• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Warga Miskin yang mendapat pembebasan retribusi :

Dalam dokumen RKPD Tahun 2012 (Halaman 69-82)

Kontribusi Lapangan Usaha

C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

II- 47 f Perencanaan Pembangunan

8. Jumlah Warga Miskin yang mendapat pembebasan retribusi :

a. KK b. KTP c. Akta Kelahiran 1.149 2.158 1.408 1.149 2.158 1.408 290 1.834 291 *) : sumber data tidak tersedia

Secara keseluruhan pelaksanaan pembangunan pada urusan kependudukan dan pencatatan sipil telah melampuai target yang ditetapkan. Namun yang masih perlu mendapat perhatian adalah upaya penyediaan data kependudukan dan pencatatan sipil yang valid dan dinamis.

j. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pembangunan Pemberdayaan Perempuan diarahkan pada Program Pengarusutamaan Gender yaitu strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan dasar Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 Tanggal 19 Desember 2000 tentang Pedoman Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. Bertujuan agar terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksana, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun ruang lingkup pengarusutamaan gender meliputi seluruh perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-55

Pembangunan perspektif gender dipahami tidak hanya pada urusan pemberdayaan perempuan saja akan tetapi melekat pada semua urusan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Kota Semarang. Optimalisasi peran perempuan di semua sector pembangunan sebagai upaya terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian dan kapasitas perempuan dalam berperan aktif di bidang pembangunan.

Pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kota Semarang pada tahun 2010 dilaksanakan melalui program-program pembangunan sebagai berikut :

1. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak & perempuan dengan kegiatan Perumusan kebijakan peningkatan peran dan posisi perempuan dibidang politik dan jabatan publik.

2. Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan Gender dan Anak dengan kegiatan Advokasi dan fasilitasi PUG bagi perempuan ; Penguatan kelembagaan pengarusutamaan Gender dan Anak ; Peningkatan kapasitas & jaringan kelembagaan pemberd PA, dengan hasil antara lain dirumuskannya Profil Anak Kota Semarang yang diharapkan akan mengantarkan Kota Semarang menuju Kota Layak Anak; Pembentukan Forum Anak dan Penanganan Anak Jalanan.

3. Program Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dengan kegiatan Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan.

4. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan dengan kegiatan Pembinaan organisasi perempuan, Diklat peningkatan peran serta dan kesetaraan gender

5. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan ; dengan kegiatan Pelatihan perempuan di perdesaan dalam bidang usaha ekonomi produktif, dengan memberikan bimbingan ketrampilan serta fasilitasi pemberdayaan usaha ekonomi produktif bagi 40 mitra korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Evaluasi pelaksanaan pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Indek Pemberdayaan Gender (IPG)/Gender Empowerment Measure (GEM) Kota Semarang tahun 2010 sebesar 58%, atau mengalami penurunan dibanding tahun 2009 yang tercatat sebesar 59,8 %, hal ini dikarenakan terbatasnya akses perempuan di bidang ekonomi produktif. Secara rinci masing-masing indikator pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak antara lain: persentase penduduk perempuaan yang buta huruf sebesar 89%, TPAK perempuan sebesar 50%, rasio angka melek huruf pada perempuan disbanding laki-laki usia

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-56

15-24 tahun sebesar 99,5%; persentase tenaga kerja di bawah umur sebesar 24%; rasio siswa perempuan disbanding laki-laki sebesar 50%, jumlah kasus kekersan terhadap perempuan dan anak sebesar 176 kasus; rasio KDRT sebanyak 59%; persentase tenaga kerja dibawah umur sebesar 0,26%, angka kecelakaan kerja pada tenaga kerja wanita sebanyak 172 kasus, tingkat keterwakilan perempuan di DPRD Kota Semarang sebanyak 6 orang dari 50 orang, dan jumlah partisipasi perempuan di lembaga pemerintah sebanyak 8.663 dari 16.804 PNS.

