• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Insomnia Menurut Ilmu Kedokteran 1. Definisi Insomnia

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis tubuh keseimbangan emosional, dan kelangsungan hidup individu. Tidur juga penting dalam kemampuan mengingat, konsentrasi dalam belajar dan adaptasi sosial. Kemampuan kognitif, stabilitas emosional, dan mental seseorang ditentukan oleh durasi dan kualitas tidur (Ratnasari, et al., 2016).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang berupa sulit mempertakankan tidur, sulit untuk memulai tidur, dan ketidakpuasan tidur.

Insomnia dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas hidup seseorang seperti penurunan konsentrasi. Insomnia merupakan gangguan tidur yang di sebabkan oleh adanya stress, masalah sekolah maupun pekerjaan, depresi, kesehatan merokok, kecemasan berlebih, ataupun efek samping dari pengobatan. Seseorang yang mengalami insomnia akan mengantuk pada siang hari, sehingga dapat menurunkan konsentrasi dan akan mengganggu aktivitas sehari-hari (Munir, 2015; Waliyanti, 2017).

2. Etiologi Insomnia

Penyebab insomnia meliputi penyakit penyerta (depresi dan penyakit lain), psikologi, status sosial ekonomi yang rendah, dan lingkungan (Marlina 2011; Susanti 2015; Wijayanti 2014). Secara umum insomnia dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Psikologi

Masalah dari situasi seperti adanya kecenderungan untuk berpikir, kegelisahan, atau kewaspadaan, stess yang berlebih akan membuat fikiran bekerja lebih aktif pada malam hari, dan berpikir tentang tekanan pekerjaan akan mempengaruhi aktifitas tidur seseorang sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam memulai tidur

(2)

b. Biologis

Pada masa periode kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim mengalami penurunan dan berakhir ketika rahim benar- benar tidak berfungsi lagi secara alamiah (klimakterum). Fungsi ovarium akan berkurang efektifitasnya sehingga kadar estrogen dan progesteron mengalami penurunan secara bertahap. Akibat penurunan kadar esterogen ini berpengaruh terhadap salah satu neurotransmiter di otak yakni serotonin. Serotonin berpengaruh pada suasana hati dan aktivitas tidur seseorang serta sering terjaga ketika tidur.

c. Obat-obatan

Beberapa obat dapat mempengaruhi proses tidur, seperti beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti ritalin), dan kortikosteroid. Obat golongan kortikosteroid biasanya diresepkan untuk mengatasi inflamasi, artritis rheumatoid, lupus, reaksi alergi, serta gout. Namun, mekanisme kerja obat ini memengaruhi kelenjar adrenal, sehingga membuat gangguan relaksasi dan sulit tidur.

d. Gaya Hidup

Seseorang yang sering mengganti jam kerja harus bisa mengatur aktivitasnya agar bisa tidur diwaktu yang tepat. Gemar bermain game online dan menggunakan ponsel pada malam hari memberikan dampak terhadap keluhan tidur. Selain mengganti jam kerja dan bermain game online ketika malam hari kebiasaan makan berlebihan, mengonsumsi kopi, minuman beralkohol dan melakukan kegiatan yang memerlukan pikiran yang intensif sebelum tidur dapat membuat badan terjada pada malam hari.

e. Lingkungan

Kondisi suatu lingkungan bisa menjadi faktor membantu ketika proses tidur namun juga dapat menghambat proses tidur. Adanya stimulasi yang dapat menjadi hambatan ketika proses tidur seperti ketika temperatur lingkungan yang tidak nyaman, tidak adanya

(3)

ventilasi, tempat tidur yang kurang nyaman, kamar tidur terlalu terang atau berisik, dan iklim yang terlalu panas.

3. Klasifikasi Insomnia

Klasifikasi insomnia yang dikutip dari Susilo dan Wulandari, (2011) berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Transient insomnia: insomnia yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress. Faktor pemicu transient insomnia antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama tidur, rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain- lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter (Susilo & Wulandari, 2011).

b. Short term insomnia (insomnia jangka pendek): insomnia yang disebabkan oleh stress, berada di lingkungan yang selalu ramai dan bising, berada di lingkungan yang mengalami perubahan suhu ekstrem, masalah perubahan jadwal kerja yang drastis, maupun efek samping dari pengobatan . Insomnia jangka pendek berlangsung dalam waktu 2- 3 minggu (Susilo & Wulandari, 2011).

c. Chronic insomnia: Salah satu penyebab insomnia kronis adalah depresi, perilaku penderita dengan adanya kebiasaan buruk, seperti penyalahgunaan kafein, alkohol, dan subtansi lainnya. Berlangsung lebih dari 4 minggu. (Susilo & Wulandari, 2011).

