• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD Tahun 2012"

Copied!
492
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

NOMOR 20 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

KOTA SEMARANG TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang

:

a. bahwa dalam rangka Penyusunan rencana pembangunan Kota Semarang

Tahun 2012 dan agar pelaksanaannya dapat terencana, terarah, terpadu dan

berkesinambungan serta dalam memberi pedoman dalam penyusunan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2012,

maka perlu ditetapkan Rencana Kerja Pemerintah daerah (RKPD) Tahun

2012;

b.

bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, maka perlu dibentuk

Peraturan Walikota Semarang tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) Kota Semarang Tahun 2012.

Mengingat

:

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

2.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negera Republik Indonesia Nomor 3851);

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );

(2)

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4410);

7.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4421);

8.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

9.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan

Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3079);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan

Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II

Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan

Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam

wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah ( Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara

Penyusunan

Pengendalian

dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4817);

13.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010

2014;

(3)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008 - 2013 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 21 );

16.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran

Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 13).

17.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun

2005

2025 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8,

Tambahan Lembaran daerah Kota Semarang Nomor 43).

18.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Semarang Tahun 2010

2015.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan :

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TENTANG RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012.

Pasal 1

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 merupakan dokumen

Perencanaan Tahunan yang berisi penjabaran visi, misi dan kebijakan Walikota Semarang yang

penyusunanya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dokumen Perencanaan

Pembangunan Propinsi Jawa Tengah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional.

Pasal 2

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 disusun dengan

Sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

(4)

Pasal 3

Isi beserta uraian Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini dan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 4

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang

pada tanggal 23 Mei 2011

WALIKOTA SEMARANG

ttd

H. SOEMARMO HS

Diundangkan di Semarang

pada tanggal 23 Mei 2011

SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG

ttd

AKHMAT ZAENURI

(5)

LAMPIRAN

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

NOMOR

: 20

TANGGAL : 23 Mei 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

(RKPD) KOTA SEMARANG

(6)

Hal

DAFTAR ISI ...

i

DAFTAR TABEL ...

iii

DAFTAR GRAFIK ...

iv

BAB I. PENDAHULUAN

...

1.1 LATAR BELAKANG ...

I-1

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN ...

I-2

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN ...

I-4

1.4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD ...

I-4

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN ...

I-6

BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

...

II-1

2.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ...

II-1

2.1.1

Aspek Geografi dan Demografi ...

II-1

2.1.2

Aspek Kesejahteraan Masyarakat ...

II-17

2.1.3

Aspek Pelayanan Umum ...

II-22

2.1.4

Aspek Daya Saing Daerah ...

II-33

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM & KEGIATAN RKPD s/d TAHUN

BERJALAN & REALISASI RPJMD ...

II-38

2.3 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH ...

II-87

2.3.1

Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan

Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah...

II-87

BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

...

III-1

3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH ...

III-1

3.1.1

Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan

Tahun 2011, Proyeksi Tahun 2012 ...

III-1

3.1.2

Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerath Tahun

(7)

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

...

V-1

BAB VI. PENUTUP

...

VI-1

(8)

Hal

Tabel 2.1

Kepadatan Penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan

tahun 2010 ...

II-15

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, Penganggur, dan Pencari

Kerja di Kota Semarang Tahun 2009-2010 ...

II-59

Tabel 2.3

Permasalahan Pembangunan Kota Semarang Tahun 2012 ...

II-87

Tabel 3.1

Realisasi dan Proyeksi/ Target Pendapatan Kota Semarang

Tahun 2009-2012 ...

III-5

Tabel 3.2

Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah

Tahun 2009 s.d Tahun

2012

...

III-6

Tabel 3.3

Realisasi dan Proyeksi/ Target Pembiayaan Daerah

Tahun 2009

s.d Tahun 2012

...

III-7

Tabel 4.1

Hubungan Visi/ Misi dan Tujuan/ Sasaran Pembangunan Daerah

Kota Semarang ...

