• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN SIKAP POSITIF SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN SIKAP POSITIF SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

DAN SIKAP POSITIF SISWA SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Pada Program

Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

IRYANA MUHAMMAD NIM. 8106171027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

DAN SIKAP POSITIF SISWA SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Pada Program

Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

IRYANA MUHAMMAD NIM. 8106171027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ii ABSTRAK

IRYANA MUHAMMAD. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Sikap Positif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa, peningkatan sikap positif siswa, interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian masalah siswa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri di kota Lhokseumawe yang berakreditasi B, dari hasil pengambilan sampel secara acak diperoleh sampel yaitu siswa SMP Negeri 4 dan siswa SMP Negeri 12 Lhokseumawe, menggunakan metode quasi eksperimen dengan unit sampel sebanyak 73 siswa yang pengambilannya dilakukan berdasarkan acak kelas. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan komunikasi matematik dan skala sikap. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif N-Gain untuk menyajikan data dan statistik inferensial berupa uji-t dan ANAVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis uji-t untuk hipotesis pertama dan kedua diperoleh hasil penelitian: (1) peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa, dengan taraf signifikan 0,00; (2) peningkatan sikap positif siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa dengan taraf signifikan 0,0005. Berdasarkan hasil analisis ANAVA dua jalur untuk hipotesis ketiga dan keempat diperoleh hasil penelitian: (3) tidak terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan nilai signifikan 0,864; (4) tidak terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan sikap positif siswa dengan taraf signifikan 0,724. Proses penyelesaian masalah yang dihasilkan oleh siswa pada pendekatan kontekstual lebih tepat dan strategi penyelesaian yang digunakan lebih beragam dibandingkan dengan siswa pada pembelajaran biasa. Dengan demikian yang menjadi saran dari hasil penelitian ini adalah (1) pendekatan kontekstual sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika pada beberapa topik yang sesuai, (2) pendekaan kontekstual akan sangat baik diterapkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik dan sikap positif siswa terhadap matematika khususnya pada siswa yang berkategori kemampuan rendah, (3) baik digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru tentang berbagai jenis pendekatan pembelajaran agar pembelajaran dapat memenuhi tujuan pembelajaran matematika, dan (4) kepada peneliti selanjutnya disarankan agar kiranya dapat melanjutkan penelitian ini ke arah yang lebih kompleks lagi, guna memperoleh penemuan yang lebih terperinci.

(8)

ABSTRACT

IRYANA MUHAMMAD. Improving Mathematical Communication Skills And Positive Attitude Math of Students Junior High School Through Contextual Approach. Thesis. Medan: Postgraduate Program of UNIMED, 2012.

The aims of this research is to know the improving students mathematical communication skills and the improving of students positive attitude. The

interaction between an aplication of learning approach and the early students’

ability, to know how the prosess of students problem solving. The research population are the students of SMPN in lhokseumawe city. The results of random interpretation sample are: the students of SMPN 4 and SMPN 12 lhokseumawe which uses experimental methode quasi with 73 students as the sample unit that extracted based on a random class. The research instrument uses mathematical communication skills test and attitude scale. The data analysis in this research consists of N-GAIN descriptive statistics to present the data and inferential statistics is t-test and two ways ANOVA analysis. Base on the result of t-test analysis for the first and the second hypoteses they are : (1) the improving students communication skills which taught through contextual approach were higher than students who were taught through ordinary learning, with significant level 0,00, (2)the improving students’ possitive attitude who were taught through

contextual approach were higher than students who were taught through ordinary learning with significant level 0,0005 and based on the result of two ways ANOVA analysis for third and fourth hypotheses they are: (3) there is no interaction between the application of learning approach and early mathematical ability of students in improving mathematical communication skills with significant value 0,864. (4) there is no interaction between the application of learning approach and early mathematical ability of student sin improving positive attitude with significant level 0,724. The result of students’ problem solving process with contextual approach is more accurate and more complex the settlement strategy which used than students on ordinary learning. Thus, the suggestion of this research they are: (1) contextual approach is very pontential to apply in mathematical learning into some appropriate topics. (2) the contextual approach will better to apply in improving mathematical communication skills and students positive attitude for math, especially for the students who categorized of low ability. (3) it ss good to be used to improve the teachers competence on a veriety learning approach in order to achieve the good of mathematical learning, and (4) the suggestion for the next reseachers areable to continue for more complex research, to find more detail invention.