Dari sisi etiologi insomnia di bagi menjadi 2 yaitu (Zaini, 2013):

a. Insomnia primer

Pada insomnia primer terjadi kelebihan hyperarousal system.

Periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak berhubungan dengan masalah neurologi, kondisi kejiwaan, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu.

Penyebab insomnia primer berhubungan dengan kebiasaan sebelum tidur, pola tidur, dan lingkungan tidur (Zaini, 2013).

(4)

b. Insomnia sekunder.

Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena gangguan irama tidur, masalah neurologi, kejiwaan, atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur. Pada insomnia sekunder karena penyakit organik, pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu karena nyeri organik, misalnya penderita arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul karena perubahan sikap tubuh (Zaini, 2013).

4. Patofisiologi Insomnia

Insomnia dihubungkan dengan peningkatan arousal yang dikaitkan dengan struktur yang memicu kesiagaan di ARAS ( ascending reticular activating system), dan hipotalamus. Hyperarousal merupakan keadaan yang ditandai dengan tingginya tingkat kewaspadaan yang menyebabkan metabolisme tubuh meningkat. Data pemeriksaan elektrofisiologi hyperarousal menunjukkan peningkatan frekuensi gelombang beta pada elektroensefalografi (EEG) selama tidur NREM (Non-Rapid Eye

Movement). Aktivitas gelombang beta dikaitkan dengan aktivitas gelombang otak selama terjaga. Penurunan dorongan tidur pada pasien insomnia dikaitkan dengan penurunan aktivitas gelombang delta. Data neuroendokrin tentang hyperarousal menunjukan peningkatan level kortisol dan adrenokortikoid (ACTH) sebelum dan selama tidur, terutama pada setengah bagian pertama tidur pada pasien insomnia. Pada pemeriksaan PET (positron emission tomography) penderita insomnia menunjukkan peningkatan kecepatan metabolisme glukosa dalam otak baik saat tidur maupun bangun (Candra, 2010; Rianawati & Munir, 2017).

Kondisi stres juga dapat mempengaruhi kinerja raphe nukleus yang berdampak pada hipothalamus di otak tepatnya di Supra Chiasmatic

(5)

Nucleus (SCN). Sehingga akan meningkatkan aktivitas di Supra Chiasmatic Nucleus (SCN) menyebabkan proses tidur terganggu. Stress juga dapat menganggu kelenjar pineal untuk mengeluarkan hormon melatonin yang diperlukan dalam proses tidur. Stress seseorang mempengaruhi terhadap insomnia orang tersebut (Wulandari et al., 2017).

5. Penatalaksanaan Insomnia

Penanganan kasus insomnia biasa ditangani dengan cara farmakologi ataupun secara non-farmakologi, antara lain:

a. Farmakologi 1) Benzodiazepine

Pengobatan untuk insomnia yang bekerja pada reseptor gamma amino butryc acid (GAMA) dimana obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat neurotransmitter di CNS) yang memberi efek sedasi, mengantuk, dan melemaskan otot yang terbukti sangat efektif untuk menangani insomnia, tetapi menimbulkan efek samping seperti ketergantungan, pusing, dan hipotensi (Ghaddafi, 2010).

2) Non-Benzodiazepine

Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektivitas yang mirip dengan benzodiazepine, tetapi memiliki efek samping yang lebih ringan yang diantaranya adalah gangguan pernafasan, amnesia, hipotensi ortotastik dan masih jarang ditemukan di dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan (Ghaddafi, 2010).

b. Non-Farmakologi 1) Terapi Akupunktur

Akupunktur adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara penusukan jarum bersifat single use (sekali pakai) ditusukkan pada bagian tubuh manusia untuk memperbaiki kondisi tubuh sesuai dengan keluhan. Akupunktur digunakan untuk mengatasi insomnia, dalam kasus insomnia kombinasi titik-titik akupunktur pada

(6)

kepala, tangan, dan kaki terbukti efektif untuk menangani kasus insomnia (Linda et al., 2016).

2) Cognitive Behavioral Therapy

Terapi kognitif dilakukan berujuan untuk merubah pola pikir yang maladaptive, memperbaiki distorsi kognitif penderita dalam memandang diri sendiri, lingkungan, dan masa depan.

