• Tidak ada hasil yang ditemukan

15. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "15. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Landasan Teori

1. Konsep Etika Kerja Islam

Etika berasal dari bahasa Yunani yang dalam bentuk tunggal berarti ethos dan dalam jamaknya ta etha. Ethos yang berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat.1 Etika menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin ilmu yang menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban moral, atau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau moral.2

Secara etimologi etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak.3 Etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua norma sehingga etika akhirnya membantu manusia lebih otonom.4

Pengertian etika disini lebih sebagai ilmu atau bagian dari pemikiran filsafat yang memiliki cirri-ciri berikut :

a. Etika itu bersifat rasional, artinya benar-salah bergantung pada pemikiran manusia (rasionalitas);

b. Digunakan pemikiran yang kritis;

c. Diatur dan dibahas secara sistematis;

d. Dibahas secara mendasar;

e. Merupakan hal yang bersifat normatif atau berbobot nilai-nilai atau norma.5

Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini, pertimbangan etika atau moral yang menentukan tindakan atau perilaku seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya apakah baik atau buruk, benar atau salah, berakibat lebih

1 Erni R. Ernawan, Business Ethics (Bandung: Alfabeta, 2007), 1.

2 Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 15. 3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 309.

4 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 49.

5 Sony Keraf tahun 1933, dalam Sofyan Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salmeba Empat, 2011), 15.

(2)

baik atau lebih buruk, pantas atau tidak pantas. Ini dilakukan pada suatu momen dan situasi. Jadi, ada pendapat bahwa etika moral itu sitiuasional.6

Etika atau moral dalam islam merupakan buah dari keimanan, keislaman, dan ketakwaan yang didasarkan pada keyakinan yang kuat pada kebenaran Allah SWT. Islam diturunkan Allah pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki akhlak atau etika yang baik. Untuk maksud itu, Allah SWT dengan Kasih-Nya menurunkan dan mengutus Rasulullah SAW yang merupakan contoh teladan yang paling baik (uswatun hasanah). Keagungan akhlak (etika) Rasulullah diakui Allah SWT, lawan-lawan dan sahabat-sahabatnya, bahakan semua pihak termasuk musuh-musuhnya baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan beliau.

Alquran merupakan wahyu Allah yang berasal dari Allah, diturunkan secara bertahap, dan merespons berbagai masalah sosial, individu, ibadah etika yang dihadapi Rasulullah. Alquran berasal dari Allah SWT, dan diturunkan melalui Jibril. Alquran dijamin keaslian, kebenaran, dan kesahihannya sampai akhir zaman. Alquran merupakan kalam illahi yang diturunkan secara benar dan sungguh-sungguh, bukan main-main, dan bermakna dalam yang terkadang belum dapat dijangkau pikiran manusia. Alquran adalah Al-furqan atau Al-Fasal yang dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah. Jika kita ingin mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, maka sumber utama adalah Alquran dan pengamalannya oleh sang kekasih Allah Muhammad SAW.7

Kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan didalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian

6 Gustaffson tahun 1967, dalam Sofyan S. harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 16.

7 Sofyan S. harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, 70.

(3)

dirinya kepada Allah SWT. Sedangkan kerja keras berarti beekerja dengan segala kesungguhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.8

Allah menganjurkan untuk bekerja mencari karunia Allah di muka bumi ini. Alquran surat At Taubah ayat 105:



































“dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Dari ayat diatas, „Aidh Al Qarni mentafsirkan, katakanlah, wahai Nabi saw, kepada Allah swt akan melihat amal perbuatan kalian yang baik maupun yang buruk. Rasul-Nya yang mulia dan juga hamba- hamba-Nya yang saleh akan melihat amal perbuatan itu. Mereka adalah saksi-saksi Allah swt dibumi-Nya. Dan kalian akan kembali kepada Allah swt Yang Maha Mengetahui yang samar dan yang tampak, yang gaib dan yang terungkap, dari perkataan maupun amal perbuatan. Dia swt akan mengabarkan kepada kalian segala amal itu, dan membalasmu atasnya. Jika amal perbuatan kalian baik maka balasannya juga baik, jika amal perbuatan kalian buruk maka balasannya pun buruk.9

Menurut M. Quraish Shihab, ayat 105 menganjurkan untuk melakukan aneka aktivitas lain, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Ayat tersebut memerintahkan Nabi Muhammad saw menyampaikan juga kepada seluruh manusia bahwa: “Bekerjalah demi karena Allah awt dengan aneka amal bermanfaat, baik untuk diri maupun masyarakat umum. Allah swt akan menilai dan memberi ganjaran, sedangkan Rasul serta orang-orang mukmin akan dan

8Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami (Jakarta : Gema Insani Pres, 2002), 27. 9

„Aidh al-Qarni, Tafsir Muyassar Juz 2(Jakarta: Qishti Press, 2007),155-156.