Masalah perlindungan dari berbagai tindak kekerasan, baik dalam rumah tangga maupun sektor publik. Selama tahun 2010 terdapat sejumlah 176. kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak

Terbatasnya akses perempuan di bidang ekonomi produktif dapat dilihat dari angka Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berdasarkan Sakernas 2009, menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, yaitu 81,99% untuk laki-laki dan 55,24% untuk perempuan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) laki-laki sebesar 7,73% dan perempuan 6,81% (pengangguran pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan). Rata-rata jam kerja perempuan per minggu untuk pekerjaan di atas 35 jam per minggu, jam kerja laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (42,68% : 38,32%), sementara pada jam kerja kurang dari 35 jam, jam kerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (pada jam kerja 15– 34, jam kerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (51,74% : 48,26%). Sementara itu, pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja, perbandingan jumlah pekerja yang tidak dibayar menunjukkan persentase perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki, yaitu 71,74% : 28,26%. Sedangkan untuk tenaga kerja antar kerja antar negara, jumlah perempuan lebih besar dibanding laki-laki yaitu 24.268 orang : 1.658 orang. Persoalan lain yang tidak terdeteksi adalah akses perempuan pada lapangan kerja informal.

Keikutsertaan perempuan dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari partisipasi politik perempuan dalam proses pengambilan keputusan publik dan keterwakilan perempuan di DPRD dan kedudukan perempuan di pemerintahan. Jumlah keterwakilan perempuan di DPRD sebanyak 12% dari seluruh jumlah anggota DPRD Kota Semarang, sementara itu, pada lembaga pemerintahan, proporsi PNS perempuan di Kota Semarang sebesar 55,55% (BKD, 2010).

Upaya lain yang dilaksanakan dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak antara lain terbentuknya Pusat Pelayanan Terpadu sebagai komitmen Pemerintah Daerah Kota Semarang dalam memberikan perlindungan terhadap perempuan, Pengarusutamaan Gender telah diimplementasikan di beberapa SKPD yang antara lain Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan. Keberadaan Forum anak dan Penanganan Anak Jalanan sebagai wadah fasilitasi partisipasi anak untuk berkontribusi dalam penentuan kebijakan publik belum dapat difungsikan secara efektif walaupun sudah terbentuk di Kota Semarang. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menggembirakan antara lain terbitnya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-57

setiap anak yang dilahirkan mempunyai hak untuk mendapatkan kepastian hukum atas status identitas diri melalui akte kelahiran, pelaksanaan pelayanan kepastian hukum atas status identitas diri melalui akte kelahiran, dan sudah dapat direalisasikan di Kota Semarang dengan pengurusan akte kelahiran gratis bagi anak usia 0–1 tahun,telah dilakukan launching Kota Layak Anak, serta rintisan implementasi pola keadilan restoratif bagi anak yang berhadapan dengan hukum di Kota Semarang.

Dari hasil evaluasi urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tahun 2010 hal utama yang perlu menjadi perhatian adalah ketersediaan data pilah hasil pelaksanaan pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, karena tanpa adanya data fenomena meningkatnya jumlah perempuan dan anak yang berhadapan permasalahan hukum, baik sebagai pelaku kriminalitas, dan korban tindak kekerasan, akan menjadi fenomena gunung es yang kurang mendapatkan perhatian di berbagai ranah (domestik dan publik).

k. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Pembangunan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dimaksudkan untuk mengatasi masalah tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan persebaran penduduk yang kurang merata. Jumlah penduduk yang besar apabila mampu berperan sebagai tenaga kerja yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang besar dan akan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang. Namun jumlah penduduk yang besar juga menjadi beban bagi Pemerintah dalam pengeluaran investasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, pangan, penyediaan fasilitas dasar. Oleh sebab itu perlu upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk yang dilaksanakan melalui pengendalian jumlah kelahiran.