IV-4

Tabel 4.2

Sasaran Pembangunan RPJMD Tahun 2012 dan Prioritas

Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun 2012 ...

IV-16

Tabel 4.3

Indikasi Capaian Target Program Pembangunan Kota Semarang

(9)

Hal

Grafik 2.1

Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah di Kota

Semarang Tahun 2010 ...

II-5

Grafik 2.2

Persentase Lahan Kering di Kota Semarang Tahun 2010 ...

II-5

Grafik 2.3

Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun

(10)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

telah mengamanatkan bahwa setiap daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana

Pembangunan Daerah untuk jangka panjang 20 tahun (RPJPD), Rencana Pembangunan Daerah

Jangka Menengah 5 tahun (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Jangka 1 tahun (RKPD).

Pemerintah Kota Semarang telah menyusun RPJPD 2005-2025 yang ditetapkan dengan Perda

Nomor 6 Tahun 2010, dan RPJMD 2010-2015 yang ditetapkan dengan Perda Nomor 12 Tahun

2011. Selanjutnya RPJMD tersebut dijabarkan dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 merupakan

pelaksanaan tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Semarang Tahun 2010

2015. Oleh karena itu RKPD merupakan salah satu rangkaian tahapan

pembangunan dalam upaya pencapaian visi Kota Semarang yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 yakni

TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA MENUJU

MASYARAKAT SEJAHTERA”.

Penyusunan RKPD Kota Semarang tahun 2012 berpedoman pada Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Berdasarkan kedua peraturan perundangan tersebut RKPD Kota Semarang sekurang-kurangnya

memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan

rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju. Rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju,

mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD

maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Program prioritas pembangunan daerah memuat program-program yang berorientasi pada

pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkelanjutan sebagai

penjabaran dari RPJMD pada tahun yang direncanakan. Rencana kerja dan pendanaan serta

prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif yang

bersumber dari APBD, memuat program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan

langsung oleh Pemerintah Daerah, disertai perhitungan kebutuhan dana bersumber dari APBD

(11)

bahwa RKPD sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Sebagai dokumen resmi

perencanaan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, dan berfungsi

menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan

penganggaran tahunan.

1.2.

Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RKPD, antara lain :

1.

Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1);

2.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kota Besar

dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah

Istimewa Jogjakarta;

3.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

5.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4421);

6.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

(12)

Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4817);

13.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

14.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

15.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tengan Tata Cara Penyusunan

Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);

16.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja

Dinas Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 15 Tahun 2008,

Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 22);

17.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 23);

18.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor

17 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 24);

19.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang

Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota

(13)

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005

2025 (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);

21.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015;

1.3.

Hubungan antar Dokumen

RKPD merupakan penjabaran RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, memuat

rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan

pendanaannya dengan mengacu kepada RKPD Provinsi Jawa Tangah dan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP).

RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan

Kebijakan Umum APBD (KUA), serta menentukan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara

(PPAS) didasarkan atas dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya

digunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan APBD.

Penyusunan dokumen RKPD Kota Semarang Tahun 2012 diawali dengan penyusunan

rancangan awal RKPD yang mengakomodir semua masukan dari para pemangku kepentingan

(

stakeholder

) di Kota Semarang.

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD

Sistematika RKPD :

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD,

kedudukan RKPD tahun rencana dalam periode dokumen RPJMD, keterkaitan antara

dokumen RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindak

lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD.

1.2

Dasar Hukum Penyusunan

Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan

RKPD, baik yang berskala nasional, maupun lokal.

1.3

Hubungan Antar Dokumen

Menjelaskan hubungan RKPD dengan dokumen lain yang relevan beserta

(14)

Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD terkait dengan pengaturan bab

serta garis besar isi setiap bab didalamnya.

1.5

Maksud dan Tujuan

Memberikan uraian ringkas tentang tujuan penyusunan dokumen RKPD bagi daerah

yang bersangkutan dan sasaran penyusunan dokumen RKPD bagi daerah yang

bersangkutan.

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum

kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja

penyelenggaraan pemerintah daerah.