(4)

menilainya juga, kemudian semua akan dikembalikan melalui kematian kepada Allah swt. Allah swt akan menyampaikan hakikat amal itu serta sanksi dan ganjarannya kepada setiap pelaku.10

Tuhan selalu memperlihatkan amal kamu. Zahirnya diketahui Tuhan, batinnyapun diketahuiNya. Ghaibnya dan nyatanya, kulit pengubar luar dan teras yang ada di dalam. Dan nanti di akhirat akan diberitakan Tuhan bagaimana mutu amal itu, jujurkah atau curangkah.

Diwaktu itu tidak bisa bersembunyi lagi.

Tuhan memperhatikan, Rasul memperhatikan dan orang Mu‟min pun memperhatikan. Niscaya Rasul sebagai manusia dan orang Mu‟min pun kadang-kadang hanya melihat yang kulit saja, yang ghaib mereka tidak tahu. Kadang-kadang ada juga orang Mu‟min yang memperhatikan, melihat bahwa pekerjaan kita itu tidak ikhlas. Tetapi, dia tidak sanggup membuka mulut mengatakan terus terang. Tetapi dihadapan Tuhan terlebih-lebih tidak dapat main-main. Tidakpun ada rahasia dan mutu amal itu akan dibuka oleh Tuhan.11

Dalam Al-Qur‟an surat An Naba‟ ayat 11 :









“ dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”

Tafsir ayat diatas menurut M. Quraish Shihab, dan siang yang dijadikannya terang benderang guna memudahkan manusia mencari sarana kehidupan.12

Menurut „Aidh al-Qarni, sebaliknya, kami menjadikan siang hari itu sebagai sarana kalian untuk mencari rezeki dan penghidupan. Juga, sebagai waktu untuk berusaha dan bekerja, serta membangun dan

10 M. Quraish Shihab, Al-Lubab makna,tujuan, dan pelajaran dari surah-surah al-qur’an Buku 2(Tangerang: Lentera Hati, 2012), 588-589.

11 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 4(Singapura: Kerjaya Printing Industries PTE Ltd, 2003), 3121-3122.

12 M. Quraish Shihab, Al-Lubab makna,tujuan, dan pelajaran dari surah-surah al-qur’an Buku 4(Tangerang: Lentera Hati, 2012),512.

(5)

membuat sesuatu. Dan semua ini, adalah agar kalian bisa bertahan hidup dan memperoleh kemakmuran didalamnya.13

Dalam surat Al A‟raaf ayat 10:

























“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”

M. Quraish Shihab mentafsirkan ayat diatas dengan mengarahkan pembicaraan secara langsung kepada setiap orang, khususnya kaum musyrik, bahwa Allah swt telah menempatkan manusia seluruhnya di bumi, yakni menjadikan mereka berpotensi mengelola dan memanfaatkannya melalui nalar dan pengetahuan yang Allah anugerahkan kepada mereka. Bumipun dijadikan-Nya sebagai tempat tinggal dan disana tersedia sumber penghidupan untuk masing-masing.

Tetapi, walaupun sudah sedemikian banyak yang Allah swt anugerahkan, amat sedikit yang bersyukur, sedangkan yang bersyukurpun amat sedikit kesyukurannya dibandingkan dengan anugerah Allah swt yang diterimanya.14

Manusia tidak dapat hidup dalam matahari atau dibulan atau di bintang lain.dibumi inilah manusia mendapat ketetapan hidup. Lalu dijadikan pula didalam bumi itu berbagai ragam mata penghidupan.

Tidaklah terhitung betapa banyak nikmat yan diberikan Allah kepada manusia sehingga dia bisa menetap hidup dalam bumi ini.

Matahari tetap bersinar, tidak terlalu dekat, sehingga manusia mati kepanasan dan tidak terlalu jauh sehingga manusia mati kedinginan, dan tetap pembagian siang dan malam, sehingga hidup manusia tidak kacau.

Air tetap ada untuk hidup, makanan dari hasil bumi selalu keluar, sehingga tidak mati kelaparan. Tetapi sayang, oleh karena terlalu banyak mendapat nikmat yang teratur itu, terlalu sedikit manusia yang insaf dan

13 „Aidh al-Qarni, Tafsir Muyassar Juz 4(Jakarta: Qishti Press, 2007),508.

14 M. Quraish Shihab, Al-Lubab makna,tujuan, dan pelajaran dari surah-surah al-qur’an Buku 1(Tangerang: Lentera Hati, 2012), 409.

