BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Komposit
Bahan komposit menunjukkan artian bahwa dua atau lebih material digabung
pada skala makroskopis untuk membentuk material ketiga yang berbeda.
Material-material yang berbeda dapat digabung dalam skala mikroskopis seperti memadukan
logam. Bila suatu komposit dirancang dengan baik maka akan memberikan kualitas
yang bagus daripada komponen atau konstituen penyusunnya [16].
2.1.1 Konstituen Komposit
Pada prinsipnya, komposit dibentuk berdasarkan kombinasi antara dua atau
lebih material seperti bahan logam, organik ataupun nonorganik. Meskipun ada
terdapat kombinasi bahan yang tidak terbatas, tetapi bentuk konstituen lebih terbatas.
Bentuk konstituen yang umum digunakan dalam bahan komposit yaitu serat, partikel,
laminae (lapisan), serpihan (flakes), pengisi, dan matriks [17].
2.1.1.1 Pengisi
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan bahan komposit. Klasifikasi
yang disebutkan di sini yaitu berdasarkan bentuk konstituen struktural. Hal ini
memberikan pembagian lima kelas dari komposit, yaitu:
1. Komposit serat (fiber composite), terdiri dari serat dengan atau tanpa matriks.
2. Komposit serpihan (flake composite), terdiri dari serpihan datar dengan atau tanpa matriks.
3. Komposit partikulat (particulate composite), terdiri dari partikel dengan atau tanpa matriks.
4. Komposit berpengisi (skeletal) (filled composite), terdiri dari matriks skeletal kontinu yang diisi dengan material kedua.
5. Komposit laminar (laminar composite), terdiri dari lapisan konstituen.
2.1.1.2 Antarmuka dan Antarfasa
Adanya pencampuran bahan yang berbeda dalam bahan komposit, maka
dalam komposit tersebut akan selalu terdapat daerah berdampingan (contiguous
region). Definisi sederhananya yaitu sebuah antarmuka (interfaces) atau dengan kata
lain permukaan membentuk batasan dalam konstituen. Pada beberapa kasus, daerah
berdampingan sering juga dianggap sebagai fasa tambahan yang dinamakan dengan
antarfasa (interphases). Sebagai contoh, pada lapisan serat gelas dalam plastik
berpengisi dan bahan adesif yang mengikat lapisan bersamaan. Ketika terdapat suatu
antarfasa maka akan terdapat dua antarmuka, yaitu pada permukaan antarfasa dan
konstituen di tengahnya [17]. Gambar 2..1 menunjukkan bentuk interface matriks
dengan serat.
Gambar 2.1 Bentuk Interface antara Matriks dengan Serat [17]
2.1.1.3 Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matrik, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan
dan kekakuan yang lebih rendah (Porwanto dan Lizda, 2008). Matriks mempunyai
fungsi sebagai berikut :
•Mentransfer tegangan ke serat.
• Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
• Melindungi serat.
• Memisahkan serat dan melepas ikatan.
• Tetap stabil setelah proses manufaktur
[18]
INTERPHASE (BONDING AGENT)
MATRIX
FIBE
2.2 Bioplastik
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah
satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat
diperbarui, seperti pati dan minyak nabati. Ketersediaan bahan dasarnya di alam
sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat
diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi
untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik. Titik awal dalam penemuan bioplastik
adalah sebuah fakta sederhana bahwa plastik sekarang begitu penting dan bioplastik
menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan sehari-hari [19]. Plastik
biodegradable berbahan dasar pati/amilum dapat didegradasi oleh bakteri
pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya.
Senyawa-senyawa hasil degradasi plastik biodegradable selain menghasilkan
karbondioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik dan aldehid sehingga
plastik ini aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik sintetik
membutuhkan waktu sekitar 100 tahun agar dapat terdekomposisi oleh alam,
sementara plastik biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat.
Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan ternak atau sebagai
pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa
kimia yang berbahaya. Ungkapan plastik biodegradable merujuk pada serangan
mikroorganisme pada material berbasis polimer yang tidak larut dalam air, yaitu
plastik. Oleh karena kurang larut dalam air dan ukuran molekul polimer,
mikroorganisme tidak mampu berpindah dalam material polimer secara langsung
kedalam sel sebagai tempat sebagian besar proses biokimia [5].