2.2

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi

RPJMD

Mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja

pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi pelaksanaan program

dan kegiatan RKPD tahun lalu dan realisasi RPJMD yang bersumber dari telaahan hasil

evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan realisasi Renstra SKPD oleh

masing-masing SKPD dan laporan pertanggung jawaban APBD menurut tahun

tahun yang

berkenaan.

2.3

Permasalahan Pembangunan Daerah

Menguraikan permasalahan pembangunan daerah yang berhubungan dengan prioritas

dan sasaran pembangunan daerah dan identifikasi permasalahan penyelenggaraan

urusan pemerintah daerah.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Mengemukakan tentang arahan nasional di bidang ekonomi yang bersumber dari

dokumen RKP(Nasional), RKPD Provinsi dan juga kebijakan di bidang ekonomi dalam

dokumen RPJMD Kota.

3.2

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Menguraikan kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah berkaitan

(15)

4.1

Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Menjelaskan tentang hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima)

tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD.

4.2

Prioritas dan Pembangunan

Menggambarkan prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dan dikaitkan

dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana.

Bab V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang

disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana

(RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD.

Bab VI PENUTUP

Memberikan gambaran pemerintah daerah dalam penyusunan RKPD.

1.5.

Maksud dan Tujuan

Dalam tata urut dokumen perencanaan, maksud penyusunan RKPD 2012 untuk

menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pengawasan dalam jangka waktu satu tahunan.

Sedangkan tujuan dari penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2012 adalah:

1.

Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, karena memuat arah

kebijakan pembangunan daerah dalam satu tahun;

2.

Menjadi acuan bagi seluruh SKPD Pemerintah Kota Semarang dalam penyusunan Rencana

Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja

SKPD) dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik;

3.

Menciptakan kepastian dan sinergitas perencanaan program kegiatan pembangunan antar

wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat Pemerintah;

4.

Mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan alokasi sumber daya dalam

(16)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

II.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1

Aspek Geografi dan Demografi

Aspek Geografis

Luas dan batas wilayah administrasi,

Luas wilayah Kota Semarang

seluas

373,70 km

2

dengan batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten

Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa

dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Secara administrasi Kota Semarang terbagi

atas 16 Kecamatan, secara rinci luas masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Semarang

Tengah seluas 6,14 km

2

, Semarang Utara seluas 10,97 km

2

, Semarang Timur seluas 7,70 km

2

,

Semarang Selatan seluas 5,93 km

2

, Semarang Barat seluas 21,74 km

2

, Gayamsari seluas 6,18 km

2

,

Pedurungan seluas 20,72 km

2

, Genuk seluas 27,39 km

2

, Gajahmungkur seluas 9,07 km

2

, Candisari

seluas 6,54 km

2

, Banyumanik seluas 25,69 km

2

, Tembalang seluas 44,20 km

2

, Gunungpati seluas

54,11 km

2

, Ngaliyan seluas 37,99 km

2

, Mijen seluas 57,55 km

2

, dan Tugu seluas 31,78 km

2

.

Secara geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6

o

5 ’ –

7

o

’ Li ta g “elata da

garis 109

o

35’ –

110

o

5 ’ Bujur Ti ur. Kota “e ara g e iliki posisi

geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor

pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai

Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang

dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan

Barat menuju Kabupaten Kendal.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan

terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta

transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota

Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan

dengan luar Jawa, secara langsung

sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan

daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai

kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan

25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah

Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk,

Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah

Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang

(17)

kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta

Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar

Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan

lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan,

bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai

pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan

atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur

geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada

ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara

topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah

yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian

90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang

Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl.

Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai

5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi

antara 5%-40%.

Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota

yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai.

Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah

berkisar antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75

348,00 mdpl.

Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -

Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut Aluvium (Qa),

Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong

(Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek

(Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan

endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir

lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan

daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.

Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu

struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan

mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen,

sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan

patahan Kali Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang

berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga

Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro,

(18)

Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan.

Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah

berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang

meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiasi alluvial kelabu,

Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang

lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua.

Sedangkan kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang

ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan alluvial coklat

kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya

merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua.

Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang

mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur,

Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata

air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan

tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai

sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran

mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran

debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali

Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota

Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.

Air Tanah Bebas

ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air

(

aquifer

) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat

dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang

berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali

(dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya

dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 -

40 m.

Air Tanah Tertekan

adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air

yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping

kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh

musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan

aquifer

di dapat dari

endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90

meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di

pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok

aquifer

delta Garang

ini disebut pula kelompok

aquifer

utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan

bersifat tawar. Untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois

(19)

karena adanya formasi damar yang

permeable

dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan

lanau atau batu lempung.

Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai

iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan muson timur. Dari bulan

November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan

dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat,

kelembaban relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode

ini. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan musim

kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan,

kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.

Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang

tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas

pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu

minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada

September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C

ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan

September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun

Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari

pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya

sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan

Agustus.

Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non

sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis (198 Km2), setengah

teknis (530 Km2), irigasi sederhana/irigasi desa/non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan

yang tidak diusahakan (267 Km2). Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan

pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%), lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan

(20)

Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah

di Kota Semarang Tahun 2010

Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan (42%), padang gembala (5%),

tambak/rawa, tegalan dan kebun (27%), tambak/kolam, lainnya/tanah kering (26%)

Grafik 2.2

Persentase Lahan Kering Kota Semarang Tahun 2010

Potensi pengembangan wilayah

, Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat

diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya

seperti perikanan, pertanian, pariwasata, industri, pertambangan dan lain-lain dengan

(21)

Kawasan Perdagangan dan Jasa, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan

ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan.

Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota

Semarang sebagai sentra perdagangan dan jasa dalam skala regional dan nasional.

Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada setiap Bagian wilayah Kota (BWK)

terutama di pusat-pusat BWK sehingga dapat mengurangi kepadatan dan beban pelayanan di

pusat kota.

Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:

a. Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional, nasional

maupun internasional, berada di kawasan Peterongan, Tawang dan Siliwangi;

b. Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan

perlakuan dan komoditas khusus.

Kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan khusus adalah kawasan Pasar Johar.

Kawasan pasar Johar merupakan pasar tradisional skala pelayanan regional yang terletak di

pusat kota, selain itu Pasar Johar merupakan bagian dari ikon Kota Semarang.

Kawasan perdagangan dan jasa dengan komoditas khusus adalah Pasar Agro yang

direncanakan di BWK V. Pasar agro ini digunakan untuk memasarkan produk-produk

pertanian yang ada di Kota Semarang dan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Pasar

agro ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan regional, sehingga diperlukan dukungan

jalan sekurang-kurang kolektor sekunder.

c. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota sampai

dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;

d. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi

dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal

sekunder.

e. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya

dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa

termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya;

f. Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu,

pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas

umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40%

(empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada

Pemerintah Daerah;

g. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan,

jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan

(22)

Potensi pergeseran peruntukan non komersial ke arah komersial ini harus diantisipasi

dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan

perkembangan yang ada agar konflik antar kegiatan kawasan, antar pelaku kegiatan, dan antar

jenis kegiatan ekonomi tidak terjadi.

Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman, perdagangan dan jasa adalah sebagai

berikut:

a. Pengembangan Fungsi Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa dilakukan di

kawasan pusat kota (

Central Bussiness Distric/CBD

) Peterongan

Tawang

Siliwangi;

b.

Pengembangan jenis kegatan ini di kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi bertujuan

untuk mendukung terwujudnya kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi sebagai

kawasan perdagangan dan jasa skala pelayanan regional/ nasional/ internasional;

c.

Pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa di kawasan Peterongan

Tawang

Siliwangi tetap mempertahankan Kampung

Heritage

sebagai kawasan

permukiman dan pariwisata;

d.