(6)

berterimakasih kepada Allah, dan terlalu banyak yang lupa, sehingga menempuh jalan yang salah. Sebab yang terutama ialah karena mereka tidak mau mengenal siapa dirinya, dari mana asal datangnya, mengapa dia sampai diberi ketetapan hidup di bumi. Kalau dia sadar akan hal itu, niscaya manusia akan berterimakasih kepada Tuhannya.15

Dalam Al-Qur‟an surat Al Jumu‟ah ayat 10:

































“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

Artinya ialah bahwa apabila sembahyang Jum‟at itu telah selesai dikerjakan, ummat yang tadinya disuruh segera ke tempat sembahyang dan menghentikan berjual-beli, sudahlah dibolehkan keluar kembali.

Kalau mereka tadinya berjual-beli, sudah boleh disambung kembali jual- beli yang tadinya dihentikan karena pergi ke mesjid.

Perintah bertebaranlah dimuka bumi, sesudahnya tadi dilarang karena pergi berkumpul melakukan shalat Jum‟at, menurut ukum Ilmu Ushul Fiqh, diartikan yang diartikan bahwa larangan telah dicabut.

Dengan demikian nyatalah bahwa dalam agama islam, hari Jum‟at itu bukanlah hari istirahat buat seluruhnya, melainkan hari buat melakukan ibadat bersama, yaitu sembahyang Jum‟at. Bila waktu Jum‟at telah datang hentikan segala kegiatan. Bila Jum‟at telah selesai bolehlah bergiat kembali , bertebaranlah di muka bumi itu; “Dan carilah karunia Allah.” Karena karunia Allah itu ada dimana-mana asal saja orang mau berusaha dan bekerja. Karunia bertani dan berladang, usaha dari menggembala dan berternak usaha dari berniaga dan jual-beli, usaha dari macam-macam rezeki yang halal.

15 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 4(Singapura: Kerjaya Printing Industries PTE Ltd, 2003), 2320-2321.

(7)

“Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya.” Artinya kemana saja pun kamu, dimana saja pun kamu, dalam suasana apa saja, jangan lupa kepada Allah. Karena dengan selalu mengingat Allah akan dapatlah kita mengendalikan diri sehingga tidak terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah. “Supaya kamu peroleh keberuntungan.”

Keberuntungan yang utama bahwa segala apa yang diusahakan mendapat berkat dari Allah. Kalau mendapat rezeki ialah rezeki yang halal. Disamping keuntungan benda, yang utama sekali ialah keberuntungan karena hilangnya kekacauan fikran sebab perbuatan yang tidak halal.16

Rasulullah SAW menganjurkan untuk bekerja sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW bersabda:

ْنَعَو ىِبَا ِللهاِدْبَع ِنبِزْيَبُزّنا ِواَىَعنا َلاَق:َلاَق ُلىُسَر ِللها : َلأْن َذُخْأَي ْىُكُدَحََا ُهَهُبْحَا َىُث ىِتْاَي َمَبَجْنا َىِتْاَيَف

ٍةَيْزُّحِب ْنِي ٍبَطَح ىَهَع ِخِزْهَظ اَهَعْيِبَيَف َفُّكَيَف ُللها اَهِب ُهَهْجَو ُهَنٌزْيَخ ْنِي ْنَا َلَأْسَي َساَنّنا ُهْىَطْعَا ْوَا

ُهْىُعَنَّي.

“Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. (HR. Bukhari)”.17

Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku dilingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tatakrama aktivitas para karyawan, agar mencapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dengan karyawan sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja menyangkut hubungan kerja antara

16 Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 10(Singapura: Kerjaya Printing Industries PTE Ltd, 2003), 7395-7396.

17 M. Suyanto, Muhammad Business Strategy & Ethics (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), 198.

(8)

perusahaan dan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.18

Etika kerja yang islami adalah serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.19

Etika kerja yang islami memandang bahwa dengan bekerja maka telah melakukan ibadah. Dalam hal ini dimaknai bahwa bekerja adalah ibadah, dan kemudian orang yang telah bekerja dengan baik akan mendapatkan reward dari Allah swt yang berupa pahala.

Dalam bekerja, etika kerja yang islami ini harus selalu diikutsertakan, agar dapat meningkatkan tujuan akhirat dari apa yang telah dikerjakan. Tidak untuk berupa imbalah, upah atau yang lainnya yang bisa dinikmati di dunia dengan sekejap mata, namun harus ditekankan bahwa dalam bekerja tujuan utamanya adalah untuk beribadah dan untuk mencapai keridhoan Allah swt, agar setiap pekerjaan yang telah dilakukan dapat menjadi berkah, dan senantiasa menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam bekerja.

Dalam melakukan pekerjaan, aspek-aspek dasar etika haruslah diterapkan. Seperti bekerja dengan jujur, adil, taqwa, memegang amanah dengan baik, sopan, memberi dan menerima upah yang sesuai dengan hasil kerjanya, dan tidak melakukan pekerjaan yang dilarang oleh Allah swt.