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan proposal tesisi ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Sikap Positif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd dan Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

(10)

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Ayahanda Muhammad dan Ibunda Marliah, ananda ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas semua kasih sayang dan doa yang telah diberikan kepada penulis agar senantiasa tabah, sabar, semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini.

6. Adik-adikku: Sitty Rahmah, Rizky Munazar dan Zawiel Ikram yang selalu memberikan dorongan dan semangat selama penulis menempuh perkuliahan dan merampungkan tesis ini.

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 dan Kepala Sekolah SMP Negeri 12 Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan, semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan PPs Program Studi Pendidikan Matematika angkatan XIX yang telah banyak memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

(11)

v

2.2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 19

2.3. Sikap... 23

2.4. Sikap Positif Terhadap Matematika ... 27

2.5. Pendekatan Kontekstual ... 33

2.6. Pembelajaran Biasa ... 41

2.7. Perbedaan Pedagogik ... 43

2.8 Teorema Pythagoras ... 44

2.9. Penerapan Materi Teorema Pythagoras dengan Menggunakan Pendekatan Kontektual... 48

2.10. Teori Belajar yang Melandasi pendekatan Kontekstual... 52

2.11. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 56

2.12. Kerangka Konseptual... 57

2.13. Hipotesis Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 66

3.2 Populasi dan Sampel ... 66

3.3. Desain Penelitian... 69

3.4. Variabel Penelitian ... 71

3.5. Instrumen Penelitian... 71

3.6. Analisis Butir Soal ... 76

3.7. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 79

(12)

3.9. Definisi Operasional... 87

3.10. Prosedur Penelitian... 88

3.11. Waktu Pelaksanaan Penelitian dan Indikator Kinerja ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 92

4.1.1 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Tes .... 93

4.1.2 Tes Kemampuan Awal Matematika ... 94

4.1.3 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik... 95

4.1.4 Skala Sikap... 97

4.1.5 Analisis Data Penelitian ... 98

4.1.6 Hasil Lembar Observasi Guru dan Siswa Selama Pembelajaran 131 4.1.7 Analisis Proses penyelesaian Masalah Siswa... 135

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 150

4.2.1 Faktor Pembelajaran... 152

4.2.2 Faktor Kemampuan Komunikasi Matematik ... 157

4.2.3 Faktor Sikap Positif... 159

4.2.4 Faktor Interaksi ... 159

4.2.5 Proses Penyelesaian Masalah Siswa ... 160

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 162

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 165

5.2 Implikasi... 166

5.3 Saran ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 169

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual ... 40

Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Biasa ... 42

Tabel 2.3. Perbedaaan Pedagogik ... 43

Tabel 2.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VIII Semester 1 ... 48

Tabel 3.1. Daftar Sekolah Yang Terakreditasi Tingkat SMPN Tahun 2012 . 68 Tabel 3.2. Sampel Penelitian Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 69

Tabel 3.3. Rancangan Penelitian... 70

Tabel 3.4. Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Variabel Bebas, Terikat Dan Kontrol (Kemampuan Matematika Siswa)... 71

Tabel 3.5. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Matematika Siswa ... 72

Tabel 3.6. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematik... 73

Tabel 3.7. Kriteria Penskoran Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik 74 Tabel 3.8. Kisi-kisi Angket Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika... 75

Tabel 3.9. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Uji Statistik yang digunakan ... 86

Tabel 3.10. Waktu Pelaksanaan Penelitian dan Indikator Kinerja... 91

Tabel 4.1. Nilai Rata-rata Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 93

Tabel 4.2. Hasil Analisis Data Uji Coba Kemampuan Awal Matematika... 94

Tabel 4.3. Hasil Analisis Data Uji Coba Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik... 95

Tabel 4.4. Hasil Analisi Data Uji Coba Postes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 96

Tabel 4.5. Komposisi Skala Sikap Setelah Pengguguran ... 98

Tabel 4.6. Deskripsi Kemampuan Matematika Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Nilai Tes Awal Siswa ... 100

Tabel 4.7. Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 101

(14)

Tabel 4.9. Analisis Varians Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Matematika Siswa antar Kelompok Data ... 103 Tabel 4.10. Pengelompokkan Kemampuan Awal ... 104 Tabel4.11. Deskripsi N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Kelompok

Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa ... 105 Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik ... 111 Tabel4.13. Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik... 112 Tabel 4.14. Hasil Uji-t Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa... 113 Tabel 4.15.Rangkuman Uji Anava Dua Jalur Kemampuan Komunikasi