Pengembangan kegiatan permukiman di kawasan ini dilakukan secara vertikal dengan pola

rumah susun/ apartemen/ kondominium.

3. Rencana Kawasan Pendidikan

Dalam hal pendidikan, Kota Semarang diharapkan dapat berperan sebagai pusat

pendidikan khususnya pendidikan tinggi di wilayah Jawa Tengah. Mempertimbangkan hal

tersebut, maka rencana pengembangan kawasan pendidikan tinggi di Kota Semarang dilakukan

sebagai berikut :

a. Mengarahkan pengembangan pendidikan tinggi/akademi dengan skala regional nasional

yang berada di kawasan Tembalang, Pedurungan, Sekaran, dan Mijen. Pengembangan

fasilitas pendidikan tinggi skala pelayanan regional/ nasional perlu didukung dengan

penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang memadai.

b. Kawasan Pendidikan Bendan perlu ada pembatasan pengembangan karena kondisi fisiknya

yang rawan bencana alam dan kegiatan pendidikannya yang kurang berkembang. Kawasan

ini akan dialihkan sebagai kawasan jasa pelayanan untuk penginapan, rapat, pertemuan,

seminar, dan sebagainya.

c. Pembangunan fasilitas pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di pusat kota

diarahkan pada lokasi atau kawasan atau ruas jalan yang memadai serta tidak

menimbulkan gangguan pada lingkungan.

d. Pembangunan fasilitas pendidikan ditepi ruas jalan utama harus mempertimbangkan

(23)

fasilitas ini akan dikembangkan disetiap BWK sebagai bagian dari fasilitas lingkungan dan

bagian wilayah kota.

4. Rencana Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran.

Kawasan Pemerintahan, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya

untuk penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, regional Provinsi,

maupun Pemerintah kota.

Rencana kawasan pemerintahan dan perkantoran dalam RTRW Kota Semarang ini adalah :

a. Kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi

Kawasan perkantoran utama Pemerintah Provinsi direncanakan berada di Jalan Pahlawan

dan Jalan Madukoro. Lokasi pengembangan kantor Pemerintah Provinsi dapat dilakukan

dilokasi lain dengan tetap mempertimbangkan kemudahan jangkauan pelayanan bagi

pengguna dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah.

b. Kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang

Kawasan Pemerintah Kota Semarang direncanakan di Jalan Pemuda dan Jalan

Soekarno-Hatta (di dekat kawasan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah). Kawasan perkantoran yang

ada di Jalan Pemuda direncanakan untuk Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang,

kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai balaikota (city hall). Sedangkan kawasan

perkantoran Pemerintah Kota Semarang yang ada di Jalan Soekarno-Hatta diperuntukkan

untuk pelayanan pemerintahan.

c. Kawasan Perkantoran Swasta

Kawasan perkantoran menengah dan besar diarahkan pada kawasan perdagangan dan

jasa, sedangkan kawasan perkantoran kecil lokasinya dapat di kawasan permukiman

dengan memperhatikan akses pelayanan.

Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran ini adalah ;

a. Kawasan pekantoran yang harus memiliki ruang parkir yang mampu menampung jumlah

kendaraan bagi karyawan atau pihak-pihak yang aktivitasnya terkait dengan kegiatan yang

ada di kawasan perkantoran.

b. Untuk kawasan balaikota atau Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang dan Kantor

Gubernur dan DPRD Provinsi Jawa Tengah harus memiliki ruang terbuka publik yang dapat

digunakan bagi masyarakat untuk berkumpul, menyampaikan aspirasi, dan berinteraksi

sosial.

c. Kegiatan perkantoran swasta pengembangannya direncanakan sebagai berikut:

1) Kegiatan perkantoran swasta yang memiliki karyawan sampai dengan 20 orang dapat

berlokasi dikawasan permukiman atau kawasan lainnya dengan memperhatikan akses

(24)

pada kawasan perdagangan dan jasa yang sekurang-kurangnya dilayani jalan lokal

sekunder.