Evaluasi pelaksanaan pembangunan pada urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tingkat partisipasi masyarakat Kota Semarang dalam ber KB Tahun 2009 sebesar 198.086 dengan PUS 250.891 (78,95 %) dan pada Tahun 2010 sebesar 198.040 dengan PUS 256.000 (76,39 %) menunjukkan penurunan disebabkan karena DO peserta KB dan PUS usia tua umur antara 45 – 49 tahun yang tidak ingin anak lagi. Peserta KB baru Tahun 2009 sebesar 35.967 dari Target 33.810 (106,38%) dan pada Tahun 2010 sebesar 39.380 dari target 39.347 , % . Pe u daa Usia Perkawi a PU“ ˂ 20 Tahun dibanding total PUS) dapat dipertaha ka ˂ % , Tahu da realisasi ,4 % . Tingkat partisipasi masyarakat sebanyak 195.554 (76,39%) dari Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 256.000 dengan alkon, IUD 14.461, MOW 13.956, MOP 2.118, Implant 10.903, Suntik 112.513, Pil 29.057, Kondom 12.546. TFR sampai saat ini berada pada angka 2,06 sedang rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga 3,8.

Dari data diatas untuk mengatasi masalah tingkat pertumbuhan jumlah penduduk melalui upaya pengendalian kelahiran masih pada tahap mempertahankan,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-58

sehingga perlu upaya inovatif dalam usaha melestarikan kepesertaan masyarakat dalam program KB.

l. Sosial

Kebijakan pada urusan sosial diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi PMKS, pemberdayaan warga miskin dan PMKS, peningkatan bantuan dan rehabilitasi sosial korban bencana, peningkatan prakarsa dan peran aktif masyarakat termasuk masyarakat mampu, dunia usaha, perguruan tinggi dan orsos/LSM dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan.

Program-program pembangunan pada urusan sosial yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah

2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 3. Program Pembinaan Anak Terlantar

4. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Eks Trauma 5. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo

6. Program Pemberdayaan Kelembagaan Sosial

Sedangkan prioritas pembangunan urusan social pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Fasilitasi penderita cacat dan kurang beruntung 2. Pengembangan Kota Layak Anak,

3. Fasilitasi anak jalanan, pencegahan kenakalan remaja dan penyalahgunaan NAPZA 4. Penanganan PMKS;

Evaluasi pelaksanaan pembangunan pada urusan social sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada jumlah PMKS pada tahun 2010 sebanyak 126.279 orang atau sebesar 7,24 % dari jumlah seluruh penduduk. Jumlah tersebut mengalami penurunan disbanding tahun 2009 yang tercatat sebanyar 131.661 orang. Dari jumlah PMKS pada tahun 2010 yang dapat ditangani sebesar 4.022 atau 0,23 % yang terdiri dari PGOT, ANJAL dan WTS sebanyak 1.062 orang, penyandang cacat 147 orang, wanita rawan social ekonomi sebanyak 32 orang, keluarga fakir miskin sebanyak 2.765 orang dan fasilitasi kelompok usia lanjut sebanyak 16 kelompok. Jumlah sarana sosial yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang sebanyak 103 buah.

Selama tahun 2010, di Kota Semarang terjadi musibah bencana alam yang merenggut korban bencaja alam sebanyak 11.437 jiwa dan bencana sosoial sebanyak 10.423 jiwa. Untuk tahapan penanganan pasca bencana dilakukan koordinasi, konsolidasi, rehabilitasi dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-59

rekonstruksi sarana prasarana infrastruktur maupun perumahan. Dalam mendukung kinerja penanggulangan bencana, Pemerintah telah terbentuk Sekretariat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang.

m. Ketenagakerjaan

Pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian ditujukan untuk penanggulangan pengangguran dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan kualitas tenaga kerja dan transmigrasi sehingga lebih kompeten, produktif, mandiri dan berdaya saing tinggi dalam rangka menghadapi globalisasi, berkesejahteraan dan terlindungi hak-haknya, serta terwujudnya hubungan industrial yang harmonis, manusiawi dan berkeadilan, yang bermuara pada pengentasan kemiskinan.

Keberhasilan kinerja urusan ini dipengaruhi oleh banyak hal yang cukup kompleks selain dari keberhasilan capaian program urusan pemerintahan yang lain, juga dipengaruhi oleh pola kebijakan daerah penyangga (hinterland).

Pelaksanaan pembangunan urusan ketenagakerjaan pada tahun 2010 dilakukan melalui program-program pembangunan sebagai berikut

1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan tenaga terlatih yang juga akan berdampak pada peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja.