Etika kerja selalu menekankan adanya kerjasama diantara sesama karyawan, dan dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan cara bermusyawarah. Dengan bermusyawarah, maka akan tercipta rasa toleransi dan saling menghargai pendapat karyawan yang lainnya.

Ketika seorang karyawan telah menerapkan etika kerja dengan baik, maka ia akan secara langsung dapat menyelesaikan pekerjaannya

18 Erni R Ernawan, Business Ethics, 69.

19 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: BPFE, 2004), 57.

(9)

dengan baik dan akan menumbuhkan sikap kerja samma yang baik diantara karyawan.

2. Iklim Organisasi

a. Pengertian Iklim Organisasi

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani) yang berarti alat. Organisasi sebagai sebuah wadah yang memiliki multi peran dan didirikan dengan tujuan mampu memberikan serta mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tak terkecuali kepuasan bagi pemiliknya.

Iklim organisasi didefinisikan organisasi sebagai kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Pandangan organisasi sebagai satu kesatuan menterjemahkan bahwa setiap bagian dalam organisasi saling berhubungan, permasalahan pada satu bagian akan turut mempengaruhi bagian yang lain. Termasuk tidak terkecuali pada sisi kemajuan pada suatu bagian akan berdampak pada bagian lain. Dengan pengaruh yang begitu tinggi seperti ini akan menyebabkan kualitas kualitas dan kuantitas produktivitas juga akan turut mengalami pengaruh baik peningkatan dan penurunan.20

Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah kernagka kerja yang diandalkan seluruh system manajemen untuk mendapatkan hasil kerja yang efisien. Oleh sebab itu, hubungan antarmanusia sebagai pelaksana organisasi tersebut memiliki peranan yang sangat penting.

Organisasi memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan, yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, ini berarti bahwa setiap organisasi memerlukan pengorganisasian yang baik sehingga organisasi tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Unsur-unsur tersebut adalah: kerja sama, gabungan individum aturan-aturan, dan

20 Irham fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), 31.

(10)

tujuan tertentu. Tentu saja sekelompok individu tadi terdiri dari berbagai individu yang berbeda, baik latar belakang, kompetensi, minat maupun bakat yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pemimpin organisasi harus dapat mengelola dan mengendalikan organisasinya sehingga akan diperoleh suatu hasil kerja dan usaha bersama yang dapat memenuhi tujuan bersama yang telah ditetapkan. Perilaku individu dengan segala latar belakangnya yang berbeda didalam suatu setting organisasi akan membentuk suatu iklim organisasi yang menjadi cirri dan suasana organisasi tersebut.

Iklim organisasi secara sederhana dapat dimaknai sebagai kondisi suatu organisasi yang dirasakan serta dipersepsi oleh anggota organisasi.

Iklim organisasi yang harmonis, dapat menunjang dan memberikann pengaruh terhadap kinerja individu dalam menjalankan tugasnya di organisasi, sehingga dengan demikian akan sangat berpengaruh pula terhadap keberhasilan organisasi tersebut.

Iklim organisasi merupakan lingkungan yang efektif yang dapat memberi dampak bagi kinerja organisasi melalui sikap dan perilaku anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya.

Iklim organisasi… sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasa terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi perilaku kemudian. … iklim organisasi dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi seperti yang dilihat oleh para anggotanya.21

Iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka …. Iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja melalui pembentukan harapan pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan.22

21 Richard M. Steers tahun 1977, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 81.

22 Davis dan Newstorm tahun 1985, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 81.

(11)

Pengertian-pengertian diatas menunjukkan bahwa iklim organisasi merupakan suatu perasaan yang menyeluruh terhadap lingkungan/mekanisme kerja organisasi baik yang bersifat fisik maupun lingkungan sosial yang bersifat internal ataupun eksternal. Definisi ini menunjukkan penekanan pada perasaan individu anggota organisasi atas kondisi fisik dan sosial organisasi.Sementara itu, terdapat juga definisi yang menekankan pada kondisi objektif organisasinya itu sendiri.

Perasaan menyeluruh akan kondisi lingkungan organisasi merupakan persepsi yang dibentuk oleh anggota organisasi akan kondisi objektif organisasi itu sendiri dan ini akan berpengaruh pada anggota organisasi tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kondisi fisik dan social serta berbagai interaksi manusia yang terjadi di dalam suatu organisasi akan membentuk atau mempengaruhi iklim organisasinya. Setelah iklim suatu organisasi terbentuk maka pengaruhnya pada pegawai dalam organisasi akan menentukan kualitas kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya melalui variabilitas kualitas kinerja pegawainya.23

b. Aspek-aspek Iklim Organisasi

Karakteristik atau dimensi iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi yang diperlukan, yaitu:

1) Struktur.

Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.

23Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidika (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 80- 82.

(12)

2) Standar-standar.

Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.

3) Tanggung jawab.

Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi

“pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.

4) Pengakuan.

Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.

5) Dukungan.

Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja yang lain.

6) Komitmen.

Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

c. Dimensi Iklim Organisasi

Menurut model Pines, iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat dimensi sebagai berikut :

1) Dimensi Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi, kurang pemenuhan sendiri (self-fulfilment clershif), dan kurang inovasi.

2) Dimensi Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian antara keperluan kerja dan struktur fisik.

(13)

3) Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan kerja sama), dan penyedia-penyedia (dukungan dan imbalan).

4) Dimensi Birokratik, yaitu meliputi Undang-undang dan peraturan- peraturan konflik peranan dan kekaburan peranan.24

Iklim organisasi adalah lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melakukan pekerjaannya. Iklim organisasi ini dapat mempengaruhi kinerja dari anggotanya dan juga prestasi kerjanya.

Standar kualitas lingkungan kerja yang memadai dapat meningkatkan semangat para anggota untuk menjalankan tugasnya, sehingga prestasi kerjapun dapat tercapai, kinerjapun dapat meningkat.

Karena, ketika iklim organisasi telah terbentuk, maka pegawai akan merasakan pengaruhnya dan akan menetapkan kualitas kinerja organisasi tersebut.

Dengan adanya tali persaudaraan yang kuat diantara anggota organisasi, maka kenyamanan dalam bekerjapun akan senantiasa didapatkan dan secara langsung dapat meningkatkan kualitas kerja para anggota tersebut.

3. Kinerja

a. Konsep Kinerja

Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan

24 https://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/iklim-organisasi/ Diakses 16 Maret 2015 pukul 17.15 WIB.

(14)

memberikan kontribusi pada ekonomi.25 Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.26

Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan.27 Jadi kinerja yang dalam bahasa Inggris Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan, atau pelaksanaan tugas dan pekerjaan.28

Kinerja adalah proses kerja dari seorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu.29 Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.30

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.31

Dengan demikian, istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan tampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. 32

25 Armstrong dan Baron tahun 1988, dalam buku Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 7.

26 Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 7.

27 Robbins tahun 1996, dalam Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah, Teori dan Penerapannya (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 18.

28 Pariata Westra tahun 1977, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 167.

29 Bateman tahun 1992, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidika (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2013), 167.

30 Nanang Fattah tahun 1999, dalam dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidika (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 167.

31 A. Anwar Prabu Mangkunegara tahun 2001, Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2013), 7.

32 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, 167.

(15)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja menunjukkan suatu penampilan kerja seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam suatu lingkungan tertentu termasuk dalam organisasi. Dalam kenyataannya, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga bila ditetapkan pada pekerja maka bagaimana dia bekerja akan dapat menjadi dasar untuk menganalisis latar belakang yang mempengaruhinya.

Adapun gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap performance/kinerja, yaitu :

1) Variable Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal-usul, jenis kelamin).

2) Variable Organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.

3) Variable Psikologis, meliputu persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.33

Pendapat tersebut menggambarkan tentang hal-hal yang dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu dengan karakteristik psikologisnya yang khas, serta faktor organisasi berinteraksi dalam suatu proses yang dapat mewujudkan suatu kualitas kinerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah : 1) Faktor Motivasi.

Motivasasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri ppegawai untuk

33 Gibson tahun1995, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidika (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2013), 169-170.

(16)

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi.

2) Faktor Kemampuan.

Secara psikologis kemampuan (Ability) pegaai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+Skill).

Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkn. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.34

Berdasarkan pendapat ahli diatas, jelaslah bahwa faktor kemampuan dapat memengaruhi kinerja karena dengan kemapuan yang tinggi maka kinerja pegawaipun akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan pegawai rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerja pun tidak akan tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kinerja adalah : keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk perubahan, kreativitas, keterampilan berkomunikasi, dan inisiatif.

Dari beberapa pendapat pakar, bila digabungkan maka faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai adalah :

1) Kemampuan (ability) 2) Motivasi

3) Emosi (emotions) 4) Kepribadian

5) Mental untuk sukses 6) Terbuka untuk perubahan 7) Keterampilan berkomunikasi

34 Keith Davis tahun 1994, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung:

PT. Refika Aditama, 2013), 172-173.

(17)

8) Komunikasi interpersonal.35 c. Pengukuran Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat diviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hsil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja.Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata dan terukur.