3) Kegiatan perkantoran yang memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari diatas 50

orang diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa dengan pelayanan jalan

sekurang-kurangnya kolektor sekunder.

5. Rencana Kawasan Industri

Kawasan Industri, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk

kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan.

Dalam RTRW Kota Semarang 2010-2030 pengembangan kawasan industri lebih dibatasi, hal ini

sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan lebih mengedepankan pengembangan sektor

tersier (perdagangan dan jasa) sebagai penopang utama perekonomian kota. Kawasan industri

direncanakan di BWK III (Kawasan industri dan pergudangan Tanjung Emas), BWK IV (Genuk),

BWK X (Kawasan Industri Tugu dan Mijen). Kegiatan industri diprioritaskan untuk pengembangan

industri modern dengan kadar polusi rendah.

Rencana sebaran industri Kota Semarang adalah sebagai berikut;

a.

Kawasan Industri Genuk

Kawasan ini direncanakan untuk yang berskala besar, menengah, dan kecil. Areal yang

direncanakan adalah seluas ± 1000 ha. Pertimbangan bahwa kawasan ini dapat

dikembangkan karena didukung oleh letak yang berdekatan dengan pelabuhan laut,

pergudangan dan pusat perdagangan. Selain dilalui jalan raya penghubung

Jakarta-Surabaya yang merupakan jalur radial Kota Semarang, kawasan ini juga dekat dengan

wilayah tenaga kerja (Genuk dan Sayung) dan arah angin tidak menuju ke pusat kota.

b. Kawasan Industri Tugu

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ± 795,09 ha.

Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh kedekatannya dengan

wilayah tenaga kerja dan areal promosi (PRPP). Selain itu kondisi tanahnya lebih matang

daripada Genuk.

c.

Kawasan Industri Candi

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate seluas ± 912,04 ha. Penetapan kawasan

ini didukung oleh kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi Jawa

Tengah, Pelabuhan, dan Jalan arteri (termasuk jalan Tol).

d. Kawasan industri dan Pergudangan Tanjung Emas

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate beserta pergudangan yang sangat dekat

(25)

Direncanakan sebagai satu kesatuan dengan pengembangan Kota Baru Mijen yaitu areal

seluas ± 75 ha, jenis industri yang akan dikembangkan adalah industri nonpolutif (rendah

polusi baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah) dan industri berteknologi tinggi.

Kawasan ini perlu didukung akses langsung ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas, sebagai

pintu keluar pemasaran produk industri dengan tujuan pasar internasional dan jaringan

jalan yang memiliki akses tinggi, yang berfungsi sebagai arteri primer.

f. Kawasan Industri Pedurungan

Kawasan industri ini tidak dikembangkan menjadi kawasan industri yang besar, hanya

memanfaatkan potensi strategis Jalan Majapahit dan aglomerasi dengan sebaran yang ada

di Mranggen. Luas kawasan industri di Pedurungan 57,63 Ha.

Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri adalah :

a. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya

dengan memperhatikan radius / jarak dan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan

serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di sekitarnya;

b. Pada pembangunan industri berupa industri/pergudangan estate, perusahaan

pembangunan industri wajib menyiapkan prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan

perumahan untuk pekerja dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen)

dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

c. Pembangunan industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan

fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang pedagang

kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran), kemudahan pencapaian

dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;

d. Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya

terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari

penyusunan AMDAL, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL),

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), penyediaan Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL), dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah Daerah secara intensif

terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.

e. Dalam setiap unit kegiatan industri, pengusaha harus menyediakan lahan dikavling

industrinya untuk penghijauan sebagai filter udara dan peneduh;

f. Lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar kawasan industri dan

terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akan direlokasi secara

bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan sebagai kawasan industri, sedangkan

lokasi Industri kecil dan Rumah tangga dapat berada di kawasan perumahan sejauh tidak

(26)

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan olahraga, maka selain lapangan

olahraga yang resmi dan dikelola oleh Pemerintah, diperlukan areal terbuka, yang dapat

difungsikan sebagai lapangan olah raga yang ada di lingkungan masyarakat.