Matematika... 115 Tabel4.16. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kemampuan Komunikasi Matematik... 117 Tabel 4.17.Deskripsi N-Gain Sikap Positif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa ... 118 Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Sikap Positif Siswa

Terhadap Matematika... 124 Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Skala Sikap Positif... 125 Tabel 4.20. Hasil Uji-t Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 126 Tabel 4.21.Rangkuman Uji Anava Dua Jalur Sikap Positif Terhadap

Matematika ... 128 Tabel 4.22. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika... 130 Tabel 4.23. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Kemampuan

Guru Mengelola Kelas Selama Pembelajaran ... 131 Tabel 4.24. Rata-rata dan Persentase Hasil Observasi Kemampuan

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Jawaban Siswa.. ... 6

Gambar 2.1. Skema Sikap... 27

Gambar 3.1. Rangkuman Alur Penelitian ... 94

Gambar 4.1 Diagram Batang Mean dan Standar Deviasi N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 106

Gambar 4.2 Rata-rata N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ... 107

Gambar 4.3 Selisih Mean N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 108

Gambar4.4 Interaksi Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik... 116

Gambar 4.5 Mean dan Standar Deviasi N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 119

Gambar 4.6 Rata-rata N-Gain Sikap Positif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ... 120

Gambar 4.7 Selisih Mean N-Gain Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... 121

Gambar 4.8. Interaksi Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika siswa Terhadap Sikap Positif Siswa 129 Gambar 4.9 Diagram Batang Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran... 131

Gambar 4.10 Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 134

Gambar 4.11 Rata-rata skor N-Gain Untuk setiap Indikator ... 137

Gambar 4.12. Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 1.. ... 139

Gambar 4.13 Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 2 ... 141

(16)

Gambar 4.15 Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 4 ... 144

Gambar 4.16 Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 5 ... 146

Gambar 4.17 Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 6 ... 148

Gambar 4.18 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 150

Gambar 4.19 Peningkatan Sikap Positif Siswa ... 151

Gambar 4.20 Siswa Sedang Berdiskusi ... 153

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Orang yang berpendidikan akan lebih berpengetahuan, terampil, inovatif dan produktif dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan. Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu sehingga menjadikan proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Sebagaimana yang termuat di dalam Undang-Undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(18)

2

sesuai dengan kebutuhan, sehingga diharapkan mampu mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Namun kenyataannya sebagaimana terlihat dari hasil tes PISA (Programme

for International Student Assesment) yang diselenggarakan pada tahun 2009

bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa. Dari 65 negara yang ikut serta Indonesia berada pada peringkat 61, sedangkan Thailand (50), Australia (15), Kazastan (53), Jepang (9), Singapura (2) dan Shanghai-Cina (1). Data ini menunjukkan bahwa Negara kita, peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa-siswa di Indonesia saat ini.

(19)

3

Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 1989) menyebutkan kemampuan dasar matematika meliputi kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, koneksi dan komunikasi. Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) juga dinyatakan bahwa siswa harus memiliki seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA, yaitu:

1. Menunjukkan pemahaman konsep yang matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

4. Menunjukkan kemampuan strategis dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

(20)

4

matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya, sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal serupa juga diungkapkan Greenes dan Schulman dalam Priyambodo (2008) menjelaskan bahwa komunikasi matematik merupakan kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika, sebagai modal keberhasilan siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investasi matematika, dan komunikasi sebagai wadah bagi siswa untuk memperoleh informasi dan membagi pikiran, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.

Para guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan, seakan-akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran lainnya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum dikaitkan dengan cerita kontekstual, kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep matematika masih kurang bisa atau sulit dipahami. Proses pembelajaran seperti ini mengakibatkan ketertarikan siswa untuk mempelajari matematika sangat kurang.

(21)

5

yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP saat ini. Marpaung (2006) dalam pernyataannya mengatakan bahwa:

Pembelajaran matematika yang lama (konvensional), sampai sekarang pada umumnya masih berlangsung disekolah (kecuali sekolah mitra PMRI), didominasi paradigm lama yaitu paradigm mengajar dengan ciri-ciri: (a) guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa; (b) siswa menerima pengetahuan secara pasif (murid berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterimanya; (c) pembelajaran bersifat mekanistik; (d) pembelajaran dimulai dari guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, member soal-soal latihan pada siswa; (e) guru memeriksa dan member skor pada pekerjaan siswa, dan (f) jika siswa melakukan kesalahan guru member hukuman dalam berbagai bentuk (pengaruh behavorisme).

