• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Investasi merupakan penanaman modal oleh investor untuk satu atau lebih aktiva, tujuannya untuk jangka panjang dengan harapan agar dapat memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Keputusan untuk menanamkan modal dapat dilakukan oleh individu atau entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan surat-surat berharga atau sekuritas (financial asset).

Investasi dalam bentuk asset riil umummnya berupa asset berwujud seperti tanah, bangunan, dan mesin. Sedangkan investasi dalam bentuk financial asset umumnya berupa asset tidak riil seperti valas, deposito berjangka, saham, obligasi dan lain sebagainya yang diperdagangkan dipasar uang maupun pasar modal.

Pasar modal adalah salah satu pasar yang mempunyai peranan cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pasar modal mempunyai fungsi ekonomi karena sebagai tempat mempertemukan antara kedua belah pihak yang mempunyai kepentingan berbeda, yaitu pihak yang kelebihan dana dan yang membutuhkan dana.

Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan, sebab pasar modal memberikan peluang kepada pemilik dana untuk memperoleh imbalan (return) sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Setiap investor di pasar modal membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi yang ada di bursa, hal ini penting untuk dijadikan referensi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvetasi di pasar modal.

Salah satu instrumen pasar modal yang banyak diminati investor adalah saham. Saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Keuntungan yang diterima oleh investor atau pemegang saham dari penanam modal melalui pembelian saham suatu perusahaan dapat berupa dividen dan capital gain. Informasi harga saham juga dibutuhkan oleh investor yang sudah memiliki saham untuk mempertimbangkan apakah saham akan dijual atau ditahan. Investor cenderung akan menjual saham yang yang mengalami kenaikan

(2)

harga dari harga sebelumnya saat pertama membeli. Namun tidak semua investor akan menjual sahamnya saat terjadi kenaikan harga, karena kenaikan harga saham juga mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Pergerakkan harga dari sekuritas-sekuritas yang ada di pasar modal bisa diamati lewat suatu indeks sebagai indikator (Jogiyanto, 2014).

Sub sektor konstruksi dan bangunan Industri merupakan salah satu sub sektor yang memberikan sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian suatu negara. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang ini, mengindikasikan bahwa semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia, karena selain dapat membantu perekonomian negara juga dapat membantu mensejahterakan masyarakatnya karena melibatkan banyak tenaga kerja, serta dari hasil yang dibuat oleh sub sektor ini.

Perusahaan konstruksi dan bangunan merupakan salah satu sub sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri konstruksi dan bangunan begitu pesat, terbukti dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada tahun 1990-an jumlah perusahaan yang terdaftar hanya sebanyak satu perusahaan saja, namun memasuki tahun 2000-an hingga tahun 2017 jumlah perusahaan terdaftar menjadi sebanyak 16 perusahaan (sumber: Sahamok).

Kenaikan peranan sektor konstruksi dan bangunan sebagai penggerak ekonomi nasional yang kondusif dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain melalui dukungan regulasi pemerintah, kebijakan-kebijakan sektoral, good governance, struktur usaha, komposisi besaran market supply and demand serta pertumbuhan ekonomi. Salah satu dampak utama dari pertumbuhan sektor konstruksi dan bangunan adalah meningkatnya permintaan pekerjaan pada badan usaha jasa konstruksi, dan kebutuhan tenaga kerja konstruksi. Sehingga peneliti tertarik untuk menjadikan sub sektor konstruksi dan bangunan menjadi sebagai objek yang akan diteliti.

Pergerakan harga saham di suatu negara tidak terlepas dari kondisi perekonomian negara secara makro. Laju pertumbuhan harga saham saat ini telah mengalami pertumbuhan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa saham menjadi salah satu tempat yang baik untuk berinvestasi. Pergerakan harga saham sangat sensitif terhadap perubahan

(3)

fundamental dari ekonomi. Harga saham dapat mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja perusahaan di bursa efek. Hal ini terkait dengan adanya nilai perkiraan suatu harga saham dan harga pasar yang digunakan sebagai pengambilan keputusan atas pembelian atau penjualan saham. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan harga saham teridentifikasi, sehingga investor tidak mengalami kerugian.