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

1) Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah terpenuhi;

2) Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan;

3) Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja;

4) Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu prioritas perhatian;

5) Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas;

6) Mempertimbangkan penggunaan sumber daya;

7) Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Oleh karena itu, orang yang melakukan pengukuran kinerja perlu memenuhi persyaratan diantaranya:

1) Dalam posisi mengamati perilaku dan kinerja yang menjadi kepentingan individu;

2) Mampu memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja;

3) Mempunyai pemahaman tentang format skala dan instrumennya;

4) Harus termotivasi untuk melakukan pekerjaan rating secara sadar.36

35 Dale Furtwengler tahun 2000, dalam Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 174-175.

36 Kreitner dan Kiniciki tahun 2001, dalam Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 229-230.

(18)

d. Kriteria Pengukuran Kinerja

Ukuran kinerja merupakan alat ukur yang harus bersifat objektif sehingga diperlukan adanya kriteria yang sama. Dengan kriteria yang sama diharapkan memberikan hasil yang dapat diperbandingkan secara objektif dan adil. Kriteria suatu ukuran kinerja adalah:

1) Diakitkan dengan tujuan strategis dan mengukur apa yang secara organisasional penting dan mendorong kinerja bisnis;

2) Relevan dengan sasaran dan akuntabilitas tim dan individu yang berkepentingan;

3) Memfokuskan pada output yang terukur dan penyelesaian tugas dan bagaimana ornag bertindak dan bagaimana tingkah laku mereka;

4) Mengindikasi data yang akan tersedia sebagai dasar pengukuran;

5) Dapat didiverifikasi, dengan mengusahakan informasi yang akan mengonfirmasi tingkat seberapa jauh harapan dapat dipenuhi;

6) Menjadi setepat mungkin dalam hubungan dengan maksud pengukuran dan ketersediaan data;

7) Mengusahakan dasar untuk umpan balik dan tindakan;

8) Bersifat komprehensif, mencakup semua aspek kinerja sehingga keluarga ukuran tersedia.37

e. Indikator Kinerja

Indikator kinerja menganjurkan sudut pandang prospektif (harapan ke depan) daripada retrospektif (melihat ke belakang). Terdapat tujuh indicator kinerja. Dua diantaranya mempunyai peran sangat penting, yaitu tujuan dan motif. Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan untuk melakukannya diperlukan adanya motif. Tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan.

Dengan demikian, tujuan dan motif menjadi indikator utama dari kinerja.

Namun, kinerja memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi,

37 Amstrong dan baron tahun 1998, dalam Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 223.

(19)

peluang, standar, dan umpan balik. Kaitan diantara ketujuh indikator tersebut adalah dengan penjelasan seperti berikut:

1) Tujuan

Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai.Pengertian tersebut mengandung makna bahwa tujuan bukanlah merupakan persyaratan, juga bukan merupakan sebuah keinginan.

Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan.Atas dasar arah tersebut, dilakukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi.

Kinerja individu maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

2) Standar

Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai.

Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita sukses atau gagal. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara batsan dan bawahan.

3) Umpan Balik

Antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling terkait.Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam mencapai tujuan yang didefinisikan oleh standar.Umpan balik terutama penting ketika ketika mempertimbangkan “real goals” atau tujuan sebenarnya.Tujuan yang dapat diterima oleh pekerja adalah tujuan yang bermakna dan berharga.38

38 Wibowo, Manajemen Kinerja, 103-105.

(20)

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.

Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.

4) Alat atau Sarana.

Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan.Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.Tanpa alat tidak mungkin dapat melakukan pekerjaan.

5) Kompetensi

Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja.

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seserang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Orang harus melakukan lebih dari sekadar belajar tentang sesuatu, orang harus dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6) Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.

7) Peluang

Peluang perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya.Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya

(21)

kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.39

Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia. Jika pekerja dihindari karena supervisor tidak percaya terhadap kualitas atau kepuasan konsumen, mereka secara efektif akan dihambat dari kemampuan memenuhi syarat untuk berprestasi.40

f. Penilaian Kinerja

1) Definisi Penilaian Kerja

Kinerja, baik secara individu maupun organisasi mempunyai peran yang besar dalam keberlangsungan organisasi dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat.Setiap organisasi perlu memperhatikan bagaimana upaya untuk terus meningkatkan kinerja karyawannya agar dapat member kontribusi optimal bagi meningkatnya kinerja organisasi.

Untuk itu organisasi perlu memahami bagaimana kondisi kinerja pegawai untuk dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan bagi kepentingan organisasi serta diperlukan suatu penilaian kinerja dalam rangka tersebut.41

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini telah melakukan pekerjaannya. Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut.

Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan yang berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan, atau yang biasa disebut perbaikan yang berkelanjutan.

39 Wibowo, Manajemen Kinerja, 104.

40 Wibowo, Manajemen Kinerja, 102-105.

41 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, 188.