Berdasarkan pembelajaran konvensional yang selama ini berlangsung mengakibatkan siswa beranggapan bahwa mempelajari matematika dianggap hanya buang-buang waktu saja dan tiada bermanfaat. Hal ini mungkin terjadi karena siswa tidak mengetahui apa tujuan mempelajari matematika? Esensi apa yang membuatnya harus dipelajari? Kenapa matematika ada dan dianggap salah satu pelajaran yang sangat penting dan diikutkan dalam UAN? Siswa tidak mampu mengaitkan matematika dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta tidak mampu mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari baik secara lisan maupun tulisan. Mereka hanya menghafalkan rumus, mengerjakan soal-soal dengan rumus-rumus yang telah mereka hafalkan lalu selesai.

Hal ini terlihat pada contoh kasus yang ditemukan peneliti di sebuah kelas VIII/3 di SMP N 3 Lhokseumawe yang terdiri dari 32 siswa, kepada siswa tersebut diberikan soal kemampuan komunikasi sebagai berikut:

(22)

6

Timur sebanyak 6 kali. Dalam menapakkan kakinya, Rayhan menempelkan tumit kaki kirinya pada ujung kaki kanannya, kemudian tumit kaki kanannya ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan seterusnya. Berapa kali Rayhan harus menapakkan kakinya jika ia mulai berjalan langsung tanpa berbelok dari tempat semula ke tempat terakhir?

Dari hasil jawaban para siswa, terdapat 22 orang yang menjawab salah, dengan pola jawaban yang tidak terdeskripsikan dalam bentuk segitiga siku-siku. Sehingga mereka tidak tahu bahwa permasalahan diatas pada dasarnya dapat diselesaikan dengan rumus pythagoras. Seperti jawaban siswa berikut ini

Selanjutnya terdapat 4 siswa yang mampu mendeskripsikan dalam bentuk gambar segetiga namun yang mereka cari buka sisi miring dari segitiga tetapi keliling segitiga tersebut. Selanjutnya terdapat 6 siswa yang tidak menjawab sama sekali.

Maka berdasarkan kasus diatas, peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi saat ini adalah bahwa siswa masih tidak mampu dalam mengkomunikasikan maksud dari masalah. Hal ini dikarenakan siswa masih selalu

Kesalahan mengkomunikasikan

maksud dari soal

Penyelesaian tidak terdeskripsi dalam

gambar

(segitiga siku-siku) Gambar.1.1. Jawaban Siswa

(23)

7

terpaku dengan angka-angka, sehingga bila suatu permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah yang berbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu dalam menyelesaikannya. Maka dalam hal ini kemampuan komunikasi matematik siswa masih sangat perlu ditingkatkan, atau dengan kata lain kemampuan komunikasi matematik sungguh sangat di butuhkan.

Pada dasarnya rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa tidaklah terlepas dari cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas. Yuwono (2001), berpendapat pada umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan kurang mengakomodasi kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang demikian, kemampuan komunikasi matematik siswa kurang berkembang, sehingga proses penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan yang diajukan oleh gurupun tidak bervariasi.

(24)

8

sungguh suatu hal yang harus ada dalam diri siswa guna utuk meningkatkan prestasi siswa dalam matematika

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Saragih (2007) bahwa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam matematika adalah sikap positif siswa terhadap matematika, hal ini penting karena sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika (Ruseffendi, 1991), dan merupakan salah satu tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum 2004, maupun tujuan yang dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics (2000). Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu, konsep, kumpulan ide, atau kelompok individu. Karena matematika dapat diartikan sebagai suatu konsep atau ide abstrak yang penalarannya dilakukan dengan cara deduktif aksiomatik, sehingga matematika dapat disikapi oleh siswa secara berbeda-beda, mungkin menerima dengan baik atau sebaliknya. Dengan demikian, sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak matematika.

(25)

9

Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, perlu diperhatikan agar penyampaian matematika dapat menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan tingkat kognitif siswa.