Lingkungan ekonomi makro dapat mempengaruhi operasi perusahaan. Investor yang mempunyai kemampuan untuk memprediksi, memahami dan meramalkan kondisi makro ekonomi makro di masa yang akan datang akan sangat berguna untuk keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang dapat membantu investor dalam membuat investasi yang menguntungkan. Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi inflasi dan nilai tukar rupiah. Makro ekonomi menurut Murni (2015) adalah ilmu ekonomi yang mempelajari peristiwa-peristiwa ekonomi secara aggregate. Konsep aggregate dalam pengamatan peristiwa ekonomi dapat diartikan sebagai keselurahan kegiatan pelaku- pelaku ekonomi.

Berkembangnya kondisi perekonomian dunia yang sering mengalami pasang surut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi harga minyak dunia. Perubahan harga minyak dunia tentunya juga akan berdampak pada kondisi perekonomian baik di Negara penghasil minyak maupun di Negara pengimpor minyak. Perkembangan dari harga minyak banyak mengalami berbagai perubahan. Hal ini disebabkan minyak merupakan sumber energi yang paling penting dan dibutuhkan oleh seluruh Negara di dunia tanpa terkecuali. Kebutuhan akan energi berupa minyak tersebut sangat besar, yang menjadi masalah yaitu tidak semua Negara-negara didunia ini mempunyai sumber-sumber minyak. Dalam arti lain penyebaran dari cadangan minyak di dunia ini tidak tersebar secara merata (Hanafi, 2015).

Harga saham menjadi tolak ukur bagi investor untuk berinvestasi karena dalam harga saham investor bisa mengetahui gambaran secara umum yang selanjutnya untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Pergerakkan harga saham dapat berubah setiap waktu dikarenakan adanya pertambahan jumlah saham yang beredar disebabkan

(4)

adanya emiten baru tercatat di BEI. Harga saham bisa dihubungkan dengan keadaan perekonomian negara, jika harga saham menguat artinya perekonomian sedang dalam keadaan yang baik. Perkembangan rata-rata harga saham periode 2013-2018 pada grafik berikut :

Gambar 1.1

Perkembangan Harga Saham

Sumber : finance.yahoo.com

Gambar 1.1 Perkembangan Harga Saham

Grafik gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013-2015 harga saham mengalami peningkatan dimana hal tersebut dapat terjadi karena investor menanamkan sahamnya di pasar modal. Kemudian pada tahun 2015-2018 harga saham mengalami penurunan dimana hal tersebut bisa dipengaruhi oleh inflasi yang cukup tinggi dan mengakibatkan harga saham yang berada di pasar modal turun. Pergerakan harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam negeri seperti perubahan nilai tukar rupiah, suku bunga BI Rate dan lain sebagainya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar negeri seperti pergerakkan Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Strait Times (Agustin, 2016).

1,269 1,454

1,920 1,816

1,593

1,285

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Harga Saham Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan Periode 2013-2018

Harga Saham Sub Sektor Kontruksi dan Bangunan Periode 2013-2018

(5)

Inflasi merupakan salah satu faktor makroekonomi yang dapat memberikan dampak pada pergerakkan harga saham. Terjadinya inflasi mengakibatkan beberapa efek dalam perekonomian, salah satunya kegiatan investasi pada saham. Inflasi membuat seorang investor sebagai pemodal menurunkan minatnya berinvestasi kepada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia sehingga akan berpengaruh terhadap pergerakkan harga saham. Harianto dan Sudomo (2015) menjelaskan bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi para investor di pasar modal. Inflasi yang tinggi menyebabkan peningkatan beban operasional pada perusahaan yang berdampak pada turunnya laba perusahaan. Berikut perkembangan rata-rata harga saham dan inflasi periode 2013-2018 pada grafik :