(22)

2) Metode penilaian kerja

Untuk melakukan suatu penilaian kerja dibutuhkan metode penilaian yang memiliki tingkat dan analisa yang representative.

Terdapat dua kategori dasar dari metode penilaian yang sering digunakan dalam organisasi adalah metode objektif dan metode pertimbangan.

a) Metode objektif (objective methods) menyangkut dengan sejauh mana seseorang bias bekerja dan menunjukkan bukti kemampuan ia bekerja sesuai dengna kemampuan yang dimilikinya. Bagi banyak pihak metode objektif nisa memberikan hasil yang tidak begitu akurat atau mengandung bias karena bias saja seorang karyawan memiliki kesempatan yang bagus maka ia terlihat mampu bekerja dengan sangat baik dan penuh semangat, sedangkan ada karyawan yang tidak memiliki kesempatan dan ia tidak bias menunjukkan kemampuannya secara maksimal.

b) Metode pertimbangan (judgmental methods) adalah metode penilaian berdasarkan nilai ranking yang dimiliki oleh seorang karyawan, jika ia memiliki nilai ranking yang tinggi maka artinya ia memiliki kualitas kinerja yang bagus, dan begitu pula sebaliknya.

Kinerja karyawan diantara satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini disebabkan karena faktor dari situasi kerja dan faktor internal dari individu tersebut. Situasi kerja dapat mempengaruhi kinerja seseorang.

Apabila ia tidak memiliki komunikasi yang baik dengan sesame karyawan ataupun dengan orang lain, maka dapat dipastikan kinerjanya akan menurun. Dan dari faktor internal, ketika karyawan tersebut memiliki tingkat emosional yang tidak stabil, maka ketika ada masalah, emosi itu akan ia bawa sampai ke tempat ia bekerja. Jelas, hal ini dapat mempengaruhi kinerjanya.

Dalam meningkatkan kinerja karyawan, reward (penghargaan) disini dapat berpengaruh. Contohnya, ketika ada seorang karyawan yang

(23)

telah mencapai prestasi kerja yang tinggi, maka perusahaan/instansi dimana ia bekerja haruslah memberikan penghargaan bagi dirinya atas prestasi kerjanya. Hal ini dimaksudkan agar karyawan dapat terus berprestasi dan tetap bekerja dengan baik, sehingga kinerjanya akan terus meningkat dengan adanya reward tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa penelitian mengenai “ Pengaruh Etika Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Kinerja Karyawan Zakat Center Thoriqotul Jannah Cirebon) “, terdapat beberapa literatur yang dapat menjadi acuan untuk penulisan karya ilmiah seperti :

1. Eka Ernawati dengan judul “Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan” (studi kasus tentang peranan iklim komunikasi Organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Intan Pariwara Klaten), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai, ada beberapa faktor pendorong tingginya pengaruh iklim komunikasi organisasi di PT. Intan Pariwara Klaten antara lain elemen kepercayaan dan kejujuran, elemen parisipasi dalam pembuatan keputusan bersama, karena berdasarkan kuesioner para karyawan PT.

Intan Pariwara Klaten menyatakan bahwa elemen tersebut yang paling mendukung iklim komunikasi organisasi yang kondusif di perusahaan.

Sedangakan faktor penghambat dalam iklim komunikasi organisasi salah satunya adalah adalah kurangnya perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengikuti pelatihan khusus terutama dibidang teknologi untuk mendukung kegiatan operasional. Dimana faktor tersebut memiliki prosentase tinggi dalam kategori kadang- kadang dan tidak pernah dalam kuesioner.42

2. Irwan Baddu, Pengaruh etos kerja islami terhadap Kinerja karyawan (studi pada karyawan koperasi baitul maal wat tamwilmaslahah mursalah lil ummah Sidogiri kabupaten Pasuruan) berdasarkan hasil

42 Eka Ernawati, “Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan”(Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011) 174-175.

(24)

penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yangdapat disimpulkan, ada pengaruh yang signifikan etos kerja Islami terhadap kinerja karyawan BMT MMU Sidogiri. Penerapan etos kerja sejak awal yaitu budaya bisyaroh pada Koperasi BMT MMU Sidogiri sangat efektif dalam meningkatkan kinerja karyawanya.43

3. Gunawan Aji, penelitian dengan judul Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Komitmen Organisasi dengan Komitmen Profesi Sebagai Variabel Intervening (studi empiris terhadap internal auditor Bank di Jawa Tengah), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internal auditor bank yang semakin memahami norma atau aturan kerja yang berlaku baik dalam etika profesi maupun dimensi pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran dalam etika kerja islam akan benar-benar melakukan fungsinya sebagai internal auditor, dan selanjutnya mempengaruhi komitmennya terhadap profesinya sebagai seorang internal auditor bank dan berkomitmen terhadap organisasinya.44