Plastik berbahan dasar tepung pati (amilum) dan polisakarida telah diproduksi
oleh beberapa perusahaan dunia. Plastik starch-based ini seringkali bersifat menyerap
air sehingga semakin mudah didegradasi. Beberapa plastik terdiri atas tepung pati
saja, ada juga yang memadukan tepung pati dengan komponen biodegradable lain.
Plastik ini dibentuk dari bahan-bahan alam yang dapat diperbaharui daripada dibuat
dari bahan bakar fosil yang sulit diperbaharui [4]. Bioplastik dewasa ini berkembang
sangat pesat. Berbagai riset telah dilakukan di negara maju seperti Jerman, Prancis,
Jepang, Korea, Amerika Serikat, Inggris dan Swiss dimana riset ini ditujukan untuk
Di Indonesia penelitian dan pengembangan teknologi kemasan plastik
bioplastik masih sangat terbatas. Hal ini terjadi karena selain kemampuan sumber
daya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga dukungan dana
penelitian yang terbatas. Dipahami bahwa penelitian dalam bidang ilmu dasar
memerlukan waktu lama dan dana yang besar [14].
2.3 Buah Nangka dan Biji Nangka
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan
menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia [23]. Tanaman nangka (Artocarpus
heterophyllus Lamk.) merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis yang
multifungsi dan dapat ditanam di daerah tropis dengan ketinggian kurang dari 1.000
meter di atas permukaan laut yang berasal dari India Selatan. Ciri-ciri buah nangka
yang sudah matang yaitu memiliki duri yang besar dan jarang, mempunyai aroma
nangka yang khas walaupun dalam jarak yang agak jauh, setelah dipetik daging
buahnya berwarna kuning segar, tidak banyak mengandung getah. Buah tersebut bisa
dimakan langsung atau diolah menjadi berbagai masakan [24].
Berat biji nangka sekitar 8-15 % dari berat buahnya. Biji nangka oval dan
tertutup lapisan coklat yang disebut spermoderm yang menutupi kotiledon berwarna
putih. Kotiledon ini mengandung pati yang sangat tinggi [25]. Dibawah ini adalah
tabel komposisi biji nangka per 100 gram.
Tabel 2.1 Komposisi Biji Nangka Per 100 Gram [26]
No Kandungan Gizi Unit Biji Nangka
1 Kalori Kal 165,0
2 Protein Gr 4,2
3 Lemak Gr 0,1
4 Karbohidrat Gr 36,7
5 Kalsium Mg 33,0
6 Besi Mg 200,0
7 Fosfor Mg 1,0
8 Vit. B1 Mg 0,20
9 Vit. C Mg 10,0
2.4 Pati
Pati dihasilkan oleh tanaman dibagian plastida dan tersimpan di berbagai
organ tanaman sebagai cadangan makanan, misalnya di batang, buah, akar, dan
umbi. Kandungan pati tapioka mencapai 90% dan tertinggi diantara sumber pati
lainnya. Pati terdapat di granula, granula pati berwarna putih, mengkilap, tidak
berbau dan tidak berasa [13].
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang banyak terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom karbonnya, serta
lurus atau bercabang [20]. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan
air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin.
Struktur amilosa merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(l,4)-D-glukosa.
Amilopektin terdiri dari struktur bercabang dengan ikatan α-(l,4)-D-glukosa dan titik percabangan amilopektin merupakan ikatan α-(l,6). Amilosa memberikan sifat keras
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Konsentrasi kedua komponen ini
nantinya akan mempengaruhi sifat mekanik dari polimer alami yang terbentuk [21].
