daya imajinasi, 10) orisinal dalam mengungkapkan gagasan dalam penyelesaian masalah.
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Latar belakang keluarga dan orang tua siswa yang kurang mendukung terhadap pendidikan dan kemajuan belajar. Sebagian besar orang tua siswa berpendidikan rendah dan bekerja seharian sebagai buruh dan pemulung, cukup menyita waktu sehingga kurang memperhatikan waktu belajar anaknya di rumah. Kegiatan siswa sepulang sekolah pergi mengaji memperdalam ilmu
14
agama ke sekolah Madrasah Dinniyah sampai sore hari membuat fisik siswa cukup lelah. Pada malam harinya siswa jarang belajar, bahkan siswa sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru sebagai latihan di rumah. Karena di SD penulis tidak ada TK jadi siswa masuk kelas I belum mengenal angka sama sekali.
Dari berbagai masalah yang penulis sebutkan di atas, yang dapat penulis perbaiki hanyalah masalah yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar siswa dan mengubah kesalahan pola dan teknik pembelajaran yang selama ini penulis lakukan. Sebagai mana tugas guru harus mampu nenarik minat belajar siswa agar mampu menguasai konsep pembelajaran yang diberikan dan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa melalui berbagai media pembelajaran.
Dari hasil tes formatif pelajaran Matematika setelah dianalisis menunjukkan hasil yang sangat rendah. Penguasaan konsep pembelajaran yang diberikan oleh guru masih perlu ditingkatkan, dari 20 siswa tidak ada siswa yang dapat menjawab pertanyaan benar semua. Dari hasil pembelajaran siswa yang sangat rendah dan belum memenuhi standar ketuntasan minimal belajar tersebut, penulis ingin segera memperbaiki pola dan teknik pembelajaran dengan penggunaan model Numbered Head Together dengan mengefektifkan keaktifan siswa agar mereka dapat menguasai konsep pembelajaran. Dengan demikian penulis segera mencari apa yang menjadi sebab dan permasalahannya serta menentukan cara untuk memperbaiki pembelajaran melalui Penulisan Tindakan Kelas (PTK).
2.1.2.3 Hasil Belajar Matematika.
Dari penelitian pembelajaran Matematika yang saya lakukan dapat saya simpulkan : 1) memiliki rasa ingin tahu, 2) sering mengajukan pertanyaan, 3) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, 4) merasa bebas dalam menyatakan pendapat, 5) memiliki langkah penyelesaian masalah buatan sendiri, 6) mencari dan menganalisis data yang diketahui dalam menyelesaikan masalah, 7) mampu melihat masalah dari berbagai sudut
15
pandang, 8) memiliki rasa humor, 9) mempunyai daya imajinasi, 10) orisinal dalam mengungkapkan gagasan dalam penyelesaian masalah.
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Ma’rifah tahun 2011 dengan judul Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pebelajaran Numberead Head Together Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kriyan, Kalinyaamatan Kabupaten Jepara. Dari perbaikan pembelajaran yang dilakukan selama tiga siklus dapat disimpulkan :
1. Pelaksanaan penerapan model Numberead Head Together dapat meningkatkan hasi beljar matematika.
2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui model Numberead Head Together rata- rata nilai dari 64,50 pada kondisi awal menjadi 70,45. Setelah pelaksanaan siklus pertama dan naik menjadi 82,27 setelah siklus kedua.
3. Pelaksanaan penerapan model Numberead Head Together data sesuai rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui yang efektif. Pada pembelajaran matematika adalah dengan mengefektifkan tugas, peran dan tanggung jawab anggota kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis data sesuai rumusan maslah dapat disimpulkan bahwa pembelajaranmelalui penerapan model Numberead Head Together dapat meningkatkan hasi belajar matematika.
16 2.3 Kerangka Berfikir
Pada awal semester 1 tahun pelajaran 2012/ 2013, hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN 9 Tanjungrejo masih rendah. Hal ini antara lain dikarenakan guru belum menerapkan media pembelajaran. Kemudian setelah itu dilakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dengan dua cara yaitu penerapan dalam kelompok besar dan kelompok kecil. Dari uraian di atas dapat dibuat skema tindakan sebagai berikut :
2.4 Hipotesis Tindakan
Dari tindakan yang diambil/dilaksanakan guru, dapat diajukan hipotesa yaitu : Melalui penerapan Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas IV SDN 9 Tanjungrejo pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.
Guru belum menerapkan model Numbered Head Together nilai Matematika siswa masih rendah Kondisi awal
Tindakan Menerapkan model Numbered Head Together
Dengan menerapkan model Numbered Head Together
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas IV SDN 9 Tanjungrejo semester 1 tahun 2012 Kondisi akhir