Teknik yang dilakukan dalam memperbaiki ulang siklus tidur dan kemudian memeliharanya dengan baik (Candra, 2010)

3) Sleep Hygiene

Penanganan yang dilakukan untuk merubah cara hidup dan lingkungan penderita untuk meningkatakan kualitas tidur penderita insomnia. Berikut beberapa penatalaksanaan medis berdasarkan sleep hygiene yaitu menghindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum tidur, mengubah lingkungan tidur menjadi nyaman. Terapi sleep hygiene diupayakan dengan membina kebiasaan atau ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum tidur. Sebagai pendekatan awal untuk mengatasi insomnia dan kesulitan tidur lainnya dan secara umum dapat digambarkan sebagai promosi perilaku untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur yang diperoleh seorang individu setiap malam. Sleep hygiene mengacu pada sekumpulan daftar hal-hal yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi mulainya tidur dan mempertahankannya. Daftar ini berisi beberapa komponen yang meningkatkan kecenderungan alami untuk tidur dan mengurangi hal yang mengganggu tidur (Ahsan, 2017)

4) Relaksasi

Ketika seseorang mengalami gangguan tidur maka akan timbul ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan mengaktifkan saraf parasimpatik dengan teknik relaksasi maka secara otomatis ketegangan tersebut akan berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk tidur. Metode ini cukup bermanfaat

(7)

untuk menyembuhkan insomnia, karena sebagian besar penderita insomnia merupakan seseorang yang sulit untuk merasakan kondisi relaks (santai). Berbagai macam bentuk rileksasi adalah relaksasi otot, relaksasi meditasi, yoga dan hipnoterapi (Safithry, 2014).

6. Saran dan Anjuran untuk Penderita Insomnia

Saran dan anjuran yang di kutip dari Candra (2010); Munir (2015);

dan Putra (2011). Berikut saran anjuran untuk penderita insomnia yaitu:

a. Berdo’a sebelum tidur, berdo’a memberikan kesempatan kepada individu untuk mendekatkan keyakinan kepada yang maha kuasa dan suatu kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat komitmen hidup yang lebih baik.

b. Mengurangi stres, emosi yang berlebih, dan hindari melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur karena dapat mengganggu tidur.

Insomnia sering terjadi karena pasien tidak rileks ketika akan tidur.

c. menghindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum tidur karena dapat menyebabkan susah tidur dan mengganggu kualitas tidur.

d. Mengubah lingkungan sekitar tempat tidur menjadi lebih nyaman, meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang, suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas, dan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.

e. Melakukan olahraga secara teratur 3 kali dalam seminggu, olahraga secara teratur dapat membantu mengatasi masalah tidur karena dengan olahraga kesehatan akan lebih optimal sehingga tubuh dapat melawan stress.

f. mendengarkan lantunan musik dengan ritme yang pelan, karena dapat membuat pikiran tenang dan rileks.

g. Mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium, dan kalsium yang dapat meningkatkan kadar dopamin dalam tubuh yang akan menimbulkan efek menenangkan.

(8)

B. Insomnia Menurut Ilmu Akupunktur 1. Definisi Insomnia

Dalam ilmu akupunktur insomnia disebut dengan Shi Mian atau Bu Mei. Shi yang berarti hilang, Mian berarti tidur, “Bu Mei” yang merupakan suatu kondisi seseorang yang tidak bisa tidur dengan cukup. Insomnia merupakan gangguan tidur yang bermanifestasi kesulitan untuk memulai tidur, tidur tidak tenang atau nyaman, waktu tidur tidak cukup, ketidakmampuan seseorang untuk tetap tidur, sering terbangun pada malam hari lalu tidak mampu untuk tidur kembali. Pada penderita insomnia berat semalam hanya dapat tertidur 2 – 3 jam bahkan tidak dapat tertidur semalaman. Insomnia terjadi oleh karena karena kekhawatiran yang berlebih, gembira berlebih, ketegangan syaraf serta kebisingan (Sim, 2008; Liu, 2000; Yajuan, 2009).

2. Etiologi dan Patofisiologi Insomnia

Secara ilmu akupunktur, dalam Xinnong, (2003), Sim (2008), dan Maciocia (2011) insomnia disebabkan oleh berbagai faktor:

a. Disebabkan oleh Tujuh Emosi yang Abnormal

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai emosi yang berlebihan antara lain:

1) Emosi gembira yang berlebihan dapat menguras xin qi (qi jantung), menyebabkan shen atau jiwa menjadi tidak tenang dan munculnya insomnia.

2) Emosi marah yang berlebihan dapat mengganggu gan atau hati, menyebabkan gan qi (qi dalam hati) tidak berjalan pada jalur dan arahnya, yang dapat menyebabkan gan huo (api hati) membara menyebabkan kekacauan shen/jiwa dalam xin/jantung sehingga terjadilah insomnia.

3) Emosi berfikir atau merenung yang berlebihan dapat menguras pi qi (qi limpa) sehingga menyebabkan pi/limpa tidak dapat menjalankan fungsinya yaitu transformasi dan transportasi dengan

(9)

sempurna hal tersebut menyebabkan shen/jiwa tidak ternutrisi secara optimal, timbullah insomnia.