4. Soraya Eka Ayudiati, dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Locus Of Control Terhadap Kinerja Dengan Etika Kerja Islam Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Karyawan Tetap Bank Jateng Semarang), dapat disimpulkan bahwa etika kerja islam yang dimiliki responden adalah tinggi. Maka dapat dikatakan semakin kuat pengaruh etika kerja islam maka semakin kuat hubungan.45

5. Ahmad Zainuri, dengan judul penelitian pengaruh etika kerja dan kepemimpinan islam Terhadap kinerja karyawan (studi pada KJKS/UJKS koperasi kab. Pati), menunjukkan bahwa etika kerja dan kepemimpinan Islam berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

43 Irwan Baddu, “Pengaruh Etos kerja Islami TerhadapKinerja karyawan” (Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, 2007), 73.

44 Gunawan Aji, “Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Komitmen Organisasi dengan Komitmen Profesi Sebagai Variabel Intervening” (Tesis, Program Studi Magister Sains Akuntansi Univertas Diponegoro, 2003), 6.

45 Soraya Eka Ayudiati, “Analisis Pengaruh Locus Of Control Terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam Sebagai Variabel Moderating”(Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2010), 58.

(25)

dan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak terutama dalam meningkatkan kinerja karyawan.46

C. Kerangka Pemikiran

Etika kerja islam merupakan sebuah prinsip, nilai dan orientasi yang dipegang suatu organisasi dalam menentukan perilaku kerja dan pengambilan kepputusan yang bener dan salah sesuai dengan syari‟atnya yaitu berdasarkan al qur‟an dan hadis.

Seorang karyawan akan terbentuk perilaku etisnya apabila organisasinya memang mempunyai kode etik yang menjunjung tinggi etika kerja. Dalam sistem islam, nilai moralitas etika islam menanamkan anjuran akan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Iklim organisasi adalah lingkungan kerja yang dipersepsikan atau digambarkan dan dapat dirasakan baik secara langsung atau tidak oleh karyawan dan dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku. Aspek-aspek dari iklim organisasi adalah pembuatan keputusan (decision making), kehangatan (warmth), resiko (risk), keterbukaan (opennes), penghargaan (reward,) dan struktur (structure). Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin baik iklim organisasi perusahaan dan juga sebaliknya.

Kinerja karyawan merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Meskipun karyawan-karyawan bekerja di tempat yang sama, tetapi kinerja antara karyawan satu dengan yang lainnya akan jelas berbeda. Perbedaan ini dapat dipengaruhi olehi situasi kerja dan juga dari individu itu sendiri. Dalam meningkatkan kinerja, maka kualitas dari setiap karyawan harus tinggi, luas akan pengetahuan akan pekerjaannya, dan memiliki kesadaran dalam hal kehadiran serta dalam penyelesaian tugas-tugasnya.

46 Ahmad Zinuri, “Penelitian Pengaruh Etika Kerja Dan Kepemimpinan Islam Terhadap Kinerja Karyawan” (Skripsi, Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2011), 103.

(26)

βyx1

r

x1x2

βyx2

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

X1 = Etika Kerja (Variabel Independent) X2 = Iklim Organisasi (Variabel Independent) Y = Kinerja Karyawan (Variabel Dependent) D. Hipotesis Penelitian

1. Etika kerja berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan Zakat Center Thoriqotul Jannah Cirebon

2. Iklim organisasi berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan Zakat Center Thoriqotul Jannah Cirebon

3. Etika kerja dan iklim organisasi berpengaruh positif yang signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan Zakat Center Thoriqotul Jannah Cirebon.

ETIKA KERJA ISLAM X1

IKLIM ORGNISASI X2

KINERJA KARYAWAN Y

Referensi

Dokumen terkait

Untuk setiap pekerjaan, gambar kerja, spesifikasi, dan perhitungan struktur harus diserahkan kepada yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan. Perhitungan harus berdasarkan

Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara

peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengawasan Pengaspalan Jalan Ruas Potoro - Amasara (Tahun Jamak) pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Selatan,

dengan ini menyatakan saya tidak akan mengundurkan diri dari proses seleksi tenaga non ASN Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang Tahun 2017 setelah dinyatakan lulus ujian

Meningkatnya prosentase kualitas dan nkuantitas sarana prasarana pendidikan umum dan khusus mencapai 75% dan juga Meningkatnya mutu dan kualitas pendidikan berstandar nasional

Rather, the fatwa which was aimed at strengthening the previous fatwa issued in 1980 was supported by the decision of the Organization of Islamic Conference on the deviating

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fitoremediasi Kromium dengan tanaman Vetiveria zizanioides pada sirkulasi sistem vertikal memiliki tingkat