2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Program ini diarahkan untuk menyediakan media informasi yang mudah diakses pencari kerja , sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja.

3. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas hubungan industrial, khususnya yang menyangkut tentang hubungan kerja agar dapat lebih mengoptimalkan pengawasan ketenagakerjaan serta penegakan hukum.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, Penganggur dan Pencari Kerja Tahun 2009-2010

No Uraian Tahun 2009 2010 1 Penduduk 1.506.924 1.527.433 2 Angkatan Kerja 709.464 709.259 3 Penganggur 107.333 86.890 4 Pencari Kerja 21.951 21.314

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-60

Evaluasi pelaksanaan pembangunan pada urusan Ketenagakerjaan pada tahun 2010 menunjukkan adanya hasil perkembangan kinerja yang baik, yaitu sebagai berikut :

1. Menurunnya jumlah pengangguran, pada tahun 2010 sebanyak 86.890 orang atau menurun sebesar 19,05% dibanding tahun 2009 yang tercatat sebesar 107.333 orang. Penurunan pengangguran tersebut berpengaruh pada penurunan pencari kerja, yaitu sebesar 21.951 orang pada tahun 2009 orang, menjadi 21.314 orang pada tahun 2010. 2. Jumlah lowongan pekerjaan mengalami penurunan, yaitu sebesar 12.525 lowongan pada

tahun 2009, menjadi sebesar 12.384 lowongan pada tahun 2010.

3. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2009 TPAK sebesar 64,75 % dengan angkatan kerja 709.464 orang, sedangkan pada tahun 2010 TPAK sebesar 59,73 % dengan angkatan kerja 709.259 orang. ( Berdasarkan pendataan penganggur tahun 2010 ) .

4. Jumlah Penempatan Tenaga Kerja mengalami perkembangan yang menggembirakan, dimana pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang dapat ditempatkan sebanyak 8.449 orang sedangkan. Tahun 2010 meningkat menjadi 8.560 orang dengan rasio perbandingan antara jumlah penempatan dengan jumlah pencari kerja sebesar 38 % dan tahun 2010 sebesar 40 %.

5. Jumlah Penempatan Transmigrasi mengalami kenaikan, pada tahun 2009 sebanyak 9 KK dan pada tahun 2010 sebanyak 10 KK .

6. Disamping itu juga telah terbentuk Wira Usaha Baru tahun 2009 sebanyak 21 kelompok / 315 orang dan 20 orang TKM ( Tenaga Kerja Mandiri ) tahun 2010 sebanyak 15 kelompok / 150 orang dan 15 TKM serta pembentukan WUB yang bersumber dari DBHCHT sebesar 24 kelompok / 240 orang.

7. Pembangunan di bidang pelatihan dimana pelaksanaan pelatihan pada tahun 2009 yang dilaksanakan sebanyak 180 orang, yang dilaksanakan LPK binaan melatih sebanyak 9.236 orang pada tahun 2010 yang dilaksanakan sebanyak 280 orang. dilaksanakan LPK binaan melatih sebanyak 11.564 orang.

8. Pembangunan di bidang hubungan industrial mengalami perbaikan, dimana Upah Minimum Kota mengalami peningkatan, pada Tahun 2008 sebesar Rp.715.700,- sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp. 838.500,- dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 939.756,- perlu diketahui bahwa UMK mulai tahun 2008 / 2009 sudah menunjukkan angka 100 % dari Kebutuhan Hidup Layak ( KHL ). Hal ini dapat meredam gejolak para pekerja / Serikat Pekerja / Serikat Buruh di Kota Semarang. Jumlah kasus ketenagakerjaan yang dapat diselesaikan pada tahun 2008 sebanyak 286 pada tahun 2009 sebanyak 256 kasus, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 231 kasus.