4) Emosi sedih dan kuatir yang berlebihan dapat menguras fei qi (qi paru-paru) hal ini menyebabkan aktivitas kejiwaan yang dikuasai oleh paru-paru terganggu hingga terjadilah insomnia.

5) Emosi kaget dan takut yang berlebihan dapat menguras shen jing (jing ginjal) dalam teori Yin Yang, shen jing yang tidak sempurna menyebabkan api dalam xin/jantung membara, sehingga terjadilah insomnia.

b. Pola diet yang tidak tepat

Pola diet yang tidak tepat seperti makan tidak tepat waktu, mengonsumsi makanan yang terlalu pedas, mentah dapat merusak fungsi limpa dan lambung dalam transportasi dan transformasi Jing makanan dan minuman, begitupun juga mekanisme naik dan turunya Qi menjadi kacau yang menyebabkan Shen atau jiwa kacau dan menimbulkan tidur tidak tenang atau insomnia.

c. Over Work

Over Work seperti bekerja berjam-jam tanpa istirahat yang cukup, bekerja dalam kondisi stres berat dapat menguras Qi Xue sehingga menjadikan tubuh kekurangan Qi Xue yang menyebabkan Shen atau jiwa tidak mendapatkan nutrisi secara optimal dan terjadilah insomnia.

d. Terlalu banyak melakukan hubungan seks

Aktivitas seks yang berlebihan dapat menguras Jing ginjal menyebabkan Yin ginjal tidak dapat menopang Yin jantung sehingga Yin jantung kurang. Kekurangan Yin jantung dapat menyebabkan api xin/jantung membara dan mengacaukan shen di jantung hingga terjadilah insomnia.

e. Shen atau jiwa Dikacaukan oleh Patogen Luar

(10)

Patogen luar seperti angin, dingan, api, panas, kering dan lainnya dapat mengacaukan Shen sehingga muncul perasaan tidak tenang yang menyebabkan tidur tidak tenang

3. Diferensiasi Sindrom Pada Kasus Insomnia

Gongwang (2000), Sim (2008), Maciocia (2011) insomnia dapat diklasifikasikan kedalam beberapa sindrom seperti:

a. Hiperaktivitas Api Hati

Pada sindrom hiperaktivitas api hati ditandai dengan manifestasi antara lain insomnia, mimpi buruk, iritabilitas, tidur gelisah, nafsu makan menurun, kemerahan pada mata, rasa pahit di mulut, mudah haus, urin gelap, konstipasi, otot lidah merah dengan selaput kuning, nadi tegang dan cepat.

b. Phlegma Panas Mengganggu Jantung

Pada sindrom phlegma panas mengganggu jantung ditandai dengan manifestasi antara lain adalah insomnia, dahak berlebih, kepala terasa berat, nafsu makan menurun, hidung tersumbat, bersendawa, mual, muntah, regurgitasi asam lambung, rasa pahit di mulut, selaput lidah kuning lengket, nadi halus dan cepat.

c. Berkobarnya api jantung dan hati

Pada sindrom berkobarnya api jantung dan hati terdapat manifestasi antara lain gelisah dan tidak tenang, susah memasuki alam tidur, mudah terbangun, atau tidak dapat tidur semalaman, kepala terasa tegang, pusing atau vertigo, nafsu makan menurun, nyeri dada, mulut terasa kering dan pahit, lidah merah, selaput lidah kuning, nadi tegang dan cepat.

d. Defisiensi Jantung dan Limpa

Pada sindrom defisiensi jantung dan limpa ditandai dengan manifestasi antara lain insomnia, mudah terbangun, tidur terganggu mimpi, mudah lupa, palpitasi, kompleksi wajah pucat, pandangan kabur, pusing, kelemahan pada ekstremitas, mudah lelah, nafsu makan

(11)

berkurang, otot lidah pucat dengan selaput putih tipis, nadi cepat dan benang.

e. Defisiensi Yin Jantung

Pada sindrom defisiensi yin jantung ditandai dengan manifestasi antara lain insomnia, palpitasi, tidak terganggunya mimpi, mudah terkejut, mudah lupa, cemas, pipi berwarna merah, malas, keringat malam, tenggorokan terasa kering, panas di lima titik, lidah berwarna merah, tidak mengelupas, ujung lidah bengkak dan terdapat bercak sianotik, terdapat fisura di tengah lidah, nadi kosong dan mengambang.