Dengan monomer penyusun yang lebih besar, amilopektin membentuk
polimer yang lebih besar dibandingkan dengan amilosa. Rasio amilosa dan
amilopekti berbeda-beda untuk setiap sumber pati, tetapi umumnya kandungan
amilopektin lebih besar dibandingkan dengan amilosa. Rasio amilosa dan
amilopektin akan berpengaruh pada kemampuan pasta pati dalam membentuk gel,
mengentalkan, atau membentuk film. Ikatan hidrogen antarmolekul penyusun pati
berperan dalam menentukan kekompakan gel atau film. Struktur amilosa yang linier
menyebabkan untuk lebih mudah berikatan dengan sesama sendiri melalui ikatan
hidrogen dibandingkan dengan amilopektin. Oleh karena itu kekuatan gel atau pati
lebih banyak ditentukan oleh kandungan amilosanya. Semakin tinggi kandungan
amilosanya maka kemampuan membentuk gel dan lapisan film akan semakin besar.
Sebaliknya amilopektin dengan struktur yang sangat besar membentuk ikatan
hidrogen yang relatif lemah. Pati dengan amilopektin yang tinggi cocok digunakan
2.5 Gelatinisasi Pati
Gelatinisasi pati melibatkan granul leleh dalam media larutan dengan
pemanasan. Dalam air, pembengkakan granul meningkat seiring dengan
bertambahnya suhu dan itu mengarah pada transfer air dalam suspensi air terkait
dengan komponen pati: amilosa dan amilopektin. Ketika suhu pati mencapai 60-70
ºC, butiran larut terganggu oleh energi yang disediakan, mengakibatkan hilangnya
susunan molekuler dan, akibatnya, kehilangan kristalinitas. Proses ini menyebabkan
peningkatan viskositas dan kelarutan pati, yang merupakan hasil dari perubahan
ireversibel seperti gangguan granular dan struktur semi kristal, juga dilihat sebagai
hilangnya radial [22].
2.6 Etilen Glikol
Etilen glikol yang memiliki nama lain 1, 2-Ethanediol memiliki rumus kimia
CH2CH2(OH)2. Etilen glikol ditemukan dalam wujud cairan yang tidak berwarna,
pada dasarnya tidak berbau, memiliki volatilisa rendah, hifroskopik. Etilena glikol
dapat terlarut sempurna dalam air dan beberapa cairan organik. Gugus hidroksil pada
glikol menjalani kimia alkohol umum, sehingga menghasilkan keragaman
turunan-turunan yang memungkinkan. Hidroksil dapat diubah menjadi aldehid, alkil halide,
amina, azida, asam karboksilat, eter, merkaptan, ester nitrat, nitril, ester nitril, ester
organik, peroksida, ester fosfat, dan ester sulfat. Kimia semacam ini memungkinkan
etilena glikol bertindak sebagai zat antara dalam berbagai reaksi kimia. Secara
siqnifikan etlena glikol terutama dapat berperan sebagai zat antara dalam
pembentukan resin, mencangkup kondensasi dengan dimetil terftalat atau asam
tereftalat yang dihasilkan dalam resin poliuretan. Reaktivitas dan kelarutan dari
etilena glikol menghasikan dasar bagi berbagai aplikasi. Penggunaan etilen glikol
sebagai zat antibeku secara luas adalah berdasar pada kemampuannya untuk
menurunkan titik beku jika dicampurkan dengan air. Karenanya, sifat-sifat fisik dari
campuran etilena glikol merupakan suatu hal penting [27].
2.7 Mekanisme Plastisasi
Interaksi antara polimer dengan pemlastis dipengaruhi oleh sifat afinitas
plastisasi antara struktur (molekul pemlastis hanya akan terdistrubusi diantara
struktur). Plastisasi ini hanya mempengaruhi gerakan dan mobilitas struktur.
Jika terjadi interaksi polimer-polimer cukup kuat maka molekul pemlastis
akan terdisfusi ke dalam rantai polimer (rantai polimer amorf membentuk satuan
struktur globular yang disebut bundle) menghasilkan plastisasi sampai batas kompatibilitas yaitu sejumlah yang dapat terdispersi (terlarut) dalam polimer. Jika
jumlah pemlastis melebihi batas ini, maka akan terjadi sistim yang heterogen dan
plastisasi melebihi tidak efisien lagi.