Lapangan olah raga yang ada di Kota Semarang antara lain stadion olahraga GOR Jatidiri di

Kecamatan Gajahmungkur yang berskala regional/nasional, stadion yang berskala kota Stadion

Citarum dan Stadion Diponegoro.

7. Rencana Kawasan Wisata / Rekreasi

Kawasan Wisata, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk

kegiatan wisata dan rekreasi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, fasilitas rekreasi Kota

Semarang direncanakan meliputi:

a. wisata bahari/pantai ditetapkan pada BWK III (Kawasan Marina) dan BWK X (direncanakan

di kawasan pantai di Kecamatan Tugu) dimana pembangunannya harus tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan dan ekosistem di wilayah pantai/pesisir;

b. wisata satwa berada pada di BWK X, yaitu di Kawasan Kebun Binatang yang ditekankan

pada upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya;

c. wisata pertanian (agrowisata) berada pada BWK VI (Kecamatan tembalang), BWK VIII

(Kecamatan Gunungpati), dan BWK IX (Kecamatan Mijen) juga berfungsi sebagai pusat

penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian.

d. Lokasi yang ditetapkan dan rencana pengembangan kawasan wisata Religi dan Religi:

BWK III

: Kawasan Gereja Blenduk dan Kuil Sam Po Kong

BWK V

: Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah

BWK VII

: Kawasan Vihara Watugong

e. Wisata alam dan cagar budaya berada di

BWK I

: Kampung Pecinan dan Kampung Melayu

BWK III

: Museum Ronggowarsito, kawasan Maerokoco, kawasan Kota Lama

Semarang

BWK VII

: Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo

BWK VIII

: Gua Kreo, Waduk Jatibarang, Lembah Sungai Garang.

BWK X

: Taman lele

f.

Wisata belanja dikembangkan di Kawasan Johar, Simpang Lima dan koridor Jalan

Pandanaran.

g.

Wisata Mainan Anak berada di Wonderia (BWK II) , WaterPark (BWK IX dan BWK III)

Pengembangan kawasan wisata ini direncanakan untuk dapat mendukung fungsi kota

(27)

Kawasan Perumahan dan permukiman, adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk

perumahan dan permukiman, serta berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kawasan ini terdiri dari kawasan

perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri dibangun oleh perusahaan pembangunan

perumahan dan dibangun oleh pemerintah.

Arahan pembangunan dan pemanfaatan kawasan perumahan dan permukiman

ditetapkan sebagai berikut :

a. pembangunan perumahan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal

yang layak bagi masyarakat dan/atau untuk pemukiman kembali

(resettlement

) sebagai

akibat dari pembangunan prasarana dan sarana kota.

b. pembangunan perumahan dilakukan dengan pengembangan perumahan yang sudah ada

maupun pembangunan perumahan baru;

c. pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal dan horisontal) dengan

pemanfaatan lahan secara optimal pada kawasan-kawasan di luar kawasan lindung

dengan fungsi kegiatan perumahan permukiman;

d. pembangunan perumahan baru dilakukan di masing-masing BWK dengan ketentuan

sebagai berikut :

- Pengembangan perumahan dengan bangunan vertikal (rumah susun/ apartemen)

dilakukan di kawasan pusat kota (BWK I, BWK II, dan BWK III)

- Pengembangan perumahan dengan kepadatan sedang sampai dengan tinggi di BWK IV,

V, VI, VII, dan X.