f. Disharmoni Jantung dan Ginjal

Pada sindrom disharmoni jantung dan ginjal ditandai dengan manifestasi antara lain insomnia, sering terbangun pada malam hari, telinga berdenging, keringat malam, mudah lupa, pusing, terdapat sensasi panas di telapak tangan dan kaki, demam, nyeri pada pinggang dan lutut, daya ingat buruk, otot lidah merah dengan selaput putih tipis, terdapat retakan di ujung lidah (jantung) nadi benang dan cepat.

g. Disharmoni Qi Lambung

Pada sindrom disharmoni qi lambung ditandai dengan manifestasi antara lain insomnia, gelisah, pusing, distensi abdomen, sendawa, dan muntah, selaput lidah kuning mengkilat, serta nadi teraba licin.

h. Defisiensi Yin Hati

Pada sindrom defisiensi yin hati ditandai dengan manifestasi antara lain tidur terganggu mimpi, kulit dan rambut terasa kering, pusing, tenggorokan terasa kering, penglihatan kabur dan pada kasus insomnia dengan sindrom defisiensi yin hati parah dapat disertai sleep walking. Otot lidah berwarna merah tanpa selaput serta nadi teraba mengambang.

(12)

i. Defisiensi Jantung dan Kandung empedu

Pada sindrom defisiensi jantung dan kandung empedu ditandai dengan manifestasi antara lain iritabilitas, kesulitan untuk terlelap ketika tidur, mudah terbangun, sensasi demam di lima titik, pusing, tinnitus, jantung berdebar, penurunan daya ingat, daerah pipi memerah, mulut kering dengan cairan sedikit, lidah merah dengan selaput sedikit, nadi benang dan cepat.

4. Penatalaksanaan Akupunktur a. Empat Cara Pemeriksaan

Dalam ilmu akupunktur terdapat empat cara pemeriksaan sebagai dasar untuk membantu menegakkan Diagnosis. Dalam Saputra (2017), Sim (2012), Saputra dan Idayanti (2005), empat cara pemeriksaan yang dimaksud adalah:

1) Observasi/Pengamatan (Wang)

Pemeriksaan wang adalah stau pemeriksaan dengan meneliti dan mengevaluasi berbagai kelainan yang ditunjukan oleh pasien dengan memanfaatkan indera penglihatan (mata). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien adalah sebagai berikut:

a) Semangat (Shen)

Bertujuan untuk memeriksa keadaan semangat pasien, dengan cara memeriksa semangat pasien ketika datang, kesadaran, kondisi muka, dan pandangan matanya. Apabila keadaan shen pasien dalam keadaan baik, pasien dalam kondisi sadar penuh (dapat menerima dan melakukan instruksi- instruksi selama dilakukan pemeriksaan), semangatnya masih ada, wajah nampak berseri dan bercahaya tidak pucat, tatapan matanya fokus dan bersinar tidak kosong, dan bicaranya jelas.

Hal ini menunjukkan bahwa tubuh penderita masih kuat dan penyakitnya baru diderita.

(13)

b) Rona Wajah (Se)

Bertujuan untuk menentukan bagaimana keadaan energi-darah (qi-xue) dari organ zhang fu, dengan cara memperhatikan warna kulit dan ekspresi wajah pasien. Apabila di dalam pemeriksaan diperoleh ekspresi wajah yang bersinar dan segar menandakan bahwa penyakit masih berada pada tingkatan luar, baru terjadi, dan sifat penyakitnya masih ringan serta mudah untuk disembuhkan. Apabila di dalam pemeriksaan ditemukan wajah dalam kondisi lesu, pucat, tidak bersemangat, dan tidak bercahaya menandakan bahwa penyakit berada pada tingkatan organ, sudah lama terjadi, sifat penyakitnya lebih berat serta sulit untuk disembuhkan atau membutuhkan waktu lama untuk disembuhkan. Warna wajah menunjukkan keadaan energi (qi) dan darah (xue), dan berhubungan erat dengan kondisi kesadaran.

Warna patologis yang dapat terlihat pada wajah sebagai berikut:

a. Hijau menunjukan kelainan pada organ hati.

b. Merah menunjukan kelainan pada organ jantung.

c. Kuning menunjukan defisiensi limpa dan retensi lembab di dalam tubuh.

d. Pucat (putih) menunjukan kelainan pada paru-paru dan terjadi sindrom defisiensi darah atau xue.

e. Hitam menunjukan kelainan pada organ ginjal, adanya dingin disertai nyeri.

c) Bentuk Tubuh (Sing Tay)

Bertujuan untuk menentukan konstitusi tubuh pasien serta keadaan penyakit pasien dengan cara memperhatikan bentuk tubuh serta gerak-geriknya, posisi tubuh, keadaan kulit, mata, hidung, tenggorokan, pernafasan, mulut, dan kuku.