Gambar 1.2

Perkembangan Harga Saham dan Inflasi

Sumber : finance.yahoo.com, wwww.kemendag.go.id

Gambar 1.2 Perkembangan Harga Saham dan Inflasi

Dalam gambar grafik 1.2 dapat dilihat bahwa inflasi pada tahun 2014 mengalami peningkatan dan harga saham juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2015-2016 inflasi dan harga saham mengalami penurunan. Pada tahun 2017-2018 inflasi mengalami penurunan dan harga saham pun mengalami penurunan, sehingga adanya kondisi ini

14,58%

32,05%

-5,42%

-12,28%

-19,33%

-1,82% 0,92%

-45,50%

7,88%

-16,06%

-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

2013 2014 2015 2016 2017 2018

HARGA SAHAM INFLASI

(6)

menyebabkan fenomena gap antara harga saham dengan inflasi. Perubahan faktor makroekonomi seperti inflasi akan mempengaruhi harga saham, investor akan mengkalkulasi dampaknya baik yang positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun kedepan. Jika investor memutuskan untuk menjual seluruh sahamnya, akibatnya harga saham akan mengalami penurunan. Hal ini juga yang mengakibatkan harga saham mengalami penurunan.

Inflasi adalah faktor yang tidak dapat dihindari, faktor inflasi berpengaruh langsung terhadap tingginya produk dan jasa di pasar, kenaikan inflasi akan menyebabkan harga saham di pasar modal naik dan menyebabkan investor tidak mau berinvestasi pada saham.

Kismawadi (2013), mengemukakan bahwa inflasi menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, hal ini disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat dengan adanya kenaikan harga. Dengan semakin tingginya inflasi maka perekonomian akan memburuk dan memberikan dampak pada turunnya keuntungan perusahaan dan akan mempengaruhi harga saham akan menurun.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh inflasi terhadap harga saham di Indonesia. Menurut Rohmanda, Suhadak, dan Topowijono (2014) mengungkapkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham sektoral di BEI periode 2005-2013. Menurut Susanto (2015) mengungkapkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor properti dan real estate yang tercatat di BEI. Penelitian yang dilakukan oleh Hanafiah, dkk (2015) mengungkapkan bahwa inflasi berpengaruh signifikkan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2017) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikkan positif terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate di BEI periode 2011-2015.

Harga acuan minyak bumi dapat diukur dengan dua jenis, yaiu harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI). Harga minyak Brent menjadi dasar dalam pembentukan harga sejak tahun 1971 hampir 40% dari nilai minyak diseluruh dunia. West Texas Intermediate (WTI) banyak digunakan untuk produk bensin (seputar forex).

Berikut perkembangan rata-rata harga saham dan harga minyak dunia periode 2013-2018 pada grafik :

(7)

Gambar 1.3

Perkembangan Harga Saham dan Tingkat Harga Minyak Dunia

Sumber : finance.yahoo.com, id.investing.com

Gambar 1.3 Perkembangan Harga Saham dan Tingkat Harga Minyak Dunia Dalam grafik gambar 1.3 pada tahun 2013-2014 harga saham dan tingkat harga minyak dunia mengalami peningkatan. Pada tahun 2014-2017 dapat dilihat bahwa tingkat harga minyak dunia mengalami penurunan secara tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2014-2016 harga minyak dunia mengalami penurunan dan harga saham juga mengalami penurunan, sehingga kondisi ini menyebabkan fenomena gap antara harga saham dengan tingkat harga minyak dunia. Pergerakkan harga minyak dunia yang berfluktuasi merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal suatu Negara. Kenaikkan harga minyak dunia secara tidak langsung akan berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu Negara. Karena harga minyak yang sedang tinggi membuat para investor cenderung menginvestasikan dananya ke berbagai sektor. Namun jika harga minyak sedang turun para investor cenderung mencari keuntungan dengan cara menjual sahamnya.