- Perumahan pada BWK VIII, dan IX direncanakan dengan kepadatan rendah sampai

sedang.

e. Pada pembangunan perumahan, pelaksana pembangunan perumahan/ pengembang

wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial dengan

proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan

selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

f. Pembangunan perumahan secara intensif vertikal dilakukan dengan pembangunan rumah

susun baik pada kawasan perumahan baru maupun kawasan padat hunian yang dilakukan

secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya;

g. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan pada

peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan;

h. Pembangunan perumahan lama/ perkampungan dilakukan secara terpadu baik fisik

maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan,

(28)

Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dalam rangka peningkatan

pelayanan kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di Kota

Semarang. Kawasan Tempat Pemakaman Umum dapat menjadi bagian dari Ruang Terbuka

Hijau yang pelaksanaan pembangunannya dilakukan sebagai berikut :

a. pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dengan pengembangan

makam-makam yang telah ada maupun pembangunan makam-makam baru, dan didukung dengan

penyediaan prasarana dan sarana permakaman;

b. pembangunan Tempat Pemakaman Umum skala kota berada di Bergota yang termasuk di

BWK I dan Pemakaman di Kecamatan Gayamsari yang termasuk di BWK V;

c. pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan

pembangunan makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan

pengembangan lahan makam yang telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan

lingkup pelayanannya;

d. untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan

pembangunan perumahan yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan

menyediakan lahan pemakaman umum seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas

lahan;

e. penyediaan tempat pemakaman umum dapat dilakukan dengan penyediaan lahan

pemakaman di sekitar lokasi pembangunan atau berpartisipasi dengan menyerahkan

uang yang akan digunakan untuk pengembangan makam Kepada Pemerintah Kota

Semarang senilai harga tanah seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan.

10. Rencana Kawasan Khusus

Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat

khusus karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam

Kebijakan penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus

adalah kawasan militer dan kawasan pelabuhan.

Kawasan militer berada di BWK III (Kawasan Bandara Militer A Yani) dan BWK VII

(Kawasan Kodam). Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan

Laut Tanjung Emas.

Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan

dengan lingkungan sekitarnya.

11. Rencana Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah

perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa lahan yang

diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat

(29)

terhadap terjadinya bencana alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor.

Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab

baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan.

Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya

berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi:

1. Kawasan Pesisir/ Pantai merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan

tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau

sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata (

Mean Sea Level, MSL

), dan menjadi

tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan pesisir/pantai dapat menerima

dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau

gempa yang menyebabkan tsunami.

2. Kawasan Dataran Banjir

(Flood Plain Area)

adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan

alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar.

Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan

potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal.

Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di

bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan kota, seperti

permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya.

Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup besar,

seperti Kali Garang/ Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki

potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang

dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila

terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang

air laut.

3.

Kawasan Sempadan Sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola

pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.

4.

Kawasan Cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan bencana banjir.

Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga

bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan.

Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai dan

daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir kiriman; banjir lokal; dan

Gambar

Grafik 2.1
Tabel  2.1 Kepadatan penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan
Grafik 2.3
Grafik 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengamati video dan melakukan percobaan tentang lup, siswa mampu mendemontrasikan hasil percobaan lup yang memanfaatkan sifat- sifat cahaya dalam bentuk tulisan

Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan makanan atau bahan baku pengisi farmasetik, contohnya pati

6). Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fisik. Adapun tujuan utama dalam pembangunan nasional di bidang statistik lima tahun ke depan adalah meningkatkan

Berdasarkan hasil uji koefisien Determinasi (R 2 ) dapat dijelaskan bahwa, besarnya pengaruh antara independen variabel yaitu, penggunaan peralatan navigasi elektronik (X1) dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bengkel Shop and Drive dapat memuaskan konsumennya apabila sebagian besar atribut (lima dimensi pengembangan mutu pelayanan) yang

particulars of registration specified opposite thereto in the Second Column: Now, therefore, in accordance with the provisions of section 123 of the Land Code [Cap. 81], I,

Suheyra Syauki, Sp.KJ (08124130106) 22 Agustus s/d 14 Oktober 2016 Anatomi Neurologi Blok 4 Neurologi Neurologi Neurologi Neurologi Neurologi Neurologi Neurologi Neurologi

Fenomena diatas tentunya menarik untuk dikaji, mengingat perilaku sebuah negara yang terwujud dalam kebijakan luar negeri mencerminkan kepentingan nasionalnya, namun