(14)

d) Lidah dan Selaput Lidah

Bertujuan untuk menentukan jenis serta sifat penyakit, dengan cara memperhatikan keadaan otot lidah dan selaput lidah. Observasi lidah merupakan tonggak utama dalam menentukan diagnosis karena lidah memberikan gambaran kelainan objektif dan mudah dilihat.

Empat hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Warna otot lidah: menunjukkan keadaan Jing, Ying Qi, dan organ Yin.

b. Bentuk lidah: menunjukkan keadaan darah dan Ying Qi.

c. Selaput lidah: menujukkan keadaan organ Yang.

d. Kelembaban: menunjukkan keadaan cairan tubuh.

2) Pendengaran dan Penciuman (Wen) a) Pendengaran

Pemeriksaan dengan cara mendengarkan termasuk mendengarkan tinggi rendahnya suara, keras tidaknya suara, batuk, erangan, suara nafas, hiccup, borborigmus, atau suara apapun yang terdengar dari pasien oleh terapis. Suara yang keras menandakan keadaan shi (ekses), sedangkan suara yang lemah atau lirih menandakan keadaan xu (defisien).

b) Penciuman

Indera penciuman (hidung) sering digunakan untuk menentukan Diagnosis dalam ilmu akupunktur. Semua jenis bau tubuh dapat dihubungan dengan organ menurut lima unsur, misalnya adalah bau asam untuk organ hati, bau gosong untuk organ jantung, bau tengik untuk organ paru-paru, bau manis untuk organ limpa, dan bau busuk untuk organ ginjal. Selain itu setiap bau yang menyengat merupakan tanda adanya sindrom panas dalam tubuh, sedangkan apabila tidak adanya bau menandakan adanya sinrom dingin.

(15)

3) Anamnesis/Tanya Jawab (Wun)

Anamnesis adalah cara mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit atau keluhan pada pasien atau keluarga pasien.. Anamnesis atau tanya jawab harus dilakukan secara sistematis yang ditujukan pada keluhan utama, disesuaikan dengan pengetahuan dasar diferensiasi sindrom. Pada pemeriksaan anamnesis terdiri dari pemeriksaan status diet, status buang air besar dan buang air kecil serta status organ.

4) Palpasi/Perabaan (Cie)

Cie adalah palpasi atau teknik meraba pada nadi atau bagian tubuh pada keluhan pasien. Lokasi perabaan nadi adalah diatas pergelangan tangan bagian ventral yang dibagi menjadi tiga region yaitu cun, guan, dan chi. Region yang berdekatan dengan processus styloideus adalah cun, ke arah proksimal berturut-turut diikuti guan dan chi. Secara umum cun, guan, dan chi pada tangan kiri merupakan refleksi dari organ jantung, hati dan ginjal.

Sedangkan pada tangan kanan merupakan refleksi dari organ paru- paru, limpa, dan perikardium. Palpasi nadi merupakan topik yang rumit dengan percabangan yang banyak, untuk dua alasan yaitu memberi informasi yang sangat rinci mengenai keadaan organ dalam dan mencerminkan keseluruhan Qi dan darah yang kompleks. Palpasi pada tubuh dapat membantu diagnosis seperti apabila tubuh terasa nyeri saat ditekan atau pijatan pada palpasi, menandakan adanya sindrom ekses. Sedangkan apabila nyeri berkurang dengan dilakukan penekanan atau pijatan pada palpasi serta terasa enak/nyaman, menandakan adanya sindrom defisiensi.

b. Dalam Gongwang (2000), Sim (2008), dan Maciocia (2011) insomnia berdasarkan diferensiasi sindromnya dibagi menjadi:

1. Hiperaktivitas Api Hati

(16)

Pada sindrom hiperaktivitas api hati prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah membersihkan api hati dan menenangkan jantung. Titik utamanya yaitu LV 2 Xingjian dan PC 6 Neiguan yang memiliki fungsi membersihkan api dari meridian Jueyin. HT 7 Shenmen memiliki fungsi untuk menenangkan fikiran. ST 44 Neiting memiliki fungsi membersihkan api dan SP 6 Sanyinjiao memiliki fungsi sebagai pemupuk yin sehingga yin dapat mengendalikan atau membatasi yang, serta penguat bagi organ limpa. Titik-titik tambahan pada sindrom hiperaktivitas api hati diantaranya adalah GB 20 Fengchi berfungsi untuk mengatasi sakit kepala, pusing, dan penglihatan kabur.