14,58%

32,05%

-5,42%

-12,28%

-19,33%

0,36%

-35,01%

-1,88% -0,04%

41,49%

-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

2013 2014 2015 2016 2017 2018

HARGA SAHAM TINGKAT HARGA MINYAK DUNIA

(8)

Menurut Syarofi dan Muharam (2014) menyatakan bahwa tingkat harga minyak dunia mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Hasil penelitian dari Movahedi Zadeh et al. (2014) yang menunjukkan bahwa tingkat harga minyak dunia secara signifikan mempengaruhi harga saham. Namun terdapat hasil penelitian berbeda yang dilakukan oleh Hanafiah, dkk (2015) menyatakan bahwa tingkat harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Faktor makro ekonomi lainnya yang memengaruhi harga saham yaitu nilai tukar mata uang atau yang sering disebut kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik terhadap mata uang asing (Bank Indonesia 2018).

Dalam perekonomian suatu Negara itu biasanya dilihat dari kurs Negara itu sendiri terhadap kurs valas. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor (Indah, 2016).

Terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternalnya adalah adanya penguatan ekonomi Amerika Serikat sehingga investor asing menarik dananya dari Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Rupiah mengalami Inflasi. Jumlah Dollar AS berkurang sedangkan jumlah Rupiah terhadap Dollar AS akan turun. Factor internal penyebab jatuhnya nilai tukar Rupiah adalah neraca perdagangan yang masih defisit, terutama akibat tingginya impor dibanding ekspor. Dengan banyaknya produk impor, jumlah Dollar AS berkurang dan permintaan terhadap Dollar AS semakin meningkat sehingga Rupiah melemah (Handiani, 2014).

Berikut perkembangan rata-rata harga saham dan tingkat kurs periode 2013-2018 pada grafik :

(9)

Gambar 1.2

Perkembangan Harga Saham dan Tingkat Kurs

Sumber : finance.yahoo.com, www.bi.go.id

Gambar 1.4 Perkembangan Harga Saham dan Tingkat Kurs

Dalam grafik gambar 1.4 pada tahun 2014-2015 harga saham mengalami peningkatan dan tingkat kurs mengalami penurunan. Pada tahun 2016-2018 kurs mengalami peningkatan dan harga saham mengalami penurunan, sehingga kondisi ini menyebabkan fenomena gap antara kurs dan harga saham.

Menurut Nopirin (2014), semakin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif terhadap negara lain), maka akan makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung akan meninngkat (harga mata uang sendiri mengalami penurunan). Ketika impor naik akan menyebabkan penurunan ekspor yang akan berakibat buruk pada neraca pembayaran, tentunya akan berpengaruh pada cadangan devisa yang pada nantinya akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik dan pada akhirnya akan menimbulkan dampak

14,58%

32,05%

-5,42%

-12,28%

-19,33%

-0,23%

27,16%

-0,51%

0,06% 6,49%

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

2013 2014 2015 2016 2017 2018

HARGA SAHAM TINGKAT KURS

(10)

negatif terhadap kinerja saham di pasar modal Antonio (2013). Akan tetapi bila dilihat pada gambar 1.4 hal ini bertentangan dengan teori yang ada, ketika tingkat kurs menguat justru harga saham menurun begitu juga sebaliknya.

Adapun penelitian yang menguji pengaruh kurs terhadap harga saham yang pernah dilakukan oleh Hanafiah (2015) menyatakan kurs berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2015) menyatakan kurs berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa kurs tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh inflasi, harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap harga saham sub sektor konstruksi dan bangunan. Perusahaan sub sektor ini dipilih sebagai objek karena perusahaan ini memberikan sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian suatu negara. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang ini, mengindikasikan bahwa semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia, karena selain dapat membantu perekonomian negara juga dapat membantu mensejahterakan masyarakatnya karena melibatkan banyak tenaga kerja, serta dari hasil yang dibuat oleh sub sektor ini.