[21]
2.8 Metode Pembuatan Bioplastik
Pengkajian pemanfaatan sumberdaya pati Indonesia untuk produksi plastik
biodegradabel dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu [21]:
1. Pencampuran (blending) antara polimer plastik dengan pati, dimana pati yang
digunakan dapat berupa pati mentah berbentuk granular maupun pati yang
sudah tergelatinisasi, dan plastik yang digunakan adalah PCL, PBS, atau PLA
maupun plastik konvensional (polietilen). Pencampuran dilakukan dengan
menggunakan extruder atau dalam mixer berkecepatan tinggi (high speed
mixer) yang dilengkapi pemanas untuk melelehkan polimer plastik.
2. Modifikasi kimiawi pati, dimana untuk menambahkan sifat plastisitas pada
pati, metode grafting sering digunakan. Sifat biodegradabilitas dari produk
plastik yang dihasilkan tergantung daripada jenis polimer yang dicangkokkan
pada pati.
3. Penggunaan pati sebagai bahan baku fermentasi menghasilkan
monomer/polimer plastik biodegradabel.
Metode yang dilakukan dalam pembuatan bioplastik pada penelitian ini
merujuk pada metode Weiping Band. Proses pencampuran antara pati, pengisi dan
plasticizer dilakukan bertahap, dimana larutan pati dipanaskan pada suhu 88,82 oC
dan ditambahkan pengisi secara perlahan-lahan selama 25 menit sambil diaduk pada
2.9 Pengujian dan Karakteristik Bioplastik
Berbagai pengujian dan karakteristik bioplastik yang dihasilkan adalah :
2.9.1 Densitas Bioplastik
Kerapatan merupakan sifat fisik suatu polimer. Kerapatan suatu bahan
berpengaruh terhadap sifat mekanik bahan tersebut, semakin rapat suatu bahan maka
semakin meningkatkan sifat mekaniknya. Sehingga film bioplastik yang dihasilkan
mempunyai kekuatan tarik yang baik. Kerapatan atau densitas ini dapat
didefinisi-kan sebagai berat per satuan volume bahan. Densitas dapat ditentudidefinisi-kan dengan
metode kenaikan fluida dalam gelas ukur [29]. Penentuan rapat massa (densitas) film
dilakukan dengan pemotongan film dengan ukuran dan tebal tertentu, kemudian
dihitung volume daripada film tersebut. Potongan film ditimbang dan rapat massa
film ditentukan dengan membagi massa potongan uji dengan volumenya (g/cm3)
[30]. Pada pengujian densitas plastik sampel film diuji berdasarkan standar ASTM
D792-91, 1991 [31].
ρ= mv
Dimana : ρ = rapat massa/densitas (g/cm3)
m = massa sampel (g)
v = volume sampel (cm3)
[32]
2.9.2 Kekuatan Tarik
Sifat mekanik suatu material berupa kuat tarik dan pemanjangan
menunjukkan kekuatan material tersebut. Penggunaan suatu material di dalam
industri maupun kehidupan sehari-hari sangat tergantung pada sifat mekanik
material. Sifat mekanik ini meliputi kuat tarik yang tinggi dan elastisitas yang baik
[33]. Kuat tarik adalah tegangan regangan maksimum yang dapat diterima sampel
[34]. Kuat tarik dapat dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam
proses pembuatan film [35]. Pengujian ini sangat sederhana dan sudah mengalami
standarisasi di seluruh dunia. Pada uji kekuatan tarik ini, dengan menarik suatu
bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang [29].
Kuat tarik dapat diukur berdasarkan beban maksimum (Fmaks) yang digunakan untuk
memutuskan material dibagi dengan luas penampang awal (Ao) yang ditunjukkan
pada Persamaan berikut:
Ao = luas penampang awal (cm2)
[37]
2.9.3 Pemanjangan Saat Putus
Pemanjangan saat putus (elongation at break) atau proses pemanjangan
merupakan perubahan panjang maksimum pada saat terjadi peregangan hingga
sampel film terputus. Pada umumnya adanya penambahan plasticizer dalam jumlah
lebih besar akan menghasilkan nilai persen pemanjangan suatu film semakin lebih
besar. Menurut Liu dan Han pada tahun 2005, tanpa penambahan plasticizer, amilosa
dan amilopektin akan membentuk suatu film dan struktur dengan satu daerah kaya
amilosa dan amilopektin. Interaksi-interaksi antara molekul-molekul amilosa dan
amilopektin mendukung formasi film, menjadikan film pati jadi rapuh dan kaku [38].