2. Phlegma Panas Mengganggu Jantung

Pada sindrom phlegma panas mengganggu jantung prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah membersihkan phlegma dan mengusir panas, mengharmoniskan jiao tengah, dan menenangkan fikiran. Titik akupunkturnya yaitu EX-HN 16 Anmian merupakan titik utama untuk gangguan insomnia, GV 20 Baihui, HT 7 Shenmen yang memiliki fungsi sebagai pembersih organ jantung dan menenangkan pikiran. SP 6 Sanyinjiao dan REN 12 Zhongwan memiliki fungsi sebagai penguat jiao tengah dan ST 40 Fenglong memiliki fungsi mengusir dan mengeluarkan phlegma panas. LI 11 Quchi memiliki fungsi untuk mengeluarkan panas. EX-HN 1 Sishenchong memiliki fungsi sebagai penenang fikiran. Titik tambahan yang dapat digunakan pada sindrom phlegma panas mengganggu jantung adalah titik PC 6 Neiguan yang berfungsi untuk mengurasi rasa tertekan di dada dan BL 15 Xinshu yang berfungsi untuk menguatkan jantung, dan BL 20 Pishu yang berfungsi untuk menguatkan limpa.

3. Berkobarnya Api Jantung dan Hati

Pada sindrom ini prinsip terapinya adalah menekan api hati, mendinginkan jantung, menenangkan pikiran. Titik utamanya yang

(17)

digunakan adalah LV 2 Xingjian berfungsi untuk menekan api dari hati. HT 7 Shenmen adalah titik yuan jantung yang berfunsi untuk menenenangkan pikiran. SP 6 Sanyinjiao adalah titik pertemuan tiga meridian Yin kaki yang berfungsi untuk menguatkan limpa dan memelihara Yin dan darah, sehingga melancarkan aliran Qi dan darah di jiao bawah. GB 13 Benshen merupakan titik di kepala yang efektif untuk mengobati gangguan tidur. PC 6 Neiguan adalah titik distal dada, digunakan untuk regulasi jiao tengah sehingga dapat menenangkan pikiran dan menghilangkan rasa nyeri EX-HN 16 Anmian berfungsi untuk menenangkan pikiran dan membantu memasuki alam tidur.

4. Defisiensi Yin Jantung

Pada sindrom defisiensi yin jantung prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah menguatkan qi, menguatkan yin jantung, memupuk yin ginjal, dan menenangkan fikiran. Titik utamanya yaitu GB 20 Fengchi, EX-HN 1 Sishenchong, KI 3 Taixi, KI 7 Fuliu, HT 6 Yinx, HT 7 Shenmen, SP 6 Sanyinjiao, CV 14 Juque, CV 15 Jiuwei, dan LI 4 Hegu.

5. Defisiensi Jantung dan Limpa

Pada sindrom defisiensi jantung dan limpa prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah tonifikasi jantung dan limpa, menguatkan qi dan xue/darah, serta memelihara fikiran. Titik utamanya adalah HT 7 Shenmen, BL 15 Xinshu memiliki fungsi untuk menutrisi organ jantung dan menenangkan fikiran. REN 6 Qihai, SP 6 Sanyinjiao, dan ST 36 Zusanli memiliki fungsi untuk menguatkan jiao tengah dan penghasil qi dan xue/darah. BL 20 Pishu dan SP 9 Yinlinquan merupakan titik belakang dan he bawah dari meridian limpa yang memiliki fungsi sebagai penguat limpa untuk menghasilkan qi/energi dan xue/darah. Pada kasus berat dengan sindrom defisiensi yin jantung dan limpa dapat ditambahkan titik EX-HN 1 Sishenchong, GV 24 Shenting, GB 13

(18)

Benshen ketiga titik tersebut merupakan titik lokal di area kepala yang efektif untuk menangani gangguan sulit tidur. BL 18 Ganshu dan GV 20 Baihui kombinasi titik yang berfungsi untuk menangani gangguan mata kabur, ingatan buruk, dan pusing.

6. Disharmoni Jantung dan Ginjal

Pada sindrom disharmoni jantung dan ginjal prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah tonifikasi ginjal, mengharmoniskan jantung dan ginjal, serta menenangkan fikiran. Titik-titik utama yang dapat digunakan adalah BL 15 Xinshu merupakan titik belakang organ jantung, BL 23 Shenshu titik belakang organ ginjal untuk mentonikasi ginjal, HT 7 Shenmen untuk menenangkan fikiran, KI 6 Zhaohai untuk mentonifikasi ginjal dan mengharmonisasi antar organ jantung dan ginjal. Titik tambahan yang dapat diberikan GB 20 Fengchi berfungsi untuk meredakan keluhan pusing.