Selain itu, perlu diingat bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami matematika. Galton (dalam Ruseffendi, 1991) menyatakan bahwa dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Ruseffendi (1991), perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya pendekatan pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

(26)

10

menyampaikan apa yang terkandung di dalam pikiran mereka. Dengan cara membuka toleransi dan menghargai setiap usaha siswa dalam belajar siswa tidak akan takut berbuat salah malahan akan tumbuh semangat untuk mencoba karena tidak takut lagi disalahkan. Karena belajar adalah suatu proses, belajar bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, akan tetapi belajar haruslah mengalami sendiri. Siswa mengkonstruksi sendiri konsep secara bertahap, kemudian memberi makna konsep tersebut melalui penerapannya pada konsep lain, bidang studi lain, atau bahkan dalam kehidupan nyata yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar dan dalam matematika itu sendiri, bahkan perlu bagi siswa dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan siswa hari ini dan pada hari yang akan datang. Untuk itu dalam pembelajaran matematika perlu dipertimbangkan tugas serta suasana belajar yang mendukung untuk menumbuh kembangkan kemampuan tersebut dan sikap positif siswa terhadap matematikapun menjadi sesuatu hal yang tidak kalah pentingnya untuk menjadi perhatian.

(27)

11

proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultur), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Dengan demikian dalam pendekatan kontekstual membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa (daily life), selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep matematika, dengan melalui tanya-jawab, diskusi, inkuiri, sehingga siswa dapat mengkonstruksi konsep tersebut dalam pikirannya. Karena pengetahuan matematika anak tumbuh dan berkembang bukan melalui pemberitahuan, akan tetapi melalui proses inkuiri, proses konstruktivisme, proses tanya-jawab, dan semacamnya yang dimulai dari pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang dialami secara nyata, sehingga dengan tidak langsung melalui pendekatan kontekstual siswa terlatih untuk terbiasa mengaitkan pengetahuan yang telah diperoleh berdasarkan pengamatan sehari-harinya terhadap konsep matematika yang sedang dipelajari dengan demikian siswa akan mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang ada dalam pemikiran mereka secara tertulis ke dalam ide matematika, gambar, grafik, simbol ataupun tabel.

(28)

12

bagi siswa, sehingga kecemasan dan kesulitan dalam belajar matematika akan berkurang dalam diri siswa akan tetapi kepercayaan diri, kesenangan dan keberhasilan siswa dalam belajar matematika meningkat, maka dengan tidak langsung hal inilah yang mengantarkan siswa untuk memiliki dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika. Dengan demikian diterapkannya pendekatan kontekstual dalam pelajaran matematika diyakini dapat menjadi benang merah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik dan sikap positif siswa terhadap matematika.

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme

(contruktivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion), dan penilaian

sebenarnya (authentic assement). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian ini sebagai berikut: “Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematik dan Sikap Positif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual.”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi masalah antara lain:

(29)

13

2. Pembelajaran di sekolah-sekolah SMP di kota Lhokseumawe cenderung abstrak dan masih bersifat konvensional.

3. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika SMP di kota Lhokseumawe kurang bervariasi.

4. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika SMP di kota Lhokseumawe umumnya belum mengaitkan dengan cerita kontekstual.

5. Guru matematika SMP di kota Lhokseumawe belum mengakomodasi kemampuan siswa.

6. Siswa SMP di kota Lhokseumawe masih beranganggapan matematika adalah matapelajaran yang sulit dipelajari sehingga sikap positif siswa terhadap matematika masih kurang.

7. Rendahnya sikap positif siswa sehingga mengakibatkan kurangnya minat dan prestasi belajar siswa.

8. Proses pembelajaran masih terjadi dalam satu arah sehingga aktivitas siswa untuk terlibat pembelajaran masih rendah.

9. Proses penyelesaian masalah matematika siswa yang belum bervariasi.

1.3. Pembatasan Masalah

(30)

14

matematik siswa; (2) sikap positif siswa terhadap matematika; (3) penerapan pendekatan kontekstual; (4) Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap kemampuan komunikasi dan sikap posistif siswa dan (5) Proses penyelesaian masalah yang dihasilkan siswa. Penelitian ini dibatasi juga pada pokok bahasan pythagoras kelas VIII pada SMP N 4 dan SMP N 12 di Kota Lhokseumawe.

1.4. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah yang dibuat adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan pembelajaran biasa ?

2. Apakah peningkatan sikap positif siswa terhadap matematika yang diajarkan dengan pendekatan kontektual lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa ?

(31)

15

5. Bagaimanakah proses penyelesaian masalah siswa yang dihasilkan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah pada pendekatan kontekstual dan pembelajaran biasa

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan sikap positif siswa terhadap matematika yang diajarkan dengan pendekatan kontektual lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan sikap positif siswa.