9. Pembangunan di bidang Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan dengan baik, namun belum optimal dalam menurunkan angka kecelakaan kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2009 sebanyak 372 kecelakaan. Dengan rincian meninggal 4 orang, cacat/ luka berat 5 orang, luka ringan 363 orang dengan kejadian

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-61

kecelakaan sebagai berikut, kecelakaan ditempat kerja 218 orang , kecelakaan lalulintas/ menuju tempat kerja 154 orang . Sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 409 kecelakaan. Dengan rincian meninggal 9 orang, cacat/ luka berat 1 orang , luka ringan 399 orang dengan kejadian kecelakaan sebagai berikut, kecelakaan ditempat kerja 257 orang , kecelakaan lalulintas/ menuju tempat kerja 152 orang.

Tingkat pendidikan dan keterampilan angkatan kerja di Kota Semarang masih rendah, sebagian besar berpendidikan SD sampai dengan SLTA, akibatnya kurang mempunyai daya saing dibandingkan angkatan kerja negara lain di pasar kerja internasional. Di sisi lain, kurangnya informasi dan rendahnya pemahaman tentang proses dan prosedur pengiriman tenaga kerja ke luar negeri telah menyebabkan TKI memilih cara illegal untuk bekerja di luar negeri.

n. Koperasi dan UKM

Kebijakan pada Urusan Koperasi dan UKM diarahkan untuk mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan melalui (1) pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM), (2) fasilitasi akses permodalan KUMKM, dan (3) pengembangan manajemen pengelolaan KUMKM.

Pembangunan urusan koperasi dan UKM pada tahun 2010 dilaksanakan melalui program-program pembangunan sebagai berikut :

1. Program Penciptaan Iklim Usaha, Usaha Kecil dan Menengah yang Kondusif.

Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif bagi peningkatan kinerja usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha, meningkatkan skala usaha, mutu layanan perijinan/ pendirian usaha dan partisipasi stakeholders dalam pengembangan kebijakan UMKM. Dalam pelaksanaannya adalah untuk memfasilitasi kelompok masyarakat dalam pendirian Koperasi, merubah Anggaran Dasar Koperasi, serta pembubaran bagi Koperasi yang tidak aktif/ beku. Selain hal tersebut, juga menyusun rencana kegiatan dalam rangka peningkatan dan pengembangan KUMKM.

2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM dengan tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing UKM, sehingga pengetahuan serta sikap kewirausahaan semakin berkembang, produktivitas meningkat, wirausaha baru meningkat dan ragam produk unggulan UKM semakin berkembang. Dalam pelaksanaannya adalah untuk memfasilitasi KUMKM dalam peningkatan kemitraan usaha, pengembangan jaringan pemasaran, serta peningkatan SDM bagi KUMKM.

3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

Tujuan program ini adalah untuk mempermudah, memperlancar dan memperluas akses UMKM kepada sumberdaya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-62

teknologi, informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi intermediasi lembaga- lembaga keuangan bagi UMKM agar mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal. Dalam pelaksanaannya adalah untuk memfasilitasi KUMKM dalam mengakses permodalan, pengembangan jaringan pemasaran melalui promosi/ pameran, bantuan peralatan produksi dan pengelolaan usaha.

4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi Koperasi agar mampu tumbuh dan berkembang secara sehat sesuai jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif. Diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi akan tertata dan berfungsi dengan baik dan berkualitas, efektif dan mandiri. Dalam pelaksanaannya adalah untuk memfasilitasi Koperasi agar dalam mengelola kelembagaan dan usahanya secara sehat dan meningkat secara kualitas, serta sinergi dengan peningkatan usaha anggota koperasi, yang didukung partisipasi aktif anggota Koperasi, agar Koperasi semakin tumbuh dan berkembang dan semakin mandiri.

Evaluasi pelaksanaan pembangunan urusan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) tahun 2010 menunjukkan adanya perkembangan atau mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase Koperasi aktif dimana pada tahun 2009 dari jumlah koperasi yang tercatat sebanyak 1.064 unit prosentase koperasi aktif 75 % atau sebanyak 798 Unit, sedang pada tahun 2010 meningkat menjadi 77% atau sebanyak 791 unit dari jumlah koperasi yang ada sebanyak 1.025 unit atau meningkat 2%.