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Harga Minyak Dunia, dan Tingkat Kurs terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2018”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Harga saham mengalami penurunan yang signifikkan selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2015-2018 karena saham konstruksi dan bangunan sedang berada dalam keadaan yang lesu.

2. Adanya kesulitan bagi investor dalam mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap harga saham.

(11)

3. Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai variabel makro ekonomi terhadap harga saham.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Tingkat Harga Minyak Dunia, Tingkat Kurs terhadap Harga Saham Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2018 ?

2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2018 ?

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Harga Minyak Dunia terhadap Harga Saham Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2018 ? 4. Bagaimana pengaruh Tingkat Kurs terhadap Harga Saham Sub Sektor Konstruksi

dan Bangunan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2018 ?

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan dan agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh Inflasi, Tingkat Harga Minyak Dunia, dan Tingkat Kurs terhadap Harga Saham di BEI periode 2013-2018.

1.5 Sistematika Penelitian

Untuk memahami lebih jelas mengenai laporan ini, maka materi-materi yang terdapat pada laporan skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa bab yang disajikan sebagai berikut:

(12)

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang dan identifikasi masalah. Penulis mengangkat permasalahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Selain itu bab ini berisikan perumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penelitian.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori yang berupa definisi maupun pengertian yang diambil dari beberapa kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian. Penulis dalam skripsi ini menggunakan teori yang berupa definisi maupun pengertian antara lain manajemen keuangan, investasi, pasar modal, risiko, dan makro ekonomi.

3. Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian

Bab ini berisi tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian skripsi ini untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat harga minyak dunia dan tingkat kurs terhadap harga saham. Manfaat penelitian skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi penulis, masyarakat umum, perusahaan dan investor maupun calon investor.

4. Bab IV Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian, unit analisis, populasi, sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, operasionalisasi variabel dan metode analisis.

Dalam skripsi ini objek penelitian yang diteliti adalah sub sektor konstruksi dan bangunan yang terdaftar di BEI periode 2013-2018. Populasi dalam skripsi ini yaitu sebanyak 16 perusahaan, sedangkan sampel yang digunakan yaitu 9 perusahaan.

5. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil pengujian dan pembahasan dari temuan yang diperoleh selama penelitian. Dalam skripsi ini terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap Harga Saham (Y) yaitu Inflasi (X1) dan Tingkat Harga Minyak Dunia (X2), sedangkan satu variavel tidak berpengaruh terhadap Harga Saham (Y) yaitu Tingkat Kurs (X3).

6. Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran-saran yang berguna bagi penelitian di masa yang akan datang.

(13)

7. Bagian Akhir Daftar Pustaka dan Lampiran

Daftar pustaka berisi daftar referensi (buku, jurnal, topik internet, dan lain-lain) yang digunakan dalam penulisan. Sedangkan lampiran berupa penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar, perhitungan-perhitungan, grafik atau tabel, laporan keuangan, dan lain-lain yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian terkait sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pati biji alpukat sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik fisik granul yaitu kecepatan alir, sudut diam

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di SMAN 8 Kupang sudah baik dimana guru mengkombinasikan

Model Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Menggunakan Microsoft Access Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan UMKM.. Perkembangan teknologi informasi pada sektor

Apabila yang tersedia data hujan harian, untuk mendapatkan kedalaman hujan jam-jaman dari hujan rancangan dapat menggunakan model distribusi hujan, seperti distribusi

Data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis sesuai dengan sumber perolehannya, yaitu: (1) Data Primer, berupa data prestasi akademik dan non akademik

Berdasarkan pada latar belakang serta fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media iklan yang selama ini dilakukan oleh PT

Penerapan mesin-mesin pengolahan secara mekanis dari kegiatan Iptekda LIPI-2011 (pencuci empon, pemarut kelapa, penyangrai) dan timbangan digital, semi automatis sealer mampu

Pada penderita DM akan terjadi suatu proses stres oksidatif yang merupakan suatu kondisi tidak seimbang antara pembentukan radikal bebas dan antioksidan pada tingkat seluler yang