(32)

16

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya merancang pendekatan pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan matematika lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan sikap positif siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkembangkan atau meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan sikap positif siswa

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(33)
(34)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa simpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi matematik dan sikap positif siswa terhadap matematika. Adapun simpulan-simpulan tersebut sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi untuk semua indikator dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa

2. Peningkatan sikap positif siswa terhadap matematika yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi untuk semua indikator dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran biasa

(35)

166

4. Tidak terdapat interaksi antara penerapan pendekaan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan sikap positif siswa. Perbedaan peningkatakan sikap positif siswa disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang diterapkan bukan karena kemampuan awal matematika siswa. 5. Proses penyelesaian siswa dalam menyelesaikan masalah kemampuan komunikasi matematik pada pendekatan kontekstual lebih tepat dan strategi penyelesaian yang digunakan lebih bervariasi dibandingkan dengan proses penyelesaian yang dihasilkan oleh siswa pada pembelajaran biasa. Hal ini dapat ditemukan pada lembar jawaban postes kemampuan komunikasi matematik siswa.

5.2 Implikasi

(36)

167

mempunyai pengalaman secara matematis dan mampu melatih komunikasi matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengubah siswa ke arah yang lebih positif tersebut adalah pendekatan kontekstual. Perubahan itu sendiri akan mampu melatih kemampuan komunikasi matematik siswa sejak dini.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan pendekatan pembelajaran kontekstual akan meningkatkan sikap postif siswa terhadap matematika. Sebenarnya dengan memiliki sikap positif saja maka minat siswa untuk belajar matematikapun akan tumbuh dan berkembang pada diri siswa. Pada dasarnya kecerdasan seseorang bukan kaarena memang orang tersebut sudah memiliki bakat tetapi bila seseorang menyukai bidang yang digeluti atau seseorang sudah memiliki sikap yang positif dengan bidang yang dingelutinya maka tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan ahli dalam bidang yang disukainya.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi pada uraian di atas, maka ada beberapa saran berikut yang menjadi perhatian dari semua pihak yang berkepentingan:

1. Pendekatan kontekstual sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika, terutama pada saat mempelajari konsep dasar suatu materi pada beberapa topic yang sesuai.

(37)

168

3. Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar dan kemampuan guru menerapakan berbagai jenis pendekatan pembelajaran agar pembelajaran dapat memenuhi tujuan pembelajaran matematika, maka guru harus update tentang informasi perkembangan dunia pendidikan matematika, baik itu dari segi pendekatan pembalajaran terbaru yang mulai dikembangkan di negara-negara maju maupun informasi lainnya yang menunjang peningkatan keberhasilan proses belajar mengajar.

(38)

169

DAFTAR PUSTAKA

Adi. R. Ciri-ciri Sikap. [Online] http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/313/jiptummpp-gdl-s1-2009 -15638-A.+PENDA-N.pdf [diakses 6 Pebruari 2012]

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh. Yayasan Pena

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Kominicating, k-8. Healping

Children Thing Mathematically. New York : Merril, an Inprint of Macmillan

Publishing, Company.

Darhim.2003. Tesis Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap

Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal Dalam Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesian (UPI) (tidak

dipublikasikan) [Online]

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=29& ved=0CFsQFjAIOBQ&url (diakses 25 Juli 2011)

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. Pusat Kurkulum. Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006.Pengembangan Model pembelajaran yang

Efektif.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman pengembangan Silabus dan Model

pembelajaran. Jakarta: Direktorat jendral manajemen pendidikan Dasar dan

Menengah.

Fauzi, A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Pendekatan Pemebelajaran Metakognitif Di Sekolah Menegah Pertama. Disertasi UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Hake, R.R. (1999), Analyzing Change/Gain Score. Woodland Hills: Dept. Of

(39)

170

Jauhari, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Kontruktivistik

(Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL). Jakarta: Prestasi

Pustaka

Johnson, E. B. Cet IV. 2007. Contextual Teaching & Learning. Bandung. MLC Johari, M. 2010. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pemecahan

Masalah Melalui Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak

diterbitkan. Bandung. PPs UPI

Kansai, M. 2009. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk Peningkatan

Kemampuan Penalaran dan Aplikasi Konsep Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tesis tidak diterbitkan. Bandung. PPs UPI.