Demikian pula yang terjadi pada jumlah omzet Koperasi tahun 2009 sebesar Rp. 945.658.000.000,- menjadi Rp.1.002.397.000.000,- pada tahun 2010 atau meningkat 106 % sedangkan Asset pada tahun 2009 sebesar Rp. 584.461.000.000,- menjadi Rp.603.685.000.000,- pada tahun 2010 meningkat 103 %, sedangkan SHU pada tahun 2009 sebesar Rp.26.907.000.000,- pada tahun 2010 menjadi Rp. 28.252.000.000,- meningkat 105 %. Jumlah UMKM yang dibina pada tahun 2009 sebesar 10.176 unit menjadi 10.692 unit pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 105 %, hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah sebesar 103,5 %, dimana jumlah tenaga kerja yang diserap pada tahun 2009 sebanyak 15.593 orang menjadi 16.139 orang pada tahun 2010.

Jumlah omzet UMKM tahun 2009 sebesar Rp. 176.464.000.000,- Menjadi Rp. 206.462.000.000,- Pada tahun 2010 atau meningkat 116,9 %.

Perkembangan di bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan menengah tersebut tidak lepas dari upaya pemerintah dalam pembinaan bagi Koperasi UMKM baik ketrampilan usaha, managemen,pemasaran dan permodalan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-63

Upaya fasilitasi permodalan KUMKM dari Pemerintah dan BUMN pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 338,2 % dibanding tahun 2009, dimana jumlah fasilitasi permodalan bagi KUMKM tahun 2009 sebesar Rp. 9.659.500.000,- yang diberikan kepada 345 KUMKM menjadi Rp. 23.765.000.000,- yang diberikan kepada 1.237 KUMKM pada tahun 2010.

o. Penanaman Modal

Kebijakan pada Urusan penanaman modal diarahkan pada peningkatan investasi dalam rangka peningkatan ekonomi daerah melalui penciptaan iklim yang kondusif, peningkatan investasi/ penanaman modal, pemberdayaan BUMD dan optimalisasi manajemen aset daerah.

Pada tahun anggaran 2010 program-program yang dilaksanakan pada urusan penanaman modal adalah sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Invetasi, program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan investasi dan pengembangan potensi daerah serta peningkatan koordinasi kerjasama dengan instansi pemerintah dan dunia usaha.

2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi di Kota Semarang, untuk meningkatkan nilai investasi dan perekonomian daerah .

3. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah, program ini bertujuan untuk menyediakan hasil-hasil kajian potensi yang terkait dengan investasi di Kota Semarang yang selanjutnya ditawarkan kepada calon investor yang berminat, serta koordinasi pelaksanaan penyusunan program terpadu pemanfaatan potensi secara optimal, efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah.

Perkembangan penanaman modal suatu daerah selain ditentukan oleh kebijakan makro ekonomi dibidang keuangan baik kebijakan fiskal maupun moneter seperti tingkat suku bunga, inflasi, maupun nilai tukar rupiah sehingga akan berpengaruh pada iklim usaha yang kondusif.

Evaluasi pelaksanaan pembangunan urusan penanaman modal sampai dengan tahun 2010 adalah Kondisi iklim usaha yang kondusif sepanjang tahun 2010 berpengaruh secara langsung pada perkembangan penanaman modal. Kondisi yang demikian akan menumbuhkan kegairahan pelaku usaha dalam melakukan investasi, baik perluasan usaha yang telah ada maupun untuk investasi baru. Hal ini dapat ditunjukan pada perkembangan Penanaman Modal dari tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2010, dimana realisasi Penananman Modal Tahun 2009 sebanyak 2.253 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp.1.748.936.779.411,- Sedangkan untuk pada tahun 2010 meningkat sebanyak 2.977 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp. 2.073.402.986.985,- Perolehan laba/ rugi BUMD tahun 2009 sebesar Rp.4.825.785.027,- sedangkan Tahun 2010 sebesar Rp. 7.910.064.500,-.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012

II-64 p. Kebudayaan

Kebijakan pada urusan kebudayaan diarahkan pada pembentukan karakteristik

Dalam dokumen RKPD Tahun 2012 (Halaman 69-82)