Pengujian pemanjangan saat putus menggunakan standar ASTM D 638 [36].
Karakterisasi uji tarik suatu material dilakukan dengan penarikan material
dengan penjepit pada alat tensometer hingga spesimen putus. Pada waktu yang
bersamaan, pertambahan panjang material dapat diukur. Pertambahan panjang (Δl)
yang terjadi akibat beban atau gaya yang diberikan pada material disebut dengan
deformasi. Sedangkan elastisitas suatu material (elongasi) dapat dicari dengan
perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang semula seperti
ditunjukkan dalam Persamaan 2.3 berikut :
�
=
∆llo
x 100%
Keterangan:
ε = elastisitas / regangan (%)
lo = panjang mula-mula material yang diukur (cm) …….. (2)
Δl = pertambahan panjang (cm)
[37]
2.9.4 Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscopy)
Struktur morfologi film dianalisis menggunakan scanning electron
microscopy. Sampel dipotong dengan ukuran yang kecil dan di letakkan pada carbon tape [39]. Hasil analisis SEM juga memperlihatkan penyebaran partikel pengisi pada matriks sehingga dapat diketahui distribusi partikel pengisi pada matriks tersebar
dengan merata atau tidak [37].
2.9.5 Ketahanan Air Bioplastik
Uji ketahanan air adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
daya serap bahan tersebut terhadap air. Pada bioplastik diharapkan air yang terserap
pada bahan sangat sedikit atau dengan kata lain daya serap bahan tersebut terhadap
air harus rendah. Jika nilai penyerapan air oleh plastik tinggi, ini berarti plastik
bersifat hidrofilik. Adapun penyebab plastik bersifat hidrofilik ialah penambahan
sorbitol dan faktor kecepatan pengadukan. Darni dan Herti (2010) menyatakan
bahwa sifat ketahanan air suatu molekul berhubungan dengan sifat dasar molekul
penyusunnya [14]. Bahan pati disini bersifat hidrofilik dan penambahan plasticizer
sorbitol menambah sifat hidrofilik dari plastik. Kecepatan pengadukan yang semakin
cepat membuat nilai pecerapan air dari plastik menjadi kecil. Hal ini disebabkan oleh
ikatan antar komponen-komponen penyusun dipengaruhi oleh kecepatan
pengadukan. Semakin cepat kecepatan pengaduknya, semakin homogen dan semakin
kuat ikatan antar komponen-komponen penyusun tersebut. Jika ikatan antar
komponen itu semakin kuat, maka akan sulit untuk air memutuskan ikatan tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan kecilnya nilai penyerapan air [29]. Pengujian ketahana
2.9.6 Karakterisasi FT-IR (Fourier Transform Infra Red)
FT-IR (Fourier Transform Infra Red) merupakan metode yang menggunakan
spektroskopi inframerah. Pada spektroskopi infra merah, radiasi inframerah
dilewatkan pada sampel. Sebagian radiasi inframerah diserap oleh sampel dan
sebagian lagi dilewatkan/ditransmisikan. Hasil dari spektrum merupakan besarnya
absorbsi molekul dan transmisi yang membentuk pola molekul dari suatu sampel.
Seperti pola pada umumnya, struktur pola dari spektrum inframerah yang dihasilkan
tidak ada yang sama. Inilah yang membuat spektroskopi inframerah berguna untuk
beberapa jenis analisis. Manfaat informasi/data yang dapat diketahui dari FT-IR
untuk dianalisis adalah identifikasi material yang tidak diketahui, menentukan
kandungan gugus fungsi dan menentukan banyaknya komponen dalam suatu