7. Disharmoni Qi Lambung

Pada sindrom disharmoni qi lambung prinsip terapi yang dapat dilakukan adalah menyelaraskan qi lambung. Titik-titik utama yang dapat digunakan adalah REN 12 Zhongwan merupakan titik mu depan organ lambung, ST 40 Fenglong merupakan titik luo lambung, dan REN 13 Shangwan untuk menyelaraskan qi lambung.

8. Defisiensi Yin Hati

Pada sindrom defisiensi yin hati prinsip terapi yang dapat digunakan adalah memupuk yin hati dan menenangkan pikiran.

Titik utama yang dapat digunakan adalah SP 6 Sanyinjiao untuk memupuk yin hati, LV 14 Qimen merupakan titik mu depan organ hati, dan BL 18 Ganshu merupakan titik shu belakang organ hati.

9. Defisiensi jantung dan kandung empedu

Prinsip terapinya adalah menutrisi jantung dan menenangkan pikiran. Titik yang digunakan adalah REN 6 Qihai,

(19)

ST 36 Zusanli, REN 17 Danzhong, HT 7 Shenmen, BL 15 Xinshu, EX-HN 1 Sishencong. Alasan menggunakan titik tersebut yaitu, REN 6 Qihai dan ST 36 Zusanli berfungsi untuk menguatkan Qi, REN 17 Danzhong merupakan titik dominan Qi untuk meregulasi aktivitas dari Qi. HT 7 Shenmen dan BL 15 Xinshu untuk menutrisi jantung dan menenangkan pikiran. EX-HN 1 Sishencong untuk menguatkan otak dan menenangkan pikiran.

C. Mekanisme Akupunktur pada Kasus Insomnia

Mekanisme kerja akupunktur pada insomnia lebih banyak terjadi pada jalur hipotalamus dimana penusukan pada titik-titik akupunktur dapat mengeluarkan hormon-hormon di dalam tubuh salah satunya adalah hormon serotonin yang berperan untuk merangsang bagian otak yang mengendalikan siklus tidur dan terjaga, dapat juga merangsang hipofisis anterior, dapat melepaskan hormon endorfin selain berpengaruh sebagai analgesik, yang berarti mengurangi persepsi rasa sakit, endorfin juga dapat bertindak sebagai penenang serta enkefalin yang memberi efek sedasi atau melemahkan (Tresnaningsih & Srilestari, 2010).

Dengan menggunakan terapi akupunktur dapat meningkatkan lantensi tidur, kualitas tidur dan dapat menangani gejala insomnia serta dapat memodulasi aktivitas system saraf simpatis dan parasimpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom dan faktor hormonal seperti hormon endorfin, serotonin, norepineprin, adrenocorticotrophic hormone (ACTH), hormone kortisol, asetilkolin (Ach), melatonin, Gamma Amino Bityric Acid (GABA), dan Nittric Oxide (NO), dimana berperan dalam meregulasi tidur (Huang et al., 2011).

Feisal (2014) penusukan pada titik SP 6 Sanyinjiao dapat meningkatkan aktivitas serotonin dan asetilkolin pada daerah hipokampus (bagian dari otak besar yang terletak pada lobustemporal). Pemilihan titik GV 20 Baihui dan EX-HN 3 Yintang dapat meregulasi ekskresi reseptor mRNA glukokortisol di hipokampus yang berakibat penghambatan CRF

(20)

(Corticotropin-releasing Factor) atau faktor yang berperan dalam stress dan meningkatkan serotonin pada girus hipokampus serta peningkatan GABA di otak. Pemilihan titik EX-HN 1 Sishencong menurut EBM (Evidence Based Medicine) dapat meregulasi otak melalui fasilitas saraf parasimpatik serta hambatan saraf simpatis sistem saraf otonom pusat. Pemilihan titik EX-HN 16 Anmian dapat membantu memperbaiki modulasi ritme sirkadian tidur melalui pengaruhnya terhadap fase Rapid Eye Movement (REM) dan memiliki efek pada gelombang tidur otak melalui aktivasi vagal dan modulasi reseptor muskarinik.

Referensi

Dokumen terkait

a. Menetapkan dan memelihara lingkungan asesmen, mencakupi: a) Interpretasi rencana asesmen, kebijakan dan prosedur sistem asesmen serta persyaratan..

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan

Total baseline emisi GRK untuk skenario tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan emisi fugitive meningkat dengan pertumbuhan sebesar 7,7%

Kejelasan informasi expired date bagi konsumen merupakan informasi yang sangat penting, karena tercantumnya masa kadaluarsa dari produk, sehingga produk yang akan dikonsumsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk-bentuk akronim gaul pada wacana stiker. Mendeskripsikan keterkaitan akronim pada stiker dengan kata dalam bahasa

Program pengembangan industri anggrek baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang lebih difokuskan pada peningkatan produksi baik yang diproduksi