[Online] http://www.plantpath.wisc.edu/fac/joh/Ch1Intro.htm [Diakses 25 Juli 2011]

Lambas, dkk., 2004 Materi Pelatihan Teritegrasi mata pelajaran matematika, Jakarta: bagian proyek pengembangan sistem dan pengendalian program SLTP.

Marpaung, R.B. 2009. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Formal dalam

Pembelajaran Matematika Siswa SMP dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs UNIMED

Mulyasa. E. Cet IX. 2010. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. Remaja Rosdakarya

National Council of Teacher of Mathematics. 1989. NCTM Curriculum and

Evaluation Standards for school mathematics. [on-line].

http://www.nctm.org/focalpoints [21 Juli 2011]

National Council of Teacher of Mathematics. 1991. NCTM Professi Standards for

Teaching Mathematics. [Tersedia Online]

(http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasimatematis/) [21 Juli 2011]

Nora, E. S. 2011. Pembelajaran Inkuiri Sebagai Upaya Meningkatkan Berpikir Kritis

dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak

diterbitkan. Medan: PPs UNIMED

(40)

171

Priyambodo, S. 2008. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah matematika Siswa SMP Melalui Strategi Heuristik. Tesis tidak.

Bandung: PPs UPI [Online]

http://3A%2F%2Frepository.upi.edu%2Foperator%2Fupload%2Fs_e0451_05 5724_chapter2.pdf (Diakses 27 Juli 2011)

Puspasari, W.D. Skema Sikap. [Tersedia Online] http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&ve d=0CFoQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2Fsju%2Find ex.php%2Fujmer%2Farticle%2Fdownload%2F18%2F7&ei=AoMZUJ (Diakses 20 Juli 2011)

Ruseffendi,.E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

_____________. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IkIP Bandung Press.

_____________. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Safari. (2004). TEKNIK ANALISIS Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan

Manual, Kalkulator, dan Komputer. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta Pusat.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis Dan Komunikasi

Matematik Siswa Pendidikan Dasar Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung. PPs UPI

. Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap

Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal tidak

diterbitkan. Bandung: PPs UPI.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sofyan, D. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPs UPI

(41)

172

Sugiyono. Cet VI. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta

Suherman, E dan Kusumah, Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika, Bandung: Wijayakusumah

Sullivan, P & Mousley, J. 1996. Natural Communication in Mathematics Classroom:

What Does it Look Like”. In P.C. Clarkson. (Ed). Technology in Mathematics

Education. Melbourne: Merga [Online]

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&ve d=0CFAQFjACOBQ&url (Diakses 20 Juli 2011)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep Landasan, dan Implemnentasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran (Pelengkap untuk

Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon-guru Profesional).

UPI Bandung. [Online]

Within. (1992). Mathematics Task Centre; Proffesional Development and Problem

Solving. In J Wakefield and L. Velardi (Ed). Celebrating Mathematics Learning. Melbourne: The Mathematical Association of Victoria. [Online] (http://carbon.cudenver.edu/~mryder/itc_data/act dff.html) [Diakses 11 Juli

2011]

Wulanratmini, D. 2010. Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Dengan Pendekatan Creative Problem Solving Melalui Media Geogebra di Kota Bandung. Tesis tidak diterbitkan. Bandung. PPs UPI

Yamin, M. 2011. Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika Melalui pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs

UNIMED

Gambar

Gambar 4.15 Interpretasi Jawaban Siswa Soal No 4 .......................................
Gambar.1.1. Jawaban Siswa
gambar, grafik, simbol ataupun tabel.

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi. Tes tertulis akan dilaksanakan di Dinas Ketenagakerjaan Provinsi dan diikuti oleh peserta dari unsur serikat pekerja/serikat buruh dan unsur Apindo

8 Pembuatan Petikan SK Bupati Tentang Pengangkatan Kembali Pegawai Tidak Tetap Daerah (PTTD). SK Bupati tentang pengangkatan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensisJacq. ) Berumur 12,15,18 Tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang – Babalan Kecamatan Sawit

Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan

Penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi fluida statis secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan

[r]

Pelaksanaan Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan Tingkat Kabuaten/Kota Wilayah I (Jawa dan Sumatera).. Badan Ketahanan Pangan,

Tangsi tentara inilah/ waktu itu masih ditempati oleh tentara Jepang// Mereka tidak mau menyerah/ meskipun sudah kalah perang//Para pemuda Yogya tak sabar segera